PENGARUH KESENJANGAN DIGITAL TERHADAP LITERASI INTERNET GURU SMK SWASTA DI KOTA BANDARLAMPUNG (Studi Pada Guru SMK Swasta Di Kota Bandarlampung)

(1)

LITERASI INTERNET GURU SMK SWASTA DI KOTA

BANDARLAMPUNG

(Studi Pada Guru SMK Swasta Di Kota Bandarlampung)

Oleh

Dewi Alifia Febrianti

ABSTRAK

Dunia internet sangatlah luas, banyak informasi yang terdapat di dalamnya, mulai dari hal yang positif sampai dengan negatif. Untuk itu di perlukan adanya literasi dalam proses pengaksesan internet. Tujuan dari penelitian ini: 1) Mengetahui pengaruh kesenjangan digital terhadap literasi internet guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung, 2) Mengetahui perbedaan literasi internet guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung pada sekolah yang senjang secara digital. Penelitian ini menggunakan model Assesment Elena E Pernia dengan 3 variabel pengamatan yaitu Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap. Populasi penelitian ini adalah guru di 31 SMK Swasta di kota Bandarlampung. Sampel penelitian ini adalah 3 SMK Swata di kota Bandarlampung yang sudah di kategorikan sesuai kriteria kesenjangan digital, dan sekolah tersebut: SMK 2 Mei, SMK Arjuna dan SMK Dharmapala. Metode Penelitian menggunakan survei dengan kuesioner sebagai alat pengumpul data.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh kesenjangan digital terhadap literasi internet guru. Terbukti terdapat uji beda pada 3 variabel literasi internet yaitu Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap. Pada Variabel Pengetahuan: t-hitung (59,646) > t-tabel (1,983), di Variabel Keterampilan: t-hitung (54,466) > t-tabel (1,983), dan Variabel Sikap: t-hitung (67,178) > t-tabel (1,983)


(2)

LITERACY VOCATIONAL TEACHER IN BANDARLAMPUNG

(Studies on Vocational Teacher In Bandarlampung)

By

Dewi Alifia Febrianti

ABSTRACT

The purpose of this study are: 1. To reveals the effect of digital gap toward internet literacy of vocational teacher in Bandar Lampung, 2. To reveals the internet literacy difference of vocational teachers in schools which still have digital gap. This study uses Elena E. Pernia Assessment models, whose main factors in measuring Internet literacy are Knowledge, Skills and Attitude. The population in this research are vocational teachers in 31 schools in Bandar Lampung. The sampels which taken are from 3 senior high schools in Bandar Lampung that fit with the criteria digital divide, and they are SMK 2 Mei, SMK Arjuna and SMK Dharmapala. Research method employs survey with questionair as the mean to collect data.

The research reveals that digital divide seems affecting teachers internet literacy. Assert by one-way Anova (contrast measure) on the three internet literacy variables: Knowledge, Skills relates to internet, and attitude. On knowledge variable: t-count (59,646) > t-tabel (1,983); on skill variable: t-count (54,466) > t-tabel (1,983); dan on attitude variable: t-count (67,178) > t-tabel (1,983). Keywords: Digital Divide, Internet Literacy.


(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 13 Februari 1992. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan

Haryono dengan Novianita. Penulis

menyelesaikan pendidikan SD Negeri 08 Cilandak Barat pada tahun 2004, SMP Negeri 37 Jakarta pada tahun 2007 dan SMK Bakti Idhata TI (Multimedia) pada tahun 2010. Pada tahun 2010

penulis terdaftar sebagai mahasiswi jurusan Ilmu

Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam

kepengurusan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Komunikasi periode 2011-2012 sebagai anggota bidang

Advertising, diteruskan pada periode kepengurusan


(4)

Persembahan

Puji syukur ku panjatkan kehadirat Allah SWT karna atas

segala karuniaNya sehingga aku selalu kuat, sehat,

semangat dan diberikan kemudahan untuk

menyelesaikan skripsi ini

Aku persembahkan skripsi ini untuk

Diriku Sendiri Dan


(5)

Moto

Bukanlah hidup kalau tidak ada

masalah, bukanlah sukses kalau

tidak melalui rintangan, bukanlah

menang kalau tidak dengan

pertarungan, bukanlah lulus kalau

tidak ada ujian, dan bukanlah

berhasil kalau tidak berusaha


(6)

SANWACANA

Alhamdulillahhirobbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis hanturkan

kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkah dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktunya sesuai dengan harapan penulis dengan judul Pengaruh Kesenjangan Digital Terhadap Literasi Internet Guru SMK Swasta Di Kota Bandarlampung (Studi pada Guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung)” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini tak luput dari kesalahan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan yang lebih baik lagi nantinya. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat dikemudian hari.

Berbekal pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, tanpa adanya bantuan,dukungan, motivasi, dan semangat dari berbagai pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, Selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Komunikasi, untuk segala keramahan, kesabaran serta keiklasannya mendidik dan membantu mahasiswa selama ini.


(7)

ketidak mengertian penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Sarwoko, M.Si selaku pembahas yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis. Penulis ucapkan terima kasih atas kebaikan Pak Woko.

5. Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos., MComn&MediaSt, selaku sekretaris jurusan Ilmu Komunikasi, Ibu Nanda Utaridah S.sos, M.si., selaku dosen pembimbing akademik penulis dan seluruh jajaran dosen FISIP Universitas Lampung khususnya jurusan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan bermanfaat selama penulis menuntut ilmu di jurusan ini.

6. Kepala SMK 2 Mei, Kepala SMK Arjuna dan Kepala SMK Dharmapala yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian.

7. Mamah, Papah dan Adik Asti kesayanganku, terima kasih untuk seluruh kasih sayang, doa dan pengorbanannya. Mungkin kata terima kasih tidaklah cukup untuk kuberikan kepada kalian tapi yang pasti wiwi akan terus berjuang untuk mamah, papah, asti demi semuanya. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan selalu untuk kita agar kita bisa merasakan kebahagia ini sampai kapanpun.

8. Keluargaku di lampung Om Yadi, Mama Tara, Bude Ninik, Adik Dimas dan Mbak Tasya. Beribu terima kasih dewi ucapkan untuk doa dan kasih sayangnya. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan keikhlasan kalian semua (Om Yadi, Mama Tara, Bude Ninik). Tidak ada sedikit pun penyesalan pada diri dewi selam 4 tahun tinggal disini, banyak sekali pengalaman dan pelajaran berharga yang dewi dapatkan selama tinggal di lampung. Maaf jika selama ini dewi sudah banyak merepotkan dan menyusahkan.


(8)

roy, tante pau, ferra, amel) (ami najib, tante yuli, aman, amin, iman) (om candra, tante bena, lyra, ical) dan seluruh keluarga lainnya terimakasih atas segala dukungannya, tanpa doa dan semangat dari kalian semua, mungkin dewi/alif bukanlah apa-apa, insya allah sukses ini karna doa kalian.

10.Sahabat kesayangan yang udah kayak Adik sendiri (Adik tiri ya tapi lo haha) Annisa Yudiana calon S.Ikom juga, makasih buat semangat dan doa nya yaa cuy. Raih sukses itu nis!!! Kita raih bareng-bareng.

11.~Ometku tercinta pake banget (rina) makasi ya met buat segalanya, 4 tahun temenan selalu sabar ngeladenin gw yang sampe sekarang gak mau bawa rotom (gak punya sim), udah mau ngertiin gw yang super cuek, kedekatan kita berawal dari hilangnya kunci rotom lo (kayaknya

ini pertanda), disaat rambut lo masih kayak rian d’massiv sampe

sekarang kayak dijayellow gw tetep love bgt sama you, pokoknya cuma 1 pesen gw (kurangin moody-nya, dunia kerja makin keras met). ~Sekbid Advertising paling keren sebandar-lampung dan bukan bucin (aked), alig ked tanpa lo kali gw adalah jomblowati paling menyedihkan disini, tapi karna lo gw ada temennya hahaa, makasi ya ked udah mau temenan sama gw, udah mau jadi sekbid gw, udah mau gw susahin, kadang bingung terbuat dari apa otak lo itu, semua informasi mulai dari yang baik-baik sampe yang gak baik-baik lo tau semua! gw yakin saat gw balik ke lampung (maen) rumah makan ayam bakar lo udah jadi restoran terkenal. ~Ibu ketua kelompok sekaligus owner zetimeshop (atia) mulut paling pedes dan paling kostip ya cuma lo, semua ucapan lo

pasti “jadi” hahaha, banyak bgt wacana lo awas aja kalo lo gw tunggu di

jkt trus malah gak ada! Makasi ya atia udah ngangkat gw sebagai wakil ketua, makasi buat segalanya keluh kesahnya. ~Unyuk si Jilbabers, hijabers, jilbobs paling oke sebandar-jaya (mpit) semangat dan kemauan


(9)

pertama gw, pertama kali menginjakan kaki di lampung dan masuk kuliah dia unila yaa lo itulah orang yang pertama kali jabatan sama gw. ~Model cantik yang kekurangan tulang idung (mput) ciss gw saranin kurangin mengkonsumsi micin, dari pada makin lama makin pinter kan kerok! Makasi ya cis udah mau setia ngaterin pulang, lo adalah orang paling gampang yang kena sirep gw dikala yang lain udah punya ilmu kebal haha. Gaissss part paling sedih dalam hidup gw sampe saat ini, yaaaa pas gw ngetik sanwacana buat kalian ini (ngetik sambil nangis), karna gw tau gw bakal lulus dan balik lagi ke habitat asal (baca:jakarta). Jangan lupain pertemanan kita ini ya gais, gw sayang kalian lebih dari apapun, kita semua harus jadi orang sukses dan nikah sama orang sukses. AMIN (kalo nikah jangan lupa kain seragam buat gw)

12.Buat temen-temen satu manajeman deka, dwi, jerry, rina, hafiz, hesti, dendi, mbak susan, kak fendi, mbak balqis, esy, terima kasih untuk sharing dan berbagi dalam pengerjaan skripsi, semoga kedepannnya kita akan selalu berbagi kepada pada orang lain, jangan pelit ya.

13.Seluruh teman-teman komunikasi 2010 terima kasih buat kuliah bareng nya selama ini. Ardika semangat buat jobs dan skripsinya, makasih ya ka buat semua kepuasannya | Ahong lo itu out of the box, inget kesempatan hidup lo kedua kali ini solat jangan ditinggalin | Obi buruan lagi kelarin itu skripsi trus lamar gw haha | Wan Azul jangan lupa undangan nikah harus sampe ke gw | Pandu seorang cowo yang rambutnya lebih bagus dari gw | Shinta - Atod dua maut hebat yang super hits kalian super | Ojan (hafiz) jangan pernah berubah jan, jadilah ojan yang dulu pertama kali gw kenal, gw tau lo itu baik banget jan, tp kadang suka nyebelin huff. | Cay (cahya) gw gak tau lo sekarang dimana, tp yang jelas makasi ya cay buat kebaikannya | Dio, Imam, Umar, Bang Adi, Aji, Sigit semangat buat kalian jangan putus asa!


(10)

ajojing yah haha | Hani, Leni, Siti, Dina, Ani, Sumi, Fina, Beatrix, Ata dan seluruhnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih buat segalanya, buat semangat yang diberikan setiap harinya.

14.Buat geng korpri xendra, ridho, dede kalian orang-orang hebat yang mungkin gak keliatan hebat, jangan males lagi buruan kelarin urusan kampus, jangan bakar sampah mulu, mending kerjain skripsi haha. 15.Adik-adik komunikasi angkatan 2011, 2012, 2013, 2014 dst terima

kasih buat motivasi dan perhatiannya selama ini. Ini adalah jawaban dari

pertanya kalian “kapan lulus wed?”. Sorry gw LULUS duluan, kalian lulus bareng adek tingkat kalian aja sana hee-hee.

16.Semua kakak-kakak komunikasi terima kasih bimbingannya selama ini, atas segala masukan dan bantuannya.

17.Keluarga besar HMJ Ilmu Komunikasi UNILA yang telah memberi pengalaman berharga dan pertemanan yang sangat berarti. Sukses selalu buat HMJ Ilmu Komunikasi Unila!

18.Teman-teman KKN Desa Bandar Dewa Tubaba (The Gragas) leni, putri, nabila, mbak anggun, tia, verra, yuk sari, yudi, rian maksih buat satu bulan yang mengesankan, semangat buat kalian skripsinya.

19.Semua teman-teman SD, SMP, SMA penulis.

20.Serta kepada anda yang membaca skripsi ini, semoga dapat berguna dan bermanfaat bagi anda dan yang lainnya.

Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

ABSTRACT

HALAMAN PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTTO

SANWACANA

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

I.PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Kegunaan Penelitian ... 6

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A.Tinjauan Internet ... 7

1. Pengertian Internet ... 7

2. Fasilitas di Internet ... 8

B. Konsep Dasar Kesenjangan Digital (Digital Divide) ... 9

1. Definisi Kesenjangan Digital (Digital Divide) ... 9

2. Aspek Kesenjangan Digital ... 10

C. Konsep Dasar Literasi TIK ... 11

1.Kemampuan Teknik / Technical literacy) ... 11

2.Literasi Informasi (Information Literacy) ... 12

3.Literasi TIK / ICT Literacy... 14

4.Tinjauan tentang Literasi TIK ... 14

5.Arti akses Internet ... 15

6.Arti pengetahuan TIK ... 16

D.Kesenjangan Digital dan Pengaruhnya Terhadap Literasi Internet ... 18

E.Model Assesment Elenia E Perni ... 19

F.Kerangka Pikir ... 20


(12)

III.METODE PENELITIAN ... 23

A.Tipe Penelitian... 23

B.Metode Penelitian ... 23

C.Definisi Konsep ... 24

D.Definisi Operasional ... 24

E.Populasi dan Sampel ... 25

1.Populasi ... 26

2.Sampel ... 26

F.Sumber data ... 27

G.Teknik Pengumpulan Data ... 31

H.Teknik Pengolahan Data ... 32

I.Teknik Pemberian Skor ... 33

J.Teknik Pengujian Instrumen ... 34

1. Uji Validitas ... 34

2.Uji Reabilitas ... 35

K.Teknik Analisis Data ... 36

IV.GAMBARAN UMUM ... 37

A.Gambaran SMK Swasta di Kota Bandarlampung ... 37

B.Profil Sekolah Sampel ... 40

1.Profil SMK 2 Mei BandarLampung ... 40

a.Visi dan Misi ... 41

b.Tujuan... 42

2.Profil SMK Arjuna BandarLampung... 42

a.Visi dan Misi ... 43

b.Tujuan... 43

3. Profil SMK Dharmapala Panjang ... 43

a.Visi dan Misi ... 44

b.Tujuan... 44

V.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A.Gambaran Umum Responden ... 45

B.Gambaran Karakteristik Responden ... 47

C.Uji Validitas ... 47

D.Uji Reabilitas ... 49

E.Uji Normalitas ... 49

F.Ananlisis Jawaban Responden ... 51

a.Analisis Jawaban Responden Variabel Pengetahuan ... 51

b.Analisa Data Jawaban Responden Variabel Pengetahuan ... 62

1.SMK 2 Mei (Variabel Pengetahuan) ... 62

2.SMK Arjuna (Variabel Pengetahuan) ... 63

3.SMK Dharmapala (Variabel Pengetahuan) ... 65

c.Tingkat Pengetahuan Literasi Internet Antar Sekolah... 66

d.Analisis Jawaban Responden Variabel Keterampilan ... 67

e.Analisa Data Jawaban Responden Variabel Keterampilan ... 71

1.SMK 2 Mei (Variabel Keterampilan) ... 72


(13)

3.SMK Dharmapala (Variabel Keterampilan) ... 74

f.Tingkat Ketarampilan Literasi Internet Antar Sekolah ... 75

g.Analisis Jawaban Responden Variabel Sikap ... 76

h.Analisa Data Jawaban Responden Variabel Sikap ... 85

1.SMK 2 Mei (Variabel Sikap) ... 86

2.SMK Arjuna (Variabel Sikap) ... 87

3.SMK Dharmapala (Variabel Sikap) ... 88

i.Tingkat Sikap Literasi Internet Antar Sekolah... 89

G.Kesimpulan Ananlisis Jawaban Responden Variabel Literasi Internet ... 91

H.Pengujian Hipotesis ... 92

I.Pembahasan Hasil Penelitian ... 96

VI.KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

A.Kesimpulan ... 100

B.Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Indikator Literasi Internet ... 25

Tabel 3.2 Data Keadaan SMK Swasta di Kota Bandarlampung ... 26

Tabel 3.3 Data Perattingan SMK Swasta di Kota Bandarlampung ... 28

Tabel 3.4 Data Kategori SMK Swasta di Kota Bandarlampung ... 29

Tabel 3.5 Ukuran Kemantapan Alpha ... 36

Tabel 4.1 Data Kondisi Fasilitas SMK Swasta di Kota Bandarlampung ... 38

Tabel 5.1 Jumlah guru di lokasi penelitian di kota Bandarlampung ... 45

Tabel 5.2 Frekuensi Sampel Jenis kelamin di 3 SMK Swasta ... 47

Tabel 5.3 Hasil Uji Validitas untuk Variabel Literasi Internet ... 48

Tabel 5.4 Hasil Uji Reabilitas ... 49

Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas ... 50

Tabel 5.6 Lancar menggunakan program Word (untuk menulis/mengetik) ... 51

Tabel 5.7 Dapat mengirim dan membaca email... 53

Tabel 5.8 Mengirim dan menerima attachement/lampiran lewat email ... 54

Tabel 5.9 Mampu melakukan browsing Internet ... 56

Tabel 5.10 Bernavigasi di suatu website untuk mendapatkan informasi ... 58

Tabel 5.11 Melakukan bookmark websites yang saya anggap bermanfaat ... 59

Tabel 5.12 Familiar dengan milis (mailing list) dan kelompok diskusi online ... 61

Tabel 5.13 Analisis Tingkat Pengetahuan Literasi Internet di SMK 2 Mei ... 63

Tabel 5.14 Analisis Tingkat Pengetahuan Literasi Internet di SMK Arjuna ... 64

Tabel 5.15 Analisis Tingkat Pengetahuan Literasi Internet di SMK Dharmapala . 65 Tabel 5.16 Pernah berpartisipasi dalam online chat... 68

Tabel 5.17 Mempergunakan program ms.excel untuk mengolah penilaian ... 69

Tabel 5.18 Mempergunakan program ms.powerpoint ... 70

Tabel 5.19 Analisis Tingkat Keterampilan Literasi Internet di SMK 2 Mei ... 72

Tabel 5.20 Analisis Tingkat Keterampilan Literasi Internet di SMK Arjuna ... 73

Tabel 5.21 Analisis Tingkat Keterampilan Literasi Internet di SMK Dharmapala75 Tabel 5.22 Memperkaya bahan pembelajaran dengan materi dari internet ... 77

Tabel 5.23 Memastikan siswa memanfaatkan ms.word dalam tugas ... 78

Tabel 5.24 Memastikan siswa memanfaatkan ms.excel dalam tugas ... 79

Tabel 5.25 Memastikan siswa memanfaatkan ms.powerpoint dalam tugas ... 80

Tabel 5.26 Memastikan siswa mencari materi dengan internet untuk tugas... 82

Tabel 5.27 Memastikan siswa memanfaatkan audio-video untuk tugas ... 83

Tabel 5.28 Memastikan siswa sudah mampu membuat presentasi multimedia... 84

Tabel 5.29 Analisis Tingkat Sikap Literasi Internet di SMK 2 Mei ... 86

Tabel 5.30 Analisis Sikap Literasi Internet di SMK Arjuna ... 87

Tabel 5.31 Analisis Tingkat Sikap Literasi Internet di SMK Dharmapala ... 89

Tabel 5.32 Hasil Uji Beda di 3 SMK Swasta Variabel Pengetahuan... 93

Tabel 5.33 Hasil Uji Beda di 3 SMK Swasta Variabel Keterampilan ... 94


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan The Stages on HR ICT Literacy / Literasi TIK ... 14

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir ... 22

Gambar 5.1 Diagram Indikator Tingkat Pengetahuan Antar Sekolah ... 67

Gambar 5.2 Diagram Indikator Tingkat Keterampilan Antar Sekolah ... 76

Gambar 5.3 Diagram Indikator Tingkat Sikap Antar Sekolah ... 90


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan internet di masyarakat semakin luas dan berasal dari semua kalangan. Jika dulu internet lebih banyak dimanfaatkan untuk kepentingan hiburan, saat ini internet juga banyak digunakan untuk mengakses informasi untuk keperluan pendidikan. Para guru atau pengajar saat ini banyak yang mencari refrensi sumber ajaran di internet. Tetapi tidak banyak dari mereka yang tahu akan fungsi dan guna dari internet itu sendiri. Internet sendiri merupakan sekumpulan jaringan komputer yang saling terhubung secara fisik dan memiliki kemampuan untuk membaca dan menguraikan protokol komunikasi tertentu yang disebut Internet Protocol (IP) dan Transmission Control Protocol (TCP) (Allan 2005:12). Protokol adalah spesifikasi sederhana mengenai bagaimana komputer saling bertukar informasi.

Dalam proses pembelajaran, seorang guru atau pengajar memiliki peranan penting demi tercapainya kegiatan pembelajaran di sekolah. Guru juga menjadi ujung tombak terciptanya proses pembelajaran. Untuk itu dalam pembelajaran perlu adanya media pembelajaran yaitu internet. Dengan adanya media tersebut setiap siswa mampu memanfaatkan internet sesuai dengan kebutuhan pendidikan. Di samping itu pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran sangat


(17)

mempermudah siswa dalam dalam mengakses sebuah informasi pengetahuan, mengirim tugas-tugas sekolah lewat email, dan sebagainnya. Selain siswa, guru juga dapat mempermudah dalam menyampaikan pembelajaran. Pemanfaatan media internet sangat penting bagi terlaksananya pembelajaran yang baik.

Dunia internet sangat lah luas, banyak informasi yang terdapat di dalam nya, mulai dari hal yang positif sampai dengan negatif. Untuk itu diperlukan adanya literasi dalam proses pengaksesan internet. Dalam hal ini guru guru atau pengajar harus paham betul apa itu literasi intenet. Para pengajar harus mempunyai ilmu atau bekal pengetahuan mengenai dunia TIK agar mereka paham apa yang ada di dalam nya. Mereka harus mengarahkan para siswa agar tidak salah dalam penggunaan.

Literasi internet meliputi kemampuan untuk menemukan, mengatur, memahami, menganalisis, mengevaluasi dan menghasilkan informasi yang diperoleh melalui penggunaan Internet (Warschauer 2003:15). Maka demikian para pengajar yang menggunakan internet harus sangat jeli dalam memilah informasi yang ada pada internet.

Penelitian ini ingin mencari tahu apakah para guru atau pengajar telah melakukan literasi internet dengan cukup baik atau belum. Akan tetapi belum semua pengajar menerapkan sistem pencarian materi melalui internet, karena banyak juga yang belum mengerti akan guna internet. Masih sangat banyak yang tidak paham akan internet, hanya segelintir para pengajar yang telah paham akan guna internet ini. Padahal arus teknologi dan informasi belakangan ini semakin terbuka, informasi dapat dengan mudah diakses oleh siapapun, termasuk para pengajar. Melalui


(18)

internet, pengajar bisa mendapatkan berbagai manfaat dan pengetahuan yang belum mereka ketahui sebelumnya.

Pada akhir tahun 1990an, isu kesenjangan digital telah menjadi agenda publik, politik dan debat ilmiah, mulai dari Amerika Serikat dan meluas ke Eropa dan belakangan di kelompok negara berkembang. Isu kesenjangan digital tersebut meliputi gap pengetahuan, literasi komputer, dan gap dalam partisipasi di masyarakat informasi.

Indonesia telah melakukan upaya-upaya dalam hal memasyarakatkan Teknologi Komunikasi dan Informasi (TIK), utamanya internet. Sementara Kementerian Riset dan Teknologi juga telah mengembangkan Warung Informasi Teknologi (WARINTEK), yaitu perpustakaan umum dan fasilitas publik lain yang berbasis internet. Demikian pula Departemen Pendidikan Nasional yang juga mengembangkan Pusat TIK dengan penyediaan fasilitas internet di 500 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Jaringan Pendidikan Nasional (JARDIKNAS), Departemen Pendidikan Nasional juga telah membangun laboratorium komputer lengkap dengan akses internetnya di 6.500 sekolah. Selain itu, sektor swasta juga telah melaksanakan berbagai upaya pengembangan TIK untuk meningkatkan aksesibilitas. Tetapi ditengarai upaya-upaya tersebut kurang dapat menggerakkan penggunaan internet dibuktikan dengan masih rendahnya penggunaan internet di Indonesia, terutama untuk hal-hal yang bersifat produktif misalnya untuk pendidikan maupun kegiatan ekonomi (ITU, WEF:2010).


(19)

Pemerintah juga mempunyai program Jardiknas Schoolnet atau jejaring pendidikan nasional zona sekolah. Program ini dibuat oleh Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Jardiknas sendiri merupakan infrastruktur jaringan skala nasional yang dapat menghubungkan lembaga pendidikan, kantor dinas pendidikan (tingkat provinsi, kota, kabupaten), perguruan tinggi, dan sekolah yang ada di seluruh Indonesia. Jardiknas membagi empat zona jaringan, yaitu zona kantor dinas pendidikan, zona perguruan tinggi (Inherent), zona sekolah (Schoolnet), dan zona personal. Namun dalam faktanya, sebagian besar sekolah belum terkoneksi ke Internet. Dalam Symposium On Open Distance and E-Learning (ISODEL:2007) baru 9% dari populasi sekolah yang berjumlah 220.000 yang terkoneksi ke internet. Tahun 2010 jumlah sekolah yang terkoneksi internet sekitar 17.500 sekolah dari 193.109 sekolah yang ada di indonesia. Bahkan koneksi ke internet yang diprakarsai oleh Kemendikbud dalam program

Schoolnet pada tahun 2011 baru merancang 16.678 sekolah yang terlibat atau baru 7,2% dari total sekolah di Indonesia. Sementara sarana laboratorium komputer sebagai sarana membangun kompetensi TIK juga faktanya sama.

43% SLTA yang ada di Kota Bandarlampung yang nota bene adalah ibu kota propinsi tidak memiliki laboratorium yang memadai, baik dari segi kualitas maupun jumlah (Studi Nurhaida dkk:2009). Banyak sekolah, utamanya SLTA swasta memiliki komputer kurang dari 10 unit, padahal siswa yang harus dilayani lebih dari 40 siswa. Padahal dalam program percepatan pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010 (Inpres No.1 Tahun 2010) targetnya 40% SLTA dan 20% SLTP menerapkan sistem sekolah berbasis TIK.


(20)

Koneksi internet 36 SMK swasta di Bandarlampung memang telah masuk dan terkoneksi ke masing-masig SMK. Tapi nyata nya koneksi internet yang ada tidak sebanding dengan kebutuhan. Lambannya koneksi membuat internet tidak terpakai dan kurang maksimal dalam pemanfaatan. Hal inilah yang membuat para pengajar kurang akan pembelajaran mengenai dunia yang ada dalam internet. Padahal para pengajar bisa sangat mudah mengakses apa saja di dalam internet. Faktor lain yang mempengaruhi malas nya para pengajar untuk mempelajari internet adalah karena kurang nya fasilitas yang memadai. Dari 36 SMK Swasta di Bandarlampung ada beberapa sekolah yang memiliki fasilitas yang tidak sesuai akan banyak nya siswa. Terkadang para siswa enggan untuk belajar karena fasilitas dan kemampuan pengajar yang kadang minim membuat kurang nya pembelajaran TIK.

Hal ini lah yang membuat para guru untuk lebih memilih menggunakan pembelajaran manual di bandingkan dengan komputerisasi. Karena mereka harus dituntut untuk mempelajari lagi apa itu TIK dan segala macamnya. Dan ini membuat ada nya kesenjangan digital untuk para pengajar. Kesenjangan digital inilah yang menyebabkan literasi internet menjadi sangat minim. Literasi internet adalah sekumpulan perspektif yang secara aktif kita gunakan menghadapi media untuk menginterpretasikan makna sebuah pesan yang kita temui (James Potter 2001:18). Kita membangun perspektif kita dari struktur pengetahuan, untuk itu dibutuhkan alat, bahan, dasar dan kemauan. Dari kesenjangan digital yang ada di kalangan pengajar ini membuat perspektif bahwa bagaimana literasi internet para pengajar atau guru SMK swasta yang ada di kota Bandarlampung.


(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1) Apakah ada pengaruh kesenjangan digital terhadap literasi internet guru SMK Swasta di Bandarlampung?

2) Apakah ada perbedaan literasi internet guru SMK pada sekolah yang senjang secara digital

C. Tujuan Penelitian

Untuk itu tujuan penelitian ini adalah :

1) Mengetahui pengaruh kesenjangan digital terhadap literasi internet guru SMK Swasta di Bandarlampung.

2) Mengetahui perbedaan literasi internet guru SMK pada sekolah yang senjang secara digital.

D. Kegunaan Penelitian

1) Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat dalam mengembangkan wawasan dan pengetahuan di bidang komunikasi, khususnya komunikasi inovasi di bidang TIK.

2) Kegunaan Praktis

Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai masukan atau bahan yang berguna bagi mahasiswa untuk mengetahui pengaruh kesenjangan digital terhadap literasi internet Guru SMK Swasta di kota Bandarlampung.


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Internet 1. Pengertian Internet

Internet merupakan hubungan antara berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia yang berbeda sistem operasi maupun aplikasinya, dimana hubungan tersebut memanfaatkan kemajuan komunikasi (telepon dan satelit) yang menggunakan protokol standar dalam berkomunikasi yaitu protokol TCP/IP (Transmission Control/Internet Protocol)(Supriyanto 2008:60).

Secara sederhana internet dapat diartikan sebagai kumpulan dari beberapa komputer, bahkan jutaan komputer di seluruh dunia yang saling berhubungan atau terkoneksi satu sama lainnya. Media yang digunakan bisa menggunakan kabel/serat optic, satelit atau melalui sambungan telepon (Harjono 2009:1). Pendapat ini mengartikan bahwa internet merupakan media komunikasi dan informasi modern yang dapat dimanfaatkan secara global oleh pengguna diseluruh dunia dalam interkoneksi antar jaringan komputer yang terbentuk melalui sarana berupa penyedia akses (provider) internet, sehingga internet sebagai media informasi dapat menjadi sarana yang efektif dan efisien untuk melakukan pertukaran dan penyebaran informasi tanpa terhalang oleh jarak, perbedaan waktu dan juga faktor geografis bagi seseorang yang ingin mengakses informasi.


(23)

Model koneksi internet itu sendiri dapat dilakukan pada komputer pribadi maupun jaringan LAN/WAN. Defenisi LAN/WAN (Nugroho 2008:44) antara lain :

a. LAN (Local Area Network) suatu jaringan yang terbentuk dengan menghubungkan beberapa komputer yang berdekatan yang berada pada suatu ruang atau gedung yang terkoneksi ke internet.

b. WAN (Wide Area Network) adalah format jaringan dimana suatu komputer dihubungkan dengan yang lainnya melalui sambungan telepon. Data dikirim dan diterima oleh atau dari suatu komputer ke komputer lainnya lewat sambungan telepon.

2. Fasilitas di Internet

Internet memberikan banyak kemudahan dalam pemanfaatan setiap fasilitas yang disuguhkan untuk di akses pengguna. Fasilitas yang terdapat di internet cukup banyak jenis dan kegunaannya sehingga dapat memberikan dukungan bagi kegiatan akademik, kalangan media massa, praktisi bisnis, keperluan pemerintahan, dan para peneliti. Fasilitas tersebut seperti E-mail, Mailing list (milis), Newsgroup, File Transfer Protocol (FTP), Internet Relay Chat, USEnet, Bulletin Board Service (BBS), Internet Telephony, Internet Fax, Layanan Multimedia (WWW). Di antara fasilitas yang ada di internet tersebut ada lima aplikasi standar internet yang dapat dipergunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu :

1. World Wide Web (WWW)

2. FTP (File Transfer Protocol)

3. E-Mail

4. Mailing List


(24)

B. Konsep Dasar Kesenjangan Digital (Digital Divide) 1. Definisi Kesenjangan Digital (Digital Divide)

Istilah ”kesenjangan digital” secara sederhana dijelaskan sebagai ketidaksamaan

dalam hal akses pada komputer dan internet antara kelompok yang didasarkan pada satu atau lebih identifikasi sosial dan kultural. Sebagai contoh kesenjangan digital adalah perbedaan akses pada komputer dan internet antara kelompok wanita dan pria, usia tua dan muda.

Kesenjangan digital sendiri membahas mengenai kesenjangan antara individu yang memiliki akses dan yang mampu menggunakan teknologi komunikasi dan komputer secara efektif dengan individu yang tidak mampu serta tidak memiliki akses. Mengurangi kesenjangan digital berarti membahas mengenai pengaksesan internet dan sumber dayanya, penggunaan teknologi telekomunikasi dan komputer untuk bekerja, berkomunikasi, mencari informasi, membuat dan membentuk pengetahuan yang berfungsi efektif, dan pada akhirnya menciptakan sebuah komunitas yang lebih baik dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

Kesenjangan digital juga terkait dengan kesetaraan memperoleh peluang. Pada kenyataannya, saat ini kurang dari 10% atau 21 juta penduduk negara kita yang telah mengenal komputer, tertinggal jauh dibanding negara-negara lain di Asia. Kesenjangan digital bukan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat kepemilikan komputer, namun juga tingkat penguasaan dan pemanfaatan aneka jenis perangkat lunak (software).


(25)

2. Aspek Kesenjangan Digital

Dalam aspek kesejangan digital ada beberapa hambatan dalam mengakses. Hambatan tersebut dibedakan pada tingkat penggunaan individu, karena lebih dapat diselidiki untuk beberapa hal pada dasar isu struktural (yaitu akses dan penggunaan). Baik akses maupun penggunaan internet, seperti halnya TIK keduanya tidak mungkin dilepaskan dari kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh masing-masing individu. Akses pada internet dapat ditiadakan bila terdapat kekurangan kemampuan akses teknologi, khususnya pada internet.

Dalam hal ini ada 3 aspek kesenjangan digital tersebut : (Camacho 2005:Servon 2002)

1) Akses/ infrastruktur (access/ infrastructure)

Perbedaan kemampuan antar individu dalam perolehan akses atau infrastruktur TIK yang menyebabkan perbedaan distribusi informasi.

2) Kemampuan (skill & training)

Perbedaan kemampuan antar individu dalam memanfaatkan atau menggunakan akses dan infrastruktur yang telah diperoleh. Selanjutnya adalah perbedaan antar individu dalam upaya pencapaian kemampuan TIK yang dibutuhkan untuk dapat memanfaatkan akses dan infrastruktur TIK.

3) Isi informasi (content/ resource)

Perbedaan antar individu dalam memanfaatkan informasi yang tersedia setelah seseorang dapat mengakses dan menggunakan teknologi tersebut sesuai dengan kebutuhannya.


(26)

C. Konsep Dasar Literasi TIK

Literasi TIK itu pada dasarnya merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang menyangkut dua hal yang meliputi kemampuan teknik (technical literacy) dan kemampuan informasi (information literacy) dalam kaitan keperluannya untuk melakukan aktifitas komunikasi dan informasi melalui komputer.

Di dalam komponen technical literacy sendiri, sebagai bagian dari komponen literasi TIK terkandung komponen-komponen kemampuan menyangkut literasi komputer dan literasi digital. Sementara di dalam komponen information literacy

terkandung komponen-komponen kemampuan menyangkut literasi internet dan literasi informasi.

1. Kemampuan Teknik (Technical literacy)

Literasi Komputer (Computer Literacy)

Sebagai salah satu bagian dari komponen kemampuan teknik / technical literacy, literasi komoputer sendiri merupakan kemampuan untuk menggunakan komputer guna memuaskan kebutuhan-kebutuhan personal (Rhodes:1986). Sedangkan arti

lain dari literasi komputer adalah ”kumpulan kemampuan, pengetahuan, pemahaman, nilai-nilai, dan hubungan yang diperkenankan oleh seseorang untuk memberikan fungsi yang nyaman sebagai masyarakat yang produktif mengunakan komputer yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat (Watt:1980).

Literasi komputer adalah pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan komputer dan teknologi secara efisien. Pengenalan komputer juga dapat mengacu pada tingkat kenyamanan seseorang saat menggunakan program komputer dan aplikasi lainnya yang digabungkan dengan komputer itu. Komponen lain yang tak


(27)

kalah penting dalam pengenalan komputer adalah mengetahui bagaimana cara komputer bekerja dan beroperasi.

Menurut Kate Williams saat menanggapi definisi literasi komputer yang dikemukakan Lankshear (1997:141), indikator untuk mengukur literasi komputer itu diantaranya dapat dirujuk dari definisi Lankshear itu, sebagaimana dikatakannya :

Definisi ini dapat meliputi keterlibatan handheld games, video games, penerjemah elektronik, agenda elektronik, CD players, dan hal lainnya yang mirip yang menarik perhatian kita dengan komunikasi lain yang masih ada dan dipraktekkan dalam membaca, menulis,melihat, merubah, berkomunikasi, dan lain-lain, teks digital, dan potensi keterpaduannya terintegrasi ke dalam bentuk kritikal dari kemampuan praktik.

Dengan sejumlah definisi di atas dapat diartikan bahwa literasi komputer itu pada dasarnya merupakan kepemilikan individu akan sekumpulan keahlian, pengetahuan, pemahaman, nilai-nilai dan saling keterkaitannya yang memungkinkan individu dimaksud untuk beraktifitas informasi dan komunikasi melalui komputer guna terpenuhinya kebutuhan - kebutuhan pribadi.

2. Literasi Informasi (Information Literacy)

Banyak definisi tentang information literacy / literasi informasi yang terus berkembang sesuai kondisi di lapangan. Diantaranya yaitu kemampuan dalam mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi dalam beraneka ragam format seperti buku, koran, video, Cd- Rom atau Web.

Literasi informasi adalah seperangkat keterampilan untuk mendapatkan jalan keluar dari suatu masalah yang ada. Keterampilan ini mencakup keterampilan mengidentifikasi masalah, mencari informasi, menyortir, menyusun, memanfaatkan, mengkomunikasikan dan mengevaluasi hasil jawaban dari pertanyaan atau masalah yang dihadapi tadi. Namun, pada dasarnya literasi


(28)

informasi dapat dikatakan sebagai seperangkat ketrampilan yang diperlukan untuk mencari, menelusuri, menganalisa dan memanfaatkan informasi.

Dengan demikian seseorang yang telah mempunyai ketrampilan tersebut akan dapat menyadari kebutuhan akan informasi, menentukan informasi apa yang dibutuhkan, menelusuri / mengakses informasi yang dibutuhkan secara efisien, mengevaluasi informasi dan memasukkan informasi pilihan tersebut ke dalam pengetahuan dasar mereka, memanfaatkan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan. Memanfaatkan informasi, mengakses dan memanfaatkan informasi sesuai etika dan hukum yang berlaku, mengklasifikasi, menyimpan, mengolah dan merancang ulang informasi yang dikumpulkan atau dihasilkan, mengetahui bahwa literasi informasi adalah syarat utama untuk belajar sepanjang hayat.

Literasi internet sendiri, sebagai bagian dari komponen yang terdapat dalam

information literacy, diketahui menjadi salah satu bagian kemampuan yang harus dipenuhi oleh setiap pengguna internet agar efektif dan efisien. Literasi Internet / Internet literacy sendiri memiliki banyak pengertian, dan diantaranya diartikan sebagai kemampuan dalam menggunakan pengetahuan teori dan praktik dalam hubungannnya dengan internet sebagai medium komunikasi dan pengelolaan informasi (Doyle 1996).

3. Literasi TIK ( ICT Literay)

Dalam kaitan itu, fenomena Literasi TIK/ ICT Literacy jadi banyak dipelajari akademisi dan termasuk PBB sendiri. Pihak PBB sebagaimana dikutip


(29)

Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) tampak telah lebih rinci dalam menjelaskan fenomena literasi TIK yang dimaksud.

Tahapan Literasi TIK / ICT Literacy meliputi :

(Tahap information literacy, computer literacy, digital literacy dan internet literacy)

Gambar 2.1 Bagan The Stages on HRICT Literacy / Literasi TIK

Sumber : Blue Print Strategi Pengembangan ICT Indonesia, Depkominfo

Penjelasan rinci mengenai literasi TIK yang dikemukakan PBB diatas tampaknya dikemukakan secara lebih sederhana oleh kalangan akademisi. Gordon W Smith kiranya merupakan salah satu di antara akademisi itu.

4. Tinjauan Tentang Literasi TIK

Konsep Literasi TIK terdiri dari konsep ’TIK’ dan ’Literasi’ lebih lanjut

menjelaskan bahwa Literasi TIK merupakan jembatan antara literasi teknis dan melek informasi. Dalam melek teknis, satu pelajaran keterampilan dasar dalam database, mengolah kata dan presentasi data, sedangkan melek informasi adalah akses, evaluasi dan penggunaan informasi dengan menggunakan teknologi (Wijaya dan Sunrendo, 2007:2).


(30)

Hal ini untuk mendukung pernyataan forum literasi internasional bahwa konsep Literasi TIK melibatkan tiga kemahiran yang diuraikan antara lain (ETS, 2002:14) :

1) Kemampuan Kognitif kehidupan sehari-hari di sekolah, di rumah dan di tempat kerja. Literasi, berhitung, memecahan masalah dan melek spasial/visual mendemonstrasikan kemahiran.

2) Kemampuan Teknis yang meliputi komponen dasar pengetahuan dasar. Ini mencakup pengetahuan dasar perangkat keras, aplikasi perangkat lunak, jaringan dan unsur-unsur teknologi digital.

3) Kemahiran TIK adalah integrasi dan penerapan ketrampilan kognitif dan teknis. Kemahiran TIK memungkinkan individu memaksimalkan kemampuan teknologi. Pada tingkat tertinggi, hasil kemahiran TIK dalam inovasi, transformasi individual dan perubahan sosial.

Literasi TIK adalah sebagai rangkaian kesatuan keterampilan dan penguasaan skill dan pengetahuan, literasi TIK didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan teknologi digital, alat komunikasi dan jaringan untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi dalam rangka untuk kegunaan dalam suatu masyarakat pengetahuan (ETS 2002:3-13).

5. Arti Akses TIK

Melaporkan bahwa dimensi akses dari TIK adalah karakteristik oleh kesadaran pengguna TIK dan ketersediaan relevansi ini TIK dikeduanya kehidupan pribadi dan profesional (Pernia 2008:14). Akses ke konten digital termasuk akan


(31)

pengguna, penyimpanan file pribadi dan alat komunikasi seperti forum Email dan diskusi (Pernia:9) Demikian pula penelitian ini mempertimbangkan :

Perangkat Keras (Hardware)

a. Infrastruktur listrik b. Komputer

c. Printer

d. Scanner

e. Internet/e-mail infrastruktur f. Telepon sekolah

g. Digital/kamera video h. Mesin fax

i. Mesin photo copy

j. Kamera pengintai k. Proyektor

Perangkat Lunak (Software)

a. Pengolahan kata b. Pengolahan angka c. Database

d. PowerPoint

e. Internet/e-mail

6. Arti Pengetahuan TIK

Pengetahuan dalam TIK termasuk satu pelatihan menerima untuk menggunakan fasilitas yang tersedia TIK (Chemwa & Mburu, 2007:1). Literasi TIK memerlukan pelatihan formal atau informal dalam keterampilan dasar seperti penggunaan


(32)

perangkat keras dan perangkat lunak aplikasi (Ferrigan, 2007:20). Dia menguraikan kompetensi kunci yang dapat diharapkan dari individu yang telah menyelesaikan kursus dasar pada TIK sebagai berikut :

1) Keakraban dengan hardware seperti ponsel, komputer, internet dan TIK lainnya.

2) Kemampuan untuk mengidentifikasi TIK.

3) Apresiasi fungsi aktual dan potensial dari teknologi dalam kehidupan sehari-hari.

4) Memahami fitur dasar dan penggunaan TIK (misalnya panggilan suara dan SMS, komputer, pengolah kata, pengolah angka, database, penyimpanan informasi, internet, web browsing, e-mail).

Dalam penelitian dimensi pengetahuan dianggap menyelidiki kemampuan guru untuk menggunakan fasilitas TIK dalam tugas-tugas kepemimpinan tertentu dan frekuensi penggunaan fasilitas TIK. Kemampuan untuk menggunakan fasilitas TIK melibatkan dimensi keterampilan guru dan sering hasil dari pengalaman dengan teknologi (Amara, 2006:4).

Kemampuan untuk mengambil, menilai, menyimpan, memproduksi, hadir dan saling bertukar informasi dan untuk berkomunikasi dan berpartisipasi dalam jaringan melalui internet adalah keunggulan dari seorang individu yang melek TIK (Pernia,2008:14). Teknis pelatihan keterampilan memstikan bahwa seseorang individu adalah ahli dalam berbagai aplikasi TIK, yang meliputi pencarian sebuah informasi, mengakses, mengumpulkan data, pengorganisasian,


(33)

menginterpretasikan informasi dari berbagai sumber, menilai validitas dan keandalan informasi dan menghasilkan informasi baru (Pernia,15-16).

D. Kesenjangan Digital dan Pengaruhnya Terhadap Literasi Internet

Perkembangan TIK yang cepat dan menyebar luas inilah maka kemudian didapat fenomena kesenjangan digital. Pada awalnya kesenjangan digital didefinisikan sebagai perbedaan akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi (TIK), namun seiring perkembangannya, kesenjangan digital mulai mengalami pergeseran pengertian. Kesenjangan digital tidak lagi hanya merupakan kesenjangan antara mereka yang memiliki akses terhadap TIK dengan yang tidak. Kesenjangan digital juga merupakan kesenjangan antara mereka yang memiliki akses dan dapat memiliki kemampuan untuk menggunakan TIK dengan mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk menggunakannya.

Hambatan mengakses dibedakan pada tingkat individu karena lebih dapat diselidiki untuk beberapa hal dasar isu struktural (yaitu akses dan penggunaan). Baik akses maupun internet, seperti halnya TIK, keduanya adalah tidak mungkin dilepaskan dari kemampuan dan kecakapan yang dimiliki oleh individu. Akses dapat ditiadakan bila terdapat kekurangan kemampuan akses teknologi, khususnya pada internet. Oleh sebab itu, kedua isu ini (kemampuan, akses, dan dukungan kecakapan) adalah sebagai sebuah bagian integral dalam kesenjangan digital. Sebagai tambahan penghambat akses dapat juga dikaitkan dengan kurangnya kesadaran, ketiadaan kepercayaan, dan gagal untuk menyediakan informasi yang cukup.


(34)

Adanya kesenjangan digital itu sendiri memungkinkan adanya perbedaan literasi internet pada guru di sekolah yang senjang secara digital. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan akses internet sehari-hari yang menyebabkan mereka kurang literasi terhadap internet. Hal tersebut juga berdampak pada pengetahuan mereka terhadap aplikasi internet yang pada akhirnya pengintegrasian TIK dan juga internet di sekolah tidak dapat terwujud.

E. Model Assesment Literasi Internet

Assessment atau penilaian merupakan istilah umum, yang hampir mirip dengan evaluasi, dan mencakup semua metode yang biasa dipakai untuk mengetahui informasi yang ada dalam bentuk dasar pengambilan keputusan. Menilai sendiri mengandung arti mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan berdasarkan diri atau berpegang pada suatu tolak ukur tertentu. Dalam hal ini Assesment dapat dikatakan sebagai Penilaian.

Berikut nya pada penelitian ini menggunakan model Assesment Elena E. Pernia. Pertimbangan pemilihan model tersebut bertumpu pada kesesuaian dengan bidang dalam penelitian ini, yaitu pendidikan di wilayah Asia-Pasifik termasuk Indonesia.

Dalam laporan Elena E. Pernia yang berjudul “Strategy Framework for Promoting ICT Literacy in the Asia-Pacific Region 2008” terdapat tiga dimensi utama dalam

mengukur literasi internet. Tiga dimensi utama nya adalah pengetahuan terhadap teknologi, keterampilan yang relevan dalam menggunakan tekologi dan sikap yang di peroleh dari refleksi kritis penggunaan teknologi.


(35)

1) Pengetahuan

Dimensi pengetahuan dalam literasi intrenet ditandai dengan kesadaran pengguna TIK dan apresiasi terhadap relevansi TIK dalam kehidupan pribadi maupun profesional penggunanya. Hal ini mencakup keakraban dengan teknologi dan memahami bagaimana TIK sebenarnya dapat berpotensi menguntungkan bagi kehidupan penggunanya dan kehidupan masyarakat.

2) Keterampilan

Dimensi keterampilan dalam literasi internet merupakan hasil dari penggunaan atau pengalaman dengan teknologi. Bagi banyak orang, kemampuan untuk mengambil, menilai, menyimpan, memproduksi, dan menyajikan informasi untuk berkomunikasi serta berpartisipasi dalam jaringan internet merupakan keunggulan dari orang-orang yang paham akan internet.

3) Sikap

Dimensi ini mencerminkan tingkat yang lebih tinggi dari literasi internet baik dari dimensi pengetahuan atau keterampilan. Dimensi sikap merupakan suatu produk dan proses penilaian kritis seseorang dari penilaian mereka terhadap penggunaan TIK dan internet sebagai informasi dan pengetahuan.

F. Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah suatu konsep yang berisikan hubungan kausal hipotesis antara variabel bebas dan variabel terikat dalam rangka memberikan jawaban


(36)

sementara terhadap masalah penelitian (Mujiman 1983:33). Penelitian ini mencoba untuk menjelaskan konsep penelitian menggunakan kerangka pemikiran agar penelitian ini dapat lebih mudah untuk dipahami maksud dan tujuan penelitian mengenai masalah dalam penelitian ini.

36 SMK Swasta di kota Bandarlampung telah memiliki labolaturium komputer untuk keperluan pembelajaran di sekolah. SMK swasta kini telah mendapatkan bantuan koneksi internet dari pemerintah yaitu program “Schoolnet”. Jardiknas Schoolnet atau jejaring pendidikan nasional zona sekolah adalah salah satu dari empat zona jaringan yang dibuat oleh Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Jardiknas sendiri merupakan infrastruktur jaringan skala nasional yang dapat menghubungkan lembaga pendidikan, kantor dinas pendidikan (tingkat provinsi, kota, kabupaten), perguruan tinggi, dan sekolah yang ada di seluruh Indonesia.

Tetapi walaupun setiap sekolah telah mendapatkan bantuan koneksi internet, ada saja sekolah yang masih belom bisa menggunakan nya. Ada juga yang bahkan tidak terkoneksi dengan baik. Ada beberapa sekolah yang memilih memasang jaringan internet sendiri, karena koneksi internet bantuan dari pemerintah sangatlah lambat. Karena hal itu menyebakan para pengajar atau guru kurang akan koneksi internet dan inilah membuat mereka makin enggan untuk mencoba juga mempelajari internet. Kesenjangan digital ini yang membuat para pengajar kurang akan literasi internet. Literasi internet disini meliputi kemampuan akses internet sehari-hari dan pengetahuan terhadap internet.


(37)

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2006:51).

Berdasarkan kerangka pikir tersebut, maka diambil kesimpulan yang merupakan jawaban sementara penelitian sebagai berikut :

1) Hipotesa penelitian (Ho) :

Tidak ada perbedaan literasi internet guru di SMK Swasta di kota Bandarlampung yang senjang secara digital.

2) Hipotesa penelitian (Hi) :

Ada perbedaan literasi internet guru di SMK Swasta di kota Bandarlampung yang senjang secara digital.

Kesenjangan Digital

(Digital Divide)

Sampel 3 Sekolah Sesuai Krikteria

Yang di tentukan berdasarkan hasil Pra Riset 2014

Literasi Internet

SMK 2 MEI SMK ARJUNA SMK

Model Assesment Elena E. Pernia :

1. Pengetahuan 2. Keterampilan


(38)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kesenjangan digital yang dapat mempengaruhi literasi internet guru SMK swasta di kota Bandarlampung. Karena itu penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah salah satu metode penelitan yang banyak digunakan pada penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu kejadian.

Penelitian desktiptif adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedurilmiah untuk menjawab masalah secara aktual (Sugiyono:2011).

Metode penelitian deskriptif adalah sebuah metode yang berusaha mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau tentang kecenderungan yang sedang berlangsung (Sukmadinata:2006).


(39)

Dari kedua pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa metode penelitian deskriptif adalah sebuah metode yang digunakan untuk mendeskripsikan, menginterpretasikan sesuatu fenomena.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian ini merupakan penelitian survei. Metode penelitian survei adalah satu bentuk teknik penelitian di mana informasi dikumpulkan dari sejumlah sampel berupa orang, melalui pertanyaan-pertanyaan (Zikmund:1997).

Metode penelitian survei merupakan metode yang digunakan sebagai kategori umum penelitian yang menggunakan kuesioner dan wawancara (Gay & Diehl:1992).

C. Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan batasan terhadap masalah-masalah variabel, yang dijadikan pedoman dalam penelitian, sehingga tujuan dan arahnya tidak menyimpang. Definisi konsep dalam penelitian ini adalah :

Literasi internet adalah sekumpulan perspektif yang secara aktif kita gunakan menghadapi media untuk menginterpretasikan makna sebuah pesan yang kita temui (James Potter 2001:18).

Literasi internet sendiri merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang menyangkut dua hal yang meliputi kemampuan teknik (technical literacy) dan kemampuan informasi (information literacy) dalam kaitan keperluannya untuk melakukan aktifitas komunikasi dan informasi melalui komputer.


(40)

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah seperangkat petunjuk yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengukur suatu variabel atau konsep definisi operasional tersebut membantu kita untuk mengklasifikasi gejala di sekitar ke dalam kategori khusus dari variabel (Walizer & Wienir).

Definisi operasional juga merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur (Singarimbun dan sofyan effendi, 1989:23). Konsep-konsep yang telah dijelaskan sebelumnya kemudian dioperasionalisasikan ke dalam bentuk-bentuk yang memungkinkan untuk diukur. Adapun indikator dari definisi operasional dalam penelitian ini adalah aktifitas menggunakan internet berupa :

Tabel 3.1 Indikator Literasi Internet

Variabel Dimensi Indikator Variabel

Literasi Internet

Akses Kesadaran dan Pengetahuan

a. Mampu menggunakan program atau software computer

b. Mampu menggunakan TIK

c. Mampu mengidentifikasi TIK

d. Memahami fitur Internet seperti penyimpanan data, web browsing, email.

e. Menggunakan internet

Variabel Literasi Internet

Keterampilan teknis

a. Keterampilan menggunakan Internet sehari-hari

b. Kemampuan menggunakan Microsoft Office untuk keperluan mengajar

c. Keterampilan dalam mengolah data

Sikap

a. Membuat bahas ajar menjadi lebih kreatif (audio – video)

b. Memberikan pelajaran kepada siswa akan guna TIK

c. Memastikan bahwa TIK digunakan

Memastiakan Microsoft Office telah dikuasai oleh siswa


(41)

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2001:55). Populasi sendiri adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan (Margono 2004:118).

Jadi populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya. Kalau setiap manusia memberikan suatu data maka, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002:108).

Populasi dalam penelitian ini adalah 36 SMK Swasta di Kota Bandarlampung. Tetapi pada saat melakukan Pra Riset hanya 31 Sekolah yang bisa dilakuakan penelitian. 5 Sekolah lain nya menolak karana alasan tertentu. Berikut data hasil Pra Riset Populasi penelitian :

No Sekolah

Rincian

siswa Jumlah siswa

Rincian guru Jumlah Guru

Guru TIK

Jumlah Komputer

L P L P

1 SMK TARUNA 37 162 199 8 14 22 3 22

2 SMK TAMAN

KARYA MADYA 251 14 265 23 18 41 7 20

3 SMK DHARMA PALA 300 5 305 19 8 27 2 12

4 SMK YPPL 59 176 235 6 22 28 2 20

5 SMK KRISTEN BPK

PENABUR 112 151 263 4 18 22 1 62

6 SMK YAGSMI 35 33 68 4 7 11 2 18

7 SMK YAPENA 54 68 122 4 18 22 2 25

8 SMK UTAMA 121 249 370 20 22 42 4 42

9 SMK SATU NUSA 2 84 110 194 10 9 19 2 10


(42)

Sumber : Hasil Pra-Riset 2014

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono 2001:56). Sampel juga merupakan bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.

Sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan hal berikut : (Margono 2004:121)

No Sekolah

Rincian

siswa Jumlah siswa

Rincian guru Jumlah Guru

Guru TIK

Jumlah Komputer

L P L P

10 SMK TAMAN SISWA 152 245 397 21 8 29 3 20

11 SMK SATU NUSA 1 - - - 11 14 25 3 25

12 SMK GUNA

DHARMA 93 227 320 7 18 25 2 45

13 SMK

MUHAMMADIYAH 1 110 3 113 14 13 27 2 10

14 SMK SATU NUSA 3 205 - 205 - - 27 2 13

15 SMK PGRI 2 53 119 172 22 30 52 3 70

16 SMK ARJUNA 53 27 80 4 18 22 2 48

17 SMK TRISAKTI 184 410 594 13 38 51 6 45

18 SMK FARMASI

KESUMA BANGSA 69 97 166 10 15 25 1 7

19 SMK BHINEKA 132 2 134 16 12 28 1 16

20 SMK SURYA

DHARMA 15 85 100 4 18 22 1 15

21 SMK BINA MULYA 58 106 164 10 13 23 4 40

22

SMK PENERBANGAN

LAMPUNG

16 33 49 7 10 17 2 15

23 SMK BINA LATIH

KARYA 691 80 771 20 18 38 4 30

24 SMK PGRI 4 55 179 234 16 21 37 4 20

27 SMK GAJAH MADA 150 470 620 23 23 46 3 90

28 SMK PGRI 1 38 69 107 7 22 29 3 15

29 SMK TARUNA 37 162 199 8 14 22 3 22

30 SMK DWI PANGGA 20 50 70 5 10 15 4 23

31

SMK TAMAN KARYA MADYA

TEKNIK 1

91 - 91 14 4 18 1 5


(43)

1) Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja.

2) Penelitian bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil kepenelitiannya, dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan kepada objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.

Alur penentuan sampel dan unit analisisnya adalah sebagai berikut :

1) Mengklasifikasikan sekolah berdasarkan keadaan kesenjangan digital yaitu dengan membandingkan jumlah siswa dan jumlah komputer. Cara yang digunkan adalah dengan melakukan perattingan. Perattingan dilakukan untuk mengetahui apakah jumlah komputer yang ada di sekolah sudah sebanding dengan jumlah siswa-nya.

Tabel 3.3 Data Perattingan SMK Swasta di Kota Bandarlampung

Sekolah Jumlah siswa Jumlah Komputer Jumlah siswa Jumlah Kom Perbandingan Siswa : Kom

SMK TARUNA 199 22 9.045454545 1 : 10

SMK TAMAN KARYA

MADYA 265 20 13.25 1 : 14

SMK DHARMA PALA 305 12 25.41666667 1 : 26

SMK YPPL 235 20 11.75 1 : 12

SMK KRISTEN BPK

PENABUR 263 62 4.241935484 1 : 05

SMK YAGSMI 68 18 3.777777778 1 : 04

SMK YAPENA 122 25 4.88 1 : 05

SMK UTAMA 370 42 8.80952381 1 : 09

SMK SATU NUSA 2 194 10 19.4 1 : 20

SMK TAMAN SISWA 397 20 19.85 1 : 20

SMK SATU NUSA 1 216 25 8.64 1 : 09

SMK GUNA DHARMA 320 45 7.111111111 1 : 08

SMK

MUHAMMADIYAH 1 113 10 11.3 1 : 12

SMK SATU NUSA 3 205 13 15.76923077 1 : 16

SMK PGRI 2 172 70 2.457142857 1 : 03

SMK ARJUNA 80 48 1.666666667 1 : 02

SMK TRISAKTI 594 45 13.2 1 : 14

SMK FARMASI

KESUMA BANGSA 166 7 23.71428571 1 : 24


(44)

Sumber : Hasil Pra-Riset 2014

2) Menetapkan 3 sampel sekolah yang memperlihatkan kesenjangan sekolah dengan kriteria. Dari ratting yang telah dilakukan, maka terdapat 3 kategori sekolah yang senjang secara digital. 3 kategori tersebut ditentukan berdasarkan hasil Pra-Riset yang dilakukan. Berikut adalah kategori dari hasil ratting :

Tabel 3.4 Data Kategori SMK Swasta di Kota Bandarlampung

Sekolah Jumlah siswa Jumlah Komputer Jumlah siswa Jumlah Kom Perbandingan Siswa : Kom

SMK SURYA DHARMA 100 15 6.666666667 1 : 07

SMK BINA MULYA 164 40 4.1 1 : 05

SMK PENERBANGAN

LAMPUNG 49 15 3.266666667 1 : 04

SMK BINA LATIH

KARYA 771 30 25.7 1 : 26

SMK PGRI 4 234 20 11.7 1 : 12

SMK SATRIA BAHARI 169 8 21.125 1 : 22

SMK 2 MEI 82 80 1.025 1 : 02

SMK GAJAH MADA 620 90 6.888888889 1 : 07

SMK PGRI 1 107 15 7.133333333 1 : 08

SMK TARUNA 199 22 9.045454545 1 : 10

SMK DWI PANGGA 70 23 3.043478261 1 : 04

SMK TAMAN KARYA

MADYA TEKNIK 1 91 5 18.2 1 : 19

Kategori I

Nama Sekolah Rasio

Siswa : Kom Speed Jumlah guru

SMK PGRI 2 1:3 512 Kbps 52

SMK Gajah Mada 1:7 512 Kbps 46

SMK 2 Mei 1:2 512 Kbps 90

Kategori II

SMK BPK Penabur 1:5 1 Mbps 22

SMK Gunadarma 1:8 512 Kbps 25

SMK Arjuna 1:2 512 Kbps 22

SMK Trisakti 1:14 512 Kbps 51

SMK Bina Mulya 1:5 512 Kbps 23

SMK Utama 1:9 512 Kbps 42

Kategori III SMK Taruna 1:10 512 Kbps 22

SMK Tamsis Karang 1:14 512 Kbps 41

SMK Darmapala 1:26 0 27

SMK YPPL Panjang 1:12 512 Kbps 28

SMK Yaksmi 1:4 512 Kbps 11


(45)

Sumber : Hasil Pra-Riset 2014

Klasifikasi tahap 1 ditetapkan 3 sampel sekolah yang masing-masing mewakili kategori dalam kesenjangan digital :

1) SMK Swasta 1 (2 Mei) yang memiliki lab komputer bagus, terkoneksi internet dan kecepatan koneksi internet bagus.

2) SMK Swasta 2 (Arjuna) yang memiliki lab komputer, terkoneksi internet dan kecepatan koneksi internet lemah.

3) SMK Swasta 3 (Dharmapala) yang memiliki lab komputer kurang bagus, terkoneksi internet dan kecepatan koneksi internet buruk.

3) Menentukan Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah guru di 3 sekolah yang akan menjadi sampel. Oleh karena itu peneliti menghitung jumlah guru di 3 sekolah dan menetapkan besarnya sampel dengan cara proporsional sampel dengan

SMK Satu Nusa 2 1:20 512 Kbps 19

SMK Tamsis Teluk 1:20 2 Mbps 29

SMK Satu Nusa 1 1:9 512 Kbps 25

SMK Muhammadiyah 1 1:12 512 Kbps 27

SMK Satu Nusa 3 1:16 512 Kbps 27

SMK Farmasi 1:24 512 Kbps 25

SMK Bhineka 1:9 512 Kbps 28

SMK Suryadarma 1:7 512 Kbps 22

SMK Penerbangan 1:4 512 Kbps 17

SMK Bina Latih Karya 1:26 512 Kbps 38 SMK Satria Bahari 1:22 512 Kbps 36

SMK PGRI 1 1:8 512 Kbps 29

SMK Taruna 1:10 512 Kbps 22

SMK Taman Siswa 1:19 512 Kbps 18

SMK PGRI 4 1:12 512 Kbps 37


(46)

menggunakan Rumus Slovin. Jika ukuran populasinya diketahui dengan pasti, Rumus Slovin di bawah ini dapat digunakan.

Rumus Slovin

Keterangan : n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang ditololerir. Batas kesalahan yang ditolelir ini untuk setiap populasi tidak sama, ada yang 1%, 2%, 3%, 4%,5%, atau 10%. Namun dalam penelitian ini akan diambil 5%.

F. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari responden pada lokasi penelitian. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan wawancara kepada responden terpilih yang berisikan pertanyaan mengenai variabel penelitian.

2) Data Sekunder

Data yang diperoleh melalui dokumentasi dengan mempelajari berbagai tulisan melalui buku, majalah, jurnal, dan data diperusahaan maupun internet untuk mendukung penelitian ini.


(47)

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat serta dapat dipertanggung jawabkan kebenaran ilmiahnya, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1) Kuesioner

Yaitu teknik utama dalam pengumpulan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian kepada responden. Kuisioner ini berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah

Pengaruh Kesenjangan Digital Terhadap Literasi Internet Guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung kepada responden yaitu guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung.

2) Observasi

Yaitu pengumpulan data dalam penelitian ilmiah yang diperoleh daripengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra.

3) Dokumentasi dan Studi Pustaka

Mencari data-data yang tersedia di buku, internet, serta undang-undang yang berkaitan dengan pembahasan yang diteliti.

H. Teknik Pengolahan Data

Setelah mengumpulkan data dari lapangan, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data dalam penelitian dengan menggunakan tehnik sebagai berikut: 1) Tahap Editing, yaitu pemeriksaan data yang diperoleh dari lapangan guna


(48)

kemudian diperiksa mencakup kelengkapan jawaban yang diperoleh dilapangan sehingga kesempurnaan data dapat dijamin.

2) Tahap Koding, yaitu mengklasifikasikan menurut jenis pertanyaan dengan memberikan tanda-tanda khusus pada data yang sesuai dengan kategori yang sama.

3) Tahap Tabulasi, yaitu dilakukan dengan cara memasukan data penelitian kedalam tabel untuk mengelompokkan jawaban secara sistematis, sehingga akan memudahkan dalam membaca serta memahami hasil penelitian.

I. Teknik Pemberian Skor

Setiap pertanyaan dalam kuesioner akan diberi empat alternative jawaban, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju). Penentuan skor untuk masing-masing jawaban adalah sebagai berikut :

1) Skor 4 merupakan penilaian sangat setuju akan pertayaan yang tertera di dalam kuesioner.

2) Skor 3 merupakan penilaian setuju akan pertayaan yang tertera di dalam kuesioner.

3) Skor 2 merupakan penilaian tidak setuju akan pertayaan yang tertera di dalam kuesioner.

4) Skor 1 merupakan penilaian sangat tidak setuju akan pertayaan yang tertera di dalam kuesioner.


(49)

J. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian 1) Uji Validitas

Validitas menunjukan sejauh mana suatu alata pengukuran itu mengukur apa yang ingin diukur (Singatimbun 1995:124). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas butir, dimana setiap pertanyaan dicari nilai imdeks validitasnya dengan menggunakan rumus pearson product moment correlation. Jika nilai indeks validitas butir ≤ 0,05, maka butir pertanyaan tersebut valid.

Rumus yang digunakan sebagai berikut :

Keterangan :

r = Angka kolerasi

N = Jumlah responden

X = Skor pertanyaan atau pernyataan

Y = Skor total sub variable

Kemudian berdasrkan korelasi ini akan di konsultasikan pada kriteria Guildford sebagai berikut :

< 0,2 = tidak ada korelasi 0,2 - < 0,4 = korelasi rendah 0,4 - <0,7 = korelasi sedang 0,7 - <0,9 = korelasi sangat tinggi 1,00 = korelasi sempurna.


(50)

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Dengan kata lain reliabilitas menunjukan konsisten suatu alat pengukuran di dalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun, 1995:140).

Untuk mengukur tingkat reliabilitas instrument yang digunakan dalam penelitian ini menggunkan metode Alfa – Cronbach. Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel atau tidaknya suatu instrument penelitian umumnya adalah perbandingan antara nilai r hitung dengan r tabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%. Apabila dilakukan pengujian reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach, maka nilai r hitung diwakili oleh nilai Alpha.

Rumus yang digunakan sebagai berikut : α = [ Keterangan :

α = Nilai reliabilitas

k = Jumlah item pertanyaan atau pernyataan Nilai varian masing – masing item = Nilai total

Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur berdasrkan skla 0 sampai dengan 1 (Triton, 248:2006). Ukuran kemantapan Alpha dapat diinterpretasi pada tabel berikut :


(51)

Tabel 3.5 Ukuran Kemantapan Alpha

Alpha Tingkat

Reliabilitas

0,00 s.d 0,20 >0,20 s.d 0,40 >0,40 s.d 0,60 >0,60 s.d 0,80 >0,80 s.d 1,00

Kurang Reliabel Agak Reliabel Cukup Reliabel

Reliabel Sangat Reliabel

K. Teknik Analisis Data

Pola pengguna teknologi dan persepsi para guru akan dianalisis dengan statistik deskriptif yang dihitung prosentase tiap data, rataan dan deviannya. Data akan disajiakn dalam beberapa tabel. Kemudian data akan diperbanyak setiap responden.

Untuk menganalisis pengaruh kesenjangan digital terhadap literasi internet guru data menggunakan program SPSS (Statistical Programe for Social Studies) yang digunakan untuk menganalisis statistik secara automatis dan diuji menggunakan analisis varian atau analysis of variance (Anova) bisa juga digunakan untuk menguji perbandingan. Penelitian yang ingin menguji hipotesis komparasi (perbandingan) pada umumnya menggunakan alat uji analisis varian (Sudarmanto, Gunawan, 2005:198).


(52)

IV. GAMBARAN UMUM

A. Gambaran SMK Swasta di Kota Bandarlampung

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. SMK sering disebut juga STM (Sekolah Teknik Menengah). Di SMK terdapat banyak sekali Program Keahlian. Beberapa program keahlian yang ada pada SMK antaran lain multimedia, rekayasa perangkat lunak, teknik komputer dan jaringan, teknik instalasi listrik, teknik audio-video, teknik pemesinan, teknik otomotif, akuntasi, perkantoran, administrasi kantor dan masih banyak lagi jururan yang ada di SMK.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Swasta di Kota Bandarlampung cukuplah banyak. Terdapat 36 SMK swasta di Kota Bandarlampung ini. Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian di 31 SMK Swasta di Kota Bandarlampung. Penelitian di lakukan karena, ingin mengetahui sudah sejauh mana TIK dan internet masuk di dalam sekolah. Teknologi yang dimiliki dari tiap- tiap sekolah pun berbeda. Mulai dari hardware samapai ke software. Pada kenyataannya pemerintah telah memberikan bantuan untuk seluruh Sekolah Menengah Kejuaruan yang ad di Indonesia. Kota Bandarlampung pun sudah termasuk yang


(53)

menerima bantuan internet tersebut. Tetapi pada nyatanya masih saja ada sekolah yg belum terkoneksi internet. Ada beberapa alasan mengapa mereka tidak terkoneksi, ada yang memilki alasan belom mendapatkan bantuan, ada juga yang beralasan tidak menegerti akan koneksi internet.

Koneksitas yang dimiliki sekolah belum selurah nya memadai. Dari hasil survei Pra-Riset menunjukan bahwa ada beberapa sekolah yang kurang akan akses internet. Berikut adalah data yag didapatkan dari hasil Pra-Riset :

Tabel 4.1 Data Kondisi Fasilitas SMK Swasta di Kota Bandarlampung

N

o Sekolah GURU

GURU

TIK SISWA

JML KOM (LAB)

LAN WAN SPEED OS SOFTWARE

1 SMK

TARUNA 3 3 199 22 Ada -

512/kbp s

Windows

7 Microsoft

2

SMK TAMAN KARYA MADYA

7 7 265 20 Ada - 512/kbp

s Windows Xp & Linux Microsoft 3 SMK DHARMA PALA

2 2 305 12 - - 0 Windows Manual

4 SMK YPPL 2 2 235 20 Ada - 512/kbp

s Windows Manual

5

SMK KRISTEN

BPK PENABUR

1 1 263 62 Ada - 1 Mbps Windows

XP Microsoft

6 SMK

YAGSMI 2 2 68 18 - -

512/kbp s

Windows

XP Microsoft

7 SMK

YAPENA 2 2 122 25 Ada -

512/kbp s

Windows

XP Microsoft

8 SMK

UTAMA 4 4 370 42 Ada -

512/kbp s

Windows

7 Microsoft

9 SMK SATU

NUSA 2 2 2 194 10 - -

512/kbp s

Windows

Xp Microsoft

10

SMK TAMAN

SISWA 3 3 397 20 Ada -

512/kbp

s Windows Microsoft

N

o Sekolah GURU

GURU

TIK SISWA

JML KOM (LAB)

LAN WAN SPEED OS SOFTWARE

11 SMK SATU

NUSA 1 3 3 - 25 - -

512/kbp

s Windows Microsoft

12

SMK GUNA DHARMA

2 2 320 45 - - 512/kbp


(54)

13

SMK MUHAMM ADIYAH 1

2 2 113 10 - - 512/kbp

s Windows Manual

14 SMK SATU

NUSA 3 2 2 205 13 - -

512/kbp

s Windows Manual

15 SMK PGRI

2 3 3 172 70 - Ada

512/kbp s

Windows 7 & Linux

Microsoft, Photoshop,

Corel

16 SMK

ARJUNA 2 2 80 48 - -

512/kbp s

Windows

7 Microsoft

17 SMK

TRISAKTI 6 6 594 45 Ada -

512/kbp

s Windows Microsoft

18

SMK FARMASI

KESUMA BANGSA

1 1 166 7 Ada - 512/kbp

s

Windows

7 Microsoft

19 SMK

BHINEKA 1 1 134 16 Ada -

512/kbp s

Windows

XP Microsoft

20

SMK SURYA DHARMA

1 1 100 15 Ada - 512/kbp

s

Windows

7 Microsoft

21 SMK BINA

MULYA 4 4 164 40 - -

512/kbp s

Windows

7 & Linux Microsoft

22

SMK PENERBA

NGAN LAMPUNG

2 2 49 15 - - 512/kpb

s

Windowa

XP Microsoft

23

SMK BINA LATIH KARYA

4 4 771 30 Ada Ada 512/kbp

s

Windows Xp, &,

Linux

Microsoft

24 SMK PGRI

4 4 4 234 20 Ada -

512/kbp s

Windows

7 Microsoft

26 SMK 2 MEI 6 6 82 80 Ada Ada 512/kbp

s

Windows 7 & Linux

Microsoft, Photoshop, Corel 27 SMK GAJAH MADA

3 3 620 90 Ada - 512/kbp

s

Windows

7 Microsoft

28 SMK PGRI

1 3 3 107 15 - -

512/kbp s

Windows

2003 Microsoft

29 SMK

TARUNA 3 3 199 22 Ada -

512/kbp s

Windows

2007 Microsoft

30 SMK DWI

PANGGA 4 4 70 23 - -

512/kbp s

Widows 7

& XP Microsoft

31 SMK TAMAN KARYA MADYA TEKNIK 1

1 1 91 5 - - 512/kbp

s

Windows Xp & Linux

0


(55)

Keterangan :

SMK Swasta 1 (2 Mei) yang memiliki lab komputer bagus, terkoneksi internet dan kecepatan koneksi internet bagus.

SMK Swasta 2 (Arjuna) yang memiliki lab komputer, terkoneksi internet dan kecepatan koneksi internet lemah.

SMK Swasta 3 (Dharmapala) yang memiliki lab komputer kurang bagus, terkoneksi internet dan kecepatan koneksi internet buruk.

Dari data diatas menunjukan bahwa ada beberapa kesenjangan di tiap-tiap sekolah. Bantuan koneksitas internet pun sudah diberikan kepada sekolah, tetapi ada saja yang belum terkoneksi. Dari 31 SMK Swasta tersebut fasilitas dan prasarana pun belom begitu mendukung untuk melek media. Karena kurang nya akses inilah yang membuat kesenjangan digital ada pada tiap sekolah.

B. Profil Sekolah Sampel

Dari 31 SMK Swasta yang ada di Kota Bandarlampung penulis memilih 3 sekolah untuk dijadikan sampel penelitian. Pemilihan sampel berdasarkan hasil Pra-Riset kemudian di Ratting dan kemudian di klasifikasikan berdasarkan kategori yang penulis tentukan. Sekolah yang dijadikan sampel yaitu SMK 2 Mei, SMK Arjuna dan SMK Dharmapala.

1. Profil SMK 2 Mei BandarLampung

Nama Sekolah : SMK 2 Mei Bandarlampung

Alamat : Jalan Abdul Muis No.18 Gedung Meneng Bandarlampung Telp : (0721) 703852


(1)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini menggunakan model Assesment Elena E. Pernia untuk mengetahui pengaruh kesenjangan digital terhadap literasi internet guru SMK Swasta di kota Bandarlampung. Dari hasil penelitian pada 3 sekolah sampel (SMK 2 Mei, SMK Arjuna dan SMK Dharmapala) hasil yang yang di dapat menunjukan bahwa kesenjangan digital berpengaruh terhadap literasi intenet para guru. Ketiga sekolah yang sudah di kategorikan berdasarkan hasil Pra-Riset memberikan jawaban bahwa kesenjangan digital berpengaruh terhadap literasi internet para responden.

1. Pada variabel literasi internet tingkat pengetahuan responden pada SMK 2 Mei termasuk dalam kategori sangat rendah, padahal sekolah ini merupakan sekolah kategori pertama, hal ini terjadi karena fasilitas yang cukup memadai sehingga para responden banyak yang langsung melakukan praktek dibandingkan mengetahui materinya berlebih dahulu. Begitu juga pada SMK Arjuna di sekolah ini juga memiliki pengetahuan yang rendah, sedangkan di SMK Dharmapala tingkat pengetahuannya sangat tinggi mungkin ini dikarenakan mereka tidak


(2)

memiliki fasilitas yang memadai sehingga mereka hanya bisa belajar melalui materi dan kurang melakukan praktek.

2. Tingkat keterampilan di SMK 2 Mei dan SMK Arjuna memiliki persentase yang cukup lebih tinggi di bandingkan SMK Dharmapala. Pada sekolah kategori ketiga SMK Dharmapala memiliki tingkat keterampilan yang cukup buruk, ini terjadi karena sarana dan fasilitas di sekolah ini tidak mamadai, sehingga membuat mereka kurang pahan dan terampil akan literasi internet.

3. Tingkat sikap pada SMK 2 mei sangat rendah, SMK Arjuna rendah dan SMK Dharmapala tinggi. Mengapa demikian, hal ini terjadi karena pada SMK 2 Mei dan Arjuna para siswa dianggap sudah mampu dan bisa dalam ruang lingkup TIK dan literasi intenet, sehingga para guru tidak lagi memperhatikan siswa akan literasi intenet yang sangat penting. Pada SMK Dharmapala sekolah memberikan materi dan juga pelajaran agar para siswanya paham akan literasi intenet.

4. Dari hasil uji beda 3 sekolah yang dijadikan sampel penelitian (SMK 2 Mei Bandarlampung, SMK Arjuna Bandarlampung dan SMK Dharmapala Panjang) diketahui bahwa hasil uji beda pada variabel pengetahuan di ketiga sekolah tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan literasi internet guru pada SMK Swasta yang senjang secara digital. Hasil uji beda pada variabel keterampilan juga


(3)

menunjukkan adanya perbedaan. Begitu juga hasil pada uji beda variabel sikap menunjukan ada perbedaan literasi internet tersebut.

B. Saran

1. Dari hasil penelitian yang dilakukan, hasil menunjukan bahwa terdapat kesenjangan digital pada fasilitas dan akses internet di tiga SMK Swasta di kota Bandarlampung. Saran yang berikan hendaknya infrastruktur dan juga fasilitas sekolah baiknya ditinjau kembali oleh dinas pendidikan agar fasilitas atau pun akses internet merata di seluruh sekolah.

2. Para guru sebaiknya diberikan pelatihan / pembekalan / seminar yang bertujuan untuk memberitahukan kepada guru bahwa internet dan literasi internet sangatlah penting, terutama untuk para guru yang telag berusia lanjut (50 tahun ke atas) harus lebih lagi ditanamkan lagi bahwa internet sangatlah penting,

3. Kondisi sekolah yang diteliti merupakan kondisi sekolah-sekolah pada umumnya. Fasilitas yang ada tidak hanya disupport oleh pihak sekolah. Banyak elemen yang dapat mendukung dengan keberadaan fasilitas yang lengkap disekolah. Oleh karena itu sekolah harus menggerakan para penagajar agar selalu belajar tentang apa saja yang ada di internet.


(4)

4. Dapat dirasakan bahwa kegunaan intenet sangatlah penting dan berguna. Literasi internet pun perlu dipelajari lebih dalam agar kita tahu dimana batasan-batasan penggunaan intenet. Untuk itu para pengajar hendaknya lebih memaksimalkan kembali pengetahuan, ketarampilan dan sikap meraka. Apabila meraka lebih paham maka ini juga akan berdampak positif untuk para siswanya, mereka akan lebih banyak mendapatkan informasi dari para pengajar mereka.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Allan, 2005. understanding how technology paradoxes affect in internet service quality. internet research electronic networking application and policy.

Blaxter, Loraine, et.al. 2001. “Tentang Metode-Metode” dalam How to

Research: Seluk Beluk Melakukan Riset. Jakarta:Gramedia.

Camacho, K.“Digital Divide, Multicultural Perspectives on Information Societies”, C & F Editions. 2005.

Eriyanto. 2011. Analisis Isi : Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group (Hal 115).

Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press. Hal 14-16.

Hayslett-Keck, Marlit (2001). The Digital and Civic Divides: How the digital divide affects internet voting, Georgia Tech Research Institute.

Nurhaida, Ida, dkk. 2011. Pengembangan Model Pengukuran e-Readlines Institusi Pendidikan SLTA di Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Silalahi, Ulber. 2006. “Paradigma Penelitian” dalam Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press.

Singarimbun, Masri. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta LP3ES.

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.


(6)

Supriyanto, 2005 “Pengantar teknologi Informasi”, Jakarta: Salemba Infotek.

Warschauer, M. 2003. Technology and Social Inclusion. Cambridge, Mass : MIT Press.

Vehovar,Vasja;Sicherl,Pavle;Hüsing, Tobias; Dolnicar, Vesna. Methodological Challenges of Digital Divide Measurements. The Information Society, 22:279-290, 2006.

http://en.wikipedia.org/ wiki/ Computer_literacy diakses tanggal 10 Maret 2014

http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_menengah_kejuruan diakases tanggal 4 Mei 2014

http://www.lurik.its.ac.id/latihan/LITERASI%20INFORMASI2007abc.pdf diakses tanggal 2 Maret 2014

http://www.exampleessays.com/viewpaper/32010.html diakses tanggal 12 Maret 2014

http://conference.merlot.org/2006/MICO6/MIC06Thursday/SmithICT.ppt#1 diakses tanggal 10 Maret 2014

http://frenndw.wordpress.com/2010/10/30/penelitian-kuantitatif/ diakses tanggal 10 Maret 2014

http://mpn.kominfo.go.id/index.php/2012/02/08/literasi-media-internet-untuk-mencerdaskan bangsa/

diakses tanggal 14 Maret 2014

http://barutau.com/manfaat-internet-bagi-pelajar.html diakses tanggal 12 Maret 2014

http://www.statpac.com/surveys/sampling.html Survey & QuestionnaireDesign diakses tanggal 20 Oktober 2007

http://www.tekmom.com/buzzwords/zdinternet.html TekMom'sTechBuzzwords diakses tanggal 12 Maret 2014


Dokumen yang terkait

Bias Gender pada Adopsi Internet oleh Guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung(Studi pada Guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung)

0 10 79

Bias Gender pada Adopsi Internet oleh Guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung(Studi pada Guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung)

0 11 82

Bias Gender Pada Adopsi Internet oleh Guru SMK Swasta Di Kota Bandarlampung (Studi pada Guru SMK Swasta Di Kota Bandar Lampung)

1 7 82

PENGARUH KESENJANGAN DIGITAL (DIGITAL DIVIDE) TERHADAP INTERNET LITERACY GURU SMA NEGERI DI KOTA BANDARLAMPUNG

0 5 86

PENGARUH KESENJANGAN DIGITAL TERHADAP LITERASI INTERNET GURU SMK SWASTA DI KOTA BANDARLAMPUNG (Studi Pada Guru SMK Swasta Di Kota Bandarlampung)

4 16 65

PENGARUH KESENJANGAN DIGITAL AKSES INTERNET TERHADAP PERSEPSI GURU MADRASAH ALIYAH SWASTA DI KOTA BANDARLAMPUNG (Studi Pada Guru Madrasah Aliyah Swasta Yang Senjang Secara Digital Di Kota Bandarlampung)

3 15 114

Pengaruh Kesenjangan Digital Akses Internet Terhadap Persepsi Guru Madrasah Aliyah Swasta di Kota Bandarlampung (Studi pada Guru Madrasah Aliyah Swasta Yang Senjang Secara Digital di Kota Bandarlampung).

0 32 114

MODEL E-LEADERSHIP SMK SWASTA KOTA BANDARLAMPUNG (STUDI KOMPARATIF PADA GURU SMK SWASTA YANG SENJANG SECARA DIGITAL DI KOTA BANDARLAMPUNG)

0 18 74

Model e-Leadership SMK Swasta Kota Bandarlampung (Studi Komparatif pada Guru SMK Swasta yang Senjang Secara Digital di Kota Bandarlampung)

0 12 89

Pengaruh Digital Divide Terhadap Literasi Internet Guru Madrasah Aliyah Swasta (Studi pada Madrasah Aliyah Swasta di Kota Bandar Lampung)

1 15 92