Kualitas Hidup Wanita Lansia di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu Tebing Tinggi
KUALITAS HIDUP WANITA LANSIA DI KELURAHAN
PABATU KECAMATAN PADANG HULU TEBING TINGGI
SKRIPSI
Oleh
NAZLY CHAIRANI 111121069
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
(3)
ABSTRAK
Judul : Kualitas Hidup Wanita Lansia di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu Tebing Tinggi
Nama : Nazly Chairani Jurusan : Keperawatan Tahun : 2013
Kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi individu sebagai laki-laki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya dan system nilai dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan kualitas hidup wanita lansia secara umum dan berdasarkan faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian desain deskriftif digunakan untuk menggambarkan kualitas hidup wanita lansia di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu Tebing Tinggi. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling yaitu pada wanita lansia yang berumur diatas 60 tahun dengan jumlah responden 53 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang diambil dari WHOQOL – BREF. Analisa data dilakukan dengan crosstab antara kualitas hidup dengan faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Hasil penelitian ini bahwa kualitas hidup wanita lansia di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi adalah cukup baik. Kepada petugas kesehatan perlu adanya upaya dalam peningkatan kualitas hidup. Upaya yang diharapkan dapat dilakukan oleh petugas kesehatan adalah melakukan diskusi dengan pendekatan secara holistik kepada wanita lansia. Salah satunya adalah dengan merubah persepsi masyarakat atau memunculkan sikap positif masyarakat khususnya wanita lansia.
(4)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kualitas Hidup Wanita Lansia di Kelurahan Pabatu
Kecamatan Padang Hulu Tebing Tinggi ”.
Shalawat beriring salam tidak lupa pula penulis panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan sebagaimana yang kita rasakan pada saat sekarang ini.
Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat dalam mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan. Namun, berkat adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Teristimewa buat Ayahanda dan Ibunda yang telah banyak memberikan do’a, nasehat, materi dan dorongan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
(5)
3. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini .
4. Bapak Iwan Rusdi S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing akademik yang telah membantu bdalam proses perkuliahan.
5. Ibu Siti Saidah, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku Ketua Departemen Keperawatan Maternitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Nur Afi Darti S.Kp, M.Kep dan Ibu Farida Linda Sari Siregar S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dalam skripsi ini.
7. Dewan Dosen beserta staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
8. Staf – staf Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi yang telah memberikan izin untuk penelitian ini.
9. Buat adik – adikku Muhammad Zaim Al – Anshari dan Muhammad Fadlan Choiri beserta anggota keluarga lain yang banyak memberi doa, dukungan baik moril maupun materil.
10.Sahabat – sahabatku Imel teman sebimbingan dan seperjuangan yang telah banyak membantu dalam skripsi ini, Tia, Vera, Maya, Adek, Endang, Ery Boreg, Atikah, Miskah, Unin, Widya, Hanna, serta teman-teman sejawat angkatan 2011 yang selalu memberikan bantuan, motivasi, partisipasi, dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kemudian buat anak – anak kos SD 17 yang banyak membantu dan mendukung.
(6)
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang.
Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri semoga kita selalu dalam lindungan serta limpahan rahmat-Nya dengan kerendahan hati penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.
Medan, Februari 2013
(7)
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Abstrak ... iii
Prakata ... iv
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel ... ix
Daftar Lampiran ... x
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 5
2. Rumusan Masalah ... 5
3. Tujuan Penelitian ... 5
3.1. Tujuan Umum ... 5
3.2. Tujuan Khusus ... 5
4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Kualitas Hidup ... 8
1.1Definisi Kualitas Hidup ... 8
1.2Dimensi – Dimensi Kualitas Hidup ... 9
1.3Pengukuran Kualitas Hidup ... 12
1.4Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup ... 13
2. Wanita Lansia ... 17
2.1Definisi Wanita Lansia ... 17
2.2Perubahan – Perubahan Pada Wanita Lansia ... 17
2.3Masalah Dan Penyakit Pada Wanita Lansia ... 21
2.4Penanggulangan Masalah Terkait Proses Penuaan Alami...29
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual... 31
2. Definisi Operasional ... 32
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 34
2. Populasi dan Sampel ... 34
2.1. Populasi ... 34
2.2. Sampel ... 34
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35
4. Pertimbangan Etik ... 36
5. Instrumen Penelitian ... 36
6. Uji Validitas Dan Reliabelitas ... 37
7. Pengumpulan Data ... 38
(8)
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian ... 41
1.1. Data Demografi Responden... 41
1.2. Kualitas Hidup Wanita Lansia ... 42
2. Pembahasan ... 46
2.1. Kualitas Hidup Wanita Lansia ... 46
2.2. Kualitas Hidup Wanita Lansia Berdasarkan Usia,Pendidikan, Pekerjaan, Pernikahan, Penghasilan, dan Aktivitas Sosial ... 46
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 51
2. Saran ... 51
2.1. Praktek Keperawatan ... 51
2.2. Pendidikan Keperawatan ... 52
2.3. Penelitian Keperawatan ... 52
(9)
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 1.1.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik
responden wanita lansia……… 45 Tabel 1.2.1 Distribusi frekuensi dan persentase kualitas hidup wanita lansia... 46 Tabel 1.2.3 Distribusi frekuensi kualitas hidup berdasarkan umur... 48 Tabel 1.2.4 Distribusi frekuensi kualitas hidup berdasarkan pendidikan ...
51
Tabel 1.2.5 Distribusi frekuensi kualitas hidup berdasarkan pekerjaan... 52 Tabel 1.2.6 Distribusi frekuensi kualitas hidup berdasarkan pernikahan ……... 54 Tabel 1.2.7 Distribusi frekuensi kualitas hidup berdasarkan penghasilan ……... 54 Tabel 1.2.8 Distribusi frekuensi kualitas hidup berdasarkan aktivitas sosial …... 54
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Lembar Persetujuan Responden 2. Instrumen Penelitian
3. Lembar Konsul 4. Taksasi Dana 5. Jadwal Tentatif 6. Curiculuum Vitae
(11)
ABSTRAK
Judul : Kualitas Hidup Wanita Lansia di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu Tebing Tinggi
Nama : Nazly Chairani Jurusan : Keperawatan Tahun : 2013
Kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi individu sebagai laki-laki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya dan system nilai dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan kualitas hidup wanita lansia secara umum dan berdasarkan faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian desain deskriftif digunakan untuk menggambarkan kualitas hidup wanita lansia di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu Tebing Tinggi. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling yaitu pada wanita lansia yang berumur diatas 60 tahun dengan jumlah responden 53 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang diambil dari WHOQOL – BREF. Analisa data dilakukan dengan crosstab antara kualitas hidup dengan faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Hasil penelitian ini bahwa kualitas hidup wanita lansia di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi adalah cukup baik. Kepada petugas kesehatan perlu adanya upaya dalam peningkatan kualitas hidup. Upaya yang diharapkan dapat dilakukan oleh petugas kesehatan adalah melakukan diskusi dengan pendekatan secara holistik kepada wanita lansia. Salah satunya adalah dengan merubah persepsi masyarakat atau memunculkan sikap positif masyarakat khususnya wanita lansia.
(12)
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tahapan siklus kehidupan manusia, mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa muda, dewasa, tua, dan lanjut usia. Begitu juga dalam rentang usia lanjut yang berkaitan dengan tahapan rentang kehidupan yang terbagi dalam dua tahap yaitu tahap usia lanjut dini dan usia lanjut (Hurlock, 2000).
Berdasarkan jumlah penduduk masyarakat Indonesia pada tahun 2000, jumlah penduduk di Indonesia mencapai 203,46 juta orang dengan 101,81 juta penduduk wanita (Kasdu, 2002). Dalam kurun waktu 1990 sampai 2025 diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sebagai pertumbuhan lansia yang tercepat di dunia. Pada tahun 2000 data jumlah lansia di Indonesia mencapai 16 juta jiwa. Sedangkan berdasarkan data sensus badan pusat statistik pada tahun 2000 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia sebanyak 15.054.877 jiwa dengan jumlah lansia wanita 52,42% dan pria 47,58% (Statistika, 2010 ).
Di Sumatera Utara (2000), proporsi penduduk lansia mencapai 18,46 % dan di kota Medan (2001), proporsi penduduk lansia mencapai 21,2%, kemudian meningkat pada tahun 2004 mencapai 24,69 % (Zulsita, 2011).
Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Wanita yang sudah memasuki usia 60 tahun sampai 70 tahun dikatakan wanita lanjut usia. Periode usia lanjut berlangsung secara perlahan dan bertahap yang disertai dengan proses penuaan (Hurlock, 2000).
(13)
Proses penuaan merupakan proses fisiologis yang pasti dialami individu dan proses ini akan diikuti oleh penurunan fungsi fisik, psikososial dan spiritual. Perubahan dari segi biologis pada wanita lansia identik dengan gejala menopause, antara lain ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan dada bagian atas. Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan dan berdebar-debar (Hurlock, 2000).
Menurut Watson (2003 ) dalam (Setiyoadi, 2012) terdapat perubahan yang umum dialami lansia. Seperti perubahan sistem imun yang cenderung menurun, perubahan sistem integumen yang menyebabkan kulit mudah rusak, perubahan elastisitas arteri pada sistem kardiovaskular yang dapat memperberat kerja jantung, penurunan kemampuan metabolisme oleh hati dan ginjal serta penurunan kemampuan penglihatan dan pendengaran. Penurunan fungsi fisik tersebut ditandai dengan ketidakmampuan lansia untuk beraktivitas atau melakukan kegiatan yang tergolong berat.
Kuntjoro (2002) mengatakan bahwa beberapa gejala psikologis yang menonjol pada wanita lansia adalah mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang (tension), cemas dan depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan femininitas karena fungsi reproduksi yang hilang.
Perubahan psikososial yang terjadi pada lansia erat kaitannya dengan perubahan fisik, lingkungan tempat tinggal dan hubungan sosial dengan
(14)
masyarakat. Sebagian besar lansia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan. (Setiyoadi, 2012).
Kreitler & Ben (2004) dalam (Nofitri 2009) kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam bidang kehidupan. Lebih spesifiknya adalah penilaian individu terhadap posisi mereka di dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan system nilai dimana mereka hidup dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang menjadi perhatian individu.
Kualitas hidup individu tersebut biasanya dapat dinilai dari kondisi fisiknya, psikologis, hubungan sosial dan lingkungannya WHOQOL Group, (1998) dalam (Sekarwiri, 2008). Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, penghasilan, hubungan dengan orang lain dan standar referensi (Nofitri, 2009).
Skevington, Lotfy dan O’ Connell (2004) dalam Sekarwiri (2008) pengukuran kualitas hidup dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengukuran kualitas hidup secara menyeluruh (kualitas hidup dipandang sebagai evaluasi individu terhadap dirinya secara menyeluruh atau hanya mengukur domain tertentu saja (kualitas hidup diukur hanya melalui bagian tertentu saja dari diri seseorang. Alat ukur
(15)
WHOQOL-BREF merupakan alat ukur yang valid (r = 0,89 -0,95) dan reliable (R= 0,66-0,87) (Sekarwiri, 2008).Berdasarkan hasil penelitian Salim, Sudharma, Kusumaratma dan Hidayat (2007) bahwa kuesioner WHOQOL-BREF merupakan kuesioner yang valid dan reliable untuk kualitas hidup lansia dengan nilai (r = 0,5-0,7) dan (R = 0,69-0,71).
Perubahan – perubahan yang terjadi pada wanita lansia baik fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan yang cenderung mengalami penurunan. Penurunan-penurunan tersebut akan menyebabkan berbagai gangguan baik fisik, psikologis, lingkungan dan sosial yang akan berdampak pada kualitas hidup wanita lansia (Setiyoadi, 2012).
Selain ditinjau dari perbedaan jumlah dan angka harapan hidupnya, lansia pria dan wanita juga memiliki perbedaan pada tingkat kualitas hidupnya. Usia harapan hidup serta jumlah wanita lansia yang lebih tinggi dari pria lansia. Namun, Dragomirecka & Selepova (2002) dalam studinya mengungkapkan bahwa kualitas hidup pria lansia lebih tinggi dari pada wanita lansia. Pada pria lansia dilaporkan secara signifikan bahwa pria lansia memiliki kepuasan yang lebih tinggi dalam beberapa aspek yaitu hubungan personal, dukungan keluarga, keadaan ekonomi, pelayanan sosial, kondisi kehidupan dan kesehatan.
Wanita lansia memiliki nilai yang lebih tinggi dalam hal kesepian, ekonomi yang rendah dan kekhawatiran terhadap masa depan. Perbedaan gender tersebut ternyata memberikan andil yang nyata dalam kualitas hidup lansia. Perlu adanya suatu upaya peningkatan kualitas hidup terhadap lansia, terutama wanita lansia mengingat usia harapan hidup yang lebih tinggi serta jumlah wanita lansia yang
(16)
lebih banyak. Meningkatnya jumlah lansia tentu tidak lepas dari proses penuaan beserta masalahnya.
Berdasarkan data penduduk Kelurahan Pabatu proporsi jumlah seluruh wanita yaitu sebesar 1150 orang, sedangkan proporsi jumlah wanita usia ≥60 tahun sebesar 112 orang.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti bagaimanakah kualitas hidup wanita yang sudah memasuki masa lansia di Kel. Pabatu Kec. Padang Hulu, Tebing Tinggi.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “bagaimanakah tingkat kualitas hidup wanita yang sudah memasuki masa lanjut usia” di Kel. Pabatu Kec. Padang Hulu, Tebing Tinggi. 3. Tujuan Penelitian
3.1 Tujuan Umum :
Untuk menggambarkan tingkat kualitas hidup wanita yang sudah memasuki masa lanjut usia di Kel. Pabatu Kec. Padang Hulu, Tebing Tinggi.
3.2 Tujuan Khusus :
1. Menggambarkan tingkat kualitas hidup wanita lansia berdasarkan usia 2.Menggambarkan tingkat kualitas hidup wanita lansia berdasarkan
pendidikan
3. Menggambarkan tingkat kualitas hidup wanita lansia berdasarkan pekerjaan 4. Menggambarkan tingkat kualitas hidup wanita lansia berdasarkan status
(17)
5. Menggambarkan tingkat kualitas hidup wanita lansia berdasarkan penghasilan
6. Menggambarkan tingkat kualitas hidup wanita lansia berdasarkan hubungan dengan orang lain.
4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 4.1Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan dan informasi bagi mahasiswa tentang kualitas hidup wanita yang sudah memasuki masa lanjut usia. Selain itu penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan agar pendidikan senantiasa peka terhadap kenyataan yang ada di lapangan khususnya masalah kualitas hidup wanita yang sudah memasuki masa lanjut usia.
4.2 Bagi Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan informasi tentang kualitas hidup wanita yang telah memasuki masa lanjut usia, sehingga tenaga kesehatan lebih peka terhadap kualitas hidup wanita yang sudah memasuki masa lanjut usia dan dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.
4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya dan sebagai bahan perbandingan apabila ada peneliti yang ingin melakukan penelitian dengan judul yang sama atau ingin mengembangkan penelitian ini lebih lanjut.
(18)
4.4Bagi Wanita Lanjut Usia
Memberikan informasi tentang kualitas hidup wanita yang sudah memasuki masa lanjut usia sehingga dapat diupayakan tindakan untuk meningkatkan kualitas hidup dan dapat mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi masa lanjut usia. Dengan demikian masa lanjut usia dapat dijalani dengan lebih baik, sehingga dapat menjalani hari-harinya dengan kualitas hidup yang lebih baik.
(19)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kualitas hidup
1.1 Definisi Kualitas Hidup
Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas hidupnya. Kreitler & Ben (2004) dalam Nofitri (2009) kualitas hidup diartikan sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam bidang kehidupan. Lebih spesifiknya adalah penilaian individu terhadap posisi mereka di dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan system nilai dimana mereka hidup dalam kaitannya dengan tujuan individu, harapan, standar serta apa yang menjadi perhatian individu (Nofitri, 2009).
Menurut WHO (1994) dalam (Bangun 2008), kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi individu sebagai laki-laki atau wanita dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya dan system nilai dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka.Hal ini merupakan konsep tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan social dan hubungan kepada karakteristik lingkungan mereka.
(20)
Di dalam bidang kesehatan dan aktivitas pencegahan penyakit, kualitas hidup dijadikan sebagai aspek untuk menggambarkan kondisi kesehatan (Wilson dkk dalam (Larasati, 2012). Adapun menurut Cohen & Lazarus dalam (Larasati, 2012) kualitas hidup adalah tingkatan yang menggambarkan keunggulan seorang individu yang dapat dinilai dari kehidupan mereka. Kualitas hidup individu tersebut biasanya dapat dinilai dari kondisi fisiknya, psikologis, hubungan sosial dan lingkungannya WHOQOL Group (1998) dalam (Larasati, 2012).
Kualitas hidup ditetapkan secara berbeda dalam penelitian lain. Namun dalam penelitian ini kualitas hidup adalah tingkatan yang menggambarkan keunggulan kualitas hidup seorang individu yang dapat dinilai berdasarkan konsep WHOQOL Group (1998) dari kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan.
1.2 Dimensi – Dimensi Kualitas Hidup
Menurut WHOQOL group Lopez dan Sayder (2004) (dalam Sekarwiri 2008), kualitas hidup terdiri dari enam dimensi yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, hubungan dengan lingkungan dan keadaan spiritual. Kemudian WHOQOL dibuat lagi menjadi instrument WHOQOL – BREF dimana dimensi tersebut diubah menjadi empat dimensi yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial dan hubungan dengan lingkungan.
Dalam hal ini dimensi fisik yaitu aktivitas sehari-hari, ketergantungan obat-obatan dan bantuan medis, energi dan kelelahan, mobilitas, sakit dan ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, serta kapasitas kerja. Menurut Tarwoto dan
(21)
Martonah (2010) aktivitas sehari – hari adalah suatu energi atau keadaan untuk bergerak dalam memenuhi kebutuhan hidup dimana aktivitas dipengaruhi oleh adekuatnya system persarafan, otot dan tulang atau sendi.
Ketergantungan obat-obatan dan bantuan medis yaitu seberapa besar kecenderungan individu menggunakan obat-obatan atau bantuan medis lainnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Energi dan kelelahan merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Sedangkan mobilitas merupakan tingkat perpindahan yang mampu dilakukan oleh individu dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Kemudian sakit dan ketidaknyamanan menggambarkan sejauh mana perasaan keresahan yang dirasakan individu terhadap hal-hal yang menyebabkan individu merasa sakit (Sekarwiri, 2008).
Menurut Tarwoto dan Martonah (2010) istirahat merupakan suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar. Sedangkan tidur adalah suatu keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda. Kapasitas kerja menggambarkan kemampuan yang dimiliki individu untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
Dimensi psikologis yaitu bodily dan appearance, perasaan negatif , perasaan positif, self – esteem, berfikir, belajar, memori, dan konsentrasi. Aspek sosial meliputi relasi personal, dukungan sosial dan aktivitas seksual. Kemudian aspek lingkungan yang meliputi sumber finansial, freedom, physical safety dan
(22)
security , perawatan kesehatan dan sosial care lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru dan keterampilan, partisipasi dan kesempatan untuk melakukan rekreasi atau kegiatan yang menyenangkan serta lingkungan fisik dan transportasi (Sekarwiri, 2008).
Bodily dan appearance menggambarkan bagaimana individu memandang keadaan tubuh serta penampilannya. Perasaan negative menggambarkan adanya perasaan yang tidak menyenangkan yang dimiliki oleh individu. Perasaan positif merupakan gambaran perasaan yang menyenangkan yang dimiliki oleh individu. Self – esteem melihat bagaimana individu menilai atau menggambarkan dirinya sendiri. Berfikir, belajar, memori, dan konsentrasi dimana keadaan kognitif individu yang memungkinkan untuk berkonsentrasi, belajar dan menjelaskan fungsi kognitif lainnya (Sekarwiri, 2008).
Dimensi hubungan social mencakup relasi personal, dukungan social dan aktivitas sosial. Relasi personal merupakan hubungan individu dengan orang lain. Dukungan sosial yaitu menggambarkan adanya bantuan yang didapatkan oleh individu yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Sedangkan aktivitas seksual merupakan gambaran kegiatan seksual yang dilakukan individu (Sekarwiri, 2008). Adapun dimensi lingkungan yaitu mencakup sumber financial, Freedom, physical safety dan security, perawatan kesehatan dan sosial care, lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru dan keterampilan, partisipasi dan kesempatan untuk melakukan rekreasi atau kegiatan yang menyenangkan, lingkungan fisik serta transportasi (Sekarwiri, 2008).
(23)
Sumber finansial yaitu merupakan keadaan keuangan individu. Freedom, physical safety dan security yaitu menggambarkan tingkat keamanan individu yang dapat mempengaruhi kebebasan dirinya. Perawatan kesehatan dan sosial care merupakan ketersediaan layanan kesehatan dan perlindungan sosial yang dapat diperoleh individu. Lingkungan rumah menggambarkan keadaan tempat tinggal individu. Kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru dan keterampilan yaitu menggambarkan ada atau tidaknya kesempatan bagi individu untuk memperoleh hal-hal baru yang berguna bagi individu.
Partisipasi dan kesempatan untuk melakukan rekreasi atau kegiatan yang menyenangkan merupakan sejauhmana individu memiliki kesempatan dan dapat bergabung untuk berkreasi dan menikmati waktu luang. Sedangkan lingkungan fisik menggambarkan keadaan lingkungan tempat tinggal individu (keadaan air, saluran udara, iklim, polusi, dll). Transportasi yaitu sarana kendaraan yang dapat dijangkau oleh individu (Sekarwiri, 2008).
1.3 Pengukuran Kualitas Hidup
Skevington, Lotfy dan O’ Connell (2004) dalam Sekarwiri (2008) pengukuran kualitas hidup dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengukuran kualitas hidup secara menyeluruh (kualitas hidup dipandang sebagai evaluasi individu terhadap dirinya secara menyeluruh atau hanya mengukur domain tertentu saja (kualitas hidup diukur hanya melalui bagian tertentu saja dari diri seseorang. Pengukuran kualitas hidup oleh para ahli belum mencapai suatu pemahaman pada suatu standar atau metoda yang terbaik.
(24)
Pengukuran kualitas hidup alat WHOQOL – BREF merupakan pengukuran yang menggunakan 26 item pertanyaan. Dimana alat ukur ini mengunakan empat dimensi yaitu fisik, psikologis, lingkungan dan sosial.
1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh WHOQOL (dalam Power, 2003), persepsi individu mengenai kualitas hidupnya dipengaruhi oleh konteks budaya dan sistem nilai dimana individu tinggal. Hal ini juga sesuai degnan apa yang dikatakan Fadda dan Jiron (1999) bahwa kualitas hidup bervariasi antara individu yang tinggal di kota/ wilayahsatu dengan yang lain bergantung pada konteks budaya, sistem, dan berbagai kondisi yang berlaku pada wilayah tersebut. Berbagai penelitian mengenai kualitas hidup menemukan beberapa faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup yaitu :
1. Gender atau Jenis Kelamin
Moons, dkk (2004) dalam (Noftri, 2009)mengatakan bahwa gender adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Bain, dkk (2003) dalam (Nofitri, 2009) menemukan adanya perbedaan antara kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan, dimana kualitas hidup laki-laki-laki-laki cenderung lebih baik daripada kualitas hidup perempuan. Bertentangan dengan penemuan Bain, dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009) menemukan bahwa kualitas hidup perempuan cenderung lebih tinggi daripada laki-laki. Ryff dan Singer (1998) dalam (Nofitri, 2009) mengatakan bahwa secara umum, kesejahteraan laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, namun perempuan lebih banyak terkait dengan aspek
(25)
hubungan yang bersifat positif sedangkan kesejahteraan tinggi pada pria lebih terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik.
2. Usia
Moons, dkk (2004) dan Dalkey (2002) dalam (Nofitri, 2009) mengatakan bahwa usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Wagner, Abbot, & Lett (2004) dalam (Nofitri, 2009) menemukan adanya perbedaan yang terkait dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan yang penting bagi individu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ryff dan Singer (1998) dalam (Nofitri, 2009), individu dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang lebih tinggi pada usia dewasa madya. Penelitian yang dilakukan oleh Rugerri, dkk (2001) dalam (Nofitri, 2009) menemukan adanya kontribusi dari faktor usia tua terhadap kualitas hidup subjektif.
3. Pendidikan
Moons, dkk (2004) dan Baxter (1998) dalam (Nofitri, 2009) mengatakan bahwa tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Wahl, dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009) menemukan bahwa kualitas hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang didapatkan oleh individu. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, dkk (2007) dalam (Nofitri, 2009) menemukan adanya pengaruh positif dari pendidikan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak.
(26)
4. Pekerjaan
Moons, dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan penduduk yang tidak mampu bekerja (atau memiliki disablity tertentu). Wahl, dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009) menemukan bahwa status pekerjaan berhubungan dengan kualitas hidup baik pada pria maupun wanita. 5. Status pernikahan
Moons, dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara individu yang tidak menikah, individu bercerai ataupun janda, dan individu yang menikah atau kohabitasi. Penelitian empiris di Amerika secara umum menunjukkan bahwa individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada individu yang tidak menikah, bercerai, ataupun janda/duda akibat pasangan meninggal Glenn dan Weaver (1981) dalam (Nofitri, 2009) .Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahl, dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009) menemukan bahwa baik pada pria maupun wanita, individu dengan status menikah atau kohabitasi memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi.
6. Penghasilan
Baxter, dkk (1998) dan Dalkey (2002) dalam (Nofitri, 2009) menemukan adanya pengaruh dari faktor demografi berupa penghasilan dengan kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani,
(27)
Asgharpour, Safa, dan Kermani (2007) dalam (Nofitri, 2009) juga menemukan adanya kontribusi yang lumayan dari faktor penghasilan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak.
7. Hubungan dengan orang lain
Baxter, dkk (1998) dalam (Nofitri, 2009) menemukan adanya pengaruh dari faktor demografi berupa faktor jaringan sosial dengan kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Kahneman, Diener, & Schwarz (1999) dalam (Nofitri, 2009) mengatakan bahwa pada saat kebutuhan akan hubungan dekat dengan orang lain terpenuhi, baik melalui hubungan pertemanan yang saling mendukung maupun melalui pernikahan, manusia akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik baik secara fisik maupun emosional. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, Asgharpour, Safa, dan Kermani (2007) dalam (Nofitri, 2009) juga menemukan bahwa faktor hubungan dengan orang lain memiliki kontribusi yang cukup besar dalam menjelaskan kualitas hidup subjektif. 8. Standard referensi
O’Connor (1993) dalam (Nofitri, 2009) mengatakan bahwa kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh standard referensi yang digunakan seseorang seperti harapan, aspirasi, perasaan mengenai persamaan antara diri individu dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan definisi kualitas hidup yang dikemukakan oleh WHOQoL (Power, 2003) dalam (Nofitri, 2009), bahwa kualitas hidup akan dipengaruhi oleh harapan, tujuan, dan standard dari masing-masing individu. Glatzer dan Mohr (1987) dalam (Nofitri, 2009) menemukan bahwa di antara berbagai standard referensi yang digunakan oleh individu, komparasi sosial
(28)
memiliki pengaruh yang kuat terhadap kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Jadi, individu membandingkan kondisinya dengan kondisi orang lain dalam menghayati kualitas hidupnya.
2. Wanita Lansia
2.1 Defenisi wanita lansia
Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Zulsita, 2011).
2.2 Perubahan – Perubahan Pada Wanita Lansia
Perubahan – perubahan yang terjadi pada wanita lansia:
2.2.1 Perubahan fisik
Beberapa perubahan fisik yang terjadi pada wanita lansia: 1. Sel
Jumlah sel berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan intraseluler menurun.
2. Kardiovaskular
Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya retensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.
3. Respirasi
Otot-otot pernafasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik nafas lebih berat,
(29)
alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus.
4. Persarafan
Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam merespons dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stres. Berkurang atau hilangnya lapisan myelin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya respons motorik dan refleks.
5. Muskuloskletal
Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut, dan mengalami sklerosis.
6. Gastrointestinal
Esofagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun, dan peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menyebabkan berkurangnya produksi hormone dan enzim pencernaan.
7. Genitourinaria
Ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun, penyaringan di glomerulus menurun, dan fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan mengonsentrasi urine ikut menurun.
8. Vesika urinaria
(30)
9. Vagina
Selaput lendir mengering dan sekresi menurun. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, Liang senggama kering sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama, keputihan, rasa sakit pada saat kencing.
10.Pendengaran
Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran. Tulang – tulang pendengaran mengalami kekakuan.
11.Penglihatan
Respons terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan katarak.
12.Endokrin
Produksi hormone menurun. 13. Kulit
Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung dan telinga menebal. Elastisitas menuru, rambut memutih, kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk.
14.Belajar dan Memori
Kemampuan belajar masih ada tetapi relative menurun. Memori ( daya ingat ) menurun karena proses encoding menurun.( Maryam, 2008)
(31)
2.2.2 Perubahan Psikososial
Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dan identitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun, seseorang akan mengalami kehilangan, antara lain :
1. Kehilangan financial (pendapatan berkurang)
2. Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan semua fasilitas).
3. Kehilangan teman/kenalan atau relasi 4. Kehilangan pekerjaan/kegiatan
5. Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup (memasuki rumah perawatan, bergerak lebih sempit).
6. Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup meningkat pada penghasilan yang sulit, biaya pengobatan bertambah.
7. Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan.
8. Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social. 9. Adanya gangguan saraf panca-indra, timbul kebutaan dan ketulian. 10. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
11. Rangakaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga.
12. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri).
(32)
2.2.3 Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis pada wanita lansia meliputi short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan. Psikis pada wanita usia lanjut perubahan dapat berupa sikap yang semakin egosentrik, mudah, curiga, bertambah pelit. Hal yang perlu dimengerti adalah sikap umum yang ditemukan pada hamper setiap lanjut usia, yakni keinginan berumur panjang, tenaganya sedapat mungkin dihemat. Individu tetap mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat, ingin mempertahankan hak dan harkatnya serta ingin tetap berwibawa.
Faktor yang mempengaruhi perubahan psikologis: 1. Perubahan fisik
2. Kesehatan umum 3. Tingkat pendidikan 4. Keturunan
5. Lingkungan (Nugroho, 2008)
2.3 Masalah Dan Penyakit Pada Wanita Lansia 2.3.1 Mudah jatuh
Jatuh pada wanita usia lanjut merupakan masalah yang sering terjadi. Banyak factor yang mempengaruhi terjadinya jatuh wanita lansia baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik.
(33)
Adapun faktor intinsik yaitu :
1. Gangguan jantung atau sirkulasi darah 2. Gangguan system susunan saraf 3. Gangguan system anggota gerak
4. Gangguan penglihatan dan pendengaran 5. Gangguan psikologis
6. Gangguan gaya berjalan Faktor ekstrinsik:
1. Cahaya ruangan yang kurang terang 2. Lingkungan yang asing bagi lanjut usia 3. Lantai yang licin
4. Obat-obatan yang diminum (diuretic, antidepresan, sedatif, anti-psikotik, alcohol, dan obat hipoglikemik).
2.3.2 Mudah lelah
Hal ini dapat disebabkan oleh:
1. Faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan, atau depresi)
2. Gangguan organis, misalnya : Anemia, kekurangan vitamin, perubahan pada tulang, gangguan pencernaan, kelainan metabolism (diabetes mellitus, hipertiroid), gangguan pencernaan, kelainan metabolism, gangguan ginjal dengan uremia, gangguan faal hati, gangguan system peredaran darah dan jantung.
3. Pengaruh obat, misalnya obat penenang, obat jantung, dan obat yang melelahkan daya kerja otot.
(34)
2.3.3 Gangguan Kardiovaskular 1. Nyeri dada
Nyeri dada dapat disebabkan penyakit jantung koroner yang dapat menyebabkan iskemia jantung, Aneurisme aorta, radang selaput jantung, gangguan pada system alat pernafasan misalnya pleura-pneumonia/emboli paru dan gangguan pada saluran pencernaan bagian atas.
2. Sesak nafas pada kerja fisik
Sesak nafas pada kerja fisik dapat disebabkan oleh kelemahan jantung, gangguan system salurn nafas, berat badan berlebihan atau anemia.
3. Palpitasi
Palpitasi dapat disebabkan oleh gangguan irama jantung, keadaan umum badan yang lemah karena penyakit kronis, dan faktor psikologis.
4. Edema kaki dapat disebabkan oleh kaki yang lama digantung, gagal jantung, bendungan pada vena bagian bawah, kekurangan vitamin B1, gangguan penyakit hati, penyakit ginjal, serta kelumpuhan pada kaki.
2.3.4 Nyeri atau Ketidaknyamanan 1. Nyeri pinggang atau punggung
Nyeri dapat disebabkan oleh gangguan sendi atau susunan sendi pada susunan tulang belakang (osteomalasia, osteoporosis, dan osteoartitis), gangguan pancreas, dan kelainan ginjal, gangguan pada rahim dan gangguan pada otot badan.
(35)
2. Nyeri sendi pinggul
Gangguan sendi pinggul, misalnya radang sendi, sendi tulang yang keropos, kelainan tulang sendi, dan akibat pada saraf punggung bagian bawah yang terjepit.
3. Keluhan pusing
Keluhan pusing dapat disebabkan oleh gangguan lokal misalnya vaskular, migrain, mata. Selain itu penyakit sistemis yang menimbulkan hipoglikemia serta psikologis (perasaan cemas, depresi, kurang tidur dan lain-lain).
4. Kesemutan anggota badan
Keluhan ini dapat disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah lokal ,
gangguan persarafan umum dan gangguan persarafan lokal pada bagian anggota badan.
2.3.5 Berat Badan Menurun
Berat badan menurun disebabkan oleh nafsu makan menurun, adanya penyakit kronis, gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu serta faktor sosio-ekonomis.
2.3.6 Gangguan Eliminasi 1. Inkontinensia urine
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine tanpa disadari dalam jumlah frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan atau sosial. Hasil penelitian pada populasi lanjut usia di masyarakat ( usia diatas 70 tahun) didapat 12% wanita mengalami inkontinensia urine.
(36)
Inkontinensia urine dapat terjadi karena adanya factor pencetus yang mengiringi perubahan pada organ berkemih akibat prose menua, misalnya infeksi saluran kemih, obat-obatan, kesulitan bergerak, kepikunan, dan lain-lain.
Penyebab inkontinensia urine ada dua yaitu penyebab akut dan penyebab kronis. Penyebab akut biasanya dapat diatasi sehingga inkontinensia urine dapat dihilangkan atau disembuhkan. Penyebab akut yaitu delirium, mobilitas terbatas, infeksi pada saluran kemih serta farmaseutikal.
Sedangkan penyebab kronis inkontinensia urine tidak dapat dihilangkan secara tuntas, tetapi dapat dikurangi dan dikontrol dengan beberapa nonfarmakologis dan terapi farmakologis. Penyebab kronis tersebut antara lain kelemahan otot dasar panggul atau instabilitas otot kandung kemih yang sudah berat. Selain itu, adanya gangguan neurologis seperti stroke, penyakit parkinon, dan demensia dapat juga menyebabkan kesulitan dalam upaya menanggulangi inkontinensia urine, sehingga dapat dikategorikan sebagai penyebab kronis.
2. Inkontinensia Alvi
Inkontinensia alvi didefenisikan sebagai ketidakmampuan seseorang dalam menahan dan mengeluarkan tinja pada waktu dan tempat yang tepat. Penyebab inkontinensia alvi yaitu obat pencahar perut, gangguan saraf, keadaan diare, kelainan pada usus besar, kelainan pada ujung saluran pencernaan serta neurodiabetik.
2.3.7 Gangguan Ketajaman Penglihatan
Gangguan ini dapat disebabkan oleh presbiopi, kelainan lensa mata, kekeruhan pada lensa, iris mengalami proses degenerasi dan mengalami
(37)
depigmentasi, pupil kontriksi, reflek direk lemah, tekanan dalam mata meninggi, lapang pandang menyempit (glaukoma), Retina terjadi degenerasi dan radang saraf mata.
2.3.8 Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran yang utama adalah hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekuensi tinggi, yang merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjut usia, bersifat simetris dengan perjalanan yang progresif lambat.
2.3.9 Gangguan Tidur
Gangguan tidur dapat disebabkan oleh faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktor intrinsik misalnya lingkungan yang kurang tenang, sedangkan faktor ekstrinsik yaitu organik dan psikogenik. Organik berupa nyeri, gatal, kram betis, sakit gigi, sindrom tungkai bergerak (akatisia) dan penyakit tertentu yang membuat gelisah. Pada psikogenik yaitu depresi, kecemasan, stres, iritabilitas dan marah yang tidak tersalurkan.
2.3.10 Penyakit Pada Sistem Pernafasan dan Kardiovaskular 1. Paru
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada semakin berkurang. Berkurangnya fungsi paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru. Selain penurunan fungsi paru akibat proses menua, beberapa faktor yang dapat memperburuk fungsi paru, antara lain debu, polusi udara, asap industri, kebiasaan merokok, obesitas, imobilitas dapat
(38)
mempengaruhi sistem pernafasan lanjut usia dan karena daya tahan tubuh menurun sehingga individu mudah terkena infeksi.
2. Jantung dan Pembuluh darah
Pada lanjut usia umumnya mengalami pembesaran jantung. Rongga bilik kiri juga mengalami penurunan akibat semakin berkurangnya aktivitas. Pada lanjut usia, tekanan darah akan naik secara bertahap, elastisitas jantung pada usia 70 tahun menurun sekitar 50% dibandingkan dengan orang muda berusia 20 tahun. Oleh karena itu tekanan darah pada wanita lanjut usia mencapai 170/90 mmHg masih dianggap normal.
Perubahan lain yang terjadi yaitu perubahan pada pembuluh darah. Proses yang disebut ateriosklerosis atau pengapuran dinding pembuluh darah dapat terjadi pada banyak lokasi. Proses pengapuran ini akan berlanjut menjadi proses yang menghambat aliran darah dan pada suatu saat dapat menutup pembuluh darah.
Bila terjadi sumbatan jaringan yang dialiri zat asam oleh pembuluh darah akan menyebabkan rusak/mati yang disebut infark. Bila terjadi di otak akan terjadi stroke, sedangkan bila terjadi di jantung dapat menyebabkan infark jantung atau infark miokard atau gangguan koroner lainnya. Pada wanita biasanya menderita penyakit jantung koroner. Sekitar 12% wanita yang berusia 65 tahun keatas mengalami jntung koroner.
2.3.11 Hipertensi
Dari banyak penelitian epidemiologi didapat bahwa dengan meningkatnya umur tekanan darah meninggi.
(39)
Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas:
1. Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
2.3.12 Penyakit Sistem Pencernaan
Pada lanjut usia sudah mengalami kelemahan otot polos sehingga proses menelan sehingga proses menelan sering mengalami kesulitan.
Penyakit dan gangguan pada lambung meliputi:
1. Terjadi atrofi mukosa, atrofi sel kelenjar, yang menyebabkan sekresi asam lambung dan pepsin dari faktor intrinsik kurang.
2. Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Insiden gastritis meningkat dengan lanjutnya proses menua dan sering kali asimtomatik.
3. Ulkus peptikum yang bisa terjadi di esofagus, lambung, dan duodenum walaupun kadar asam lambung pada lanjut usia sudah menurun, insiden ulkus di lambung masih lebih banyak dibanding ulkus duodenum.
Gejalanya biasanya tidak spesifik, penurunan berat badan, mual, dan perut terasa tidak enak.
2.3.13 Penyakit Sistem Urogenital
Peradangan dalam sistem urogenital ditemukan pada wanita usia lanjut berupa peradangan kandung kemih sampai peradangan ginjal akibat sisa urine dalam vesika urinaria.
(40)
2.3.14 Penyakit Gangguan Endokrin (Metabolisme)
Perubahan karena proses menua pada reseptor hormon, kerusakan permeabilitas sel, dan sebagainya dapat menyebabkan perubahan respons inti sel terhadap kompleks hormon reseptor.
Penyakit metabolik pada lanjut usia terutama disebabkan menurunnya produksi hormon, antara lain terlihat pada wanita yang mendekati usia 50 tahun yang ditandai dengan menopause. Proses metabolik yang banyaj ditemukan ialah diabetes mellitus dan osteoporosis (berkurangnya zat kapur dan bahan mineral sehingga tulang lebih mudah rapuh dan menipis).
(Nugroho, 2008)
2.4 Penanggulangan Masalah Terkait Proses Penuaan Alami 2.4.1 Penanggulangan masalah akibat perubahan fungsi tubuh 1. Perawatan diri sehari-hari
2. Senam/latihan pergerakan secara teratur 3. Pemeriksaan kesehatan secara rutin
4. Mengikuti kegiatan yang masih mampu dilakukan 5. Minum obat secara teratur jika sakit
6. Memakan makanan bergizi
7. Minum paling sedikit delapan gelas setiap hari 2.4.2 Penanggulangan akibat perubahan psikologis 1. Mengenal masalah yang sedang dihadapi
2. Memiliki keyakinan dalam memandang masalah 3. Menerima proses penuaan
(41)
4. Memberi nasihat dan pandangan 5. Beribadah secara teratur
6. Terlibat dalam kegiatan sosial maupun keagamaan 7. Mempertahankan kehidupan seksual
2.4.3 Penanggulangan masalah akibat perubahan sosial/masyarakat 1. Memilki pandangan/wawasan
2. Saling mengunjungi
3. Melakukan kegiatan rekreasi (Maryam, 2008)
(42)
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan bagaimana kualitas hidup wanita lanjut usia berdasarkan QOL – BREF menurut WHO yang telah diuraikan pada Bab 2 yang mencakup kondisi fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungannya. Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan kepustakaan maka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Gambar Kerangka Penelitian Kualitas Hidup Wanita Lansia Kualitas Hidup
WHOQOL-BREF
Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas hidup:
1. Usia 2. Pendidikan 3. Pekerjaan
4. Status pernikahan 5. Penghasilan
6. Hubungan dengan orang lain
Tingkat kualitas hidup: Baik Cukup Baik
(43)
1.2Defenisi Operasional
Tabel. 1.2.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian No Variabel Defenisi
Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1 2. 3. Kualitas Hidup Usia Pendidikan Kualitas hidup adalah tingkat persepsi wanita usia 60 tahun mengenai keberfungsian mereka di dalam bidang kehidupan. Jumlah ukuran hidup yang dimiliki wanita lansia. Pendidikan terakhir yang dimiliki responden. Kuesioner WHOQOL-BREF yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan 26 item pertanyaan dengan pilihan jawaban berjumlah 5. Kuesioner data demografi. Kuesioner Kuesioner 1.Tidak Baik skor nilai = 26 - 60.
2.Cukup baik skor nilai = 61 - 94 .
3.Baik skor nilai = 95 - 130.
Rentang umur lansia
berdasarkan WHO. - 60-74 - 75- 90 >90
1= Tidak tamat SD/ SD
2= SMP 3= SMA 4= PT
Ordinal
Ordinal
(44)
4. 5. 6. 7. Pekerjaan Penghasilan Pernikahan Hubungan dengan orang lain Kegiatan yang dimiliki wanita lansia yang menghasilkan uang. Pendapatan wanita lansia per bulan Status pernikahan wanita lansia saat ini. Aktivitas sosial yang dimiliki wanita lansia pada saat ini. Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner 1= Bekerja 2=Tidak bekerja Rp.<500.000 Rp. 500.000 – 1000.000 Rp. >1000.000 1= Menikah 2=Tidak menikah 3=Janda 1= Ada 2= Tidak Ada Nominal Ordinal Nominal Nominal
(45)
BAB 4
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu rancangan penelitian yang bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan tentang suatu keadaan secara objektif, dalam hal ini yang digambarkan adalah kualitas hidup wanita lansia.
2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah para wanita lansia yang berumur ≥60 tahun dan tinggal di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi. Adapun populasi wanita lansia di kel. Pabatu kec. Padang Hulu, Tebing Tinggi berjumlah 112 orang (Data Kelurahan Pabatu).
2.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian dari jumlah atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2010). Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus: n = ) ( 1 2 d n N +
n =
( )
2) 1 , 0 ( 112 1 112 + n =
(
0,01)
112 1
112 +
(46)
n =
12 , 2 112
n = 52,8 Keterangan : N : Besar populasi n : Besar sampel
d : Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan 0,1 (10%) Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 53 orang.
Metode yang digunakan adalah random sampling . Dimana peneliti mengambil seluruh data responden dari kelurahan kemudian diundi, setelah diundi nama yang keluar dijadikan sampel.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi pada tanggal 18 Juli 2012 – 18 Agustus 2012. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini karena tidak pernah digunakan sebagai lokasi penelitian, jumlah populasi wanita lansia berjumlah 112 orang sehingga memudahkan dalam mendapatkan sampel yang memadai sesuai kriteria sampel penelitian. Pertimbangan lain adalah akses untuk penelitian mudah dijangkau peneliti.
4. Pertimbangan Etik
Pengumpulan data dalam penelitian ini diambil dari Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi. Peran serta dalam penelitian ini bersifat sukarela. Dalam penelitian ini disertakan sebuah surat persetujuan penelitian dari
(47)
Fakultas Keperawatan, kemudian surat persetujuan diberikan kepada Kepala Kelurahan agar memberi persetujuan pengadaan penelitian di tempat tersebut.
Setelah peneliti mendapat lembar persetujuan dari Kelurahan maka peneliti memberikan Informed Consent kepada responden yang ditandatangani sebagai bukti kesediaan menjadi responden. Dalam hal ini responden tidak ada yang menolak dalam penelitian ini. Semua responden akan dilindungi dari kerugian materil, nama baik dan resiko yang timbul akibat penelitian ini. Dalam menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar instrumen. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, dan hanya kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Pada bagian awal berisi data demografi yang berisi usia, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, penghasilan, dan hubungan dengan orang lain. Kemudian pada bagian kedua berisi kuesioner kualitas hidup berdasarkan WHOQOL-BREF.
Pengukuran kualitas hidup alat WHOQOL – BREF merupakan pengukuran yang menggunakan 26 item pertanyaan. Dimana alat ukur ini mengunakan empat dimensi yaitu fisik, psikologis, lingkungan dan sosial. Semua pertanyaan berdasarkan pada skala likert lima poin (1-5) dan empat macam pilhan jawaban. Pilihan jawaban yang pertama yaitu sangat buruk (1), buruk (2), biasa saja (3), baik (4), dan sangat baik (5). Pilihan jawaban yang kedua yaitu sangat tidak
(48)
memuaskan (1), tidak memuaskan (2), biasa saja (3), memuaskan (4), dan sangat memuaskan (5). Pilihan jawaban yang ketiga yaitu tidak pernah (1), jarang (2), cukup sering (3), sangat sering (4) dan berlebihan (5). Pilihan jawaban yang keempat yaitu tidak sama sekali (1), sedikit (2), sedang (3), sangat sering (4), sepenuhnya dialami (5).
Untuk pertanyaan nomor 1 dan 2 tentang kualitas hidup secara menyeluruh dan kesehatan secara umum. Domain 1 - Fisik ada pada pertanyaan nomor 3, 4, 10, 15, 16, 17, dan 18. Domain 2 - Psikologis ada pada pertanyaan nomor 5, 6, 7, 11, 19, dan 26. Domain 3 - Hubungan sosial ada pada pertanyaan nomor 20, 21, dan 22. Domain 4 - Lingkungan ada pada pertanyaan nomor 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, dan 25. Nilai dari keempat domain menunjukkan persepsi individu pada kualitas hidup di masing-masing domain.
6. Uji Validitas dan Reliabilitas
Alat ukur WHOQOLBREF merupakan alat ukur yang valid (r = 0,89 -0,95) dan reliable (R= 0,66-0,87) (Sekarwiri, 2008). Berdasarkan hasil penelitian Salim, Sudharma, Kusumaratma dan Hidayat (2007) bahwa kuesioner WHOQOL-BREF merupakan kuesioner yang valid dan reliable untuk kualitas hidup lansia dengan nilai (r = 0,5-0,7) dan (R = 0,69-0,71).
Wardani (2004 dalam Sekarwiri 2008) juga telah melakukan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen WHOQOL – BREF untuk mengukur kualitas hidup. Adapun uji validitasnya mengahasilkan Coefficient Alpha Cronbach 0,409 – 0,850. Sedangkan uji reliabilitasnya menghasilkan Coefficient Alpha Cronbach
(49)
0,8756. Berdasarkan hasil uji yang dilakukan oleh Wardani (2004 dalam Sekarwiri 2008) juga membuktikan bahwa instrumen WHOQOL – BREF merupakan instrumen yang valid dan reliabel untuk mengukur kualitas hidup.
Pada penelitian ini instrumen hanya dilakukan uji reliabilitas, yaitu untuk memastikan adanya konsistensi alat ukur dalam penggunaannya, atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda. Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan metode alpha dengan bantuan komputerisasi. Uji reliabilitas dilakukan dengan jumlah responden sebanyak 30 responden. Dari data diperoleh Coefficient Alpha Cronbach 0,846. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa instrumen ini reliabel untuk mengukur kualitas hidup.
7. Pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara dengan menggunakan kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kepala Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi. Kemudian peneliti mendatangi responden yang telah diundi ke masing – masing rumah responden. Kemudian memberi informed consent kepada para responden. Setelah responden bersedia untuk menjadi objek penelitian maka peneliti melakukan wawancara pada responden tersebut dengan menggunakan pertanyaan yang ada pada kuesioner.
(50)
8. Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah kuesioner dikumpulkan oleh peneliti dengan cara :
1. Editing yaitu upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan, sehingga dapat dipastikan bahwa responden telah mengisi semua kuesioner.
2. Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori, sehinggga memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data.
3. Entry merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, yaitu dengan menggunakan bantuan sistem komputer.
4. Cleaning adalah mengecek kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak
5. Saving adalah penyimpanan data untuk siap dianalisis. (Wahyuni, 2009).
Analisa data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dengan menggunakan crosstab. Dalam menentukan hasil ukur digunakan rumus :
Panjang kelas (i) =
Banyak kelas Rentang
sehingga didapatkan jika skor 26-60 = tidak baik, 61-94 = cukup baik dan 95- 130 = baik.
Hasil analisa data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Adapun data yang ditampilkan adalah table distribusi frekuensi
(51)
dan persentase karakteristik demografi, tabel distribusi frekuensi dan persentase kualitas hidup. Selain itu tabel distribusi kualitas hidup berdasarkan umur, pendidikan, pekerjaan, pernikahan, penghasilan, dan aktivitas sosial.
(52)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai kualitas hidup wanita lansia di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi dengan jumlah responden sebanyak 53 orang dapat terlihat pada tabel di bawah ini:
1.1Karakteristik Demografi Responden
Pada penelitian ini data demografi responden mencakup usia, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, penghasilan, dan aktivitas sosial. Secara rinci dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel. 1.1.1
Distribusi Frekuensi Dan Persentase Data Demografi Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi Berdasarkan Data Demografi Responden.
Data Demografi Frekuensi Persentase (%)
Usia
- 60 – 74 tahun - 75 – 90 tahun Pendidikan
- Tidak tamat SD/SD
- SMP
- SMA
- PT Pekerjaan
- Bekerja - Tidak bekerja
46 7 38 5 8 2 13 40 86,8 13,2 71,7 8,7 15,1 3,8 24,5 75,5
(53)
Pernikahan - Menikah - Janda Penghasilan
- <500.000
- 500.000 – 1000.000 - > 1000.000
Aktivitas sosial - Ada - Tidak ada
21 31 35 15 3 53 0 41,5 58,5 66,0 28,3 5,7 100 0
Dari tabel diatas berdasarkan usia dapat diketahui mayoritas berusia 60 – 74 tahun (86,8%). Usia terendah responden adalah 60 tahun, usia tertinggi 79 tahun, rata-rata usia 66,55. Berdasarkan pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan aktivitas sosial dapat diketahui bahwa mayoritas responden 38 orang (71,7%) dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD/SD, tidak bekerja 40 orang (75,5%), janda 31 orang (58,5%), berpenghasilan <Rp.500.000 yaitu 35 orang (66,0%), dan memiliki aktivitas sosial yaitu (100%).
1.2. Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan
Padang Hulu, Tebing Tinggi.
Tabel. 1.2.1
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Kualitas Hidup Wanita lansia di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi
Kualitas Hidup Frekuensi Persentase (%)
Buruk Cukup baik Baik 5 42 6 9,4 79,2 11,3
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas kualitas hidup wanita lansia adalah cukup baik.
(54)
Tabel. 1.2.2
Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi berdasarkan Usia.
Umur Kualitas hidup Total
Buruk Cukup baik Baik
F % F % F % F %
60 – 74 2 4,34 38 82,6 6 13,04 46 100
75 – 90 3 42,85 4 57,14 0 0 7 100
Dari tabel diatas bahwa mayoritas kualitas hidup wanita lansia baik umur 60 – 74 dan umur 75 – 90 tahun adalah cukup baik .
Tabel. 1.2.3
Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi Berdasarkan Kategori Pendidikan.
Pendidikan Kualitas hidup Total
Buruk Cukup baik Baik
F % F % F % F %
Tidak tamat SD/ SD
5 13,15 32 84,2 1 2,63 38 100
SMP SMA 0 0 0 0 5 5 100 62,5 0 3 0 37,5 5 8 100 100
PT 0 0 0 0 2 100 2 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas kualitas hidup wanita lansia dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD/SD, SMP, SMA adalah cukup baik. Pada tingkat pendidikan PT cenderung memiliki kualitas hidup baik .
Tabel. 1.2.4
Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi Berdasarkan Pekerjaan .
Pekerjaan Kualitas hidup Total
Buruk Cukup baik Baik
F % F % F % F %
Bekerja 1 6,66 10 66,66 4 26,66 15 100
(55)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas kualitas hidup wanita lansia baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja adalah cukup baik.
Tabel. 1.2.5
Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi Berdasarkan Pernikahan.
Pernikahan Kualitas hidup Total
Buruk Cukup baik Baik
F % F % F % F %
Menikah 0 0 18 81,81 4 18,18 22 100
Janda 5 16,12 24 77,41 2 6,45 31 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas kualitas hidup wanita lansia yang menikah maupun janda adalah cukup baik.
Tabel. 1.2.6
Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi Berdasarkan Penghasilan.
Penghasilan Kualitas hidup Total
Buruk Cukup baik Baik
F % F % F % F %
<500.000 5 14,7 28 82,35 1 2,9 34 100
500.000 -1000.000
0 0 14 93,33 1 6,66 15 100
>1000.000 0 0 0 0 4 100 4 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas kualitas hidup wanita lansia yang berpenghasilan <500.000 dan 500.000 – 1000.000 adalah cukup baik. Sedangkan responden yang berpenghasilan >1000.000 cenderung memiliki kualitas hidup yang baik.
(56)
Tabel. 1.2.7
Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Wanita Lansia Di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu, Tebing Tinggi Berdasarkan Aktivitas Sosial .
Aktivitas sosial Kualitas hidup Total
Baik Cukup baik Buruk
F % F % F % F %
Ada 5 9,4 42 79,24 6 11,32 53 100
Tidak ada 0 0 0 0 0 0 0 0
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas kualitas hidup wanita lansia yang memiliki aktivitas sosial adalah cukup baik.
2. PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian diantaranya kualitas hidup wanita lansia, kualitas hidup wanita lansia berdasarkan faktor umur, pendidikan, pekerjaan, pernikahan, penghasilan, dan faktor hubungan dengan orang lain (aktivitas sosial).
2.1Kualitas Hidup Wanita Lansia
Hasil penelitian ini menemukan bahwa kualitas hidup wanita lansia memiliki kualitas hidup yang cukup baik, yaitu dengan persentase 79,2 %. Coons dan Kaplan (1994 dalam Larasakti, 2009) mengatakan bahwa setiap orang memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika dihadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas hidupnya.
Berdasarkan hasil Penelitian (Nofitri, 2009) bahwa kualitas hidup pada penduduk Jakarta memiliki kualitas hidup yang baik. Hal ini disebabkan
(57)
status sosial ekonomi menengah ke atas. Berbeda dengan kualitas hidup pada penelitian ini bahwa responden wanita lansia, pendidikan minimal tidak tamat SD, dan mayoritas responden memiliki penghasilan dibawah Rp.500.000.
Kualitas hidup akan mempengaruhi kelangsungan hidup wanita itu sendiri terkait dengan harapan hidupnya. Jika memiliki kualitas hidup yang baik, maka akan memiliki harapan hidup yang baik pula (Glasier dan Gabbie, 2008).
2.2 Kualitas Hidup Wanita Lansia Berdasarkan Usia , Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan,Pernikahan dan Aktivitas sosial.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas hidup wanita lansia baik berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan aktivitas sosial adalah cukup baik. Hasil penelitian ini berbeda dengan teori dan penelitian sebelumnya dimana pada teori dan penelitian sebelumnya bahwa faktor – faktor tersebut mempengaruhi kualitas hidup.
Moons, dkk (2004) dan Dalkey (2002) dalam (Nofitri, 2009) mengatakan bahwa usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian yang dilakukan oleh Wagner, Abbot, & Lett (2004) dalam (Nofitri, 2009) menemukan adanya perbedaan yang terkait dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan yang penting bagi individu.
Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Ryff dan Singer (1998) dalam (Nofitri, 2009), individu dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang lebih tinggi pada usia dewasa madya.
(58)
Pada penelitian mengenai pendidikan Moons, dkk (2004) dan Baxter (1998) dalam (Nofitri, 2009) mengatakan bahwa tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup subjektif.
Wahl, dkk (2004 dalam Nofitri, 2009), dalam penelitiannya menemukan bahwa kualitas hidup akan meningkat seiring dengan tingkat pendidikan yang didapatkan oleh individu. Semakin tinggi pendidikannya, kualitas hidup wanita lansia semakin baik.
Dalam penelitian Moons, dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan penduduk yang tidak mampu bekerja (atau memiliki disablity tertentu). Penelitian ini sesuai dengan Wahl, dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009) menemukan bahwa status pekerjaan berhubungan dengan kualitas hidup baik pada pria maupun wanita.
Moons, dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara individu yang tidak menikah, individu bercerai ataupun janda, dan individu yang menikah atau kohabitasi. Penelitian empiris di Amerika secara umum menunjukkan bahwa individu yang menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi daripada individu yang tidak menikah, bercerai, ataupun janda/duda akibat pasangan meninggal Glenn dan Weaver (1981) dalam (Nofitri, 2009) .Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahl, dkk (2004) dalam (Nofitri, 2009) menemukan bahwa baik pada pria maupun wanita,
(59)
individu dengan status menikah atau kohabitasi memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi.
Baxter, dkk (1998) dan Dalkey (2002) dalam (Nofitri, 2009) menemukan adanya pengaruh dari faktor demografi berupa penghasilan dengan kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, Asgharpour, Safa, dan Kermani (2007) dalam (Nofitri, 2009) juga menemukan adanya kontribusi yang lumayan dari faktor penghasilan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak banyak.
Kualitas hidup wanita lansia pada penelitian ini baik berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, pekerjaan, pernikahan dan aktivitas sosial memiliki kualitas hidup cukup baik. Hal ini terkait dengan usia wanita lansia dengan tahap perkembangannya saat ini dan masa kehidupannya. Selain itu ada faktor yang tidak diteliti yaitu standar referensi. Menurut O’Connor (1993) dalam (Nofitri, 2009) mengatakan bahwa kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh standard referensi yang digunakan seseorang seperti harapan, aspirasi, perasaan mengenai persamaan antara diri individu dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan definisi kualitas hidup yang dikemukakan oleh WHOQoL (Power, 2003) dalam (Nofitri, 2009), bahwa kualitas hidup akan dipengaruhi oleh harapan, tujuan, dan standard dari masing-masing individu. Glatzer dan Mohr (1987) dalam (Nofitri, 2009) menemukan bahwa di antara berbagai standard referensi yang digunakan oleh individu, komparasi sosial memiliki pengaruh yang kuat terhadap kualitas hidup yang dihayati secara subjektif. Jadi, individu membandingkan kondisinya dengan
(60)
kondisi orang lain dalam menghayati kualitas hidupnya dimana secara psikologis dan fisiologis hal ini berpengaruh terhadap kualitas hidup.
(61)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dibuat kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil penelitian sebagai berikut :
1. Kesimpulan
Kualitas Hidup wanita lansia di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padang Hulu Tebing Tinggi secara umum memiliki kategori kualitas hidup cukup baik. Demikian juga berdasarkan usia, pendidikan, penghasilan, pekerjaan, pernikahan dan aktivitas sosial bahwa wanita lansia memiliki kategori kualitas hidup cukup baik.
2.Saran
2.1 Bidang Penelitian
Untuk peneliti selanjutnya yang tertarik menggali lebih lanjut mengenai kualitas hidup wanita lansia disarankan untuk mempertimbangkan cara lain dalam pengambilan sampel penelitian. Peneliti mengharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai kualitas hidup berdasarkan dimensi-dimensi kualitas hidup. Selain itu disarankan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam yang dapat memaparkan pengaruh faktor – faktor kualitas hidup terhadap kualitas hidup wanita lansia serta melihat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas hidup wanita lansia.
2.2Bidang Pelayanan
Kepada petugas kesehatan perlu adanya upaya dalam peningkatan kualitas hidup. Upaya yang diharapkan dapat dilakukan oleh petugas kesehatan adalah
(62)
melakukan diskusi dengan pendekatan secara holistik kepada wanita lansia. Salah satunya adalah dengan merubah persepsi masyarakat atau memunculkan sikap positif masyarakat khususnya wanita lansia.
2.3Bidang Pendidikan
Dari hasil penelitian ini disarankan untuk dapat meningkatkan asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan pada wanita khususnya wanita lansia. Sehingga informasi yang diberikan dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan memberikan pemahaman yang lebih baik pada wanita lansia.
(63)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.
Donal. A. (2001). What is Quality of Life ?. Dibuka pada website http ://www.evidence-based-medicine.co.uk. Pada tanggal 7 Mei 2012.
Fatimah. 2010. Merawat Manusia lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan Gerontik. Jakarta : Trans Info Media.
Hurlock, E.B. (2000). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang kehidupan, Edisi ke-5. Jakarta : Erlangga.
Kuntjoro, Z.S. (2002). Masalah Kesehatan Jiwa Lansia. Diambil tanggal 23 April 2012.Dibuka pada website http://
Larasati, 2012. Kualitas Hidup Wanita Menopause. Diambil tanggal 22 April 2012 dari:www.gunadarma.ac.id/library/articles/.../Artikel_10504128.pdf Maryam, R. S, Ekasari, M. Rosidawati, jubaedi, A. Batubara, Irwan. 2008.
Mengenal Usia Lanjut & Perawatannya. Jakarta : Salemba medika
Nofitri. (2009). Kualitas Hidup Penduduk Dewasa di Jakarta. Diambil tanggal 11 April 2012 dari http://www.lontar.ui.ac.id
Notoadmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi 3. Jakarta :
EGC
Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Salim, Sudharma, Kusumaratma, Hidayat (2007) Validitas dan reliabilitas World
Health OrganizationQuality of Life-BREF untuk mengukurkualitas
(64)
Setiadi. 2007. Konsep& Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Setiyoadi, 2012. Perbedaan tingkat kualitas hidup pada wanita lansia di
komunitas dan panti. Diambil tanggal 22 April 2012 dari
WHO. (1994). Departement of Psychiatry Centre for Participant Report
Outcomes.Dibuka pada websit
WHO. (1998). Division of Mental Health and Prevention of Substance abuse.
Dibuka pada website
Wahyuni, 2009. Stastika Kedokteran. Jakarta : Bamboedoea Communication. Zaidin, A. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran : EGC
(2012). Jumlah Penduduk Sumatera Utara. Diambil tanggal 10 Mei 2012
dari
____,2011. Permasalahan-Yang-Terjadi-Pada-Lansia. Diambil tanggal 22 April
2012 dari
____, 2009. Profil Penduduk Lanjut Usia. Diambil tanggal 22 April 2012 dari:
(65)
Lampiran 1
FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Kualitas Hidup Wanita Lansia di Kelurahan Pabatu Kecamatan Padabg
Hulu Tebing Tinggi Oleh
Nazly Chairani
Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelasaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi gambaran kualitas hidup wanita lansia.
Untuk keperluan tersebut saya mengharap kesediaan ibu menjadi responden dalam penelitian ini. Informasi yang saya dapatkan ini hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud- maksud lain.
Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Ibu bebas untuk menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika Ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, silahkan Ibu menandatangani formulir persetujuan ini. Terima kasih atas partisipasi Ibu dalam penelitian ini.
Medan, Mei 2012
Peneliti Responden
(66)
Lampiran 2
KUESIONER KUALITAS HIDUP WANITA LANSIA
di KELURAHAN PABATU KECAMATAN PADANG HULU
TEBING TINGGI
PETUNJUK PENGISIAN
1. Berilah tanda (√) pada kolom jawaban yang tersedia dan isilah dengan benar sesuai dengan pendidikan terakhir dan pendapatan saudari
2. Isilah titik-titik yang tertera pada pernyataan dengan singkat dan jelas. 3. Jawablah kuesioner dengan memberi tanda (√) pada kolom jawaban yang
tersedia sesuai dengan jawaban saudari
4. Berilah tanda lingkaran pada nomor pertanyaan jika maksud pernyataan yang tidak jelas atau kurang dimengerti dan silahkan bertanya kepada peneliti
DATA DEMOGRAFI :
1. Usia : ...
2. Pendidikan terakhir : ( ) Tidak tamat SD ( ) D3 ( ) SD ( ) S1 ( ) SMP ( ) S2 ( ) SLTA ( ) S3
(67)
3. Pekerjaan : ( ) Bekerja ( ) Tidak bekerja 4. Status pernikahan : ( ) Menikah
( ) Tidak menikah ( ) Janda
5. Penghasilan : Rp/ bulan
( ) ≤ Rp.500.000
( ) Rp. 500.000-1000.000 ( ) > Rp. 1000.000
6. Aktivitas sosial : ( ) Perwiridan ( ) Arisan ( ) Tidak Ada
(68)
KUESIONER TENTANG KUALITAS HIDUP
Berilah tanda (√) pada kolom jawaban yang tersed ia sesuai dengan jawaban ibu. Pertanyaan berikut menyangkut perasaan ibu terhadap kualitas hidup, kesehatan dan hal-hal lain dalam kehidupan ibu. Pilihlah jawaban yang menurut ibu paling sesuai. Jika ibu tidak yakin tentang jawaban yang akan ibu berikan terhadap pertanyaan yang diberikan, pikiran pertama yang muncul pada benak ibu seringkali merupakan jawaban yang terbaik.
Camkanlah dalam pikiran ibu segala standar hidup, harapan, kesenangan dan perhatian ibu. Pikirkan tentang kehidupan ibu pada dua minggu terakhir.
No. Pertanyaan Sangat
buruk
Buruk Biasa saja
Baik Sangat baik 1. Menurut ibu bagaimanakah
kualitas hidup ibu?
Sangat Tidak Memu-askan
Tidak Memu-
askan
Biasa saja
Memu- askan
Sangat memu- askan
2. Seberapa puaskah anda
(69)
Pertanyaan berikut adalah tentang seberapa sering ibu telah mengalami hal-hal berikut ini dalam dua minggu terakhir.
Tidak pernah
Jarang Cukup sering
Sangat sering
Berlebi-han 3. Seberapa sering ibu merasa
penyakit fisik menghalangi untuk beraktivitas?
4. Seberapa sering ibu
membutuhkan bantuan medis untuk dapat berfungsi dalam kehidupan sehari-hari anda? 5. Seberapa jauh ibu menikmati
hidup ibu?
6. Seberapa jauh ibu merasa hidup ibu berarti?
7. Seberapa jauh ibu merasa mampu berkonsentrasi?
8. Seberapa sering ibu merasa aman dalam kehidupan ibu sehari-hari? (terbebas dari ancaman bahaya)
9. Seberapa sering ibu merasa lingkungan tempat tinggal
(70)
ibu sehat? (berkaitan dengan keadaan air, saluran udara, iklim, polusi)
Pertanyaan berikut mengacu kepada seberapa penuh ibu mengalami hal-hal berikut dalam dua minggu terakhir.
Tidak Sama sekali
Sedikit Se-dang
Sangat sering
Sepe- nuhnya dialami 10. Apakah ibu punya cukup
energi untuk beraktivitas?
Fisik Kapasits 11. Apakah ibu dapat menerima
penampilan tubuh anda? 12. Apakah ibu memiliki cukup
uang untuk memenuhi kehidupan ibu?
13. Seberapa jauh ketersediaan informasi bagi kehidupan ibu dari hari ke hari?
14. Seberapa sering ibu memiliki
kesempatan untuk
(71)
Pikirkan tentang kehidupan ibu pada dua minggu terakhir. Sangat
Baik
Buruk Biasa saja
Baik Sangat Baik
15. Seberapa baikkah
kemampuan ibu dalam bergaul?
Pertanyaan berikut mengacu kepada seberapa puas ibu mengalami hal-hal berikut dalam dua minggu terakhir.
No. Pertanyaan Sangat
Tidak Memuas-kan Tidak Memuas -kan Biasa saja Memu as-kan Sangat Memuas- Kan
16 Seberapa puaskah ibu dengan hidup ibu?
17. Seberapa puaskah ibu dengan kemampuan ibu untuk melakukan aktivitas ibu sehari-hari?
18. Seberapa puaskah ibu dengan kemampuan ibu untuk bekerja?
Fisik intensitas
(72)
diri ibu?
20. Seberapa puaskah ibu dengan hubungan sosial ibu?
21. Seberapa puaskah ibu dengan kehidupan seksual ibu? 22. Seberapa puaskah ibu dengan
dukungan yang ibu peroleh dari teman ibu?
23. Seberapa puaskah ibu dengan kondisi tempat tinggal ibu sekarang?
24. Seberapa puaskah ibu dengan akses ibu terhadap pelayanan kesehatan?
25. Seberapa puaskah ibu dengan transportasi yang harus ibu jalani?
(73)
Pertanyaan berikut mengacu kepada seberapa sering ibu merasakan atau mengalami hal-hal berikut dalam dua minggu terakhir.
Tidak Pernah
Jarang Cukup sering
Sangat sering
Berlebi-han 26. Seberapa sering ibu
memiliki perasaan negatif seperti putus asa, cemas, depresi?
(74)
(75)
JADWAL DEFENITIF PENELITIAN
No Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Mengajukan judul
2 Menetapkan judul penelitian
3 Menyusun Bab 1
4 Menyusun Bab 2
5 Menyesun Bab 3
6 Menyusun Bab 4
7 Menyerahkan proposal penelitian
8 Mengajukan sidang proposal
9 Sidang proposal
10 Revisi proposal penelitian
11 Mengajukan izin penelitian
12 Pengumpulan data
13 Analisa data
14 Penyusunan laporan/skripsi
15 Pengajuan sidang skripsi
16 Ujian sidang
17 Revisi
18 Mengumpulkan skripsi
(76)
Lampiran 4 TAKSASI DANA
1. Proposal dan Perbaikan Proposal
─ Biaya kertas Rp.
100.000,-─ Penggandaan proposal Rp. 80.000,-
─ Biaya penjilidan proposal Rp. 50.000,-
─ Biaya print Rp. 100.000,-
─ Biaya internet Rp. 100.000,-
─ Foto copy sumber tinjauan pustaka Rp. 100.000,-
2. Biaya Pengumpulan Data
─ Transport pengumpulan data Rp. 150.000,-
─ Analisa dan pengolahan data Rp. 50.000,-
3. Skripsi
─ Biaya print Rp. 200.000,-
─ Kuesioner Rp. 120.000,-
─ Penjilidan skripsi Rp. 50.000,-
4. Biaya tak terduga Rp. 250.000
Total Rp. 1.350 .000,-
Jadi jumlah total biaya yang dibutuhkan dalam penyelesaian penelitian ini sebesar Rp. 1.350.000
(77)
Statistics
umur pendidikan pekerjaan pernikahan penghasilan aktivitassosial kategoriumur
N Valid 53 53 53 53 53 53 53
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 67.08 1.51 1.72 2.17 1.43 1.00 1.13
Std. Deviation 5.291 .891 .455 .995 .636 .000 .342
Minimum 60 1 1 1 1 1 1
Maximum 79 4 2 3 3 1 2
umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 60 7 13.2 13.2 13.2
61 1 1.9 1.9 15.1
62 7 13.2 13.2 28.3
63 3 5.7 5.7 34.0
64 2 3.8 3.8 37.7
65 3 5.7 5.7 43.4
66 3 5.7 5.7 49.1
67 2 3.8 3.8 52.8
68 6 11.3 11.3 64.2
70 4 7.5 7.5 71.7
71 2 3.8 3.8 75.5
72 4 7.5 7.5 83.0
73 1 1.9 1.9 84.9
74 1 1.9 1.9 86.8
75 4 7.5 7.5 94.3
76 2 3.8 3.8 98.1
79 1 1.9 1.9 100.0
(78)
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak tamat SD / SD 38 71.7 71.7 71.7
SMP 5 9.4 9.4 81.1
SMA 8 15.1 15.1 96.2
PT 2 3.8 3.8 100.0
Total 53 100.0 100.0
pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Bekerja 15 28.3 28.3 28.3
tidak bekerja 38 71.7 71.7 100.0
Total 53 100.0 100.0
pernikahan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid menikah 22 41.5 41.5 41.5
janda 31 58.5 58.5 100.0
Total 53 100.0 100.0
penghasilan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <500.000 34 64.2 64.2 64.2
500.000-1.000.000 15 28.3 28.3 92.5
>1.000.000 4 7.5 7.5 100.0
(1)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 100.0
Excludeda 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.846 26
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
VAR00001 3.3333 .54667 30
VAR00002 2.7667 .62606 30
VAR00003 2.2667 .44978 30
VAR00004 2.3000 .65126 30
VAR00005 3.2333 .81720 30
VAR00006 3.3333 .75810 30
VAR00007 2.7000 .53498 30
VAR00008 3.2333 .89763 30
VAR00009 2.9333 .94443 30
VAR00010 3.0000 .83045 30
VAR00011 3.2667 1.01483 30
VAR00012 3.1333 .86037 30
VAR00013 3.2333 .72793 30
VAR00014 2.7333 .82768 30
VAR00015 3.3333 .75810 30
VAR00016 3.2000 .61026 30
VAR00017 3.1000 .88474 30
VAR00018 3.1333 .81931 30
VAR00019 3.4667 .81931 30
VAR00020 3.2333 .97143 30
VAR00021 3.0667 .86834 30
VAR00022 3.4667 .97320 30
VAR00023 3.2333 1.00630 30
VAR00024 2.8333 .69893 30
(2)
VAR00025 2.9667 .80872 30
VAR00026 2.2333 .85836 30
(3)
(4)
(5)
(6)