ADOPSI INTERNET DI KALANGAN GURU SMK SWASTA YANG SENJANG SECARA DIGITAL DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

Abstract

INTERNET ADOPTION AMONG PRIVATE VOCATIONAL SCHOOL TEACHERS WITH DIGITAL DIVIDE IN BANDAR LAMPUNG

By Dwi Hardoyo

The purposes of this research are: 1. To Describe internet adoption among private vocational school teachers with digital divide in Bandar Lampung. 2. To reveal the influence of the digital divide to differences in internet adoption of private vocational school teachers with digital divide in Bandar Lampung. 3. To reveal the influence of demographic factors and different field of study on internet adoption by private vocational school teachers with digital divide in Bandar Lampung. This research uses the theory of Technology Acceptance Model (TAM) and survey research method with quantitative descriptive research type and proportional sampling with the number of analysis units are 119 teachers. T-test results showed no differences in internet adoption among private vocational school teachers with digital divide. T value (65.862)> t table (1.65), t value is bigger than t table, means Ho is rejected. While the results of the analysis of variance showed no differences in Internet adoption among private vocational teachers with digital divide based on demographic factors and subjects.


(2)

Abstrak

ADOPSI INTERNET DI KALANGAN GURU SMK SWASTA YANG SENJANG SECARA DIGITAL DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh Dwi Hardoyo

Tujuan penelitian ini yaitu: 1. Menggambarkan adopsi internet guru SMK swasta yang senjang secara digital di Kota Bandar Lampung. 2. Mengungkapkan pengaruh kesenjangan digital terhadap perbedaan adopsi internet guru SMK swasta yang senjang secara digital di Kota Bandar Lampung. 3. Mengungkapkan pengaruh faktor demografik dan bidang studi terhadap perbedaan adopsi internet oleh guru SMK swasta yang senjang secara digital di Kota Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan teori Technology Acceptance Model (TAM) dan menggunakan metode penelitian survey dengan tipe penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan proporsional sampel dengan unit analisis 119 guru. Hasil uji t menunjukkan ada perbedaan adopsi internet di kalangan guru SMK swasta yang senjang secara digital. Nilai t hitung (65,862) > t tabel (1,65) maka Ho ditolak. Sedangkan hasil analisis varian menunjukkan tidak ada perbedaan adopsi internet di kalangan guru SMK swasta yang senjang secara digital berdasarkan faktor demografik dan bidang studi.


(3)

ADOPSI INTERNET DI KALANGAN GURU SMK SWASTA YANG SENJANG SECARA DIGITAL DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh DWI HARDOYO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI

Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa N.Campang Jaya Kecamatan Sungkai Tengah Lampung Utara pada tanggal 1 Januari 1992, sebagai anak kedua dari dua bersaudara, dari Pasangan Bapak Sumadi dan Ibu Suranti.

Pendidikan yang penulis tempuh adalah pendidikan dasar diselesaikan di MI-Alhidayah Campang Jaya pada tahun 2004. Kemudian berhijrah untuk melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 3 Sungkai Utara pada tahun 2007 (sekarang menjadi SMPN 2 Sungkai Utara). Untuk menuntut ilmu ke tingkat atas, penulis kembali berhijrah dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 2 Kotabumi pada tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung melalui jalur reguler.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif menjadi bagian dari komunitas terbesar di Universitas Lampung yaitu UKM Bina Rohani Islam Mahasiswa (BIROHMAH) dengan menjadi keluarga muda (KMB) tahun 2010 dan menjadi anggota bidang akademik tahun 2011. Pada saat yang sama penulis pun aktif


(8)

menjadi Korps Muda BEM (KMB) tahun 2010 dan menjadi staf kementerian komunikasi informasi dan teknologi tahun 2011. Sedangkan pada tingkat fakultas, penulis aktif menjadi keluarga besar di UKMF Forum Studi Pengembangan Islam (FSPI) FISIP sebagai Laskar Muda FSPI (LMF) tahun 2010 dan pada tahun 2011-2012 (dua tahun berturut-turut) penulis dipercaya untuk diamanahi sebagai kepala bidang kaderisasi FSPI. Pada tahun 2012 penulis menjadi bagian dari Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Komunikasi sebagai anggota Reasearch and Development. Sebagai seseorang yang aktif berorganisasi, penulis pernah mengikuti agenda mahasiswa yang berskala nasional dan internasional. Diantaranya penulis pernah mengikuti sarasehan Aktivis Dakwah Kampus (ADK) Nasional di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 2011. Selain itu penulis juga diberikan kesempatan untuk menjadi peserta International Muslim Student Summit (IMSS) tahun 2012 di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menghadirkan mahasiswa muslim dari berbagai negara di belahan dunia.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2013 di Desa Sriminosari Labuhan Maringgai Lampung Timur. Pada tahun yang sama, setelah melaksanakan KKN, penulis melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Siger TV Lampung. Selain itu penulis juga aktif menjadi tutor Bimbingan Baca Quran (BBQ) untuk fakultas FISIP pada tahun 2011-2013.


(9)

MOTTO

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang

kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah 216)

Sebuah ujian dan cobaan adalah suatu kesulitan. Dimana kesulitan harus kita hadapi dengan senyuman yang layak untuk disanjung dunia, senyuman optimis menembus telaga

air mata

Berjuanglah untuk hidup dan kehidupanmu, dengan selalu berada pada jalan yang lurus dan diridhoi Allah SWT


(10)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji hanya milik Allah pemelihara alam semesta. Semoga rahmat dan salam tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan kepada keluarganya serta para sahabatnya. Aku persembahkan karya ini untuk:

1. Mamak dan Bapak tercinta, Ibu Suranti dan Bapak Sumadi, terimakasih atas dukungan moril dan materil.

2. Mbak ku tercinta, Mbak Eka dan keluarga kecilnya (Mas Ade dan Edi), terimakasih atas doa dan dukungannya. Semoga dari keluarga yang kecil ini terdapat kebahagiaan di dunia hingga ke akhirat kelak (amin...)

3. Teman-teman yang selalu memberikan doa, dukungan serta motivasinya, selama empat tahun telah mengisi suka duka bersama.


(11)

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Adopsi Internet di Kalangan Guru SMK Swasta yang Senjang Secara Digital di Kota Bandar Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Ibu Dra. Ida Nurhaida, M.Si., selaku Ketua Penguji serta Pembimbing Utama atas kesediannya memberikan bimbingan, saran, kritik, dan waktunya yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos., MComn&MediaSt., selaku Dosen Pembahas atas kesediannya memberikan bimbingan, saran, kritik, dan waktunya yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(12)

5. Bapak Toni Wijaya, S.Sos., M.A., selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan saran, waktu, dan kesempatan bagi penulis untuk selalu belajar menjalani proses kehidupan.

6. Seluruh dosen Ilmu Komunikasi Universitas Lampung, yang telah memberikan ilmu, saran dan pelajaran yang sangat bermanfaat bagi penulis selama di bangku kuliah.

7. Bapak dan Ibu Staf Administrasi FISIP Unila Mas Agus, Pak Jauhari, Mas Tur, Bang Rahman, Mas Puji, Mas Edi dan Mas Daman terima kasih sudah sering membantu penulis dalam mensukseskan acara-acara yang penulis laksanakan di dalam gedung, Mas Hendro.

8. Keluarga besar di Keraton Zombies (Perum Griya Gedung Meneng Indah Blok C4 No.24 Rajabasa Bandar Lampung) K’Mono, K’Juju, K’Rasyid, K’Bukhori, K’Koko, K’Asep terimakasih atas kasih sayang, pengertian, pengalaman dan nasihat yang sering kalian berikan. K’Isan, terimakasih pinjaman motor dan printernya ayo kak semangat. Chef Andi, kembalikan gas guwe, hehe. K’Riyan terimakasih tumpangan kamarnya. Akhi Yasin yang cool tapi sering bercanda terimakasih antum mau menjadi sahabat berjuang semoga kita tetap bisa istiqomah. Mas Boy Wiwit terimaksih sudah mau percaya untuk memberikan rahasianya pada saya. Aryo my little boy terimakasih dek sudah memberikan warna warni di kamar kita  cepet nyusul ya. Pratama ahli IT jangan tidur terus. Aang dan Hendri.

9. Sahabat di Bunderan: Tofik, Amar, Riski, Encep, Rohmat, Beni, Abe, Ave, Riko, terimakasih untuk pembahasan yang satu itu berhasil menciptakan senyum sumringah. Ahmad, Tiyo, Dedi, Dokter Habibie, Dokter Chofi.


(13)

mohon maaf tidak bisa disebutkan satu-satu. Terimakasih atas doa dan dukungan kalian. Keluarga besar Bina Rohani Islam Mahasiswa (BIROHMAH) Unila. FSLDK Unila. Teman-teman KKM Birohmah 2010 ada K’Sulaiman, Herman, Ali, Agung, Luthfi, Mb’Isti, Esy, Maretha, Shofy, Nivo, Eli, Prima, Susmi, Ade, Nida keep smart sholeh bersahabat.

11. Andi Kusnadi, S.H., Julian FEB, dan Rio Yusdian, terimakasih untuk malam itu. Kalian jangan berantem terus ya. Andi terimakasih sudah sering mau berbagi segala hal.

12. d’backpacker Elmi, Rudi, Yie, Intan, Iin, Jerry, Eka, Hapip, Rifky, Riyan, bersama kalian suka cita kita lalui besama saling bantu membantu ketika kesulitan. Trio macan Sayu Plekenyut, Febby, dan Bella.

13. Bapak Heri Supriyanto, S.Pd., Ust.Samsul Rizal dan Ust.Yudhi Rojab, Jazakallah Khoiron Katsiro atas segala bimbingan ruhiyah.

14. Seluruh sahabat-sahabat Ilmu Komunikasi 2010 lainnya yang belum tersebut kalian juga memiliki cerita dan kenangan tersendiri bagi penulis.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Agustus 2014 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR BAGAN ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Tinjaun Penelitian Terdahulu ... 6

B. Kesenjangan Digital (Digital Divide) dan Perkembangannya ... 7

C. Adopsi Inovasi dalam Bidang TIK ... 12

1. Konsep Dasar Difusi dan Adopsi Inovasi ... 12

2. Technology Accaptance Model (TAM) ... 15

3. Adopsi Inovasi dalam Bidang TIK ... 19

D. Kesenjangan Digital dan Pengaruhnya Terhadap Internet Literasi... 21

E. Tinjauan Tentang Internet ... 22

F. Tinjauan Tentang Guru ... 23

G. Tinjauan Tentang SMK Swasta ... 24

H. Kerangka Pikir ... 25

I. Hipotesis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Tipe Penelitian ... 30

B. Metode Penelitian... 30

C. Definisi Konsep ... 31

D. Definisi Operasional... 31

E. Populasi dan Sampel ... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 36

G. Teknik Pengolahan Data ... 37

H. Teknik Pemberian Skor ... 38

I. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 39

1. Uji Validitas ... 39

2. Uji Reliabilitas ... 39


(15)

1. Profil SMK 2 Mei Bandar Lampung ... 43

2. Profil SMK Arjuna Bandar Lampung ... 46

3. Profil SMK Dharmapala Panjang Bandar Lampung ... 49

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Gambaran Umum Responden ... 52

1. Menentukan Besar Responden Sampel Penelitian ... 52

2. Besar Responden untuk Proporsi Laki-laki dan Perempuan ... 54

B. Uji Validitas ... 55

C. Uji Reliabilitas ... 56

D. Uji Normalitas ... 57

E. Uji Homogenitas ... 58

F. Analisis Jawaban Responden ... 58

G. Penyajian Hipotesis ... 75

1. Penyajian Hipotesis 1 ... 75

2. Penyajian Hipotesis 2 ... 76

H. Pembahasan Hasil Penelitian ... 79

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 94

A. Simpulan ... 94

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Sensus dan Observasi berdasarkan Keadaan Koneksitas ... 35

Tabel 3.2 Ukuran Kemantapan Alpha ... 40

Tabel 4.1 Daftar Guru SMK 2 Mei Bandar Lampung ... 45

Tabel 4.2 Keadaan Koneksitas SMK 2 Mei Bandar Lampung ... 45

Tabel 4.3 Daftar Guru SMK Arjuna Bandar Lampung... 48

Tabel 4.4 Keadaan Koneksitas SMK Arjuna Bandar Lampung ... 48

Tabel 4.5 Daftar Guru SMK Dharmapala Panjang Bandar Lampung ... 50

Tabel 4.6 Keadaan Koneksitas SMK Dharmapala Panjang ... 51

Tabel 5.1 Jumlah Guru di Tiga Sampel SMK Swasta ... 52

Tabel 5.2 Jumlah Responden di Setiap Sekolah ... 55

Tabel 5.3 Hasil Uji Validitas ... 56

Tabel 5.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 56

Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas ... 57

Tabel 5.6 Hasil Uji Homogenitas ... 58

Tabel 5.7 Mengakses E-mail ... 59

Tabel 5.8 Bermedia Sosial Twitter... 59

Tabel 5.9 Bermedia Sosial Facebook ... 60

Tabel 5.10 Memiliki Blog Pribadi ... 60

Tabel 5.11 Mengelola Blog E-Learning ... 61

Tabel 5.12 Mencari Informasi Melalui Browsing ... 61

Tabel 5.13 Mengunduh Gambar ... 62

Tabel 5.14 Mengunduh Musik ... 62

Tabel 5.15 Mengunduh Video/Film ... 63

Tabel 5.16 Mengunggah Gambar ... 63

Tabel 5.17 Mengunggah Musik ... 64

Tabel 5.18 Mengunggah Video/Film ... 64

Tabel 5.19 Mengunduh Software/Game ... 65

Tabel 5.20 Belanja Online... 65

Tabel 5.21 Mencari Bahan Pembelajaran ... 66

Tabel 5.22 Saya Dapat Mengirim dan Membaca Email ... 67

Tabel 5.23 Saya Mampu Mengirim dan Menerima Attachment/Lampiran Lewat Email ... 68

Tabel 5.24 Saya Mampu Melakukan Browsing Internet ... 69

Tabel 5.25 Saya Mampu Bernavigasi di Suatu Website untuk Mendapatkan Informasi yang Diinginkan ... 70

Tabel 5.26 Saya Mampu Melakukan Bookmark Websites yang Saya Anggap Bermanfaat ... 71


(17)

Tabel 5.29 Saya Memperkaya Bahan Pembelajaran Saya dengan Materi

yang Relevan yang Saya Dapat Dari Internet ... 75

Tabel 5.30 Tabel Hasil Uji T ... 76

Tabel 5.31 Kriteria dan Pengategorian Sekolah ... 88


(18)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Technology Acceptance Model (TAM) ... 19 Bagan 2.2 Modifikasi Teori Technology Acceptance Model (TAM) ... 19 Bagan 2.3 Kerangka Pikir ... 29 Bagan 5.1 Adopsi Internet Guru SMK Swasta yang Senjang Secara Digital di


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan peserta didik, setelah lulus, langsung dapat bekerja dalam bidang tertentu, memiliki kemampuan beradaptasi di lingkungan kerja, melihat peluang kerja dan mengembangkan diri di kemudian hari (Landasan Kurikulum SMK 2013). Dengan kata lain SMK adalah jenjang pendidikan yang menyiapkan peserta didik melalui pembekalan vokasi. Pendidikan vokasi (kejuruan) adalah pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi keterampilan, ketika sudah lulus langsung dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilannya.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2010 pasal 1 ayat 15 menyatakan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan, yang selanjutnya disingkat SMK, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs. Sekolah Menengah Kejuruan melakukan proses belajar mengajar baik teori maupun praktik yang berlangsung di sekolah maupun di industri diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas. Sekolah


(20)

2

Menengah Kejuruan mengutamakan pada penyiapan siswa untuk berlomba memasuki lapangan kerja.

Pada dekade tahun 2000-an yang disebut abad millenium, ditandai oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat cepat dan mengisi semua aspek kehidupan termasuk tata cara di dunia kerja. Implikasinya bagi pendidik SMK yang menyiapkan tenaga terampil, keadaan ini menjadi tantangan untuk membekali lulusan SMK dengan keterampilan TIK. Dalam TIK ini sebagian besar yang dimaksud adalah internet. Keterampilan TIK menjadi bekal untuk memenuhi kualifikasi tuntutan pasar kerja yang mayoritas berbasis TIK. Ditambah dengan semakin pesatnya perkembangan internet yang merupakan penemuan mutakhir bidang TIK. Pada sisi lain, masih dalam suhu yang sama, survei oleh asosiasi pengusaha di Singapura mempublikasikan bahwa penetrasi internet masyarakat Indonesia mencapai 29% dari populasi atau 72,7 juta pengguna pada Januari 2014 (Horwitz, Januari 2014). Kondisi ini semakin menguatkan bahwa para peserta didik jenjang SMK perlu dibekali keterampilan TIK.

Untuk memperlancar proses pembekalan vokasi yang dilakukan oleh guru SMK, Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Nasional (Kemendikbud) telah memrogramkan implementasi TIK dalam sistem pendidikan. TIK dinilai dapat berfungsi sebagai sumber, sarana belajar, cara berkomunikasi yang efisien. Apabila dikelola secara bijaksana, TIK dapat diamanahi sebagai media untuk mengurangi disparitas pendidikan yang pada hakekatnya memang selalu ada


(21)

seperti perbedaan letak geografis, kekurangan guru baik dari segi jumlah maupun kualitasnya, perbedaan tingkat sosial akibat faktor demografik, bidang studi yang diampu dan beragam masalah lainnya (Nurhaida dkk, 2011).

Berfokus pada faktor demografik seperti jenis kelamin, faktor tersebut dirasa memiliki peran lebih dalam proses adopsi internet guru SMK swasta. Anggapan tertentu yang mengatakan bahwa laki-laki dianggap memiliki “kemampuan lebih” dalam hal TIK dibanding perempuan membuat guru perempuan hanya berterima nasib bahwa mereka tidak lebih bisa. Pada akhirnya mereka pun cenderung mengandalkan guru laki-laki, meminta tolong, jika suatu saat membutuhkan. Pun demikian dengan konsentrasi keilmuan yang diampu oleh masing-masing guru ternyata juga mempengaruhi tingkat adopsi internet. Guru pengampu bidang studi IPA dipastikan memiliki kualitas implementasi TIK dengan kategori “lebih baik” dibandingkan dengan guru pengampu bidang studi IPS.

Adanya instruksi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional mengenai implementasi TIK tersebut, membuahkan fakta bahwa sejak tahun 1994 TIK sudah menjadi bagian dari sistem sekolah mulai dari SD sampai SLTA. Implementasi TIK dalam proses belajar mengajar bertujuan agar peserta didik memiliki keterampilan komputer dan internet (ICT Literacy). Namun dalam pelaksanaannya di lapangan sangat beragam. Ada sekolah-sekolah yang berhasil mengimplementasikan dengan baik, ada juga yang banyak mengalami kendala, seperti sekolah tidak memiliki laboratorium komputer, koneksitas ke internet, ketidaksiapan guru baik karena rendahnya ICT Literacy (dalam hal ini internet),


(22)

4

persepsi guru tentang internet, ketiadaan kepemimpinan teknologi, faktor demografik dan sejumlah rintangan lainnya (Nurhaida dkk, 2011).

Demikian juga di Kota Bandar Lampung yang memiliki 36 SMK swasta, sejalan dengan kebijakan nasional telah menerapkan TIK dan mengintegrasikan dalam proses belajar mengajar dalam pelaksanaannya di lapangan dapat beragam. Ada sekolah-sekolah yang mengimplementasikan dengan baik, ada juga yang banyak mengalami kendala akibat kesenjangan digital, contoh ada sekolah telah memiliki laboratorium dan terkoneksi ke internet kemudian mengintegrasikan dalam proses belajar mengajar, ada sekolah yang memiliki laboratorium tapi tidak terkoneksi, bahkan ada pula sekolah yang tidak memiliki laboratorium. Padahal agar dapat mengadopsi internet, sarana dan prasarananya harus tersedia. Adanya fakta mengemuka terkait kondisi TIK SMK swasta di Kota Bandar Lampung, diduga terjadi keragaman adopsi internet oleh guru ketika mengimplementasikan TIK dalam proses kegitan belajar mengajar, terutama berkaitan dengan faktor demografik dan bidang studi yang diampu oleh guru.

B. Rumusan Masalah

Secara rinci masalah yang akan diungkapkan melalui penelitian ini adalah.

1. Bagaimanakah adopsi internet guru SMK swasta yang senjang secara digital di Kota Bandar Lampung.

2. Apakah ada perbedaan adopsi internet guru SMK swasta yang senjang secara digital di Kota Bandar Lampung berdasarkan kesenjangan digital sekolah, faktor demografik dan bidang studi.


(23)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Menggambarkan adopsi internet guru SMK swasta di Kota Bandar Lampung. 2. Mengungkapkan pengaruh kesenjangan digital terhadap perbedaan adopsi

internet guru SMK swasta di Kota Bandar Lampung.

3. Mengungkapkan pengaruh faktor demografik dan bidang studi terhadap perbedaan adopsi internet oleh guru SMK swasta yang senjang secara digital.

D. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis.

a. Penemuan penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah Kota Bandar Lampung untuk pengembangan ilmu komunikasi di bidang komunikasi pembangunan, khususnya komunikasi inovasi di bidang TIK.

b. Menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang digital divide.

2. Secara praktis.

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam memberikan informasi mengenai adopsi internet oleh guru SMK swasta. b. Penemuan adopsi internet oleh guru SMK swasta ini diharapkan dapat

menjadi masukan bagi pemegang kebijakan dalam merancang strategi transformasi pendidikan modern melalui e-education yaitu bagi Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan Propinsi Lampung dan khususnya Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung.


(24)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terkait tentang adopsi internet oleh SMA swasta sudah pernah dilakukan oleh Heru Wahyudi pada tahun 2010. Unit analisisnya adalah siswa. Adapun judulnya yaitu Perbedaan Koneksitas Internet pada Pola Adopsi Internet oleh Remaja SMA Swasta (Studi pada SMA Muhammadiyah 2, SMA Arjuna dan SMA YPPL Panjang Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/ 2010).

Dari penelitian yang sudah dilakukan tersebut mendapatkan temuan terkait adopsi internet oleh siswa SMA swasta. Hasilnya yaitu tidak ada perbedaan adopsi internet yang signifikan antara siswa SMA Muhammadiyah 2 (terkoneksi internet) dengan siswa SMA Arjuna (tidak terkoneksi internet). Kedua SMA swasta ini meraih kategori “tinggi” pada adopsi internet. Hal ini disebabkan SMA Arjuna yang tidak terkoneksi internet memiliki letak geografis yang cukup mendukung untuk mengakses internet di luar sekolah. Sebab SMA Arjuna berada di tengah kota yang di sekitarnya terdapat warung internet (warnet). Jadi walaupun siswa SMA Arjuna tidak memiliki sarana di sekolah, tapi mereka memiliki motivasi dengan memanfaatkan warnet yang sudah tersedia untuk mengakses internet.


(25)

Keadaan berbeda ditunjukkan oleh SMA YPPL Panjang yang tidak terkoneksi dengan internet. Hal ini disebabkan mereka tidak memiliki akses di sekolah. Selain itu letaknya yang berada di pinggiran kota Bandar Lampung menyebabkan mereka sedikit terisolir dari public access. Warnet sebagai tempat umum yang menyediakan layanan untuk mengakses internet berada jauh dari sekolah ini. Kalaupun mereka ingin mengakses internet mereka harus pergi cukup jauh. Keadaan ini menyebabkan siswa SMA YPPL Panjang meraih predikat “rendah” dalam hal adopsi internet.

B. Kesenjangan Digital (Digital divide) dan Perkembangannya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, senjang berarti dalam keadaan yang tidak simetris atau tidak sama bagian atau berlainan sekali. Kesenjangan adalah perihal senjang atau ketidakseimbangan atau ketidaksimetrisan (KBBI, 2002). Menurut Kamus Komputer dan Teknologi Informasi, digital divide yaitu istilah yang digunakan untuk menerangkan jurang perbedaan antara mereka yang mempunyai kemampuan dalam hal akses dan pengetahuan dalam penggunaan teknologi modern, dengan mereka yang tidak berpeluang menikmati teknologi tersebut.

Menurut Direktorat Pemberdayaan Telematika Departemen Komunikasi dan Informatika, digital divide mempunyai arti sebagai kesenjangan antara individu, rumah tangga, bisnis, kelompok masyarakat dan area geografis pada tingkat sosial ekonomi yang berbeda dalam hal kesempatan atas akses TIK (information and communication technologies/ ICT) atau telematika dan penggunaan internet untuk


(26)

8

beragam aktivitas. Jadi, digital divide atau kesenjangan digital sebenarnya mencerminkan beragam kesenjangan dalam pemanfaatan telematika dan akibat perbedaan pemanfaatannya dalam suatu negara atau antar negara. Adapun menurut Inpres No.3 Tahun 2003, disebutkan bahwa digital divide adalah keterisolasian dari perkembangan global karena tidak mampu memanfaatkan informasi.

Jadi dari pengertian di atas, digital divide atau kesenjangan digital adalah kesenjangan teknologi, seperti perbedaan kesempatan dalam mengakses internet, tidak mampu memanfaatkan informasi, memiliki dan tidak memiliki sarana untuk mengakses internet.

Penyebab terjadinya digital divide antara lain: 1. Infrastruktur

Masalah kesenjangan digital (digital divide) di Indonesia sebenarnya banyak dipengaruhi oleh tidak meratanya pembangunan infrastruktur jaringan komunikasi dan regulasi di berbagai daerah. Adanya perbedaan pola hidup antara masyarakat perkotaan dan pedesaan di daerah-daerah yang sudah maju. Masyarakat perkotaan di daerah yang sudah maju mempunyai kemampuan dan wawasan yang lebih tinggi akan teknologi informasi dibandingkan masyarakat perkotaan yang hidup di daerah kurang maju. Demikian pula, masyarakat pedesaan di daerah yang sudah maju, mereka akan mempunyai pengetahuan yang sedikit lebih tinggi untuk mengenal teknologi informasi dibanding


(27)

masyarakat pedesaan di daerah yang kurang maju (bahkan tidak terjangkau jaringan komunikasi sama sekali).

Contoh mudah mengenai kesenjangan infrastruktur ini yaitu orang yang bisa mengakses komputer dapat bekerja dengan cepat. Ia bisa menulis lebih cepat dibandingkan mereka yang masih menggunakan mesin ketik manual. Contoh yang lain, orang yang bisa mengakses internet melalui komputer mempunyai wawasan yang lebih luas dibandingkan mereka yang tidak bisa mengakses internet untuk memperoleh informasi.

2. Kekurangan Skill

Kekurangan skill diartikan kurangnya minat dan kemampuan seseorang untuk menggunakan sarana digital. Masih banyak masyarakat yang merasa gugup dan takut sehingga enggan menggunakan sarana digital seperti komputer atau laptop. Sebagian mereka masih tidak ingin menanggung resiko kerusakan dari sarana digital yang tergolong mahal, jika rusak tentunya akan menghabiskan uang yang banyak. Selain itu, hal yang mempengaruhi skill dalam menggunakan sarana digital bisa datang dari kesenjangan ekonomi dan kurangnya sosialisasi atau pemberian pemahaman kepada masyarakat tentang penggunaan sarana digital.

3. Kekurangan Isi / Materi Berbahasa Indonesia

Konten berbahasa Indonesia menentukan bisa tidaknya seorang dapat mengerti cara mengakses internet. Di Indonesia, terutama kota-kota yang masyarakatnya


(28)

10

memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, sedikit banyak sudah mengerti bahasa Inggris, mereka bisa menyesuaikan diri dengan internet. Adapun masyarakat di desa, seperti petani, mereka masih sangat kurang dalam menggunakan bahasa asing (Inggris), sehingga mereka kesulitan untuk beradaptasi dengan internet.

4. Kurangnya Pemanfaatan Terhadap Internet

Kesenjangan digital bukanlah semata-mata persoalan infrastuktur. Banyak orang memiliki komputer, bahkan setiap hari, setiap jam- bisa mengakses internet tetapi "tidak menghasilkan apapun". Misal, ada seseorang mengakses komputer dan Internet. Tapi yang dia lakukan hanya chatting yang biasa-biasa saja. Tentu saja, ia tidak bisa menikmati keuntungan-keuntungan yang ada dari teknologi digital. Itu artinya, kesenjangan digital tidak hanya berasal dari infrastruktur saja. Tetapi seseorang memiliki komputer dan dapat mengakses internet dengan mudah tetapi tidak didukung oleh tujuan yang bermanfaat.

Dalam perkembangannya, kesenjangan digital tidak hanya terjadi di Indonesia. Sebut saja di Afrika. Dalam mengatasi kesenjangan teknologi, ada sebuah perusahaan nonprofit yang memberikan bantuan infrastruktur teknologi melalui sebuah proyek penanggulangan kesenjangan digital. Bantuan ini berupa pemberian laptop murah, karena jika dirupiahkan harganya sekitar Rp.1.500.000, kepada masyarakat miskin yang ada di beberapa wilayah Afrika. Kegiatan dari proyek ini adalah untuk memberi satu anak satu laptop, One Child One Laptop. Target dari proyek ini adalah terlaksananya program yang sama di 100 negara


(29)

berkembang yang ada di dunia. Namun, sejauh ini baru 40 negara yang sudah terlaksana (Colombant, 2011).

Berbeda dengan yang ada di Malaysia, dalam menanggulangi gap digital divide, pemerintah Malaysia menelurkan sebuah kebijakan tentang TIK yang dinamakan MSC policy. Kebijakan ini memiliki program yaitu memberikan fasilitas infrastruktur kepada masyarakat yang ada di daerah rural dan daerah urban sehingga dengan adanya program ini masyarakat yang ada di daerah tersebut bisa menikmati kemajuan teknologi, dalam hal ini adalah teknologi komunikasi, sehingga masyarakat bisa terminimalisir dari gap digital divide. Tujuan lain yang diharapkan oleh pemerintah melalui kebijakan ini adalah dapat meningkatkan kekuatan ekonomi masyarakat ketika mereka bisa menguasai teknologi (Osman, 2011).

Dalam memberikan fasilitas yang lebih luas terhadap masyarakat rural dan urban, terutama dalam penggunaan komputer, pemerintah Malaysia mengenalkan beberapa program yang diimplementasikan terhadap masyarakat. Program tersebut diberi nama Gerakan Desa Wawasan, Internet Desa dan Mobile Internet Unit (Osman, 2011).

Sementara itu di Indonesia, untuk menanggulangi permasalahan kesenjangan digital, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk melakukan akses internet dengan memfasilitasinya, terutama di daerah yang belum memiliki fasilitas memadai.


(30)

12

Program yang dilakukan Badan Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI) Depkominfo ini demi mendukung penyelenggaraan Desa Pintar (Desa Punya Internet). Dua program yang diluncurkan sejak akhir tahun 2010 yaitu Pusat Layanan Internet Kecamatan (PLIK), juga Mobil PLIK (M-PLIK) yang sifatnya bergerak. Tujuan dari kedua program ini adalah untuk melayani kebutuhan internet yang sehat, aman, cepat dan murah di daerah-daerah kecamatan yang belum mendapatkan akses tersebut (Samantha, 2013) .

C. Adopsi Inovasi dalam Bidang TIK 1. Konsep Dasar Difusi dan Adopsi Inovasi

Pada dasarnya teori difusi inovasi menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Parker (dalam Syaefudin, 2010) mendefinisikan difusi sebagai suatu proses yang berperan memberi nilai tambah pada fungsi produksi atau proses ekonomi. Difusi merupakan suatu tahapan dalam proses perubahan teknik (technical change). Menurutnya difusi merupakan suatu tahapan dimana keuntungan dari suatu inovasi berlaku umum. Dari inovator, inovasi diteruskan melalui pengguna lain hingga akhirnya menjadi hal yang biasa dan diterima sebagai bagian dari kegiatan produktif.

Roger (dalam Syaefudin, 2010) mengatakan bahwa difusi adalah proses yang terjadi pada suatu waktu dan memiliki lima tahapan yaitu tahap pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi dan konfirmasi. Salah satu tahapan penting


(31)

dalam proses keputusan inovasi adalah tahapan persuasi (pembentukan sikap), karena terjadi proses seleksi untuk berkenan atau tidak berkenan terhadap inovasi. Sehingga muncul suatu kesiapan (positif atau negatif) untuk berperilaku.

Rogers (dalam Darmawan, 2012) mendefinisikan Inovasi sebagai, suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan yang berupa gagasan baru. Selanjutnya, definisidifusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters”. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, inovasi adalah pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru, pembaruan, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau sudah dikenal sebelumnya. Sesuatu yang baru ini dapat berupa gagasan, metode atau alat.

Jadi, dari beberapa pendapat di atas, inovasi adalah suatu ide, gagasan, barang, kejadian, metode. Inovasi tersebut diyakini sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik berupa hasil penemuan maupun pembaharuan guna mencapai tujuan. Sesuatu yang baru di sini mengandung ketidaktentuan (uncertainty) artinya sesuatu yang mengandung berbagai alternatif kemungkinan, sesuatu yang tidak tentu, bagi seseorang yang mengamati, baik mengenai arti, bentuk, manfaat dan sebagainya.

Wahyudi (2010) memaparkan bahwa adopsi inovasi merupakan suatu proses mental atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psychomotor) pada diri seseorang sejak ia


(32)

14

mengenal inovasi sampai memutuskan untuk mengadopsinya setelah menerima inovasi.

Dari pengertian difusi, adopsi dan inovasi yang sudah dijelaskan oleh para ahli di atas, dapat diketahui bahwa difusi inovasi adalah proses penyebarluasan suatu ide atau gagasan terbaru. Memberikan dan menyebar luaskan informasi terkait dengan ide atau gagasan baru tersebut dengan harapan masyarakat menjadi tahu. Hingga pada akhirnya setelah masyarakat memiliki pemahaman tentang inovasi yang disampaikan mereka memiliki kesadaran untuk melakukan aktivitas adopsi inovasi. Adopsi inovasi adalah proses menggunakan suatu ide, gagasan, atau alat (khususnya bidang teknologi informasi) oleh struktur sosial tertentu ataupun masyarakat secara umum.

Menurut Rogers (dalam Syaefudin, 2010) tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup:

a. Tahap munculnya pengetahuan (knowledge) yaitu ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan keuntungan atau manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi.

b. Tahap persuasi (persuasion) yaitu ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik.

c. Tahap keputusan (decisions) muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi.


(33)

d. Tahapan implementasi (implementation) yaitu ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi. e. Tahapan konfirmasi (confirmation) yaitu ketika seorang individu atau unit

pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.

2. Technology Acceptance Model (TAM)

Technology Acceptance Model (TAM) sering dipakai untuk melihat fenomena mengenai penerimaan suatu inovasi, dalam hal ini teknologi, oleh suatu kelompok sosial tertentu. TAM dianggap cukup relevan dalam mengungkap adopsi TIK. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis mencoba untuk menggunakan TAM sebagai landasan teori.

Technology Acceptance Model atau biasa dikenal dengan TAM adalah sebuah model yang dikembangkan berdasarkan Theory of Reasoned Action atau populer dengan sebutan TRA, teori yang meyakini bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal akan mempengaruhi sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan persepsi pengguna Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) akan mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap teknologi tersebut. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah persepsi pengguna terhadap kemanfaatan dan kemudahan penggunaan TIK sebagai suatu tindakan yang beralasan dalam konteks pengguna teknologi, sehingga alasan seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan TIK menjadikan tindakan/perilaku orang tersebut sebagai tolak ukur dalam penerimaan sebuah teknologi.


(34)

16

Model TAM yang dikembangkan berdasarkan teori psikologi ini menjelaskan bahwa perilaku seseorang dalam menggunakan komputer didasarkan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude), keinginan (intention) dan hubungan perilaku pengguna (user behaviour relationship). Tujuan model ini untuk menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna terhadap penerimaan pengguna teknologi. Secara lebih terinci menjelaskan tentang penerimaan TIK dengan dimensi-dimensi tertentu yang dapat mempengaruhi diterimanya TIK oleh pengguna (user). Model ini menempatkan faktor sikap dari tiap-tiap perilaku pengguna dengan dua variabel yaitu kemudahan penggunaan (ease of use) dan kemanfaatan (usefulness).

Berdasarkan penjelasan di atas, perilaku penggunaan atau adopsi TIK oleh seseorang dipengaruhi oleh variabel tingkat kemudahan penggunaan (easy of use) dan tingkat kemanfaatan (usefulness). Ada lima konstruk yang mendukung variabel-variabel tersebut, antara lain.

Perceived Ease of Use (PEOU)

Persepsi tentang kemudahan penggunaan sebuah teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami dan digunakan. Beberapa indikator kemudahan penggunaan teknologi informasi, meliputi:

a. Komputer sangat mudah dipelajari.


(35)

c. Komputer sangat mudah untuk meningkatkan keterampilan pengguna. d. Komputer sangat mudah untuk dioperasikan.

Perceived Usefulness (PU)

Persepsi terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana penggunaan suatu teknologi memiliki banyak manfaat bagi orang yang menggunakannya. Dimensi tentang kemanfaatan teknologi informasi meliputi: a. Kegunaan, meliputi dimensi: menjadikan pekerjaan lebih mudah, bermanfaat,

menambah produktivitas.

b. Efektivitas, meliputi dimensi: mempertinggi efektivitas, mengembangkan kinerja pekerjaan.

Attitude Toward Using (ATU)

Attitude Toward Using dalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan suatu teknologi dalam pekerjaannya. Ada juga yang menyatakan bahwa faktor sikap sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku individual. Sikap tersebut terdiri atas unsur kognitif/cara pandang, afektif dan komponen yang berkaitan dengan perilaku.

Behavioral Intention to Use

Behavioral Intention to Use adalah kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan suatu teknologi. Tingkat penggunaan sebuah teknologi komputer pada seseorang dapat diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap teknologi


(36)

18

tersebut. Misalnya keinginanan menambah peripheral pendukung, motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk memotivasi pengguna lain. Peneliti selanjutnya menyatakan bahwa sikap perhatian untuk menggunakan adalah prediksi yang baik untuk mengetahui actual usage.

Actual System Usage (ASU)

Actual System Usage adalah kondisi nyata penggunaan sistem. Dikonsepkan dalam bentuk pengukuran terhadap frekuensi dan durasi waktu penggunaan teknologi. Seseorang akan puas menggunakan sistem jika mereka meyakini bahwa sistem tersebut mudah digunakan dan akan meningkatkan produktifitas mereka, yang tercermin dari kondisi nyata penggunaan.

Secara umum TAM dapat dilihat pada gambar berikut.


(37)

Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada konstruk Actual System Usage (ASU) sebagai variabel penelirian. Berdasarkan studi yang sudah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, proses adopsi internet yang dilakukan oleh kelompok sosial, baik secara individu atau sistem, merupakan gambaran dari Actual System Usage (ASU). Konstruk ini menggambarkan bahwa internet sudah digunakan dalam skala tertentu melalui frekuensi dan intensitas pemakaiannya. Proses adopsi dapat dilihat berdasarkan tujuan online dan aktivitas ketika online. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti memodifikasi bagan teori tersebut sebagai berikut.

3. Adopsi Inovasi dalam Bidang TIK

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi atau lebih dikenal dengan TIK, telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Di era modern saat ini, informasi sudah menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi seluruh kalangan. Hampir semua bidang kebutuhan tidak lepas dari dunia informasi. Sepanjang tahun 2013, penetrasi internet di Indonesia mencapai 29%. Hal ini disebabkan oleh penggunaan media sosial masyarakat indonesia yang meningkat tajam. Tidak hanya sosial media, pertumbuhan penggunaan internet yang signifikan juga terlihat pada pengunduhan perangkat lunak, yaitu tumbuh dari 33% menjadi 37%. Keterangan di atas didukung dengan survei oleh asosiasi pengusaha di Singapura

Penggunaan Teknologi Sesungguhnya (Actual System Usage)

Tujuan Online dan

Aktivitas di Internet Bagan 2.2 Modifikasi Teori Technology Acceptance Model


(38)

20

yang mempublikasikan bahwa penetrasi internet masyarakat Indonesia mencapai 29% dari populasi atau 72,7 juta pengguna pada januari 2014 (Horwitz, 2014).

Adopsi inovasi dalam bidang TIK yang sudah banyak dilakukan di Indonesia dapat dilihat dalam berbagai bidang antara lain:

a. Biasanya adopsi TIK dalam bidang kesehatan lebih kenal dengan e-Health. Contohnya yaitu dengan adanya USG (ultrasonografi) yang bermanfaat untuk melihat organ dalam, radiologi yang digunakan untuk melihat tulang dan sebagainya.

b. Dalam bidang pemerintahan dan pelayanan publik, adopsi inovasi TIK lebih sering dikenal dengan e-government. Tujuan pemanfaatan TIK dalam pemerintahan adalah agar pelayanan kepada masyarakat dalam lebih efisien. TIK juga dapat memberdayakan masyarakat karena dengan adanya infrastruktur e-government akan lebih mudah dan lebih cepat untuk mengakses informasi dari pemerintah. Selain itu, TIK dapat mendukung pengelolaan pemerintahan yang lebih efisien dan bisa meningkatkan komunikasi antara pemerintah dengan sektor usaha dan industri.

c. Dalam bidang ekonomi dan bisinis serta dunia perbankan, adopsi inovasi TIK lebih dikenal dengan istilah e-commerce, e-business dan e-banking. Dengan adanya adopsi ini memudahkan para pelaku ekonomi, bisnis dan perbankan dalam melakukan aktivitasnya. Contoh adanya layanan internet yang digunakan dalam proses penjualan saham yang biasanya dijalankan oleh para


(39)

akuntan. Contoh lain dari aplikasi TIK pada bidang perbankan adalah seorang nasabah dapat menarik uang dimanapun dia berada selama masih ada layanan ATM (Automatic Teller Machine) dari bank tersebut, atau seorang nasabah dapat mengecek saldo dan mentransfer uang tersebut ke rekening yang lain hanya dalam hitungan menit saja melalui e-banking.

d. Dalam bidang pendidikan. TIK, terutama internet atau lebih terkenal dengan istilah e-learning, sudah mulai diintegrasikan dalam dunia pendidikan guna mendukung kegiatan pembelajaran. Penerapan TIK pada bidang pendidikan telah memberikan kontribusi bagi perkembangan teknologi pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran telah dikombinasikan dengan teknologi audio data, video data, audio video dan internet.

D. Kesenjangan Digital dan Pengaruhnya Terhadap Literasi Internet

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi atau lebih dikenal dengan TIK, telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Di era modern saat ini, informasi sudah menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi seluruh kalangan. Hampir semua bidang kebutuhan tidak terlepas dari dunia informasi.

Untuk memenuhi kebutuhan akan informasi tersebut, banyak masyarakat memanfaatkan internet sebagai referensi yang cukup memberikan kepuasan. Karena internet merupakan medium baru yang memungkinkan untuk mengakses informasi apapun yang diinginkan dengan cepat. Internet pun bisa memberikan informasi mengenai topik apapun dan seberapa banyak yang dibutuhkan. Hal ini


(40)

22

dikarenakan internet dianggap sebagai medium yang memiliki kelebihan dibanding dengan media yang lain.

Bagi guru yang dapat mengakses internet dengan baik mereka akan mudah memperoleh informasi yang diinginkan. Selain itu, adanya akses tersebut sangat memungkinkan bagi mereka untuk mendapatkan informasi dengan cepat. Tetapi kelebihan dan keunggulan yang dimiliki internet tidak bisa dirasakan oleh semua kalangan guru. Guru yang tidak memiliki akses terhadap internet tentu tidak akan menikmati fasilitas yang ditawarkan oleh internet. Kondisi inilah yang dinamakan dengan kesenjangan digital.

Adanya kesenjangan digital ini tentunya akan berpengaruh terhadap literasi internet guru yang tidak memiliki akses. Bagaimana tidak, ketika mereka memiliki akses terhadap internet dan didukung dengan kesadaran yang penuh maka mereka akan memanfaatkan internet tersebut. Tetapi ketika mereka tidak memiliki akses terhadap internet, literasi internet yang diharapkan tidak akan terwujud.

E. Tinjauan Tentang Internet

Internet adalah rangkaian atau jaringan sejumlah komputer yang saling berhubungan. Internet berasal dari kata interconnected-networks. Internet merupakan jaringan global yang menghubungkan suatu jaringan (network) dengan jaringan lainnya di seluruh dunia. Media yang menghubungkan bisa berupa kabel, kanal satelit maupun frekuensi radio.


(41)

Internet merupakan sistem global jaringan komputer yang berhubungan menggunakan standar Internet Protocol Suite untuk melayani miliaran pengguna di seluruh dunia. Ini adalah jaringan dari jaringan yang terdiri dari jutaan jaringan pribadi, umum, akademik, bisnis dan jaringan pemerintah, dari lokal ke lingkup global, yang dihubungkan oleh sebuah kode array yang luas dari teknologi jaringan elektronik, nirkabel dan optik. Internet juga dapat didefinisikan sebagai interkoneksi seluruh dunia komputer dan jaringan komputer yang memfasilitasi sharing atau pertukaran informasi di antara pengguna. Internet adalah singkatan dari (Interconnected Networks) atau bisa didefinisikan sebagai jaringan komputer yang tiada batas yang menjadi penghubung pengguna komputer satu dengan pengguna komputer lainnya serta dapat berhubungan dengan komputer di sebuah wilayah ke wilayah di penjuru dunia, dimana di dalam jaringan tersebut mempunyai berbagai macam informasi serta fasilitas layanan internet browsing atau surfing. Istilah ini lebih dikenal dengan online di internet (Reddick, 1996).

F. Tinjauan Tentang Guru

Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggungjawab membimbing, mengajar, mendidik, mengarahkan, melatih, menilai, dan memberi bantuan kepada anak didik. Aktivitas ini diberikan dalam rangka perkembangan jasmani dan rohani anak didik agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan tugasnya. Pada akhirnya mereka paham hakikat sebagai makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri (Kunandar, 2009).


(42)

24

Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

G. Tinjauan Tentang SMK Swasta

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 66 tahun 2010 pasal 15 menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang menghubungkan, menjodohkan, melatih manusia agar memiliki kebiasaan bekerja untuk dapat memasuki dan berkembang pada dunia kerja (industri), sehingga dapat dipergunakan untuk memperbaiki kehidupannya. Dalam pasal ini pula termuat secara rinci tujuan yang sudah ditargetkan oleh jenjanng pendidikan SMK. Tujuan-tujuan tersebut dapat dilihat dari tujuan umum dan tujuan khusus pendidikan SMK, yaitu sebagai berikut.

Tujuan Umum

1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi warga Negara yang berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab.


(43)

3. Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia.

4. Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup, dengan secara aktif turut memelihara dan melestarikan lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam dengan efektif dan efesien.

Tujuan Khusus

1. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di semua sektor dan dunia usaha lainnya sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya.

2. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karier, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya.

3. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

4. Membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih.

H. Kerangka Pikir

Dunia SMK saat ini memiliki tantangan sendiri. Pada era teknologi informasi dan komunikasi seperti saat ini, peserta didik SMK harus menyesuaikan dengan


(44)

26

perkembangan TIK. TIK, dalam hal ini internet. Internet memiliki semua karakteristik yang dimiliki oleh media lainnya, bahkan internet cenderung sebagai media personal. Internet menyediakan banyak sekali informasi, hiburan, media interaksi dan lain-lain. Karakteristik serba ada yang dimiliki oleh internet ini tentunya menjadi media bagi para guru SMK yang dituntut untuk memberikan pendidikan vokasi kepada para peserta didiknya, sehingga kualifikasi keahlian yang dimiliki mampu memenuhi syarat untuk mengisi lapangan kerja yang diperuntukkan untuk peserta didik SMK.

Namun untuk memanfaatkan internet tersebut terdapat beberapa persyaratan yaitu kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Sarana dan prasarana tersebut berupa laboratorium komputer yang terkoneksi dengan internet. Bagi guru SMK swasta tentu hal ini sangat penting mengingat merekalah yang memberikan keterampilan itu kepada para peserta didiknya. Jika mereka tidak mampu atau tidak memiliki keahlian dalam memanfaatkan internet, tentu saja kualifikasi yang dibutuhkan tadi tidak akan terpenuhi secara maksimal. Akses terhadap internet dapat dipenuhi melalui sekolah yang memiliki koneksitas terhadap internet. Koneksitas tersebut bisa saja melalui laboraturium komputer di sekolah. Selain itu mereka juga bisa memanfaatkan warung internet (warnet), mobile phone ataupun smartphone, serta komputer rumahan (home computing).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan adopsi internet di kalangan guru SMK swasta yang senjang secara digital di Kota Bandar Lampung. Untuk mengetahui adopsi guru SMK swasta terhadap internet tersebut, peneliti


(45)

menggunakan model TAM. Adopsi adalah proses penerimaan suatu ide, gagasan, atau alat (khususnya bidang teknologi informasi) oleh struktur sosial tertentu ataupun masyarakat secara umum.

Indikator yang dipakai untuk mengukur adopsi adalah. 1. Tujuan Online

Secara umum tujuan yang dimaksud adalah keuntungan ataupun keinginan yang akan didapatkan ketika mengakses internet. Tujuan tersebut adalah mencari bahan untuk kegiatan pembelajaran.

2. Aktivitas di Internet

Aktivitas dan kegiatan yang dilakukan di internet contohnya browsing (berselancar) atau mencari informasi, mengunduh file, mengunggah file, kegiatan perniagaan, serta aktivitas sosial media.

Untuk mengetahui bagaimana pola adopsi internet guru SMK swasta, peneliti akan membuat pertanyaan dengan empat kelas jawaban. Empat kelas jawaban ini salah satunya nanti akan dipilih oleh para guru SMK swasta yang merupakan responden untuk mewakili kondisi sebenarnya mereka rasakan saat melakukan kegiatan adopsi. Jawaban yang diberikan oleh guru SMK swasta ini merupakan data yang dibutuhkan oleh peneliti. Setelah itu data yang sudah diperoleh akan diolah, kemudian hasilnya akan dideskripsikan. Hasil inilah yang merupakan gambaran adopsi guru SMK swasta terhadap internet. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, untuk mengetahui pola adopsi internet di kalangan guru SMK


(46)

28

swasta, peneliti menggunakan indikator frekuensi, intensitas, lokasi online, tujuan online, aktivitas di internet dan jenis web yang digunakan oleh guru SMK swasta dalam berinteraksi dengan internet. Indikator-indikator ini merupakan turunan dari konstruk TAM yaitu Actual System Usage (ASU). Secara ringkas kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut.

Bagan 2.3 Kerangka Pikir

I. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan yang sudah menjadi rumusan penelitian. Namun jawaban sementara ini pun masih harus diuji kebenarannya melalui penelitian. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah.

Internet

Kesenjangan Digital

SMK Swasta A SMK Swasta B SMK Swasta C

Adopsi Internet Guru Tujuan online Aktivitas di internet


(47)

1. H1 : Terdapat perbedaan adopsi internet di kalangan guru SMK swasta yang senjang secara digital.

H0 : Tidak terdapat perbedaan adopsi internet di kalangan guru SMK swasta yang senjang secara digital.

2. H2 : Terdapat perbedaan adopsi internet di kalangan guru SMK swasta berdasarkan faktor demografik dan bidang studi.

H0 : Tidak terdapat perbedaan adopsi internet di kalangan guru SMK swasta berdasarkan faktor demografik dan bidang studi.


(48)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. penelitian deskriptif kuantitatif adalah kegiatan penelitian yang dimulai dari menghimpun data, menyusun data, mengatur data, mengolah data, menyajikan dan menganalisa data. Tipe penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu variabel, gejala, peristiwa atau keadaan (Suryabrata, 2012).

B. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Penelitian survei adalah penyelidikan yang dilakukan untuk mendapatkan fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok atau suatu individu (Nazir, 2005). Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun, 2001). Ciri khas dari penelitian ini adalah data dikumpulkan dari responden yang banyak jumlahnya dengan menggunakan kuesioner (Singarimbun, 2001).


(49)

C. Definisi Konsep

Definisi Konsep adalah batasan - batasan terhadap variabel yang dijadikan pedoman dalam penelitian, sehingga tujuan dan arah penelitian tidak menyimpang. Menurut Kerlinger, konsep adalah abstraksi yang dibentuk dengan mengenaralisasikan hal-hal khusus (Rakhmat, 1991). Untuk menghindari penyimpangan dan memberi arah dalam menafsirkan konsep–konsep yang ada, maka dalam penelitian ini definisi konseptualnya adalah adopsi internet.

Wahyudi (2010) memaparkan bahwa adopsi inovasi merupakan suatu proses mental atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psychomotor) pada diri seseorang sejak ia mengenal inovasi sampai memutuskan untuk mengadopsinya setelah menerima inovasi.

D. Definisi Operasional

Menurut Singarimbun (2001) yang dimaksud dengan definisi operasional adalah petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur. Berdasarkan konsep yang telah dijelaskan sebelumnya, maka variabel tersebut diukur dengan menggunakan beberapa indikator adopsi internet sebagai berikut:

1. Tujuan Online

Secara umum tujuan yang dimaksud di sini adalah keuntungan ataupun keinginan yang akan didapatkan ketika mengakses internet. Tujuan tersebut adalah mencari bahan untuk kegiatan pembelajaran.


(50)

32

2. Aktivitas di internet

Aktivitas dan kegiatan yang dilakukan di internet contohnya browsing (berselancar) atau mencari informasi, mengunduh file, mengunggah file, kegiatan perniagaan, serta aktivitas sosial media.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti (Martono, 2012). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah 36 SMK swasta di Kota Bandar Lampung.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti, dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi (Martono, 2012). Sampel dilihat dengan cara stratifikasi berdasarkan implementasi TIK yaitu kepemilikan laboratorium dan koneksitas internet. Oleh karena itu peneliti menetapkan besarnya sampel dengan cara proporsional sampel. Proporsional sampel merupakan teknik pengambilan sampel yang dilakukan apabila sifat atau unsur data populasi tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Martono, 2012). Dari 36 SMK swasta akan dipilih 3 sekolah yang senjang secara digital. Adapun tahapan-tahapan pemilihannya adalah sebagai berikut.


(51)

a. Tahap pertama adalah melakukan sensus dan observasi SMK swasta berdasarkan keadaan kesenjangan digital yaitu keadaan laboratorium dan koneksitas internet sekolah.

b. Tahap kedua yaitu mengklasifikasi keadaan TIK di SMK swasta dengan kriteria sebagai berikut:

1. SMK swasta yang memiliki laboratorium komputer yang memadai, terkoneksi internet, sekaligus bandwidth (kecepatan koneksi internet). 2. SMK swasta yang memiliki laboratorium komputer cukup memadai dan

belum atau tidak terkoneksi internet.

3. SMK swasta yang tidak atau belum memiliki laboratorium komputer maupun koneksitas internet.

Secara rinci peneliti akan menjelaskan tentang penentuan sampel dari 36 SMK swasta yang ada di Kota Bandar Lampung. Pertama peneliti melakukan observasi ke sekolah-sekolah tersebut. Observasi dilakukan dengan melihat keadaan komputer, koneksitas, murid, dan guru di masing-masing sekolah. Peneliti melihat jumlah komputer yang dimiliki sekolah dan distribusi penggunaan komputer seperti pada laboratorium komputer, administrasi, ruang guru dan lain-lain. Di sini peneliti membandingkan kuantitas komputer yang dimiliki tiap-tiap SMK swasta. Selanjutnya peneliti melihat apakah sekolah memiliki koneksitas dan access point internet, baik menggunakan Local Area Network (LAN) maupun menggunakan Wide Area Network (WAN) atau dengan membawa modem pribadi guru yang digunakan di sekolah. Kemudian peneliti membandingkan rasio jumlah murid dan


(52)

34

komputer di tiap-tiap sekolah, apakah komputer di laboratorium jumlahnya mencukupi atau kurang untuk digunakan siswa di sekolah. Namun dalam prosesnya ada sekolah yang menolak dan ada sekolah yang tidak ada bidang studi TIK, jika diakumulasi ada 6 sekolah. Ternyata fakta di lapangan sedikit berbeda, yaitu tidak ada sekolah yang tidak memiliki laboratorium komputer, semua sekolah sudah terfasilitasi. Hanya saja faktor pembedanya adalah kuantitas dan kualitas.

Setelah kegiatan di atas selesai dilakukan, peneliti melakukan proses klasifikasi berdasarkan kriteria di atas. Hasilnya terdapat 3 sekolah yang menempati kategori 1. Ada 6 sekolah yang menempati kategori 2. Ada 22 sekolah menempati kategori 3. Karena peneliti membutuhkan satu sekolah dari masing-masing kategori sebagai sampel, maka pada kategori 1, yang diambil sebagai sampel adalah sekolah pemilik koneksitas internet bagus, rasio komputer dan siswa tidak jauh berbeda. Kriteria tersebut dimiliki oleh SMK 2 Mei Bandar Lampung. Pada kategori 2, sekolah yang diambil sebagai sampel adalah sekolah pemilik koneksitas kurang, rasio komputer dan siswa tidak jauh berbeda. Kriteria tersebut dimiliki oleh SMK Arjuna Bandar Lampung. Pada kategori 3, sekolah yang diambil sebagai sampel adalah sekolah yang tidak memiliki akses internet, rasio komputer dan murid jauh berbeda. Kriteria tersebut dimiliki oleh SMK Dharmapala Panjang. Pada akhirnya total ada 3 sekolah yang menjadi sampel.


(53)

Tabel 3.1 Hasil Sensus dan Observasi berdasarkan Keadaan Koneksitas Kategori Nama Sekolah Rasio Speed Jumlah guru Kategori 1

SMK PGRI 2 1:03 512 Kbps 52 SMK Gajah Mada 1:07 512 Kbps 46

SMK 2 Mei 1:19 1Mbps 90

Kategori 2

SMK BPK Penabur 1:05 1 Mbps 22 SMK Gunadarma 1:08 512 Kbps 25 SMK Arjuna 1:02 512 Kbps 22 SMK Trisakti 1:14 512 Kbps 51 SMK Bina Mulya 1:05 512 Kbps 23 SMK Utama 1:09 512 Kbps 42

Kategori 3

SMK Taruna 1:10 512 Kbps 22 SMK Tamsis Karang 1:14 512 Kbps 41

SMK Dharmapala 1:26 0 27

SMK YPPL Panjang 1:12 512 Kbps 28 SMK Yaksmi 1:04 512 Kbps 11 SMK Yapena 1:05 512 Kbps 22 SMK Satu Nusa 2 1:20 512 Kbps 19 SMK Tamsis Teluk 1:20 2 Mbps 29 SMK Satu Nusa 1 1:09 512 Kbps 25 SMK Muhammadiyah 1 1:12 512 Kbps 27 SMK Satu Nusa 3 1:16 512 Kbps 27 SMK Farmasi 1:24 512 Kbps 25 SMK Bhineka 1:09 512 Kbps 28 SMK Suryadarma 1:07 512 Kbps 22 SMK Penerbangan 1:04 512 Kbps 17 SMK Bina Latih Karya 1:26 512 Kbps 38 SMK Satria Bahari 1:22 512 Kbps 36 SMK PGRI 1 1:08 512 Kbps 29 SMK Muhammadiyah 2 1:08 512 Kbps 32

STM Taman Siswa 1:19 0 18

SMK PGRI 4 1:12 512 Kbps 37 SMK Dwipangga 1:24 512 Kbps 15

Keterangan:

Warna yang diarsir pada tabel di atas adalah sekolah yang menjadi sampel penelitian.


(54)

36

c. Tahap ketiga yaitu menentukan unit analisis dari ketiga sampel SMK swasta yang terpilih. Unit analisis dalam penelitian ini adalah guru di 3 sekolah yang menjadi sampel. Untuk unit analisisnya peneliti menghitung jumlah guru di 3 sekolah. Setelah itu banyaknya unit analisis ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin, sebab ukuran populasinya diketahui dengan pasti.

Rumus Slovin:

N n =

1 + Ne²

Keterangan; n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir. Batas kesalahan yang ditolelir ini untuk setiap populasi tidak sama, ada yang 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, atau 10%. Namun dalam penelitian ini diambil 5%.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang lengkap, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaran ilmiahnya, peneliti mempergunakan pengumpulan data sebagai berikut:


(55)

1. Kuesioner, yaitu teknik yang digunakan untuk memperoleh data melalui penyebaran daftar pertanyaan atau angket secara tertulis tentang materi yang ada hubungannya dengan permasalahan yang akan diteliti.

2. Studi Pustaka

Kegiatan ini dilakukan untuk melengkapi data primer, yaitu data yang berupa catatan-catatan, dokumen dan arsip tertulis dari media massa maupun buku-buku yang berhubungan dengan penelitian.

3. Observasi

Untuk mengetahui kesenjangan digital dilakukan sensus terhadap seluruh SMK Swasta yang ada di kota Bandar Lampung dengan mengobservasi: a. Jumlah komputer yang dimiliki sekolah dan distribusinya (laboratorium,

adminitrasi dan ruang guru).

b. Koneksitas internet dan acces point.

c. Rasio murid dan komputer di laboratorium.

G. Teknik Pengolahan Data

Setelah mengumpulkan data dari lapangan, maka tahap selanjutnya adalah mengadakan pengolahan data dengan teknik-teknik sebagai berikut:

1. Editing

Editing adalah proses pemeriksaan dan penyelesaian kembali data yang telah diisi atau dijawab oleh responden.


(56)

38

2. Koding

Koding merupakan tahap dimana jawaban responden diklasifikasikan menurut jenis pertanyaan dengan jalan memberi tanda pada tiap-tiap data termasuk dalam katagori yang sama.

3. Tabulasi

Tabulasi adalah mengelompokkan jawaban-jawaban yang serupa secara teratur dan sistematis untuk kemudian dihitung berapa banyak yang masuk ke dalam suatu katagori yaitu membuat tabel tunggal.

H. Teknik Pemberian Skor

Setiap pertanyaan dalam kuesioner akan diberi empat alternatif jawaban, yaitu SB (Sangat Benar), B (Benar), TB (Tidak Benar), STB (Sangat Tidak Benar). Penentuan skor untuk masing-masing jawaban adalah sebagai berikut:

1. Skor 4 merupakan nilai yang sangat diharapkan yang menunjukan kontinum yang sangat tinggi.

2. Skor 3 merupakan nilai yang diharapkan yang menunjukan kontinum yang tinggi.

3. Skor 2 merupakan nilai yang tidak diharapkan yang menunjukan kontinum rendah.

4. Skor 1 merupakan nilai yang sangat tidak diharapkan yang menunjukan kontinum yang sangat rendah.


(57)

I. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas

Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukuran itu mengukur apa yang ingin diukur (Singarimbun, 2001). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas butir, dimana setiap pertanyaan dicari nilai indeks validitasnya dengan menggunakan rumus pearson product moment correlation. Jika nilai indeks validitas butir ≤ 0,05, maka butir pertanyaan tersebut valid. Rumus yang digunakan sebagai berikut.

Keterangan :

r = Angka korelasi N = Jumlah responden

X = Skor pertanyaan atau pernyataan Y = Skor total sub variabel

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Dengan kata lain reliabilitas menunjukan konsisten suatu alat pengukuran di dalam mengukur gejala yang sama (Singarimbun, 2001).

Untuk mengukur tingkat reliabilitas instrument yang digunakan dalam penelitian ini menggunkan metode Alfa-Cronbach. Standar yang digunakan dalam


(58)

40

menentukan reliabel atau tidaknya suatu instrument penelitian umumnya adalah perbandingan antara nilai r hitung dengan r tabel pada taraf kepercayaan 95% atau tingkat signifikansi 5%. Apabila dilakukan pengujian reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach, maka nilai r hitung diwakili oleh nilai Alpha.

Rumus yang digunakan sebagai berikut.

α = [

Keterangan : α = Nilai reliabilitas

k = Jumlah item pertanyaan atau pernyataan

Nilai varian masing – masing item

= Nilai total

Tingkat reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala 0 sampai dengan 1 (Arikunto, 2010). Ukuran kemantapan Alpha dapat diinterpretasi pada tabel berikut.

Tabel 3.2 Ukuran Kemantapan Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas 0,00 s.d 0,60

> 0,60 s.d 0,80 > 0,80 s.d 1,00

Kurang Reliabel Reliabel Sangat Reliabel


(59)

J. Analisis Data

Menurut Singarimbun (2001), analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Nazir (2005) mengartikan analisis data sebagai kegiatan mengelompokkan, membuat suatu ukuran, memanipulasi, serta mengangkat data sehingga mudah untuk dibaca. Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik atau sifat-sifat data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian.

Pada pengguna pola adopsi internet para guru akan dianalisis dengan statistik deskriptif. Data disajikan dalam beberapa tabel. Untuk menganalisis model adopsi internet pada guru SMK swasta di Kota Bandar Lampung yang senjang secara digital menggunakan program SPSS (Statistical Programe for Social Studies) yang digunakan untuk menganalisis statistik secara otomatis dan diuji menggunakan analisis varian atau analysis of variance (Anova) bisa juga digunakan untuk menguji perbandingan. Penelitian yang ingin menguji hipotesis komparasi (perbandingan) pada umumnya menggunakan alat uji analisis varian (Sudarmanto, 2005:198).


(60)

42

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran SMK Swasta di Kota Bandar Lampung

Kota Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang memiliki tingkat penduduk paling padat dibandingkan daerah lainnya di Provinsi Lampung. Jumlah SMK di Kota Bandar Lampung 45 sekolah yang terdiri dari 7 atau 15% status negeri dan 36 atau 84,5% status swasta. Jika dibandingkan dengan jumlah SMK di Provinsi Lampung, jumlah SMK di Kota Bandar Lampung cukup banyak yaitu 14,2%. Teknologi yang dimiliki setiap sekolah pun sudah memadai walaupun belum seluruh sekolah memiliki fasilitas penunjang kegiatan belajar mengajar (KBM).

B. Profil Sekolah Sampel

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti pada tahun 2014 terhadap seluruh SMK swasta yang ada di Kota Bandar Lampung, terdapat tiga sekolah yang mewakili masing-masing kategori. Meskipun secara pengkategorian sekolah, bahwa sekolah kategori 1 (ada laboraturium komputer dan terdapat terkoneksi) yaitu SMK 2 Mei, kategori 2 (ada laboraturium dan tidak terkoneksi) yaitu SMK Arjuna dan kategori 3 (tidak ada laboraturium maupun tidak ada koneksi) yaitu SMK Dharmapala Panjang. Setelah dilakukan pra riset penelitian,


(61)

faktanya sebagian besar SMK swasta di Bandar Lampung telah terkoneksi dengan internet, begitupun dengan ketiga sekolah yang telah ditetapkan dalam penelitian.

Walaupun kategori 2 didefinisikan sebagai sekolah yang tidak memiliki koneksi dan kategori 3 tidak ada laboraturium tidak ada koneksi. Tetapi faktanya seluruh SMK telah memiliki laboraturium maupun koneksi. Namun pengkategorian yang peneliti lakukan adalah berdasarkan rasio murid dan guru di masing-masing sekolah. Walaupun di dalam satu kategori sebelum diputuskan terdapat sekolah-sekolah lain masuk dikategori yang sama. Ketiga sekolah-sekolah inilah yang mewakili masing-masing kategori yang ada. Lalu didapatlah SMK 2 Mei sebagai kategori 1 bahwa sekolah yang tingkat koneksi, laboraturium maupun rasio guru dan murid yang proporsional untuk dimasukkan kedalam kategori 1. Begitupun SMK Arjuna dan SMK Dharmapala. Secara lebih rinci profil ketiga sekolah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Profil SMK 2 Mei Bandar Lampung

Nama Sekolah : SMK 2 Mei Bandar Lampung

Alamat : Jalan Abdul Muis No.18 Gedung Meneng Bandar Lampung

Telp : (0721) 703852


(62)

44

a. Visi SMK 2 Mei Bandar Lampung

SMK 2 Mei Bandar Lampung sebagai sub sistem dari pendidikan nasional yang selalu mengutamakan pelayanan, masyarakat, meningkatkan mutu, fasilitas dan metode pembelajaran secara terus menerus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam mempersiapkan tamatan tingkat menengah yang berkualitas, mandiri, profesional, dan berbudi pekerti luhur untuk menghadapi masa depan yang cerah, serta memiliki iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Misi SMK 2 Mei Bandar Lampung

1. Unggul dalam budi pekerti serta memiliki iman dan taqwa. 2. Unggul dalam ilmu pengetahuan.

3. Unggul dalam disiplin kinerja. 4. Unggul dalam penerapan teknologi. 5. Unggul dalam fasilitas penunjang. 6. Unggul dalam sumber daya manusia.

7. Unggul dalam berkarya untuk mencapai sekolah berstandar nasional.

c. Tujuan SMK 2 Mei Bandar Lampung

Menciptakan sumber daya manusia yang siap berkompetisi dan siap bersaing di dunia kerja di era global.


(63)

d. Daftar Guru di SMK 2 Mei Bandar Lampung

Tabel 4.1 Daftar Guru SMK 2 Mei Bandar Lampung. NO Bidang

Studi

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-Laki Perempuan

1. Eksak 38 13 51

2. Non-Eksak 22 17 39

Jumlah 60 30 90

Sumber : Dokumentasi atas monografi SMK 2 Mei.

e. Keadaan Koneksitas SMK 2 Mei Bandar Lampung

Tabel 4.2 Keadaan Koneksitas SMK 2 Mei Bandar Lampung.

No Koneksitas Status

1 Komputer Laboratorium 80 Unit

Administrasi 10 Unit

2 LAN 1, speedy

3 Computer Router 2 Unit

4 WAN 1

5 Bandwith Connection 512 Kbps

6 Operating System Windows 7 & Linux

7 Computer server

Data base server 1 Unit

Network application server 1 Unit

8 Web SMK2MEI-bdl.sch.id

9 Software Microsoft, Photoshop, Corel

Sumber: Hasil observasi 2014.

Dari tabel 4.2 tentang keadaan koneksitas yang ada di SMK 2 Mei Bandar Lampung menunjukkan bahwa SMK tersebut sudah memiliki koneksitas yang bagus. Hal ini terbukti SMK 2 Mei Bandar Lampung memiliki 80 unit komputer yang bisa dimanfaatkan oleh siswa untuk praktikum di laboraturium sekolah. Melalui komputer-komputer tersebut siswa maupun guru bisa memanfaatkannya. Selain itu untuk mempermudah sistem pengelolaan yang ada, bagian administrasi pun difasilitasi dengan 10 unit komputer yang diamanahi untuk membantu


(64)

46

melakukan pekerjaan tertentu. Tentunya komputer-komputer tersebut juga telah dipasang sistem operasi yang mudah digunakan seperti Windows 7. Ada juga yang memasang sistem operasi Linux. Selain itu, sekolah ini juga telah memanfaatkan software Microsoft, Photoshop dan Corel untuk menunjang aktivitas belajar mengajar. Dari komputer-komputer yang ada, ada 2 unit komputer yang dipakai sebagai server sehingga bisa mengendalikan komputer nonserver. Untuk memudahkan akses ke internet, sekolah ini juga sudah memiliki sarana yang memadai seperti sudah terpasangnya jaringan LAN yang memanfaatkan speedy dan Indischool dari Telkom, memasang jaringan WAN dalam bentuk Wifi yang bisa menjangkau area yang lebih luas dengan kecepatan rata-rata 512 Kbps. SMK 2 Mei Bandar Lampung pun telah memiliki website resmi sekolah yang bisa diakses oleh siapa saja guna mendapatkan informasi terkait dengan sekolah tersebut. Website bisa diakses di SMK2MEI-bdl.sch.id.

2. Profil SMK Arjuna Bandar Lampung Nama Sekolah : SMK Arjuna

Alamat : Jl. Tulang Bawang No.35 Enggal, Tanjung Karang Pusat, Bandar Lampung

Telp : (0721) 2641462

SMK Arjuna merupakan sekolah yang menjadi bagian dari Yayasan Arjuna. Sekolah ini berdiri pada tahun 1996 dengan SK pendirian No.190/I.12 b1 tanggal 2 Oktober 1996.


(1)

b. Misi SMK Dharmapala Panjang

Menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan Tingkat Menengah sesuai dengan kebutuhan dunia kerja bidang Teknologi Industri.

c. Tujuan SMK Dharmapala Panjang

1. Memasuki lapangan kerja serta dapat mengembangkan sikap profesional. 2. Mampu memilih karir, berkompetensi dan mengembangkan diri.

3. Menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industry saat ini maupun massa yang akan datang.

4. Menjadi warga Negara yang produktif, adaptif dan kreatif.

d. Daftar Guru SMK Dharmapala Panjang

Tabel 4.5 Daftar Guru SMK Dharmapala Panjang. NO Bidang

Studi

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-Laki Perempuan

1. Eksak 13 3 16

2. Non-Eksak 5 5 10

Jumlah 18 8 26


(2)

51

e. Keadaan koneksitas

Tabel 4.6 Keadaan Koneksitas SMK Dharmapala Panjang.

No Koneksitas Status

1 Komputer Laboratorium 12 Unit

Administrasi 1 Unit

2 LAN 0

3 Computer Router 0

4 WAN 0

5 Bandwith Connection 0

6 Operating System Windows

7 Computer server Data base server 0 Network application server 0

8 Web 0

9 Software Microsoft

Sumber: Hasil observasi 2014.

Dari tabel 4.6 di atas, terlihat sangat jelas jika SMK Dharmapala Panjang memiliki kondisi koneksitas yang berbeda dengan SMK 2 Mei Bandar Lampung dan SMK Arjuna Bandar Lampung. Sekolah ini hanya memiliki 12 unit komputer untuk melayani warganya. Sedangkan untuk melayani keperluan administrasi, sekolah ini memiliki 1 unit komputer yang dipakai untuk semua keperluan. Sistem operasi yang dipasang di setiap komputer masih menggunakan Windows XP dengan software pendukungnya Microsoft. Di sekolah ini belum memiliki koneksitas internet, sehingga apabila ingin mengakses internet mereka harus mencari tempat lain di luar sekolah ataupun memanfaatkan fasilitas pribadi yang dimiliki.


(3)

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis tabel tunggal, uji hipotesis dan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan:

1. Sekolah kategori 1 (tinggi) yaitu SMK 2 Mei, kategori 2 (sedang) yaitu SMK Arjuna dan kategori 3 (baik) yaitu SMK Dharmapala Panjang.

2. Berdasarkan uji t yang telah dilakukan untuk menguji hipotesis 1, hasilnya ada perbedaan adopsi internet di kalangan guru SMK swasta yang senjang secara digital. Hal ini terlihat dari nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel. Nilai t hitung adalah 65,862 dan t tabel di dapat berdasarkan lampiran t tabel didapat 1,65, (65,862) > t tabel (1,65).

3. Sekolah yang masuk pada kategori 1 (tinggi) tidak lebih baik adopsi internetnya dibandingkan dengan sekolah yang masuk kategori 2 (sedang) dan sekolah yang masuk kategori 3 (baik). Begitu pula sebaliknya.

4. Tidak terdapat perbedaan adopsi internet guru berdasarkan jenis kelamin dan bidang studi. Hal ini terlihat dari hasil uji hipotesis 2 yang menggunakan analisis varian menghasilkan nilai signifikan lebih dari 0,05.


(4)

95

B. Saran

1. Melihat dari hasi penelitian responden lebih cenderung pada nilai – nilai positif terhadap adopsi internet, hal ini juga dapat menjadi representasi keadaan fasilitas sekolah pada umumnya. Hal ini memungkinkan kondisi sekolah yang sedang diteliti merupakan cerminan kondisi sekolah – sekolah pada umumnya. Pada dasarnya pemenuhan fasilitas tidak hanya didukung oleh pihak sekolah. Banyak elemen – elemen lain yang dapat mendukung dengan keberadaan fasilitas yang lengkap disekolah. Jadi, pemimpin sekolah harus mendekatkan diri pada stockholder sekolah yang dapat mendukung memenuhi fasilitas yang dibutuhkan.

2. Pemerintah Daerah Provinsi Lampung pada umumnya dan pemerintah Kota Bandar Lampung dapat peka dalam memberi bantuan dana ataupun barang perlunya diberikan standar – standar khusus yang sehingga bantuan itu sampai pada yang membutuhkannya.

3. Perlunya afiliasi sekolah pada pihak swasta yang berbasis TIK sehingga sekolah dapat dituntun untuk memenuhi fasilitas dan SDM yang berhubungan dengan TIK.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Darmawan, Deni. 2012. Teknologi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingat Satuan

Pendidikan dan Sukses dalam sertifikat Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Martono, Nanang. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Pers. Mulyana, Deddy. 1996. Human Communication Prinsip-Prinsip Dasar. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Nasution, Zulkarimen. 2001. Komunikasi Pembangunan Pengenalan Teori dan Penerapannya Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nawawi, H. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Nurhaida, Ida, dkk. 2011. Pengembangan Model Pengukuran e-Readiness Institusi Pendidikan SLTA di Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Pidarta, Made. 2009. Landasan Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Rachman, Abdul dkk. 2009. Komunikasi Inovasi. Pekanbaru: Unri Pers.

Reddick, Randy. 1996. Internet Untuk Wartawan Internet Untuk Semua Orang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Salim, Yeni, dan Salim, Peter. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.


(6)

LP3ES.

Sudarmanto, Gunawan. 2005. Analisis Linear Ganda dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suryabrata, Sumadi. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Syaefudin, Udin. 2010. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sumber Skripsi

Wahyudi, Heru. 2010. Perbedaan Koneksitas Internet pada Pola Adopsi Internet oleh Remaja SMK Swasta (Studi pada SMK Muhammadiyah 2, SMK Arjuna dan SMK YPPL Panjang Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/ 2010). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Referensi Jurnal:

Anas, M. 2008. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pembelajaran di Provinsi Sulawesi Tenggara (Studi tentang Persepsi terhadap TIK bagi Guru SMPN se-Kota Kendari dan se-Kabupaten Kolaka. http://directory.umm.ac.id/tik/MuhammadAnas_PemanfaatanInformasidanKo munikasi(TIK).pdf. Diakses pada 7 November 2013.

Colombant, Nico. 2011. Some Development Experts Criticize 'One Laptop Per Child' Initiative in Africa. www.voanews.com/content/some-development-experts-criticize-one-laptop-per-child-117528273/136132.html. Diakses pada 28 November 2012.

Fitriyadi, Herry. 2012. Keterampilan TIK Guru Produktif SMK di Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Implementasinya dalam Hal Pembelajaran. http://journal.uny.ac.id/index.php/jpv/article/download/1033/834. Diakses pada 2 Oktober 2013.

Horwitz, Josh. 2014. Statistik pengguna internet di Asia dan Indonesia (slideshow). http://id.techinasia.com/statistik-pengguna-internet-di-asia-dan-indonesia-slideshow/. Diakses pada 19 Januari 2014.

Osman, Mohammad Nizam. 2011. The digital issues: is the gap getting bigger?. http://journalarticle.ukm.my/312/1/1.pdf. Diakses pada 31 Desember 2012. Samantha, Gloria. 2013. Atasi Kesenjangan Digital dengan Internet Masuk Desa.

http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/06/atasi-kesenjangan-digital-dengan-internet-masuk-desa. Diakses pada 19 Januari 2014.


Dokumen yang terkait

Bias Gender pada Adopsi Internet oleh Guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung(Studi pada Guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung)

0 10 79

Bias Gender pada Adopsi Internet oleh Guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung(Studi pada Guru SMK Swasta di Kota Bandarlampung)

0 11 82

Bias Gender Pada Adopsi Internet oleh Guru SMK Swasta Di Kota Bandarlampung (Studi pada Guru SMK Swasta Di Kota Bandar Lampung)

1 7 82

Adopsi Internet di Kalangan Guru SMK Swasta yang Senjang Secara Digital di Kota Bandar Lampung

0 10 81

PENGARUH KESENJANGAN DIGITAL AKSES INTERNET TERHADAP PERSEPSI GURU MADRASAH ALIYAH SWASTA DI KOTA BANDARLAMPUNG (Studi Pada Guru Madrasah Aliyah Swasta Yang Senjang Secara Digital Di Kota Bandarlampung)

3 15 114

Pengaruh Kesenjangan Digital Akses Internet Terhadap Persepsi Guru Madrasah Aliyah Swasta di Kota Bandarlampung (Studi pada Guru Madrasah Aliyah Swasta Yang Senjang Secara Digital di Kota Bandarlampung).

0 32 114

MODEL E-LEADERSHIP SMK SWASTA KOTA BANDARLAMPUNG (STUDI KOMPARATIF PADA GURU SMK SWASTA YANG SENJANG SECARA DIGITAL DI KOTA BANDARLAMPUNG)

0 18 74

Model e-Leadership SMK Swasta Kota Bandarlampung (Studi Komparatif pada Guru SMK Swasta yang Senjang Secara Digital di Kota Bandarlampung)

0 12 89

e-Leadership Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Swasta Yang Senjang Secara Digital (Studi Pada Guru Madrasah Aliyah Swasta di Kota Bandarlampung)

0 17 130

MODEL ADOPSI INTERNET GURU SMA NEGERI (Studi Pada SMA Negeri yang Senjang Secara Digital di Kota Bandarlampung)

0 13 65