mengajar. Melalui cerita-cerita narasi inilah, siswa akan lebih termotivasi dalam belajar. Cerita-cerita narasi dengan berbagai topik akan memperkaya pengetahuan
siswa. Dengan cerita-cerita tersebut, siswa memiliki kesempatan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman pribadi. Lebih jauh lagi, siswa akan mampu
memecahkan beberapa masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang mereka jumpai dalam bacaan-bacaan. Oleh karena itu, teknik storytelling
mampu memenuhi tuntutan kurikulum, yaitu bahwa siswa diharapkan mampu berkomunikasi dalam Bahasa Inggris dan mampu menemukan pengetahuan-
pengetahuan baru dalam bacaan narasi. Penggunaan cerita tersebut akan lebih sempurna dengan didukung teknik
storytelling dan metode integrated language-learning. Metode ini memberikan kesempatan kepada para siswa untuk meningkatkan empat ketrampilan berbahasa
melalui berbagai cerita narasi tersebut. Metode ini memungkinkan siswa untuk mempelajari empat ketrampilan berbahasa sebagai satu kesatuan yang saling
berbubungan. Misalnya dalam satu pertemuan, siswa memiliki kesempatan untuk menceritakan suatu cerita narasi yang sudah dibaca dan dibahas terlebih dahulu.
Dengan demikian, siwa telah meningkatkan kemampuan membaca reading dan berbicara speaking. Selain itu, siswa juga telah meningkatkan kemampuan
mendengarkan listening dan menulis writing ketika siswa dituntut untuk menulis langkah-langkah retorika dari cerita-cerita yang dibawakan siswa lain.
Jadi, siswa tidak mempelajari empat ketrampilan berbahasa secara terpisah. Materi berdasarkan teknik storytelling dan metode integrated language-
learning tersebut agaknya lebih tepat diterapkan untuk siswa kelas sebelas
sekolah menengah atas dengan pertimbangan berbagai hal. Selain tuntutan kurikulum seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, karakter siswa kelas sebelas
menjadi pertimbangan lain dalam penerapan materi ini. Siswa kelas sebelas, yang tergolong sebagai remaja cenderung tertarik pada berbagai aktivitas, percobaan,
hal-hal baru, kompetisi, dan tantangan yang mampu meningkatkan popularitas. Selain itu, siswa dalam tingkat tersebut juga sudah memiliki dasar Bahasa Inggris
yang cukup mengingat mereka sudah mempelajari Bahasa Inggris semenjak berada di bangku sekolah dasar. Dengan dasar yang cukup, siswa diharapkan
dapat menerapkan materi dengan lebih baik. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, penulis merancang
materi dengan memaksimalkan penggunaan cerita berdasarkan metode integrated language-learning. Materi disusun berdasarkan hasil wawancara
dengan guru kelas sebelas SMA Negeri 11 Yogyakarta dan hasil data kuesioner yang diisi siswa. Data-data tersebut berisi tentang segala hal yang berhubungan
dengan materi, seperti kemampuan dan minat siswa, serta cara pembelajaran Bahasa Inggris mereka. Data tersebut kemudian menjadi dasar penyusunan
materi untuk kemudian disesuaikan dengan kurikulum.
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam perancangan materi adalah: 1.
Membantu siswa kelas sebelas sekolah menengah atas untuk mampu mengembangkan kemampuan bercerita dalam Bahasa Inggris.
2. Membantu siswa kelas sebelas sekolah menengah atas untuk meningkatkan
empat ketrampilan berbahasa dengan tidak terpisah-pisah. 3.
Membantu siswa kelas sebelas sekolah menengah atas untuk memperkaya khasanah pengetahuan melaui berbagai cerita narasi.
C. Isi
Materi terdiri dari 8 unit dengan 8 topik yang berbeda. Materi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Unit 1: Myth Unit 2: Legend
Unit 3: Unforgettable Experience Unit 4: Fables
Unit 5: Fairy Tales Unit 6: Curious Customs
Unit 7: Imaginative Stories Unit 8: Series Stories
Setiap unit tersebut masih terbagi dalam lima bagian yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. What Do You Know about It?
Bagian ini merupakan bagian pengantar atau pengenalan topik. Dalam tahap pertama ini, siswa mendapatkan stimulus berupa gambar-gambar atau
permainan yang berhubungan dengan topik pada setiap unit. Gambar-gambar dan permainan tersebut berfungsi sebagai sarana untuk mendiskusikan berbagai hal
yang berhubungan dengan topik dalam setiap unitnya. Dengan sarana tersebut, siswa mampu menghubungkan wawasan dasar mereka dengan topik yang akan
dibahas.
2. Let’s Find It Out
Setelah memiliki gambaran tentang topik yang akan dibahas, siswa mendapatkan stimulus berikutnya, yaitu mendengarkan cerita melalui kaset.
Stimulus ini juga bermanfaat untuk memberikan contoh teknik storytelling. Dengan begitu, siswa mempunyai gambaran yang jelas dan nyata tentang teknik
storytelling yang baik dan benar. Dilihat dari sudut pandang yang lebih dalam, tahap ini memberikan keuntungan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan
mendengarkan listening. Lebih lanjut lagi, siswa memiliki kesenpatan untuk memperdalam pengetahuan mereka mengenai grammar dalam setiap cerita.
Dalam hal ini, siswa dapat mempelajari grammar tersebut dalam konteks.
3. Tell Me More
Bagian ini dapat dikatakan sebagai bagian percobaan storytelling. Siswa akan membentuk suatu kelompok di mana mereka akan melakukan storytelling
dalam kelompok tersebut. Setiap siswa menceritakan suatu cerita yang sangat pendek atau potongan-potongan suatu cerita dalam kelompok masing-masing.
Dalam hal ini, siswa dapat mengasah kemampuan storytelling dan meningkatkan kemampuan berbicara speaking dan mendengarkan listening. Selain itu, siswa
juga dapat meningkatkan kemampuan membaca reading karena siswa diberi kesempatan untuk membaca keseluruhan cerita untuk kemudian menjawab
beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan cerita tersebut. Kekompakkan dan kerja sama tim sangat diperlukan dalam tahap ini.
4. Let’s Work on It
Setelah mendapatkan berbagai macam stimulus, siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan menulis writing serta
memperdalam kemampuan membaca reading. Dalam tahap ini, siswa diminta untuk menganalisa bacaan, seperti menemukan langkah retorika bacaan narasi,
menuliskan beberapa masalah beserta solusinya, meringkas cerita, atau melanjutkan jalan cerita dengan kata-kata mereka sendiri.
5. Welcome to the Show
Dalam tahap terakhir, siswa dapat lebih memantapkan kemampuan berbicara speaking pada umumnya, dan kemampuan storytelling pada
khususnya. Siswa diharuskan untuk menceritakan suatu cerita yang sudah diberikan guru pada pertemuan sebelumnya. Pada kesempatan ini, siswa