Bias Gender pada Adopsi Internet oleh Guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung(Studi pada Guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung)

ABSTRACT

GENDER DIFFERENCES IN ADOPTION OF INTERNET BY SMK
PRIVATE TEACHERS IN BANDARLAMPUNG
(Study On Private Vocational Teachers In Bandarlampung)

By
Deka Vivi Rosela

The skills related on technology especially internet often believed to be closer to
men, remains internet adoption by women more likely to be lower. Empowering
education, male or female teachers are expected to be equal in adopting internet in
teaching and learning activity. The aims of this research are to understand:
1.Internet adoption by private SMK teachers in Bandarlampung with digital
divide. 2.Gender differences on internet adoption by private SMK teachers in
Bandarlampung with digital divide. Technique sampling uses slovin sets up 119
teachers in three SMK, SMK 2 Mei, SMK Arjuna and SMK Dharmapala, with
descriptive method and quantitative approach. This research uses Technological
Acceptance Model (TAM) constructs which are perceived usefulness, perceived
ease of use and actual usage of internet.
The results show that internet adoption by private SMK teachers in

Bandarlampung with digital divide reveals that high perceived usefulness internet
of teachers (chi count 1,873 < chi table 18,31) and medium perceived ease of use
internet of teachers (chi count 14,184 < chi table 18,31) does not seem affecting
actual usage internet of teachers (chi count 60,929 > chi table 43,77). This also
reveals that high perceived usefulness internet of gender teachers (chi count 0,156
< chi table 11,07) and medium perceived ease of use internet of gender teachers
(chi count 1,842 < chi table 11,07) does seem affecting the high actual usage
internet of gender teacher (chi count 18,606 > chi table 25,00). It can be
concluded that there is no gender differences on internet adoption by private SMK
teachers in Bandarlampung with digital divide.

Key word: Digital divide, internet adoption, gender differences

ABSTRAK

Bias Gender Pada Adopsi Internet oleh Guru SMK Swasta
Di Kota Bandarlampung
(Studi pada Guru SMK Swasta Di Kota Bandar Lampung)

Oleh

Deka Vivi Rosela

Kemampuan menguasai teknologi khususnya internet sering diyakini lebih dekat
dengan identitas laki-laki, sehingga pengadopsian internet oleh perempuan sering
lebih rendah. Sebagai tenaga pendidik, guru laki-laki maupun guru perempuan
dituntut untuk sama dalam mengadopsi internet dalam kegiatan belajar mengajar.
Tujuan penelitian ini: 1. Mengungkapkan adopsi internet oleh guru SMK Swasta
di Bandarlampung yang senjang secara digital. 2. Mengetahui bias gender pada
adopsi internet oleh guru SMK Swasta di kota Bandarlampung yang senjang
secara digital. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus slovin sebanyak
119 guru di tiga SMK yaitu SMK 2 Mei, SMK Arjuna, dan SMK Dharmapala.
Tipe penelitian ini termasuk pada penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Penelitian ini menggunakan konstruk Technological Acceptance
Model (TAM) yaitu persepsi kebermanfaatan internet (Perceived Usefulness/PU),
persepsi kemudahan internet (Perceived Ease Of Use/PEOU), dan penggunaan
internet sesungguhnya (Actual Usage).
Hasil penelitian pada adopsi internet antar SMK Swasta yang senjang secara
digital menunjukan perceived usefulness internet guru yang tinggi (chi hitung
1,873 < chi tabel 18,31) dan perceived ease of use internet guru yang sedang (chi
hitung 14,184 < chi tabel 18,31) tidak mengakibatkan tingginya actual usage

internet guru (chi hitung 60,929 > chi tabel 43,77). Penelitian pada gender guru
SMK Swasta di Bandarlampung yang senjang secara digital menunjukan
perceived usefulness internet terhadap gender guru yang tinggi (chi hitung 0,156 <
chi tabel 11,07) dan perceived ease of use internet terhadap gender guru yang
tinggi (chi hitung 1,842 < chi tabel 11,07) mengakibatkan tingginya actual usage
internet terhadap gender guru (chi hitung 18,606 < chi tabel 25,00). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada bias gender pada adopsi internet oleh guru
SMK Swasta di kota Bandarlampung.
Kata kunci: Kesenjangan Digital, Adopsi Internet, Bias Gender

GURU
RilETOLEH
I
PADAADOPSI
BTAS
GEN'T}ER
BANBARTAIIPUI|G
DI KOTA
Sf'lKSYSASIA
{Studi@ GuruSMKSwashdi lGtaBatdarhmpung}

Oleh

t$eks ctlivi cf€sels
Skripsi
SebagaiSalah Satu Syarat untuk MencapaiGelar
SARJANA ILMU KOMUNII(ASI
Pada
Jurusanllmu Kornunikasi
Fakultasllmu Sosialdan llmu Politik

FAKULTASILMU SOSIALDAN IL}IU POTITIK
LAMPUNG
UHIVERSTTAS
BANDARTAMPUNG
2AL4

BIAS GTENDEfrPAI}A AT}OreI
INTERNET OLEH GI,'RU SFIIT STilASTA
DI KOTA BANDANII$IPUNG
(Studi pada Guru SFIII Snrasta di l[ota

Bandarlampung)

Judul Skripsi

llama Mahasiswa

glsknqliriW

Iomor Pokok Mahasiswa

101605LO57

Junrsan

Ilmu,Komunikasi

Fakultas

Ilmu Sosial dan llmu Politik


TTENTETUJUI
1. Komisi Pembimbing

Dta. lda Nurhalda, Ff.Sl.
2 002
r{rP 19610807 L9,87C,5

2. Ketua Jurusan llmu Komunikasi

Teguh Budt Bahado, FI.SI.
rP 19600T22 L9,87051004

SURAT PERNYATAJUY

Yang bertandatangandibawahini:
Nama

: DekaVivi Rosela

NPM


1037
: 101603

Junrsan

: Ilmu Komunikasi

Dengan ini menyatakarus*ripsi ini merupakan bagian dwi Grant Research Strategis
Nasional, Dra. Ida Nurhaida M.Si., Ageng SadnowoRepelianto,s.Si., M.si., Dr. Riswanti
Rini denganjudul "PengembanganModel Pengukurane-ReadinessInstitusi Pendidikan
SLTA di Kota BandarLampung."
Skripsi sayayang berjudul "Bias GenderPadaAdopsi Internet Oleh Guru SMK Swastadi
Kota Bandarlampug(Studi PadaGuru SMK Swastadi Kota Bandarlampung)"adalahhnarbenarhasil karya sendiri,bukanplagiat(milik oraoglain) ataupundibuat oleh oranglain.
Apabila di kenrudian hari hasit penelitian/stcipsi say4 ada pihak-pihak yang meftNa
keberatanmaka sayaakanbertanggungjawab sesuaidenganperaturanyang berlakudan siap
untuk dicabutgelar akademiknya.
Demikian suratpernyataanini sayabuat dalamkeadaansadardantidak dalaurtekananpihakpihakmanapun.
B,andarLampung; OktoberZA1.4
Yang membuatpernyataan,


;TSffiW

,,,',n,i3{!rtoNcuNa.4Ncs,{\ffi

11D24ACF444613?*
li

qNA{y.\_BIDV_BU-B_IAI:

'fffi
DekqViqi Roqplp
NPM. 101603rA37

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung pada tanggal 18
Desember 1992. Penulis merupakan putri pertama dari
tiga bersaudara, buah hati dari pasangan Rasyid dengan
Hesty Triwahyuni. Penulis menyelesaikan pendidikan

SD Kartika II-5 Bandarlampung pada tahun 2004,
SMP Negeri 2 Bandarlampung pada tahun 2007 dan
SMA Negeri 2 Bandarlampung pada tahun 2010. Pada
tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kepengurusan Himpunan
Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Komunikasi periode 2011-2012 sebagai anggota
bidang Advertising, diteruskan pada periode kepengurusan 2012-2013 sebagai
sekertaris bidang bidang Advertising.

PERSEMBAHAN

Salah satu yang paling melegakan mahasiswa adalah ketika kita
bisa

menyelesaikan

skripsinya.


Alhamdulillah

penulis

merasakan

kelegaan ini. Terimakasih tak terhingga serta rasa syukur kepada Allah
SWT, terimakasih atas kejutan yang diberikan, pelajaran yang berharga,
dan kesempatan berdoa yang Kau berikan.
Kepeda keluarga tercinta, Mama dan Papa, adiku Aik dan Alin,
terimakasih atas segala kasih sayang dan perhatian yang kalian berikan,
terimakasih kita masih menjadi satu tim yang utuh, alasannya saya
untuk terus berjuang dalam hidup.

Moto

Do
More
What
Make

You
Happy

SANWACANA

Alhamdulillahhirobbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis hanturkan
kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkah dan karunia-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktunya sesuai dengan harapan penulis
dengan judul “Bias Gender Pada Adopsi Internet Oleh Guru SMK Swasta
di Bandarlampung”

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini
tak luput dari kesalahan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan yang
lebih baik lagi nantinya. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat
dikemudian hari.

Berbekal pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, tanpa adanya
bantuan,dukungan, motivasi, dan semangat dari berbagai pihak yang terlibat
dalam penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, Selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu
Komunikasi, untuk segala keramahan, kesabaran serta keiklasannya
mendidik dan membantu mahasiswa selama ini.
3. Ibu Dra. Ida Nurhaida, M.Si selaku Pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis serta bersedia
memahami ketidak mengertian penulis dalam proses penyusunan skripsi
4. Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos., MComn&MediaSt, selaku sekretaris
jurusan Ilmu Komunikasi dan pembahas skripsi saya. Terimakasih atas
masukan yang ibu berikan.
5. Ibu Anna Gustina S.Sos, selaku dosen pembimbing akademik penulis
dan seluruh jajaran dosen FISIP Universitas Lampung khususnya
jurusan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan
bermanfaat selama penulis menuntut ilmu di jurusan ini.
6. Kepala

SMK

2

Mei

Bandarlampung,

Kepala

SMK

Arjuna

Bandarlampung dan Kepala SMK Dharmapala Panjang yang telah
memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian.
7. Yang setia bersamaku meski terkadang aku lupa kau dimana, yang
tersenyum melihat kebahagianku, yang selalu khawatir keadaanku, yang
mengusap kepalaku dengan kasih sayang, yang selalu menatapku
dengan bangga, yang sabar mendengar ceritaku, yang tidak berhenti
mendoakanku, terimakasih Mah, Pah. Terimakasih juga buat adiku
tercinta aik dan alin, kita terus jadi tim yang kuat ya.

8. Terimakasih buat ce anggin, ce inggit, abang, ayah, dan alm umi, dan
semua keluarga besar, saya akan bekerja lebih keras lagi demi kalian.
9. Temen SD, SMP ( Pradita,Ditha,Nevia,Rine, kita masih bertahan sampe
sekarang guys), temen SMA (Eka,Melisa Okta,Okti,Rika, saya masih
ingat cerita bodoh kita dulu, walau sekarang terkadang kita lupa satu
sama lain, semoga mimpi-mimpi dulu yang kita ceritakan tercapai
semua ya) Spesial buat Fajar Ayu, kita temenan dari SMP sampe
sekarang, saya masih berdoa semoga kita berdua bisa sukses ya jar
hingga kita bisa bahagian orang tua kita, amin.
10. Dewi Alifia Febrianti,Tia Lidarni, Fitri Amalia, Putri Ariesta dan Rina
Puteri Octarina, kalian temen terkreatif dan terkeren yang saya punya,
terimakasih sudah menjadi bagian cerita saya selama kuliah, kelak kita
akan susah kumpul bersama atau saling bercerita, doa saya semoga kita
menjadi wanita sukses dan ibu yang hebat, terimakasih ya guys.
11. Ardika, Obi makasih bully nya selama ini, Ahong, kak Adit, Pandu,
Azul, I, Nta, Ojan, Umar, Dio, Sigit, dan seluruh angkatan 2010, kalian
luar biasa. Semoga kita masih bisa kumpul ya.
12. Buat temen-temen satu manajeman dewi, dwi, jerry, rina, hafiz, hesti,
dendi, mbak susan, mbak balqis, esy, kak fendi terima kasih untuk
sharring dan berbagi dalam pengerjaan skripsi.
13. Adik-adik komunikasi angkatan 2011, 2012, 2013, 2014 dst terima
kasih buat motivasi dan perhatiannya selama ini. Selamat menjawab
pertanyaan kapan seminar, kompre, dan lulus dari adek tingkat kalian.

14. Kakak-kakak komunikasi, kak yaying terimakasih untuk jadi pendengar
yang baik saya akan ingat terus nasihat nya kak, kak ibo, kak doni, kak
ali, kak radith, kak jes, kak jody, mba intan

dll terimakasih atas

bimbingannya selama ini.
15. Temen komunitas, Silvana yang mengenalkan RBAN dengan anak
pulau tegal, Bernas dengan adek-adek baiknya farah faras ncip dll,
terimakasih telah mengajarkan saya melihat dunia lebih luas.
16. Keluarga besar Triuno Photography, Pak Ardan, Kak Alan, Mba Ririn,
Mba Yeni, dll terimakasih atas pelajaran selama beberapa bulan ini.
17. Keluarga besar HMJ Ilmu Komunikasi UNILA yang telah memberi
pengalaman berharga dan pertemanan yang sangat berarti. Sukses selalu
buat HMJ Ilmu Komunikasi Unila!
18. Keluarga dan teman-teman KKN desa Menanga Siamang
19. Serta kepada anda yang membaca skripsi ini, semoga dapat berguna dan
bermanfaat bagi anda dan yang lainnya.

Penulis,

Deka Vivi Rosela

DAFTAR ISI

ABSTRAK
ABSTRACT
HALAMAN PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
RIWAYAT HIDUP
PERSEMBAHAN
MOTTO
SANWACANA
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR BAGAN
DAFTAR TABEL

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
D. Kegunaan Penelitian ......................................................................

1
8
8
9

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Adopsi Internet ....................................................
1. Pengertian Internet ...............................................................
2. Adopsi Internet ......................................................................
B. Bias Gender dan Adopsi internet ................................................
1. Pengertian Gender ................................................................
2. Pengertian Bias Gender.........................................................
3. Bias Gender dalam Pendidikan .............................................
4. Bias Gender dalam Adopsi internet .....................................
C. Kesenjangan Digital (Digital Divide) dalam Adopsi Internet ....
1. Definisi Kesenjangan Digital ...............................................
2. Kesenjangan Digital di Indonesia ........................................
3. Kesenjangan Digital pada Perempuan ..................................
D. Landasan Teori ............................................................................
1. Tinjauau Teoritis Technology Acceptance Model (TAM) ...
2. Persepsi Manfaat Menggunakan Internet
(Perceived usefulness) ...........................................................
3. Persepsi Kemudahan Menggunakan Internet
(Perceived ease of use)..........................................................
4. Penggunaan Internet Sesungguhnya (Actual Usage) ............
E. Tinjauan Terdahulu tentang Adopsi internet, gender, dan TAM

10
10
11
13
13
14
15
16
18
18
18
21
23
23
24
25
26
27

1. Penelitian Oleh Radiansyah (2010).......................................
2. Penelitiann Oleh Poppy Ayu (2013) ....................................
3. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ...............................
F. Kerangka Pikir ............................................................................
G. Hipotesis......................................................................................

27
28
29
30
32

III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian.............................................................................
B. Metode Penelitian ........................................................................
C. Identifikasi Variabel Penelitian ...................................................
D. Definisi Konsep ...........................................................................
E. Definisi Operasional ....................................................................
F. Populasi dan Sampel ...................................................................
G. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
H. Teknik Pengolahan Data .............................................................
I. Teknik Pemberian Skor ..............................................................
J. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian .....................................
K. Uji Hipotesis ................................................................................
L. Teknik Analisis Data ...................................................................

33
33
34
34
36
38
44
45
46
47
49
49

IV. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. SMK 2 Mei Bandarlampung .......................................................
B. SMK Arjuna Bandarlampung .....................................................
C. SMK Dharmapala Bandarlampung .............................................

51
55
58

V. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Uji Validitas ................................................................................
B. Uji Reliabilitas ............................................................................
C. Karakteristik Responden .............................................................
D. Analisis Deskriptif Tabel Jawaban Responden ...........................
1. Persepsi Kebermanfaatan Menggunakan Internet .................
2. Persepsi Kemudahan Menggunakan Internet ........................
3. Penggunaan Internet Sesungguhnya .....................................
E. Pengujian Hipotesis .....................................................................
F. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................

60
64
66
73
74
83
93
106
113

VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..................................................................................
B. Saran ...........................................................................................

117
118

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Halaman
TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.

32.

Indikator variabel Y .........................................................................
Hasil Sensus di SMK Swasta di Kota Bandarlampung....................
Hasil Ratting Kategori Sekolah .......................................................
Ukuran Kemantapan Alpha ..............................................................
Jumlah Guru SMK 2 Mei Bandarlampung ......................................
Keadaan Jumlah Guru Dan Karyawan SMK Arjuna .......................
Keadaan Jumlah Guru Dan Karyawan SMK Dharmapala...............
Uji Validitas Variabel Persepsi Kebermanfaatan Internet/PU .........
Uji Validitas Variabel Persepsi Kemudahan Internet/PEOU ...........
Uji Validitas Penggunaan Internet Sesungguhnya/AU ....................
Ikhtisar Uji Reliabilitas Kuesioner ...................................................
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................
Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan Gadget ...........
Karakteristik Responden Berdasarkan Akses ke Internet ................
Karakteristik Responden Berdasarkan Rata-rata Mengakses ..........
Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman
Menggunakan Internet .....................................................................
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Responden ................
Analisis Persepsi Manfaat Menggunakan Internet ..........................
Analisis Tingkat Persepsi Kebermanfaatan Internet ........................
Tingkat Persepsi Kebermanfaatan Internet Antar Sekolah ..............
Tingkat Persepsi Kebermanfaatan Internet/PU
Berdasarkan Jenis Kelamin ..............................................................
Analisis Tingkat Persepsi Kemudahan Internet ...............................
Analisis Tingkat Persepsi Kemudahan Internet / PEOU .................
Tingkat Persepsi Kemudahan Internet Antar Sekolah .....................
Tingkat Persepsi Kemudahan Internet/PEOU
Berdasarkan Jenis Kelamin ..............................................................
Penggunaan Internet Sesungguhnya Berdasarkan Gender...............
Analisis Tingkat Penggunaan Internet Sesungguhnya .....................
Tingkat Penggunaan Internet Sesungguhnya Antar Sekolah ...........
Analisis Aktifitas Penggunaan Internet Sesungguhnya
Berdasarkan Jenis Kelamin ..............................................................
Hipotesi Perbedaan Adopsi Internet Antara SMK Swasta di
Bandarlampung ................................................................................
Hipotesis Perbedaan Adopsi Internet Antara Guru Perempuan
dan Guru Laki-laki di SMK Swasta Bandarlampung
Sekolah Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................
Hipotesis Perbedaan Adopsi Internet Antara Guru Perempuan
dan Guru Laki-laki di SMK Swasta Bandarlampung Yang
Senjang Secara Digital .....................................................................

37
40
42
49
54
57
59
62
63
61
65
66
67
68
70
71
72
74
78
79
81
83
88
89
91
93
100
101
106
104

106

108

DAFTAR BAGAN

Bagan

Halaman

1. Kerangka Pikir ..................................................................................................31

DAFTAR GAMBAR

Halaman
GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Fasilitas Laboratorium SMP, SMA, SMK .......................................
Ketersediaan Fasilitas TIK di SMA-SMK .......................................

19
20

Kondisi Lab Komputer SMK 2 Mei ..........................................................
Kondisi Lab Komputer SMK Arjuna ........................................................
Kondisi Lab Komputer SMK Dharmapala................................................

53
56
58

Diagram Batang Analisis Persepsi Kebermanfaatan Internet ..........
Diagram Batang Analisis Persepsi Kebermanfaatan Internet
Antar Sekolah ...................................................................................
Diagram Batang Analisis Persepsi Kebermanfaatan Internet
Berdasarkan Jenis Kelamin ..............................................................
Diagram Batang Analisis Persepsi Kemudahan Menggunakan
Internet .............................................................................................
Diagram Batang Analisis Persepsi Kemudahan Menggunakan
Internet Antar Sekolah .....................................................................
Diagram Batang Analisis Persepsi Kemudahan Menggunakan
Internet/PEOU Berdasarkan Jenis Kelamin .....................................
Diagram Batang Analisis Tingkat Penggunaan Internet
Sesungguhnya ..................................................................................
Diagram Batang Analisis Tingkat Aktifitas Penggunaan Internet
Sesungguhnya Antar Sekolah ..........................................................
Diagram Batang Analisis Aktifitas Penggunaan Internet
Sesungguhnya Antar Sekolah Berdasarkan Jenis Kelamin..............

79
80
82
89
90
92
101
102
104

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi jaringan internet telah mengubah paradigma dalam
mendapatkan informasi dan berkomunikasi, yang tidak lagi dibatasi oleh dimensi
ruang dan waktu. Melalui keberadaan internet kita bisa mendapatkan informasi
yang dibutuhkan dimanapun dan kapanpun waktu yang diinginkan. Salah satu
bidang yang tersentuh dampak perkembangan teknologi ini adalah dunia
pendidikan. Sebagai sebuah sumber informasi yang hampir tak terbatas, maka
jaringan internet memenuhi kapasitas dijadikan sebagai salah satu sumber
pembelajaran dalam dunia pendidikan.

Kemajuan teknologi memberikan banyak tawaran dan pilihan bagi dunia
pendidikan untuk menunjang

proses pembelajaran sehingga pembelajaran

menjadi lebih efektif dan efisien bagi siswa. Pendayagunaan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) diyakini dapat menunjang upaya peningkatan dan
pemerataan akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing
pendidikan menengah.

2

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenis satuan
pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah. Dalam menjalankan
tugas dan fungsinya, terbukti bahwa SMK memiliki peran strategis dalam
pendidikan ketenagakerjaan. Namun, akses internet ternyata belum merupakan
realitas bagi sebagian SMK Swasta di Kota Bandarlampung, terutama akses
internet untuk sekolah yang senjang secara digital. Hal ini kemungkinan
disebabkan kurangnya infrastruktur, biaya deployment yang tinggi, internet
kurang dikenal, dominasi bahasa Inggris di dunia maya, dan kurangnya manfaat
internet dalam menangani isu-isu pembangunan.

Tuntutan yang harus dilaksanakan oleh guru dan sekolah dalam pelaksanaan
proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
menghadapi berbagai kendala yang tidak sederhana. Masalah utama yang
seringkali dihadapi oleh pihak sekolah dan guru adalah keterbatasan sumber daya,
baik sumber daya fisik, sumber daya manusia maupun sumber belajar berbasis
teknologi komputer dan telekomunikasi.

Faktanya, sebagian besar sekolah belum terkoneksi ke Internet. Dalam Symposium
On Open Distance and E-Learning (ISODEL 2007) baru 9% dari populasi
sekolah yang berjumlah 220.000 yang terkoneksi ke internet. Bahkan koneksi ke
internet yang diprakarsai oleh Kemendikbud dalam program Schoolnet pada tahun
2011 baru merancang 16.678 sekolah yang terlibat atau baru 7,2% dari total
sekolah di Indonesia dan ada 2.214 titik SMK di Indonesia. Sementara sarana
laboratorium komputer sebagai sarana membangun kompetensi TIK juga faktanya
sama.

3

Studi Nurhaida dkk (2009) menemukan bahwa 43% SLTA yang ada di Kota
Bandarlampung yang nota bene adalah ibu kota propinsi tidak memiliki
laboratorium yang memadai, baik dari segi kualitas mapun jumlah. Banyak
sekolah, utamanya SLTA swasta memiliki komputer kurang dari 10 unit, padahal
siswa yang harus dilayani lebih dari 40 siswa. Padahal dalam program percepatan
pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010 (Inpres No.1 Tahun
2010) targetnya 40% SLTA dan 20% SLTP menerapkan sistem sekolah berbasis
TIK.

Departemen Komunikasi dan Informasi telah melaksanakan Program Community
Access Point (CAP) atau Warung Masyarakat Informasi (WARMASIF) yang
memungkinkan akses internet di kantor pos. Sementara Kementerian Riset dan
Teknologi

juga

telah

mengembangkan

Warung

Informasi

Teknologi

(WARINTEK), yaitu perpustakaan umum dan fasilitas publik lain yang berbasis
internet. Demikian juga Departemen Pendidikan Nasional juga mengembangkan
Pusat TIK dengan penyediaan fasilitas internet di 500 sekolah menengah kejuruan
(SMK). Melalui Jaringan Pendidikan Nasional (JARDIKNAS), Departemen
Pendidikan Nasional juga telah membangun laboratorium komputer lengkap
dengan akses internetnya di 6.500 sekolah.

Seperti halnya pada satuan pendidikan lainnya, upaya implementasi TIK dalam
pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diduga juga menghadapi
banyak kendala yang dapat mengganggu upaya implementasi tersebut, baik pada
mata pelajaran normatif, adaptif, maupun produktif. Kendala-kendala tersebut
baik yang bersifat internal yang berhubungan dengan kemampuan sekolah, guru,

4

siswa, kurikulum, maupun yang bersifat eksternal yang berhubungan dengan
pemangku kepentingan (stakeholder).

Guru sebagai faktor utama dalam proses pendidikan di sekolah perlu mendapatkan
perhatian lebih melalui kegiatan pelatihan dan pendidikan yang sistematis dalam
penguasaan TIK. Guru yang dituntut harus dengan cepat memperbarui
pengetahuan, keterampilan, dan kompetensinya dalam bidang TIK, ternyata tidak
dapat begitu saja dengan mudah menguasai bidang TIK ini. Banyak kendala mulai
dari faktor usia, dukungan sarana peralatan, kesempatan, dukungan kebijakan dari
atasan, hingga ketersediaan infrastruktur di sekolah yang tidak merata dan tidak
dengan mudah bisa disesuaikan.

Realitas saat ini guru-guru di Indonesia pada umumnya masih banyak yang belum
mengimplementasikan TIK (internet) dalam pembelajaran. Di sisi lain,
ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai di suatu sekolah
maupun yang merupakan milik pribadi guru, sering tidak diiringi dengan
kemampuan para guru untuk memanfaatkannya sebagai media pendukung
pembelajaran secara optimal, sehingga peralatan TIK tersebut masih terkesan
hanya dijadikan pajangan sebagai simbol kekinian teknologi.

Sebagai tenaga profesional, guru perempuan maupun laki-laki tidak boleh gaptek
(gagap teknologi) sehingga semua guru dituntut untuk selalu mengembangkan diri
sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk meningkatkan
profesionalisme guru SMK, Pemerintah mengadakan program bimbingan teknis
bagi 318 guru SMK untuk mendapatkan sertifikasi sesuai denganbidang keahlian

5

yang tersedia. Sementara bagi 250 guru SMK Kabupaten/Kota juga tersedia
beasiswa untuk mendapatkan program S2 bagi guru SMK di empat perguruan
tinggi negeri yang telah ditunjuk (Renstra Ditjen Dikmen 2010 : 74).

Menurut Kementrian Pemberdayaan Perempuan, bidang teknologi, khususnya
TIK, masih sangat dekat dengan identitas laki-laki sedangkan perempuan sering
kali hanya sebagai obyek. Sedangkan kuantitas jumlah perempuan hampir separuh
dari penduduk Indonesia yang merupakan potensi jika diberdayakan dengan baik.
Dalam bidang teknologi informasi (TI), perempuan sebenarnya tak kalah
dibanding laki-laki. Sifat-sifat seperti kesabaraan, kepekaan, ketelitian, dan
kepandaian berkomunikasi yang khas, menjadi kompetensi ‘mahal’ para
perempuan untuk berkarier di bidang ini.

Menurut Mcguire (dalam Hermana, 2007 : 1) melaporkan hasil studi yang
dilakukan oleh Academy for Educational Development bahwa dari sekitar 30
negara terlihat bahwa pengguna internet di negara-negara berkembang kurang dari
1 persen dari total populasi. Sedangkan perempuan pengguna internet hanya 22
persen di Asia, 8 persen di Amerika Latin , 6 persen di Timur Tengah dan hanya
sedikit di Afrika.

Pengguna internet dari kalangan wanita tersebut lebih banyak berasal dari daerah
perkotaan, berpendidikan tinggi, dan sebagian besar menggunakan komputer
dalam pekerjaan rutin di perkantoran. Berbagai kendala yang dihadapi kaum
perempuan termasuk guru perempuan sebagai tenaga pengajar dalam mengakses
teknologi informasi diantaranya adalah tingkat ketrampilan dan pendidikan yang
rendah, masalah bahasa, keterbatasan waktu, masalah biaya akses internet,

6

keterbatasan lokasi fasilitas koneksi, norma budaya dan sosial, serta ketrampilan
manajemen dan komputer yang tidak memadai.

Komputer dianggap sebagai budaya maskulin, bahkan perempuan jarang memilih
karir pada bidang teknologi informasi atau teknologi secara umum, komputer
dianggap sebagai hal teknis dan menganggap perempuan sulit untuk
menggunakannya. Internet adalah bagian dari teknologi informasi sehingga ada
anggapan bahwa pria cendrung lebih mahir berinternet dibandingkan perempuan.

Beberapa penelitian secara spesifik mencoba meneliti isu gender pada ketakutan
dan perilaku terhadap komputer. Sebagai contoh, Qureshi dan Hoppel (dalam
Nasution, 2008 : 2) membuktikan bahwa variabel-variabel demografi seperti
gender, status, IPK, jurusan, pengalaman komputer sebelumnya, dan antisipasi
masa depan mempengaruhi bagaimana perasaan pengguna terhadap komputer.
Ditemukan bahwa laki-laki lebih cenderung tertarik untuk belajar tentang
komputer (internet) dibandingkan dengan perempuan.

Harrison dan Rainer 1992 (dalam Nasution, 2008 : 2) meneliti perbedaan
individual terhadap keahlian menggunakan komputer dan membuktikan bahwa
gender, umur, pengalaman komputer sebelumnya, ketakutan terhadap komputer,
dan gaya kognitif berkaitan dengan tingkat keahlian komputer. Laki-laki cendrung
menggunakan computer ke tempat kerja dibandingkan perempuan, dan komputer
dianggap sebagai orientasi pria

Kaplan (1994 : 18) melaporkan jajak pendapat yang dilakukan oleh Logitech of
Fremont di California menunjukkan bahwa pria dan perempuan memandang

7

komputer secara berbeda. Pria lebih tertarik dalam menguasai perintah komputer
dan ingin suara dan fitur dalam komputer dapat memperluas indra mereka.
Perempuan cenderung berpikir bahwa komputer menyenangkan digunakan tetapi
pria berfikir bahwa komputer dapat dikuasai. Sebaliknya, penelitian yang
dilakukan oleh Parasuraman dan Igbaria (1990) dan Howard dan Smith (1986)
(dalam Nasution, 2008 : 2) menunjukkan tidak adanya perbedaan gender terhadap
ketakutan dan perilaku pada komputer.

Perbedaan penggunaan internet ini juga terjadi diantara guru laki-laki dengan guru
perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian Van Djik bahwa pengadopsian
teknologi lebih merupakan fenomena sosial (motivasi, keterampilan, penggunaan
(usage) dan konsekuensinya). Keahlian menggunakan teknologi menyebabkan
situasi

orang

yang

memiliki

keterbatasan

ketrampilan

akan

terlambat

dibandingkan dengan mereka yang memiliki kemampuan memilih dan memproses
informasi.

Ketaksesuaian hasil penelitian-penelitian sebelumnya mengenai ada tidaknya
senjangan gender terhadap keberterimaan teknologi informasi menyarankan
adanya kebutuhan untuk melakukan penelitian pada ada tidaknya perbedaan
gender. Saran yang berkembang perlunya untuk mengendalikan faktor-faktor
tertentu sebagai kovariat agar hasil yang ditemukan benar-benar merujuk pada
gender. Penelitian ini berusaha melihat apakah terdapat bias gender terhadap
adopsi internet pada teknologi informasi khususnya oleh guru SMK Swasta di
Kota Bandarlampung.

8

B. Rumusan Masalah

Atas latar belakang yang diuraikan di atas, permasalahan yang akan diungkapkan
dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ada perbedaan adopsi internet oleh guru SMK di Kota Bandarlampung
yang senjang secara digital?
2. Apakah ada bias gender pada adopsi internet oleh guru SMK di Kota
Bandarlampung yang senjang secara digital?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu :
1. Mengungkapkan

adopsi internet oleh

Guru SMK Swasta di kota

Bandarlampung.
2. Mengetahui bias gender pada adopsi internet oleh guru SMK Swasta di kota
Bandarlampung yang senjang secara digital.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu :
1. Secara teoritis
Secara teoritis penemuan penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu
komunikasi di bidang Komunikasi Pembangunan, khususnya Komunikasi Inovasi
di bidang TIK.

9

2. Secara praktis
Secara praktis penemuan literasi internet guru dapat digunakan untuk mengetahui
kesiapan sekolah dalam mengimplementasikan TIK dalam sistem sekolah.
Selanjutnya dapat menjadi masukan bagi pemegang kebijakan dalam merancang
strategi mentransformasi pendidikan modern melalui e-education yaitu bagi
Kementrian Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Propinsi dan khususnya
Dinas Pendidikan Kota Bandarlampung.

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Adopsi Internet
1. Pengertian Internet

Internet merupakan singkatan dari Interconnection Networking. Internet berasal
dari bahasa latin “inter” yang berarti antara. Secara kata perkata INTERNET
berarti jaringan antara atau penghubung, sehingga kesimpulan dari defenisi
internet ialah merupakan hubungan antara berbagai jenis komputer dan jaringan di
dunia yang berbeda sistem operasi maupun aplikasinya dimana hubungan tersebut
memanfaatkan kemajuan komunikasi (telepon dan satelit) yang menggunakan
protokol standar dalam berkomunikasi yaitu protokol TCP/IP (Transmission
Control/Internet Protocol) Supriyanto (2008 : 60).

Internet dapat diartikan kumpulan dari beberapa komputer, bahkan jutaan
komputer di seluruh dunia yang saling berhubungan atau terkoneksi satu sama
lainnya. Media yang digunakan bisa menggunakan kabel/serat optic, satelit atau
melalui sambungan telepon Harjono (2009 : 1).
Pendapat ini mengartikan bahwa internet merupakan media komunikasi dan
informasi modern yang dapat dimanfaatkan secara global oleh pengguna diseluruh
dunia dalam interkoneksi antar jaringan komputer yang terbentuk melalui sarana

11

berupa penyedia akses (provider) internet, sehingga internet sebagai media
informasi dapat menjadi sarana yang efektif dan efisien untuk melakukan
pertukaran dan penyebaran informasi tanpa terhalang oleh jarak, perbedaan waktu
dan juga faktor geografis bagi seseorang yang ingin mengakses informasi.

Model koneksi internet itu sendiri dapat dilakukan pada komputer pribadi maupun
jaringan LAN/WAN. Defenisi LAN/WAN menurut Nugroho, (2008 : 44) antara
lain, LAN (Local Area Network) suatu jaringan yang terbentuk dengan
menghubungkan beberapa komputer yang berdekatan yang berada pada suatu
ruang atau gedung yang terkoneksi ke internet gateway. WAN (Wide Area
Network) adalah format jaringan dimana suatu komputer dihubungkan dengan
yang lainnya melalui sambungan telepon. Data dikirim dan diterima oleh atau dari
suatu komputer ke komputer lainnya lewat sambungan telepon

Jaringan inetrnet sangat memberikan keuntungan yang bergam dimana dapat
digunakan dan dimanfaatkan untuk membantu kegiatan berbagai aspek kehidupan.
Keuntungan lain yang diberikan jaringan internet, sehingga membuat internet
diminati yaitu internet dapat digunakan sebagai media konfrensi dimana sejumlah
orang dapat melakukan diskusi tanpa harus bertatap muka secara langsung satu
dengan lainnya.

2. Adopsi Internet

Menurut Notoatmodjo (2003:23), adopsi adalah perilaku baru seseorang sesuai
dengan

latar

belakang pengetahuan,

kesadaran

dan

sikapnya

terhadap

rangsangan/stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi telah melalui

12

proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya
apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan
berlangsung lama.

Penggunaan internet di Indonesia mengalami perkembangan pesat, terutama di
kalangan dunia akademik dan praktek bisnis. Saat ini ada begitu banyak bentuk
teknologi komunikasi yang menyebar dan diadopsi oleh masyarakat. Salah
satunya adalah komputer atau personal computer (PC) notebook dan handphone.
Dengan komputer ini orang-orang dapat mengakses internet. Dengan segala
keunggulannya orang-orang semakin mengandalkan internet ini untuk memenuhi
berbagai macam kebutuhannya, seperti informasi, hiburan, dan pelarian.

Sebagai salah satu bentuk teknologi komunikasi, internet menyebar melalui caracara yang berbeda. Fenomena penggunaan internet di Indonesia dapat dipotret
dengan Technology Acceptance Model (TAM). TAM merupakan teori yang
menjelaskan minat berperilaku menggunakan teknologi informasi. Teori tersebut
dikembangkan oleh Davis (1989).

Makna adopsi dalam penelitian ini dihubungkan dengan internet. Penelitian ini
bertujuan mereplikasi teori TAM dengan memasukkan gender sebagai variabel
pemoderasian untuk menjelaskan fenomena penggunaan internet. Studi dilakukan
pada konteks penggunaan internet oleh guru laki-laki dan perempuan di SMK
Swasta di Kota Bandarlampung.

13

Di dalam penggunaan internet, para pengguna mempertimbangkan manfaat dan
kegunaan internet tersebut. Pertimbangan seperti itu akan mempengaruhi persepsi
para pengguna internet terhadap perilakunya. Kemudahan penggunaan teknologi
informasi (internet) dan pemanfaatannya dalam pekerjaan masih menjadi
perhatian penting dalam penelitian.

B. Tinjauan Tentang Bias Gender dan Adopsi Internet
1. Pengertian Gender

Gender dalam ilmu sosial diartikan sebagai pola relasi lelaki dan perempuan yang
didasarkan pada ciri sosial masing-masing (Zainuddin, 2006 : 1). Sementara itu
yang dimaksud dengan konsep gender menurut Astuti (2008 : 50) adalah suatu
sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan karena dikonstruksikan secara
sosial dan kultural. Karena konstruksi tersebut berlangsung, selama terus menerus
dan dilanggengkan dalam berbagai pranata sosial maka seolah-olah sifat yang
melekat pada kaum laki-laki dan perempuan tersebut merupakan sesuatu yang
harus dimiliki oleh keduanya.

Gender bukanlah kodrat ataupun ketentuan Tuhan, oleh karena itu gender
berkaitan dengan proses keyakinan bagaimana seharusnya laki-laki dan
perempuan berperan dan bertindak sesuai dengan tata nilai yang terstruktur,
ketentuan sosial dan budaya di tempat mereka berada. Dengan kata lain gender
adalah pembedaan antara perempuan dan laki-laki dalam peran fungsi, hak,
perilaku yang dibentuk oleh ketentuan sosial dan budaya setempat.

14

2. Pengertian Bias Gender
”Bias” dalam bahasa inggris diartikan sebagai “prasangka” yaitu pendapat atau
anggapan

yang

kurang

baik

mengenai

sesuatu

sebelum

mengetahui/

menyaksikan/menyelidiki sendiri. Secara harfiah dalam bahasa Indonesia berarti
yang menyimpang. Bias gender adalah cara pandang (idea) seorang perempuan
terhadap laki-laki sesuai dengan anggapannya yang menyimpang, demikian juga
sebaliknya. Prasangka itu sendiri mengandung arti terdapat hal yang tidak
obyektif, jadi terdapat persepsi yang tidak obyektif pada diri perempuan maupun
laki-laki terhadap lawan jenisnya.

Bias gender telah diyakini kebenarannya oleh laki-laki maupun perempuan dan
diterima sebagai kodrat Tuhan yang tidak dapat diubah sehingga menjadi
pedoman dalam bertingkah laku dalam keluarga maupun masyarakat yang lebih
luas. Perbedaan gender tidak menjadi masalah selama tidak melahirkan
ketidakadilan gender (gender inequalities). Perbedaan gender seringkali
melahirkan ketidakadilan baik bagi laki-laki maupun perempuan. Ketidakadilan
gender merupakan sistem dan struktur di mana baik kaum laki-laki dan
perempuan menjadi korban dari sistem tersebut.

Di Indonesia, bahkan juga di banyak negara, isu gender selalu menjadi isu yang
aktual. Terkait dengan sektor pendidikan, beberapa pihak beranggapan ada
permasalahan ketidaksetaraan gender, sementara pihak lain menyatakan tidak ada
masalah. Budaya bias laki-laki/partiarkhi membentuk perempuan cenderung
nrimo, karenanya upah sistematis dan berkelanjutan tentang kesetaraan dan

15

keadilan gender menjadi semakin mendesak, akses perempuan dan laki-laki harus
mendapat kesempatan yang sama.

3. Bias Gender dalam Pendidikan

Rendahnya kualitas pendidikan diakibatkan oleh adanya diskriminasi gender
dalam dunia pendidikan. Ada empat aspek yang disorot oleh Departemen
Pendidikan Nasional mengenai permasalahan gender dalam dunia pendidikan
yaitu akses, partisipasi, proses pembelaran dan penguasaan.

Pertama, yang dimaksud dengan aspek akses adalah fasilitas pendidikan yang sulit
dicapai. Misalnya, banyak sekolah dasar di tiap-tiap kecamatan namun untuk
jenjang pendidikan selanjutnya seperti SMP dan SMA tidak banyak. Di
lingkungan masyarakat yang masih tradisional, umumnya orang tua segan
mengirimkan anak perempuannya ke sekolah yang jauh karena mengkhawatirkan
kesejahteraan mereka.

Oleh sebab itu banyak

anak perempuan

yang

„terpaksa‟tinggal di rumah.
Faktor yang kedua adalah aspek partisipasi dimana tercakup di dalamnya factor
bidang studi dan statistik pendidikan. Dalam masyarakat kita di Indonesia, di
mana terdapat sejumlah nilai budaya tradisional yang meletakkan tugas utama
perempuan di arena domestik, seringkali anak perempuan agak terhambat untuk
memperoleh kesempatan yang luas untuk menjalani pendidikan formal.

Sementara pada aspek ketiga yaitu aspek proses pembelajaran masih juga
dipengaruhi oleh stereotype gender. Yang termasuk dalam proses pembelajaran

16

adalah materi pendidikan, seperti misalnya yang terdapat dalam contoh-contoh
soal dimana semua kepemilikan selalu mengatas namakan laki-laki.

Menurut Menneg Pemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta, bahwa sampai tahun
2002, rata-rata lama sekolah anak perempuan sekitar 6,5 tahun dibandingkan anak
laki-laki sekitar 7,6 tahun. Hingga tahun 2003, penduduk perempuan buta aksara
usia 15 tahun ke atas mencapai 13,84 persen. Sedangkan penduduk laki-laki usia
15 tahun ke atas yang buta huruf sebesar 6,52 persen. Makin tinggi tingkat
pendidikan, makin tinggi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan. Namun
yang tak boleh dilupakan adalah, bahwa walaupun perempuan hanya bergerak di
arena domestik dan tugasnya adalah mendidik anak dan menjaga kesejahteraan
keluarga, ia tetap harus berilmu untuk tugas itu.

Bias gender ini tidak hanya berlangsung dan disosialisasikan proses serta sistem
pembelajaran di sekolah, tetapi juga melalui pendidikan dalam lingkungan
keluarga. Jika ibu atau pembantu rumah tangga (perempuan) yang selalu
mengerjakan tugas-tugas domestik seperti memasak, mencuci, dan menyapu,
maka akan tertanam di benak anak-anak bahwa pekerjaan domestik memang
menjadi pekerjaan perempuan.

4. Bias Gender dalam Adopsi Internet

Teori-teori yang berasal dari psikologi dan sosiologi menyatakan bahwa disparitas
gender dalam kompetensi dan penggunaan teknologi informasi (internet) terjadi
karena adanya pembentukan peranan berdasarkan sex (Mira, 1987 dalam Nasution
2008 : 3). Jika masyarakat mengasosiasikan komputer dengan karakteristik pria,

17

maka perempuan akan menghindari teknologi informasi. Hal ini akan
menyebabkan perempuan mengalami ketakunggulan di tempat kerja.

Teori skema gender menyatakan bahwa pembentukan karakter berdasarkan sex
terjadi sejak masa kanak-kanak sebagai alat untuk encoding dan mengorganisir
informasi mengenai lingkungan pendukung dari teori ini meyakini bahwa
masyarakat menciptakan asosiasi antara komputer dan maskulinisme (Agosto,
2004 dalam Nasution 2008 : 3). Berdasarkan teori ini, walaupun teknologi
informasi (internet) telah dikenalkan sejak dini baik pada perempuan maupun pria,
pria akan melanjutkan ketertarikannya pada penggunaan teknologi informasi
daripada perempuan, sehingga menciptakan senjangan gender baik dalam hal
pengalaman maupun pengetahuan mengenai teknologi informasi.

Penelitian awal mengenai gender (Macoby & Jacklin, 1974) menemukan adanya
perbedaan gender dalam beberapa area:
1. Pria lebih superior dalam penalaran visual spasial;
2. Pria lebih superior dalam keahlian kuantitatif dan pemecahan masalah;
3. Perempuan lebih superior dalam komprehensif verbal, kefasihan kata, dan
komunikasi
4. Perempuan cenderung menghindari resiko (khususnya resiko ekstrim) dalam
situasi ketakpastian (gambling)
5. Perempuan lebih mudah dibujuk untuk mengubah keputusan yang mereka
buat; dan
6. Perempuan cenderung kurang yakin dengan keputusan yang dibuatnya.

18

C. Kesenjangan Digital (Digital Divide) dalam Adopsi Internet
1. Definisi Kesenjangan Digital

Menurut OECD tahun 2001 (1), kesenjangan penguasaan teknologi informasi
(digital divide) didefinisikan sebagai berikut "....the gap between individuals,
households, businesses and geographic areas at different socio-economic levels
with regard both to their opportunities to access information and communication
technologie (IT) and to their use of the Internet for a wide variety of activities".
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kesenjangan bukan hanya
terjadi di tingkat bisnis dan geografi saja, tetapi juga mencakup kesenjangan di
tingkat individu. Perbedaan target sasaran pengukuran tentunya memerlukan alat
ukur yang sesuai dengan keperluannya.

Kesenjangan digital membahas mengenai kesenjangan antara individu yang
memiliki akses dan yang mampu menggunakan teknologi komunikasi dan
komputer secara efektif dengan individu yang tidak mampu serta tidak memiliki
akses. Mengurangi kesenjangan digital berarti membahas mengenai pengaksesan
internet dan sumber dayanya, penggunaan teknologi telekomunikasi dan komputer
untuk bekerja, berkomunikasi, mencari informasi, membuat dan membentuk
pengetahuan yang berfungsi efektif, dan pada akhirnya menciptakan sebuah
komunitas yang lebih baik dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

2. Kesenjangan Digital di Indonesia

Sebagian satuan pendidikan tidak memiliki sarana dan prasarana minimum yang
mutlak harus dimiliki untuk terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas.

19

Keterbatasan sarana dan prasarana ini berdampak pada ketimpangan kualitas hasil
belajar peserta didik antarsatuan pendidikan. Berdasarkan data pokok pendidikan
menengah tahun 2011, dari 11.535 SMA, ada 10,18 persen dari 142.525 ruang
kelas yang rusak berat. Sementara dari 9.875 SMK, ada 9,68 persen dari 85.992
ruang kelas yang rusak berat. SMA yang memiliki perpustakaan baru 7.262
sekolah (66 persen), sedangkan SMK yang memiliki perpustakan lebih banyak,
yaitu 6.337 sekolah (76 persen). Fasilitas laboratorium sebagai ajang praktek bagi
peserta didik masih terbatas, seperti terlihat pada:

Gambar 1 : Fasilitas Laboratorium SMP, SMA, SMK

(Sumber:Kemdikbud 2010)

Fasilitas yang terkait dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tidak
memadai. Lebih dari 50 persen SMA/SMLB/SMK telah memiliki fasilitas internet
pada 2009 .Namun, ketersedian e-pembelajaran masih terbatas, yaitu 27% untuk
SMA/SMLB dan 20 % untuk SMK. SMA/SMLB telah memiliki laboratorium
multimedia mencapai 63 persen, akan tetapi fasilitas laboratorium komputer dan

20

e-perpustakaan di SMA dan SMK masih di bawah 10 persen. Peningkatan sarana
dan prasarana diperlukan agar satuan pendidikan dapat menyelenggarakan
pelayanan paling tidak setara dengan standar pelayanan minimum.

Gambar 2 : Ketersediaan Fasilitas TIK di SMA-SMK

(Sumber:Kemdikbud 2010)

Tingkat partisipasi pendidikan menengah di Indonesia yang meningkat belum
sepenuhnya diikuti oleh peningkatan kualitas pendidikan. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kualitas pendidikan, antara lain ketersediaan sarana dan prasarana
kompetensi dan kualifikasi pendidik, serta sistem jaminan kualitas yang belum
mantap.

21

3. Kesenjangan Digital pada Perempuan

Karena teknologi ini begitu dahsyat dan maju, sehingga diharapkan dapat dapat
menjembatani kesenjangan digital secara cepat, serta mengakibatkan teknologi
menjadi semakin murah, sehingga teknologi ini diharapkan memberikan manfaat
lebih bagi kaum miskin. Walaupun demikian, jika teknologi TIK ini tidak dengan
cepat mengikutsertakan kaum marjinal dunia dengan memberikan manfaat utama
bagi mereka, maka justru, teknologi ini akan membuat kaum marjinal semakin
terpinggirkan. Dan karena dinegara berkembang kaum marjinal sebagaian besar
adalah perempuan, maka kecuali dilakukan usaha untuk menghilangkan
kesenjanagan, akan ada resiko bahwa TIK justru akan memperbesar kesenjangan
gender dan dampak positif dari TIK justru tidak akan tercapai.

Sehingga pertanyaannya ialah apakah TIK juga memberikan dampak yang sama
bagi perempuan dibanding manfaat dan kemudahan penggunaan bagi kaum laki
laki. Hambatan dalam dunia TIK memberikan permasalahan yang lebih besar bagi
perempuan tidak berbahasa Inggris, kurang kesempatan mendapatkan pelatihan
dibidang komputer, beban pekerjaan rumah tangga yang cukup berat, ekonomi
mas

Dokumen yang terkait

ADOPSI INTERNET DI KALANGAN GURU SMK SWASTA YANG SENJANG SECARA DIGITAL DI KOTA BANDAR LAMPUNG

0 20 73

Bias Gender pada Adopsi Internet oleh Guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung(Studi pada Guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung)

0 11 82

Bias Gender Pada Adopsi Internet oleh Guru SMK Swasta Di Kota Bandarlampung (Studi pada Guru SMK Swasta Di Kota Bandar Lampung)

1 7 82

PENGARUH KESENJANGAN DIGITAL TERHADAP LITERASI INTERNET GURU SMK SWASTA DI KOTA BANDARLAMPUNG (Studi Pada Guru SMK Swasta Di Kota Bandarlampung)

0 11 65

PENGARUH KESENJANGAN DIGITAL TERHADAP LITERASI INTERNET GURU SMK SWASTA DI KOTA BANDARLAMPUNG (Studi Pada Guru SMK Swasta Di Kota Bandarlampung)

4 16 65

PENGARUH KESENJANGAN DIGITAL AKSES INTERNET TERHADAP PERSEPSI GURU MADRASAH ALIYAH SWASTA DI KOTA BANDARLAMPUNG (Studi Pada Guru Madrasah Aliyah Swasta Yang Senjang Secara Digital Di Kota Bandarlampung)

3 15 114

Pengaruh Kesenjangan Digital Akses Internet Terhadap Persepsi Guru Madrasah Aliyah Swasta di Kota Bandarlampung (Studi pada Guru Madrasah Aliyah Swasta Yang Senjang Secara Digital di Kota Bandarlampung).

0 32 114

MODEL E-LEADERSHIP SMK SWASTA KOTA BANDARLAMPUNG (STUDI KOMPARATIF PADA GURU SMK SWASTA YANG SENJANG SECARA DIGITAL DI KOTA BANDARLAMPUNG)

0 18 74

Model e-Leadership SMK Swasta Kota Bandarlampung (Studi Komparatif pada Guru SMK Swasta yang Senjang Secara Digital di Kota Bandarlampung)

0 12 89

MODEL ADOPSI INTERNET GURU SMA NEGERI (Studi Pada SMA Negeri yang Senjang Secara Digital di Kota Bandarlampung)

0 13 65