Bias Gender pada Adopsi Internet oleh Guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung(Studi pada Guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung)

(1)

ABSTRAK

Bias Gender Pada Adopsi Internet oleh Guru SMK Swasta Di Kota Bandarlampung

(Studi pada Guru SMK Swasta Di Kota Bandar Lampung)

Oleh Deka Vivi Rosela

Kemampuan menguasai teknologi khususnya internet sering diyakini lebih dekat dengan identitas laki-laki, sehingga pengadopsian internet oleh perempuan sering lebih rendah. Sebagai tenaga pendidik, guru laki-laki maupun guru perempuan dituntut untuk sama dalam mengadopsi internet dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan penelitian ini: 1. Mengungkapkan adopsi internet oleh guru SMK Swasta di Bandarlampung yang senjang secara digital. 2. Mengetahui bias gender pada adopsi internet oleh guru SMK Swasta di kota Bandarlampung yang senjang secara digital. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus slovin sebanyak 119 guru di tiga SMK yaitu SMK 2 Mei, SMK Arjuna, dan SMK Dharmapala. Tipe penelitian ini termasuk pada penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan konstruk Technological Acceptance Model (TAM) yaitu persepsi kebermanfaatan internet (Perceived Usefulness/PU), persepsi kemudahan internet (Perceived Ease Of Use/PEOU), dan penggunaan internet sesungguhnya (Actual Usage).

Hasil penelitian pada adopsi internet antar SMK Swasta yang senjang secara digital menunjukan perceived usefulness internet guru yang tinggi (chi hitung 1,873 < chi tabel 18,31) dan perceived ease of use internet guru yang sedang (chi hitung 14,184 < chi tabel 18,31) tidak mengakibatkan tingginya actual usage internet guru (chi hitung 60,929 > chi tabel 43,77). Penelitian pada gender guru SMK Swasta di Bandarlampung yang senjang secara digital menunjukan perceived usefulness internet terhadap gender guru yang tinggi (chi hitung 0,156 < chi tabel 11,07) dan perceived ease of use internet terhadap gender guru yang tinggi (chi hitung 1,842 < chi tabel 11,07) mengakibatkan tingginya actual usage internet terhadap gender guru (chi hitung 18,606 < chi tabel 25,00). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada bias gender pada adopsi internet oleh guru SMK Swasta di kota Bandarlampung.


(2)

ABSTRACT

GENDER DIFFERENCES IN ADOPTION OF INTERNET BY SMK PRIVATE TEACHERS IN BANDARLAMPUNG

(Study On Private Vocational Teachers In Bandarlampung)

By

Deka Vivi Rosela

The skills related on technology especially internet often believed to be closer to men, remains internet adoption by women more likely to be lower. Empowering education, male or female teachers are expected to be equal in adopting internet in teaching and learning activity. The aims of this research are to understand: 1.Internet adoption by private SMK teachers in Bandarlampung with digital divide. 2.Gender differences on internet adoption by private SMK teachers in Bandarlampung with digital divide. Technique sampling uses slovin sets up 119 teachers in three SMK, SMK 2 Mei, SMK Arjuna and SMK Dharmapala, with descriptive method and quantitative approach. This research uses Technological Acceptance Model (TAM) constructs which are perceived usefulness, perceived ease of use and actual usage of internet.

The results show that internet adoption by private SMK teachers in Bandarlampung with digital divide reveals that high perceived usefulness internet of teachers (chi count 1,873 < chi table 18,31) and medium perceived ease of use internet of teachers (chi count 14,184 < chi table 18,31) does not seem affecting actual usage internet of teachers (chi count 60,929 > chi table 43,77). This also reveals that high perceived usefulness internet of gender teachers (chi count 0,156 < chi table 11,07) and medium perceived ease of use internet of gender teachers (chi count 1,842 < chi table 11,07) does seem affecting the high actual usage internet of gender teacher (chi count 18,606 > chi table 25,00). It can be concluded that there is no gender differences on internet adoption by private SMK teachers in Bandarlampung with digital divide.


(3)

{Studi

@ Guru

SMK

Swash

di lGta Batdarhmpung}

Oleh

t$eks ctlivi cf€sels

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU KOMUNII(ASI

Pada

Jurusan llmu Kornunikasi Fakultas llmu Sosial dan llmu Politik

FAKULTAS

ILMU SOSIAL DAN IL}IU POTITIK

UHIVERSTTAS

LAMPUNG

BANDAR

TAMPUNG


(4)

llama Mahasiswa

Iomor Pokok Mahasiswa Junrsan

Fakultas

DI KOTA BANDANII$IPUNG

(Studi pada Guru SFIII Snrasta di l[ota Bandarlampung)

glsknqliriW

101605LO57 Ilmu,Komunikasi

Ilmu Sosial dan llmu Politik

TTENTETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Dta. lda Nurhalda, Ff.Sl. r{rP 19610807 L9,87C,5 2 002

2. Ketua Jurusan llmu Komunikasi

Teguh Budt Bahado, FI.SI. rP 19600T22 L9,8705 1004


(5)

Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama

NPM Junrsan

: Deka Vivi Rosela : 101603 1037 : Ilmu Komunikasi

Dengan ini menyatakaru s*ripsi ini merupakan bagian dwi Grant Research Strategis Nasional, Dra. Ida Nurhaida M.Si., Ageng Sadnowo Repelianto, s.Si., M.si., Dr. Riswanti Rini dengan judul "Pengembangan Model Pengukuran e-Readiness Institusi Pendidikan SLTA di Kota Bandar Lampung."

Skripsi saya yang berjudul "Bias Gender Pada Adopsi Internet Oleh Guru SMK Swasta di Kota Bandarlampug (Studi Pada Guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung)" adalah hnar-benar hasil karya sendiri, bukanplagiat (milik oraog lain) ataupun dibuat oleh orang lain. Apabila di kenrudian hari hasit penelitian/stcipsi say4 ada pihak-pihak yang meftNa keberatan maka saya akan bertanggung jawab sesuai dengan peraturan yang berlaku dan siap untuk dicabut gelar akademiknya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dalaur tekanan pihak-pihakmanapun.

B,andar Lampung; Oktober ZA1.4 Yang membuat pernyataan,

;TSffiW

,,,',n,i3{!rtoNcuNa.4Ncs,{ \ffi

11D24ACF444613?*

li qNA{y.\_BIDV_BU-B_IAI:

'fffi

DekqViqi Roqplp NPM. 101603rA37


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung pada tanggal 18 Desember 1992. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara, buah hati dari pasangan Rasyid dengan Hesty Triwahyuni. Penulis menyelesaikan pendidikan SD Kartika II-5 Bandarlampung pada tahun 2004, SMP Negeri 2 Bandarlampung pada tahun 2007 dan SMA Negeri 2 Bandarlampung pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kepengurusan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Komunikasi periode 2011-2012 sebagai anggota bidang Advertising, diteruskan pada periode kepengurusan 2012-2013 sebagai sekertaris bidang bidang Advertising.


(7)

PERSEMBAHAN

Salah satu yang paling melegakan mahasiswa adalah ketika kita bisa menyelesaikan skripsinya. Alhamdulillah penulis merasakan kelegaan ini. Terimakasih tak terhingga serta rasa syukur kepada Allah SWT, terimakasih atas kejutan yang diberikan, pelajaran yang berharga, dan kesempatan berdoa yang Kau berikan.

Kepeda keluarga tercinta, Mama dan Papa, adiku Aik dan Alin, terimakasih atas segala kasih sayang dan perhatian yang kalian berikan, terimakasih kita masih menjadi satu tim yang utuh, alasannya saya untuk terus berjuang dalam hidup.


(8)

Moto

D

o

M

ore

W

hat

M

ake

Y

ou


(9)

SANWACANA

Alhamdulillahhirobbil’alamin. Segala puji dan syukur penulis hanturkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkah dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktunya sesuai dengan harapan penulis dengan judul Bias Gender Pada Adopsi Internet Oleh Guru SMK Swasta di Bandarlampung” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini tak luput dari kesalahan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan yang lebih baik lagi nantinya. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat dikemudian hari.

Berbekal pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, tanpa adanya bantuan,dukungan, motivasi, dan semangat dari berbagai pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, Selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


(10)

Komunikasi, untuk segala keramahan, kesabaran serta keiklasannya mendidik dan membantu mahasiswa selama ini.

3. Ibu Dra. Ida Nurhaida, M.Si selaku Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis serta bersedia memahami ketidak mengertian penulis dalam proses penyusunan skripsi 4. Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos., MComn&MediaSt, selaku sekretaris jurusan Ilmu Komunikasi dan pembahas skripsi saya. Terimakasih atas masukan yang ibu berikan.

5. Ibu Anna Gustina S.Sos, selaku dosen pembimbing akademik penulis dan seluruh jajaran dosen FISIP Universitas Lampung khususnya jurusan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan bermanfaat selama penulis menuntut ilmu di jurusan ini.

6. Kepala SMK 2 Mei Bandarlampung, Kepala SMK Arjuna Bandarlampung dan Kepala SMK Dharmapala Panjang yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian.

7. Yang setia bersamaku meski terkadang aku lupa kau dimana, yang tersenyum melihat kebahagianku, yang selalu khawatir keadaanku, yang mengusap kepalaku dengan kasih sayang, yang selalu menatapku dengan bangga, yang sabar mendengar ceritaku, yang tidak berhenti mendoakanku, terimakasih Mah, Pah. Terimakasih juga buat adiku tercinta aik dan alin, kita terus jadi tim yang kuat ya.


(11)

9. Temen SD, SMP ( Pradita,Ditha,Nevia,Rine, kita masih bertahan sampe sekarang guys), temen SMA (Eka,Melisa Okta,Okti,Rika, saya masih ingat cerita bodoh kita dulu, walau sekarang terkadang kita lupa satu sama lain, semoga mimpi-mimpi dulu yang kita ceritakan tercapai semua ya) Spesial buat Fajar Ayu, kita temenan dari SMP sampe sekarang, saya masih berdoa semoga kita berdua bisa sukses ya jar hingga kita bisa bahagian orang tua kita, amin.

10.Dewi Alifia Febrianti,Tia Lidarni, Fitri Amalia, Putri Ariesta dan Rina Puteri Octarina, kalian temen terkreatif dan terkeren yang saya punya, terimakasih sudah menjadi bagian cerita saya selama kuliah, kelak kita akan susah kumpul bersama atau saling bercerita, doa saya semoga kita menjadi wanita sukses dan ibu yang hebat, terimakasih ya guys.

11.Ardika, Obi makasih bully nya selama ini, Ahong, kak Adit, Pandu, Azul, I, Nta, Ojan, Umar, Dio, Sigit, dan seluruh angkatan 2010, kalian luar biasa. Semoga kita masih bisa kumpul ya.

12.Buat temen-temen satu manajeman dewi, dwi, jerry, rina, hafiz, hesti, dendi, mbak susan, mbak balqis, esy, kak fendi terima kasih untuk sharring dan berbagi dalam pengerjaan skripsi.

13.Adik-adik komunikasi angkatan 2011, 2012, 2013, 2014 dst terima kasih buat motivasi dan perhatiannya selama ini. Selamat menjawab pertanyaan kapan seminar, kompre, dan lulus dari adek tingkat kalian.


(12)

yang baik saya akan ingat terus nasihat nya kak, kak ibo, kak doni, kak ali, kak radith, kak jes, kak jody, mba intan dll terimakasih atas bimbingannya selama ini.

15.Temen komunitas, Silvana yang mengenalkan RBAN dengan anak pulau tegal, Bernas dengan adek-adek baiknya farah faras ncip dll, terimakasih telah mengajarkan saya melihat dunia lebih luas.

16.Keluarga besar Triuno Photography, Pak Ardan, Kak Alan, Mba Ririn, Mba Yeni, dll terimakasih atas pelajaran selama beberapa bulan ini. 17.Keluarga besar HMJ Ilmu Komunikasi UNILA yang telah memberi

pengalaman berharga dan pertemanan yang sangat berarti. Sukses selalu buat HMJ Ilmu Komunikasi Unila!

18.Keluarga dan teman-teman KKN desa Menanga Siamang

19.Serta kepada anda yang membaca skripsi ini, semoga dapat berguna dan bermanfaat bagi anda dan yang lainnya.

Penulis,


(13)

ABSTRAK ABSTRACT HALAMAN PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTTO SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR BAGAN DAFTAR TABEL I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian ... 8

D.Kegunaan Penelitian ... 9

II.TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Adopsi Internet ... 10

1. Pengertian Internet ... 10

2. Adopsi Internet ... 11

B. Bias Gender dan Adopsi internet ... 13

1. Pengertian Gender ... 13

2. Pengertian Bias Gender... 14

3. Bias Gender dalam Pendidikan ... 15

4. Bias Gender dalam Adopsi internet ... 16

C. Kesenjangan Digital (Digital Divide) dalam Adopsi Internet .... 18

1. Definisi Kesenjangan Digital ... 18

2. Kesenjangan Digital di Indonesia ... 18

3. Kesenjangan Digital pada Perempuan ... 21

D. Landasan Teori ... 23

1. Tinjauau Teoritis Technology Acceptance Model (TAM) ... 23

2. Persepsi Manfaat Menggunakan Internet (Perceived usefulness) ... 24

3. Persepsi Kemudahan Menggunakan Internet (Perceived ease of use)... 25

4. Penggunaan Internet Sesungguhnya (Actual Usage) ... 26 E. Tinjauan Terdahulu tentang Adopsi internet, gender, dan TAM 27


(14)

3. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ... 29

F. Kerangka Pikir ... 30

G. Hipotesis ... 32

III. METODE PENELITIAN A.Tipe Penelitian ... 33

B.Metode Penelitian ... 33

C.Identifikasi Variabel Penelitian ... 34

D.Definisi Konsep ... 34

E. Definisi Operasional ... 36

F. Populasi dan Sampel ... 38

G.Teknik Pengumpulan Data ... 44

H.Teknik Pengolahan Data ... 45

I. Teknik Pemberian Skor ... 46

J. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 47

K.Uji Hipotesis ... 49

L. Teknik Analisis Data ... 49

IV. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. SMK 2 Mei Bandarlampung ... 51

B. SMK Arjuna Bandarlampung ... 55

C. SMK Dharmapala Bandarlampung ... 58

V. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Uji Validitas ... 60

B. Uji Reliabilitas ... 64

C. Karakteristik Responden ... 66

D. Analisis Deskriptif Tabel Jawaban Responden ... 73

1. Persepsi Kebermanfaatan Menggunakan Internet ... 74

2. Persepsi Kemudahan Menggunakan Internet ... 83

3. Penggunaan Internet Sesungguhnya ... 93

E. Pengujian Hipotesis ... 106

F. Pembahasan Hasil Penelitian ... 113

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 117

B. Saran ... 118


(15)

Halaman TABEL

1. Indikator variabel Y ... 37

2. Hasil Sensus di SMK Swasta di Kota Bandarlampung... 40

3. Hasil Ratting Kategori Sekolah ... 42

4. Ukuran Kemantapan Alpha ... 49

5. Jumlah Guru SMK 2 Mei Bandarlampung ... 54

6. Keadaan Jumlah Guru Dan Karyawan SMK Arjuna ... 57

7. Keadaan Jumlah Guru Dan Karyawan SMK Dharmapala... 59

8. Uji Validitas Variabel Persepsi Kebermanfaatan Internet/PU ... 62

9. Uji Validitas Variabel Persepsi Kemudahan Internet/PEOU ... 63

10. Uji Validitas Penggunaan Internet Sesungguhnya/AU ... 61

11. Ikhtisar Uji Reliabilitas Kuesioner ... 65

12. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 66

13. Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan Gadget ... 67

14. Karakteristik Responden Berdasarkan Akses ke Internet ... 68

15. Karakteristik Responden Berdasarkan Rata-rata Mengakses ... 70

16. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Menggunakan Internet ... 71

17. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Responden ... 72

18. Analisis Persepsi Manfaat Menggunakan Internet ... 74

19. Analisis Tingkat Persepsi Kebermanfaatan Internet ... 78

20. Tingkat Persepsi Kebermanfaatan Internet Antar Sekolah ... 79

21. Tingkat Persepsi Kebermanfaatan Internet/PU Berdasarkan Jenis Kelamin ... 81

22. Analisis Tingkat Persepsi Kemudahan Internet ... 83

23. Analisis Tingkat Persepsi Kemudahan Internet / PEOU ... 88

24. Tingkat Persepsi Kemudahan Internet Antar Sekolah ... 89

25. Tingkat Persepsi Kemudahan Internet/PEOU Berdasarkan Jenis Kelamin ... 91

26. Penggunaan Internet Sesungguhnya Berdasarkan Gender... 93

27. Analisis Tingkat Penggunaan Internet Sesungguhnya ... 100

28. Tingkat Penggunaan Internet Sesungguhnya Antar Sekolah ... 101

29. Analisis Aktifitas Penggunaan Internet Sesungguhnya Berdasarkan Jenis Kelamin ... 106

30. Hipotesi Perbedaan Adopsi Internet Antara SMK Swasta di Bandarlampung ... 104

31. Hipotesis Perbedaan Adopsi Internet Antara Guru Perempuan dan Guru Laki-laki di SMK Swasta Bandarlampung Sekolah Berdasarkan Jenis Kelamin ... 106

32. Hipotesis Perbedaan Adopsi Internet Antara Guru Perempuan dan Guru Laki-laki di SMK Swasta Bandarlampung Yang Senjang Secara Digital ... 108


(16)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman


(17)

Halaman GAMBAR

1. Fasilitas Laboratorium SMP, SMA, SMK ... 19

2. Ketersediaan Fasilitas TIK di SMA-SMK ... 20

3. Kondisi Lab Komputer SMK 2 Mei ... 53

4. Kondisi Lab Komputer SMK Arjuna ... 56

5. Kondisi Lab Komputer SMK Dharmapala ... 58

6. Diagram Batang Analisis Persepsi Kebermanfaatan Internet ... 79

7. Diagram Batang Analisis Persepsi Kebermanfaatan Internet Antar Sekolah ... 80

8. Diagram Batang Analisis Persepsi Kebermanfaatan Internet Berdasarkan Jenis Kelamin ... 82

9. Diagram Batang Analisis Persepsi Kemudahan Menggunakan Internet ... 89

10. Diagram Batang Analisis Persepsi Kemudahan Menggunakan Internet Antar Sekolah ... 90

11. Diagram Batang Analisis Persepsi Kemudahan Menggunakan Internet/PEOU Berdasarkan Jenis Kelamin ... 92

12. Diagram Batang Analisis Tingkat Penggunaan Internet Sesungguhnya ... 101

13. Diagram Batang Analisis Tingkat Aktifitas Penggunaan Internet Sesungguhnya Antar Sekolah ... 102

14. Diagram Batang Analisis Aktifitas Penggunaan Internet Sesungguhnya Antar Sekolah Berdasarkan Jenis Kelamin... 104


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi jaringan internet telah mengubah paradigma dalam mendapatkan informasi dan berkomunikasi, yang tidak lagi dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Melalui keberadaan internet kita bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan dimanapun dan kapanpun waktu yang diinginkan. Salah satu bidang yang tersentuh dampak perkembangan teknologi ini adalah dunia pendidikan. Sebagai sebuah sumber informasi yang hampir tak terbatas, maka jaringan internet memenuhi kapasitas dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran dalam dunia pendidikan.

Kemajuan teknologi memberikan banyak tawaran dan pilihan bagi dunia pendidikan untuk menunjang proses pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien bagi siswa. Pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) diyakini dapat menunjang upaya peningkatan dan pemerataan akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan menengah.


(19)

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenis satuan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, terbukti bahwa SMK memiliki peran strategis dalam pendidikan ketenagakerjaan. Namun, akses internet ternyata belum merupakan realitas bagi sebagian SMK Swasta di Kota Bandarlampung, terutama akses internet untuk sekolah yang senjang secara digital. Hal ini kemungkinan disebabkan kurangnya infrastruktur, biaya deployment yang tinggi, internet kurang dikenal, dominasi bahasa Inggris di dunia maya, dan kurangnya manfaat internet dalam menangani isu-isu pembangunan.

Tuntutan yang harus dilaksanakan oleh guru dan sekolah dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi menghadapi berbagai kendala yang tidak sederhana. Masalah utama yang seringkali dihadapi oleh pihak sekolah dan guru adalah keterbatasan sumber daya, baik sumber daya fisik, sumber daya manusia maupun sumber belajar berbasis teknologi komputer dan telekomunikasi.

Faktanya, sebagian besar sekolah belum terkoneksi ke Internet. Dalam Symposium On Open Distance and E-Learning (ISODEL 2007) baru 9% dari populasi sekolah yang berjumlah 220.000 yang terkoneksi ke internet. Bahkan koneksi ke internet yang diprakarsai oleh Kemendikbud dalam program Schoolnet pada tahun 2011 baru merancang 16.678 sekolah yang terlibat atau baru 7,2% dari total sekolah di Indonesia dan ada 2.214 titik SMK di Indonesia. Sementara sarana laboratorium komputer sebagai sarana membangun kompetensi TIK juga faktanya sama.


(20)

Studi Nurhaida dkk (2009) menemukan bahwa 43% SLTA yang ada di Kota Bandarlampung yang nota bene adalah ibu kota propinsi tidak memiliki laboratorium yang memadai, baik dari segi kualitas mapun jumlah. Banyak sekolah, utamanya SLTA swasta memiliki komputer kurang dari 10 unit, padahal siswa yang harus dilayani lebih dari 40 siswa. Padahal dalam program percepatan pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010 (Inpres No.1 Tahun 2010) targetnya 40% SLTA dan 20% SLTP menerapkan sistem sekolah berbasis TIK.

Departemen Komunikasi dan Informasi telah melaksanakan Program Community Access Point (CAP) atau Warung Masyarakat Informasi (WARMASIF) yang memungkinkan akses internet di kantor pos. Sementara Kementerian Riset dan Teknologi juga telah mengembangkan Warung Informasi Teknologi (WARINTEK), yaitu perpustakaan umum dan fasilitas publik lain yang berbasis internet. Demikian juga Departemen Pendidikan Nasional juga mengembangkan Pusat TIK dengan penyediaan fasilitas internet di 500 sekolah menengah kejuruan (SMK). Melalui Jaringan Pendidikan Nasional (JARDIKNAS), Departemen Pendidikan Nasional juga telah membangun laboratorium komputer lengkap dengan akses internetnya di 6.500 sekolah.

Seperti halnya pada satuan pendidikan lainnya, upaya implementasi TIK dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diduga juga menghadapi banyak kendala yang dapat mengganggu upaya implementasi tersebut, baik pada mata pelajaran normatif, adaptif, maupun produktif. Kendala-kendala tersebut baik yang bersifat internal yang berhubungan dengan kemampuan sekolah, guru,


(21)

siswa, kurikulum, maupun yang bersifat eksternal yang berhubungan dengan pemangku kepentingan (stakeholder).

Guru sebagai faktor utama dalam proses pendidikan di sekolah perlu mendapatkan perhatian lebih melalui kegiatan pelatihan dan pendidikan yang sistematis dalam penguasaan TIK. Guru yang dituntut harus dengan cepat memperbarui pengetahuan, keterampilan, dan kompetensinya dalam bidang TIK, ternyata tidak dapat begitu saja dengan mudah menguasai bidang TIK ini. Banyak kendala mulai dari faktor usia, dukungan sarana peralatan, kesempatan, dukungan kebijakan dari atasan, hingga ketersediaan infrastruktur di sekolah yang tidak merata dan tidak dengan mudah bisa disesuaikan.

Realitas saat ini guru-guru di Indonesia pada umumnya masih banyak yang belum mengimplementasikan TIK (internet) dalam pembelajaran. Di sisi lain, ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai di suatu sekolah maupun yang merupakan milik pribadi guru, sering tidak diiringi dengan kemampuan para guru untuk memanfaatkannya sebagai media pendukung pembelajaran secara optimal, sehingga peralatan TIK tersebut masih terkesan hanya dijadikan pajangan sebagai simbol kekinian teknologi.

Sebagai tenaga profesional, guru perempuan maupun laki-laki tidak boleh gaptek (gagap teknologi) sehingga semua guru dituntut untuk selalu mengembangkan diri sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk meningkatkan profesionalisme guru SMK, Pemerintah mengadakan program bimbingan teknis bagi 318 guru SMK untuk mendapatkan sertifikasi sesuai denganbidang keahlian


(22)

yang tersedia. Sementara bagi 250 guru SMK Kabupaten/Kota juga tersedia beasiswa untuk mendapatkan program S2 bagi guru SMK di empat perguruan tinggi negeri yang telah ditunjuk (Renstra Ditjen Dikmen 2010 : 74).

Menurut Kementrian Pemberdayaan Perempuan, bidang teknologi, khususnya TIK, masih sangat dekat dengan identitas laki-laki sedangkan perempuan sering kali hanya sebagai obyek. Sedangkan kuantitas jumlah perempuan hampir separuh dari penduduk Indonesia yang merupakan potensi jika diberdayakan dengan baik. Dalam bidang teknologi informasi (TI), perempuan sebenarnya tak kalah dibanding laki-laki. Sifat-sifat seperti kesabaraan, kepekaan, ketelitian, dan kepandaian berkomunikasi yang khas, menjadi kompetensi ‘mahal’ para perempuan untuk berkarier di bidang ini.

Menurut Mcguire (dalam Hermana, 2007 : 1) melaporkan hasil studi yang dilakukan oleh Academy for Educational Development bahwa dari sekitar 30 negara terlihat bahwa pengguna internet di negara-negara berkembang kurang dari 1 persen dari total populasi. Sedangkan perempuan pengguna internet hanya 22 persen di Asia, 8 persen di Amerika Latin , 6 persen di Timur Tengah dan hanya sedikit di Afrika.

Pengguna internet dari kalangan wanita tersebut lebih banyak berasal dari daerah perkotaan, berpendidikan tinggi, dan sebagian besar menggunakan komputer dalam pekerjaan rutin di perkantoran. Berbagai kendala yang dihadapi kaum perempuan termasuk guru perempuan sebagai tenaga pengajar dalam mengakses teknologi informasi diantaranya adalah tingkat ketrampilan dan pendidikan yang rendah, masalah bahasa, keterbatasan waktu, masalah biaya akses internet,


(23)

keterbatasan lokasi fasilitas koneksi, norma budaya dan sosial, serta ketrampilan manajemen dan komputer yang tidak memadai.

Komputer dianggap sebagai budaya maskulin, bahkan perempuan jarang memilih karir pada bidang teknologi informasi atau teknologi secara umum, komputer dianggap sebagai hal teknis dan menganggap perempuan sulit untuk menggunakannya. Internet adalah bagian dari teknologi informasi sehingga ada anggapan bahwa pria cendrung lebih mahir berinternet dibandingkan perempuan.

Beberapa penelitian secara spesifik mencoba meneliti isu gender pada ketakutan dan perilaku terhadap komputer. Sebagai contoh, Qureshi dan Hoppel (dalam Nasution, 2008 : 2) membuktikan bahwa variabel-variabel demografi seperti gender, status, IPK, jurusan, pengalaman komputer sebelumnya, dan antisipasi masa depan mempengaruhi bagaimana perasaan pengguna terhadap komputer. Ditemukan bahwa laki-laki lebih cenderung tertarik untuk belajar tentang komputer (internet) dibandingkan dengan perempuan.

Harrison dan Rainer 1992 (dalam Nasution, 2008 : 2) meneliti perbedaan individual terhadap keahlian menggunakan komputer dan membuktikan bahwa gender, umur, pengalaman komputer sebelumnya, ketakutan terhadap komputer, dan gaya kognitif berkaitan dengan tingkat keahlian komputer. Laki-laki cendrung menggunakan computer ke tempat kerja dibandingkan perempuan, dan komputer dianggap sebagai orientasi pria

Kaplan (1994 : 18) melaporkan jajak pendapat yang dilakukan oleh Logitech of Fremont di California menunjukkan bahwa pria dan perempuan memandang


(24)

komputer secara berbeda. Pria lebih tertarik dalam menguasai perintah komputer dan ingin suara dan fitur dalam komputer dapat memperluas indra mereka. Perempuan cenderung berpikir bahwa komputer menyenangkan digunakan tetapi pria berfikir bahwa komputer dapat dikuasai. Sebaliknya, penelitian yang dilakukan oleh Parasuraman dan Igbaria (1990) dan Howard dan Smith (1986) (dalam Nasution, 2008 : 2) menunjukkan tidak adanya perbedaan gender terhadap ketakutan dan perilaku pada komputer.

Perbedaan penggunaan internet ini juga terjadi diantara guru laki-laki dengan guru perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian Van Djik bahwa pengadopsian teknologi lebih merupakan fenomena sosial (motivasi, keterampilan, penggunaan (usage) dan konsekuensinya). Keahlian menggunakan teknologi menyebabkan situasi orang yang memiliki keterbatasan ketrampilan akan terlambat dibandingkan dengan mereka yang memiliki kemampuan memilih dan memproses informasi.

Ketaksesuaian hasil penelitian-penelitian sebelumnya mengenai ada tidaknya senjangan gender terhadap keberterimaan teknologi informasi menyarankan adanya kebutuhan untuk melakukan penelitian pada ada tidaknya perbedaan gender. Saran yang berkembang perlunya untuk mengendalikan faktor-faktor tertentu sebagai kovariat agar hasil yang ditemukan benar-benar merujuk pada gender. Penelitian ini berusaha melihat apakah terdapat bias gender terhadap adopsi internet pada teknologi informasi khususnya oleh guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung.


(25)

B.Rumusan Masalah

Atas latar belakang yang diuraikan di atas, permasalahan yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada perbedaan adopsi internet oleh guru SMK di Kota Bandarlampung yang senjang secara digital?

2. Apakah ada bias gender pada adopsi internet oleh guru SMK di Kota Bandarlampung yang senjang secara digital?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu :

1. Mengungkapkan adopsi internet oleh Guru SMK Swasta di kota Bandarlampung.

2. Mengetahui bias gender pada adopsi internet oleh guru SMK Swasta di kota Bandarlampung yang senjang secara digital.

D.Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu : 1. Secara teoritis

Secara teoritis penemuan penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu komunikasi di bidang Komunikasi Pembangunan, khususnya Komunikasi Inovasi di bidang TIK.


(26)

2. Secara praktis

Secara praktis penemuan literasi internet guru dapat digunakan untuk mengetahui kesiapan sekolah dalam mengimplementasikan TIK dalam sistem sekolah. Selanjutnya dapat menjadi masukan bagi pemegang kebijakan dalam merancang strategi mentransformasi pendidikan modern melalui e-education yaitu bagi Kementrian Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Propinsi dan khususnya Dinas Pendidikan Kota Bandarlampung.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Konsep Dasar Adopsi Internet 1. Pengertian Internet

Internet merupakan singkatan dari Interconnection Networking. Internet berasal

dari bahasa latin “inter” yang berarti antara. Secara kata perkata INTERNET berarti jaringan antara atau penghubung, sehingga kesimpulan dari defenisi internet ialah merupakan hubungan antara berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia yang berbeda sistem operasi maupun aplikasinya dimana hubungan tersebut memanfaatkan kemajuan komunikasi (telepon dan satelit) yang menggunakan protokol standar dalam berkomunikasi yaitu protokol TCP/IP (Transmission Control/Internet Protocol) Supriyanto (2008 : 60).

Internet dapat diartikan kumpulan dari beberapa komputer, bahkan jutaan komputer di seluruh dunia yang saling berhubungan atau terkoneksi satu sama lainnya. Media yang digunakan bisa menggunakan kabel/serat optic, satelit atau melalui sambungan telepon Harjono (2009 : 1).

Pendapat ini mengartikan bahwa internet merupakan media komunikasi dan informasi modern yang dapat dimanfaatkan secara global oleh pengguna diseluruh dunia dalam interkoneksi antar jaringan komputer yang terbentuk melalui sarana


(28)

berupa penyedia akses (provider) internet, sehingga internet sebagai media informasi dapat menjadi sarana yang efektif dan efisien untuk melakukan pertukaran dan penyebaran informasi tanpa terhalang oleh jarak, perbedaan waktu dan juga faktor geografis bagi seseorang yang ingin mengakses informasi.

Model koneksi internet itu sendiri dapat dilakukan pada komputer pribadi maupun jaringan LAN/WAN. Defenisi LAN/WAN menurut Nugroho, (2008 : 44) antara lain, LAN (Local Area Network) suatu jaringan yang terbentuk dengan menghubungkan beberapa komputer yang berdekatan yang berada pada suatu ruang atau gedung yang terkoneksi ke internet gateway. WAN (Wide Area Network) adalah format jaringan dimana suatu komputer dihubungkan dengan yang lainnya melalui sambungan telepon. Data dikirim dan diterima oleh atau dari suatu komputer ke komputer lainnya lewat sambungan telepon

Jaringan inetrnet sangat memberikan keuntungan yang bergam dimana dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk membantu kegiatan berbagai aspek kehidupan. Keuntungan lain yang diberikan jaringan internet, sehingga membuat internet diminati yaitu internet dapat digunakan sebagai media konfrensi dimana sejumlah orang dapat melakukan diskusi tanpa harus bertatap muka secara langsung satu dengan lainnya.

2. Adopsi Internet

Menurut Notoatmodjo (2003:23), adopsi adalah perilaku baru seseorang sesuai dengan latar belakang pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap rangsangan/stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi telah melalui


(29)

proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan berlangsung lama.

Penggunaan internet di Indonesia mengalami perkembangan pesat, terutama di kalangan dunia akademik dan praktek bisnis. Saat ini ada begitu banyak bentuk teknologi komunikasi yang menyebar dan diadopsi oleh masyarakat. Salah satunya adalah komputer atau personal computer (PC) notebook dan handphone. Dengan komputer ini orang-orang dapat mengakses internet. Dengan segala keunggulannya orang-orang semakin mengandalkan internet ini untuk memenuhi berbagai macam kebutuhannya, seperti informasi, hiburan, dan pelarian.

Sebagai salah satu bentuk teknologi komunikasi, internet menyebar melalui cara-cara yang berbeda. Fenomena penggunaan internet di Indonesia dapat dipotret dengan Technology Acceptance Model (TAM). TAM merupakan teori yang menjelaskan minat berperilaku menggunakan teknologi informasi. Teori tersebut dikembangkan oleh Davis (1989).

Makna adopsi dalam penelitian ini dihubungkan dengan internet. Penelitian ini bertujuan mereplikasi teori TAM dengan memasukkan gender sebagai variabel pemoderasian untuk menjelaskan fenomena penggunaan internet. Studi dilakukan pada konteks penggunaan internet oleh guru laki-laki dan perempuan di SMK Swasta di Kota Bandarlampung.


(30)

Di dalam penggunaan internet, para pengguna mempertimbangkan manfaat dan kegunaan internet tersebut. Pertimbangan seperti itu akan mempengaruhi persepsi para pengguna internet terhadap perilakunya. Kemudahan penggunaan teknologi informasi (internet) dan pemanfaatannya dalam pekerjaan masih menjadi perhatian penting dalam penelitian.

B.Tinjauan Tentang Bias Gender dan Adopsi Internet 1. Pengertian Gender

Gender dalam ilmu sosial diartikan sebagai pola relasi lelaki dan perempuan yang didasarkan pada ciri sosial masing-masing (Zainuddin, 2006 : 1). Sementara itu yang dimaksud dengan konsep gender menurut Astuti (2008 : 50) adalah suatu sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan karena dikonstruksikan secara sosial dan kultural. Karena konstruksi tersebut berlangsung, selama terus menerus dan dilanggengkan dalam berbagai pranata sosial maka seolah-olah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan tersebut merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh keduanya.

Gender bukanlah kodrat ataupun ketentuan Tuhan, oleh karena itu gender berkaitan dengan proses keyakinan bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan berperan dan bertindak sesuai dengan tata nilai yang terstruktur, ketentuan sosial dan budaya di tempat mereka berada. Dengan kata lain gender adalah pembedaan antara perempuan dan laki-laki dalam peran fungsi, hak, perilaku yang dibentuk oleh ketentuan sosial dan budaya setempat.


(31)

2. Pengertian Bias Gender

Bias” dalam bahasa inggris diartikan sebagai “prasangka” yaitu pendapat atau anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui/ menyaksikan/menyelidiki sendiri. Secara harfiah dalam bahasa Indonesia berarti yang menyimpang. Bias gender adalah cara pandang (idea) seorang perempuan terhadap laki-laki sesuai dengan anggapannya yang menyimpang, demikian juga sebaliknya. Prasangka itu sendiri mengandung arti terdapat hal yang tidak obyektif, jadi terdapat persepsi yang tidak obyektif pada diri perempuan maupun laki-laki terhadap lawan jenisnya.

Bias gender telah diyakini kebenarannya oleh laki-laki maupun perempuan dan diterima sebagai kodrat Tuhan yang tidak dapat diubah sehingga menjadi pedoman dalam bertingkah laku dalam keluarga maupun masyarakat yang lebih luas. Perbedaan gender tidak menjadi masalah selama tidak melahirkan ketidakadilan gender (gender inequalities). Perbedaan gender seringkali melahirkan ketidakadilan baik bagi laki-laki maupun perempuan. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur di mana baik kaum laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut.

Di Indonesia, bahkan juga di banyak negara, isu gender selalu menjadi isu yang aktual. Terkait dengan sektor pendidikan, beberapa pihak beranggapan ada permasalahan ketidaksetaraan gender, sementara pihak lain menyatakan tidak ada masalah. Budaya bias laki-laki/partiarkhi membentuk perempuan cenderung nrimo, karenanya upah sistematis dan berkelanjutan tentang kesetaraan dan


(32)

keadilan gender menjadi semakin mendesak, akses perempuan dan laki-laki harus mendapat kesempatan yang sama.

3. Bias Gender dalam Pendidikan

Rendahnya kualitas pendidikan diakibatkan oleh adanya diskriminasi gender dalam dunia pendidikan. Ada empat aspek yang disorot oleh Departemen Pendidikan Nasional mengenai permasalahan gender dalam dunia pendidikan yaitu akses, partisipasi, proses pembelaran dan penguasaan.

Pertama, yang dimaksud dengan aspek akses adalah fasilitas pendidikan yang sulit dicapai. Misalnya, banyak sekolah dasar di tiap-tiap kecamatan namun untuk jenjang pendidikan selanjutnya seperti SMP dan SMA tidak banyak. Di lingkungan masyarakat yang masih tradisional, umumnya orang tua segan mengirimkan anak perempuannya ke sekolah yang jauh karena mengkhawatirkan kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu banyak anak perempuan yang

„terpaksa‟tinggal di rumah.

Faktor yang kedua adalah aspek partisipasi dimana tercakup di dalamnya factor bidang studi dan statistik pendidikan. Dalam masyarakat kita di Indonesia, di mana terdapat sejumlah nilai budaya tradisional yang meletakkan tugas utama perempuan di arena domestik, seringkali anak perempuan agak terhambat untuk memperoleh kesempatan yang luas untuk menjalani pendidikan formal.

Sementara pada aspek ketiga yaitu aspek proses pembelajaran masih juga dipengaruhi oleh stereotype gender. Yang termasuk dalam proses pembelajaran


(33)

adalah materi pendidikan, seperti misalnya yang terdapat dalam contoh-contoh soal dimana semua kepemilikan selalu mengatas namakan laki-laki.

Menurut Menneg Pemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta, bahwa sampai tahun 2002, rata-rata lama sekolah anak perempuan sekitar 6,5 tahun dibandingkan anak laki-laki sekitar 7,6 tahun. Hingga tahun 2003, penduduk perempuan buta aksara usia 15 tahun ke atas mencapai 13,84 persen. Sedangkan penduduk laki-laki usia 15 tahun ke atas yang buta huruf sebesar 6,52 persen. Makin tinggi tingkat pendidikan, makin tinggi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan. Namun yang tak boleh dilupakan adalah, bahwa walaupun perempuan hanya bergerak di arena domestik dan tugasnya adalah mendidik anak dan menjaga kesejahteraan keluarga, ia tetap harus berilmu untuk tugas itu.

Bias gender ini tidak hanya berlangsung dan disosialisasikan proses serta sistem pembelajaran di sekolah, tetapi juga melalui pendidikan dalam lingkungan keluarga. Jika ibu atau pembantu rumah tangga (perempuan) yang selalu mengerjakan tugas-tugas domestik seperti memasak, mencuci, dan menyapu, maka akan tertanam di benak anak-anak bahwa pekerjaan domestik memang menjadi pekerjaan perempuan.

4. Bias Gender dalam Adopsi Internet

Teori-teori yang berasal dari psikologi dan sosiologi menyatakan bahwa disparitas gender dalam kompetensi dan penggunaan teknologi informasi (internet) terjadi karena adanya pembentukan peranan berdasarkan sex (Mira, 1987 dalam Nasution 2008 : 3). Jika masyarakat mengasosiasikan komputer dengan karakteristik pria,


(34)

maka perempuan akan menghindari teknologi informasi. Hal ini akan menyebabkan perempuan mengalami ketakunggulan di tempat kerja.

Teori skema gender menyatakan bahwa pembentukan karakter berdasarkan sex terjadi sejak masa kanak-kanak sebagai alat untuk encoding dan mengorganisir informasi mengenai lingkungan pendukung dari teori ini meyakini bahwa masyarakat menciptakan asosiasi antara komputer dan maskulinisme (Agosto, 2004 dalam Nasution 2008 : 3). Berdasarkan teori ini, walaupun teknologi informasi (internet) telah dikenalkan sejak dini baik pada perempuan maupun pria, pria akan melanjutkan ketertarikannya pada penggunaan teknologi informasi daripada perempuan, sehingga menciptakan senjangan gender baik dalam hal pengalaman maupun pengetahuan mengenai teknologi informasi.

Penelitian awal mengenai gender (Macoby & Jacklin, 1974) menemukan adanya perbedaan gender dalam beberapa area:

1. Pria lebih superior dalam penalaran visual spasial;

2. Pria lebih superior dalam keahlian kuantitatif dan pemecahan masalah;

3. Perempuan lebih superior dalam komprehensif verbal, kefasihan kata, dan komunikasi

4. Perempuan cenderung menghindari resiko (khususnya resiko ekstrim) dalam situasi ketakpastian (gambling)

5. Perempuan lebih mudah dibujuk untuk mengubah keputusan yang mereka buat; dan


(35)

C.Kesenjangan Digital (Digital Divide) dalam Adopsi Internet 1. Definisi Kesenjangan Digital

Menurut OECD tahun 2001 (1), kesenjangan penguasaan teknologi informasi (digital divide) didefinisikan sebagai berikut "....the gap between individuals, households, businesses and geographic areas at different socio-economic levels with regard both to their opportunities to access information and communication technologie (IT) and to their use of the Internet for a wide variety of activities". Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kesenjangan bukan hanya terjadi di tingkat bisnis dan geografi saja, tetapi juga mencakup kesenjangan di tingkat individu. Perbedaan target sasaran pengukuran tentunya memerlukan alat ukur yang sesuai dengan keperluannya.

Kesenjangan digital membahas mengenai kesenjangan antara individu yang memiliki akses dan yang mampu menggunakan teknologi komunikasi dan komputer secara efektif dengan individu yang tidak mampu serta tidak memiliki akses. Mengurangi kesenjangan digital berarti membahas mengenai pengaksesan internet dan sumber dayanya, penggunaan teknologi telekomunikasi dan komputer untuk bekerja, berkomunikasi, mencari informasi, membuat dan membentuk pengetahuan yang berfungsi efektif, dan pada akhirnya menciptakan sebuah komunitas yang lebih baik dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

2. Kesenjangan Digital di Indonesia

Sebagian satuan pendidikan tidak memiliki sarana dan prasarana minimum yang mutlak harus dimiliki untuk terjadinya proses pembelajaran yang berkualitas.


(36)

Keterbatasan sarana dan prasarana ini berdampak pada ketimpangan kualitas hasil belajar peserta didik antarsatuan pendidikan. Berdasarkan data pokok pendidikan menengah tahun 2011, dari 11.535 SMA, ada 10,18 persen dari 142.525 ruang kelas yang rusak berat. Sementara dari 9.875 SMK, ada 9,68 persen dari 85.992 ruang kelas yang rusak berat. SMA yang memiliki perpustakaan baru 7.262 sekolah (66 persen), sedangkan SMK yang memiliki perpustakan lebih banyak, yaitu 6.337 sekolah (76 persen). Fasilitas laboratorium sebagai ajang praktek bagi peserta didik masih terbatas, seperti terlihat pada:

Gambar 1 : Fasilitas Laboratorium SMP, SMA, SMK

(Sumber:Kemdikbud 2010)

Fasilitas yang terkait dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tidak memadai. Lebih dari 50 persen SMA/SMLB/SMK telah memiliki fasilitas internet pada 2009 .Namun, ketersedian e-pembelajaran masih terbatas, yaitu 27% untuk SMA/SMLB dan 20 % untuk SMK. SMA/SMLB telah memiliki laboratorium multimedia mencapai 63 persen, akan tetapi fasilitas laboratorium komputer dan


(37)

e-perpustakaan di SMA dan SMK masih di bawah 10 persen. Peningkatan sarana dan prasarana diperlukan agar satuan pendidikan dapat menyelenggarakan pelayanan paling tidak setara dengan standar pelayanan minimum.

Gambar 2 : Ketersediaan Fasilitas TIK di SMA-SMK

(Sumber:Kemdikbud 2010)

Tingkat partisipasi pendidikan menengah di Indonesia yang meningkat belum sepenuhnya diikuti oleh peningkatan kualitas pendidikan. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, antara lain ketersediaan sarana dan prasarana kompetensi dan kualifikasi pendidik, serta sistem jaminan kualitas yang belum mantap.


(38)

3. Kesenjangan Digital pada Perempuan

Karena teknologi ini begitu dahsyat dan maju, sehingga diharapkan dapat dapat menjembatani kesenjangan digital secara cepat, serta mengakibatkan teknologi menjadi semakin murah, sehingga teknologi ini diharapkan memberikan manfaat lebih bagi kaum miskin. Walaupun demikian, jika teknologi TIK ini tidak dengan cepat mengikutsertakan kaum marjinal dunia dengan memberikan manfaat utama bagi mereka, maka justru, teknologi ini akan membuat kaum marjinal semakin terpinggirkan. Dan karena dinegara berkembang kaum marjinal sebagaian besar adalah perempuan, maka kecuali dilakukan usaha untuk menghilangkan kesenjanagan, akan ada resiko bahwa TIK justru akan memperbesar kesenjangan gender dan dampak positif dari TIK justru tidak akan tercapai.

Sehingga pertanyaannya ialah apakah TIK juga memberikan dampak yang sama bagi perempuan dibanding manfaat dan kemudahan penggunaan bagi kaum laki laki. Hambatan dalam dunia TIK memberikan permasalahan yang lebih besar bagi perempuan tidak berbahasa Inggris, kurang kesempatan mendapatkan pelatihan dibidang komputer, beban pekerjaan rumah tangga yang cukup berat, ekonomi masih lemah, masih mengalami hambatan budaya, dan terakhir, konten dibidang TIK masih kurang relevan bagi kehidupan perempuan secara umum.

Semua hambatan hambatan ini akan lebih memarjinalkan mereka dari sector TIK ini. Beberapa hambatan bagi perempuan untuk mengakses teknologi informasi di beberapa negara berkembang (developing countries) menurut Hafkinn dan Taggart (2001 : 25).


(39)

1. Angka buta huruf dan tingkat pendidikan

Perempuan memerlukan kemampuan membaca dan pendidikan untuk membuat pesan-pesan sederhana, navigasi internet, dan mengoperasikan beberapa software.Satu dari dua perempuan di negara berkembang masih buta huruf. Kemampuan perempuan di bidang komputer lebih rendah dibanding laki-laki.

2. Bahasa

Bahasa Inggris sangat dominan sebagai bahasa internet dan sebagai bahasa pengantar internasional. Faktor ini secara signifikan berdampak pada perempuan dan kelompok marjinal lainnya tanpa akses untuk memperoleh pendidikan formal yang memberi kesempatan untuk belajar inggris.

3. Waktu

Pada umumnya sebagian besar waktu perempuan dihabiskan pada tanggungjawabnya mengurus anak dan keluarga. Maka secara langsung perempuan tidak mempunyai cukup waktu untuk mempelajari internet atau baik di rumah, di kantor. Kurangnya waktu menjadi kendala kurangnya memperoleh informasi.

4. Norma sosial dan budaya

Budaya patriarki yang menempatkan laki-laki selalu dikaitkan dengan tugas dan fungsi di luar rumah sedangkan perempuan yang berkodrat melakukan dan mengurus anak. Budaya patriarki pun terasa di bidang teknologi . Hingga saat ini tidak cukup ramah terhadap perempuan. Masih terdapat anggapan bahwa teknologi menjadi tugas laki-laki dan merupakan ranah maskulin.Sehingga dunia teknologi informasi masih merupakan “male dominated”.


(40)

D.Landasan Teori

1. Tinjauau Teoritis Technology Acceptance Model (TAM)

Beberapa model telah dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer, diantaranya yang tercatat dalam berbagai literatur dan referensi hasil riset dibidang teknologi informasi adalah seperti Theory of Reasoned Action (TRA), Theory of Planned Behavior (TPB), dan Technology Acceptance Model (TAM) (Mhd.Jantan.et.al,2001). Model TAM yang dikembangkan oleh Davis F.D (1989) merupakan salah satu model yang paling banyak digunakan dalam penelitian TI. Menurut Davis (1989), TAM memiliki dua konsep yaitu perceived usefulness dan perceived ease of use.

TAM bertujuan untuk menjelaskan dan memperkirakan penerimaan (acceptance) pengguna terhadap suatu sistem informasi. TAM menyediakan suatu basis teoritis untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap suatu tekhnologi dalam suatu organisasi. TAM menjelaskan hubungan sebab akibat antara keyakinan (akan manfaat suatu sistem informasi dan kemudahan penggunaannya) dan perilaku, tujuan/keperluan, dan penggunaan aktual dari pengguna/user suatu sistem informasi.

Reaksi dan persepsi pengguna Teknologi Informasi (TI) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap teknologi tersebut. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhinya adalah persepsi pengguna terhadap kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang beralasan dalam konteks pengguna teknologi, sehingga alasan seseorang dalam melihat manfaat dan


(41)

kemudahan penggunaan TI menjadikan tindakan/perilaku orang tersebut sebagai tolok ukur dalam penerimaan sebuah teknologi.

2. Persepsi Manfaat Menggunakan Internet (Perceived usefulness)

Davis.F.D (1989) mendefinisikan kemanfaatan (usefulness) sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa penggunaan suatu subyek tertentu akan dapat meningkatkan prestasi kerja orang tersebut. Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa kemanfaatan dari penggunaan komputer dapat meningkatkan kinerja, prestasi kerja orang yang menggunakannya.

Persepsi terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana penggunaan suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat. Kemanfaatan dengan estimasi dua faktor oleh Chin dan Todd (1995) dibagi menjadi dua kategori lagi yaitu kemanfaatan dan efektifitas, dengan dimensi-dimensi masing-masing yang dikelompokkan sebagai berikut:

1. Kemanfaatan meliputi dimensi : (1) menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier), (2) Bermanfaat (usefull), (3) Menambah produktifitas (Increase productivity).

2. Efektifitas meliputi dimensi : (1) mempertinggi efektifitas (enchance my effectiveness), (2) mengembangkan kinerja pekerjaan (improve my job performance).

Berdasarkan beberapa definisi dan telaah literatur diatas dapat disimpulkan bahwa kemanfaatan penggunaan TI (Teknologi Informasi) dapat diketahui dari


(42)

kepercayaan pengguna TI dalam memutuskan penerimaan TI, dengan satu kepercayaan bahwa penggunaan TI tersebut memberikan kontribusi positif bagi penggunanya. Seseorang mempercayai dan merasakan dengan menggunakan komputer sangat membantu dan mempertinggi prestasi kerja yang akan dicapainya, atau dengan kata lain orang tersebut mempercayai penggunaan TI telah memberikan manfaat terhadap pekerjaan dan pencapaian prestasi kerjanya. Manfaat (perceived usefulness) akan mempengaruhi minat berperilaku guru perempuan dan laki-laki untuk menggunakan TI.

3. Persepsi Kemudahan Menggunakan Internet (Perceived ease of use)

Davis, F.D (1989) mendefinisikan kemudahan penggunaan (ease of use) sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami. Menurut Venkatesh dan Morris (2000), kemudahan (Perceived Ease of Use) menggambarkan dampak atas tingkat perilaku melalui dua penyebab yaitu dampak langsung atas tingkat perilaku dan dampak tidak langsung atas perilaku melalui perceived usefulness.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kemudahan penggunaan akan mengurangi usaha (baik waktu dan tenaga) seseorang didalam mempelajari komputer. Perbandingan kemudahan tersebut memberikan indikasi bahwa orang yang menggunakan TI bekerja lebih mudah dibandingkan dengan orang yang bekerja tanpa menggunakan TI (secara manual). Pengguna TI mempercayai bahwa TI yang lebih fleksibel, mudah dipahami dan mudah pengoperasiannya (compartible) sebagai karakteristik kemudahan penggunaan.


(43)

Davis.F.D (1989) memberikan beberapa indikator kemudahan penggunaan TI antara lain meliputi:

1. Komputer sangat mudah dipelajari

2. Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna 3. Keterampilan pengguna bertambah dengan menggunakan computer

4. Komputer sangat mudah untuk dioperasikan.

Berdasarkan telaah teoritis dan hasil-hasil pengujian empiris diatas, dapat disimpulkan bahwa penerimaan penggunaan TI juga turut dipengaruhi oleh kemudahan penggunaan TI, ini merupakan refleksi psikologis pengguna yang lebih bersikap terbuka terhadap sesuatu yang sesuai dengan apa yang dipahaminya dengan mudah. Kemudahan tersebut dapat mendorong seseorang untuk menerima menggunakan TI.

4. Penggunaan Internet Sesungguhnya (Actual Usage)

Actual usage atau pemakaian actual adalah kondisi nyata penggunaan teknologi. Hal ini dikonsepkan dalma bentuk pengukuran terhadap berapa lamanya waktu penggunaan teknologi dan juga intensitas penggunaan. Seseorang akan puas menggunakan suatu sistem atau pun teknologi jika mereka meyakini bahwa sistem atau teknologi tersebut mudah digunakan dan dapat meningkatkan produktifitas yang tercermin dari kondisi nyata penggunaan.


(44)

E. Tinjauan Tinjauan tentang Adopsi Internet, Gender, dan TAM 1. Penelitian Oleh Radiansyah (2010)

Judul penilitian ini adalah “Pengaruh Gender Terhadap Pola Adopsi Internet Oleh Siswa SLTA di Bandarlampung”. Riset ini bertujuan untuk menggambarkan pola adopsi internet oleh siswa Madrasah Aliyah di Bandarlampung, menemukan pola adopsi internet oleh Madrasah Aliyah disebabkan oleh koneksitas internet di sekolahnya, menyikap perbedaan pola adopsi internet antara siswa laki-laki dan siswi perempuan. Dalam penelitian ini digunakan 5 konstruk utama TAM dengan menambahkan gender sebagai variable eksternel, yaitu penerimaan penggunaan terhadap kemudahan penggunaan internet (Perceived Usefulness / PU), penerimaan terhadap kemudahan penggunaan internet (Perceived Ease of use / PEOU). Sikap terhadap penggunaan internet (Attitude Toward Behaviour), minat menggunakan internet (Behavioral Intention) penggunaan internet sesungguhnya (Actual System Usage) serta variable tambahan gender (Eksternal Variabel). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dari 3 Madrasah Aliyah Negeri dan Swasta di Bandarlampung yaitu MAN 1 Bandar Lampung, MAS Al-Hikmah dan MAS AL-Asy‟ariyah Panjang. Sample melibatkan siswa responden sebanyak 194 siswa. Teknik penggambilan sample yang digunakan adalah cluster random sampling.

Hasil penelitian menunjukan bahwa variable persepsi manfaat internet/PU berpengaruh signifikan terhadap variable pola adopsi Internet/BI. Berdasarkan perhitungan uji perbedaan rata-rata tingkat adopsi internet antara siswa perempuan dan siswa laki-laki menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan. Hasil


(45)

penelitian ini juga menunjukan tidak adanya perbedaan penerimaan pengguna terhadap manfaat internet/PU antara siswa perempuan dan laki-laki. Namun demikian ditemukan perbedaan antara siswa laki-laki yang lebih tinggi dari siswa perempuan dalam hal penerimaan terhadap kemudahan penggunaan /PEOU. Kemudian sikap dan minat terhadap pengguanaan internet di kalangan siswa laki-laki juga lebih tinggi dibandingkan perempuan.

2. Penelitian Oleh Poppy Ayu (2013)

Judul penilitian ini adalah “Pengaruh Gender terhadap Pola Adopsi Internet Oleh Guru SMA Swasta di Bandarlampung”. Tujuan penelitian ini yaitu mengungkapkan pola adopsi internet oleh guru SMA Swasta di Bandarlampung dan menyingkap perbedaan pola adopsi internet antara guru laki-laki dengan guru perempuan. Penelitian ini menggunakan teori TAM. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan populasi Responden yang menjadi sampel penelitian yaitu 91 orang guru yang terdiri atas 41 orang laki-laki dan 50 orang perempuan yang berasal dari tiga SMA Swasta di Bandarlampung. Sedangkan teknik pengambilan sampel stratifikasi dan dilakukan secara random. Lokasi penelitian adalah 3 sekolah yang senjang secara digital yaitu, SMA Al-Kautsar memiliki laboratorium komputer yang terhubung langsung dengan internet, SMA Pangudi luhur yang mempunyai laboratorium komputer namun tidak terhubung langsung dengan internet, dan SMA Tunas Harapan yang belum memiliki laboratorium dan internet secara langsung.


(46)

Untuk analisis penelitian adalah guru di 3 sekolah tersebut, yang menjadi sampel penelitian yaitu 91 orang guru yang terdiri atas 41 orang laki-laki dan 50 orang perempuan. Data penelitian disajikan dalam tabel tunggal dan tabel silang dengan mengetahui frekuensi jawaban dan persentasenya. Hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukan kecenderungan data bias gender untuk kepentingan profesi pola adopsi internet oleh guru. Begitu juga tidak ada kecenderungan perbedaan pola adopsi internet oleh guru di 3 sekolah yang senjang secara digital.

3. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu

Secara metodis, penelitian ini hampir sama dengan penelitian kedua tersebut. Namun berbeda dalam subjek dan jumlah variable penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah guru SMK Swasta di Bandarlampung. Meskipun keduanya menggunakan teori TAM sebagai alat analisis penelitian mereka, kedua penelitian tersebut memiliki perbedaan satu sama lain, baik motode analisis data maupun jumlah variable penelitiannya. Penelitian Radiansyah (2010) metode penarikan sample yang digunakan adalah teknik Cluster Sampling karena bersifat homogen. Dalam penelitian ini sample dikelompokan menjadi 3 kategori yaitu :

1. Sekolah yang memilki rasio jumlah siswa dan laboraturium TIK yang baik dengan koneksi internet yang baik ( kategori 1).

2. Sekolah yang memilki rasio jumlah siswa dan laboraturium TIK yang cukup baik dengan koneksi internet yang kurang baik ( kategori 2).

3. Sekolah yang memilki rasio jumlah siswa dan laboraturium TIK yang kurang baik dengan koneksi internet yang kurang baik (kategori 3).


(47)

Penelitian ini berupaya menggambarkan adopsi internet dikalangan guru SMK Swasta di Bandarlampung antara guru perempuan dan guru laki-laki. Perbedaan adopsi internet dikalangan guru yang berbeda berdasarkan kategori sekolah di atas mengungkapkan kesenjangan digital antar sekolah. Penelitian ini menggunakan teori TAM yaitu penerimaan terhadap manfaat internet (Perceived Usefullness) dan penerimaan terhadap kemudahan penggunaan internet (Perceived Ease Of Use) dan gender sebagai variabel eksternalnya.

F. Kerangka Pikir

Menurut Muhamad (2009 : 75) Kerangka pikir adalah gambaran mengenai hubungan antar variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka logis. Menurut Riduwan (2004 : 25) kerangka berfikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah penelitian. Kerangka pikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian dalam kerangka pikir ini menjelaskan antar variabel.

Pada analisis kuantitatif, kerangka pikir ini memuat latar belakang masalah, kemudian masalah yang diteliti, dan dilanjutkan dengan metode serta variabel penelitian. Terakhir kerangka ini biasanya memuat tujuan penelitian, saran atau kesimpulan penelitian. Sebelum ataupun setelah dibuat bagan kerangka pikir penelitian, maka biasanya peneliti membuat penjelasan runtut dan sistematis terkait dengan bagan yang akan / telah dibuatnya tersebut.


(48)

Penelitian ini mencoba mengetahui bias gender pada adopsi internet di kalangan guru SMK Swasta di Bandarlampung. Perbedaan adopsi internet di kalangan guru akan mengungkapkan adanya kesenjangan digita (digital divide) antara sekolah maupun antar guru (laki-laki atau perempuan).Salah satu teori tentang penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang dianggap sangat berpengaruh dan umumnya digunakan untuk menjelaskan penerimaan individual terhadap penggunaan teknologi informasi yaitu internet adalah model penerimaan teknologi Technology Acceptance Model (TAM) yaitu penerimaan kemanfaatan menggunakan teknologi informasi (perceived usefulness) dan penerimaan kemudahan menggunakan teknologi informasi (perceived ease of use) dan penggunaan sesungguhnya (Actual Usage).


(49)

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikir penelitian Hipotesis harus ada untuk menentukan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran yang tepat (M.Nazir. 2005 : 24). Hipotesis juga merupakan sebuah gambaran yang memiliki referensi telah dirumuskan serta diterima untuk sementara dan dapat menerangkan fakta-fakta maupun kondisi yang sedang diamati untuk tujuan langkah penelitian.

Berdasarkan bagan kerangka pikir maka dapat ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban sementara masalah penelitian sebagai berikut :

1. Ho : Tidak ada perbedaan adopsi internet antar SMK Swasta di kota Bandarlampung

H1 : Ada perbedaan adopsi internet antar SMK Swasta di kota Bandarlampung

2. Ho : Tidak ada perbedaan adopsi internet antar guru perempaun dan laki-laki di SMK Swasta di kota Bandarlampung

H1 : Ada perbedaan adopsi internet antar guru perempaun dan laki-laki di SMK Swasta di kota Bandarlampung

3. Ho : Tidak ada perbedaan adopsi internet antar guru perempaun dan laki-laki di SMK Swasta yang senjang digital di kota Bandarlampung

H1 : Ada perbedaan adopsi internet antar guru perempaun dan laki-laki di SMK Swasta yang senjang digital di kota Bandarlampung


(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang pengaruh bias gender pada adopsi internet oleh guru SMA Swasta di kota Bandarlampung. Karena itu, tipe penelitian ini termasuk pada penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Dengan metode deskriptif, kita menghimpun data, menyusun secara sistematis, faktual dan cermat. (Rakhmat, 1995 : 22).

B.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penggumpulan data adalah metode survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Masri Singarimbun, 2006 : 3). Ciri khas penelitian ini adalah data dikumpulkan dari responden yang banyak jumlahnya dengan menggunakan kuesioner,

Prosedur penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sensus yaitu pengambilan sampel dimana semua anggota populasi diteliti dengan


(51)

jumlah pengamatan sebanyak 3 SMK Swasta di kota Bandarlampung. Untuk mengetahui kesenjangan digital dilakukan sensus terhadap seluruh SMK Swasta yang ada di kota Bandar Lampung dengan mengobservasi:

1. Jumlah komputer yang dimiliki sekolah dan distribusinya (laboratorium, adminitrasi, ruang guru)

2. Koneksitas internet dan access point 3. Rasio murid dan komputer (laboratorium) 4. Jumlah guru perempuan dan laki-laki

C.Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas, yaitu variabel yang di duga sebagai penyebab atau pendahulu

dari variabel yang lain (Rakhmat, 2001). Variabel bebas yaitu Bias Gender (variable X).

2. Variabel terikat, yaitu variabel yang di duga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya (Rakhmat, 2001). Variabel terikat yaitu Adopsi Internet oleh Guru SMK Swasta di Bandarlampung (variable Y).

D.Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan batasan terhadap masalah-masalah variabel, yang dijadikan pedoman dalam penelitian, sehingga tujuan dan arahnya tidak menyimpang. Konsep ini digunakan untuk menggambarkan secara abstrak;


(52)

kejadian,dan keadaan kelompok atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial (Singarimbun & Effendi, 1995 : 33). Konsep dibentuk dengan kebutuhan untuk menguji hipotesis dan menyusun teori yang masuk akal, serta dapat diuji regularitasnya (Bungin, 2010 : 58). Definisi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Bias Gender

Bias gender adalah pembagian posisi dan peran yang tidak adil antara laki-laki dan perempuan. Ketidaksetaraan peluang dan kesempatan dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi antara laki-laki dan perempuan, kaya miskin, orang cacat dan tidak, desa kota, atau sifatsifat yang diletakkan pada laki-laki atau perempuan yang dibangun oleh sosial dan budaya

2. Adopsi Internet

Adopsi merupakan proses penerimaan pesan atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective) maupun keterampilan (psycho-motoric) pada diri seseorang. Internet adalah hubungan (koneksi) satu komputer ke komputer lainnya diseluruh dunia melalui server dan router terdedikasi. Adopsi Internet adalah keberterimaan pengguna terhadap teknologi informasi yaitu internet. Indikator dalam adopsi internet yaitu

a. Aktifitas responden di internet

b. Penerimaan terhadap kebermanfaatan menggunakan internet c. Penerimaan terhadap kemudahan menggunakan internet


(53)

E.Definisi Operasional

Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (2001 : 123), definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Definisi operasional adalah seperangkat petunjuk yang lengkap mengenai apa yang akan diamati dan bagaimana mengukur suatu variabel (konsep) sehingga seseorang dapat menggolongkan gejala lingkungannya ke dalam berbagai kategori variabel (Walizer & Wienir, 1993 : 27). Dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksana bagaimana mengukur suatu variabel. Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang digunakan untuk membantu penelitian lain apabila ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995: 46). Adapun indikator dari definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Bias Gender ( Variabel X)

Variabel bias gender akan diukur dari pertanyaan jenis kelamin yaitu: a. Laki-laki

b. Perempuan

2. Adopsi Internet (Variabel Y)

Variabel adopsi internet meliputi persepsi kebermanfaatan menggunakan internet, persepsi kemudahan menggunakan internet, dan penggunaan internet sesungguhnya yang akan dijelaskan pada tabel berikut :


(54)

Tabel 1. Indikator variabel Y ( Adopsi Internet)

No Variabel Dimensi Indikator

1 Persepsi

kebermanfaatan menggunakan internet (Perceived Usefulness/PU)

a. Pengguna merasa terbantu saat melakukan pekerjaan sebagai guru dengan menggunakan internet dan komputer.

b. Dengan komputer menyampaikan materi pengajaran menjadi lebih mudah

c. Dengan menggunakan fitur baru di internet dapat menyelesaikan tugas-tugas guru

d. Guru menggunakan internet untuk kepentingan profesional dan pribadi

2 Penerimaan

terhadap kemudahan internet oleh guru perempaun dan laki-laki (Perceived Ease Of Use)

a. Komputer dan internet mudah dipahami oleh guru perempuan dan laki-laki.

b. Komputer dan internet mudah dipelajari oleh guru.

c. Bahasa inggris menjadi kendala guru dalam berinternet.

d. Guru dapat mengirim dan membaca email.

e. Guru mampu browsing di internet f. Guru mampu bernavigasi di suatu

website untuk mendapatkan informasi yang diinginkan.


(55)

Lanjutan tabel 1

No Variabel Dimensi Indikator

3 Variabel Y Adopsi Internet

Aktivitas di Internet (Actual Usage/AU)

a. Punya email

b. Punya instan messenger c. Member dari suatu milis d. Punya twitter

e. Punya facebook f. Punya blog

g. Blog untuk e-learning h. Browsing di internet i. Download gambar j. Download musik k. Download video l. Upload gambar m.Upload musik n. Upload video o. Download software p. Online shop

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2007) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi diartikan sebagai kumpulan elemen yang mempunyai karakteristik tertentu yang sama dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih


(56)

menjadi anggota sampel. Menurut Singarimbun dan Effendi (1987 : 108) populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi dalam penelitian ini adalah 36 SMK Swasta di Kota Bandarlampung.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu dan terstruktur demi mendapatkan hasil yang ingin dicapai (Soekanto, 2007: 86). Sampel dilihat dengan cara stratifikasi berdasarkan penggunaan Teknologi, Informasi dan Komunikasi yaitu kepemilikan laboratorium dan koneksitas internet dari 36 SMK Swasta dan dipilih tiga SMK Swasta di Bandarlampung yang senjang secara digital yaitu SMK 2 Mei, SMK Arjuna, dan SMK Darmapala. Total sampel dalam penelitian ini sebanyak 139 guru, yaitu 90 guru dari SMK 2 Mei, 22 guru dari SMK Arjuna, dan 27 guru dari SMK Darmapala. Pemilihan tiga sekolah yang senjang secara digital melalui tahapan-tahapan yaitu:

1. Tahap pertama adalah Melakukan sensus terhadap SMK Swasta di Bandarlampung :

a. Jumlah komputer yang dimiliki sekolah dan distribusinya (lab, administrasi, dan ruang guru)

b. Koneksitas internet dan access points c. Menelisik rasio murid-komputer lab


(57)

Tabel 2. Hasil Sensus di SMK Swasta di Kota Bandarlampung

N

o Sekolah

Jumla h siswa Rincian siswa Guru Rincian guru Guru

TIK

Jumlah

komputer Bandwith Connection

/Kbps

L P L P Lab Adm

1 SMK Taruna 199 37 162 22 8 14 3 22 na 0

2 SMK Taman

Karya Madya 265 251 14 41 23 18 7 30 3 512

3 SMK Dharma

Pala Panjang 300 5 295 19 8 11 2 31 1 0

4 SMK Yppl 235 59 176 28 6 22 2 20 1 512

5 SMK Kristen

Bpk Penabur 263 112 151 22 4 18 1 62 1 1000

6 SMK Yagsmi 68 35 33 11 4 7 2 18 1 512

7 SMK Yapena 112 54 68 22 4 18 2 25 3 512

8 SMK Utama 370 121 249 42 20 22 4 63 3 512

9 SMK Satu

Nusa 2 194 84 110 19 10 9 2 1 1 512

10

SMK Taman Siswa Teluk Betung

397 152 245 29 21 8 3 20 1 2000

11 SMK Satu

Nusa 1 216 25 11 14 4 25 1 512

12 SMK Guna

Dharma 310 93 227 25 7 18 2 45 1 512

13

SMK

Muhammadiya h 1

113 110 3 27 14 13 2 10 2 512

14 SMK Satu

Nusa 3 205 27 2 4 512

15 SMK PGRI 2 172 53 119 52 22 30 3 150 4 512

16 SMK Arjuna 80 53 27 22 4 18 2 48 1 512

17 SMK Trisakti 594 184 410 51 13 38 6 45 4 512

18 SMK Bhakti

Utama

Tidak Bersedia

19 SMK Bhakti

Utama 2

20

SMK Farmasi Kesuma Bangsa

186 69 97 25 10 15 1 7 2 512

21 SMK Bhineka 134 13


(58)

No Sekolah Jumlah siswa Rincian siswa Guru Rincian guru Guru

TIK

Jumlah

komputer Bandwith Connection

/Kbps

L P L P Lab Adm

22 SMK Surya

Dharma 100 15 85 22 4 18 1 15 1 512

23 SMK Bina

Mulya 164 58 10

6 23 10 13 4 59 1 512

24 SMK

Penerbangan 69 16 33 17 7 10 2 15 4 512

25 SMK Bina

Latih Karya 771 691 80 38 20 18 4 60 4 512

26 SMK PGRI 4 236 55 17

9 37 16 21 4 20 2 512

27 SMK Satria

Bahari 169 15

1 18 36 26 10 2 8 1 512

29 SMK 2 Mei 1721 1639 82 90 60 30 6 80 10 512

30 SMK Gajah

Mada 620 150 47

0 46 23 23 3 135 2 512

31 SMK YP 57 sekolahnya sudah tidak beroperasi

32 SMK PGRI 1 107 38 69 29 7 22 3 15 3 512

33 SMK Taruna 199 37 16

2 22 8 14 3 22 1 512

34 SMK Dwi

Pangga 70 20 50 15 5 10 4 23 5 512

35 SMK Persada Tidak Bersedia

36

SMK Taman Karya Madya Teknik 1

91 91 0 18 14 4 1 5 1 0


(59)

Tabel 3. Hasil Ratting Kategori Sekolah

Kategori 1

Nama Sekolah Rasio Speed Jumlah Guru

SMK 2 Mei 1 : 2 512 Kbps 90

SMK Gajah Mada 1 : 7 512 Kbps 46

SMK PGRI 2 1 :3 512 Kbps 52

Kategori 2

Nama Sekolah Rasio Speed Jumlah Guru

SMK BPK Penabur 1 : 5 1 Mbps 22

SMK Utama 1 : 9 512 Kbps 42

SMK Bina Mulya 1 : 5 512 Kbps 23

SMK Trisakti 1 : 14 512 Kbps 51

SMK Arjuna 1 : 2 512 Kbps 22

SMK Gunadarma 1 : 8 512 Kbps 25

Kategori 3

Nama Sekolah Rasio Speed Jumlah Guru

SMK Taruna 1 : 10 512 Kbps 22

SMK Taman Karya Madya 1 : 14 512 Kbps 41

SMK Darmapala 1 : 26 0 Kbps 27

SMK YPPL Panjang 1 : 12 512 Kbps 28

SMK Yaksmi 1 : 4 512 Kbps 11

SMK Yapena 1 : 5 512 Kbps 22

SMK Satu Nusa 2 1 : 20 512 Kbps 19

SMK Taman Siswa Teluk 1 : 20 512 Kbps 29

SMK Satu Nusa 1 1 : 9 512 Kbps 25

SMK Muhammadiyah 1 1 : 12 512 Kbps 27

SMK Satu Nusa 3 1 : 16 512 Kbps 27

SMK Farmasi 1 : 24 512 Kbps 25

SMK Bhineka 1 : 9 512 Kbps 28

SMK Suryadharma 1 : 7 512 Kbps 22

SMK Penerbangan 1 : 4 512 Kbps 17

SMK PGRI 4 1 : 12 512 Kbps 37

SMK Satria Bahari 1 : 22 512 Kbps 36

SMK Bina Latih Karya 1 : 26 512 Kbps 38

SMK PGRI 1 1 : 8 512 Kbps 29

SMK Dwipangga 1 : 24 512 Kbps 15

SMK Taman Siswa 1 : 19 0 Kbps 18

Sumber : Riset data hasil penelitian 2014

Keterangan: Warna kuning pada table diatas merupakan sekolah yang menjadi sampel penelitian.


(60)

2. Setelah di ratting tahap ke dua yaitu menentukan 3 sample dari 36 SMK Swasta dengan menempati 3 kategori yaitu

1. Sekolah yang memilki rasio jumlah siswa dan laboraturium TIK yang baik dengan koneksi internet yang baik. ( Kategori 1)

( SMK 2 Mei Bandarlampung)

2. Sekolah yang memilki rasio jumlah siswa dan laboraturium TIK yang cukup baik dengan koneksi internet yang kurang baik. ( Kategori 2) ( SMK Arjuna Bandarlampung )

3. Sekolah yang memilki rasio jumlah siswa dan laboraturium TIK yang kurang baik dengan koneksi internet yang kurang baik. ( Kategori 3) ( SMK Darma Pala Bandarlampung )

Pemilihan sampel sekolah dari ketiga kategori diatas berdasarkan perbandingan rasio jumlah komputer dan siswa yang paling tinggi pada kategori pertama dan terendah pada kategori kedua dan ketiga. Pemilihan sampel juga sesuai dengan pertimbangan observer dari masing-masing kategori.

3. Menentukan Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah guru di sekolah yang akan menjadi sampel. Oleh karena itu peneliti menghitung jumlah guru di 3 sekolah dan menetapkan besarnya sampel dengan cara proporsional sampel dengan menggunakan rumus Slovin. Jika ukuran populasinya diketahui dengan pasti, Rumus Slovin di bawah ini dapat digunakan.


(1)

117

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Melalui indikator adopsi internet dapat dilihat bahwa guru SMK swasta dalam hal gender mayoritasnya adalah responden laki-laki, dan seluruh responden mempunyai gadget HP, tetapi masih sedikit responden yang memiliki HP ke internet dan PC/Laptop. Dalam hal rata-rata mengakses internet mayoritas responden menjawab kurang dari satu jam per hari, dan mayoritas responden dalam hal pengalaman menggunakan internet dua sampai lima tahun.

2. Ada perbedaan adopsi internet antar SMK Swasta di Bandarlampung dalam hal aktifitas di internet, tetapi tidak berpengaruh terhadap manfaat dan kemudahan dalam mengadosi internet.

3. Tidak ada berbedaan adopsi internet antar guru perempuan dan guru laki-laki di SMK swasta kota Bandarlampung, baik dalam hal aktifitas, manfaat, dan kemudahan dalam berinternet.


(2)

118

4. Tidak ada berbedaan adopsi internet antar guru perempuan dan guru laki-laki di SMK swasta kota Bandarlampung yang senjang secara digital, baik dalam hal aktifitas, manfaat, dan kemudahan dalam berinternet.

B. Saran

Berdasarkan penelitian diatas tidak terdapat kesenjangan digital (digital divide) antar guru SMK yang memiliki fasilitas baik, cukup baik, maupun kurang baik. Aktifitas internet guru laki-laki dan perempuan di internet cukup berbeda, tetapi dalam kebermanfaatan dan kemudahan internet, guru laki-laki dan perempuan sama dalam penggadopsiannya. Penulis mengajukan beberapa saran yang dapat diperhatikan:

1. Pada penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) seharusnya jangan hanya keterampilan menggunakan komputer saja yang dipelajari tetapi juga pemahaman tentang internet literasi atau kecerdasan dalam menggunakan dan memanfaatkan internet daalm mendukung peningkatan kualitas guru.

2. Guru perempuan maupun guru laki-laki harus mampu menguasai TIK demi keberlangsungan keterampilan TIK bagi anak didiknya sebab banyak sekali hal yang sangat bermanfat di internet dalam proses belajar mengajar.

3. Pemerintah Daerah Provinsi Lampung dalam hal ini Dinas Pendidikan perlu membuat regulasi yang memungkinkan adanya resources sharing antara sekolah yang punya dan tidak punya lab komputer dan koneksi Interenet, agar kesenjangan digital tidak semakin lebar.


(3)

119

4. Pemerintah Daerah Provinsi Lampung perlu memfasilitasi dan mengalokasikan anggaran khusus untuk menambah infrastruktur Internet pada sekolah-sekolah yang tidak memiliki laboraturium komputer dan koneksi internet agar kesenjangan digital dapat diatasi.

5. Pemerintah Daerah Provinsi Lampung perlu membangun pusat-pusat komputer yang terkoneksi ke internet gratis untuk umum di setiap kecamatan ataupun membangun perpustakaan-perpustakaan yang memiliki fasilitas internet gratis untuk umum di setiap kecamatan dengan jumlah dan kapasitas yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan APBD Provinsi Lampung

6. Pemerintah dalam hal ini, Kementerian Pendidikan Nasional perlu memfasilitasi dan mengalokasikan anggaran khusus untuk semua sekolah agar seluruh sekolah di Indonesia dapat memiliki laboraturium komputer dan akses Internet sehingga tidak terjadi kesenjangan digital, kesenjangan penguasaan IPTEK, yang pada akhirnya dapat menyebabkan disparitas mutu pendidikan

7. Perlunya afiliasi sekolah pada pihak swasta yang berbasis TIK sehingga sekolah dapat dituntun untuk memenuhi fasilitas dan SDM yang berhubungan dengan TIK.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Aji Supriyanto. 2007. Web dengan HTML dan XML. Graha Ilmu. Yogyakarta. Astuti, Tri Marhaeni Pudji. 2008. Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial.

Semarang: UNNES PRESS

Bungin, Burhan.(2010). Metodologi penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana. Brenston, Margaret. (1990). Worlds Apart: Women, Men and Technology:An

exploration of the impact on women of the male technological world view. Diunduh dari http://www.medialit.org/reading-room/worlds-apart-women-men-and-technology. Diakses pada 23 Januari 2014 21.00WIB.

Davis, F. D. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology, New York; MIS Quarterly.

Hafkin,Nancy and Nancy Taggart,2001, Gender, Inforrmation Techhnologyy and Developing Countries An Analytical Study,Academy for EducationalDevelopment (AED)

Kaelan. (2012). Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner: Bidang Sosial, Budaya, Filsafat, Seni, Agama, dan Humaniora. Yogyakarta: Paradigma. Liliweri, Alo. (2011). Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta. Prenada

MediaGroup.

Literasi Media (Internet) Untuk Mencerdaskan Bangsa. ( Ditjen Kominfo RI, 2012)

Mohandas, R. (2003). ICT and e-learning in Indonesia. Presentasi di Taiwan, Taiwan, 25-27 Maret.

Nugroho Eko, 2008 Sistem Informasi Manajemen : Konsep, Aplikasi, dan Perkembangannya . ANDI. Yogyakarta

Prasetyo, Didik Dwi. 2003. Buku Pintar Internet, Jakarta : Elex Media Komputindo

Purbo, Onno W, dkk., Buku Pintar Internet TCP/IP, Elexmedia Komputindo, Jakarta., 2000.


(5)

Sumber Jurnal:

Rukmina. 2008. Fenomena Bias Gender Dalam Pendidikan Islam.

Nurhaida, Ida, dkk. 2011. Pengembangan Model Pengukuran e-Readliness

Institusi Pendidikan SLTA di Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung:

Universitas Lampung.

Sufiarti, Sofi. tt. Laporan Penelitian Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Persepsi Mahasiswa Mengenai Konsep dan Kesetaraan Gender.

Sutedjo, Budi. 2002. E-Education : Konsep, Teknologi dan Aplikasi Internet Pendidikan, Yogyakarta : Andi

Prasetyo, Bambang, dkk. 2008. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka

Qureshi, S., & Hoppel, C. (1995). Profiles Computer Predispositions, Journal of Professional Service Marketing, 12(1), 73-83

Harrison, A.W., & Rainer, R.K. JR. (1992). The Influence of Individual

Differences on Skill in End-User Computing, Journal of Management Information Systems, 9(1): 93-111.

Sumber Internet

SOFI_SUFIARTI_AMIRSYAH/DATA_MAKALAH_DAN_LAPORAN/laporan _penelitian_faktor-faktor_yang_berpengaruh_TERHADAP_P.pdf. diunduh pada 25 Januari 2014 jam 20.00

Phiphitkul,Wilasinee, 2007,Gender Justice :Digitally Empoowered Woman Through Information Technology, http://www.wsisasia.or/materials/wil.doc, diakses 25 Januari 2014 jam 20.00

http://directory.umm.ac.id/tik/Pemanfaatan_Internet_sebagai_Sumber_Pembelajar an.pdf diakses pada 22 Februari 2014 jam 21.04

http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-428-1004071627-tesis.pdf diakses pada 22 Februari 2014 jam 21.15

http://nurhadiw.files.wordpress.com/2010/08/02_moh20ali.pdf diakses pada 22 Februari 2014 jam 21.27

http://library.usu.ac.id/download/fe/akuntansi-fahmi2.pdf diakses pada 23 Februari 2014 jam 14.00


(6)

https://www.academia.edu/1513255/Pengaruh_Rasa_Manfaat_Dan_Kemudahan_ Terhadap_Minat_Berperilaku_Behavioral_Intention_Para_Mahasiswa_Dan _Mahasiswi_Dalam_Penggunaan_Internet

diakses pada 23 Februari 2014 jam 14.10

http://journal.yasar.edu.tr/wpcontent/uploads/2011/10/no6_vol2_02_demir_oral.p df diakses pada 23 Februari 2014 jam 14.13

http://wweb.uta.edu/management/Dr.Casper/Fall10/BSAD6314/BSAD%206314-Student%20Articles/Regression/Yoon%20Sang%20Lee%20Skill%20in%20 End%20User%20Computing13.pdf

diakses pada 23 Februari 2014 jam 14.42 Harjono. 2009. Mendayagunakan Internet,

<http://harjono.dagdigdug.com/>05 Januari 2015 Hardjito. 2002. Internet Untuk Pembelajaran,

<http://www.Putekkom.go.id/teknodik/t10/10-3htm>05 Maret 2010 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30598/3/Chapter%20II.pdf

Pengertian Difusi Inovasi diakses pada 20 Januari 2014 jam 19.00 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31984/4/Chapter%20II.pdf =

Pengertian Adopsi Inovasi diakses pada 20 Januari 2014 jam 19.30 http://peneliti.budiluhur.ac.id/wp-content/uploads/2008/02/arif+wibowo.pdf


Dokumen yang terkait

ADOPSI INTERNET DI KALANGAN GURU SMK SWASTA YANG SENJANG SECARA DIGITAL DI KOTA BANDAR LAMPUNG

0 20 73

Bias Gender pada Adopsi Internet oleh Guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung(Studi pada Guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung)

0 10 79

Bias Gender Pada Adopsi Internet oleh Guru SMK Swasta Di Kota Bandarlampung (Studi pada Guru SMK Swasta Di Kota Bandar Lampung)

1 7 82

PENGARUH KESENJANGAN DIGITAL TERHADAP LITERASI INTERNET GURU SMK SWASTA DI KOTA BANDARLAMPUNG (Studi Pada Guru SMK Swasta Di Kota Bandarlampung)

0 11 65

PENGARUH KESENJANGAN DIGITAL TERHADAP LITERASI INTERNET GURU SMK SWASTA DI KOTA BANDARLAMPUNG (Studi Pada Guru SMK Swasta Di Kota Bandarlampung)

4 16 65

PENGARUH KESENJANGAN DIGITAL AKSES INTERNET TERHADAP PERSEPSI GURU MADRASAH ALIYAH SWASTA DI KOTA BANDARLAMPUNG (Studi Pada Guru Madrasah Aliyah Swasta Yang Senjang Secara Digital Di Kota Bandarlampung)

3 15 114

Pengaruh Kesenjangan Digital Akses Internet Terhadap Persepsi Guru Madrasah Aliyah Swasta di Kota Bandarlampung (Studi pada Guru Madrasah Aliyah Swasta Yang Senjang Secara Digital di Kota Bandarlampung).

0 32 114

MODEL E-LEADERSHIP SMK SWASTA KOTA BANDARLAMPUNG (STUDI KOMPARATIF PADA GURU SMK SWASTA YANG SENJANG SECARA DIGITAL DI KOTA BANDARLAMPUNG)

0 18 74

Model e-Leadership SMK Swasta Kota Bandarlampung (Studi Komparatif pada Guru SMK Swasta yang Senjang Secara Digital di Kota Bandarlampung)

0 12 89

MODEL ADOPSI INTERNET GURU SMA NEGERI (Studi Pada SMA Negeri yang Senjang Secara Digital di Kota Bandarlampung)

0 13 65