A STUDY ON WIND DATA PROCESSING INTO WIND ROSE AND WAVE ROSE IN LAMPUNG BAY BEACH REGION STUDI PENGOLAHAN DATA ANGIN MENJADI MAWAR ANGIN (WIND ROSE) DAN MAWAR GELOMBANG (WAVE ROSE) DI WILAYAH PANTAI TELUK LAMPUNG

(1)

ABSTRACT

A STUDY ON WIND DATA PROCESSING INTO WIND ROSE AND WAVE ROSE IN LAMPUNG BAY BEACH REGION

By

Kurnia Fitriansyah

Considering difficulties and long durations of wave data measuring directly, a study was conducted and it included wind rose and wave rose where wave rose described wave distribution along oceanic region profiling height and direction of wave. The objective of this research was to make wave rose based on data analysis of wave forecasting through data of wind speed in the Lampung bay beach.

This research was conducted in 3 (three) points of coordinate locations; Teluk Betung, Marina bay in South Lampung, and Punduh Pidada (Mariner training resort), by using processed wind speed data from 2007 to 2011. For the wave rose, estimation wave conducted using formula for wave estimation in shallow sea. Estimation result data in forms of 5 (five) wind roses (2007 – 2011), wave rose (1 location 5 wave roses from 2007 to 2011) and data of wave forecasting and wave statistic.

The research result showed that wind rose of wind speed was dominant in 5 – 9 knots speed, the maximum wind speed was between >=30 knots, the dominant wind flow from direction 1450 to 1550. At 3 (three) location, the dominant waves were at height of 5 to 15 cm with frequency of 28.27%, the maximum wave were at height of 75 to 125 cm with frequency of 0.14% and the dominant wave direction was from direction 1450 to 1550.

Keywords : Wave rose, Wave analysis, WRPLOT


(2)

ABSTRAK

STUDI PENGOLAHAN DATA ANGIN MENJADI MAWAR ANGIN (WIND ROSE) DAN MAWAR GELOMBANG (WAVE ROSE)

DI WILAYAH PANTAI TELUK LAMPUNG Oleh

Kurnia Fitriansyah

Mengingat sulit dan panjangnya waktu pengukuran data gelombang secara langsung. Oleh karena itu, dilakukan kajian meliputi mawar angin dan mawar gelombang, dimana mawar gelombang menggambarkan distribusi gelombang di suatu perairan laut yang menampilkan gambaran tinggi gelombang dan arah. Penelitian ini bertujuan untuk membuat mawar gelombang (wave rose) berdasarkan analisis data perkiraan gelombang melalui data kecepatan angin di pantai Teluk Lampung.

Penelitian di lakukan di 3 (tiga) titik koordinat lokasi yaitu Teluk Betung, Pantai Marina Lampung Selatan, dan Punduh Pidada (derah latihan Marinir), menggunakan data kecepatan angin dari tahun 2007 – 2011. Untuk wave rose dilakukan perhitungan dengan rumus perkiraan gelombang di laut dangkal. Data hasil perhitungan berupa gambar 5 (lima) wind rose (2007 – 2011), wave rose (1 lokasi 5 wave rose tahun 2007 – 2011) dan data perkiraan gelombang serta statistika gelombang.

Hasil penelitian menunjukkan pada wind rose kecepatan angin dominan pada kecepatan 5 – 9 knots, kecepatan angin maksimum pada kecepatan >=30 knots, angin dominan bertiup dari arah 145º – 155º. Pada 3 (tiga) lokasi, gelombang dominan pada ketinggian 5 – 15 cm dengan frekuensi sebesar 28.27%, gelombang maksimum pada ketinggian 75 – 125 cm dengan frekuensi sebesar 0.14% dan arah gelombang dominan dari arah 145º – 155º.

Kata kunci : Mawar gelombang, Analisis gelombang, WRPLOT


(3)

STUDI PENGOLAHAN DATA ANGIN MENJADI MAWAR

ANGIN (WIND ROSE) DAN MAWAR GELOMBANG

(WAVE ROSE) DI WILAYAH PANTAI

TELUK LAMPUNG

Oleh Kurnia Fitriansyah

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik

Pada

Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di Kelurahan Way Urang Kalianda Lampung Selatan pada tanggal 21 Juni 1985. Anak kedua dari tiga bersaudara, anak Bapak Andy Riva’i KS dan Ibu Resmawati.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi Kelurahan Bumi Agung Kalianda diselesaikan tahun 1991, Sekolah Dasar (SD) selesai pada tahun1997 di SDN 2 Rawa-rawa Kalianda, melanjutkan sekolah di SLTPN 2 Kalianda, lulus pada tahun 2000, serta lanjut bersekolah di SMUN 2 Kalianda selesai tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Diploma Tiga Teknik Jalan Raya Unila selesai tahun 2007, pada tahun 2005 penulis melakukan Kerja Praktik di Proyek Pembangunan Jalan Nasional Lintas Sumatera Way Jepara-Seputih Banyak Paket CA-2 Kabupaten Lampung Timur. Melanjutkan Strata Satu Teknik Sipil Non Reguler tahun 2007.


(8)

PERSEMBAHAN

A’UZUBILLAHHIMINASSAITONIRROJIM

BISMILLAHHIRROHMANIRROHIM

Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati karya ini kupersembahkan kepada :

“ Ayahku Andy Riva’i KS dan mamahku tersayang Resmawati ”

Adikku Syarifah Lincah Sattia Dewi yang selalu memberikan

Do’a dan semangat

Adik-adikku dan kakakku

Teman-teman Jurusan Teknik Sipil

Almamater Tercinta Fakultas Teknik Universitas Lampung


(9)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi dengan judul “Studi Pengolahan Data Angin Menjadi Mawar Angin (Wind Rose) dan Mawar Gelombang (Wave Rose) Di Wilayah Pantai Teluk Lampung adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik;

2. Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil dan selaku Pembimbing Akademik;

3. Bapak Ir. Ahmad Zakaria, M.T., Ph.D., selaku Pembimbing Utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(10)

4. Bapak Subuh Tugiono, S.T., M.T., selaku Pembimbing Kedua atas

kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Ibu Dra. Sumiharni, S.T., M.T., selaku Penguji Utama pada ujian skripsi. Terimakasih untuk masukan dan saran-saran pada seminar proposal terdahulu; 6. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Teknik Unila;

7. Rengga Ferdi, M. Hafis, Ryadi dan seluruh rekan-rekan Teknik Sipil 2007, terimakasih atas kebersamaan kalian.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Wa’alaikumsalam Wr. Wb. Bandar Lampung, April 2014

Penulis


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... ... . i

DAFTAR GAMBAR ... ... . iv

DAFTAR TABEL ... ... . viii

PENDAHULUAN ... ... . 1

Latar Belakang ... ... . 1

Perumusan Masalah Penelitian ... ... . 2

Batasan Masalah Penelitian ... ... . 2

Tujuan Penelitian ... ... . 3

Manfaat Penelitian ... ... . 3

Lokasi Penelitian ... ... . 3

TINJAUAN PUSTAKA ... ... . 5

WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) ... .... . 5

Angin ... ... . 6

Jenis-Jenis Angin ... ... . 6

Mawar Angin (Wind rose) ... ... . 7

Gelombang ... ... . 8

Mawar Gelombang (Wave rose) ... ... 9

Perkiraan gelombang (Pembangkitan Gelombang) ... . 9

Kecepatan Angin ... ... . 10


(12)

Kedalaman Perairan (d) ... ... . 12

Perkiraan Gelombang (Tinggi dan Periode Gelombang) ... 13

Statistika Gelombang ... ... . 14

METODE PENELITIAN ... ... . 18

Tahap Persiapan ... ... . 18

Persiapan Membuat Mawar Angin (Wind rose) ... ... . 18

Persiapan Membuat Mawar Gelombang (Wave rose) ... . 18

Membuat Mawar Angin (Wind rose) Dan Membuat Mawar Gelombang (Wave rose) ... ... . 19

Membuat Mawar Angin (Wind rose) ... ... . 19

Membuat Mawar Gelombang (Wave rose) ... . 20

Analisis Hasil ... ... . 21

Bagan Alir Penelitian ... ... . 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ... ... . 23

Mawar Angin (Wind Rose) ... ... . 23

Wind rose tahun 2007 ... ... . 24

Wind rose tahun 2008 ... ... . 25

Wind rose tahun 2009 ... ... . 27

Wind rose tahun 2010 ... . 28

Wind rose tahun 2011 ... ... . 30

Mawar Gelombang (Wave Rose) ... . 32

Menentukan Titik Lokasi ... ... . 32

Menentukan Panjang Angin Bertiup (fetch) dan Kedalaman Perairan ... . 35

Konversi Kecepatan Angin Di Darat (UL) Menjadi Kecepatan Angin Di Laut (UW) ... . 38

Perhitungan Tegangan Angin Di Permukaan Laut (UA) ... . 38

Mengurutkan Sudut (direction) Dari Kecil s/d Besar ... . 39

Perhitungan Tinggi (H) Dan Periode (Ts) Gelombang ... . 39

Wave Rose lokasi 1 ... ... . 39

Wave Rose lokasi 2 ... ... . 49

Wave Rose lokasi 3 ... ... . 59


(13)

SIMPULAN DAN SARAN ... ... . 77

Simpulan ... ... . 77

Saran ... ... . 78

DAFTAR PUSTAKA ... ... . 79

LAMPIRAN (L) ... . 80

Tabel Distribusi Frekuensi Angin Distribusi Frekuensi Gelombang, Arah, dan Persentase Gelombang Wind Rose ... . 81


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Fetch dan sudut deviasi lokasi 1 ... . 35 4.2. Fetch dan sudut deviasi lokasi 2 ... . 36 4.3. Fetch dan sudut deviasi lokasi 3 ... . 37 4.4.Analisis hasil perkiraan gelombang berdasarkan visualisasi


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Warna merah titik lokasi penelitian di Teluk Lampung ... . 4

2.1. Tampilan WRPLOT ... . 5

2.2. Hubungan kecepatan angin di laut dan di darat ... . 11

2.3. Grafik perkiraan gelombang ... . 17

3.1. Flow chart pelaksanaan penelitian ... . 22

4.1.Grafik persentase kecepatan angin berdasarkan wind rose tahun 2007 ... . 24

4.2. Visualisasi wind rose tahun 2007 ... . 25

4.3. Grafik persentase kecepatan angin berdasarkan wind rose tahun 2008 ... . 26

4.4. Visualisasi wind rose tahun 2008 ... . 26

4.5. Grafik persentase kecepatan angin berdasarkan wind rose tahun 2009 ... . 27

4.6. Visualisasi wind rose tahun 2009 ... . 28

4.7. Grafik persentase kecepatan angin berdasarkan wind rose tahun 2010 ... . 29


(16)

4.9. Grafik persentase kecepatan angin berdasarkan wind rose

tahun 2011 ... . 31

4.10. Visualisasi wind rose tahun 2011 ... . 32

4.11. Titik lokasi penelitian ... . 33

4.12. Letak titik lokasi 1 ... . 33

4.13. Letak titik lokasi 2 ... . 34

4.14. Letak titik lokasi 3 ... . 34

4.15. Penentuan fetch lokasi 1 ... 35

4.16. Penentuan fetch lokasi 2 ... 36

4.17. Penentuan fetch lokasi 3 ... 37

4.18. Grafik persentase tinggi gelombang berdasarkan wave rose lokasi 1 tahun 2007 ... . 40

4.19. Visualisasi wave rose lokasi 1 tahun 2007 ... . 41

4.20. Grafik persentase tinggi gelombang berdasarkan wave rose lokasi 1 tahun 2008 ... . 42

4.21. Visualisasi wave rose lokasi 1 tahun 2008... . 43

4.22. Grafik persentase tinggi gelombang berdasarkan wave rose lokasi 1 tahun 2009 ... . 44

4.23. Visualisasi wave rose lokasi 1 tahun 2009 ... . 45

4.24. Grafik persentase tinggi gelombang berdasarkan wave rose lokasi 1 tahun 2010 ... . 46

4.25. Visualisasi wave rose lokasi 1 tahun 2010 ... . 47

4.26. Grafik persentase tinggi gelombang berdasarkan wave rose lokasi 1 tahun 2011 ... . 48


(17)

4.27. Visualisasi wave rose lokasi 1 tahun 2011 ... . 49 4.28. Grafik persentase tinggi gelombang berdasarkan wave rose lokasi 2

tahun 2007 ... . 50 4.29. Visualisasi wave rose lokasi 2 tahun 2007 ... . 51 4.30. Grafik persentase tinggi gelombang berdasarkan wave rose lokasi 2

tahun 2008 ... . 52 4.31. Visualisasi wave rose lokasi 2 tahun 2008 ... . 53 4.32. Grafik persentase tinggi gelombang berdasarkan wave rose lokasi 2

tahun 2009 ... . 54 4.33. Visualisasi wave rose lokasi 2 tahun 2009 ... . 55 4.34. Grafik persentase tinggi gelombang berdasarkan wave rose lokasi 2

tahun 2010 ... . 56 4.35. Visualisasi wave rose lokasi 2 tahun 2010 ... . 57 4.36. Grafik persentase tinggi gelombang berdasarkan wave rose lokasi 2

tahun 2011 ... . 58 4.37. Visualisasi wave rose lokasi 2 tahun 2011 ... . 59 4.38. Grafik persentase tinggi gelombang berdasarkan wave rose lokasi 3

tahun 2007 ... . 60 4.39. Visualisasi wave rose lokasi 3 tahun 2007 ... . 61 4.40. Grafik persentase tinggi gelombang berdasarkan wave rose lokasi 3

tahun 2008 ... . 62 4.41. Visualisasi wave rose lokasi 3 tahun 2008 ... . 63 4.42. Grafik persentase tinggi gelombang berdasarkan wave rose lokasi 3


(18)

4.43. Visualisasi wave rose lokasi 3 tahun 2009 ... . 65 4.44. Grafik persentase tinggi gelombang berdasarkan wave rose lokasi 3

tahun 2010 ... . 66 4.45. Visualisasi wave rose lokasi 3 tahun 2010 ... . 67 4.46. Grafik persentase tinggi gelombang berdasarkan wave rose lokasi 3

tahun 2011 ... . 68 4.47. Visualisasi wave rose lokasi 3 tahun 2011 ... . 69 4.48.Kurva standar deviasi tinggi gelombang pada 3 (tiga) lokasi berdasarkan

wave rose tahun 2007 – 2011 ... 71 4.49.Kurva kemencengan (skewness) tinggi gelombang di 3 (tiga) lokasi

berdasarkan wave rose tahun 2007 – 2011 ... . 72 4.50.Kurva keruncingan (kurtosis) tinggi gelombang pada 3 (tiga) lokasi

berdasarkan wave rose tahun 2007 – 2011 ... . 73 4.51.Kurva tinggi gelombang rata-rata 1% (H1) di 3 (tiga) lokasi berdasarkan

wave rose tahun 2007 – 2011 ... 74 4.52.Kurva tinggi gelombang rata-rata 10% (H10) di 3 (tiga) lokasi berdasarkan

wave rose tahun 2007 – 2011 ... 74 4.53.Kurva tinggi gelombang signifikan (Hs) di 3 (tiga) lokasi berdasarkan wave

rose tahun 2007 – 2011 ... . 75 4.54.Kurva tinggi gelombang keseluruhan (H100) 3 (tiga) lokasi berdasarkan


(19)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Angin merupakan salah satu faktor pembangkit gelombang air laut, gelombang tersebut dapat membentuk pantai dan dapat menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai. Gelombang besar yang datang ke pantai pada saat air pasang bisa masuk jauh ke daratan dan berpotensi merusak daerah tersebut.

Dalam bidang rekayasa sipil, gelombang merupakan faktor utama dalam menentukan desain tata letak pelabuhan, alur pelayaran, serta bangunan-bangunan pantai lainnya seperti jetty, groin, dinding pantai (seawall) dan pemecah gelombang (breakwater) (Zakaria, 2009).

Pengukuran gelombang disuatu tempat memerlukan waktu yang pastinya tidak sesingkat yang diharapkan. Pengukuran ini dilakukan dalam waktu yang cukup panjang, sehingga data gelombang akan sangat banyak. Mengingat rumit dan besarnya jumlah data tersebut, maka gelombang dianalisa secara statistik untuk mendapatkan bentuk gelombang yang bermanfaat yang mudah dibaca (Triatmodjo, 1996).


(20)

2

Kemudahan dalam pengambilan, pengolahan data serta pembacaanya untuk suatu perencanaan bangunan pantai, mutlak sangat dicari dan menjadi pertimbangan bagi perencana.

Sehubungan dengan sulitnya mendapatkan data gelombang hasil pengukuran langsung serta semakin meningkatnya kebutuhan data gelombang untuk perencanaan bangunan pantai terutama di Teluk Lampung, maka perlu dilakukan kajian tentang gelombang yang terjadi di pantai Teluk Lampung. Kajian yang dilakukan meliputi mawar angin dan mawar gelombang, dimana mawar gelombang menggambarkan distribusi gelombang di suatu perairan laut yang menampilkan gambaran tinggi gelombang dan arah yang dapat dibaca dengan cepat.

1.2. Perumusan Masalah Penelitian

Bagaimana arah penyebaran gelombang, tinggi (H) gelombang dalam bentuk visualisasi wave rose yang terjadi di Teluk Lampung ?

1.3. Batasan Masalah Penelitian

a. Perkiraan gelombang dihitung berdasarkan data sekunder berupa data angin. b. Data angin yang digunakan adalah data angin dari Badan Meteorologi dan

Geofisika, Stasiun Meteorologi Radin Inten II Bandar Lampung. Dengan panjang data 5 tahun terhitung tahun 2007 s.d 2011.


(21)

3

d. Pembuatan mawar gelombang dilakukan pada 3 (tiga) titik koordinat lokasi. 1 (satu) titik koordinat lokasi menghasilkan 5 (lima) wave rose (tahun 2007 s.d 2011).

1.4. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian di lakukan untuk :

a. Menganalisis data perkiraan gelombang, di daerah Teluk Lampung berdasarkan data angin dari Stasiun Meteorologi Radin Inten II.

b. Membuat wind rose melalui data kecepatan angin.

c. Membuat wave rose berdasarkan perhitungan perkiraan gelombang di wilayah Teluk Lampung.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan oleh praktisi sebagai salah satu komponen perhitungan konstruksi bangunan pantai.

1.6. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Teluk Lampung dengan mengambil di 3 (tiga) titik koordinat lokasi di sekitar kawasan Teluk Lampung meliputi Teluk Betung, Punduh Pidada (daerah latihan Marinir ), dan Pantai Marina.


(22)

4


(23)

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data)

WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk mempresentasikan data kecepatan angin dalam bentuk mawar angin sebagai data meteorologi. WRPLOT memberikan gambaran kejadian angin pada kecepatan tertentu dari berbagai arah, persentase kecepatan angin, kecepatan angin minimum dan maksimum. Mawar angin menampilkan distribusi kecepatan angin dalam satuan (knots) dan (m/s). Distribusi tersebut di tandai dengan pengaturan warna yang berbeda di setiap kecepatan angin pada lokasi dan jangka waktu tertentu.


(24)

6

2.2. Angin

Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah (Adzri, 2011).

Kecepatan angin dapat menimbulkan gaya gesek di permukaan laut. Arus yang ditimbulkan angin disebut drift currents. Jenis arus ini kebanyakan terjadi di sekitar permukaan perairan pantai. Kecepatan drift current yang paling besar biasanya berada di perairan selat yang posisinya searah dengan arah angin. Kondisi demikian disebut sebagai longshore drift currents, yakni arus sejajar pantai yang ditimbulkan karena tiupan angin (Wibisono, 2005).

2.2.1. Jenis-Jenis Angin

Macam-macam angin yang ada di Indonesia : a. Angin Laut (sea breeze)

Angin laut adalah angin yang bertiup dari arah laut ke arah darat yang umumnya terjadi pada siang hari dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00 di daerah pesisir pantai. Angin ini biasa dimanfaatkan para nelayan untuk pulang dari menangkap ikan di laut.

Angin laut ini terjadi pada siang hari. Karena air mempunyai kapasitas panas yang lebih besar daripada daratan, sinar matahari memanasi laut lebih lambat daripada daratan. Namun, jika ada angin lepas pantai yang lebih kencang dari 8 km/jam, maka angin laut tidak terjadi (Wikipedia, 2013). b. Angin Darat (land breeze)


(25)

7

Angin darat adalah angin yang bertiup dari arah darat ke arah laut yang umumnya terjadi pada saat malam hari dari jam 20.00 sampai dengan jam 06.00 di daerah pesisir pantai.

Angin jenis ini bermanfaat bagi para nelayan untuk berangkat mencari ikan dengan perahu bertenaga angin sederhana. Pada malam hari daratan menjadi dingin lebih cepat daripada lautan, karena kapasitas panas tanah lebih rendah daripada air.

c. Angin Gunung

Angin gunung adalah angin yang bertiup dari puncak gunung ke lembah gunung yang terjadi pada malam hari.

d. Angin Lembah

Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah puncak gunung yang biasa terjadi pada siang hari.

e. Angin Fohn (Angin Terjun / Angin Jatuh)

Angin fohn adalah angin yang bertiup pada suatu wilayah dengan temperatur dan kelembaban yang berbeda. Angin fohn terjadi karena ada gerakan massa udara yang naik pegunungan yang tingginya lebih dari 200 meter di satu sisi, lalu turun di sisi lain.

2.3. Mawar Angin (Wind Rose)

Mawar angin merupakan suatu gambar berbentuk lingkaran sebagai persentase angin, memiliki penyebaran kelopak seperti mawar di tengah lingkarannya dengan variasi warna berbeda-beda menandakan perbedaan kecepatan angin yang terjadi atau suatu gambar yang memetakan kecepatan dan arah angin dengan sederhana.


(26)

8

Wind rose menggambarkan frekuensi kejadian pada tiap arah mata angin dan kelas kecepatan angin (knots atau m/s) pada lokasi dan waktu yang telah ditentukan. Wind rose juga diperjelas dengan menampilkan grafik dari kecenderungan arah pergerakan angin dan persentasenya pada suatu wilayah dengan cepat.

2.4. Gelombang

Gelombang di laut bisa dibangkitkan oleh angin (gelombang angin), gaya tarik matahari dan bulan (pasang surut), letusan gunung berapi atau gempa di laut (tsunami), kapal yang bergerak dan sebagainya. Untuk penelitian ini terjadinya gelombang dipengaruhi oleh angin.

Gelombang biasanya digunakan untuk merencanakan bangunan-bangunan seperti pelabuhan, yaitu untuk pemecah gelombang , studi ketenangan di pelabuhan dan fasilitas lainnya. Gelombang juga bisa menimbulkan arus dan transpor sedimen di daerah pantai (Triatmodjo, 1996).

Gelombang yang terjadi di alam adalah sangat kompleks dan tidak dapat dirumuskan dengan akurat. Akan tetapi dalam mempelajari fenomena gelombang yang terjadi di alam dilakukan beberapa asumsi sehingga muncul beberapa teori gelombang seperti teori Airy atau teori gelombang linier (teori gelombang amplitudo kecil bahwa “Asumsi tinggi gelombang adalah sangat kecil jika dibandingkan terhadap panjang gelombang atau kedalaman laut” (Triatmodjo, 1996).

Asumsi-asumsi tersebut adalah (Zakaria, 2009) :


(27)

9

b. Air laut tidak mampu mampat.

c. Tegangan permukaan yang terjadi diabaikan. d. Tegangan pada permukaan adalah konstan.

e. Amplitudo gelombang, kecil dibandingkan dengan panjang gelombang. f. Gerak gelombang tegak lurus terhadap arah penjalarannya.

2.5. Mawar Gelombang (Wave rose)

Mawar gelombang merupakan suatu gambar berbentuk lingkaran sebagai persentase gelombang, memiliki penyebaran kelopak seperti mawar di tengah lingkarannya dengan variasi warna berbeda-beda menandakan perbedaan tinggi gelombang yang terjadi atau suatu gambar yang memetakan ketinggian dan arah gelombang dengan sederhana.

Wave rose menggambarkan frekuensi kejadian pada tiap arah mata angin dan kelas ketinggian gelombang pada lokasi dan waktu yang telah ditentukan. Wave rose juga diperjelas dengan menampilkan grafik dari kecenderungan arah pergerakan gelombang dan persentasenya pada suatu wilayah dengan cepat. Wave rose menghasilkan nilai tinggi gelombang air laut dalam satuan centimeter (cm) atau meter (m).

2.6. Perkiraan gelombang (Pembangkitan Gelombang)

Angin yang berhembus di atas permukaan air yang semula tenang, akan menyebabkan gangguan pada permukaan tersebut, dengan timbulnya riak gelombang kecil. Apabila kecepatan angin bertambah, riak tersebut menjadi semakin besar, dan apabila angin berhembus terus akhirnya akan terbentuk


(28)

10

gelombang. Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus, semakin besar gelombang yang terbentuk (Triatmodjo, 2012).

Faktor-faktor yang perlu diketahui dalam perkiraan gelombang, antara lain : a. Kecepatan rerata angin (Uw) di permukaan air.

b. Arah angin.

c. Panjang daerah pembangkitan gelombang di mana angin mempunyai kecepatan dan arah konstan (fetch), dan

d. Lama hembus angin pada fetch (td). 2.6.1. Kecepatan Angin

Biasanya pengukuran angin dilakukan di daratan, padahal di dalam persamaan atau grafik pembangkitan gelombang data angin yang digunakan adalah yang ada di atas permukaan laut. Oleh karena itu, perlu dilakukan transformasi dari data angin di daratan yang terdekat dengan lokasi studi ke data angin di atas permukaan laut. Hubungan antara angin di laut dan angin di daratan terdekat diberikan oleh rumus :

RL = UW

UL

(1)

Keterangan :

RL = nilai hubungan UW dan UL UW = kecepatan angin di laut UL = kecepatan angin di darat

seperti terlihat pada gambar 2.2. di bawah, kurva tersebut merupakan hasil penelitian di Great Lake, Amerika Serikat (SPM, 1984).


(29)

11

Grafik pembangkitan gelombang mengandung variabel UA, yaitu faktor tegangan angin yang dihitung dari kecepatan angin. Setelah dilakukan konversi kecepatan angin, kecepatan angin dikonversikan pada faktor tegangan angin dengan rumus di bawah ini :

UA = 0,71 UW 1,23 (2)

Dimana UA = faktor tegangan angin (kecepatan angin yang menyebabkan terjadinya gelombang di laut) (Triatmodjo, 2012).

Gambar 2.2. Hubungan kecepatan angin di laut dan di darat

2.6.2. Fetch

Fetch (F) adalah panjang permukaan laut pada mana angin berhembus. Di dalam tinjauan pembangkitan gelombang di laut, fetch dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut. Di daerah pembentukan gelombang, gelombang tidak hanya

Kecepatan angin pada elevasi 10 m RL = ��

�� 2.0 1.5 1.0 0 UL 25 20 15 10 5

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 mph

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 kn Gunakan RL = 0.9

Untuk UL > 18,5 m/d (41,5 mil/jam)

0.5


(30)

12

dibangkitkan dalam arah yang sama dengan arah angin tetapi juga dalam berbagai sudut terhadap arah angin (Triatmodjo, 2012).

Feff = xicosα

cosα (3)

Dengan :

Feff : fetch rerata efektif

xi : panjang segmen fetch yang diukur dari titik observasi gelombang ke ujung akhir fetch

α : deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan pertambahan 6º sampai sudut sebesar 42º pada kedua sisi dari arah angin

Berdasarkan pada kecepatan angin, lama hembus angin dan fetch dapat dilakukan perkiraan gelombang menggunakan grafik perkiraan gelombang (gambar 2.3) (SPM, 1984).

Penelitian ini dalam perhitungan tinggi dan periode gelombang tidak menggunakan fetch efektif. Tetapi perhitungan menggunakan fetch langsung dengan arah mata angin 0º s/d 360º.

2.6.3. Kedalaman Perairan (d)

Untuk mempermudah melakukan perhitungan, dilakukan asumsi dalam pengambilan kedalaman laut. Penelitian ini menggunakan kedalaman maksimum dari masing-masing lokasi. Kedalaman laut dalam satuan meter (m).


(31)

13

2.6.4. Perkiraan Gelombang (Tinggi dan Periode Gelombang)

Karena dalam penelitian ini menggunakan banyak data gelombang, memerlukan waktu yang banyak untuk mendapatkan nilai H (tinggi gelombang) dan T (periode gelombang). Oleh karena itu, perkiraan gelombang di bantu komputerisasi.

Rumus yang digunakan dalam perkiraan gelombang di laut dangkal yaitu (SPM, 1984, hal 249):

gH

UA2=0,283 tan h 0,530 gd UA2

3 4

tan h

0,00565 gF UA2

1 2

tan h 0,530 gd UA2

3 4

(4)

gTs

UA =7,54 tan h 0,833 gd UA2

3 8

tan h

0,0379 gF UA2

1 3

tan h 0,833 gd UA2

3 8

(5)

Keterangan :

d (depth) = kedalaman perairan (meter) g = 9,8 meter/detik2

H = tinggi gelombang signifikan (meter) UA = faktor kecepatan angin (meter/detik) F = panjang fetch (meter)


(32)

14

2.6.5. Statistika gelombang

Untuk melihat distribusi kecenderungan data gelombang dapat dipergunakan nilai dari koefisien skewness (Cs), kurtosis (Ck), dan standar deviasi.

(1) Standar deviasi

Standar deviasi adalah ukuran sebaran statistik yang paling lazim. Bisa juga didefinisikan sebagai, rata-rata jarak penyimpangan titik-titik data diukur dari nilai rata-rata data tersebut atau variasi perubahan tinggi gelombang dari seluruh data gelombang.

Simpangan baku untuk sampel disimbolkan dengan s dan didefinisikan dengan rumus:

s = 1

N−1 (xi −x) 2 N

i=1

(6)

Dimana (x1, x2, …xN) adalah nilai data dari sampel dan � adalah rata-rata dari sampel (Walpole, 1993).

Standar deviasi juga merupakan suatu ukuran dispersi atau variasi (variant). Standar deviasi merupakan ukuran dispersi yang paling banyak dipakai. Hal ini mungkin karena standar deviasi mempunyai satuan ukuran yang sama dengan satuan ukuran data asalnya. Misalnya, bila satuan data asalnya adalah (cm), maka satuan standar deviasinya juga (cm) (Wikipedia, 2013).

(2) Koefisien skewness

Kemencengan atau kemiringan (skewness) adalah tingkat ketidaksimetrisan atau kejauhan simetri dari sebuah distribusi. Sebuah


(33)

15

distribusi yang tidak simetris akan memiliki rata-rata, median, dan modus yang tidak sama besarnya sehingga distribusi akan terkonsentrasi pada salah satu sisi dan kurvanya akan menceng.

Jika distribusi memiliki ekor yang lebih panjang ke kanan daripada yang ke kiri maka distribusi disebut menceng ke kanan atau memiliki kemencengan positif. Sebaliknya, jika distribusi memiliki ekor yang lebih panjang ke kiri daripada yang ke kanan maka distribusi disebut menceng ke kiri atau memiliki kemencengan negatif (Gunawan, 2012).

Cs = n

n−1 (n−2)

xi−x S

3 i=n

i=1

(7)

(3) Koefisien kurtosis

Kurtosis adalah derajat keruncingan suatu distribusi (biasanya diukur relatif terhadap distribusi normal). Kurva yang lebih runcing dari

distribusi normal dinamakan leptokurtik, yang lebih datar platikurtik dan distribusi normal disebut mesokurtik. Nilai lebih kecil dari 3, maka distribusinya adalah distribusi platikurtik. Nilai lebih besar dari 3, maka distribusinya adalah distribusi leptokurtik. Nilai yang sama dengan 3, maka distribusinya adalah distribusi mesokurtik.

Ck = n(n + 1)

n−1 n−2 (n−3)

xi−x S

4 i=n

i=1

n3(n2 (n−1)2

3) (8)


(34)

16

(a) Hs atau H33 (tinggi gelombang signifikan) merupakan 33% (1/3) dari data tinggi gelombang tertinggi. Hs merupakan bentuk yang paling banyak digunakan dalam perencanaan bangunan pantai (Triatmodjo, 2012).

n = 1/3 × banyaknya data gelombang = (jumlah data) Hs = (jumlah n tinggi gelombang tertinggi)/n = (cm) Ts = (jumlah n periode gelombang tertinggi)/n = (detik)

(b) H10 merupakan 10% dari data tinggi gelombang tertinggi. n = 10% × banyaknya data gelombang = (jumlah data) H10 = (jumlah n tinggi gelombang tertinggi)/n = (cm) T10 = (jumlah n periode gelombang tertinggi)/n = (detik)

(c) H1 merupakan 1% dari data tinggi gelombang tertinggi. n = 1% × banyaknya data gelombang = (jumlah data) H1 = (jumlah n tinggi gelombang tertinggi)/n = (cm) T1 = (jumlah n periode gelombang tertinggi)/n = (detik)

(d) Penjelasan tentang gelombang rerata � adalah penjumlahan seluruh data tinggi gelombang di bagi dengan banyaknya data tinggi gelombang, atau dinamakan H100 (H100%) atau Hrerata.

x = xi n

(9)

atau

H100 merupakan 100% dari data tinggi gelombang tertinggi. n = 100% × banyaknya data gelombang = (jumlah data) H100 = (jumlah n tinggi gelombang tertinggi)/n = (cm) T100 = (jumlah n periode gelombang tertinggi)/n = (detik)


(35)

17

Gambar 2.3. Grafik perkiraan gelombang Sumber : buku perencanaan bangunan pantai (Bambang Triatmodjo, 2012)


(36)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting untuk mengefektifkan waktu dan kegiatan yang dilakukan.

3.1.1. Persiapan Membuat Wind Rose

1)Mengumpulkan data kecepatan angin dari stasiun BMG di Branti.

2)Mempersiapkan data kecepatan angin dalam bentuk Microsoft office excel dengan isi judul kolom 1-7 kolom, yaitu stnid (station), year, month, day, hour, wdir (wind direction), wspd (wind speed).

3)Menghapus/delete data kecepatan angin yang bernilai 0 (nol) knots.

3.1.2. Persiapan Membuat Wave Rose 1) Mengumpulkan data kecepatan angin

2) Menentukan titik lokasi penelitian yaitu Teluk Betung, Punduh Pidada (daerah latihan Marinir), dan pantai Marina di Lampung Selatan. Dalam menentukan lokasi penelitian, titik lokasi diletakkan agak maju dari pinggir pantai. Hal ini dilakukan melihat titik ekstrim (hempasan gelombang besar). Letak titik agak maju dari bibir pantai, berpengaruh juga terhadap fetch (jumlah dan panjang fetch).


(37)

19

3) Mempersiapkan data kecepatan angin dalam bentuk Microsoft office excel dengan isi judul kolom 1-7 kolom, yaitu stnid (station), year, month, day, hour, wdir (wind direction), wspd (wind speed).

4) Menghapus/delete data kecepatan angin yang bernilai 0 (nol) knots.

3.2. Membuat Mawar Angin (Wind rose) dan Mawar Gelombang (Wave rose) 3.2.1. Membuat Mawar Angin (Wind rose)

Setelah tahap persiapan dilakukan yaitu menghapus nilai 0 (nol) pada wind speed, selanjutnya mawar angin dapat dibuat yaitu dengan mengcopy seluruh kolom data pada tahun yang sama, karena bentuk wind rose yang di olah pertahun (2007, 2008, 2009, 2010, 2011) mengcopy ke dalam bentuk text documentadd file di WRPLOT –wind classes di ganti sesuai maksimum wind speed– posisi oriention di direction (blowing from).

Sebelum nilai STNID s/d WSPD dimasukkan, copy kalimat informasi LAKES FORMAT dari WRPLOT_Samples (contoh bawaan dari WRPLOT) lalu nilai tersebut boleh mengikuti di bawahnya. Bila kalimat informasi tidak dimasukkan, maka pembacaan oleh WRPLOT tidak lengkap berakibat gambar wind rose hilang sebagian pada wind direction (0º-360º)

Berikut ini langkah-langkah selanjutnya sehingga terbentuk wind rose :

a) File notepad di masukkan ke dalam WRPLOT atau di add file untuk visualisasi wind rose.

b) Wind rose sudah terbentuk, lalu mengatur wind classes (dalam knots) menyesuaikan dengan kecepatan angin minimum dan maksimum diikuti dengan pengaturan warna direction yang diinginkan.


(38)

20

c) Untuk tampilan wind rose, orientation pada posisi direction (blowing from) lalu wind rose di save dalam bentuk kertas A5 (agar mudah dibaca).

3.2.2. Membuat Mawar Gelombang (Wave rose)

Tahap ini mencari tinggi gelombang dibantu dengan visualisasi dalam bentuk mawar gelombang (wave rose) dan perhitungan periode gelombang (Ts).

Tahapan pembuatan wave rose antara lain :

a. Menentukan panjang angin bertiup (fetch) dan kedalaman perairan pada fetch.

b. Mengkonversi kecepatan angin di darat (UL) menjadi kecepatan angin

dipermukaan laut (Uw) dicari dengan gambar 2.2 (bab II).

c. Mencari faktor tegangan angin di laut (UA) dicari dengan persamaan 2 (bab II).

d. Memasukkan data kecepatan angin persatu tahun ke dalam perhitungan wave

rose, dan data kecepatan angin diurutkan berdasarkan sudut arah angin kecil ke

besar (0º - 360º). Tujuannya untuk mempermudah memasukkan nilai fetch

sesuai sudutnya.

e. Menghitung nilai tinggi gelombang (H) dan periode gelombang (Ts) berdasarkan nilai F (fetch), UA, dan d dengan rumus perkiraan gelombang di laut dangkal (SPM, 1984) atau dengan menggunakan gambar 2.3. Grafik perkiraan gelombang.

f. Proses perhitungan UA, tinggi gelombang (H), dan periode gelombang (Ts) dibantu dengan Microsoft office excel. Data yang dihitung terdiri dari ribuan data kecepatan angin, oleh karena itu lebih cepat dan efisien dibantu komputerisasi dalam penyelesaiannya.

g. Proses visualisasi wave rose pada WRPLOT hampir sama dengan wind rose, hanya saja wave rose di WRPLOT dalam (m/s).


(39)

21

h. File notepad di masukkan ke dalam WRPLOT atau di add file untuk visualisasi wave rose.

i. Mengatur wind classes (dalam m/s) menyesuaikan dengan tinggi gelombang minimum dan maksimum diikuti dengan pengaturan warna direction yang diinginkan.

j. Untuk tampilan wave rose, orientation pada posisi direction (blowing from) lalu wave rose di save dalam bentuk kertas A5 (agar mudah dibaca).

k. Mencari wave rose pada 2 titik yang lain (lokasi 2 dan 3). l. Menganalisis parameter statistika gelombang antara lain :

 Standar deviasi

 Koefisien skewness

 Koefisien kurtosis

 Tinggi gelombang signifikan (Hs), H1 dan H10, H100 atau rerata tinggi gelombang (� ) (Hrerata).

3.3. Analisis Hasil

Hasil perhitungan ini akan ditampilkan dalam bentuk gambar dan tabel yang disertai dengan pembahasannya. Analisis tersebut antara lain :

1. Analisis data angin

2. Membuat tabel perkiraan gelombang, yaitu melihat perbandingan antara hasil tinggi gelombang tahun 2007 s.d 2011 lokasi 1, 2 dan 3.


(40)

3.4. Bagan Alir Penelitian

Gambar 3.1. Flow chart pelaksanaan penelitian

Pengolahan Data Angin Wind Rose

Wave Rose Lokasi 3 Wave Rose

Lokasi 1

Perkiraan Gelombang

Pengumpulan Data Angin

Kesimpulan dan Saran Analisis dan Pembahasan

Wave Rose Lokasi 2

FINISH START

Fetch, Kedalaman laut Lokasi 1

Fetch, kedalaman laut Lokasi 2

Fetch, kedalaman laut Lokasi 3

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

Peta Gambar

Pengolahan Data Angin

Pengumpulan Data Angin


(41)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

1. Kecepatan angin dominan terjadi pada kecepatan 5 – 9 knots dengan frekuensi sebesar 26.35%, kecepatan angin maksimum terjadi pada kecepatan >=30 knots dengan frekuensi sebesar 0.03% dan arah dominan bertiup dari arah 145º – 155º.

2. Pada lokasi 1 (daerah Teluk Betung) gelombang dominan terjadi pada ketinggian 1 – 5 cm dengan frekuensi sebesar 23.89%, gelombang maksimum terjadi pada ketinggian 75 – 125 cm dengan frekuensi sebesar 0.05% dan gelombang dominan dari arah 145º – 155º.

3. Pada lokasi 2 (daerah Pantai Marina) gelombang dominan terjadi pada ketinggian 5 – 15 cm dengan frekuensi sebesar 28.27%, gelombang maksimum terjadi pada ketinggian 55 – 75 cm dengan frekuensi sebesar 0.44% dan gelombang dominan dari arah 145º – 155º.

4. Pada lokasi 3 (daerah Punduh Pidada) gelombang dominan terjadi pada ketinggian 5 – 15 cm dengan frekuensi sebesar 23.99%, gelombang maksimum terjadi pada ketinggian 75 – 125 cm dengan frekuensi sebesar 0.14% dan arah gelombang dominan dari arah 145º – 155º.

5. Gelombang signifikan (Hs) di lokasi 3 rata-rata sebesar 61 cm, lebih besar dari lokasi 2 sebesar 52 cm dan di lokasi 1 yang sebesar 39 cm.


(42)

78

5.2. Saran

Penelitian ini menggunakan data kecepatan angin pada tahun 2007 s.d 2011 merupakan data kecepatan angin selama 5 tahun. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan data kecepatan angin dengan jumlah tahun yang lebih panjang, sehingga hasil yang didapatkan akan lebih baik.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Adzri, 2011, Data Angin Dengan Wind Waverose, 10 Maret 2011.

http://adzriair.blogspot.com/2011/03/data-angin-dengan-wind-wave-rose.html.

CERC, 1984, Shore Protection Manual. US Army Coastal Engineering Research Center. Washington. (SPM, 1984). Hal.249-337.

Gunawan, Muhamad,2012, Pertemuan kedelapan (kemencengan atau kemiringan) (skewness). http://muhamadgunawanccti.wordpress.com/2012/06/08/perte muan-kedelapan-kemencengan-atau-kemiringan-skewness/

Triatmodjo, Bambang, 1996, Pelabuhan. Beta Offset. Yogyakarta.

Triatmodjo, Bambang, 2012, Perencanaan Bangunan Pantai. Beta Offset. Yogyakarta.

Walpole, Ronald. E, 1993, Pengantar Statistika Edisi ke-3. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wibisono, M.S. 2005, Pengantar Ilmu Kelautan.PT. Gramedia Widiasarana. Jakarta.

Wikipedia, 2013, Angin, 21 November 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/Angin. Wikipedia, Standar deviasi, 6 April 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Standar-_deviasi.

Zakaria, Ahmad, 2009, Teori Gelombang Amplitudo Kecil dan Peramalan Gelombang. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 93 hal.


(1)

20

c) Untuk tampilan wind rose, orientation pada posisi direction (blowing from) lalu wind rose di save dalam bentuk kertas A5 (agar mudah dibaca).

3.2.2. Membuat Mawar Gelombang (Wave rose)

Tahap ini mencari tinggi gelombang dibantu dengan visualisasi dalam bentuk mawar gelombang (wave rose) dan perhitungan periode gelombang (Ts).

Tahapan pembuatan wave rose antara lain :

a. Menentukan panjang angin bertiup (fetch) dan kedalaman perairan pada fetch. b. Mengkonversi kecepatan angin di darat (UL) menjadi kecepatan angin

dipermukaan laut (Uw) dicari dengan gambar 2.2 (bab II).

c. Mencari faktor tegangan angin di laut (UA) dicari dengan persamaan 2 (bab II). d. Memasukkan data kecepatan angin persatu tahun ke dalam perhitungan wave

rose, dan data kecepatan angin diurutkan berdasarkan sudut arah angin kecil ke besar (0º - 360º). Tujuannya untuk mempermudah memasukkan nilai fetch sesuai sudutnya.

e. Menghitung nilai tinggi gelombang (H) dan periode gelombang (Ts)

berdasarkan nilai F (fetch), UA, dan d dengan rumus perkiraan gelombang di

laut dangkal (SPM, 1984) atau dengan menggunakan gambar 2.3. Grafik perkiraan gelombang.

f. Proses perhitungan UA, tinggi gelombang (H), dan periode gelombang (Ts)

dibantu dengan Microsoft office excel. Data yang dihitung terdiri dari ribuan data kecepatan angin, oleh karena itu lebih cepat dan efisien dibantu komputerisasi dalam penyelesaiannya.

g. Proses visualisasi wave rose pada WRPLOT hampir sama dengan wind rose, hanya saja wave rose di WRPLOT dalam (m/s).


(2)

21

h. File notepad di masukkan ke dalam WRPLOT atau di add file untuk visualisasi wave rose.

i. Mengatur wind classes (dalam m/s) menyesuaikan dengan tinggi gelombang minimum dan maksimum diikuti dengan pengaturan warna direction yang diinginkan.

j. Untuk tampilan wave rose, orientation pada posisi direction (blowing from) lalu wave rose di save dalam bentuk kertas A5 (agar mudah dibaca).

k. Mencari wave rose pada 2 titik yang lain (lokasi 2 dan 3). l. Menganalisis parameter statistika gelombang antara lain :

 Standar deviasi  Koefisien skewness  Koefisien kurtosis

 Tinggi gelombang signifikan (Hs), H1 dan H10, H100 atau rerata tinggi

gelombang (� ) (Hrerata).

3.3. Analisis Hasil

Hasil perhitungan ini akan ditampilkan dalam bentuk gambar dan tabel yang disertai dengan pembahasannya. Analisis tersebut antara lain :

1. Analisis data angin

2. Membuat tabel perkiraan gelombang, yaitu melihat perbandingan antara hasil tinggi gelombang tahun 2007 s.d 2011 lokasi 1, 2 dan 3.


(3)

3.4. Bagan Alir Penelitian

Gambar 3.1. Flow chart pelaksanaan penelitian Pengolahan Data Angin Wind Rose

Wave Rose

Lokasi 3

Wave Rose

Lokasi 1

Perkiraan Gelombang

Pengumpulan Data Angin

Kesimpulan dan Saran Analisis dan Pembahasan

Wave Rose

Lokasi 2

FINISH START

Fetch, Kedalaman laut Lokasi 1

Fetch, kedalaman laut Lokasi 2

Fetch, kedalaman laut Lokasi 3

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

Peta Gambar

Pengolahan Data Angin

Pengumpulan Data Angin


(4)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

1. Kecepatan angin dominan terjadi pada kecepatan 5 – 9 knots dengan frekuensi sebesar 26.35%, kecepatan angin maksimum terjadi pada kecepatan >=30 knots dengan frekuensi sebesar 0.03% dan arah dominan bertiup dari arah 145º – 155º.

2. Pada lokasi 1 (daerah Teluk Betung) gelombang dominan terjadi pada ketinggian 1 – 5 cm dengan frekuensi sebesar 23.89%, gelombang maksimum terjadi pada ketinggian 75 – 125 cm dengan frekuensi sebesar 0.05% dan gelombang dominan dari arah 145º – 155º.

3. Pada lokasi 2 (daerah Pantai Marina) gelombang dominan terjadi pada ketinggian 5 – 15 cm dengan frekuensi sebesar 28.27%, gelombang maksimum terjadi pada ketinggian 55 – 75 cm dengan frekuensi sebesar 0.44% dan gelombang dominan dari arah 145º – 155º.

4. Pada lokasi 3 (daerah Punduh Pidada) gelombang dominan terjadi pada ketinggian 5 – 15 cm dengan frekuensi sebesar 23.99%, gelombang maksimum terjadi pada ketinggian 75 – 125 cm dengan frekuensi sebesar 0.14% dan arah gelombang dominan dari arah 145º – 155º.

5. Gelombang signifikan (Hs) di lokasi 3 rata-rata sebesar 61 cm, lebih besar dari


(5)

78

5.2. Saran

Penelitian ini menggunakan data kecepatan angin pada tahun 2007 s.d 2011 merupakan data kecepatan angin selama 5 tahun. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan data kecepatan angin dengan jumlah tahun yang lebih panjang, sehingga hasil yang didapatkan akan lebih baik.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Adzri, 2011, Data Angin Dengan Wind Waverose, 10 Maret 2011.

http://adzriair.blogspot.com/2011/03/data-angin-dengan-wind-wave-rose.html.

CERC, 1984, Shore Protection Manual. US Army Coastal Engineering Research Center. Washington. (SPM, 1984). Hal.249-337.

Gunawan, Muhamad,2012, Pertemuan kedelapan (kemencengan atau kemiringan) (skewness). http://muhamadgunawanccti.wordpress.com/2012/06/08/perte muan-kedelapan-kemencengan-atau-kemiringan-skewness/

Triatmodjo, Bambang, 1996, Pelabuhan. Beta Offset. Yogyakarta.

Triatmodjo, Bambang, 2012, Perencanaan Bangunan Pantai. Beta Offset. Yogyakarta.

Walpole, Ronald. E, 1993, Pengantar Statistika Edisi ke-3. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wibisono, M.S. 2005, Pengantar Ilmu Kelautan.PT. Gramedia Widiasarana. Jakarta.

Wikipedia, 2013, Angin, 21 November 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/Angin. Wikipedia, Standar deviasi, 6 April 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Standar-_deviasi.

Zakaria, Ahmad, 2009, Teori Gelombang Amplitudo Kecil dan Peramalan Gelombang. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 93 hal.