Tinjauan Prosedur Pemotongan dan Pelaporan PPh 21 (Karyawan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang)

LAPORAN KERJA PRAKTEK

  

TINJAUAN PROSEDUR PEMOTONGAN DAN PELAPORAN PPh 21

(Karyawan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang)

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Jenjang S1 Program Studi Akuntansi

  Nama : Winda Rimayanti Nim : 21110124 Kelas : 4Ak3

  Dibimbing Oleh Wati Aris Astuti,SE.,M.Si

  

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2013

  DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix

BAB IPENDAHULUAN ..............................................................................

  1 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek ...............................................................

  1 1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek .......................................................

  5 1.2.1 Maksud Kerja Praktek .................................................................

  5 1.2.2 Tujuan Kerja Praktek ..................................................................

  6 1.3 Kegunaan Kerja Praktek .......................................................................

  6 1.4 Metode Kerja Praktek ...........................................................................

  7 1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek ..........................................................

  8 1.5.1 Lokasi Kerja Praktek ...................................................................

  8 1.5.2 Waktu Kerja Praktek ...................................................................

  8 BAB IIGAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................................ 10

  2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang .............. 10

  2.2 Struktur Organisasi Kantor PelayananPajak Pratama Sumedang ......... 12

  2.3 Uraian Tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang ................. 13

  2.4 Aspek Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang ............. 16

  BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK .................................................................................................... 19

  3.4.2.2 Syarat Pemungutan Pajak ................................................ 29

  3.4.5.2 Subyek Pajak Penghasilan Pasal 21 ................................ 39

  3.4.5.1 Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 ............................ 36

  3.4.5 Pajak Penghasilan Pasal 21 ........................................................ 35

  3.4.4 Pajak Penghasilan ....................................................................... 34

  3.4.3 Pajak Pusat ........................................................................................... 33

  3.4.2.4 Sistem Pemungutan Pajak ............................................... 32

  3.4.2.3 Pengelompokan Pajak ..................................................... 30

  3.4.2.1 Fungsi Pajak ................................................................... 29

  3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek ....................................................... 19

  3.4.2 Pengertian Pajak .......................................................................... 28

  3.4.1 Pengertian Prosedur ..................................................................... 28

  3.4 Teori Pendukung Pemotongan dan Pelaporan PPh Pasal 21 ................ 28

  3.3.3 Dokumen Prosedur Pemotongan dan Pelaporan PPh Pasal 21 .... 27

  3.3.2 Tarif Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 ......................................... 24

  3.3.1 Flowchart Pemotongan dan Pelaporan PPh Pasal 21 .................. 21

  3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek ..................................... 21

  3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek........................................................ 19

  3.4.5.3 Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 .................................. 42

  BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 46

  4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 46

  4.2 Saran ..................................................................................................... 47

  

LAMPIRAN ................................................................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. .. 59

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Sumedang .................... 13

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Waktu Kerja Praktek ............................................................... 9Tabel 3.1 Lapisan Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi ................. 24Tabel 3.2 Lapisan Kena Pajak Wajib Pajak Badan Dalam Negeri .........25Tabel 3.3 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ..................................26

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Surat Keterangan Persetujuan Publikasi

  48 Lampiran 2 Surat Permohonan Kerja Praktek

  49 Lampiran 3 Surat Persetujuan Kerja Praktek

  50 Lampiran 4 Daftar Kehadiran Kuliah Kerja Praktek

  51 Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Selesai Kuliah Kerja Praktek

  52 Lampiran 6 Berita Acara Bimbingan Kerja Praktek

  53 Lampiran 7 Surat Keterangan Hasil Kuliah Kerja Praktek dari Perusahaan

  54 Lampiran 8 Surat Keterangan Hasil Kuliah Kerja Praktek dari Pembimbing 55 Lampiran 9 Flowchart Pembayaran danPelaporan PPh Pasal 21

  56 Lampiran 10 Judul Kerja Praktek di ACC

  57 Lampiran 11 SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

  58

  

DAFTAR PUSTAKA

Kasma, Juan. 2012. Standard Operating Procedure Perpajakan Perusahaan Jasa.

  Bandung: Alfabeta

Rahayu, Kurnia Siti.2010. Perpajakan Teori dan Teknis Perhitungan.Bandung:

Graha Ilmu Masyahrul, Tony. 2006. Pengantar Perpajakan. Jakarta: PT Grasindo

  

Republik Indonesia. 2009. Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009

Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21. Jakarta.

Republik Indonesia. 2009.Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor

KEP-57/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21, dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan Jasa,

  Pengertian Pajak Penghasilan.Diakeses pada tanggal 20 September 2013 dari World Wide Web:

  Sistematika Perhitungan PPh Pasal 21.Diakses pada tanggal 3 Desember 2013 dari: World Wide Web

   terbaru

  Pemotongan dan Pemungutan Pajak.Diakses pada tanggal 10 Desember 2013 dari: World Wide Web

  

bendahara

  Prosedur Pemotongan PPh Pasal 21.Diakses pada tanggal 11 Desember 2013

  dari: World Wide Web

  Pengertian Pajak menurut para ahli.Diakses pada tanggal 27 Desember 2013 dari:

  World Wide Web

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI

  Nama : Winda Rimayanti NIM : 21110124 Jurusan : Akuntansi Fakultas : Ekonomi Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 21 Juni 1992 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat : Jl. Sukarasa no 60/143e Rt 03/09 Bandung

DATA PENDIDIKAN FORMAL

  

Tahun Ajaran Pendidikan Jurusan Keterangan

  Tamat, 1997 TK Hazah Multazam

  • – 1998

  Berijazah Tamat, 1998 SDN Ciujung IV Bandung

  • – 2004

  Berijazah Tamat, 2004 SMPN 27 Bandung

  • – 2007

  Berijazah Tamat, 2007 SMAN 16 Bandung

  IPS

  • – 2010

  Berijazah Universitas Komputer

  Akuntansi 2010 Indonesia (UNIKOM)

  • – sekarang

  S1 Bandung

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek ini. Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program Strata I pada jurusan Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

  Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini penulis membahas tentang

  

“TINJAUAN PROSEDUR PEMOTONGAN DAN PELAPORAN PPH 21

KARYAWAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA

SUMEDANG ”.

  Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan serta penyusunan Laporan Kerja Praktek ini, Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.

  Dr. Ir. Eddy Soeryanto Sugoto, MSc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

  2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE.,Spec.Lic, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

  3. Dr.Surtikanti,SE.,M.Si.,Ak, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

  4. Lilis Puspitawati, SE., M.Si, Ak., selaku Koordinator Kerja Praktek Universitas Komputer Indonesia.

  5. Wati Aris Astuti, SE.,M.Si, selaku Dosen Wali Kelas 4Ak-3.

  6. Wati Aris Astuti, SE.,M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini.

  7. Seluruh Dosen dan Sekretariat Program Studi Akuntansi UNIKOM yang telah membimbing Penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan dan Kuliah Kerja Praktek.

  8. Bapak Fadhil, SE.,Ak (Kepala Seksi Ekstensifikasi) yang telah mengijinkan dan membimbing penulis selama melaksanakan Kerja Praktek di KPP Pratama Sumedang.

  9. Bapak Antonius Vendy Gunawan,Amd selaku pembimbing yang telah banyak membantu dan mengajarkan banyak hal kepada penulis dan seluruh staf karyawan di KPP Pratama Sumedang, khususnya seksi Estensifikasi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

  10. Kedua orang tuaku tercinta, keluarga sertaAntonius Vendy Gunawan yang aku sayangi terima kasih atas segala doa dandukungan yang telah diberikan, mudah-mudahan bisa menjadi anak yang bisa membanggakan keluarga.

  11. Sahabat-sahabat terbaikku dan teman-teman 4Ak3 angkatan 2010, terima kasih untuk kerjasamanya dan semua dukungannya.

  12. Semua orang yang telah membantu penulis selama ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan pembuatan Laporan selanjutnya.

  Akhir kata penulis berharap semoga Laporan Kerja Praktek ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pembaca.

  Bandung, 2013 Penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

  Pembangunan di segala bidang terus dilakukan oleh pemerintah Indonesia demi kesejahteraan rakyatnya dan tentu saja upaya ini memerlukan dana yang tidak sedikit. Salah satu untuk menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri, yaitu dari sektor pajak. Keberhasilan pembangunan telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Peningkatan kesejahteraan dan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi merupakan indikator dari potensialnya sektor pajak sebagai sumber penerimaan dalam negeri. Besarnya potensi pajak ini menjadikan pajak merupakan sarana yang efektif sebagai sumber biaya pembangunan.(Nini D. Wandansari,2013)

  Sumber-sumber penerimaan negara dapat dikelompokkan menjadi penerimaan yang berasal dari sektor Pajak, kekayaan alam, bea & cukai, retribusi, iuran, sumbangan, laba dari Badan Usaha Milik Negara dan sumber-sumber lainnya. Pemungutan pajak telah dilakukan sejak saat Negara Indonesia belum meraih kemerdekaannya hingga saat sekarang ini. Namun pada saat itu, istilah pajak belum digunakan, istilah yang digunakan pada saat itu diantaranya adalah Upeti. Pajak merupakan salah satu penghasil devisa terbesar bagi keuangan negara yang sangat berperan terutama dalam pembiayaan negara dan pembangunan nasional, hasil dari pajak ini akan dikelola dan kemudian akan digunakan kembali oleh Pemerintah untuk Rakyat yang diatur oleh perundang-undangan perpajakan.

  2

  Peraturan Perundang-undangan mengenai Perpajakan ini telah dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai “Payung Hukum” bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan Perpajakan, baik bagi Instansi Perpajakan, para Konsultan Pajak, maupun bagi para Wajib Pajak untuk memenuhi Hak-hak dan Kewajiban- kewajibannya. Wajib Pajak ialah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Oleh karena itu, para pihak yang termasuk dalam wajib pajak telah jelas diatur oleh Undang- undang.(Undang-Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008)

  Pemungutan pajak di Indonesia menggunakan tiga jenis system, yaitu

  

Official Assessment System, Self Assessment System dan Witholding Tax. Official

Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi

  wewenang kepada pemerintah ( fiskus ) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan dan tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Witholding Tax merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. (Dr.Mardiasmo,2002:5)

  Dengan sistem perpajakan di Indonesia Undang-Undang menunjuk satu pihak yang biasanya merupakan sumber penghasilan untuk memotong atau memungut pajak dari pihak yang menerima penghasilan. Pemotong atau pemungut ini disebut pihak ketiga, sehingga withholding tax system ini disebut

  3

  juga pemotongan oleh pihak ketiga. Sistem ini diterapkan agar Wajib Pajak langsung membayar Pajak Penghasilan begitu menerima penghasilan tersebut.

  Prinsip “pay as you earn” ini dipakai terutama untuk memastikan agar Wajib Pajak melunasi Pajak Penghasilan atas penghasilan yang dterima atau diperolehnya. (Yunita Christy,2003)

  Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dan apabila ada bagian dari masyarakat yang tidak melunasinya maka dikenakan sanksi oleh negara. Untuk menunjang kebijaksanaan keuangan tersebut, dilaksanakan pembangunan perangkat fiskal, yaitu perpajakan. Pajak sangat dibutuhkan dalam membiayai pembangunan, yaitu dalam penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). (Waluyo,2008:23)

  Pajak merupakan iuran wajib yang diberlakukan setiap Wajib Pajak atas obyek pajak yang dimilikinya dan hasilnya diserahkan kepada pemerintah. Wajib Pajak yang dimaksud diantaranya pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan perusahaan yang ketentuannya sudah diatur sesuai dengan UU Perpajakan. PSAK No. 46 tentang Akuntansi PPh menjelaskan PPh adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas penghasilan kena pajak perusahaan. Menyatakan bahwa PPh merupakan jenis pajak yang bersifat langsung yaitu pajak yang bebannya ditanggung sendiri oleh

  4

  wajib pajak dan dikenakan berulang - ulang pada waktu tertentu. Selain itu, PPh merupakan pajak subjektif yang dikenakan dengan memerhatikan keadaan pribadi subjeknya. Jadi, PPh merupakan pajak yang akan dikenai kepada subjek pajak (wajib pajak) atas penghasilan yang diperoleh dalam satu tahun pajak. (Ilyas dkk (2007:19)

  Pajak penghasilan pasal 21 merupakan salah satu pajak langsung yang dapat dipungut pemerintah pusat atau pajak yang dikenakan wajib pajak orang dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan dalam tahun pajak. Dari berbagai jenis pajak penghasilan yang ada, pajak penghasilan (PPh) pasal 21 merupakan salah satu pajak yang memberikan masukan sangat besar bagi negara. Kebijakan pemerintah dalam mengatur pajak penghasilan (PPh) pasal 21 antara lain dengan dikeluarnya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1994, kemudian diubah kembali dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 dan terakhir diubah dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008. Dasar hukum pengenaan pajak penghasilan pasal 21 adalah dengan dikeluarkannya Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No.545/PJ/2000 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Jenderal Pajak No.15/PJ/2006 tentang pelaksanaan, pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi.

  Setiap penghasilan yang diterima karena adanya hubungan kerja dan melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) harus dipotong oleh pemberi kerja. Pemotong PPh pasal 21 ada dua, yaitu non Bendaharawan Pemerintah

  5

  untuk penghasilan yang diterima bukan berasal dari instansi pemerintah dan Bendaharawan Pemerintah untuk penghasilan yang diterima dari instansi pemerintah atau dengan kata lain penghasilan yang diterima oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS). (Yunita Christy,2003)

  Banyaknya upaya perubahan untuk memperbaiki peraturan perpajakan namun kenyataannya dalam pelaksanaan masih banyak wajib pajak yang kurang mengerti dan memahami dalam penerapan pajak penghasilan pasal 21 dalam hal perhitungan, pelaporan, dan penyetoran kewajiban perpajakannya. Dasar hukum yang dipakai dala perhitungan, pemotongan, pelaporan, dan penyetoran PPH Pasal 21 adalah Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No.PER-31/PJ/2009.(Ambar Lumbantoruan,2009)

  Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk membahas mengenai prosedur pemotongan dan pelaporan PPH Pasal 21. Pembahasan ini akan penulis jelaskan dalam Laporan Kerja Praktek dengan Judul :

  “Tinjauan Prosedur Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan

Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang Bandung ”.

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek

1.2.1 Maksud Kerja Praktek

  Adapun maksud yang ingin dicapai dalam pembuatan Laporan Kerja Praktek ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Prosedur Pemotongan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 di KPP Sumedang.

  6

1.2.2 Tujuan Kerja Praktek

  Ada beberapa tujuan dari penulisan laporan kerja praktek yaitu : 1. Untuk mengetahui prosedur pemotongan dan pelaporan PPh Pasal 21 di KPP Sumedang.

  2. Untuk mengetahui tarif PPh Pasal 21 di KPP Sumedang 3.

  Untuk mengetahui dokumen-dokumen yang digunakan dalam pelaksanaan pemotongan dan pelaporan PPh Pasal 21 di KPP Sumedang.

1.3 Kegunaan Kerja Praktek

  Bagi Penulis : 1. Penulis diharapkan mampu mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data secara sistematis sesuai dengan masalah yang diangkat dalam penulisan Laporan Kerja Praktek ini.

  2. Penulis dapat mengetahui sampai sejauh mana aplikasi ilmu perpajakan dan akuntansi sehingga penulis dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia perekonomian yang semakin berkembang dan memiliki tuntutan yang besar.

  3. Penulis dapat mengetahui tentang tata-cara pemotongan dan pelaporan PPh pasal 21.

  4. Sekaligus untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang perpajakan di Indonesia khususnya mengenai PPh pasal 21.

  5. Memperoleh pengalaman kerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

  7

  Bagi Perusahaan : Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak Fakultas Ekonomi UNIKOM tentang tata-cara pemotongan dan pelaporan

  PPh pasal 21 sekaligus sebagai alat ukur atas pelaksanaan perhitungan dan pemotongan PPh pasal 21 yang selama ini mereka lakukan.

  Bagi Dunia Usaha : Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para pengusaha tentang tata-cara pemotongan dan pelaporan PPh pasal 21 yang sesuai dengan peraturan yang ada sehingga para pengusaha dapat menentukan besarnya PPh pasal 21 yang harus disetor atas penghasilan dari kegiatan usaha mereka.

1.4 Metode Kerja Praktek dan Tekhnik Pengumpulan Data

  1.4.1 Metode Kerja Praktek

  Metode Kerja Praktek yang digunakan penulis dalam penulisan laporan Kerja Praktek di KPP Sumedang adalah Block Release yaitu metode pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek dalam satu periode tertentu.

  1.4.2 Tekhnik Pengumpulan Data

  Adapun tekhnik pengumpulan data yang diperoleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Studi Pustaka

  Merupakan suatu metode pengumpulan data yang dipergunakan untuk memperoleh data secara teoritis dengan mempelajari buku-buku, buku

  8

  panduan kerja praktek, catatan kuliah, dan buku referensi yang lain yang berkaitan erat dengan pembahasan kerja praktek.

2. Studi Lapangan

  Merupakan suatu metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan cara sebagai berikut : a.

  Observasi Yaitu suatu cara untuk mendapatkan data-data yang diperlukan oleh penulis dengan melakukan pengamatan langsung pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang.

  b.

  Wawancara Yaitu suatu metode pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara lisan terhadap bagian bagian tertentu yang dianggap oleh penulis terdapat relevansinya dengan materi penyusunan Lpaoran Kerja Praktek ini.

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek

  1.5.1 Lokasi Kerja Praktek

  Untuk lokasi pelaksanaan kerja praktek ini penulis lakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yang terletak di Jl. H. Ibrahim Adjie No. 372 Bandung 40275 Telp. (022) 7333256 dan ditempatkan di bagian Seksi Ekstensfikasi.

  1.5.2 Waktu Kerja Praktek

  9

Tabel 1.1 Kegiatan Kerja Praktek

  

Bulan

Tahap Prosedur Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des

  2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013

  I Tahap Persiapan : 1.

  Mengambil Surat Izin Kerja Praktek

  2. Tempat Kerja Mencari

  Praktek 3. Menentukan Tempat Kerja

  Praktek

  II Tahap Pelaksanaan:

  1. Surat Mengajukan

  Permohonan Kerja Praktek 3. Meminta Surat Pengantar ke

  Perusahaan 4. Kerja Praktek di Perusahaan 5.

  Penyusunan Laporan Kerja Praktek

  III Tahap Pelaporan: 1.

  Menyiapkan Laporan Kerja Praktek

  2. Bimbingan Kerja Praktek

  3.Penyempurnaan Laporan Kerja Praktek

  4.Disidang Laporan Kerja Praktek

  10

  

BAB II

GAMBARAN UMUM INSTANSI

2.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang

  Sejarah kantor pajak di Indonesia diawali setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Untuk melaksanakan pemungutan pajak dari rakyat di wilayah pasundan, dibentuk suatu badan yang bernama Inspeksi Keuangan untuk seluruh Kabupaten Bandung, Bekasi, Karawang, Purwakarta, Tasikmalaya, Sumedang, Subang, Garut, Ciamis, dan Banjar. Khusus untuk Inspeksi Keuangan Bandung bertempat tinggal di Gedung Concordia yang sekarang dikenal dengan Gedung Merdeka yang pada waktu itu terletak di Jalan Raya Barat sedangkan pada masa sekarang dikenal dengan Jalan Asia Afrika Bandung.

  Seiring dengan perkembangan jaman dan bertambahnya penduduk serta berkembangnya tingkat ekonomi masyarakat, Inspeksi Keuangan Bandung berubah namanya menjadi Inspeksi Pajak Bandung. Dengan daerah wewenangnya meliputi daerah swantantra Tingkat II Kota Praja Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis yang berkedudukan di Jalan Asia Afrika No.114 Bandung. Sedangkan untuk wilayah Kabupaten Bekasi, Karawang, dan Subang yang berkedudukan di Karawang.

  Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 270/KMK/1989, terhitung mulai 1 April 1989 seluruh kantor inspeksi pajak di Indonesia berganti

  11

  nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Untuk wilayah Bandung sendiri dibentuk empat Kantor Pelayanan Pajak, yaitu: a. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur

  b. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah

  c. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat

  d. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cimahi Dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

  No. 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak, terjadi perubahan nama dan pembagian batas wilayah Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :

  a. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Timur diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees

  b. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Barat diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tegallega

  c. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Tengah dipecah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cibeunying dan Kantor Pelayanan Pajak Bandung Bojonagara

  d. Kantor Pelayanan Pajak Bandung Cimahi diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Cimahi

  Dalam perkembangannya kemudian, sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak serta dalam rangka pelaksanaan modernisasi sistem administrasi perpajakan secara bertahap sebagai upaya pelaksanaan good governance dan untuk meningkatkan penerimaan pajak serta efektivitas organisasi

  12

  instansi vertikal di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, maka pada tanggal 9 Agustus 2007 ditetapkanlah keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-112/PJ./2007 yang mengatur tentang penerapan organisasi, tata kerja dan saat mulai beroperasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Banten, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat I dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat II.

  Dengan terbitnya keputusan Dirjen Pajak tersebut maka terhitung mulai tanggal 28 Agustus 2007 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang yang telah menerapkan Sistem Administrasi Modern dinyatakan resmi berdiri. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang merupakan Kantor Pelayanan Pajak pemekaran dari Kantor Pelayanan Pajak Bandung Karees (yang sekarang bernama Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees). Sampai saat ini Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang berkantor di Jalan H.Ibrahim Adjie (Kiaracondong) Nomor 372 Bandung dan masih berbagi tempat dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

  Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang meliputi seluruh Kecamatan dan Kelurahan yang ada di Kabupaten Sumedang.

2.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang

  Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah unsur pelaksanaan Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah Kantor Wilayah dan bertanggung jawab langsung kepada Kantor Wilayah. Sebagaimana instansi-instansi lainnya, KPP

  13

  Pratama Sumedang mempunyai struktur organisasi, dimana struktur organisasi tersebut merupakan suatu sarana untuk pembagian kerja sesuai dengan bidangnya, sehingga diharapkan dapat mencapai tujuan dan memudahkan proses kegiatan yang dilaksanakan.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang

2.3 Uraian Tugas Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang

  Dalam menjalankan tugasnya, KPP Pratama Sumedang dipimpin oleh satu kepala kantor dan dibantu oleh seksi-seksi yang masing-masing dikepalai oleh kepala seksi, dimana tugas-tugasnya nya, antara lain: 1.

  Kepala Kantor Mempunyai tugas sebagai berikut :

  14

   Mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung Lainnya dan PBB serta BPHTB dalam wilayah Kabupaten Sumedang.

   Bertanggungjawab mengamankan penerimaan pajak di Kabupaten Sumedang.

   Melakukan pembinaan terhadap para pegawai di KPP Pratama Sumedang.

  2. Subbagian Umum Membantu dan menunjang kelancaran tugas kepala kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan dan kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.

  3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian dan penatausahaan bagi hasil PBB dan BPHTB, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja kantor.

  4. Seksi Pelayanan Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan

  15

  berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta kerjasama perpajakan.

  5. Seksi Penagihan Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan, dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan piutang pajak.

  6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan, pendataan obyek dan subyek pajak, penilaian obyek pajak, dan kegiatan ekstesifikasi perpajakan.

  7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak (PPh, PPN, PBB, BPHTB dan Pajak Lainnya), bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan Profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding serta pemberian informasi perpajakan. Di KPP Pratama Sumedang terdapat 2 (dua) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (teritorial) tertentu.

  8. Seksi Pemeriksaan

  16

  Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan pendistribusian Surat Perintah Pemeriksaan serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

  Pejabat Fungsional terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksa dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama. Pejabat Fungsional Pemeriksa bertugas melakukan pemeriksaan perpajakan terhadap Wajib Pajak di lingkungan KPP Pratama Sumedang. Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan.

2.4 Aspek Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang

  Aspek

  • – aspek kegiatan KPP Pratama Sumedang antara lain : 1.

  Pelayanan dengan konsep one stop service Yang dimaksud dengan one stop service adalah semua pelayanan berbagai jenis pajak mulai dari PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung lainnya, PBB dan BPHTB dilayani disini.

  2. Pemberian informasi perpajakan Memberikan informasi, penjelasan, penyuluhan dan asistensi perpajakan kepada Wajib Pajak.

  3. Pendaftaran Wajib Pajak untuk memperoleh NPWP 4.

  Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)

  17

  5. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha (baik orang pribadi maupun badan) yang telah memenuhi syarat untuk melakukan pemungutan, penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Perubahan data dan identitas Wajib Pajak.

  6. Mutasi NPWP karena pindah domisili atau tempat kedudukan Satu Wajib Pajak hanya diperbolehkan memiliki satu NPWP selama hidupnya, atau bagi Wajib Pajak Badan selama belum dibubarkan. Wajib Pajak tidak diperkenankan memiliki dua atau lebih NPWP.

  7. Penghapusan NPWP 8.

  Pencabutan pengukuhan PKP 9. Penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT Masa dan Tahunan) 10.

  Pemeriksaan pajak 11. Penerimaan pelaporan pelunasan Surat Ketetapan Pajak (SKP) 12. Penerimaan permohonan keberatan 13. Penerimaan permohonan pemindahbukuan 14. Penerimaan permohonan mengangsur atau menunda pembayaran pajak 15. Penerimaan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak

  (restitusi) 16. Penyitaan dan pencabutansita termasuk pemblokiran rekening 17. Pelaksanaan lelang 18.

  Penerimaan pemberitahuan pembukuan dengan menggunakan komputer 19. Penerimaan pemberitahuan perubahan tahun buku 20. Penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB)

  18

  21. Penetapan suatu daerah terpencil 22.

  Penerbitan Surat Keterangan Fiskal (SKF) 23. Penerbitan dan pengawasan ijin pemberian meterai dengan mesin teraan meterai

  24. Penerbitan dan pengawasan ijin pemberian meterai dengan sistem komputerisasi

  25. Penerimaan permohonan data baru Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 26.

  Pencetakan SPPT, STTS dan Salinan SPPT PBB 27. Pemberian pengurangan pembayaran PBB 28. Penerimaan permohonan mutasi PBB 29. Pemecahan dan penggabungan SPPT PBB 30. Administrasi dan verifikasi pembayaran BPHTB

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

  3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Penulis melaksanakan kerja praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

  Sumedang Bandung, penulis ditetapkan pada Seksi Ekstensifikasi. Dalam pelaksanaan tersebut, penulis diberikan pengarahan dan bimbingan mengenai kegiatan instansi khususnya di bagian Ekstensifikasi Pajak.

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

  Dalam melaksanakan kerja praktek penulis melakukan kegiatan yang ada di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Sumedang. Penulis diberikan pengarahan dan bimbingan mengenai aktivitas-aktivitas di bagian ekstensifikasi, seperti pembuatan Sensus pajak, setoran pajak, himbauan pembuatan NPWP, mekanisme pelaporan, mekanisme pemotongan dan aktivitas perpajakan lainnya yang ada di KPP Pratama Bandung Sumedang.

  Berikut ini penulis jelaskan Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek yang penulis lakukan pada bagian ekstensifikasi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Sumedang adalah sebagai berikut : 1.

  Menerima Wajib Pajak yang ingin melakukan pelaporan pajak, pengambilan salinan, mutasi, dan pembetulan PBB, pembuatan NPWP, permohonan pengurangan, dan kepentingan pajak lainnya.

  20

  2. Membantu mengarahkan dan melayani setiap kebutuhan Wajib Pajak. Jika kebutuhan Wajib Pajak diluar otoritas ekstensifikasi, maka akan diarahkan kepada yang memiliki otoritas dibidangnya.

  3. Memeriksa dan mengarsipkan salinan, pembuatan NPWP.

  4. Mencatat setiap arsip surat baik yang keluar maupun yang masuk dalam catatan arsip di dalam buku surat masuk dan keluar.

  5. Memaksimalkan pelayanan dengan search arsip yang ada pada program SISMIOP di komputer.

  6. Penjelasan tentang Prosedur Pemotongan dan Pelaporan PPh Pasal 21.

  21

3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

  

3.3.1 Flowchart Pemotongan dan Pelaporan PPh Pasal 21 pada Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang

  22

  1. Pelaksana Sub Bagian Umum membuat Surat Setoran Pajak (SSP) berdasarkan PPh yang terutang dalam Daftar Pembayaran Gaji dan Tunjangan Khusus Pelaksana Keuangan Negara (TKPKN) kemudian menyerahkannya kepada Kasubbag Umum.

  2. Kasubbag Umum meneliti dan menandatangani Surat Setoran Pajak (SSP) PPh, kemudian diserahkan ke Pelaksana Sub Bagian Umum.

  3. Pelaksana Sub Bagian Umum menyetorkan PPh Tunjangan Khusus Pelaksana Keuangan Negara (TKPKN) terutang dalam Surat Setoran Pajak (SSP) ke Bank persepsi sedangkan PPh Gaji dipotong langsung melalui SPM di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).

  4. Petugas Sub Bagian Umum membuat SPT Masa PPh Pasal 21 berdasarkan Daftar Pembayaran Gaji dan Tunjangan Khusus Pelaksana Keuangan (TKPKN) dan Surat Setoran Pajak (SSP) untuk kemudian diteliti dan ditandatangani oleh Kepala Subbagian Umum.

  5. Kasubbag Umum meneliti dan menandatangani SPT Masa PPh Pasal 21, dan diserahkan ke Pelaksana Sub Bagian Umum untuk dilaporkan ke KPP domisili.

  6. Pelaksana Sub Bagian Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sumedang melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21 berserta lampiran Surat Setoran Pajak (SSP)-nya ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karees.

  7. Proses Selesai.

  8. Jangka Waktu Penyelesaian : 9.

  Untuk Pembayaran paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya. Untuk pelaporan tanggal 20 (dua puluh) bulan berikutnya

  23

  Adapun dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21, berdasarkan

  Pasal 9 ayat (1) dan (2) Peraturan Direktur Jenderal Pajak PER-57/PJ/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi, adalah sebagai berikut: (1) Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut: a.

  Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku bagi : 1. pegawai tetap 2. penerima pensiun berkala 3. pegawai tidak tetap yang penghasilannya di bayar secara bulanan atau jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah)

  4. bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan.

  b. jumlah penghasilan yang melebihi Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah) sehari, yang berlaku bagi pegawai tidak tetap yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan atau upah borongan, sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah)

  24

  c.

  50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c yang menerima imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan d. Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan selain penerima penghasilan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan huruf c.

  3.3.2 Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21

  Tarif pajak merupakan persentase tertentu yang digunakan untuk menghitung besarnya Pajak. Tarif pajak orang pribadi menurut Pasal 17 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana yang diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dengan ketentuan sebagai berikut Menurut Gustian Djuanda dan Irwansyah Lubis :

Tabel 3.1 Lapisan Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri

  

Lapisan Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif

  Lapisan I Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5% Lapisam II di atas Rp 50.000.000,00 sd Rp

  250.000.000,00 15%

  Lapisan III diatas Rp 250.000.000,00 sd Rp 500.000.000,00

  25% Lapisan IV di atas Rp 500.000.000,00 30%

  25 Tabel 3.2

  

Lapisan Kena Pajak Wajib Pajak Badan Dalam Negeri

Tahun Tarif Pajak

  2009 28% 2010 dan selanjutnya 25% PT yang 40% sahamnya 5% lebih rendah dari yang diperdagangkan di bursa efek seharusnya Peredaran bruto sampai Pengurangan 50% dari yang dengan Rp 50.000.000.000 seharusnya

  Dalam menghitung besarnya laba (penghasilan) kena pajak bagi wajib pajak Dalam Negeri orang pribadi, penghasilan neto dikurangi lagi dengan jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Besarnya PTKP bagi wajib pajak orang pribadi berdasarkan status wajib pajak bersangkutan. Sedang status wajib pajak ditentukan menurut keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak. Untuk memperjelas ciri-ciri bahwa pajak penghasilan orang pribadi adalah merupakan pajak subjektif, pasal 7 UU PPh memberikan keringanan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang dihubungkan dengan keadaan pribadi wajib pajak (keluarga dan tanggungan).

  26

  8 WP Kawin + 3 Tanggungan K/3 32.400.000

  Dokumen yang digunakan dalam Prosedur Pelaporan Pajak PPh Pasal 21 pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang, terdiri atas :

  3.3.3 Dokumen Prosedur Pemotongan dan Pelaporan PPh Pasal 21 pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sumedang

  11 WP Kawin + Penghasilan istri digabung + 3 Tanggungan K/I/3 56.700.000

  10 WP Kawin + Penghasilan istri digabung + 2 Tanggungan K/I/2 54.675.000

  9 WP Kawin + Penghasilan istri digabung + 1 Tanggungan K/I/1 52.650.000

  8 WP Kawin + Penghasilan istri digabung + 0 Tanggungan K/I/- 50.625.000

  7 WP Kawin + 2 Tanggungan K/2 30.375.000

Tabel 3.3 Perhitungan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

  6 WP Kawin + 1 Tanggungan K/1 28.350.000

  5 WP Kawin + 0 Tanggungan K/- 26.325.000

  4 WP Tidak Kawin + 3 Tanggungan TK/3 30.375.000

  3 WP Tidak Kawin + 2 Tanggungan TK/2 28.350.000

  2 WP Tidak Kawin + 1 Tanggungan TK/1 26.325.000

  1 WP Tidak Kawin + 0 Tanggungan TK/- 24.300.000

  

No Status Kode Jumlah

  1. Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau dilakukan

  27

  dengan cara lain ke Kas Negara melalui tempat pembayaran yang telah ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

  2. Surat Pemberitahuan (SPT) Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak (Bulanan).

  3. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak (Tahunan).

  4. Slip gaji

  Struk gaji berfungsi untuk melihat pendapatan atau gaji karyawan, dan dengan adanya struk gaji dapat dilihat manakah pendapatan yang wajib dikenakan PPh pasal 21 atau yang tidak dikenakan pemotongan PPh pasal 21.

  5. Bukti pemotongan PPh pasal 21 Bukti pemotongan PPh pasal 21 adalah bukti bahwa PPh pasal 21 yang

terutang sudah dipotong oleh pihak perusahaan. Didalamnya tercantum perhitungan

PPh pasal 21 terhadap gaji karyawan. Bukti potong tersebut harus dilaporkan ke

Direktorat Jenderal Pajak untuk membuktikan bahwa KPP Sumedang sudah