UU ANTI MONOPOLI. artikel untuk jurnal SUTANTO 1

4 4. Kemauan untuk menghadapi tantangan pasar menjadi rendah. 5. Jika kinerja anak perusahaan kurang baik, ada kecenderungan untuk menyalahkan induknya yang dianggap kurang respon terhadap bisnis anak perusahaan. 6. Bahkan captive market juga bisa menjadi ajang untuk terjadinya kolusi diantara berbagai pihak untuk melakukan mark up harga, sehingga terjadi pemborosan.

IV. SINERGI.

Dibentuknya beberapa anak perusaha an pada umumnya juga adanya harapan agar antar anak perusahaan tumbuh sinergi, dimana satu anak perusahaan dapat memberikan bisnis pada perusahaan lain. Untuk lebih jelasnya dengan contoh sebagai berikut : Bila satu perusahaan bergerak dibidang property kontraktor bangunan , maka bila anak perusahaan yang lain atau induk perusahaan akan membangun sebuah kantor, idialnya proyek tsb diberikan kepada grup usaha bidang property tersebut. Namun dalam praktek sinergi tersebut tidak selalu mudah untuk dilakukan, kecuali ada startegipengaturan yang harus ditaati dari induknya. Suatu perusahaan yang akan membeli sesuatu tentu menggunakan kalkulasi bisnis, dimana barang yang akan dibeli tentu memperhitungkan harga yang bersaing dan kwalitas yang memadai. Apabila grup usahanya dapat memenuhi criteria tersebut, tentu perusahaan akan memilih membeli produkjasa dari grup usahanya. Namun bila tidak, tentu pertimbangan ekonomis lebih diutamakan. Sehingga ada kemungkinan sinergi tidak jalan. Oleh sebab itu sebenarnya pengertian sinerji didalam grup usaha seharusnya tidak dimaknai demikian. Sebab dalam teori ilmu marketing selalu ditekankan agar perusahaan harus menomor satukan kepuasan pelanggan, termasuk bila pelanggan itu grup usaha sendiri. Sehingga bila dikaitkan dengan ilmu marketing, seharusnya sinergi itu dimaknai dengan bagaimana setiap anak perusahaan dapat memberikan pelayanan menjual produk dan jasa kepada customer termasuk anak perusahaan lain dalam satu grup dengan harga bersaing, kwalitas dan layanan yang memuaskan. Atau dengan kata lain sinergi harus diartikan saling memberi pelayanan bisnis yang baik, dan bukan saling meminta. Apabila pengertian kedua ini yang dijalankan, maka dapat dipastikan sinergi akan berjalan dengan baik, karena bila semua anggota grup dapat memberikan pelayanan prima kepada anggota grup yang lain, berarti adanya sinergi dirasa memberikan manfaat dan kepuasan.

V. UU ANTI MONOPOLI.

Praktek pemberian captive market dari induk perusahaan kepada anak peru- sahaan dari segi demokrasi ekonomi sebenarnya juga merupakan praktek persaingan pasar tidak sehat. Hal ini tentu saja sangat merugikan masyarakat luas baik produsen lain maupun konsumenmasyarakat umum. Praktek pemberian captive market juga tidak mendidik anak perusahaan untuk dapat hidup mandiri, mampu mengatasi persaingan pasar, dan dapat bekerja secara efektif dan efisien. Oleh sebab itu untuk menjaga agar persaingan pasar sehat dan kompetitif, serta kepentingan berbagai pihak 5 konsumen dan produsen terlindungi, maka tidak ada pilihan lain harus ada aturan yang dapat menghindarkan pasar dari praktek monopoli dan persaingan tidak sehat. Dengan diundangkannya UU No. 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, maka pelaku pasar termasuk PemerintahBUMN tidak dapat lagi melakukan pembelian atau penjualan kepada rekanan secara tender tertutup atau penunjukan langsung, yang berarti harus dilakukan secara terbuka transparan sehingga terwujut persaingan usaha yang sehat. Demikian juga hubungan bisnis antara induk dan anak perusahaan yang pada waktu sebelumnya dapat dilakukan dengan penunjukan langsung, sekarang harus dilakukan dengan tender terbuka. Tujuan pembentukan Undang-Undang ini menurut pasal 3 adalah : 1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk mensejahterakan rakyat. 2. Mewujutkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi para pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil. Beberapa pasal lain dari UU No. 5 Tahun 1999 perlu dikemukakan disini antara lain: Pasal 4 : Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk secara bersama-bersama melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Pasal 17 : Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Apa dampak UU tersebut bagi hubungan bisnis antara induk perusahaan dengan anak perusahaan? Jika sebelum UU ini diundangkan setiap induk perusahaan dengan mudah dapat membagi kue bisnisnya kepada anak perusahaan, maka dengan dikeluarkan nya UU No. 5 Tahun 1999 ini membawa dampak bagi hubungan induk dan anak perusahaan antara lain sbb. : a. Anak perusahaan yang ingin memperoleh proyek bisnis dari induknya harus bersaing secara wajar mengikuti tender bersama perusahaan sejenis lainnya diluar grup usaha. b. Perusahaan anak dapat memenang kan tender jika dapat menyediakan barang dan atau jasa dengan kwalitas dan harga yang lebih baik dibandingkan peserta tender lainnya. c. Hanya perusahaan yang dapat bekerja secara professional dan efisien yang kemungkinan besar memenangkan tender. Sebaliknya anak perusahaan yang biasanya bekerja hanya dengan captive market tanpa memprioritaskan efifiensi dan promosi sulit untuk memenangkan tender. d. Induk perusahaan akan memperoleh barang dan atau jasa sesuai dengan kwalitas dan harga yang sesuai. 6 e. Setiap tindakan yang dilakukan oleh induk perusahaan dalam hubungan bisnisnya dengan anak perusahaan yang dapat dikategorikan sebagai persaingan usaha tidak sehat dapat dikenai sanksi hukum. f. Siap tidak siap, adanya UU No. 5 tahun 1999 ini merupakan tantangan bagi suatu grup usaha untuk melakukan strategi baru yang dapat mendorong pertumbuhan anak perusahaan, tetapi tidak melanggar undang-2 dimaksud. Tantangan untuk bagaimana mengelola perusahaan secara professional, dalam arti dapat melakukan pembenahan internal maupun eksternal.

VI. PROSPEK KEDEPAN