Daya Tarik Isi Pesan Buletin
1 1.1 Latar Belakang Masalah
Kapal Mavi Marmara Diserang Israel - Peristiwa penembakan Kapal Mavi Marmara di perairan Internasional Laut Tengah yang dilakukan oleh tentara Israel 31 Mei 2010 silam menjadi pemberitaan hangat disejumlah media massa. Bahkan Mavi Marmara sempat menjadi trending topik, atau topik yang paling banyak dibicarakan disitus mikroblogging twitter.
Mavi Marmara merupakan sebuah kapal yang mengangkut para relawan kemanusiaan untuk Palestina, dan disebutkan pula di kapal ini tergabung 12 orang Warga Indonesia, dan sampai saat ini belum diketahui nasib keberadaanya. Salah satu media paling berpengaruh dari negeri Timur Tengah Al Jazeera melalui situsnya mengabarkan bahwa penyerangan kapal Mavi Marmara oleh tentara Israel telah menewaskan 16 orang penumpangnya. Sementara warga Indonesia yang ada didalam kapal tersebut berasal dari tiga lembaga Kemasyarakatan serta wartawan.1
Berita di atas merupakan salah satu berita terbesar dan terhangat sepanjang awal 2010 ini, betapa tidak, banyaknya respon yang timbul dari masyarakat dunia atas peristiwa tersebut menjadi hot topic di berbagai media massa baik cetak maupun elektronik di seluruh dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia, gempuran berita Mavi Marmara menjadi buah bibir di kalangan masyarakat, akademisi,
1
(2)
aktivis, mahasiswa dan golongan masyarakat lainnya. Betapa tidak, hampir sebagian besar media massa (Cetak dan Elektronik) di Indonesia memberitakan tragedi Mavi Marmara ini tak terkecuali Hizbut Tahrir Indonesia
Hizbut Tahrir berdiri pada tahun 1953 di Al-Quds (Baitul Maqdis), Palestina. Gerakan yang menitik beratkan perjuangan membangkitkan umat di seluruh dunia untuk mengembalikan kehidupan Islam melalui tegaknya kembali Khilafah Islamiyah ini dipelopori oleh Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani, seorang ulama alumni Al-Azhar Mesir, dan pernah menjadi hakim di Mahkamah Syariah di Palestina.
Hizbut Tahrir kini telah berkembang ke seluruh negara Arab di Timur Tengah, termasuk di Afrika seperti Mesir, Libya, Sudan dan Aljazair. Juga ke Turki, Inggris, Perancis, Jerman, Austria, Belanda, dan negara-negara Eropah lainnya hingga ke Amerika Serikat, Rusia, Uzbekistan, Tajikistan, Kirgistan, Pakistan, Malaysia, Indonesia, dan Australia.
Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia pada tahun 1980-an dengan merintis dakwah di kampus-kampus besar di seluruh Indonesia. Pada era 1990-an ide-ide dakwah Hizbut Tahrir merambah ke masyarakat, melalui berbagai aktivitas dakwah di masjid, perkantoran, perusahaan, dan perumahan termasuk dalam institusi pendidikan seperti kampus.Di Indonesia, Hizbut Tahrir berdiri seiring merosotnya perkembangan dunia Islam di kalangan remaja terutama kaum
(3)
intelektual muda muslim. Berbagai cara ditempuh untuk mengajak kaum muda muslim untuk kembali kepada falsafah Islam yang hakiki.2
Salah satu caranya adalah melalui dakwah rutin di berbagai tempat khususnya masjid, kampus, perkantoran, dan tempat strategis lainnya baik melalui dakwah langsung ataupun melalui media (AL-ISLAM) untuk mengefektifkan dakwah mereka. Media merupakan forum atau agen yang berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang bertaraf nasional maupun internasional dan menjadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas sosial, tetapi juga bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif
Buletin adalah publikasi organisasi yang mengangkat perkembangan suatu topik atau aspek tertentu dan diterbitkan/ dipublikasikan secara teratur (berkala) dalam waktu yang relatif singkat (harian hingga bulanan)”. Buletin ditujukan kepada khalayak yang lebih sempit, yang berkaitan dengan bidang tertentu saja. Tulisan dalam buletin umumnya singkat dan padat (mirip berita) dimana digunakan bahasa yang formal dan banyak istilah teknis berkaitan dengan bidang tersebut. Disain, serta foto-foto atau ilustrasi dalam buletin umumnya formal. Pilihan ukuran penerbitan buletin biasanya adalah A4 (210 x 297 mm) atau eksekutif (7¼ x 10½ inci). Untuk buletin yang terbit secara berkala dalam jangka waktu sedang (1-2 bulan), biasanya diterbitkan dengan jumlah halaman agak tebal (36-120 halaman).3
2
Sumber : www.hizbut-tahrir.or.id
3
(4)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:912), Buletin adalah majalah yg diterbitkan oleh suatu organisasi untuk para anggotanya; atau pamflet atau siaran kilat resrni tentang perkembangan atau hasil-hasil penyelidikan.
Jadi bisa disimpulkan bahwa Buletin “Al-ISLAM yang diterbitkan Hizbut Tahrir Indonesia bertujuan agar umat muslim di Indonesia mengetahui atau setidaknya memahami apa yang terjadi terhadap saudara kaum muslimin lainnya di seluruh dunia dan lebih mempererat tali Ukhuwah Islamiyah diantara kaum muslimin.
Terbit sejak tahun 2000, Buletin yang terbit tiap Jumat ini telah menjangkau hampir di sebagian besar tempat-tempat strategis tiap provinsi di Indonesia terutama di provinsi yang mayoritas beragama muslim seperti Masjid, madrasah, pusat-pusat dakwah, ormas-ormas Islam, hingga organisasi keislaman sekolah maupun kampus. Tak hanya itu, melalui websitenya memudahkan anggota dan kaum muslimin bertukar opini (sharing) mengenai situasi dan kondisi masyarakat muslim di dunia.
AL-ISLAM merupakan buletin dakwah mingguan yang diterbitkan Divisi Media Hizbut Tahrir, yaitu sebuah divisi atau bagian dalam organisasi yang khusus membidangi bagian media atau surat kabar yang diterbitkan oleh Hizbut Tahrir. AL-ISLAM berisi informasi mengenai peristiwa, opini, dan isu-isu terhangat yang terjadi dan berkembang di masyarakat serta kepentingannya dalam Islam yang dikupas secara tajam dan mendalam, seperti penyerangan tentara Israel terhadap pejuang dan masyarakat Palestina, rencana kedatangan Obama ke
(5)
Indonesia, hingga informasi mengenai perkembangan emansipasi perempuan di Indonesia dengan yang didukung dengan kutipan Al-Quran dan Hadits ynag memberi bobot lebih pada buletin ini. Selain berisi informasi, buletin AL-ISLAM menyelipkan beberapa slogan yang bertujuan membangkitkan kembali semangat kaum muslim, seperti “Dukung Pelarangan Total MIRAS di Kota Bandung!”.
Agar kegiatan dakwah tersebut efektif, komunikator dalam hal ini adalah penulis buletin ataupun redaktur Buletin AL ISLAM harus memiliki kredibilitas yang baik dimata komunikannya (pembaca). “Kredibilitas merupakan seperangkat persepsi tentang kelebihan – kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak”. (Canggara, 2002 :95).
Hovland dan Weis mengatakan kredibilitas terdiri dari dua unsur,“Keahlian dan dapat dipercaya” (Rakhmat, 2000:256). Komunikan yang dijadikan sasaran akan mengkaji siapa komunikator yang menyampaikan informasi. Jika ternyata informasi yang diutarakan tidak sesuai dengan diri komunikator, maka komunikasi yang dilakukan hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.
Dengan semangat Islam yang kental dan kuat, Hizbut Tahrir terus melangkah demi menegakkan agama tauhid ini. Apa yang terjadi dalam dunia dewasa ini ialah bukti yang paling nyata atas semua ketimpangan yang terjadi. Kaum remaja terutama yang berpendidikan (mahasiswa Muslim) mulai terjebak dalam dunia materialisme budaya barat. Lunturnya silaturahmi dan jaringan sosial ke-Islam-an yang dulu dipegang teguh para intelektual muda Islam zaman dulu
(6)
tidak lagi menerapkan metode dan falsafah Islam yang menjunjung tinggi nilai toleransi dan saling menghormati diantara sesama.
Oleh karena itu untuk mendukung dan lebih mengefektifkan kegiatan dakwah, Hizbut Tahrir menciptakan sebuah media buletin yang berfungsi sebagai media penghubung antar umat Muslim khususnya kaum muda intelektual Muslim untuk lebih mempererat tali silaturahmi dan berbagi informasi yang aktual mengenai dunia Islam di seluruh Indonesia khususnya di Kota Bandung.
Sebagai kota Pendidikan, Bandung memiliki aset berharga dalam mencetak lulusan mahasiswa yang berkualitas. Dari data KOPERTIS Wilayah IV menyebutkan terdapat 125 PTS dan 5 PTN terdaftar di Kota Bandung,4
Banyaknya kasus memalukan yang terjadi di Bandung, seperti kasus pelecehan, pencurian hingga perbuatan anarkis yang dilakukan mahasiswa di Kota Bandung menjadikan nama baik Bandung sebagai kota Pendidikan tercoreng. Ini diakibatkan kurangnya kesadaran moral yang timbul di diri mahasiswa.
menjadikan kota Bandung sebagai kota yang memiliki jumlah perguruan tinggi terbanyak di Jawa Barat. Dengan banyaknya perguruan tinggi, maka makin banyak pula mahasiswa didalamnya dan tak sedikit yang beragama Muslim.
Mahasiswa, selain menerapkan ilmu keahliannya juga harus diimbangi pula dengan keimanan dan akidah yang kuat agar tidak mudah terjerumus dalam kultur yang tak sesuai dengan kepribadian mahasiswa Muslim Indonesia. Hal inilah yang harus diwaspadai oleh tiap generasi muda Muslim dalam mengembangkan ilmu yang telah mereka peroleh. Agar mahasiswa tak mudah
4
(7)
terpancing dengan isu yang dapat memecah umat. Apakah mahasiswa Muslim di Kota Bandung memilikinya?. Disinilah peran organisasi Islam seperti Hizbut Tahrir berpijak. Melalui media buletin “AL-ISLAM”, apakah Hizbut tahrir mampu memupuk kembali semangat ukhuwah Islamiyah mahasiswa di Kota Bandung?.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan menyoroti secara khusus satu masalah untuk mengetahui Daya Tarik Isi Pesan Buletin ”Al-Islam” Oleh Humas Hizbut Tahrir Indonesia Wilayah Jawa Barat Dalam Membangun Semangat Keislaman.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat menguraikan identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana daya tarik rasional isi pesan Buletin AL-ISLAM oleh Humas Hizbut Tahrir Indonesia wilayah Jawa Barat dalam membangun semangat keislaman?
2. Bagaimana daya tarik emosional isi pesan Buletin AL-ISLAM oleh Humas Hizbut Tahrir Indonesia wilayah Jawa Barat dalam membangun semangat keislaman?
3. Bagaimana daya tarik moral isi pesan Buletin AL-ISLAM oleh Humas Hizbut Tahrir Indonesia wilayah Jawa Barat dalam membangun semangat keislaman?
(8)
4. Bagaimana daya tarik isi pesan Buletin AL-ISLAM oleh Humas Hizbut
Tahrir Indonesia wilayah Jawa Barat dalam membangun semangat keislaman?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian untuk mengetahui, menganalisa, dan menjelaskan tentang daya tarik isi pesan Buletin “AL-ISLAM” dalam membangun semangat keislaman dikalangan mahasiswa di Kota Bandung.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui daya tarik rasional isi pesan Buletin “AL-ISLAM oleh Humas Hizbut Tahrir Indonesia wilayah Jawa Barat dalam membangun semangat keislaman;
2. Untuk mengetahui daya tarik emosional isi pesan Buletin “AL-ISLAM oleh Humas Hizbut Tahrir Indonesia wilayah Jawa Barat dalam membangun semangat keislaman;
3. Untuk mengetahui daya tarik moral isi pesan Buletin “AL-ISLAM oleh Humas Hizbut Tahrir Indonesia wilayah Jawa Barat dalam membangun semangat keislaman;
(9)
4. Untuk mengetahui daya tarik isi pesan Buletin “AL-ISLAM oleh Humas Hizbut Tahrir Indonesia wilayah Jawa Barat dalam membangun semangat keislaman.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini sebagai masukan untuk dijadikan referensi bagi pihak Hizbut Tahrir Indonesia tentang daya tarik isi pesan buletin AL-ISLAM di kalangan mahasiswa di Kota Bandung.
1.4.1. Kegunaan Teoritis
Kegunaan hasil penelitian ini secara tertulis dapat memberikan masukan bagi perkembangan Ilmu Komunikasi khususnya mengenai daya tarik isi pesan Buletin “AL-ISLAM oleh Humas Hizbut Tahrir Indonesia wilayah Jawa Barat dalam membangun semangat keislaman.
1.4.2. Kegunaan Praktis Untuk Peneliti
Penelitian ini berguna secara praktis sebagai aplikasi ilmu yang sudah didapat selama perkuliahan.
Untuk Universitas
Penelitian ini berguna bagi Mahasiswa UNIKOM pada umumnya dan Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi khususnya, sebagai literatur terutama untuk peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama.
(10)
Untuk Badan/Organisasi yang diteliti
Penelitian ini berguna bagi Hizbut Tahrir Indonesia Provinsi Jawa Barat sebagai referensi mengenai daya tarik isi pesan buletin “AL-ISLAM yang dimiliki Hizbut Tahrir Indonesia dalam membangun kembali semangat keislaman di kalangan mahasiswa di Kota Bandung.
1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1. Kerangka Teoritis
“Daya tarik adalah kekuatan atau penampilan komunikator yang dapat memikat perhatian, sehingga seseorang mampu untuk mengungkapkan kembali pesan yang ia peroleh dari media komunikasi”. (Effendy, 1989: 18).
Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa daya tarik adalah proses awal terhadap kesan dari suatu bentuk komunikasi dan sangat berperan dalam membentuk animo komunikan. Berdasarkan pengertiannya, daya tarik merupakan kekuatan yang dapat memikat perhatian, sehingga seseorang mampu mengungkapkan kembali pesan atau stimulus (rangsangan) yang ia peroleh dari media komunikasi.
Sebagai suatu aspek kejiwaan, daya tarik bukan saja mewarnai perilaku seseorang, tetapi lebih dari itu yaitu mendorong seseorang mempunyai persepsi positif untuk melakukan suatu kegiatan dan
(11)
menyebabkan seseorang menaruh perhatian serta merelakan dirinya untuk berpartisipasi pada satu kegiatan.
Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Moh. As’ad, menurutnya daya tarik adalah “Sikap yang membuat orang senang akan objek situasi atau ide-ide tertentu. Hal ini diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari objek yang disenanginya itu” (As’ad, 1992: 89).
Berdasarkan hal di atas, peneliti berpendapat bahwa pemahaman terhadap suatu objek atau kegiatan harus terlebih dahulu adanya daya tarik dari objek atau kegiatan tersebut terhadap seseorang, hal itu berarti adanya sangkut paut terhadap aktivitasnya yang dapat menimbulkan suatu perbedaan menyangkut perasaannya. Ada tiga jenis daya tarik yaitu daya tarik rasional, daya tarik emosional, daya tarik moral.5
Daya tarik rasional menyatakan bahwa produk tersebut akan menghasilkan manfaat tertentu dan membangkitkan kepentingan diri audiens. Daya tarik rasional menunjukkan bahwa produk tersebut akan menghasilkan manfaat yang dikatakan. Contohnya adalah pesan yang menunjukkan kualitas, nilai ekonomis, manfaat, atau kinerja suatu produk. Daya tarik emosional mencoba membangkitkan emosi positif atau negatif yang akan memotivasi pembelian. Komunikator menggunakan daya tarik emosional yang positif seperti humor, cinta, kebanggaan, dan kebahagiaan. Namun, tidak ada bukti bahwa pesan yang disampaikan
5
(12)
secara humor akan lebih efektif daripada versi langsung dari pesan yang sama. Para pendukung pesan yang disampaikan secara humor menyatakan bahwa pesan itu menarik lebih banyak perhatian dan menciptakan rasa suka dan percaya pada sponsor. Selain itu, komunikator juga menggunakan daya tarik negatif seperti rasa takut, rasa bersalah, dan malu agar orang melakukan hal yang seharusnya mereka lakukan (misalnya menggosok gigi, melakukan pemeriksaan kesehatan tahunan) atau agar orang berhenti melakukan hal yang seharusnya tidak mereka lakukan (misalnya merokok, minum minuman beralkohol, makan secara berlebihan). Rasa takut memang efektif hingga titik tertentu, tetapi akan menjadi sangat afektif jika tidak terlalu kuat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa takut yang terlalu kuat atau terlalu lemah tidak seefektif yang moderat dalam membuat konsumen mengikuti yang disarankan. Selain itu, rasa takut bekerja paling baik jika tingkat kepercayaan terhadap sumber tinggi. Rasa takut juga lebih efektif jika komunikasi itu berjanji akan memberikan rasa lega, dengan cara yang terpercaya dan efisien, dari ketakutan yang ditimbulkannya.6
Daya tarik moral diarahkan pada perasaan pendengar tentang apa yang benar dan pantas. Daya tarik moral sering digunakan untuk mendorong orang mendukung masalah-masalah sosial, seperti lingkungan hidup yang lebih bersih, hubungan antar ras yang lebih baik, persamaan hak bagi wanita, dan bantuan bagi orang yang berkekurangan. Daya tarik
6
Sumber: http://www.smakristencilacap.com/arti-pemasaran-dan-manajemen-pemasaran/merancang-pesan-pemasaran.
(13)
moral jarang sekali dikaitkan dengan produk sehari-hari. Dalam penelitian ini melalui saluran media yang digunakan adalah media cetak berbentuk Buletin.
Buletin adalah publikasi organisasi yang mengangkat perkembangan suatu topik atau aspek tertentu dan diterbitkan/ dipublikasikan secara teratur (berkala) dalam waktu yang relatif singkat (harian hingga bulanan). Buletin ditujukan kepada khalayak yang lebih sempit, yang berkaitan dengan bidang tertentu saja. Tulisan dalam buletin umumnya singkat dan padat (mirip berita) dimana digunakan bahasa yang formal dan banyak istilah teknis berkaitan dengan bidang tersebut. Disain, serta foto-foto atau ilustrasi dalam buletin umumnya formal. Pilihan ukuran penerbitan buletin biasanya adalah A4 (210 x 297 mm) atau eksekutif (7¼ x 10½ inci). Untuk buletin yang terbit secara berkala dalam jangka waktu sedang (1-2 bulan), biasanya diterbitkan dengan jumlah halaman agak tebal (36120 halaman ).7
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:232), Buletin adalah majalah yg diterbitkan oleh suatu organisasi untuk para anggotanya; atau pamflet atau siaran kilat resrni tentang perkembangan atau hasil-hasil penyelidikan.
Hizbut Tahrir mendefinisikan dirinya sebagai sebuah partai politik yang berideologi Islam. Politik merupakan kegiatannya, dan Islam adalah ideologinya. Hizbut Tahrir bergerak di tengah-tengah umat, dan
7
(14)
sama mereka berjuang untuk menjadikan Islam sebagai permasalahan utamanya, serta membimbing mereka untuk mendirikan kembali sistem Khilafah dan menegakkan hukum yang diturunkan Allah dalam realitas kehidupan. Hizbut Tahrir merupakan organisasi politik, bukan organisasi kerohanian (seperti tarekat), bukan lembaga ilmiah (seperti lembaga studi agama atau badan penelitian), bukan lembaga pendidikan (akademis), dan bukan pula lembaga sosial (yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan). Ide-ide Islam menjadi jiwa, inti, dan sekaligus rahasia kelangsungan kelompoknya. 8
Hizbut Tahrir didirikan dalam rangka memenuhi seruan Allah Swt : “(Dan) hendaklah ada di antara kalian segolongan umat (jamaah) yang menyeru kepada kebaikan (mengajak memilih kebaikan, yaitu memeluk Islam), memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104).
Hizbut Tahrir bermaksud membangkitkan kembali umat Islam dari kemerosotan yang amat parah, membebaskan umat dari ide-ide, sistem perundang-undangan, dan hukum-hukum kufur, serta membebaskan mereka dari cengkeraman dominasi dan pengaruh negara-negara kafir. Hizbut Tahrir bermaksud juga membangun kembali Daulah Khilafah Islamiyah di muka bumi, sehingga hukum yang diturunkan Allah Swt dapat diberlakukan kembali.
8
(15)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Model psikodinamika dalam lingkup Komunikasi Persuasif.
Model psikodinamika berkembang atas dasar teoritis maupun empiris. Teori-teori mengenai motivasi, persepsi bahkan psikoanalisis merupakan landasan pembentukan sikap, opini, rasa takut, konsepsi diri dan variabel lain yang berhubungan dengan persuasi. Menurut model psikodinamika pesan-pesan komunikasi akan efektif dalam persuasi bila pesan tersebut memiliki kemampuan mengubah minat komunikan secara psikologis dengan cara sedemikian rupa, sehingga individu akan menanggapi pesan-pesan komunikasi sesuai dengan kehendak komunikator. Kunci keberhasilan persuasi terletak pada kemampuan memodifikasi struktur psikologis internal individu sehingga hubungan psikodinamik antara proses internal (motivasi, sikap) dengan perilaku yang diwujudkan akan sesuai dengan kehendak komunikator.
1.5.2. Kerangka Konseptual
Bertolak pada kerangka pemikiran teoritis, maka peneliti akan mencoba mengaplikasikan definisi pada pemikiran praktis.
Daya Tarik adalah kekuatan atau pengaruh yang dimiliki oleh Buletin “AL-ISLAM dalam menarik simpati para audiens/pembaca sehingga para pembaca dapat termotivasi sesuai isi pesan yang terdapat dalam buletin tersebut.
(16)
Daya tarik atau kekuatan yang terdapat dalam isi pesan buletin “AL ISLAM” setidaknya memiliki tiga jenis pendekatan agar apa yang disampaikan oleh komunikator (Penulis buletin) dapat tersampaikan dengan baik dan efektif. Pendekatan tersebut, yaitu daya tarik rasional, daya tarik emosional dan daya tarik moral.
Daya tarik rasional yang terdapat dalam isi pesan Buletin “AL ISLAM” akan menghasilkan manfaat yang dalam hal ini adalah membangkitkan semangat keislaman (ukhuwah) para mahasiswa di Kota Bandung. Daya tarik rasional menunjukkan bahwa isi pesan tersebut akan menghasilkan manfaat yang sesuai dengan kepentingan mahasiswa sebagai motor penggerak dalam membangkitkan semangat keislaman mahasiswa dengan pesan yang dikomunikasikan oleh penulis melalui media buletin.
Contohnya adalah berita mengenai kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang disahkan oleh Komisi VII DPR 15 Juni 2010 lalu yang secara rasional menengahkan isu terpuruknya kondisi Indonesia di segala bidang dan menjadi isu terhangat dan krusial dimata para intelektual termasuk mahasiswa. Disini terlihat penulis mengangkat kepentingan mahasiswa sebagai motor penggerak kemajuan bangsa untuk lebih pro aktif dan kritis dalam menghadapi persoalan bangsa yang kian hari makin pelik.
Daya tarik emosional dalam isi pesan buletin “AL-ISLAM” mengandung dua unsur yang membangkitkan emosional pembaca (Mahasiswa) yaitu emosional positif dan emosional negatif. Pembangkitan
(17)
emosional positif pembaca dalam isi pesan buletin mengandung unsur keyakinan terhadap kemurnian dan kebenaran Al-Quran dan Hadits serta penguatan dari sumber lain (baik dari narasumber yang dipercaya maupun kutipan media massa) yang diaplikasikan melalui berbagai fakta yang diangkat dalam tema buletin sehingga pembaca khususnya mahasiswa Muslim akan termotivasi untuk mempercayai pesan yang disampaikan penulis melalui media buletin.
Contohnya informasi yang terdapat pada Buletin AL-ISLAM edisi 505 yang mengetengahkan bagaimana sistem negara Islam dapat mensejahterakan dan menyatukan seluruh umat9
Selain melalui pembangkitan emosional positif, penulis buletin juga melakukan pembangkitan emosional negatif untuk lebih menguatkan isi pesan yang disampaikan penulis melalui buletin, salah satu contoh adalah berita yang termuat dalam Buletin “AL ISLAM” yang mengangkat judul “BANGKITLAH DENGAN ISLAM” (Edisi 507/VII) yang mengetengahkan prestasi Indonesia sebagai pemegang rekor negara terkorup di Asia Pasifik menurut survei PERC. Prestasi memalukan ini telah mencoreng harga diri bangsa. Hal ini lah yang diangkat HTI untuk menanamkan semangat
. Dalam tema tersebut, penulis buletin mengaplikasikan berbagai sumber data yang terkumpul untuk dijadikan satu wacana apik mengenai fungsi negara Islam yang dapat menyatukan dan mensejahterakan seluruh umat yang bersumber dari Al-Quran dan Hadist.
9
Buletin AL-ISLAM “KHILAFAH:MENYATUKAN UMAT, MEWUJUDKAN INDONESIA YANG BERMARTABAT”, edisi 505/VII.
(18)
keIslaman sekaligus Nasionalisme mahasiswa dalam menghadapi permasalahan mengenai korupsi yang sudah mendarah daging di Indonesia serta mencari solusi yang tepat dalam menghadapi persoalan tersebut dengan mengacu pada Al-Quran dan Hadist.
Penulis Buletin “AL-ISLAM” selain melakukan pendekatan rasional, dan emosional juga melakukan pendekatan moral, ini bertujuan untuk lebih memperkuat lagi makna isi pesan dalam buletin dengan mengetengahkan isu yang tengah hangat di masyarakat kemudian dikaitkan dengan sumber Islam yaitu Al-Quran dan Hadist serta sumber lain yang pada dasarnya adalah sumber yang mutlak dalam kehidupan kaum Muslim. Sebagai contoh berita yang mengangkat tema dampak sistem Kapitalisme dan Liberalisme yang dianut Indonesia10
10
Buletin AL-ISLAM “ KAPITALISME DAN LIBERALISME:BENCANA BAGI KAUM PEREMPUAN”. Edisi 502/VII
. Informasi yang disajikan pada buletin edisi 502 menceritakan mengenai dampak sistem kapitalisme yang dianut Indonesia dalam menjalankan kegiatan ekonominya, sehingga kepentingan masyarakat dikesampingkan demi kepentingan dan keuntungan pribadi. Masyarakat berlomba-lomba mencari penghasilan yang melimpah tanpa memikirkan keselamatan dan nyawanya sendiri, salah satunya kisah pahit seorang TKW yang disiksa oleh majikannya diluar negeri. Jika masalah ini terus di biarkan, maka korban-korban serupa sudah akan menunggu didiepan mata. Disinilah letak fungsi Buletin AL-ISLAM dalam memberikan informasi mengenai masalah-masalah sosial yang menjadi permasalahan di masyarakat (mahasiswa) dan pemerintah untuk melakukan
(19)
pembenahan sistem yang menurut HTI sistem yang cocok adalah sistem Daulah Khilafah.
Buletin “Al-ISLAM” merupakan salah satu media massa yang didirikan oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) pada tahun 2000 yang berkantor pusat di Jakarta di bawah naungan divisi Media HTI. Buletin “AL ISLAM” berisi mengenai informasi dan berita seputar dunia Islam yang mengetengahkan isu-isu terhangat yang berkembang di masyarakat untuk dijadikan pedoman ataupun acuan umat muslim dalam menghadapi situasi yang tengah berkembang tersebut. Buletin “AL-ISLAM” terbit tiap seminggu sekali (Jumat), berukuran eksekutif (7¼ x 10½ inci) dan terdiri dari 4 halaman, halaman pertama memuat cover (nama Media dan logo HTI), Judul berita, mukadimah (Kepala berita) dan komentar AL-ISLAM. Halaman kedua dan ketiga berisi isi berita dan halaman empat berisi informasi mengenai acara atau kegiatan (Iklan) yang berhubungan dengan dakwah serta alamat penerbitan. HTI sebagai sebuah organisasi yang menerbitkan media buletin AL-ISLAM memiliki satu struktur organisasi dalam mengelola buletin tersebut dibawah Koordinator Penyunting divisi Media. Koordinator Penyunting bertugas sebagai perancang layout sekaligus penanggung jawab isi pesan Buletin. Proses penyuntingan (penyederhanaan dan pengemasan informasi) ini pula dilakukan oleh Koordinator Penyunting.
Dalam pengolahan informasi buletin AL-ISLAM, Hizbut Tahrir akan memilih beberapa topik ataupun isu terhangat dan terkini yang akan
(20)
diangkat menjadi tema ataupun judul dalam buletin tersebut. Setelah proses pemilihan tema, berlanjut pada pengumpulan data, baik melalui media surat cetak dan elektronik, wawancara langsung dengan narasumber, ataupun dari sumber lain yang dianggap kompeten di bidangnya untuk dituangkan kedalam media buletin. Dengan gaya bahasa yang tajam lugas serta layout dan judul yang dirancang sedemikian rupa, buletin ini diharapkan dapat menarik perhatian para audiens untuk membacanya.
1.6 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan judul tersebut, peneliti membuat daftar pertanyaan sebagai berikut:
1.6.1. Daya Tarik Rasional
1. Bagaimana isi pesan Buletin “AL-ISLAM” dalam memberikan manfaat bagi mahasiswa dan pembaca dalam membangun semangat keIslaman?
2. Bagaimana isi pesan Buletin “AL-ISLAM” dalam membangkitkan kepentingan bagi mahasiswa dan pembaca muslim di Kota Bandung dalam membangun semangat keIslaman?
(21)
1.6.2. Daya Tarik Emosional
3. Bagaimana isi pesan Buletin “AL-ISLAM” diungkapkan dalam bentuk pendekatan emosi positif bagi mahasiswa dan pembaca dalam menumbuhkan semangat keIslaman ?
a. Bagaimana isi pesan Buletin “AL-ISLAM” dalam mengungkapkan hal-hal yang membangkitkan rasa kebanggaan sebagai Muslim bagi mahasiswa dan pembaca dalam menumbuhkan semangat keIslaman?
b. Bagaimana isi pesan Buletin “AL-ISLAM” dalam mengungkapkan hal-hal yang membangkitkan rasa kebahagiaan sebagai Muslim bagi mahasiswa dan pembaca dalam menumbuhkan semangat keIslaman?
4. Bagaimana isi pesan Buletin “AL-ISLAM” diungkapkan dalam bentuk pendekatan emosi negatif bagi mahasiswa dan pembaca dalam menumbuhkan semangat keIslaman?
a. Bagaimana isi pesan Buletin “AL-ISLAM” dalam mengungkapkan hal-hal yang menumbuhkan rasa takut akan sesuatu bagi mahasiswa dan pembaca dalam menumbuhkan semangat keIslaman?
b. Bagaimana isi pesan Buletin “AL-ISLAM” dalam mengungkapkan hal-hal yang menumbuhkan rasa malu akan sesuatu bagi
(22)
mahasiswa dan pembaca dalam menumbuhkan semangat keIslaman?
1.6.3. Daya Tarik Moral
5. Bagaimana isi Pesan Buletin “AL-ISLAM” dalam menginformasikan hal-hal yang benar dan pantas bagi mahasiswa dan pembaca dalam membangun semangat keIslaman ?
6. Bagaimana isi Pesan Buletin “AL-ISLAM” mengungkapkan hal-hal yang mendukung masalah-masalah sosial bagi mahasiswa dan pembaca dalam membangun semangat keIslaman?
1.6.4. Daya Tarik Isi Pesan
7. Bagaimana daya tarik isi pesan Buletin “AL-ISLAM” dalam memvisualisasikan informasi yang menarik bagi mahasiswa dan pembaca dalam membangun semangat keIslaman?
1.7 Subyek Penelitian dan informan 1.7.1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian disini adalah anggota yang tergabung dalam Divisi Media Hizbut Tahrir Indonesia Pusat.
(23)
1.7.2. Informan
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara mendalam dengan orang yang khusus menangani dan memiliki pengetahuan tentang Buletin “AL-ISLAM” di Hizbut Tahrir Wilayah Jawa Barat yaitu Bpk.Luthfi Affandi selaku Humas HTI DPD I JABAR.
1.8 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif dengan metode deskriptif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang digunakan untuk meneliti objek yang alamiah dimana peneliti adalah instrumen kunci.
Metode penelitian dengan teknik analisis deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan proses atau peristiwa yang sedang berlaku pada saat ini di lapangan yang dijadikan objek penelitian, kemudian data atau informasinya di analisis sehingga diperoleh suatu pemecahan masalah.
Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan Winarno Surachmad yang mengatakan :
“Penyelidikan deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang yang mencakup berbagai teknik diantaranya adalah penyelidik yang menuturkan, menganalisis dan mengklasifikasikan penyelidik dengan teknik survey, interview, angket, observasi, studi kasus, studi komparatif, studi waktu dan gerak, analisis kuantitatif, studi kooperatif atau operasional“. (Surachmad, 1982 : 139).
(24)
Jadi metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif karena pada penelitian ini hanya bertujuan untuk melukiskan atau mendeskripsikan secara faktual dan cermat.
1.9 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah: 1 Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah repondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan dengan responden secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon dan e-mail. Peneliti melakukan pengumpulan data melalui teknik wawancara dengan Anggota Hizbut Tahrir Indonesia yang membidangi divisi Media dan yang khusus menangani media buletin “AL-ISLAM”.
2 Studi Kepustakaan
Menurut J. Supranto seperti yang dikutip Ruslan dalam bukunya Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, bahwa studi kepustakaan adalah dilakukan mencari data atau
(25)
informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia diperpustakaan (ruslan, 2006:31). Studi kepustakaan digunakan untuk mempelajari sumber bacaan yang dapat memberikan informasi yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti.
3. Internet Searching
Pengumpulan data dengan melengkapi atau mencari data-data yang dibutuhkan internet, yaitu dari website maupun blog
1.10 Teknik Analisa Data
Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data (data processing). “Pengolahan data mencakup kegiatan mengedit (editing) data. Pengeditan data merupakan proses pengecekan dan penyesuaian yang perlu dilakukan terhadap data penelitian”. (Ruslan, 2000:155).
Pengeditan dilakukan dengan cara mengecek kelengkapan yang ada pada seluruh data yang peneliti dapatkan, hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan dan memperoleh kejelasan makna dari data atau informasi yang peneliti peroleh. Menurut M. Iqbal Hasan, editing adalah: “Pengecekan atau pengoreksian data yang telah dikumpulkan, karena kemungkinan data yang masuk (raw data) atau data yang terkumpul itu tidak logis dan meragukan”.
(26)
1.11. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I Hizbut Tahrir Indonesia Wilayah Jawa Barat, Jl. Cikampek V, Antapani, Bandung, Telp. (022) 253-3603.250-6634.250-8412. Fax. (022) 253-3754. 1.11.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini peneliti lakukan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2010, dengan jadwal penelitian yang dapat dilihat pada tabel I.3. mengenai Jadwal Kegiatan Penelitian dan Penyusunan Skripsi.
Tabel 1.3
Jadwal Kegiatan Penelitian Dan Penyusunan Skripsi
Kegiatan
Waktu Penelitian
Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Persiapan
- Pengajuan Judul - Acc Judul - Penulisan BAB I - Seminar UP - Penulisan BAB II - Penulisan BAB III 2. PengumpulanData - Perusahaan
(Data Primer) 3. Pengolahan Data 4. Penulisan BABIV 5. Penulisan BAB V 6. Penyusunan
Kelengkapan Skripsi 7. Sidang
(27)
1.12 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terbagi dalam beberapa bab, masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab, hal ini dilakukan peneliti agar penulisan tersusun secara sistematis, serta pembahasan dapat dilakukan secara terarah dan terpadu
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini memberikan penjelasan tentang: latar belakang masalah, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, operasionalisasi variabel, metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, populasi dan sampel penelitian, hipotesis, model penelitian, lokasi dan waktu penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tinjauan teori yang akan menjelaskan mengenai teori maupun konsep yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini.
BAB III : OBYEK PENELITIAN
Dalam bab ini membahas dan menjelaskan tentang: tinjauan tentang Universitas Komputer Indonesia, tinjauan tentang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, serta tentang tinjauan populasi penelitian.
(28)
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini membahas, menjelaskan serta memberikan uraian tentang: deskripsi identitas responden, analisis data yang telah diperoleh dari responden melalui kuesioner atau angket, deskripsi hasil penelitian dan pembahasan.
BAB V : KESIMPULAN dan SARAN
Merupakan bab terakhir dalam penulisan tugas akhir ini, dimana didalamnya berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang akan dihasilkan dari proses analisa dan pembahasan.
(29)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi
2.1.1 Hakikat dan Definisi Ilmu Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communocare yang berarti membuat sama (to make common). Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan dianut secara sama, jadi secara garis besarnya, dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran atau pengertian. Pada hakikatnya komunikasi adalah “pernyataan antar manusia”, dimana ada proses interaksi antara dua orang atau lebih untuk tujuan tertentu.
Pada proses interaksi, komunikasi telah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena “Setiap masyarakat manusia - baik primitif maupun modern- berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi”.(Rakhmat, 1986:1). Pernyataan tersebut, didukung pula dengan pernyataan lain, yaitu: “90% kehidupan manusia dilakukan dengan berkomunikasi” (Soesanto,1977:2). Dari dua pernyataan tersebut, tergambarkan bagaimana komunikasi menjadi salah satu kebutuhan manusia yang hakiki, dan
(30)
menjadi ajang sekaligus sarana penyampaian gagasan dan isi kepala kepada orang lain.
Jika berbicara mengenai definisi komunikasi, tidak ada definisi yang salah dan benar, definisi diuraikan untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media tertentu atau justru terlalu luas misalnya, komunikasi adalah interaksi antara dua makhluk hidup atau lebih sehingga para peserta komunikasi ini mungkin termasuk hewan, tanaman, dan makhluk hidup lainnya.
Adapun definisi komunikasi menurut Roger dan D. Lawrence (1981), adalah : “Suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam” (Cangara, 2004 :19).
Sedangkan Onong Uchjana Effendy berpendapat bahwa komunikasi adalah “Proses pernyataan antara manusia yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya” (Effendy, 1993 :28).
Berbeda dengan kedua definisi diatas, M.O. Palapah dan Atang, dimana “Komunikasi sebagai Ilmu tentang pernyataan manusia yang menggunakan lambang-lambang yang berarti” (Palapah, dan Atang, 1983 :9).
Beragamnya definisi mengenai komunikasi menuntun kita untuk lebih mengenal komunikasi secara konseptualisasi, dimana komunikasi terdiri dari tiga
(31)
konseptualisasi seperti yang diungkapkan oleh Wenburg dan Wilmot (Mulyana, 2000 : 61-68) :
1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah
Suatu pemahaman mengenai komunikasi manusia adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang lainnya baik secara langsung atau melalui media. Jadi komunikasi dianggap sebagai proses linear yang dimulai dengan sumber atau pengirim dan berakhir pada penerima, sasaran atau tujuannya.
2. Komunikasi sebagai interaksi
Pandangan ini menyeratakan komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau menganggukkan kepala. Komunikasi sebagai interaksi dipandang lebih dinamis daripada komunikasi satu arah. Namun pandangan ini masih membedakan para peserta sebagai pengirim dan penerima karena itu masih berorientasi pada sumber jadi masih bersifat mekanis dan statis.
3. Komunikasi sebagai transaksi
Dalam konteks ini komunikasi adalah suatu proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Komunikasi bersifat dinamis, lebih sesuai untuk komunikasi tatap muka yang memungkinkan pesan atau respon verbal dan
(32)
nonverbal bisa diketahui dengan langsung, konsep ini tidak membatasi komunikasi sebagai komunikasi yang disengaja atau respon yang dapat diamati. Komunikasi dilihat sebagai proses dinamis yang berkesinambungan mengubah perilaku-perilaku pihak yang berkomunikasi.
2.1.2 Komponen-komponen Komunikasi
Menurut Effendy (2000:6), Lingkup Ilmu Komunikasi berdasarkan komponennya terdiri dari :
1. Komunikator (communicator) 2. Pesan (message)
3. Media (media)
4. Komunikan (communicant) 5. Efek (effect)
Berdasarkan komponen-komponen tersebut Lasswell menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
2.1.2.1 Komunikator dan Komunikan
Kita menggunakan istilah sumber-penerima, karena sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (pembicara) sekaligus penerima (pendengar). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, memberikan isyarat tubuh, atau tersenyum. Anda menerima pesan dengan
(33)
mendengarkan, membaca, membaui dan sebagainya (Devito, 1997 : 27). Tetapi ketika kita mengirim pesan kita juga menerima pesan. Anda menerima pesan kita sendiri (kita mendengar diri sendiri, merasakan gerak tubuh sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh kita sendiri) dan kita menerima pesan dari orang lain secara visual, melalui pendengaran atau bahkan melalui rabaan dan penciuman. Ketika kita berbicara dengan orang lain, kita memandangnya untuk mendapatkan tanggapan untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan dan sebagainya. Ketika kita menyerap isyarat-isyarat nonverbal ini, kita menjalankan fungsi penerima
2.1.2.2 Pesan
Pesan dalam proses komunikasi yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri dari isi (the content) dan lambang (symbol). Lambang dalam media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan (Effendy, 2000 : 11).
Bahasa adalah lambang yang paling banyak dipergunakan, namun tidak semua orang pandai berkata-kata secara tepat yang dapat mencerminkan pikiran dan perasaannya. Kial (gesture) memang dapat menerjemahkan pikiran seseorang sehingga terekspresi secara fisik namun gerakan tubuh hanya dapat menyampaikan pesan yang terbatas. Isyarat dengan menggunakan alat seperti tongtong, bedug, sirine dan lain-lain serta warna yang mempunyai makna tertentu, kedua lambang itu sama-sama terbatas dalam mentransmisikan pikiran seseorang pada orang lain.
(34)
2.1.2.3 Media
Media sering disebut sebagai saluran komunikasi, jarang sekali komunikasi berlangsung melalui satu saluran, kita mungkin menggunakan dua atau tiga saluran secara simultan (Devito, 1997 :28). Sebagai contoh dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengar (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori), dan sering kita saling menyentuh itupun komunikasi (saluran taktil).
Media juga dapat dilihat dari sudut media tradisional dan modern yang dewasa ini banyak dipergunakan (Effendy, 2000 : 37). Tradisional misalnya kontongan, bedug, pagelaran seni, dan lain-lain sedangkan yang lebih modern misalnya surat, papan pengumuman, telepon, telegram, pamflet, poster, spanduk, surat kabar, majalah, film, televisi, internet yang pada umumnya diklasifikasikan sebagai media tulisan atau cetak, visual, audio dan audio-visual.
2.1.2.4 Efek
Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau lebih orang yang terlihat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Pertama Anda mungkin memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis, melakukan sintesis atau mengevaluasi sesuatu, ini adalah efek intelektual atau kognitif. Kedua Anda mungkin memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi dan perasaan Anda, ini adalah efek afektif. Ketiga Anda mengkin memperoleh cara-cara atau gerakan baru seperti
(35)
cara melemparkan bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan non verbal yang patut, ini adalah efek psikomotorik (Devito, 1997 : 29).
2.1.3 Konteks Komunikasi
Komunikasi tidak berlangsung dalam suatu ruangan hampa sosial, melainkan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks disini berarti semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi yang terdiri dari :
1. Aspek bersifat fisik; seperti iklim, suhu, cuaca, bentuk ruangan, warna dinding, tempat duduk, jumlah peserta komunikasi dan alat untuk menyampaikan pesan.
2. Aspek psikologis; seperti sikap, kecenderungan, prasangka dan emosi para peserta komunikasi.
3. Aspek sosial; seperti norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik budaya.
4. Aspek waktu; yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa, pagi, siang, sore, malam).
Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteks atau tingkatannya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Maka dikenallah komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi publik, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.
(36)
2.1.4. Komunikasi Organisasi
2.1.4.1 Pengertian Komunikasi Organisasi
Komunikasi merupakan suatu kegiatan penyampaian pernyataan manusia dengan lambang-lambang yang mengandung arti. Komunikasi yang efektif hanya dapat tercapai bila pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi memberi arti dan makna yang sama terhadap lambang-lambang yang digunakan dalam kegiatan komunikasi tersebut.
Istilah organisasi bersumber dari kata Latin organization yang berasal dari kata kerja yang juga merupakan kata Latin, organizare, yang berarti “to form as or into a whole consisting of independent or coordinated parts” (membentuk sebagai atau menjadi keseluruhan dan bagian-bagian yang saling bergantung atau terkoordinasi) (Effendy,2003:114).
Dengan kata lain, secara harfiah organisasi berarti paduan dari bagian-bagian yang saling bergantung satu sama lainnya. Definisi organisasi menurut Rogers dan Rogers yaitu : “Suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian tugas” (Rogers dan Rogers dalam Effendy, 2003:114). Rogers dan Rogers memandang organisasi sebagai suatu struktur yang melangsungkan proses pencapaian tujuan yang telah ditentukan, dimana operasi dan instruksi di antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya berjalan secara harmonis, dinamis dan pasti.
Suatu pendekatan subjektif memandang organisasi sebagai kegiatan yang dilakukan orang-orang. Organisasi terdiri dari
(37)
tindakan-tindakan, interaksi, dan transaksi yang melibatkan orang-orang. Organisasi diciptakan dan dipupuk melalui kontak-kontak yang terus-menerus berubah yang dilakukan antara orang-orang antara yang satu dengan lainnya dan tidak eksis secara terpisah dari orang-orang yang perilakunya membentuk organisasi tersebut. Sedangkan pandangan objektif menyarankan bahwa sebuah organisasi adalah sesuatu yang bersifat fisik dan kongkret, dan merupakan struktur dengan batas-batas yang pasti. Istilah “organisasi” mengisyaratkan bahwa sesuatu yang nyata merangkum orang-orang, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan (Pace dan Faules dalam Mulyana,2005:11).
Pernyataan Pace dan Faules tersebut memperlihatkan bahwa dalam pandangan subjektif organisasi merupakan kegiatan yang dilakukan orang-orang yang satu sama lain saling berinteraksi. Sedangkan pandangan objektif menganggap organisasi mensyaratkan adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua individu tersebut memiliki perbedaan posisi yang jelas, seperti pimpinan, staf pimpinan dan karyawan. Di samping itu, dalam sebuah institusi baik yang komersial maupun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau yang sama tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis, dan komunikasi evaluasi program (Redding dan Sanborn dalam Muhammad,2002:65).
Sedangkan Goldhaber (1986) mengemukakan bahwa:”Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling bergantung satu sama lain untuk
(38)
mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah” (Goldhaber dalam Muhammad,2002:67).
Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan pertukaran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan (Pace dan Faules dalam Mulyana,2005:31).
Definisi di atas memperlihatkan bahwa adanya pertunjukan dan pertukaran pesan antara unit-unit komunikasi. Pertunjukan dan pertukaran pesan merupakan penyampaian dan penerimaan informasi yang menurut Pace dan Faules, dalam penyampaian dan penerimaan informasi ke seluruh unit-unit organisasi merupakan salah satu tantangan besar dalam organisasi. Proses penyampaian dan penerimaan informasi berhubungan dengan aliran informasi.
Dengan landasan pengertian komunikasi dan organisasi sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka terdapat batasan tentang komunikasi organisasi, yaitu komunikasi antar manusia (human communication) yang terjadi dalam konteks organisasi. Atau dengan definisi yang disebutkan Goldhaber, komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain (the flow of messages within a network of independent relationship) (Sendjaja, Rahardjo dan Pradekso,2004:133).
(39)
2.1.4.2 Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi
Dalam suatu organisasi tindak komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yakni: fungsi informatif, regulatif, persuasif dan integratif.
1. Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti.
2. Fungsi regular
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini. Pertama, atasan atau orang-orang yang berada di tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Kedua, berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
(40)
3. Fungsi persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada member perintah. Pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi integratif
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan yang lebih baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam sebuah organisasi tersebut (newsletter, bulletin) dan laporan kemajuan organisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata (Sendjaja,Rahardjo dan Pradekso,2004:136).
2.2. Tinjauan Daya Tarik
2.2.1.Pengertian Daya Tarik
“Daya tarik adalah kekuatan atau penampilan komunikator yang dapat memikat perhatian, sehingga seseorang mampu untuk
(41)
mengungkapkan kembali pesan yang ia peroleh dari media komunikasi (Effendy, 1989: 18)”.
Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa daya tarik adalah proses awal terhadap kesan dari suatu bentuk komunikasi dan sangat berperan dalam membentuk animo komunikan. Berdasarkan pengertiannya, daya tarik merupakan kekuatan yang dapat memikat perhatian, sehingga seseorang mampu mengungkapkan kembali pesan atau stimulus (rangsangan) yang ia peroleh dari media komunikasi.
Sebagai suatu aspek kejiwaan, daya tarik bukan saja mewarnai perilaku seseorang, tetapi lebih dari itu yaitu mendorong seseorang mempunyai persepsi positif untuk melakukan suatu kegiatan dan menyebabkan seseorang menaruh perhatian serta merelakan dirinya untuk berpartisipasi pada satu kegiatan.
Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Moh. As’ad, menurutnya daya tarik adalah “Sikap yang membuat orang senang akan objek situasi atau ide-ide tertentu. Hal ini diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari objek yang disenanginya itu” (As’ad, 1992: 89).
Berdasarkan hal di atas, peneliti berpendapat bahwa pemahaman terhadap suatu objek atau kegiatan harus terlebih dahulu adanya daya tarik dari objek atau kegiatan tersebut terhadap seseorang, hal itu berarti adanya sangkut paut terhadap aktivitasnya yang dapat menimbulkan suatu perbedaan menyangkut perasaannya.
(42)
2.2.2 Jenis-Jenis Daya Tarik
Ada tiga jenis daya tarik yaitu daya tarik rasional, daya tarik emosional, daya tarik moral.11
2.2.2.1 Daya Tarik Rasional
Daya tarik rasional menyatakan bahwa produk tersebut akan menghasilkan manfaat tertentu dan membangkitkan kepentingan diri audiens. Daya tarik rasional menunjukkan bahwa produk tersebut akan menghasilkan manfaat yang dikatakan. Contohnya adalah pesan yang menunjukkan kualitas, nilai ekonomis, manfaat, atau kinerja suatu produk. 2.2.2.2 Daya Tarik Emosional
Daya tarik emosional mencoba membangkitkan emosi positif atau negatif yang akan memotivasi pembelian. Komunikator menggunakan daya tarik emosional yang positif seperti humor, cinta, kebanggaan, dan kebahagiaan. Namun, tidak ada bukti bahwa pesan yang disampaikan secara humor akan lebih efektif daripada versi langsung dari pesan yang sama. Para pendukung pesan yang disampaikan secara humor menyatakan bahwa pesan itu menarik lebih banyak perhatian dan menciptakan rasa suka dan percaya pada sponsor. Selain itu, komunikator juga menggunakan daya tarik negatif seperti rasa takut, rasa bersalah, dan malu agar orang melakukan hal yang seharusnya mereka lakukan (misalnya menggosok gigi, melakukan pemeriksaan kesehatan tahunan) atau agar orang berhenti melakukan hal yang seharusnya tidak mereka lakukan
11
(43)
(misalnya merokok, minum minuman beralkohol, makan secara berlebihan). Rasa takut memang efektif hingga titik tertentu, tetapi akan menjadi sangat afektif jika tidak terlalu kuat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa takut yang terlalu kuat atau terlalu lemah tidak seefektif yang moderat dalam membuat konsumen mengikuti yang disarankan. Selain itu, rasa takut bekerja paling baik jika tingkat kepercayaan terhadap sumber tinggi. Rasa takut juga lebih efektif jika komunikasi itu berjanji akan memberikan rasa lega, dengan cara yang terpercaya dan efisien, dari ketakutan yang ditimbulkannya.12
2.2.2.3 Daya Tarik Moral
Daya tarik moral diarahkan pada perasaan pendengar tentang apa yang benar dan pantas. Daya tarik moral sering digunakan untuk mendorong orang mendukung masalah-masalah sosial, seperti lingkungan hidup yang lebih bersih, hubungan antar ras yang lebih baik, persamaan hak bagi wanita, dan bantuan bagi orang yang berkekurangan. Daya tarik moral jarang sekali dikaitkan dengan produk sehari-hari.
2.3 Tinjauan Buletin 2.3.1 Definisi Buletin
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:232), Buletin adalah majalah yg diterbitkan oleh suatu organisasi untuk para
12
Sumber: http://www.smakristencilacap.com/arti-pemasaran-dan-manajemen-pemasaran/merancang-pesan-pemasaran.
(44)
anggotanya; atau pamflet atau siaran kilat resrni tentang perkembangan atau hasil-hasil penyelidikan.
Pengertian lain menyebutkan, Buletin adalah publikasi organisasi yang mengangkat perkembangan suatu topik atau aspek tertentu dan diterbitkan/ dipublikasikan secara teratur (berkala) dalam waktu yang relatif singkat (harian hingga bulanan). Buletin ditujukan kepada khalayak yang lebih sempit, yang berkaitan dengan bidang tertentu saja. Tulisan dalam buletin umumnya singkat dan padat (mirip berita) dimana digunakan bahasa yang formal dan banyak istilah teknis berkaitan dengan bidang tersebut. Disain, serta foto-foto atau ilustrasi dalam buletin umumnya formal. Pilihan ukuran penerbitan buletin biasanya adalah A4 (210 x 297 mm) atau eksekutif (7¼ x 10½ inci). Untuk buletin yang terbit secara berkala dalam jangka waktu sedang (1-2 bulan), biasanya diterbitkan dengan jumlah halaman agak tebal (36120 halaman ).13
2.3.2 Faktor Penyebab Terbitnya Buletin
Menurut Jurnal Komunitas Ruang Sunyi yang ditulis oleh Mulyadi Saputra mengatakan, faktor-faktor penyebab terbitnya buletin diantaranya :
2.3.2.1 Penyebar Informasi
Pada zaman dahulu, seseorang menyebarkan informasi hanya melalui metode mulut ke mulut, dari orang yang satu memberitahukan kepada yang lain, dalam metode ini sangat rawan sekali kesimpangsiuran kabar karena isi pesan bisa
13
(45)
ditambah dan terkadang dikurangi. Untuk menjaga keaslian isi pesan, perlu adanya media penyebaran informasi yang serempak dan merata ke seluruh masyarakat.
2.3.2.2 Kekecewaan
Kecewa karena tulisannya selalu tidak dimuat di koran atau majalah, membuatnya memilih jalan untuk membuat media sendiri, itu juga salah satu faktor terbitnya buletin. Seperti halnya bila kita menunggu sesuatu yang tak jelas dan itu tentunya sangat membosankan. Contoh, pada suatu hari kita ingin sekali mengeritik pemerintahan, namun setelah dikirim ke media tidak juga dimuat, karena media yang kita kirimi tulisan mempertimbangkan berbagai hal, misalnya tulisan kita terlalu memojokkan salah satu pihak, atau gaya bahasanya kurang menyenangkan di konsumsi masyarakat dan masih banyak lagi yang membuat tim redaksi menghitung-hitungkan tulisan kita bila dimuat dan dibaca masyarakat.
2.3.2.3 Bisnis
Faktor selanjutnya yaitu bisnis. Bisnis sangat berkaitan erat dengan nilai (uang) tentunya. Jika buletin sebagai lahan bisnis sangatlah mungkin karena buletin dikonsumsi oleh masyarakat dan disana pula buletin bisa dijual. Atau mereka mengambil sesi keuntungan dari pemasang iklan.
(46)
47 3.1. Hizbut Tahrir (HT)
Penyusun mengawali Bab III ini dengan membahas mulai dari pusatnya, yaitu Hizbut Tahrir menurut versi dan standar umum / internasional. Hal ini, dikarenakan setelah penyusun melakukan wawancara kepada informan, mereka mengatakan bahwa Hizbut Tahrir dimanapun negaranya, daerah tingkatnya adalah seragam. Hizbut Tahrir memang menekankan kepada semua syabab (anggota) untuk seragam dalam tariqah (metode), namun boleh berbeda uslub (caranya) sesuai dengan tempat dan kebutuhan Hizbu Tahrir di setiap penjuru dunia yang hidup di tengah-tengah masyarakat yang tentu saja berbeda-beda budaya, adat-kebiaasaan dan tidak melanggar syariat.
Budaya organisasi Hizbut Tahrir di Palestina, Australia, Jerman tak akan jauh berbeda dalam hal esensi dan metode sebagaimana tadi telah dijelaskan. Maka, kondisi inilah yang mendorong penyusun untuk mendeskripsikan objek penelitian Hizbut Tahrir secara umum dan internasional.
3.1.1 Biografi Syaikh Taqiyyudin An Nabhani
Tak lengkap rasanya jika membahas Hizbut Tahrir tanpa membahas biografi pendirinya, yaitu Syaikh Taqiyuddin An Nabhani. Beliaulah yang mempunyai ide untuk mendirikan organisasi/partai politik yang berasaskan Islam ini.
(47)
Gambar 3.1 Syeikh Taqiyuddin
An Nabhani
Taqiyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin Ismail bin Yusuf An-Nabhani. Gelaran “an-nabhani” dikatkan kepada kabilah (suku) Bani Nabhan, yang termasuk orang Arab penghuni padang sahara di Palestina. Mereka bermukim di daerah
Ijzim yang termasuk dalam wilayah Haifa di Palestin Utara.
Syeikh An-Nabhani dilahirkan di daerah Ijzim pada tahun 1909. Beliau mendapat pendidikan awal dari ayahnya sendiri yaitu seorang alim yang faqih fid-din (memahami ilmu agama). Ayah beliau seorang pengajar ilmu-ilmu syariat di Kementerian Pendidikan Palestina. Ibunya juga menguasai beberapa cabang ilmu syariat, yang diperoleh dari kakeknya, Syeikh Yusuf bin Ismail bin Yusuf an-Nabhani. Beliau adalah seorang qadhi (hakim), penyair, sastrawan, dan salah seorang ulama terkemuka dalam Daulah Utsmaniyah.
Masa pertumbuhan Syeikh Taqiyuddin dalam suasana keagamaan seperti itu, ternyata mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan keperibadian dan pandangan hidupnya. Syeikh Taqiyuddin telah menghafal Al-Quran dalam usia yang amat muda, yaitu sebelum beliau mencapai umur 13 tahun. Beliau banyak mendapat pengaruh dari kakeknya, Syeikh Yusuf an-Nabhani dalam banyak hal. Syeikh Taqiyuddin juga sudah mulai mengerti masalah-masalah politik yang penting, dimana kakek beliau menempuh atau pun mengalami
(48)
dengan para Khalifah Daulah Utsmaniyah saat itu. Beliau banyak menimba ilmu melalui majelis-majelis dan diskusi-diskusi fiqih yang diselenggarakan oleh kakeknya.
Kecerdasan dan kecerdikan Syeikh Taqiyuddin yang menonjol tatkala mengikuti majelis-majelis ilmu tersebut telah menarik perhatian kakeknya. Oleh sebab itu, kakek beliau begitu memperhatikan Syeikh Taqiyuddin dan berusaha meyakinkan ayah beliau –Syeikh Ibrahim bin Musthafa– mengenai perlunya mengirimkan Syeikh Taqiyuddin ke al-Azhar untuk melanjutkan pendidikan beliau dalam ilmu syariat.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani kembali ke Palestina, dan kemudian bekerja sebagai seorang guru di sebuah sekolah menengah yang bertempat di Haifa di bawah Kementerian Pendidikan Palestina. Di samping itu, beliau juga mengajar di sebuah Madrasah Islamiyyah lain disana.
Beliau sering berpindah-randah lebih dari satu daerah dan sekolah semenjak tahun 1932 sehingga tahun 1938. Beliau kemudiannya mengajukan permohonan untuk bekerja di Mahkamah Syariat, karena beliau melihat pengaruh imperialis Barat (westernisasi) dalam bidang pendidikan yang ternyata lebih besar daripada bidang peradilan.
(49)
lalu beliau menjauhi bidang pengajaran dalam Kementerian Pendidikan, dan mulai mencari pekerjaan lain dengan pengaruh peradaban Barat yang relatif lebih sedikit. Beliau tidak melihat pekerjaan yang lebih utama selain pekerjaan di Mahkamah Syariat yang dipandangnya merupakan lembaga yang menerapkan hukum-hukum syara.
Maka dari itu, Syeikh Taqiyuddin sangat berkeinginan untuk bekerja di Mahkamah Syariat. Disamping itu, banyak kawan beliau (yang pernah sama-sama belajar di al-Azhar) bekerja di sana. Dengan bantuan mereka, Syeikh Taqiyuddin akhirnya diberi jabatan sebagai sekretaris di Mahkamah Syariat Beisan. Beliau kemudian dipindahkan ke Thabriya. Namun demikian, kerana beliau mempunyai cita-cita dan pengetahuan dalam masalah peradilan, maka beliau mengajukan permohonan kepada al-Majlis al-Islami al-A’la, agar menerima permohonannya untuk mendapatkan tanggungjawab menangani peradilan. Dalam hal ini, beliau merasakan dirinya mempunyai kelayakan yang mencukupi untuk menangani masalah peradilan.
Setelah lembaga peradilan menerima permohonannya, lalu beliau ke Haifa sebagai Sekretaris Jenderal (Basy Katib) di Mahkamah Syariat Haifa. Kemudian pada tahun 1940, beliau diangkat sebagai Musyawir (asisten hakim) dan beliau terus memegang kedudukan ini hingga tahun 1945, yakni saat beliau dipindah ke Ramallah untuk menjadi qadhi (hakim) di Mahkamah Ramallah sehingga tahun
(50)
jatuh ke tangan Yahudi.
Pada tahun 1948 itu pula, sahabatnya al-Ustadz Anwar al-Khatib mengirim surat kepada beliau, yang isinya meminta beliau agar kembali ke Palestin untuk diangkat sebagai qadhi di Mahkamah Syariat al-Quds. Syeikh Taqiyuddin menerima permintaan itu dan kemudian beliau diangkat sebagai qadhi (hakim) di Mahkamah Syariah al-Quds pada tahun 1948.
Kemudian, Al Ustadz Abdul Hamid As-Sa’ih yaitu Ketua Mahkamah Syariat dan Ketua Mahkamah Isti’naf pada waktu itu, telah mengangkat Syeikh Taqiyuddin sebagai anggota Mahkamah Isti’naf, dan beliau tetap memegang kedudukan itu sehingga tahun 1950. Pada tahun 1950 inilah, beliau lalu mengajukan permohonan mengundurkan diri, kerana beliau mencalonkan diri untuk menjadi anggota Majelis Niyabi (Majlis Perwakilan).
Pada tahun 1951, Syeikh an-Nabhani berkunjung ke kota Amman untuk menyampaikan ceramah-ceramahnya kepada para pelajar Madrasah Tsanawiyah di Kulliyah Ilmiyah Islamiyah. Usaha beliau ini sehingga awal tahun 1953, ketika beliau mulai sibuk dengan mengembangkan Hizbut Tahrir, yang telah beliau rintis antara tahun 1949 hingga 1953.
Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani meninggal pada tahun 1398H / 1977M dan dikuburkan di Perkuburan Al-Auza’i, Beirut. Beliau telah meninggalkan karya-karya agung yang dapat dianggap sebagai kekayaan pemikiran yang tak ternilai
(51)
merupakan seorang yang mempunyai pemikiran yang genius dan seorang penganalisis yang unggul. Beliaulah yang menulis seluruh pemikiran dan pemahaman Hizbut Tahrir, baik yang berkenaan dengan hukum-hukum syara maupun yang lainnya seperti masalah ideologi, politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan sebagainya.
3.1.2 Sejarah Berdirinya Hizbut Tahrir
Pada akhir 1952 dan awal 1953, seluruh persiapan diwujudkan dalam langkah yang praktis untuk mengumumkan perwujudan dan pertumbuhan Hizbut Tahrir. Lalu pada tahun 1953, Hizbut Tahrir telah didirikan secara rasmi oleh Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani di al-Quds-Palestina.
Undang-undang kepartain Utsmani waktu itu masih diterapkan di Palestina. Ia memerintahkan bahwa, legalisasi berkembangnya dan berdirinya partai politik cukup dengan menyampaikan permintaan partai ke lembaga tertentu, dan cukup dengan publikasi bahwa permintaan itu telah diterima dan dengan cara itu publikasi berdirinya partai telah dilakukan. Maka, hal itu sudah dinilai sebagai izin resmi bagi perkembangan dan izin bagi partai untuk melaksanakan aktivitasnya.
Saat itu belum ditetapkan aturan kepartian yang baru. Justru, pengumuman mengenai pembentukan Hizbut Tahrir telah tersiar di Harian Ash Sharih edisi 14 Maret 1953, pada saat Syeikh Taqiyuddin mengajukan permohonan resmi kepada
(52)
agar Hizbut Tahrir diperbolehkan melakukan aktivitas politiknya. Di dalam surat tersebut juga, terdapat pula struktur organisasi Hizbut Tahrir dengan susunan sebagai berikut:
1.Taqiyuddin An-Nabhani, sebagai pemimpin/ketua Hizbut Tahrir. 2.Dawud Hamdan, sebagai wakil pemimpin merangkap Setiausaha. 3.Ghanim Abduh, sebagai Bendahara.
4.Dr. Adil An-Nablusi, sebagai anggota. 5.Munir Syaqir, sebagai anggota.
3.2 Sejarah Hizbut Tahrir Indonesia
Hizbut Tahrir didirikan dalam rangka memenuhi seruan Allah Swt :
“(Dan) hendaklah ada di antara kalian segolongan umat (jamaah) yang menyeru kepada kebaikan (mengajak memilih kebaikan, yaitu memeluk Islam), memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
Hizbut Tahrir bermaksud membangkitkan kembali umat Islam dari kemerosotan yang amat parah, membebaskan umat dari ide-ide, sistem perundang-undangan, dan hukum-hukum kufur, serta membebaskan mereka dari cengkeraman dominasi dan pengaruh negara-negara kafir. Hizbut Tahrir bermaksud juga membangun kembali Daulah Khilafah Islamiyah di muka bumi, sehingga hukum yang diturunkan Allah Swt dapat diberlakukan kembali.
(53)
Palestina. Gerakan yang menitik beratkan perjuangan membangkitkan umat di seluruh dunia untuk mengembalikan kehidupan Islam melalui tegaknya kembali Khilafah Islamiyah ini dipelopori oleh Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani, seorang ulama alumni Al-Azhar Mesir, dan pernah menjadi hakim di Mahkamah Syariah di Palestina.
Hizbut Tahrir kini telah berkembang ke seluruh negara Arab di Timur Tengah, termasuk di Afrika seperti Mesir, Libya, Sudan dan Aljazair. Juga ke Turki, Inggris, Perancis, Jerman, Austria, Belanda, dan negara-negara Eropah lainnya hingga ke Amerika Serikat, Rusia, Uzbekistan, Tajikistan, Kirgistan, Pakistan, Malaysia, Indonesia, dan Australia.
Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia pada tahun 1980-an dengan merintis dakwah di kampus-kampus besar di seluruh Indonesia. Pada era 1990-an ide-ide dakwah Hizbut Tahrir merambah ke masyarakat, melalui berbagai aktivitas dakwah di masjid, perkantoran, perusahaan, dan perumahan, maka sudah tiba saatnya bagi seluruh pemuda-pemudi Indonesia, bergabung bersama Hizbut Tahrir untuk berjuang bagi kesatuan dan persatuan kaum Muslimin di bawah bendera Lailahaillallah Muhammadurrasulullah.
Hizbut Tahrir adalah sebuah partai politik yang berideologi Islam yang beralamat pusat di Gedung Dakwah Hizbut Tahrir Indonesia, Crown Palace, Jl. Prof. Soepomo No. 231, Jakarta Selatan 12790 Telp / Fax : (62-21) 83787370/ 83787372. Politik merupakan kegiatannya, dan Islam adalah ideologinya. Hizbut Tahrir bergerak di tengah-tengah umat, dan bersama-sama mereka berjuang untuk
(54)
untuk mendirikan kembali sistem Khilafah dan menegakkan hukum yang diturunkan Allah dalam realitas kehidupan. Hizbut Tahrir merupakan organisasi politik, bukan organisasi kerohanian (seperti tarekat), bukan lembaga ilmiah (seperti lembaga studi agama atau badan penelitian), bukan lembaga pendidikan (akademis), dan bukan pula lembaga sosial (yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan). Ide-ide Islam menjadi jiwa, inti, dan sekaligus rahasia kelangsungan kelompoknya.
3.3 Tujuan Hizbut Tahrir Indonesia
Hizbut Tahrir bertujuan melanjutkan kehidupan Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Tujuan ini berarti mengajak kaum muslimin kembali hidup secara Islami dalam Darul Islam dan masyarakat Islam. Di mana seluruh kegiatan kehidupannya diatur sesuai dengan hukum-hukum syara’. Pandangan hidup yang akan menjadi pedoman adalah halal dan haram, di bawah naungan Daulah Islamiyah, yaitu Daulah Khilafah, yang dipimpin oleh seorang Khalifah yang diangkat dan dibai’at oleh kaum muslimin untuk didengar dan ditaati agar menjalankan pemerintahan berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, serta mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.
Disamping itu Hizbut Tahrir bertujuan membangkitkan kembali umat Islam dengan kebangkitan yang benar, melalui pola pikir yang cemerlang. Hizbut Tahrir berusaha untuk mengembalikan posisi umat ke masa kejayaan dan
(55)
negara dan bangsa-bangsa di dunia ini. Dan negara Khilafah akan kembali menjadi negara nomor satu di dunia sebagaimana yang terjadi pada masa silam yakni memimpin dunia sesuai dengan hukum-hukum Islam.
Hizbut Tahrir bertujuan pula untuk menyampaikan hidayah (petunjuk syari’at) bagi umat manusia, memimpin umat Islam untuk menentang kekufuran beserta segala ide dan peraturan kufur, sehingga Hizbut Tahrir bertujuan melanjutkan kehidupan Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Tujuan ini berarti mengajak kaum muslimin kembali hidup secara Islami dalam Darul Islam dan masyarakat Islam. Di mana seluruh kegiatan kehidupannya diatur sesuai dengan hukum-hukum syara’. Pandangan hidup yang akan menjadi pedoman adalah halal dan haram, di bawah naungan Daulah Islamiyah, yaitu Daulah Khilafah, yang dipimpin oleh seorang Khalifah yang diangkat dan dibai’at oleh kaum muslimin untuk didengar dan ditaati agar menjalankan pemerintahan berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, serta mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.
Di samping itu Hizbut Tahrir bertujuan membangkitkan kembali umat Islam dengan kebangkitan yang benar, melalui pola pikir yang cemerlang. Hizbut Tahrir berusaha untuk mengembalikan posisi umat ke masa kejayaan dan keemasannya seperti dulu, di mana umat akan mengambil alih kendali negara-negara dan bangsa-bangsa di dunia ini. Dan negara-negara Khilafah akan kembali menjadi negara nomor satu di dunia sebagaimana yang terjadi pada masa silam yakni memimpin dunia sesuai dengan hukum-hukum Islam.Hizbut Tahrir
(56)
manusia, memimpin umat Islam untuk menentang kekufuran beserta segala ide dan peraturan kufur, sehingga Islam dapat menyelimuti bumi.
3.4 Kegiatan Hizbut Tahrir Indonesia
Kegiatan Hizbut Tahrir adalah mengemban dakwah Islam untuk mengubah kondisi masyarakat yang rusak menjadi masyarakat Islam. Hal ini dilakukan dengan mengubah ide-ide rusak yang ada menjadi ide-ide Islam, sehingga ide-ide ini menjadi opini umum di tengah masyarakat serta menjadi persepsi bagi mereka. Selanjutnya persepsi ini akan mendorong mereka untuk merealisasikan dan menerapkannya sesuai dengan tuntutan Islam.
Juga dengan mengubah perasaan yang dimiliki anggota masyarakat menjadi perasaan Islam—yakni ridla terhadap apa yang diridlai Allah, marah dan benci terhadap apa yang dimurkai dan dibenci oleh Allah—serta mengubah hubungan/interaksi yang ada dalam masyarakat menjadi hubungan/interaksi yang Islami, yang berjalan sesuai dengan hukum-hukum dan pemecahan-pemecahan Islam.
Hizbut Tahrir telah muncul dan berkembang, kemudian menyebarluaskan aktivfitas dakwahnya di negeri-negeri Arab, maupun sebagian besar negeri-negeri Islam lainnya.
Seluruh kegiatan yang dilakukan Hizbut Tahrir bersifat politik. Maksudnya adalah bahwa Hizbut Tahrir memperhatikan urusan-urusan masyarakat sesuai dengan hukum-hukum serta pemecahannya secara syar’i.
(57)
masyarakat sesuai dengan hukum-hukum Islam dan pemecahan-pemecahannya. Kegiatan-kegiatan yang bersifat politik ini tampak jelas dalam aktifitasnya dalam mendidik dan membina umat dengan tsaqafah Islam, meleburnya dengan Islam, membebaskannya dari aqidah-aqidah yang rusak, pemikiran-pemikiran yang salah, serta persepsi-persepsi yang keliru, sekaligus membebaskannya dari pengaruh ide-ide dan pandangan-pandangan kufur.
Kegiatan politik ini tampak juga dalam aspek pertarungan pemikiran (ash shiro’ul fikri) dan dalam perjuangan politiknya (al kifahus siyasi). Pertarungan pemikiran terlihat dalam penentangannya terhadap ide-ide dan aturan-aturan kufur. Hal itu tampak pula dalam penentangannya terhadap ide-ide yang salah, aqidah-aqidah yang rusak, atau persepsi-persepsi yang keliru, dengan cara menjelaskan kerusakannya, menampakkan kekeliruannya, dan menjelaskan ketentuan hukum Islam dalam masalah tersebut.
Adapun perjuangan politiknya, terlihat dari penentangannya terhadap kaum kafir imperialis untuk memerdekakan umat dari belenggu dominasinya, membebaskan umat dari cengkeraman pengaruhnya, serta mencabut akar-akarnya yang berupa pemikiran, kebudayaan, politik, ekonomi, maupun militer dari seluruh negeri-negeri Islam.
Perjuangan politik ini juga tampak jelas dalam kegiatannya menentang para penguasa, mengungkap pengkhianatan dan persekongkolan mereka terhadap umat, melancarkan kritik, kontrol, dan koreksi terhadap mereka serta berusaha menggantinya tatkala mereka mengabaikan hak-hak umat, tidak menjalankan
(58)
hukum-hukum Islam.
Seluruh kegiatan politik itu dilakukan tanpa menggunakan cara-cara kekerasan (fisik/senjata) (laa madiyah) sesuai dengan jejak dakwah yang dicontohkan Rasulullah saw.
Jadi kegiatan Hizbut Tahrir secara keseluruhan adalah kegiatan yang bersifat politik, baik sebelum maupun sesudah proses penerimaan pemerintahan (melalui umat). Kegiatan Hizbut Tahrir bukan di bidang pendidikan, karena ia bukanlah madrasah (sekolah). Begitu pula seruannya tidak hanya bersifat nasihat-nasihat dan petunjuk-petunjuk. Kegiatan Hizbut Tahrir bersifat politik, (yaitu) dengan cara mengemukakan ide-ide (konsep-konsep) Islam beserta hukum-hukumnya untuk dilaksanakan, diemban, dan diwujudkan dalam kenyataan hidup dan pemerintahan.
Hizbut Tahrir mengemban dakwah Islam agar Islam dapat diterapkan dalam kehidupan dan agar Aqidah Islamiyah menjadi dasar negara, dasar konstitusi dan undang-undang. Karena Aqidah Islamiyah adalah aqidah aqliyah (aqidah yang menjadi dasar pemikiran) dan aqidah siyasiyah (aqidah yang menjadi dasar politik) yang melahirkan aturan untuk memecahkan problematika manusia secara keseluruhan, baik di bidang politik, ekonomi, budaya, sosial, dan lain-lain.
(59)
Metode yang ditempuh Hizbut Tahrir dalam mengemban dakwah adalah hukum-hukum syara’, yang diambil dari thariqah (metode) dakwah Rasulullah saw, sebab thariqah itu wajib diikuti. Sebagaimana firman Allah Swt:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan Hari Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah (dengan membaca dzikir dan mengingat Allah).” (QS. Al Ahzab : 21)
“Katakanlah: ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (QS. Ali Imran : 31)
“Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”. (QS. Al Hasyr : 7)
Dan banyak lagi ayat lain yang menunjukkan wajibnya mengikuti perjalanan dakwah Rasulullah saw, menjadikan beliau suri teladan, dan mengambil ketentuan hukum dari beliau.
Berhubung kaum muslimin saat ini hidup di Darul Kufur karena diterapkan atas mereka hukum-hukum kufur yang tidak diturunkan Allah Swt maka keadaan negeri mereka serupa dengan Makkah ketika Rasulullah saw diutus
(60)
tempat berpijak dalam mengemban dakwah dan meneladani Rasulullah saw. Dengan mendalami sirah Rasulullah saw di Makkah hingga beliau berhasil mendirikan Daulah Islamiyah di Madinah, akan tampak jelas beliau menjalani dakwahnya dengan beberapa tahapan yang sangat jelas ciri-cirinya. Beliau melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang tampak dengan nyata tujuan-tujuannya. Dari sirah Rasulullah saw inilah Hizbut Tahrir mengambil metode dakwah dan tahapan-tahapannya, beserta kegiatan-kegiatan yang harus dilakukannya pada seluruh tahapan ini, karena Hizbut Tahrir mensuriteladani kegiatan-kegiatan yang dilakukan Rasulullah SAW dalam seluruh tahapan perjalanan dakwahnya.
Berdasarkan sirah Rasulullah saw tersebut, Hizbut Tahrir menetapkan metode perjalanan dakwahnya dalam 3 (tiga) tahapan berikut :
Pertama, Tahapan Pembinaan dan Pengkaderan (Marhalah At Tatsqif), yang dilaksanakan untuk membentuk kader-kader yang mempercayai pemikiran dan metode Hizbut Tahrir, dalam rangka pembentukan kerangka tubuh partai.
Kedua, Tahapan Berinteraksi dengan Umat (Marhalah Tafa’ul Ma’a Al Ummah), yang dilaksanakan agar umat turut memikul kewajiban dakwah Islam, hingga umat menjadikan Islam sebagai permasalahan utamanya, agar umat berjuang untuk mewujudkannya dalam realitas kehidupan.
Ketiga, Tahapan Penerimaan Kekuasaan (Marhalah Istilaam Al Hukm), yang dilaksanakan untuk menerapkan Islam secara menyeluruh dan mengemban risalah Islam ke seluruh dunia.
(61)
Divisi Media merupakan salah satu bagian dalam divisi pensyiaran Islam di Hizbut Tahrir Indonesia. Divisi inilah yang paling aktif dalam mengkaji, meneliti dan menghimpun berbagai ide, pendapat serta informasi yang berhubungan dengan kondisi umat Muslimin di dunia khususnya di Indonesia.
Divisi Media Hizbut Tahrir telah melakukan pengkajian, penelitian dan studi terhadap kondisi umat, termasuk kemerosotan yang dideritanya. Kemudian membandingkannya dengan kondisi yang ada pada masa Rasulullah saw, masa Khulafa ar-Rasyidin, dan masa generasi Tabi’in. Selain itu juga merujuk kembali sirah Rasulullah saw, dan tata cara mengemban dakwah yang beliau lakukan sejak permulaan dakwahnya, hingga beliau berhasil mendirikan Daulah Islamiyah di Madinah. Dipelajari juga perjalanan hidup beliau di Madinah. Tentu saja, dengan tetap merujuk kepada Kitabullah, Sunnah Rasul-Nya, serta apa yang ditunjukkan oleh dua sumber tadi, yaitu Ijma Shahabat dan Qiyas. Selain juga tetap berpedoman pada ungkapan-ungkapan maupun pendapat-pendapat para Sahabat, Tabi’in, Imam-imam dari kalangan Mujtahidin.
Setelah melakukan kajian secara menyeluruh itu, maka Hizbut Tahrir telah memilih dan menetapkan ide-ide, pendapat-pendapat dan hukum-hukum yang berkaitan dengan fikrah dan thariqah. Semua ide, pendapat dan hukum yang dipilih dan ditetapkan Hizbut Tahrir hanya berasal dari Islam. Tidak ada satupun yang bukan dari Islam. Bahkan tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang tidak bersumber dari Islam.
(62)
dan hukum-hukum tersebut sesuai dengan perkara-perkara yang diperlukan dalam perjuangannya yaitu untuk melangsungkan kembali kehidupan Islam serta mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia dengan mendirikan Daulah Khilafah, dan mengangkat seorang Khalifah. Ide-ide, pendapat-pendapat dan hukum-hukum tersebut telah dihimpun dalam berbagai buku, booklet maupun selebaran yang diterbitkan dan disebarluaskan kepada umat.
Beberapa judul buku terbitan Hizbut Tahrir Indonesia, antara lain: 1. Nizhamul Islam (Peraturan Hidup dalam Islam)
2. Nizhamul Hukmi fil Islam (Sistem Pemerintahan dalam Islam) 3. Nizhamul Iqtishadi fil Islam (Sistem Ekonomi dalam Islam) 4. Nizhamul Ijtima’iy fil islam (Sistem Pergaulan dalam islam) 5. At-Takattul al-Hizbiy (Pembentukan Partai Politik)
6. Mafahim Hizbut Tahrir (Pokok-pokok Pikiran Hizbut Tahrir) 7. Daulatul Islamiyah (Negara Islam)
8. Al-Khilafah (Sistem Khilafah)
9. Syakhshiyah Islamiyah – 3 jilid (Membentuk Kepribadian Islam)
10.Mafahim Siyasiyah li Hizbit Tahrir (Pokok-pokok Pikiran Politik Hizbut Tahrir)
11.Nadharat Siyasiyah li Hizbit Tahrir (beberapa Pandangan Politik Hizbut Tahrir)
(63)
14.Al-Amwal fi Daulatil Khilafah (Sistem Keuangan Negara Khilafah) 15.Nizhamul ‘Uqubat fil Islam (Sistem Sanksi Peradilan dalam Islam) 16.Ahkamul Bayyinat (Hukum-hukum Pembuktian)
17.Muqaddimatu ad-Dustur (Pengantar Undang-undang Dasar Negara Islam)
Beberapa selebaran yang diterbitkan oleh Divisi Media Hizbut Tahrir diantaranya:
1. Buletin AL-ISLAM; 2. Booklet AL-WA`IE; 3. Leaflet HIZBUT TAHRIR.
Selain itu Divisi Media Hizbut Tahrir pun menerbitkan beragam media massa lain sebagai media syiar dakwahnya, seperti di Internet dan Radio (HTI channel).
3.7 Sejarah Buletin AL-ISLAM
Buletin AL-ISLAM didirikan oleh divisi Media Hizbut Tahrir pusat pada tahun 2000 silam (yang sebelumnya bernama AS-SALAM) dengan oplah kurang dari 1000 eksemplar yang tersebar di berbagai kawasan di Jakarta dan beberapa daerah lain di Indonesia seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Barat.
Buletin AL-ISLAM merupakan buletin dakwah yang terbit tiap Jumat yang berisi mengenai beragam informasi dan opini para ahli dari isu terhangat
(1)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Foto Syeikh Taqiyuddin An Nabhani ... 48
Gambar 4.1 Buletin AL-ISLAM edisi 501 ... 71
Gambar 4.2 Buletin AL-ISLAM edisi 501 ... 74
Gambar 4.3 Buletin AL-ISLAM edisi 512 ... 75
Gambar 4.4 Buletin AL-ISLAM edisi 505 ... 79
Gambar 4.5 Buletin AL-ISLAM edisi 505 ... 80
Gambar 4.6 Buletin AL-ISLAM edisi 507 ... 81
Gambar 4.7 Buletin AL-ISLAM edisi 512 ... 81
Gambar 4.8 Buletin AL-ISLAM edisi 501 ... 82
Gambar 4.9 Buletin AL-ISLAM edisi 507 ... 84
Gambar 4.10 Buletin AL-ISLAM edisi 507 ... 85
Gambar 4.11 Buletin AL-ISLAM edisi 507 ... 88
Gambar 4.12 Buletin AL-ISLAM edisi 502 ... 90
(2)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ... 104
Lampiran 2 Lembar Revisi Seminar UP ... 105
Lampiran 3 Lembar Revisi Sidang Skripsi ... 106
Lampiran 4 Surat Persetujuan Menjadi Pembimbing Skripsi ... 107
Lampiran 5 Surat Balasan Izin Penelitian ... 108
Lampiran 6 Berita Acara Bimbingan Skripsi ... 109
Lampiran 7 Naskah Hasil Wawancara ... 110
Lampiran 8 Layout Cover Depan Buletin AL-ISLAM ... 116
Lampiran 9 Layout Isi Buletin AL-ISLAM ... 117
(3)
119
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nur Akhsan
Jenis Kelamin : Pria
Warga Negara : Indonesia
Tempat /Tgl Lahir : Jakarta, 25 Juli 1987
Alamat : Jl. Tubagus Ismail Bawah No.53 Rt 05/01 Kel. Lebak Gede Kec. Coblong Bandung 40132
No. Telp : 0856-2073-083
Email : [email protected]
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Data Pendidikan Formal:
SD Islam Al-Abrar Jakarta (1993 - 1996)
SD Negeri 04 Harapan Jaya Bekasi (1996 - 2000)
SMP Negeri 25 Bekasi (2000 - 2003)
SMA Negeri 10 Bekasi (2003 - 2005)
Universitas Komputer Indonesia Bandung (2005 - 2010)
Data Pendidikan Non Formal:
(2007- Bersertifikat) Peserta Seminar Video Editing “The Magic of Adobe Premiere Pro “ ITB Bandung;
(4)
120
(2007- Bersertifikat) Peserta Kunjungan Media Massa Prodi IK Unikom; (2008- Bersertifikat) Peserta Seminar Advertising Photography UNPAD;
(2008- Bersertifikat) Peserta Pendidikan Jurnalistik Dasar Unikom;
(2008 – Bersertifikat) Peserta Pelatihan Personal Development & Brain Management Prodi Ilmu Komunikasi dan PR Unikom;
(2008 – Bersertifikat) Peserta Pelatihan Master of Ceremony Prodi Ilmu Komunikasi dan PR Unikom;
(2008 – Bersertifikat) Peserta Seminar Campus Community dengan tema “Motivation & Entrepreneurship” by Telkomsel dan UNPAD;
(2008) Job Training di H.U Media Indonesia Biro Bandung
(2009 – Bersertifikat) Peserta Business Tour Entrepreneurship Prodi Ilmu Komunikasi dan PR Unikom;
(5)
121
(2009 – Bersertifikat) Panitia Pagelaran Seni dan Dialog Budaya “Eksotika Budaya” SADAYA Unikom;
(2009 – Bersertifikat) Peserta Seminar Jurnalistik Metro TV, Sabuga Bandung;
(2009 – Bersertifikat) Peserta Festival Kesenian Daerah se Jabar-Banten dalam rangka HARDIKNAS 2009, STSI Bandung;
(2009 – Bersertifikat) Peserta Study Tour Peliputan Jurnalistik TV Unikom;
(2009) Job Training di PT.Andalan Utama Sukabumi;
(2009 – Bersertifikat) Pengisi Acara Broad Casting Workshop “Pembuatan Program TV” BIRAMA Unikom
(2009 – Bersertifikat) Peserta Simposium Nasional Asosiasi Studi Jepang di Indonesia (ASJI) “Dinamika Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia dan Jepang; Ditinjau dari Perspektif Sosial-Budaya” Bandung
(2010 – Bersertifikat) Peserta Festival APAC I (ASEAN Plus Art & Culture), Taman Budaya Dago Tea House, Bandung
(6)
122
(2010 – Bersertifikat) Peserta Table Manner Course di Banana Inn Hotel & Spa Bandung
(2010 – Bersertifikat) Peserta English Proficiency Test (EPT) by English Department UNIKOM
Organisasi
(2002 – 2003) : Pengurus OSIS SMP Negeri 25 Bekasi (2002 – 2003) : Pengurus PMR SMP Negeri 25 Bekasi (2002 – 2003) : Anggota Rohis SMP Negeri 25 Bekasi (2004 – 2005) : Pengurus OSIS SMA Negeri 10 Bekasi (2004 – 2005) : Pengurus Rohis SMA Negeri 10 Bekasi
(2005 – 2006) : Pengurus Ikatan Alumni SMA Negeri 10 Bekasi (2007 – 2009) : Pengurus Forum Lorong Hijau Bandung
(2008 – 2010) : Pengurus U.K.M SADAYA Unikom Bandung
Prestasi
(2009) 5 Penampil Terbaik pada Festival Kesenian Rakyat antar Perguruan Tinggi seJabar-Banten, STSI Bandung;
(2010) Juara 2 pada Festival APAC I (ASEAN Plus Art &Culture) di Taman Budaya Dago Tea House, Bandung;