SANKSI SOSIAL TERHADAP REMAJA PELAKU TINDAK KRIMINAL PENCURIAN

(1)

SOCIAL SANCTION TO ADOLESCENT of PERPETRATOR ACT THE CRIMINAL THEFT

( Study In Lebuh Dalem of Countryside of Menggala Timur of Subdistrict of Tulang Bawang)

BY

EKA SABTILAS JUNTA LANDA SARI

In society life, action of human being is ever arranged and limited by various social norm. Its target is to be each every action of human being do not each other interfere in and harmless of other party, as have been marked with lines in social norm which have been agreed on with. Social norm function as controller of each every deportment of human being in society life which is as a rule referred as by a social observation. Social observation can do duty off the criminal law, is such as those which happened in Lebuh Dalem Countryside of Menggala Timur Subdistrict of Tulang Bawang. In the Countryside a acting criminal theft conducted by a adolescent usually will be given by sanction that is social sanction.

Hence this research aim to to know the social sanction any kind of given by society to adolescent conducting to act the kriminal theft, to know how the social sanction process given, and how impact from social sanction which is passed to adolescent of perpetrator act the kriminal theft in Lebuh Dalem Countryside of Menggala Timur Subdistrict of Tulang Bawang. this Research type represent the descriptive research, with the quantitative approach. In this research sum up the sampel determined by using endued random technique ( Stratified Random Sampling). with the responder amount as much 70 ( seventy) people. Technique of data collecting use the keusioner, interview and documentation.

Result of this research is show that there is some social sanction given by Countryside society Lebuh Dalem to adolescent of perpetrator act the criminal theft for example that is,

exhortation, gibing, conference in Kampong hall (pepung), fine and also excommunication by society. Process from the social sanction gift is usually determined by passing conference in Kampong hall (pepung) by attending figure of exist in Lebuh Dalem Countryside and also family from adolescent of the theft perpetrator. As for impact from social sanction gift by society to adolescent of theft perpetrator can be pulled by conclusion that social sanction it is true not yet full abolish the theft number of among adolescent of countryside Lebuh Dalem of Menggala Timur of Subdistrict but social sanction able to depress the theft number of among adolescent, this matter is visible from there no adolescent of perpetrator act the theft which return caught by after given by a the sanction. Thereby social sanction which given by society to adolescent of theft perpetrator have able to depress the theft number of among adolescent of itself.


(2)

ABSTRAK

SANKSI SOSIAL TERHADAP REMAJA PELAKU TINDAK KRIMINAL PENCURIAN

(Studi Di Desa Lebuh Dalem Kecamatan Menggala Timur Tulang Bawang) Oleh

EKA SABTILAS JUNTA LANDA SARI

Dalam kehidupan masyarakat, tindakan manusia senantiasa diatur dan dibatasi oleh berbagai norma sosial. Tujuannya adalah agar setiap tindakan manusia tidak saling bertentangan dan tidak merugikan pihak lain, sebagaimana telah digariskan dalam norma-norma sosial yang telah disepakati bersama. Norma-norma sosial berfungsi sebagai pengendali setiap kelakuan manusia dalam kehidupan masyarakat yang lazimnya disebut pengawasan sosial. Pengawasan sosial dapat berfungsi sebagai pengganti hukum pidana, seperti yang terjadi di Desa Lebuh Dalem Kecamatan Menggala Timur Tulang Bawang. Di Desa tersebut suatu tindak kriminal pencurian yang dilakukan oleh seorang remaja biasanya akan diberikan suatu sanksi yaitu sanksi sosial.

Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sanksi sosial apa saja yang diberikan oleh masyarakat terhadap remaja yang melakukan tindak kriminal pencurian, untuk mengetahui bagaimana proses sanksi sosial tersebut diberikan, dan bagaimana dampak dari sanksi-sanksi sosial yang diberikan kepada remaja pelaku tindak kriminal pencurian di Desa Lebuh Dalem Kecamatan Menggala Timur Tulang Bawang. Tipe penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan teknik acak terlapis (Stratified Random Sampling). dengan jumlah responden sebanyak 70 (tujuh puluh) orang. Teknik pengumpulan data menggunakan keusioner, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada beberapa sanksi sosial yang diberikan oleh masyarakat Desa Lebuh Dalem kepada remaja pelaku tindak kriminal pencurian antara lain yaitu, teguran, cemoohan, sidang di balai Kampung (pepung), denda serta pengucilan oleh masyarakat. Proses dari pemberian sanksi-sanksi sosial tersebut biasanya ditentukan melalui sidang di balai Kampung (pepung) dengan menghadirkan tokoh-tokoh yang ada di Desa Lebuh Dalem serta keluarga dari remaja pelaku pencurian tersebut. Adapun dampak dari pemberian sanksi-sanksi sosial oleh masyarakat kepada remaja pelaku pencurian dapat ditarik kesimpulan bahwa sanksi sosial memang belum sepenuhnya menghapuskan angka pencurian di kalangan remaja Desa Lebuh Dalem Kecamatan Menggala Timur namun sanksi sosial mampu menekan angka pencurian dikalangan remaja, hal ini dapat dilihat dari tidak ada remaja pelaku tindak pencurian yang kembali tertangkap setelah diberikan sanksi tersebut. Dengan demikian sanksi sosial yang yang diberikan masyarakat kepada remaja pelaku pencurian sudah mampu menekan angka pencurian dikalangan remaja itu sendiri.


(3)

SANKSI SOSIAL TERHADAP REMAJA PELAKU TINDAK KRIMINAL PENCURIAN

(Studi Di Desa Lebuh Dalem Kecamatan Menggala Timur Tulang Bawang)

Skripsi

EKA SABTILAS JUNTA LANDA SARI

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

SANKSI SOSIAL TERHADAP REMAJA PELAKU TINDAK KRIMINAL PENCURIAN

(Studi Di Desa Lebuh Dalem Kecamatan Menggala Timur Tulang Bawang)

Skripsi

EKA SABTILAS JUNTA LANDA SARI

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG


(5)

DAFTAR GAMBAR


(6)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kegunaan Penelitian... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Sanksi Sosial ... 12

1. Pengertian Sanksi Sosial ... 12

2. Sanksi Sosial Yang Diberikan Oleh Masyarakat ... 15

3. Pengertian Masyarakat ... 21

4. Proses Pengertian Sosial ... 22

B. Tinjauan Tentang Remaja Yang Melakukan Tindak Kriminal Pencurian ... 26

1. Pengertian Remaja ... 26

2. Pengertian Tindak Kriminal ... 28

3. Pengertian Tindak Kriminal Pencurian ... 29

4. Remaja Yang melakukan Tindak Kriminal Pencurian... 31

5. Kerangka Pemikiran ... 37

6. Bagan Kerangka Pikir ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Peneltian... 40

B. Definisi Konseptual ... 41

C. Definisi Operasional... 42

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 45

1. Populasi ... 45

2. Sampel ... 46

E. Teknik Penarikan Sampel ... 48

F. Teknik Pengumpulan Data ... 49

G. Teknik Pengolahan Data ... 50


(7)

B. Letak Geografis Desa Lebuh Dalem ... 52

C. Permasalahan Dibidang Hukum Yang Masih Ditemui Didesa Lebuh Dalem ... 54

D. Keamanan Desa Lebuh Dalem ... 54

E. Komposisi Penduduk Desa Lebuh Dalem... 55

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden ... 61

1. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 62

2. Identitas Responden Berdasarkan Kelompok Umur ... 62

3. Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 63

B. Hasil Penelitian ... 64

1. Masyarakat (tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pamong desa) yang memberikan sanksi-sanksi sosial kepada remaja pelaku tindak kriminal pencurian di Desa Lebuh Dalem Kecamatan Menggala Timur Tulang Bawang ... 65

a. Pandangan Masyarakat Tentang Pengatasan Bentuk-Bentuk Pencurian ... 66

b. Ketepatan Masyarakat Dalam Mengambil Langkah- Langkah Guna Menekan Angka pencurian Dikalangan Remaja... 68

c. Kejeraan Remaja Terhadap Sanksi-sanksi Yang Diberikan Oleh Masyarakat ... 70

d. Pemberian Sanksi Yang Mempertimbangkan Aspek Psikologis Remaja ... 72

e. Pemberian Sanksi Sosial Kepada Remaja Pelaku Pencurian Dianggap Sesuai ... 74

2. Remaja Pelaku Tindak Kriminal Pencurian Di Desa Lebuh Dalem ... 76

a. Ketepatan Masyarakat Dalam Mengambil Langkah-Langkah Guna Menekan Angka pencurian Dikalangan Remaja ... 77

b. Kesesuaian Sanksi-Sanksi Yang Diberikan Oleh Masyarakat Kepada Remaja Pelaku Pencurian ... 78

c. Pemberian Sanksi Kepada Remaja Pelaku Pencurian Di Desa Lebuh Dalem Yang Mempertimbangkan Aspek-Aspek Psikologis Anak ... 80

d. Sanksi Sosial Yang Remaja Dapatkan Lebih Pantas Diberikan Dibandingkan Dengan Sanksi Pidana ... 81

e. Kesesuaian Sanksi Sosial Yang Mereka Dapatkan Terhadap Perbuatan Yang Mereka Lakukan ... 82

3. Sanksi Sosial (teguran, olok-olok atau cemoohan, sidang oleh tokoh-tokoh dalam masyarakat, denda, dan pengucilan) Terhadap Remaja Pelaku Pencurian Di Desa Lebuh Dalem ... 83


(8)

a. Sanksi Sosial Yang Diberikan Sudah Merupakan

Kesepakatan Bersama ... 83

b. Sanksi Sosial Mampu Menekan Angka Pencurian ... 85

c. Pemberian Sanksi Sosial Akan Efektif Bagi Remaja Pelaku Pencurian ... 87

d. Sanksi Sosial yang diterapkan sudah mampu menciptakan keadaan yang aman ... 88

e. Sanksi Sosial Pantas Diberikan Kepada Remaja Pelaku Pencurian ... 90

f. Kepuasan Masyarakat Terhadap Sanksi Teguran Yang Diberikan Kepada Remaja Pelaku Pencurian ... 92

g. Keefektifitasan Sanksi Teguran Dalam Pemberian Efek Jera... 94

h. Keefektifitasan Sanksi Teguran Dalam Menekan Angka Pencurian Dikalangan Remaja ... 95

i. Kefektifitasan Sanksi Olok-olok Atau Cemoohan Dalam Menekan Angka Pencurian Dikalangan Remaja... 97

j. Keefektifitasan Sanksi Berupa Sidang Dibalai Kampung Dalam Pemberian Efek Jera ... 99

k. Kesesuaian Sanksi Yang Dihasilkan Dari Sidang Yang Dilakukan Dibalai Kampung Bagi Remaja Pelaku Pencurian ... 101

l. Keefektifitasan Denda Dalam Menekan Angka Pencurian Dikalangan Remaja ... 104

m. Penyerahan Uang Hasil Denda... 105

n. Keefektifitasan Denda Dalam Memberikan Efek Jera Bagi Remaja Pelaku Pencurian ... 106

o. Pengucilan Di Desa Lebuh Dalem ... 108

p. Keefektifitasan Seluruh Sanksi Sosial Yang Diberikan Dalam Mengarahkan, Membimbing Dan Mendidik Remaja Pelaku Pencurian Agar Tidak Melakukan Pencurian Lagi ... 110

4. Proses jalan nya sanksi sosial berupa sidang dibalai kampung... 111

a. Proses jalannya sidang dalam menentukan denda ... 111

b. Masyarakat Yang Hadir Dalam Sidang Penentuan Denda ... 112

c. Yang Memimpin Jalannya Sidang Dalam Penentuan Denda ... 113

5. Pandangan Bhabinkamtibmas Terhadap Sanksi Sosial Yang Diterapkan Di Desa Lebuh Dalem Kecamatan Menggala Timur Tulang Bawang ... 113

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 118

B. Saran ... ` 119 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data tindak pencurian yang dilakukan oleh remaja di Desa

Lebuh Dalem Kecamatan Menggala Timur Tulang Bawang ... 9

Tabel 2. Luas wilayah menurut jenis penggunaannya ... 53

Tabel 3. Sarana Keamanan Lingkungan ... 54

Tabel 4. Komposisi penduduk nerdasarkan umur dan jenis kelamin ... 55

Tabel 5. Komposisi penduduk menurut Suku/ Ras ... 56

Tabel 6. Komposisi penduduk berdasarkan agama ... 57

Tabel 7. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian ... 58

Tabel 8. Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan ... 59

Tabel 9. komposisi responden ... 61

Tabel 10. Identitas Responden Menurut Jenis kelamin ... 62

Tabel 11. Identitas Responden Berdasarkan Kelompok Umur ... 63

Tabel 12. Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 64

Tabel 13. Pandangan masyarakat tentang pengatasan bentuk-bentuk pencurian yang dilakukan oleh remaja ... 66

Tabel 14. Ketepatan masyarakat dalam mengambil langkah-langkah guna menekan angka pencurian dikalangan remaja ... 69

Tabel 15. Kejeraan remaja terhadap sanksi-sanksi yang diberikan oleh Masyarakat... 71

Tabel 16. Pemberian Sanksi Yang Mempertimbangkan Psikologis Remaja ... 73

Tabel 17. Pemberian sanksi sosial kepada remaja pelaku pencurian dianggap sesuai ... 75

Tabel 18. Ketepatan masyarakat dalam mengambil langkah-langkah guna menekan angka pencurian dikalangan remaja ... 78

Tabel 19. Kesesuaian Sanksi-Sanksi Yang Diberikan Oleh Masyarakat Kepada Remaja Pelaku Pencurian ... 79

Tabel 20. Pemberian sanksi kepada remaja pelaku pencurian di Desa Lebuh Dalem yang mempertimbangkan aspek-aspek ... 80

Tabel 21. Sanksi sosial yang mereka dapatkan lebih pantas diberikan dibandingkan dengan sanksi pidana psikologis anak ... 81

Tabel 22. Kesesuaian sanksi sosial yang mereka dapatkan terhadap perbuatan yang mereka lakukan ... 82

Tabel 23. Sanksi Sosial yang diberikan sudah merupakan kesepakatan Bersama ... 84

Tabel 24. Sanksi sosial mampu menekan angka pencurian ... 85


(10)

Tabel 26. Sanksi sosial yang diterapkan sudah mampu menciptakan

keadaan yang aman ... 89 Tabel 27. Sanksi sosial pantas diberikan kepada remaja pelaku pencurian ... 90 Tabel 28. Kepuasan masyarakat terhadap sanksi teguran yang diberikan

kepada remaja pelaku pencurian... 92 Tabel 29. Efektif atau tidaknya sanksi teguran dalam pemberian efek jera ... 94 Tabel 30. Keefektifitasan sanksi teguran dalam menekan angka

pencurian dikalangan remaja ... 96 Tabel 31. Keefektifitasan sanksi olok-olok atau cemoohan dalam

menekan angka pencurian dikalangan remaja ... 98 Tabel 32. Keefektifitasan sanksi berupa sidang dibalai kampung dalam

pemberian efek jera ... 100 Tabel 33. Kesesuaian sanksi yang dihasilkan dari sidang yang

dilakukan dibalai kampung bagi remaja pelaku pencurian ... 102 Tabel 34. Keefektifitasan denda dalam menekan angka pencurian

dikalangan remaja ... 104 Tabel 35. Penyerahan uang hasil denda ... 106 Tabel 36. Keefektifitasan sanksi berupa denda dalam pemberian efek

jera bagi remaja pelaku pencurian ... 107 Tabel 37. Pengucilan di Desa Lebuh Dalem ... 109 Tabel 38. Keefektifitasan seluruh sanksi sosial yang diberikan dalam

mengarahkan, membimbing dan mendidik remaja pelaku pencurian agar tidak melakukan pencurian lagi ... 110


(11)

(12)

(13)

Moto

Hidup yang tidak pernah di refleksikan,

adalah hidup yang tidak layak di jalani

(Socrates)

Hidup bahagia,


(14)

(15)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan Skripsi ini untuk :

Papa dan Mama Tercinta

Cinta, Kasih sayang dan Doa yang tidak pernah terputus

Adik - Adikku Tersayang yang selalu mendukungku

Keluarga Besar Sirona

Yang selalu mendukung dalam segala hal

Dan Sahabat- sahabat terbaikku

Yang telah menemaniku selama ini

Almamaterku Tercinta


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Eka Sabtilas Junta Landa Sari. Lahir di Sidomulyo Lampung Selatan pada tanggal 13 Juni 1992, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Akhmad Nasuri (Alm) dan Ibu Rita Paradita Sari.

Penulis berkebangsaan Indonesia dan beragama Islam. Kini penulis beralamat di jalan Pagar Alam Gang Aries2 No. 19 Segala Mider Kecamatan Tanjung Karang Barat Bandar Lampung.

Adapun riwayat pendidikan penulis, yaitu pada tahun 1998 penulis lulus dari TK Dharma Wanita Kecamatan Palas Lampung Selatan. Kemudian melanjutkan pendidikan di SDN 05 Sidorejo Kecamatan Sidomulyo Lampung Selatan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2007 penulis lulus dari SMPN 1 Sidomulyo Lampung selatan dan melanjutkan ke SMAN 1 Sidomulyo jurusan Ilmu Pengetahuan sosial (IPS), dan penulis lulus pada tahun 2010. Setelah itu penulis berhasil masuk di Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN 2010 pada jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Pada Januari 2013 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di Desa Panutan Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu. Dan pada semester akhir tahun 2014 penulis telah

menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Sanksi Sosial yang Diberikan kepada

Remaja Pelaku Tindak Kriminal Pencurian (studi di Desa Lebuh Dalem


(17)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan rahmat-Nya serta shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membuka mata hati dan pikiran kita akan pentingnya ilmu

pengetahuan, penulis dapat menyesaikan skripsi yang berjudul “SANKSI

SOSIAL TERHADAP REMAJA PELAKU TINDAK KRIMINAL

PENCURIAN (Studi Di Desa Lebuh Dalem Kecamatan Menggala Timur Tulang Bawang)”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi pada Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, antara lain :

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


(18)

3. Bapak Drs. Pairul Syah, M.H sebagai dosen pembimbing utama yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Suwarno, M.H sebagai dosen Penguji yang memberikan saran dan masukan kepada penulis demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Dr. Hartoyo, M.Si selaku pembimbing akademik yang selalu memberi motovasi dan arahan.

6. Bapak Veri Agusli, S.E selaku kepala Kampung Lebuh Dalem Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang atas informasi dan data yang diberikan mengenai Kampung Lebuh Dalem.

7. Bapak H. Hermansyah selaku salah satu tokoh masyarakat Kampung Lebuh Dalem. Terimakasih atas informasi dan dan data yang diberikan. 8. Seluruh warga Kampung Lebuh Dalem yang sudah ikut terlibat dan

bersedia membantu saya untuk menyelesaikan penelitian ini.

9. Seluruh dosen, staf dan karyawan di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

10. Kedua orangtuaku papa Akhmad Nasuri(Alm) dan mama Rita Paradita Sari dengan segenap cinta dan tenaga telah membesarkan, membimbing dan memotivasi dengan penuh kasih sayang. Walaupun papa udah gak ada tapi semoga papa tetap bangga ya sama mulya. Dan makasih buat setiap doa yang mama ucapkan buat kebaikan saya.

11. Opa dan Oma yang selalu menyayangi dan mendoakan saya sampai sebesar ini.


(19)

selalu tergila-gila dengan barang-barang online, terimakasih atas dukungannya buat mulya. Jangan sering berantem ya, yang akur dong. 13. Kepada Paman-pamanku, Pem Dedi, Ayah Gunawan, Pakngah Ferry,

Pakuda Mei, dan Paksu Eta Cihuy karena sudah menjadi pengganti papa yang baik selama ini. Makasih ya atas segala dukungan kalian, motivasi, dan segala sasuatu yang kalian berikan.

14. Mem Sundari, Ibu Dania, Dan Memeh Rina Rahayu yang selama ini selalu mendukung saya.

15. Kepada Mada dan Manda juga Icu dan Paksu Gede yang mendukung saya selama ini. Makasih yaaaa.

16. Adik-adik sepupuku Guntur, Gempa, Topan, Rembulan, Badai, Guruh, Gerhana, Halilintar, Cahaya, Tirta, Purnama, Banjir, Gemilang, Bayu, Indah, Bunga, Melati yang udah mendukung Mulya selama ini, makasih loh yaaa buat doa dan semua-muanya.

17. Pupu aku Jelita Song-Song yang super sibuk dan terlahat kurusan, makasih ya kamu udah sabar ngadepin aku selalu motovasi aku dan selalu dengerin curhat aku dalam segala hal. Cepet nyusul ya kamu pu.

18. Undo Deviana, S.sos yang selalu jadi temen ngegosip bareng, temen shooping bareng, temen ngehayal bareng, sampe temen nyesel bareng akibat beli barang-barang iyuh.


(20)

19. Cintia masta NPM 35 yang sampe sekarang gua masih gak ngerti gimana cara nulis nama lo yang bener sesuai akta kelahiran, makanya punya nama jangan alay gak usah gunain huruf-huruf yang gak perlu, makasih ya selama ini udah sabar ngadepin tingkah gua, cepet nyusul ya icin semangat terus.

20. Amen awa awa Desi Aryani penderita brontritis kronis dan nyaris buta yang setiap tindakan nya selalu nanya gua, selalu gupek setiap mau nemuin dosen dengan latihan mau ngomong apa. Makasih amen udah sabar ngadepin gua, tapi gua sih sebenernya yang lebih sabar ngadepin lo. 21. Buat geng’s Onah, Anis, Atul, Is, Ety, dan semuanya deh ya anggota

gengs kita yang gak bisa gua sebutin satu-satu soalnya kayanya tiap hari nambah aja, makasih semuanya udah dukung dan support gua selama ini dan selalu jadi temen yang baik buat gua.

22. Anisa Nurlalila Sari dan Dian Fajarani temen masa kecil yang sampe sekarang pun masih temenan juga. Makasih ya buat semua dukungan dan motivasi kalian.

23. Temen-temen seangkatan, adik tingkat atau kakak tingkat yang gak bisa disebutin satu-persatu, makasih atas bantuan dan dukungan selama kita sama-sama berproses di kampus..

24. Kamu-kamu yang dulu pernah ada dan pernah dukung aku dalam setiap proses yang aku lalui, makasih ya udah pernah hadir dan memberi warna dalam hidup aku dan makasih juga atas saran-saran kalian yang cukup membangun. Maaf kalo sering jadi sasaran kekeselan dan emosi aku.


(21)

kasih ke aku, maaf kalo aku sering bikin kamu kesel. 26. Kamu yang kelak mengisi hari-hari aku secara permanent.

27. Teman-teman jurusan lain yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Suatu kehormatan bagi saya memiliki teman seperti kalian semua.

28. Serta semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas segalanya, semoga saya bisa menjadi pribadi yang baik.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis,


(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Didalam suatu lapisan masyarakat terdiri dari babagai macam unsur dan golongan, salah satunya adalah golongan remaja. Tumbuh kembang seorang remaja sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua dan lingkungannya. Maka selain orang tua, lingkungan (masyarakat) disekitarnya pun ikut andil dalam pertumbuhan remaja tersebut. Dalam kehidupan bermasyarakat pasti akan terjadi suatu proses sosial. Proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Dimana di dalamnya terdapat suatu proses hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya. Proses hubungan tersebut berupa antar aksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara terus-menerus. Antar aksi (interaksi) sosial, dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antara dua belah pihak, yaitu antara individu satu dengan individu atau kelompok lainnya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. (Abdulsyani, 1994: 151). Bentuk-bentuk interaksi sosial meliputi kerja sama (co-operation), persaingan (competition), pertikaian atau pertentangan (conflict), dan akomodasi (acomodation). Bentuk-bentuk proses sosial tersebut dapat terjadi secara berantai terus-menerus, bahkan dapat berlangsung seperti lingkaran tanpa berujung. Proses sosial tersebut bisa bermula


(23)

dari setiap bentuk kerja sama, persaingan, pertikaian maupun akomodasi, kemudian dapat berubah lagi menjadi kerja sama, begitu seterusnya. (Abdulsyani, 1994: 155).

Setelah terjadinya proses sosial atau interaksi sosial di dalam masyarakat maka akan terkandung suatu nilai dan norma sosial di dalam masyarakat itu sendiri. Nilai dan norma sosial merupakan faktor pendorong bagi manusia untuk bertingkah laku dan mencapai kepuasan tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Nilai dan norma senantiasa berkaitan satu sama lainnya, walaupun keduanya dapat dibedakan. (Abdulsyani, 1994: 49). Menurut W.J.S. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkam bahwa nilai diartikan sebagai berikut:

1. Harga (dalam arti taksiran harga),

2. Harga sesuatu (uang misalnya), jika diukur atau ditukarkan dengan yang lain,

3. Angka kepandaian,

4. Kadar; mutu; banyak sedikitnya isi,

5. Sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.

D. A. Wila Huky dalam buku yang berjudul Pengantar Sosiologi (1982), nilai merupakan patokan (standar) perilaku sosial yang melambangkan baik-buruk, benar-salahnya suatu obyek dalam hidup bermasyarakat. Dengan demikian nilai melambangkan harapan-harapan bagi manusia dalam masyarakat. Nilai biasanya diukur berdasarkan kesadaran terhadap apa yang pernah dialami seseorang, terutama pada waktu merasakan kejadian yang dianggap baik atau buruk, benar atau salah, baik menurut dirinya sendiri maupun menurut anggapan masyarakat.


(24)

3

Adapun fungsi umum dari nilai-nilai sosial, yaitu:

1. Nilai-nilai menyumbangkan seperangkat alat yang siap dipakai untuk menetapkan harga sosial dari pribadi dan grup.

2. Cara-cara berfikir dan tingkah laku secara ideal dalam sejumlah masyarakat diarahkan atau dibentuk oleh nilai-nilai.

3. Nilai-nilai merupakan penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosialnya.

4. Nilai-nilai dapat berfungsi sebagai alat pengawas dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu.

5. Nilai dapat berfungsi sebagai alat silodaritas di kalangan anggota masyarakat.

Sedangkan norma merupakan suatu standar tingkah laku yang terdapat di dalam semua masyarakat. Norma tersebut biasanya oleh masyarakat dinyatakan dalam bentuk-bentuk kebiasaan, tata kelakuan dan adat istiadat atau hukum adat. Pada awalnya norma terbentuk tidak disengaja, akan tetapi dalam proses sosial yang relatif lama, tumbuhlah berbagai aturan yang kemidian diakui bersama secara sadar. (Alvin L. Betrand, 1980).

Dalam kehidupan masyarakat, tindakan manusia senantiasa diatur dan dibatasi oleh berbagai norma sosial. Tujuannya adalah agar setiap tindakan manusia tidak saling bertentangan dan tidak merugikan pihak lain, sebagaimana telah digariskan dalam norma-norma sosial yang telah disepakati bersama. Norma-norma sosial yang ada berfungsi sebagai pengendali setiap kelakuan manusia dalam kehidupan masyarakat yang lazimnya disebut pengawasan sosial. (Abdulsyani, 1980:60). Menurut Abu Ahmadi (1985), pengawasan sosial adalah suatu proses baik yang


(25)

direncanakan atau tidak direncanakan, yang bertujuan untuk mengajak, membimbing atau bahkan memaksa warga masyarakat, agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku. Pengawasan sosial dapat berfungsi sebagai penekan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran terhadap norma-norma, nilai-nilai dan peraturan-peraturan, sehingga disiplin dalam suatu kelompok dapat dipertahankan. (J.B.A.F. Mayor Polak, 1979). Teknik pengawasan sosial dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama cara persuasif yaitu memberikan contoh dan yang kedua dengan cara kursif yaitu dengan cara memaksa dan mengancam pelaku penyimpangan dengan kekerasan fisik. Namun ada pula pengawasan sosial yang dilakukan dengan cara menjatuhkan sanksi, salah satunya sanksi sosial. (Abdulsyani, 1994: 63).

Sanksi sosial adalah sanksi yang dapat diberikan kepada seseorang yang berbuat kesalahan (selain sanksi yang bersifat administratif seperti sanksi hukum pidana/perdata). Sanksi sosial ini tidak berupa tulisan hitam diatas putih dan seringkali bersifat implisit atau tidak dinyatakan secara terang-terangan. Sanksi sosial diberikan oleh masyarakat terhadap seseorang yang melakukan suatu penyimpangan atas nilai dan norma yang tertanam di dalam masyarakat itu sendiri. Dimana, sanksi sosial tersebut biasanya berupa tindakan-tindakan yang bertujuan untuk membuat si penerima sanksi jera untuk melakukan perbuatan yang menyimpang lagi. (http://id.wikipedia.org/wiki/pengendalian_sosial. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013)

Sanksi sosial bisa diberikan kepada siapa saja yang merupakan bagian dari masyarakat. Termasuk kepada remaja yang merupakan salah satu bagian dari


(26)

5

unsur-unsur masyarakat, bahkan sanksi sosial akan lebih efektif diberikan daripada sanksi pidana karena usianya yang memang masih di usia remaja. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Seseorang dapat dikatakan mulai memasuki masa remaja ketika mereka menginjak usia antara 13 tahun sampai dengan 16 tahun dan masa remaja tersebut akan berakhir sekitar usia 17 tahun sampai dengan 18 tahun. Pada masa tersebut seseorang biasanya masih belum mempunyai kematangan mental dan emosional. (Hurlock, 2000).

Hal itulah yang menyebabkan seorang remaja sering melakukan kesalahan karena pada usia remaja biasanya seseorang belum bisa mengontrol diri dengan baik dan cendrung akan bertindak tanpa memikirkan tentang benar atau salah suatu perbuatannya tersebut. Terbukti pada saat ini banyak remaja yang melakukan suatu penyimpangan dalam masyarakat, salah satunya pencurian. Seperti contoh kasus berikut ini :

“Ada-ada saja ulah para remaja di Makassar, seperti dua remaja berinisial HR dan AN, mereka justru melakukan sebuah aksi penjambretan disaat korbannya sedang kecelakaan lalu lintas. Hasilnya, dompet dan telpon genggam korbannya berhasil dibawa kabur. Namun setelah berhasil diringkus, HR mengatakan bahwa pada awalnya mereka berniat untuk menolong korban, tetapi ketika melihat ada kesempatan niatpun berubah menjadi sebuah aksi penjambretan”. (http://mobile.seruu.com di akses pada tanggal 9 oktober 2013).

Seperti yang kita ketahui, Pencurian merupakan suatu tindakan kriminal yang tercantum dalam Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) yang berbunyi :

“Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum,


(27)

diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.”

Dari kutipan diatas maka dapat disimpulkan bahwa setiap orang yang mengambil barang sesuatu yang merupakan milik orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum dengan alasan apapun maka akan dikenakan sanksi tindak pidana pencurian sesuai dengan undang-undang yang telah ditetapkan, termasuk bila pelakunya seorang remaja. Namun walaupun demikian, dalam proses hukumnya kita tetap harus mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti perkembangan mental dan masa depan remaja itu sendiri karena kehidupan di dalam penjara sangatlah tidak baik bagi seorang remaja yang masih dalam masa pertumbuhan.

Di Indonesia sendiri sesungguhnya ada undang-undang yang mengatur tentang Perlindungan Anak yaitu dalam pasal 13 ayat 1 undang-undang (UU) Republik Indonesia No. 23 tahun 2002 yang menyatakan bahwa setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas pengasuhannya, berhak mendapat perlindungan dari perlakukan :

a. Diskriminasi

b. Eksploitasi, baik Ekonomi maupun Seksual c. Penelantaran

d. Kekejaman, Kekerasan, dan Penganiayaan e. Ketidakadilan, dan

f. Perlakuan salah lainnya

Dan selain mengatur tentang perlindungan anak, Undang-undang tersebut juga mengatur tentang hak-hak apa saja yang dapat seorang anak terima termasuk bila anak tersebut berhadapan dengan hukum. Pada dasarnya anak memiliki hak untuk


(28)

7

memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum. Penangkapan, penahanan atau tindak pidana penjara anak hanya dilakukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir. Dan jika memang sampai anak tersebut harus dirampas kebebasannya maka Ia berhak untuk mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa. Namun entah mengapa pada kenyaannya banyak kasus dan tindak kriminal yang dilakukan oleh remaja pada akhirnya mendapatkan peradilan yang sama seperti orang dewasa.

Seperti yang terdapat dalam kutipan dibawah ini :

Terus meningkatnya kenakalan dan kejahatan remaja tiap tahunnya membuat makin banyak remaja yang mendekam dalam tahanan. Namun, pemberian hukuman dengan penahanan dalam penjara di anggap merupakan langkah yang kurang tepat. Karena proses hukum yang dilakukan ini di anggap tak akan bisa memberi efek jera bagi para remaja yang tersandung masalah hukum. Kepala Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak), Arist Merdeka Sirait mengatakan saat ini saja ada sekitar 7.526 anak usia remaja yang tercatat mendekam di dalam penjara akibat kenakalannya mulai dari narkoba, pencurian, perkosaan, dan lain-lain. “Sekitar 28% anak remaja yang mendekam dipenjara. Namun pemberian hukuman penjara ini sebenarnya tidak tepat. Karena semua pelaku kejahatan, mereka berkumpul dan bisa jadi saat keluar mereka akan semakin tak terkontrol”. Arist mengungkapkan, seharusnya para penegak hukum lebih memperhatikan lagi langkah penanganan yang harus dilakukan agar para pelaku yang masih terhitung usia belia ini dapat lebih baik. “Pemerintah dan para penegak hukum harus melakukan pemberdayaan edukasi pada anak bukan penjara. Karena tidak akan ada efek jera. Penegak hukum harus memberikan pendekatan difersi yang melibatkan orang tuanya. Hal ini dalam rangka menyelesaikan diluar hukum agar anak tak kembali mengulangi kesalahannya lagi. Karena tanggung jawab orang tua juga dibutuhkan dalam penyelesaian masalah anak”. Arist juga menambahkan setiap tahunnya kejahatan yang pelakunya merupakan anak terus meningkat Ia menilai kesalahan penanganan hukum juga sebagai salah satu penyebab meningkatnya anak-anak yang melakukan kejahatan.

(www.lensaindonesia.com. Diakses pada tanggal 9 oktober 2013)

Dari kutipan tersebut dapat diartikan bahwa sanksi pidana menjadi kurang sesuai bagi remaja yang melakukan tindak pencurian karena lingkungan penjara sangat


(29)

tidak baik bagi tumbuh kembangnya. Remaja yang melakukan tindakan kriminal dalam hal ini pencurian sebaiknya diberikan sanksi sanksi sosial oleh masyarakat sekitarnya bahkan jika memang tindakan tersebut sudah terlewat batas maka keluarga juga dapat ikut memberikan sanksi sosial terhadap remaja tersebut. Pemberian sanksi sosial oleh masyarakat terhadap remaja yang melakukan tindak pencurian akan lebih efektif karena bertujuan untuk memberikan efek jera bagi remaja tersebut, jadi sifatnya lebih mendidik ketimbang memberikan sanksi pidana yang malah akan mengganggu tumbuh kembangnya bahkan dapat menimbulkan sifat dendam di dalam diri remaja tersebut ditambah lagi kehidupan di dalam penjara yang sungguh tidak pantas bagi seorang remaja. Bahkan tidak menutup kemungkinan setelah keluar dari penjara remaja tersebut bukan sadar akan perbuatannya namun malah menjadi lebih berani akibat Ia telah kebal akan kehidupan di dalam penjara.

Menurut hasil pengamatan sementara yang dilakukan di Desa Lebuh Dalem Kecamatan Menggala Timur Tulang Bawang tindak pencurian yang dilakukan oleh kalangan remaja terbilang cukup tinggi. Selain itu pada daerah tersebut juga masyarakatnya lebih menganggap bahwa sanksi sosial akan jauh lebih efektif diberikan kepada remaja yang melakukan tindak pencurian daripada sanksi pidana, hal itu dikarenakan masyarakat Desa Lebuh Dalem ini lebih percaya bahwa sanksi sosial akan jauh lebih memberikan efek jera dibandingkan sanksi pidana yang kadang di anggap oleh masyarakat tersebut tidak akan sesuai dan adil karena masyarakat Desa Lebuh Dalem ini cendrung tidak percaya kepada sanksi yang akan di berikan oleh pihak kepolisian yang kadang masih sering melakukan negosiasi sehingga tidak menimbulkan efek jera bagi si pelaku.


(30)

9

Tabel 1. Data tindak pencurian yang dilakukan oleh remaja di Desa Lebuh Dalem Kecamatan Menggala Timur Tulang Bawang :

No Bulan Jumlah Remaja yang mencuri

Benda/ barang yang dicuri

Sanksi yang diberikan 1 Desember

2012

3 orang remaja Handphone dan uang

Di sidang oleh Tokoh Adat, Tokoh Agama, dan Tokoh Masyarakat serta sanksi denda

2 Januari 2013 - - -

3 Febuari 2013 - - -

4 Maret 2013 1 orang remaja Uang Denda 5 April 2013 2 orang remaja Hasil bumi

(buah-buahan milik warga)

Teguran

6 Mei 2013 - - -

7 Juni 2013 1 orang remaja Handphone Di sidang oleh Tokoh Adat, Tokoh Agama, dan Tokoh Masyarakat serta sanksi denda 8 Juli 2013 2 orang remaja Sendal di

masjid

Teguran, Cemoohan 9 Agustus 2013 1 orang remaja Sendal di

masjid

Teguran, Cemoohan 10 September

2013

- - -

(sumber: data dari Kepala Kampung Lebuh Dalem berdasarkan tindak pencurian yang terjadi sejak desember 2012 sampai September 2013)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sejak Desember 2012 hingga September 2013 terdapat sekitar 10 kali tindak kriminal pencurian yang dilakukan oleh remaja Desa Lebuh Dalem Kecamatan Menggala Timur Tulang Bawang dan bila dilihat dari sanksi-sanksi yang diberikan seluruhnya tidak ada yang diserahkan kepada pihak kepolisian karena masyarakat sendiri lah yang memberikan sanksi berupa sanksi sosial seperti Teguran, cemoohan, Denda serta Di sidang oleh Tokoh Adat, Tokoh Agama, dan Tokoh Masyarakat.


(31)

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, peneliti memilih melakukan penelitian di Desa Lebuh Dalem Kecamatan Menggala Timur Tulang Bawang yang dapat dikatakan terbilang tinggi angka pencurian di kalangan remajanya dan masyarakat Desa tersebut juga lebih memilih memberikan sanksi secara langsung yaitu berupa sanksi sosial. Maka dengan demikian peneliti tertarik memberikan penelitian ini

dengan judul “Sanksi Sosial Terhadap Remaja pelaku Tindak Kriminal

Pencurian”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas permasalahan yang akan diambil peneliti yaitu:

1. Bagaimana sanksi sosial yang diberikan oleh masyarakat terhadap remaja yang melakukan tindak kriminal pencurian?

2. Bagaimana proses sanksi sosial yang akan diberikan oleh masyarakat terhadap remaja yang melakukan tindak kriminal pencurian?

3. Bagaimana dampak dari sanksi-sanksi sosial yang diberikan terhadap remaja pelaku tindak kriminal pencurian?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sanksi-sanksi sosial apa saja yang diberikan oleh masyarakat terhadap remaja yang melakukan tindak kriminal pencurian 2. Untuk mengetahui bagaimana proses sanksi sosial yang akan diberikan

oleh masyarakat terhadap remaja yang melakukan tindak kriminal pencurian


(32)

11

3. Untuk mengetahui bagaimana dampak yang ditimbulkan dari sanksi-sanksi sosial yang diberikan terhadap remaja pelaku tindak kriminal pencurian

D.Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini yaitu:

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan tentang bagaimana suatu masyarakat memberikan sanksi sosial terhadap suatu tindak kriminal yaitu pencurian yang dilakukan oleh seorang remaja yang merupakan anggota dari masyarakat itu sendiri.

2. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan masukan yang berguna dalam masyarakat tentang bagaimana seharusnya seorang remaja yang melakukan tindak kriminal pencurian diperlakukan atau diberikan sanksi di dalam lingkungannya agar sanksi yang dijatuhkan lebih kepada pemberian efek jera pada si pelaku daripada sanksi yang akan mengganggu tumbuh kembangnya sebagai seorang remaja.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Sanksi Sosial 1. Pengertian Sanksi Sosial

Sanksi sosial merupakan salah satu bentuk dari pengawasan sosial. Banyak kalangan yang menganggap pengawasan sosial sebagai pembatasan tindakan dari pihak penguasa, pimpinan atau atasan terhadap pihak lain yang dikuasai atau yang dipimpin untuk tidak menyimpang dari ketentuan atau peraturan yang berlaku. Dalam konsep sosiologi pengawasan sosial (social controle) dapat diartikan sebagai suatu proses pembatasan tindakan yang bertujuan untuk mengajak, memberi teladan, membimbing, atai memaksa setiap anggota masyarakatm agar tunduk pada norma-norma sosial yang berlaku. (Abdulsyani, 1994: 61).

Dalam buku pengantar sosiologi (Rucek dan Warren, 1984), menjelaskan bahwa pengendalian sosial mencakup semua proses dimana masyarakat dan kelompok komponennya mempengaruhi tingkah laku seseorang anggota supaya sesuai dengan norma kelompok. Menurut Abu Ahmadi dalam buku berjudul sosiologi (1985), pengawasan sosial adalah suatu proses baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, yang bertujuan untuk mengajak, membimbing atau bahkan memaksa warga masyarakat, agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang


(34)

13

berlaku. Ahmadi kemudian memperinci cakupan pengendalian sosial sebagai berikut:

1. Pengawasan dari individu terhadap individu lain, 2. Pengawasan dari individu terhadap kelompok, 3. Pengawasan dari kelompok terhadap kelompok, dan 4. Pengawasan dari kelompok terhadap individu.

Sanksi sosial adalah sanksi yang dapat diberikan kepada seseorang yang berbuat kesalahan (selain sanksi yang bersifat administratif seperti sanksi hukum pidana/perdata). Sanksi sosial ini tidak berupa tulisan hitam diatas putih dan seringkali bersifat implisit atau tidak dinyatakan secara terang-terangan. Sanksi sosial diberikan oleh masyarakat terhadap seseorang yang melakukan suatu penyimpangan atas nilai dan norma yang tertanam di dalam masyarakat itu sendiri. Dimana, sanksi sosial tersebut biasanya berupa tindakan-tindakan yang bertujuan untuk membuat si penerima sanksi jera untuk melakukan perbuatan yang menyimpang lagi. Biasanya sanksi sosial akan berakhir ketika si pemilik salah telah mengakui kesalahannya serta meminta maaf atas kesalahan tersebut, maka seiring berjalannya waktu sanksi sosial itu akan berhenti dengan sendirinya. (http://id.wikipedia.org/wiki/pengendalian_sosial. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013)

Sanksi sosial biasanya lebih efektif diberikan kepada para remaja yang melakukan kesalahan guna memberikan efek jera daripada sanksi pidana. karena sanksi sosial ini Ia dapatkan di lingkungannya sendiri dan tumbuh kembangnya pun masih akan di awasi oleh orang-orang disekitarnya, sedangkan sanksi pidana malah cendrung akan mengganggu tumbuh kembangnya, karena saat ini banyak kasus pidana yang


(35)

dilakukan oleh remaja proses hukumnya disamakan dengan orang dewasa, sehingga hal itu justru tidak baik untuk perkembangan mentalnya. Namun pada dasarnya bukan berarti jika seorang remaja melakukan tindak kriminal pencurian maka Ia akan dibebaskan begitu saja dari sanksi pidana yang telah tertulis dalam pasal 362 KUHP yang berbunyi: “Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah”. Hanya saja proses dari sanksi pidana tersebut seharusnya dapat disesuaikan dengan usia dari para remaja tersebut. (www.psikologimendidikanak.com Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013)

Adapun pengertian sanksi sosial oleh para ahli adalah sebagai berikut:. 1. Peter L. Berger Luckmann Thomas (1990)

Sanksi sosial adalah berbagai cara yang digunakan oleh masyarakat untuk menertibkan anggota-anggotanya yang membangkang.

2. Soetandyo Wignyosoebroto (2007)

Sanksi sosial adalah suatu bentuk penderitaan yang secara sengaja diberikan oleh masyarakat.

Dari pernyataan-pernyaan diatas maka sanksi sosial dapat diartikan sebagai sebuah tindakan yang sengaja diberikan oleh sekelompok orang yang telah hidup bersama-sama (masyarakat) kepada salah satu anggotanya sebagai sebuah reaksi atas sebuah tindakan yang dianggap telah menyimpang di dalam masyarakat itu sendiri dengan tujuan agar si penerima sanksi tersebut dapat berperilaku sesuai dengan norma-norma yang telah tertanam di dalam masyarakat tersebut.


(36)

15

2. Sanksi Sosial Yang diberikan oleh Masyarakat

Seperti yang kita ketahui perbuatan pencurian adalah suatu perbuatan yang melanggar norma hukum, norma sosial dan norma agama. Jika pelaku yang melakukan tindak pencurian adalah orang yang sudah dewasa maka orang tersebut pasti akan langsung diproses dan diberikan sanksi pidana sesuai dengan perbuatannya namun berbeda halnya jika si pelaku yang melakukan tindak pencurian tersebut adalah seorang yang masih menginjak usia remaja. Walaupun perbuatan pencurian adalah perbuatan yang melanggar dan tidak dibenarkan akan tetapi masih banyak faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemberian sanksi pada remaja tersebut salah satunya adalah perkembangan mentalnya. Bagi seorang remaja yang masih dalam masa pertumbuhan sesungguhnya kehidupan dalam penjara sangatlah tidak baik bagi tumbuh kembang dan perkembangan mentalnya. Oleh sebab itu akan lebih baik jika seorang remaja yang melakukan tindak pencurian diberi sanksi sosial dalam lingkungannya agar menimbulkan efek jera bagi si remaja itu sendiri. (www.psikologimendidikanak.com Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013)

Sanksi-sanksi sosial yang diberikan oleh masyarakat terhadap remaja yang melakukan tindak pencurian meliputi :

1. Teguran

Teguran adalah suatu peringatan, kritik atau ajaran. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989). Dengan demikian, maka teguran dimaksudkan untuk memberitahu dan memperingati seseorang dalam hal ini memperingati sorang remaja bahwa tindakannya adalah tindakan yang salah dan diharapkan tidak akan di ulangi lagi. Sanksi soial teguran biasanya


(37)

merupakan sanksi sosial yang pertama kali diberikan oleh masyarakat kepada remaja yang baru pertama kali pula melakukan tindak pencurian dan barang yang dicuri masih dapat ditoleransi oleh masyarakat sekitarnya atau dikatagorikan belum terlalu berharga.

2. Cemoohan

Sangatlah penting bagi seorang remaja yang melakukan tindak kriminal pencurian menyadari bahwa tindakan tersebut adalah tindakan yang salah karena melanggar norma hukum, norma sosial dan norma agama agar remaja tersebut tidak mengulangi perbuatan tersubut.

Cemoohan adalah suatu ejekan atau hinaan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989)

Maka dapat diartikan cemoohan bertujuan agar remaja yang melakukan tindak pencurian merasa malu akan perbuatannya sehingga menimbulkan efek jera bagi si remaja tersebut untuk melakukan tindak pencurian lagi. Cemoohan akan timbul jika sebuah teguran yang merupakan sebuah sanksi sosial yang pertama kali diberikan oleh masyarakat kepada remaja yang melakukan tindak pencurian tidak mampu untuk membuat seorang remaja menyadari kesalahan dari perbuatannya tersebut.

3. Sidang oleh Tokoh Adat, Tokoh Agama, dan Tokoh Masyarakat

Sanksi sosial yang seperti ini biasanya terdapat unsur perjanjian dan kesepakatan di dalamnya, dimana ini telah melibatkan para pemuka masyarakat seperti Tokoh Adat, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat. Sanksi sosial seperti ini bertujuan untuk mencari titik temu dari sebuah permasalahan dalam hal ini adalah pencurian yang dilakukan oleh seorang


(38)

17

remaja. Remaja yang tertangkap melakukan tindak pencurian akan dibawa kesuatu tempat tertentu lalu Ia akan di sidang sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari masyarakat itu sendiri.

4. Denda

Denda adalah bentuk hukuman yang berupa keharusan membayar dalam bentuk uang karena melanggar aturan, undang-undang, dan sebagainya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989). Maka sanksi ini biasanya diberikan jika sudah ada suatu kesepakatan di dalam suatu lapisan masyarakat. Tujuan dari adanya sanksi ini adalah untuk menekan adanya penyimpangan di dalam suatu samyarakat dalam hal ini pencurian.

5. Dikucilkan

Dikucilkan adalah dikeluarkan atau dibuang dari lingkungan (persekutuan, keluarga, dan sebagainya). (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989). Sanksi sosial ini biasanya diberikan masyarakat jika kesalahan yang dilakukan si pelaku sudah tidak bisa ditoleransi lagi oleh masyarakat itu sendiri. Sanksi sosial dikucilkan akan timbul Jika sanksi sosial berupa teguran dan olok-olok atau cemoohan sudah tidak dihiraukan lagi oleh para remaja yang melakukan tindak pencurian.

Sesuai dengan sanksi-sanksi diatas maka di dalam penelitian ini sanksi sosial yang diberikan oleh masyarakat Desa Lebuh Dalem Kecamatan Menggala Timur Tulang Bawang kepada remaja yang melakukan tindak pencurian adalah :

1. Teguran

Teguran biasanya adalah langkah pertama yang akan diberikan oleh Masyarakat Desa Lebuh Dalem kepada salah satu anggota masyarakatnya


(39)

ketika mereka melihat sebuah penyimpangan yang telah dilakukan oleh anggota masyarakatnya tersebut, dalam hal ini pencurian. Teguran-teguran ini berupa:

a. Teguran langsung, masyarakat langsung menegur kepada remaja yang bersangkutan akan perbuatannya yang salah.

b. Teguran tidak langsung, maksudnya adalah masyarakat akan memberitahu kepada orang tua dan keluarga remaja yang melaklukan tindak pencurian agar orang tua dari remaja tersebutlah yang akan menugur remaja tersebut atas perbuatannya.

2. Cemoohan

Ketika seorang remaja melakukan suatu tindak pencurian yang merupakan sebuah penyimpangan di dalam masyarakat Desa Lebuh Dalem, masyarakat tersebut akan memberikan sebuah sanksi sosial berupa cemoohan, dampak cemoohan ini akan lebih meluas dibandingkan sebuah sanksi sosial teguran. Dimana cemoohan akan merembet kepada keluarga dan orang-orang terdekat remaja tersebut. Maka biasanya cemoohan akan diberikan oleh masyarakat Desa Lebuh Dalem kepada remaja yang melakukan tindak pencurian ketika sebuah sanksi sosial teguran sudah tidak mampu memberikan efek jera bagi remaja tersebut.

3. Di sidang oleh Tokoh Adat, Tokoh Agama, dan Tokoh Masyarakat

Sanksi sosial berupa sidang oleh para Tokoh masyarakat akan dilakukan jika memang masyarakat sudah mulai gerah kepada tindakan remaja yang melakukan pencurian dan kerugian yang diterima oleh masyarakatpun sudah tidak bisa di toleransi, biasanya sanksi sosial semacam ini diberikan


(40)

19

jika jenis-jenis barang yang dicuri remaja tersebut seperti: handphone, kendaraan bermotor , hewan ternak (kambing, ayam) dan lain-lain. Sanksi sosial seperti ini akan menghasilkan kesepakatan-kesepakatan tertentu yang harus dipatuhi dan dalam sanksi sosial ini apapun barang yang dicuri harus dikembalikan lagi jika barangnya masih ada dan digantikan dengan barang yang baru jika barangnya memang sudah tidak ada lagi, adapun contoh dari kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan dari sanksi sosial berupa sidang ini adalah jika si remaja yang memcuri tersebut melakukan pencurian lagi maka remaja tersebut harus meninggalkan Desa Lebuh Dalem.

4. Denda

Adapun bentuk sanksi sosial berupa denda dapat dikatagorikan sebagai berikut :

a. Denda ringan

Denda ringan akan diberikan jika si remaja hanya mencuri sesuatu seperti mangga, pisang dikebun, jengkol, singkong, dan lain-lain itupun dalam jumlah yang lumayan banyak (lebih dari 1 kilogram). Kisaran denda ringan adalah senilai dengan harga benda yang dicuri dan akan ditambah dengan sanksi-sanksi lain yang telah ditetapkan dalam sidang tersebut seperti contoh memotong rumbut di balai kampung.

b. Denda sedang

Denda sedang akan diberikan jika barang yang dicuri oleh remaja tersebut berupa barang-barang seperti sendal, sepatu, baju, atau


(41)

perabotan rumah tangga lain yang dinilai memang tidak terlalu berharga. Kisaran denda sedang ini adalah senilai barang yang dicuri ditambah lagi beberapa jumlah uang yang ditentukan dalam sidang itu sendiri.

c. Denda berat

Denda berat akan diberikan jika memang remaja yang melakukan pencurian tersebut memang kerap kali mencuri dan benda yang Ia curi sudah termasuk ke dalam golongan benda-benda yang cukup berharga seperti : uang, perhiasan, handphone, dan lain-lain. Jumlah dari denda ini biasanya dua kali lipat dari harga benda-benda tersebut.

5. Dikucilkan

Masyarakat Desa Lebuh Dalem akan mengucilkan warganya yang melakukan tindak pencurian jika memang warganya tersebut memang sudah tidak bisa lagi disadarkan dengan sanksi-sanksi sosial diatas. Jenis dikucilkan di Desa Lebuh Dalem ini adalah dikucilkan sementara dan dikucilkan permanen, dimana kedua jenis tersebut pengkatagoriannya akan disesuaikan dengan bagaimana tindak pencurian itu dilakukan.

a. Dikucilkan sementara

Maksudnya warga yang dikucilkan tidak akan dilibatkan kedalam sesuatu yang berhubungan dengan desa seperti contoh tidak dilibatkan dalam perkumpulan-perkumpulan yang dibuat dilingkungannya (Pengajian, Paguyuban dan lain-lain).


(42)

21

b. Dikucilkan permanen

Dikucilkan permanen adalah dimana jika ada warganya yang melakukan pencurian maka akan di usir dari Desa Lebuh Dalem

3. Pengertian Masyarakat

Dalam buku Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial karangan Abdulsyani (1987), dijelaskan bahwa masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi masyarakat, yang artinya berkumpul bersama, hidup bersama dan saling berhubungan dan saling mempengaruhi, selanjutnya mendapatkan kesepakatan menjadi masyarakat (indonesia). Agar dapat menjelaskan penertian masyarakat secara umum, maka perlu ditelaah tentang ciri-ciri dari masyarakat itu sendiri. Menurut Soerjono Soekanto dalam buku yang berjudul Pribadi dan Masyarakat (1982), menyatakan bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok, yaitu:

1. Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada.

2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda seperti umpananya kursi, meja dan sebagainya.

3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.

4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya.


(43)

Dalam buku Sosiologi karangan Abu Ahmadi (1985), menyatakan bahwa masyarakat harus mempunyai Syarat-syarat sebagai berikut:

1. Harus ada pengumpulan manusia, harus banyak, bukan pengumpulan binatang

2. Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama disuatu daerah tertentu 3. Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk

menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.

Berdasarkan ciri dan syarat-syarat masyarakat diatas, maka berarti masyarakat bukan hanya sekedar sekumpulan manusia berkala, akan tetapi diantara mereka yang berkumpul tersebut harus ditandai dengan adanya hubungan atau pertalian satu sama lainnya. Paling tidak setiap individu sebagai anggota masyarakat mempunyai kesadaran akan keberadaan individu yang lainnya. Atau dengan kata lain masyarakat dapat diartikan sebagai sejumlah manusia yang hidup bersama di suatu daerah, pada suatau waktu tertentu menciptakan kaidah-kaidah atau peraturan-peraturan bagi pergaulan hidupnya yang pada akhirnya menciptakan kebudayaan, sehingga mereka akan merasa terikat satu sama lain.

4. Pengertian Proses Sosial

Proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Dimana di dalamnya terdapat suatu proses hubungan antara manusia satu dengan yang lainnya. Proses hubungan tersebut berupa antar aksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara terus-menerus. Antar aksi (interaksi) sosial, dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antara dua belah pihak, yaitu antara individu satu dengan individu atau kelompok lainnya dalam rangka mencapai tujuan tertentu. (Abdulsyani, 1994: 151). Bentuk-bentuk interaksi sosial meliputi


(44)

23

kerja sama (co-operation), persaingan (competition), pertikaian atau pertentangan (conflict), dan akomodasi (acomodation). Bentuk-bentuk proses sosial tersebut dapat terjadi secara berantai terus-menerus, bahkan dapat berlangsung seperti lingkaran tanpa berujung. Proses sosial tersebut bisa bermula dari setiap bentuk kerja sama, persaingan, pertikaian maupun akomodasi, kemudian dapat berubah lagi menjadi kerja sama, begitu seterusnya. (Abdulsyani, 1994: 155).

1. Kerja sama

Kerja sama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditunjukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing. (Abdulsyani, 1994; 156).

Roucek dan Warren (1984), mengatakan bahwa kerja sama berarti bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Proses ini merupakan proses sosial yang paling dasar. Biasanya, kerja sama melibatkan pembagian tugas, dimana setiap orang mengerjakam setiap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya demi tercapainya tujuan bersama.

2. Persaingan

Persaingan merupakan suatu usaha dari seseorang untuk mencapai sesuatu yang lebih daripada yang lainnya. Sesuatu itu bisa berbentuk harta benda atau popularitas tertentu. Persaingan biasanya bersifat individu, apabila hasil dari persaingan itu dianggap cukup untuk memenuhi kepentingan pribadi. Akan tetapi apabila hasilnya dianggap tidak cukup bagi seseorang, maka persaingan bisa terjadi antar kelompok, yaitu antara satu kelompok


(45)

kerja sama dengan kelompok kerja sama yang lainnya. Dengan kata lain, bahwa terjadinya persaingan oleh karena adanya perasaan atau anggapan seseorang bahwa Ia akan lebih beruntuk jika tidak bekerja sama dengan orang lain karena orang lain di anggap dapat memperkecil hasil suatu kerja. Persaingan ini dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu persaingan pribadi dan persaingan kelompok. (Abdulsyani, 1994: 157). Menurut Soedjono Dirdjosisworo (1985), persaingan merupakan suatu kegiatan yang berupa perjuangan sosial untuk mencapai tujuan, dengan bersaing terhadap yang lain, namun secara damai atau setidak-tidaknya tidak saling menjatuhkan.

3. Pertikaian atau pertentangan

Pertikaian adalah bentuk persaingan yang berkembang secara negatif, artinya disatu pihak bermaksud untuk mencelakakan atau paling tidak berusaha untuk menyingkirkan pihak lainnya. Singkatnya pertikaian dapat diartikan sebagai usaha penghapusan keberadaan pihak lain. (Abdulsyani, 1994: 158). Kemudian Soerjono Soekanto (1982), menjelaskan bahwa pertentangan adalah suatu proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman atau kekerasan.

4. Akomodasi

Akomodasi adalah suatu keadaan dimana suatu pertikaian atau konflik, mendapat penyelesaian, sehingga terjalin kerja sama yang baik kembali. (Soedjono Dirdjosisworo, 1985). Adapun tujuan dari akomodasi menurut


(46)

25

Soerjono Soekanto, dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu:

a. Untuk mengurangi pertentangan antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan paham. b. Untuk mencegah meledaknya suatu pertentangan, untuk sementara

waktu atau secara temporer

c. Akomodasi kadang-kadang diusahakan untuk memungkinkan terjadinya kerja sama antara kelompok-kelompok sosial

d. Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompoksosial yang terpisah, misalnya melalui perkawinan campuran atau asimilasi dalam arti yang luas.

Setelah terjadinya proses sosial atau interaksi sosial di dalam masyarakat maka akan terkandung suatu nilai dan norma sosial di dalam masyarakat itu sendiri. Nilai dan norma sosial merupakan faktor pendorong bagi manusia untuk bertingkah laku dan mencapai kepuasan tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Nilai dan norma senantiasa berkaitan satu sama lainnya, walaupun keduanya dapat dibedakan. (Abdulsyani, 1994: 49). D. A. Wila Huky dalam buku yang berjudul Pengantar Sosiologi (1982), nilai merupakan patokan (standar) perilaku sosial yang melambangkan baik-buruk, benar-salahnya suatu obyek dalam hidup bermasyarakat. Dengan demikian nilai melambangkan harapan-harapan bagi manusia dalam masyarakat. Nilai biasanya diukur berdasarkan kesadaran terhadap apa yang pernah dialami seseorang, terutama pada waktu merasakan kejadian yang dianggap baik atau buruk, benar atau salah, baik menurut dirinya sendiri maupun menurut anggapan masyarakat. Sedangkan norma merupakan suatu


(47)

standar tingkah laku yang terdapat di dalam semua masyarakat. Norma tersebut biasanya oleh masyarakat dinyatakan dalam bentuk-bentuk kebiasaan, tata kelakuan dan adat istiadat atau hukum adat. Pada awalnya norma terbentuk tidak disengaja, akan tetapi dalam proses sosial yang relatif lama, tumbuhlah berbagai aturan yang kemidian diakui bersama secara sadar. (Alvin L. Betrand, 1980). Norma sosial ini dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dianggap sebagai alat kendali atau batasan-batasan tindakan anggota masyarakat untuk memilih peraturan yang diterima atau tidak dalam suatu pergaulan. Pilihan tersebut diwujudkan dalam bentuk perintah dan larangan. Perintah menunjukan norma atau kaidah yang akan membawa manfaat jika dilakukan. Sedangkan larangan menunjukan norma atau kaidah yang akan membawa bahaya atau kerugian jika dilakukan. Setiap anggota masyarakat menerima aturan-aturan itu sebagai patokan tingkah laku yang benar dan yang salah. Seseorang dikendalikan oleh norma-norma itu tidak hanya sekedar membuat perasaan takut untuk melanggar aturan prilaku, tetapi juga karena dapat membuat perasaan bersalah jika melanggar norma-norma tersebut. Unsur kendali dari norma-norma itu merupakan cerminan dari desakan sosial yang didasarkan pada kepentingan bersama. (Abdulsyani, 1994, 55).

B. Tinjauan Tentang Remaja yang Melakukan Tindak Kriminal Pencurian 1. Pengertian Remaja

Adapun pengertian remaja dalam Undang-undang Pasal 330 ayat (1) KUH perdata (Soedharyo Soimin, 2007), berbunyi;


(48)

27

“seorang belum dapat dikatakan dewasa jika orang tersebut umurnya belum genap 21 tahun, kecuali seseorang tersebut telah menikah sebelum umur 21 tahun”

Sedangkan para ahli mendefinisikan remaja sebagai berikut;

a. Hurlock (2000), remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik

b. Sri Rumini dan Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa.

c. Zakiah Darajat (1990: 23) adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

d. Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Masa remaja diawali ketika seseorang memasuki usia antara13 tahun sampai dengan 16 tahun dan akan berakhir sekitar usia 17 tahun sampai dengan 18 tahun. (Hurlock, 2000). Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja merupakan suatu masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa dengan kisaran usia diatas 13 tahun dan dibawah 18 tahun.


(49)

2. Pengertian Tindak Kriminal

Tindak kriminal atau tindak pidana adalah segala sesuatu yang melanggar hukum atau sebuah tindak kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal. Biasanya yang dianggap kriminal adalah seorang pencuri, pembunuh, perampok, atau teroris. Walaupun begitu kategori terakhir, teroris, agak berbeda dari kriminal karena melakukan tindak kejahatannya berdasarkan motif politik atau suatu paham tertentu. Selama kesalahan seorang kriminal belum ditetapkan oleh seorang hakim, maka orang ini disebut seorang terdakwa. Sebab ini merupakan asas dasar sebuah negara hukum: seseorang tetap tidak bersalah sebelum kesalahannya terbukti. Pelaku tindak kriminal yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan harus menjalani hukuman disebut sebagai terpidana atau narapidana. (http://id.wikipedia.org/wiki/pidana. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013).

Dalam mendefinisikan kejahatan, ada beberapa pandangan mengenai perbuatan apakah yang dapat dikatakan sebagai kejahatan. Definisi kejahatan dalam pengertian yuridis tidak sama dengan pengertian kejahatan dalam kriminologi yang dipandang secara sosiologis. Secara yuridis, kejahatan dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang melanggar undang-undang atau ketentuan yang berlaku dan diakui secara legal. Secara kriminologi yang berbasis sosiologis kejahatan merupakan suatu pola tingkah laku yang merugikan masyarakat (dengan kata lain terdapat korban) dan suatu pola tingkah laku yang mendapatkan reaksi sosial dari masyarakat. Reaksi sosial tersebut dapat berupa reaksi formal, reaksi informal, dan reaksi non-forma. (http://id.wikipedia.org/wiki/pidana. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013)


(50)

29

3. Pengertian Tindak Kriminal Pencurian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), arti kata “curi” adalah mengambil milik orang lain tanpa izin atau dengan tidak sah, biasanya dengan sembunya-sembunyi. Sedangkan arti “pencurian” adalah proses, cara, perbuatan. Adapun pasal-pasal tentang pencurian adalah sebagai berikut (Moeljatno, 2006): pasal 362 KUHP, adalah berupa rumusan pencurian dalam bentuk pokoknya yang berbunyi :

“Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.”

Pasal 363 KUHP

1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. a. Pencurian ternak

b. Pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi, atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang

c. Pencurian diwaktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang tidak ada disitu tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak d. Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih

e. Pencurian yang untuk masuk ketempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu, atau pakaian jabatan palsu

2) Jika pencurian yang diterangkan dalam butir 3 desertai dengan salah satu hal dalam butir 4 dan 5, maka diancam dengan pidana paling lama sembilan tahun

Pasal 364 KUHP

Perbuatan yang diterangkan dalam pasal 362 dan pasal 363 butir 4, begitupun perbuatan yang diterangkan dalam pasal 363 butir 5, apabila tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh lima rupiah, diancam karena pencurian ringan dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak dua ratus lima puluh rupiah.


(51)

Pasal 365 KUHP

1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri.

2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun :

a. Jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau dalam kereta api yang sedang berjalan.

b. Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu. c. Jika masuk ketempat melakukan kejahatan dengan merusak atau

memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu, atau pakaian jabatan palsu.

d. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.

3) Jika perbuatan mengakibatkan kematian maka diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

4) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam No. 1 dan 3

Pasal 366 KUHP

Dalam hal pemindanaan berdasarkan salah satu perbuatan yang dirumuskan dalam pasal 362, 363, dan 865 dapat dijatuhkan pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. 1 sampai 4.

Pasal 367 KUHP

1) Jika dia adalah suami (istri) yang terpisah meja dan ranjang atau terpisah harta kekayaan,atau jika dia adalah keluarga sedarah atau semenda, baik dalam garis lurus maupun garis menyimpangderajad kedua maka terhadap orang itu hanya mungkin diadakan penuntutan jika ada pengaduan yang terkena kejahatan.

2) Jika menurut lembaga matriarkal kekuasaan bapak dilakukan oleh orang lain daripada bapak kandung (sendiri), maka ketentuan ayat diatas berlaku juga bagi orang itu.


(52)

31

Maka didalam penelitian ini segala sesuatu barang yang dimiliki dengan cara merampas atau mengambil milik orang lain dan dengan alasan apapun baik secara terang-terangan atau diam-diam, jika si pemilik barang tidak mengizinkannya maka hal tersebut disebut sebuah pencurian.

4. Remaja yang Melakukan Tindak kriminal Pencurian

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang remaja melakukan tindak pencurian antara lain : Faktor Intelegensi, Faktor Usia, Jenis Kelamin, Faktor Kebutuhan Ekonomi yang Mendesak, Faktor Pendidikan, Faktor Pergaulan, Faktor Lingkungan, dan Faktor Penyakit Kejiwaan (Kleptomania). (www.faktorpencurian.com. Diakses pada tanggal 2 oktober 2013).

a. Faktor Intelegensi

Intelegensi adalah tingkat kecerdasan seseorang untuk atau kesanggupan menimbang dan memberikan keputusan. Dimana dalam faktor kecerdasan seseorang bisa mempengaruhi perilaku, pola pikir, dan tindakan seseorang, contoh saja apabila seseorang yang memiliki intelegensi yang tinggi atau kecerdasan, maka ia akan selalu terlebih dahulu mempertimbangkan untung dan rugi atau baik buruk yang dilakukan pada setiap tindakannya. Namun intelegensi yang dimiliki seseorang saat ini lebih lebih sering digunakan untuk tindak kejahatan, salah satunya pencurian dengan cara memanfaatkan teknologi modern sebagai sarananya. Hampir terhadap semua kasus kejahatan selalu ditemui teknik-teknik maupun hasil teknologi mutakhir, yang mana ini dipengaruhi oleh intelegensi para pelaku yang makin lama makin tinggi. Jika kita tinjau kejahatan yang terjadi pada saat ini adalah disebabkan oleh demikian tingginya teknologi,


(53)

sehingga dalam hal pembuktian sangat sukar untuk dibuktikan. Makin tinggi pendidikan seseorang, makin berbahaya jika sampai ia melakukan kriminal. Menghadapi modus pencurian yang makin lama makin tinggi nilai teknologinya, ditambah mobilitas yang serba cepat, sudah sepantasnya kita meningkatkan pengetahuan maupun kemampuan penyidik secara ilmiah, disertai dedikasi yang tinggi dari petugas lapangan maupun para ilmiah di laboratorium. Sehingga dengan adanya pengetahuan tersebut maka dengan mudah para petugas dapat menentukan siapa pelaku dari kejahatan tersebut. (www.faktorpencurian.com. Diakses pada tanggal 2 oktober 2013)

Maka dengan demikian makin tinggi intelegensi seorang remaja, biasanya akan lebih mudah ia melakukan kejahatan kerena seorang remaja masih belum bisa menentukan dan menilai mana yang baik dan mana yang buruk, serta para remaja masih mudah untuk dipengaruhi dan dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

b. Faktor Usia

Seperti yang dikatakan oleh Anna Surti Ariani, Psi, seorang psikolog anak bahwa :

“Usia atau umur dapat juga mempengaruhi kemampuan untuk berfikir dan melakukan kemampuan bertindak, semakin bertambah umur atau usia seseorang maka semakin meningkat kematangan berfikir untuk dapat membedakan sesuatu perbuatan baik dan buruk”. (vivanews.com. Diakses pada 2 Oktober 2013)

Dari kutipan diatas, dengan demikian wajar jika seorang remaja yang belum memiliki kematangan dalam berfikir seperti orang dewasa bisa melakukan tindak pencurian.


(54)

33

c. Jenis kelamin

Jenis kelamin juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan remaja melakukan tindak pencurian, remaja laki-laki akan cendrung lebih berpeluang dalam melakukan tindak pencurian hal ini dikarenakan :

1) Pergaulan dalam kaum remaja laki-laki berbeda dengan pergaulan remaja wanita

2) Remaja laki-laki memiliki sifat lebih berani dibandingkan remaja wanita

3) Fisik remaja laki-laki lebih kuat dibandingkan fisik remaja wanita yang cendrung lebih lemah.

(www.faktorpencurian.com. Diakses pada tanggal 2 oktober 2013)

Oleh sebab itu seharusnya remaja laki-laki juga mendapat pengawasan ketat dari orang tua dan lingkungan sekitarnya, karena yang kita ketahui biasanya hanya remaja wanita saja yang mendapatkan pengawasan ketat dari orang tua dan remaja laki-laki cendrung lebih di biarkan dan dibebaskan dalam pergaulannya yang kadang kala pergaulannya tersebut salah dan tidak baik bagi tumbuh kembangnya.

d. Faktor Kebutuhan Ekonomi Yang Mendesak

Kebutuhan ekonomi yang mendesak juga dapat menjadi salah satu faktor bagi remaja untuk melakukan tindak pencurian. Seperti yang kita ketahui saat ini banyak kasus pencurian yang dilakukan oleh remaja dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang mendesak, pada dasarnya tugas seorang remaja adalah bersekolah dan belajar, namun


(55)

banyak pula remaja yang harus menanggung kebutuhan ekonomi keluarganya karena hal-hal tertentu. Hal tersebutlah yang akhirnya memicu seorang remaja akhirnya melakukan tindak pencurian karena sebagai seorang remaja tidak banyak yang dapat Ia lakukan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang mendesak ditambah pula sifat remaja yang masih belum bisa berfikir panjang sebelum melakukan suatu tindakan. (www.faktorpencurian.com. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013)

e. Faktor Pendidikan

Pendidikan menjadi salah satu faktor bagi remaja untuk melakukan tindak pencurian karena pendidikan sangatlah menentukan perkembangan jiwa dan kepribadian seseorang remaja, dengan kurangnya pendidikan maka mempengaruhi perilaku dan kepribadian remaja tersebut, sehingga bisa menjerumuskan untuk melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan norma dan aturan-aturan hukum yang berlaku. Apabila seseorang remaja tidak pernah mengecap bangku sekolah atau sudah putus sekolah, maka perkembangan jiwa dan cara berpikir remaja tersebut akan sulit berkembang, sehingga dengan keterbelakangan dalam berpikir maka dia akan melakukan suatu perbuatan yang menurut dia baik tetapi belum tentu bagi orang lain itu baik. Namun kebanyakan tindakan yang sering dilakukannya itu adalah perbuatan yang dapat merugikan orang lain seperti mencuri. Pendidikan adalah merupakan wadah yang sangat baik untuk membentuk watak dan moral seseorang, yang mana semua itu di dapatkan di dalam dunia pendidikan. Tapi tidak tertutup kemungkinan


(56)

35

remaja yang mengecap dunia pendidikanpun akan melakukan tindak pencurian. (www.psikologimendidikanak.com Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013).

Oleh karena itu maka pendidikan juga dapat menjadi faktor seorang remaja melakukan tindak pencurian baik yang memang mengecap bangku sekolah ataupun tidak, keduanya sama-sama memiliki potensi untuk melakukan tindak pencurian, namun biasanya bagi remaja yang tidak merasakan bangku pendidikan angka pencuriannya lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang bersekolah.

f. Faktor Pergaulan

Pergaulan menjadi salah satu faktor terpenting dalam tumbuh kembang seorang remaja. Maka dalam hal ini pergaulan seorang remaja dapat mempengaruhi kepribadian, cara berfikir, sifat, tindakan bahkan mental dari remaja tersebut. Seorang remaja yang bergaul dalam pergaulan yang tidak baik maka kemungkinan remaja tersebut akan menjadi tidak baik pula, seperti contoh remaja yang bergaul dengan orang-orang yang biasa mencuri, dengan demikian remaja tersebut pasti akan ikut mencuri. (www.psikologimendidikanak.com Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013). Oleh karena itu seorang remaja harus tepat dalam memilih teman dalam pergaulannya jangan sampai seorang remaja yang harusnya tumbuh menjadi pribadi yang baik rusak hanya karena salah dalam pergaulan. g. Faktor Lingkungan

1. Lingkungan tempat tinggal remaja yang melakukan tindak pencurian memang lingkungan yang memungkinkan bagi si remaja tersebut


(1)

116

berupa Cemoohan, dampak dari cemoohan ini akan lebih meluas dibandingkan sebuah sanksi sosial teguran.

c. Sanksi sosial berupa sidang oleh para Tokoh masyarakat

Sanksi sosial berupa sidang oleh para Tokoh masyarakat akan dila kukan jika memang masyarakat sudah mulai gerah kepada tindakan remaja yang melakukan pencurian dan kerugian yang diterima oleh masyarakatpun sudah tidak bisa di toleransi, biasanya sanksi sosial semacam ini diberikan jika jenis-jenis barang yang dicuri remaja tersebut seperti: handphone, kendaraan bermotor , hewan ternak (kambing, ayam) dan lain-lain.

d. Denda

Adapun denda-denda tersebut meliputi denda ringan, denda sedang, dan denda berat.

e. Dikucilkan

Masyarakat Desa Lebuh Dalem akan mengucilkan warganya yang melakukan tindak pencurian jika memang warga tersebut memang sudah tidak bisa lagi disadarkan dengan sanksi-sanksi sosial berupa teguran, cemoohan, denda, dan sidang oleh para tokoh masyarakat. Dan sejauh ini di Desa Lebuh Dalem belum pernah ada remaja yang dikucilkan akibat melakukan pencurian.

2. Proses pemberian sanksi sosial

Sanksi sosial yang akan diberikan oleh masyarakat kepada remaja pelaku pencurian ditentukan dari sebuah sidang yang dilakukan dibalai Kampung (Pepung), dalam pepung tersebut biasanya dilakukan secara tertutup.


(2)

117

Artinya pihak yang tidak berkepentingan tidak diperkenankan menyaksikan proses pepung tersebut.

3. Dampak dari adanya sanksi-sanksi sosial yang diberikan kepada remaja pelaku pencurian di Desa Lebuh Dalem

Dari pembahasan yang telah dipaparkan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a. mampu memberikan efek jera kepada remaja pelaku pencurian di Desa Lebuh Dalem Kecamatan Menggala timur karena setelah diberikannya sanksi sosial tidak ada remaja pelaku pencurian yang berani melakukan pencurian lagi.

b. Sanksi sosial memang belum sepenuhnya menghapuskan angka pencurian di kalangan remaja Desa Lebuh Dalem Kecamatan Menggala Timur namun pada dasarnya sedikit demi sedikit angka pencurian tersebut sudah dapat ditekan dengan adanya sanksi-sanksi tersebut. Jadi sanksi sosial yang diberikan masyarakat kepada remaja pelaku pencurian sudah mampu menekan angka pencurian dikalangan remaja itu sendiri.


(3)

118

B. Saran

Setelah melakukan penelitian tentang sanksi sosial terhadap remaja pelaku pencurian di Desa Lebuh Dalem , ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dapat dijadikan masukan kepada beberapa pihak, yaitu:

1. Masyarakat

Masyarakat harus benar-benar jeli dalam memberikan sanksi kepada remaja pelaku pencurian dan benar-benar harus mempertimbangkan tumbuh kembang bagi remaja tersebut. Selain itu masyarakat juga harus meningkatkan pengamanan di Desa Lebuh dalem guna meminimalisir resiko tindak kejatan dalam hal ini pencurian.

2. Remaja pelaku pencurian

Sebagai remaja yang masih dalam masa pertumbuhan hendaknya benar-benar memikirkan matang-matang akan perbuatan yang hendak dilakukan karena bisa saja perbuatan tersebut adalah perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma yang tertanam dalam masyarakat

3. Keluarga remaja pelaku pencurian

Sebagai keluarga dari remaja pelaku pencurian, hendaknya lebih memperhatikan tumbuh kembang remaja tersebut dan memberikan perhatian yang lebih bukan hanya dari segi materi melainkan dalam bentuk kasih sayang yang memang masing sangat mereka butuhkan. Karena remaja yang mencuri belum tentu untuk memenuhi kebutuhan ekonominya saja melainkan bisa juga dari pergaulannya yang tidak terkontrol.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 1987. Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial. Fajar Agung. Jakarta. . 1994. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Bumi Aksara. Jakarta .

Ahmadi, Abu. 1985. Sosiologi. PT. Bina Ilmu. Surabaya.

Berger, Peter. L dan Thomas, Luckmann. 1990. Tafsir Sosial. Gramedia Pustaka. Jakarta.

Betrand, L. Alvin. 1980. Sosiologi. PT. Bina Ilmu. Surabaya.

Darajat, Zakiah. 1990. Kesehatan Mental. CV. Haji Masagung. Jakarta. Dirdjosisworo, Soedjono. 1985. Asas-asas Sosiologi. Armico. Bandung. Hadi, Sutrisno. 1989. Statistik. Fakultas Psikologi. Yogyakarta.

Hurlock. 2000. Perkembangan Anak. Erlangga. Jakarta.

Kartini, Kartono. 1980. Pengantar Metodelogi Riset Sosial. Alumni. Bandung. Koentjaraningrat. 1997. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Gramedia.

Jaakarta.

Mayor, Polak J.B.A.F. 1979. Sosiologi Suatu Buku Pengantar Ringkas. PT. Ikhtiar Baru. Jakarta.

Moeljatno. 2006. KUHP Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Bumi Aksara. Jakarta.

Nasir. M. 2003. Metode penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Poerwadarminta, W.J.S. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai pustaka. Jakarta.


(5)

Prasetyo, Bambang dan Jannah, Miftahul, Lina, 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Roucek dan Warren. 1984. Pengantar Sosiologi (diterjemahkan: Sahat Simamora). PT. Bina Aksara. Jakarta.

Santrock. 2003. Adolencence : Perkembangan Remaja. Erlangga. Jakarta

Sevilla, G. Consuelo. 1993. Pengantar Metode Penelitian (terjemahan Alimuddin Tuwu). Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Singarimbun, Masri. Sofian Effendi (ed). 1982. Metodelogi Penelitian survai. LP3ES. Jakarta.

.1989. Metodelogi Penelitian survai. LP3ES. Jakarta.

. 2002. Metodelogi Penelitian survai. LP3ES. Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1982. Pribadi dan Masyarakat. CV. Rajawali. Jakarta.

. 1986. Metodelogi penelitian. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Soimin, Soedharyo. 2007. Kitab Undang-undang Perdata. Sinar Grafika.

Suharsimi, Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan. Bina Aksara. Jakarta.

Sundari, Siti dan Rumini, Sri. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Rineka cipta. Jakarta.

Wignyosoebroto, Soetandyo. 2007. Hukum Dalam Mayarakat (Perkembangan dan Masalahnya). Ghalia Indonesia. Bogor.

Wila, Huky D.A. 1982. Pengantar Sosiologi. Usaha Nasional. Surabaya. Sumber Berita :

http://mobile.seruu.com di akses pada tanggal 9 oktober 2013

kompas.com/ Yulvianus Harjono. Diakses pada tanggaal 9 oktober 2013 vivanews.com. Diakses pada 2 Oktober 2013


(6)

Sumber Internet :

http://id.wikipedia.org/wiki/pengendalian_sosial. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013

www.psikologimendidikanak.com Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013 http://id.wikipedia.org/wiki/denda. diakses pada tanggal 9 oktober 2013 http://id.wikipedia.org/wiki/pidana. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013 www.faktorpencurian.com. Diakses pada tanggal 2 oktober 2013