113
6.2 Unsur Sinematik
Unsur sinematik dalam penelitian kali ini meliputi dua hal yaitu aspek visual dan audio. Aspek visual dalam unsur sinematik adalah sinematografi yang terdiri dari
mise-en-scene
,
framing
, dan
editing
. Sedangkan pada aspek audio akan membahas mengenai dialog.
6.2.1
MISE-EN-SCENE
Mise-en-scene
adalah unsur sinematik yang paling mudah kita kenali karena hampir seluruh gambar yang kita lihat dalam film adalah bagian dari unsur ini.
Mise- en-scene
terdiri dari empat aspek utama, yakni :
setting
latar , kostum dan tata rias, dan para pemain dan pergerakannya akting. Dalam sebuah film unsur
Mise-en-scene
tentu tidak dapat berdiri sendiri dan terkait erat dengan unsur sinematik lainnya, yaitu sinematografi, editing, dan suara.
Penulis akan menjelaskan unsur-unsur
Mise-en-scene
yang terdapat didalam film Minggu Pagi di Victoria Park, sebagai berikut :
a. Setting latar
Latar atau
setting
yang disebut juga landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa
yang diceritakan Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995:216. Latar merupakan salah satu unsur dalam
mise en scene
yang sangat penting. Latar menunjukkan keadaan waktu, lingkungan, dan suasana dalam suatu adegan.
Untuk mendukung isi cerita yang bertemakan perjuangan TKW yang bekerja di Hongkong. Setting dari film ini memang lebih banyak diambil di Hongkong dan
beberapa
scene
pelengkap mengambil setting di Indonesia. Seperti scene pertama dimana setting diambil di sebuah bangsal pelatihan calon TKW sebagai tahap
exposition
dalam film ini, sekaligus memperkenalkan tokoh utama dalam film ini. Setting lain yang diambil di Indonesia adalah adegan di rumah Mayang pada scene ke
19 yang menunjukkan latar belakang Mayang dan keluarganya yang memang merupakan keluarga sederhana dengan perekonomian menengah ke bawah.
Sedangkan setting lain didominasi di Hongkong karena memang menunjang segala
114
bentuk adegan yang berkaitan dengan aktivitas dan pekerjaan para tokoh di dalam film ini yang bekerja sebagai tenaga kerja di Hongkong.
Pengambilan gambar yang bertempatkan di Victoria Park juga merupakan usaha sutradara mengambarkan sosok TKW di luar pekerjaannya selama ini. Karena
sudah menjadi rahasia umum dimana para TKW saat mereka mendapatkan jatah hari libur yang mereka habiskan di Victoria Park, para TKW akan mengekspresikan diri
mereka dengan sangat berbeda tidak seperti saat mereka sedang bekerja. Hal ini yang ingin ditampilkan oleh sutradara sebagai sebuah realitas sosial TKW saat berada di
Hongkong. Setting lain seperti Warung budhe, tempat dimana para TKW berkumpul, juga menunjukkan bahwa sutradara ingin menggambarkan realitas sosial tentang
solidaritas sosial para TKW di Hongkong yang selama ini tidak pernah diketahui oleh masyarakat Indonesia sebelumnya. Pengambilan gambar di Lembaga Super Credit
juga merupakan usaha sutradara dalam menunjukkan realitas lain tentang sosok TKW yang bekerja di Hongkong. Bahwa TKW memiliki permasalahan lain selain
permasalahan kekerasan yang dialami oleh TKW seperti yang digembar-gemborkan di media sering ini.
Pengambilan gambar setting yang dilakukan oleh sutradara dalam film Minggu Pagi di Victoria Park ini merupakan upaya sutradara untuk memperkuatkan
ideologi atau pesan yang ingin ia sampaikan melalui film. Tak ada setting dimana TKW mengalami kekerasan karena memang sutradara tidak ingin menampilkan sosok
TKW yang disiksa dan menderita namun ingin menunjukkan sosok TKW yang terampil dan moderen, oleh karena itu sutradara memilih Hongkong sebagai setting
utama karena memang di Hongkong kasus tentang kekerasan terhadap TKW memang minim. Sehingga berarti pengambilan gambar setting mendukung dan menunjang
keberhasilan karena membawa atmosfer realitas obyektif tentang TKW yang diketahui masyarakat menjadi sebuah realitas simbolik yang dipercayai kebenarannya.
b. Kostum dan Tata rias