Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (Ptkp) Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (Pph) Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak (Kpp) Pratama Lubuk Pakam

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PENGARUH PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)

TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA LUBUK PAKAM

DISUSUN OLEH :

NAMA : JOSHUA PARLINDUNGAN SILABAN NIM : 122600122

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan proposal ini. Semoga proposal ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan saya semoga proposal ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi proposal ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Penulis menyadari bahwa apa yang penulis susun ini jauh dari kata sempurna, untuk itu mengharapkan kritik, saran dan pendapat yang sifatnya membangun, dan tidak lupa penulis ucapkan terima kasih atas segala perhatian dan penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juni 2015


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 5

1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 5

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 5

C. Uraian Teoritis ... 8

1. Pengertian Pajak ... 8

2. Sistem Pemungutan Pajak ... 9

3. Pajak Penghasilan (PPh) ... 10

4. Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) ... 11

5. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ... 12

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)... 12

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 13

F. Metode Pengumpulan Data ... 14

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri(PKLM) ... 16


(4)

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMALUBUK PAKAM

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam .. 18

B. Visi dan Misi ... 21

C. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam ... 21

1. Tugas ... 22

2. Fungsi ... 22

D. Struktur Organisasi ... 23

1. Sub Bagian Umum ... 23

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ... 24

3. Seksi Pelayanan ... 24

4. Seksi Penagihan ... 25

5. Seksi Pemeriksaan ... 25

6. Seksi Ekstensifikasi ... 25

7. Seksi pengawasan dan Konsultasi I, II, III ... 25

8. Kelompok Jabatan Fungsional ... 25

E. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam ... 28 BAB III GAMBARAN TENTANG PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK


(5)

A. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ... 36

B. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)Bagi Wajib Pajak Tidak

Kawin ... 39

C. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Bagi Wajib Pajak

Kawin ... 39

D. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)Karyawati Kawin

Yang Menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Suami Dalam Pemenuhan Hak Dan Pelaksanaan Kewajiban

Perpajakannya ... 40

E. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Wanita Kawin Yang

Melakukan Perjanjian Pemisahan Harta (PH) Atau Memilih Melaksanakan Hak Dan Memenuhi Kewajiban Perpajakannya

Secara Terpisah Dari Suami (MT) ... 42

F. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Wanita Kawin Dengan

Status Hidup Berpisah (HB) ... 43 G. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Atas Warisan ... 44

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

A. Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ... 45 B. Kasus ... 47

C. Upaya Dalam Memenuhi Target Penerimaan Pajak Penghasilan

(PPh) Pasal 21 Saat Terjadinya Perubahan Penghasilan Tidak


(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 58 B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA


(7)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pajak merupakan pembayaran yang diwajibkan kepada setiap warga negara yang kontraprestasinya tidak bersifat langsung. Penerimaan pajak bagi suatu negara merupakan suatu pos penerimaan yang penting. Melalui pajak, pemerintah dapat mengatur keseimbangan kehidupan perekonomian dan pemanfaatan dana untuk membangun prasarana yang dibutuhkan masyarakat. Semakin besar penerimaan pembayaran pajak, makin besar pula kemudahan dan pelayanan masyarakat yang mampu disediakan pemerintah secara langsung dalam mewujudkan pengabdian, kewajiban, dan peran serta dalam pembangunan dan kehidupan bernegara. (Direktorat Jenderal Pajak, 2013)

Pada banyak negara berkembang, sering kali pajak menjadi pos penerimaan terbesar, seperti halnya di Indonesia. Di Indonesia, pajak menyumbangkan pendapatan negara lebih dari 70%. Salah satu pajak yang dibebankan oleh pemerintah kepada masyarakatnya adalah Pajak Penghasilan (PPh). Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang terutang atas penghasilan yang menjadi kewajiban bagi wajib pajak orang pribadi atau badan atas penerimaan yang berupa gaji/upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lainnya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.


(8)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah komponen pengurang dalam penghitungan Pajak penghasilan (PPh) Pasal 21, yaitu sebagai komponen pengurang dalam pemotongan penghasilan yang dapat dikenakan tarif pajak yang terutang. Semakin besar batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) akan semakin kecil pajak terutang yang disetor oleh wajib pajak orang pribadi atau badan.

Dalam tahun tertentu, penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) perseorangan ditentukan olehpotensi penerimaan dancoverage ratioyaituperbandingan antara besarnya pajak yang telah dipungut dibandingkan besarnya potensi pajak yang seharusnya dapat dipungut. Dengan kata lain, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) mempengaruhi penerimaan Pajak Penghasilan(PPh) perseorangan melalui potensi pajaknya dan dalam kondisi tertentu, naiknya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) berpengaruh negatif pada potensi penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) perseorangan melalui penurunan jumlah pembayar pajak dan penurunan jumlah pajak yang harus dibayar oleh pembayar pajak. Di lain pihak terjadi kenaikan konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat akibat perubahan Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP). Peningkatan konsumsi akan mempengaruhi penerimaan pajak tidak langsung atau Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Keberadaan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebenarnya adalah untuk memberikan keringanan kepada penduduk yang memiliki penghasilan rendah. Namun keringanan ini harus mengacu kepada perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi yang terjadi pada masyarakat kelas bawah.


(9)

PenghasilanTidakKenaPajak (PTKP) diatur dalam Pasa

terakhir deng

Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tahun 2013 sendiri diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak yang ditetapkan pada tanggal 22 Oktober 2012. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 2013 ini berlaku mulai tanggal 1 Januari 2013.

Terhitung mulai Januari 2013, pemerintah telah menaikkan batas Penghasilan Tidak Kena Pajak(PTKP) yang semula Rp. 15.840.000 kini dinaikkan menjadi Rp. 24.300.000 per tahunnya atau per bulan Rp. 2.025.000 untuk setiap wajib pajak lajang. Sedangkan tambahan bagi yang menikah dan tambahan tanggungan yang dulunya hanya Rp. 1.320.000 kini dinaikkan masing-masing menjadi Rp. 2.025.000. Dengan semakin besarnya pengurang, maka pajak akan semakin kecil.

Pertumbuhan kelas menengah Indonesia adalah yang terbesar di dunia setelah Cina dan India. Pertumbuhan kelas menengah ini merupakan sasaran empuk para pembuat produk. Rata-rata mereka adalah orang muda yang berpenghasilan tinggi, melek teknologi, dan ingin serba mudah. Sebagian besar dari mereka adalah warga yang gemar berbelanja. Kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak(PTKP) ini sepertinya diharapkan untuk menciptakan multiplier


(10)

effectatauefekpenggandadibidang perpajakan. Semakin banyak orang yang berbelanja akan membuat korporasi penghasil produk, berlomba-lomba menghasilkan produk barang dan jasa untuk dikonsumsi. Sehingga omzetnya bertambah demikian juga dengan labanya yang kemudian nantinya akan dipajaki. Pajak yang terkumpul dalam pundi-pundi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) pun akan meningkat dan harapannya mampu mencapai target sebagaimana yang dibebankan tersebut.(Candra, 2012)

Kenaikan Pajak Tidak Kena Pajak (PTKP) ini menjadi salah satu strategi makro ekonomi pemerintah untuk menekan tingkat inflasi yang terus merangkak naik dan untuk memberikan stimulus konsumsi domestik sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Kenaikan Pajak Tidak Kena Pajak (PTKP) juga diharapkan dalam jangka panjang akan meningkatkan penerimaan pajak. (Darwis, 2012)

Oleh karena itu, melihat permasalahan tersebut penulis tertarik untuk mengadakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) berjudul “PENGARUH PERUBAHAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP) TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA LUBUK PAKAM”.


(11)

B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

1.1Mengetahui pengaruh perubahan Pajak Tidak Kena Pajak (PTKP)

terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)Pratama Lubuk Pakam.

1.2Mengetahui upaya – upaya yang dilakukan dalam kegiatan pemungutan

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)Pratama Lubuk Pakam.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

2.1 Bagi Mahasiswa

a. Menerapkan ilmu-ilmu administrasi perpajakan yang diperoleh

selama kuliah.

b. Mengetahui kondisi yang terjadi di dunia kerja.

c. Menciptakan dan menumbuh kembangkan rasa tanggung jawab

dan profesionalisme serta kedisiplinan yang nantinya hal-hal tersebut sangat dibutuhkan ketika memasuki dunia kerja yang sebenarnya.

d. Membandingkan teori-teori yang ada dengan masalah yang


(12)

e. Memotivasi mahasiswa untuk beraktivitas dalam melakukan pekerjaan secara efisien dan efektif melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

f. Menguji dan mengukur kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa

dalam menghadapi situasi dunia kerja yang sebenarnya.

g. Memotivasi mahasiswa untuk beraktifitas dalam melakukan

pekerjaan secara efektif dan efisien.

h. Belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, sebab di

dalam lingkungan kerja nantinya kita akan terdiri dari individu-individu berbeda dari segi usia, pendidikan, pengalaman, kedudukan, dan lain-lain yang berbeda dalam suatu perusahaan atau instansi.

2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

a. Menjalin kerja sama dan saling mengenal antara Program Studi

Diploma III Administrasi Perpajakandan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam, sehingga dapat dijadikan referensi untuk menyiapkan mahasiswa menjadi tenaga kerja lebih maju dan kompetitif.

b. Dengan dilaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

bagi mahasiswa dituntut sumbangsihnya terhadap Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam baik berupa saran maupun kritikan yang bersifat membangun yang menjadi sumber


(13)

masukan untuk meningkatkan kinerja di lingkungan kantor tersebut.

c. Mempromosikan image yang baik tentang Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama Lubuk Pakam kepada masyarakat khususnya sivitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU).

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

a. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi

pelajaran yang diperoleh di bangku kuliah.

b. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang

diperoleh.

c. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Universitas

khususnya di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

d. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan dengan instansi yang bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

e. Memberikan gambaran tentang kesiapan mahasiswa dalam


(14)

f. Meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu khususnya di bidang perpajakan.

C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapat kontraprestasi atau balas jasa secara langsung yang digunakan untuk keperluan negara.

Menurut Prof. Dr. R. Santoso Brotodihardjo yang dikutip oleh Waluyo dalam bukunya Perpajakan Indonesia (2005, h.2) edisi kesembilan, adalah sebagai berikut:

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H yang dikutip oleh wikipedia adalah sebagai berikut:

“Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang – undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang


(15)

langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: “Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public invesment.”

Pajak menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang - Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan adalah:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat.”

2. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam tatacara pemungutan pajak, biasanya terdapat tiga (3) cara atau sistem yang dipergunakan untuk menghitung serta menetapkan berapa besar jumlah pajak terhutang dari suatu wajib pajak, baik wajib pajak badan maupun orang pribadi, yaitu:

a. Official Assesment System

Official Assesment System adalah sistem pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak yang terutang oleh wajib pajak dihitung dan ditetapkan oleh aparat pajak atau fiskus. Dalam system ini utang pajak timbul bila telah


(16)

ada ketetapan pajak dari fiskus (sesuai dengan ajaran formil tentang timbulnya utang pajak). Jadi dalam hal ini wajib pajak bersifat pasif.

b. Self Assesment System

Self Assesment System yaitu sistem pemungutan pajak dimana wewenang menghitung besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak diserahkan oleh fiskus kepada wajib pajak yang bersangkutan, sehingga dengan sisten ini wajib pajak harus aktif untuk menghitung, menyetor dan melaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sedangkan fiskus bertugas memberikan penerangan dan pengawasan.

c. With Holding System

With Holding System, yaitu sistem pemungutan pajak yang menyatakan bahwa jumlah pajak yang terutang dihitung oleh pihak ketiga (yang bukan wajib pajak dan juga bukan aparat pajak / fiskus).

3. Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang terutang atas penghasilan yang menjadi kewajiban bagi wajib pajak orang pribadi atau badan atas penerimaan yang berupa gaji/upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lainnya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pajak Penghasilan (PPh) terakhir diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, yang diamandemen berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994, dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000.


(17)

4. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

Menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008, Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21)adalah pajak yang dipotong atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri.

Tarif pemotongan pajak atas penghasilan dijelaskan pada Pasal 17 Ayat 1 Huruf a.Tarif berikut berlaku pada Wajib Pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

1. Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan sampai dengan Rp

50.000.000,- dikenakan tarif sebesar 5%.

2. Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp 50.000.000,-

sampai dengan Rp 250.000.000,- dikenakan tarif sebesar15%.

3. Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp 250.000.000,-

sampai dengan Rp 500.000.000,-dikenakan tarif sebesar25%.

4. Wajib Pajak dengan penghasilan tahunan di atas Rp 500.000.000,-

dikenakan tarif sebesar30%.

5. Untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP), dikenai tarif 20% lebih tinggi dari mereka yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).


(18)

5. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah faktor pengurangan terhadap penghasilan netto orang pribadi atau perseorangan sebagai wajib pajak dalam negeri dalam menghitung penghasilan kena pajak yang menjadi objek pajak penghasilan yang harus dibayar wajib pajak di Indonesia.Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) juga dapat dikatakan sebagai batas tertentu dari pengurang pajak yang tidak boleh dikenakan pajak.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadiruanglingkupdalammelakukanPraktik KerjaLapanganMandiri (PKLM) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) PratamaLubukPakamadalah :

1. JumlahpenerimaanPajakPenghasilan (PPh) Pasal 21 yang diterima KPP

Pratama Lubuk Pakam dari tahun 2012 -2014.

2. PerbandinganpenerimaanPajakPenghasilan (PPh) Pasal 21 dari tahun

2012 -2014.

3. Upaya yang dilakukanfiskusdalammemenuhi target penerimaanPajak

Penghasilan (PPh) Pasal 21 saat terjadinya perubahanPenghasilanTidakKenaPajak (PTKP).


(19)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam melakukan penelitian, Penulis melakukan metode-metode yang diperlukan. Adapun yang menjadi metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) antara lain :

1. Tahap Persiapan

Hal ini berkaitan dengan persiapan yang dilakukan oleh Mahasiswa dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM). Misalnya pengajuan judul, persetujuan judul, pembuatan proposal, seminar proposal, persetujuan proposal, penunjukan dosen pembimbing, bimbingan dan konsultasi dan pengajuan surat izin melakukan penelitian.

2. Studi Literatur

Persiapan studi literatur yang akan dilakukan adalah persiapan dalam mencari data dan informasi untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dan bisa dijadikan sumber oleh penulis dalam rangka melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini.

3. Studi Observasi Lapangan

Penulis melakukan pengamatan langsung pada objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) untuk mengetahui Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam di tempat peserta melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).


(20)

4. Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), Penulis juga akan mengumpulkan data yang diperlukan dalam menyusun akhir dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) berupa data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperolehsecara langsung dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.

b. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain seperti karya ilmiah, artikel, dan lain sebagainya.

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang informasinya diperlukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

a. Daftar Pertanyaan (Interview Guide)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang berkompeten dan menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan untuk melengkapi.


(21)

b. Daftar Observasi (Observation Guide)

Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung ataupun tidak langsung turun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati, mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan pihak instansi dengan diberikan petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko tinggi.

c. Daftar Dokumentasi (Optional)

Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi, misalnya dengan mengumpulkan daftar dokumentasi yang diperlukan seperti peraturan pemerintah yang berlaku, Undang - Undang Perpajakan, lampiran-lampiran formulir, data mengenai pembayaran pajak, data mengenai kepegawaian dan data-data lain yang berhubungan dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) yang penulis lakukan.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini Penulis akan mengemukakan Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan


(22)

Data dan Sistematika Penulisan Laporan Kerja Lapangan Mandiri.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Pada bab ini Penulis akan menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran pegawai.

BAB III :GAMBARAN TENTANG PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)

Pada bab ini Penulis akan menjelaskan mengenai informasi dan hal – hal yang berkaitan dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Dalam bab ini Penulis akan menguraikan mengenai Pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)Pratama Lubuk Pakam.


(23)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini Penulis akan memaparkan kesimpulan dari objek yang telah diteliti serta saran-saran yang membangun bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

Pada tahun 1987 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor InspeksiPajak. Pada saat itu ada 2 (dua) Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi PajakMedan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Dengan adanya pertumbuhanekonomi penduduk yang semakin cepat, maka pemerintah merasa perlu adanyatambahan Kantor Inspeksi Pajak yang gunanya untuk menambah penerimaannegara dari sektor pajak.Dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat didalam pelayananpembayaran pajak, maka berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RepublikIndonesia Nomor 267/KMK.01/1989, diadakanlah perubahan secara menyeluruh padaDirektorat Jendral Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yangdiganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak sekaligus dibentuk Kantor PelayananPajak Bumi dan Bangunan.Kemudian pada tanggal 3 Agustus 1993 dikeluarkanlah Keputusan MenteriKeuangan Indonesia No.785/KMK.01/1993, Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi4 (empat) wilayah kerja yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan


(25)

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai

Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, maka struktur organisasi Direktorat Jendral Pajak perlu diubah, baik di level kantor pusat sebagai pembuat kebijakan maupun level kantor operasional sebagai pelaksana implementasi kebijakan. Sebagai langkah pertama, untuk memudahkan wajib pajak, ketiga jenis kantor pajak yang ada yaitu, Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak(Karipka) dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama).

Adapun Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I (Kanwil Sumut I) akan mengoperasikan delapan unit kantor pelayanan modern yang dijuluki Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Delapan KPP Pratama dimaksud yakni enam unit KPP konvensional yang ada saat ini dimodernisasi dan ditambah dua KPP baru. Keenam KPP konvensional yang dijadikan KPP Pratama yakni: 1. KPP Pratama Medan Belawan

2. KPP Pratama Medan Barat 3. KPP Pratama Medan Polonia 4. KPP Pratama Medan Kota 5. KPP Pratama Medan Timur 6. KPP Pratama Binjai


(26)

Dua KPP baru yang dibentuk adalah: 1. KPP Pratama Medan Petisah 2. KPP Pratama Lubuk Pakam

KPP Pratama Lubuk Pakam sebelumnya adalah Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Lubuk Pakam yang berada dibawah organisasi Kanwil Sumut II.Sejak dileburnya ketiga jenis Kantor Pelayanan Pajak menjadi satu, maka Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Lubuk Pakam berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dan berada dibawah organisasi Kanwil Sumut I.

Sesuai dengan Keputusan DJP Nomor KEP-95/PJ/2008/ tentang “Saat Mulai Operasi (SMO) Kantor Pelayanan Pajak Pratama” di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I, maka Kantor PelayananPajak Pratama Lubuk Pakam ditetapkan mulai beroperasi tanggal 27 Mei 2008.

Wilayah-wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam adalah kecamatan:

1. Sunggal 2. Labuhan Deli 3. Pancur Batu 4. Deli tua 5. Beringin 6. Lubuk Pakam 7. Gunung Meriah 8. Percut Sei Tuan

9. STM Hulu 10. Galang 11. Bangun Purba 12. Kutalimbaru 13. Namorambe 14. Batangkuis 15. Tanjung Morawa 16. Pagar Merbau

17. Hamparan Perak 18. Patumbak 19. Sibolangit 20. Sibiru-biru 21. Pantai Labu 22. STM Hilir


(27)

B. Visi dan Misi Pernyataan Visi :

“MENJADI INSTITUSI PEMERINTAH YANG MENYELENGGARAKANSISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN

YANG EFEKTIF,EFISIEN, DAN DIPERCAYA MASYARAKAT DENGAN INTEGRITAS DANPROFESIONALISME YANG TINGGI”

Pernyataan misi :

“MENGHIMPUN PENERIMAAN PAJAK NEGARA BERDASARKANUNDANG-UNDANG PERPAJAKAN YANG MAMPU MEWUJUDKANKEMANDIRIAN PEMBIAYAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJANEGARA MELALUI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN YANGEFEKTIF DAN EFISIEN.”

C. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam KPP Pratama Lubuk Pakam adalah instansi vertikal Direktorat Jendral Pajakyang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Kanwil DJPSumut I. Tugas dan fungsi masing - masing akan diuraikan dalam setiap seksi, dimanaKantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatanoperasional pelayanan perpajakan dalam daerah wewenangnya, berdasarkankebijaksanaan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.


(28)

1. Tugas

Dalam kedudukannya tersebut, KPP Pratama Lubuk Pakam mempunyaitugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan wajib pajak dibidang PPh, PPN, PPnBM, PBB, BPHTB, Pajak Tidak Langsung, dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yangberlaku.

2.Fungsi

Dalam melaksanakan tugas, KPP Pratama Lubuk Pakam menyelenggarakan fungsi: a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi.

b. Perpajakan, penyajian informasi perpajakan, penetapan dan penerbitan.

c. Produk hukum perpajakan.

d. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan. e. Pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya. f. Penyuluhan Perpajakan.

g. Penatausahaan utang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak. h. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak. j. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

k. Pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi. l. Pelaksanaan administrasi KPP.


(29)

D. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan sistematismengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawabmasing –masingdengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan untuk membinakeharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilakanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara maksimal. Susunan organisasi KPP Pratama Lubuk Pakam adalah sebagai berikut:

1. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum terdiri dari 3 bagian:

a. Tata Usaha dan Kepegawaian

Tugasnya adalah menyelenggarkan tugas pelayanan di bidang tata usaha dankepegawaian dengan cara melakukan pengurusan surat, pengetikan surat, pengetikandan pengadaan, penataan berkas penyusunan arsip, tata usaha kepegawaian danpengiriman laporan agar dapat menunjang tugas Kantor Pelayanan Pajak.

b. Keuangan

Tugasnya adalah merencanakan kebutuhan selama 1 tahun dan melakukanpendanaan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama agar dapat menunjang kelancarantugas Kantor Pelayanan Pajak.


(30)

c. Bagian Rumah Tangga

Tugasnya adalah melakukan seluruh urusan rumah tangga dan urusanperlengkapan Kantor Pelayanan Pajak Pratama agar dapat menunjang kelancarantugas Kantor Pelayanan Pajak.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi dipimpin oleh seorang Kepala Seksiyang tugasnya adalah mengkoordinasikan urusan pengolahan data dan penyajianinformasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan sertaektensifikasi wajib pajak dan intensifikasi sesuai dengan peraturan perundang –undanganyang berlaku.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukanpengumpulan, pencarian dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.

3. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penertibanproduk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan serta penerimaan surat lainnya,penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak serta melakukankerjasama perpajakan.


(31)

4. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulanpenghapusan piutang pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

5. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencanapemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan danpenyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi perpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dalamrangka ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan Konsultasi II, SeksiPengawasan dan Konsultasi III, masing-masing mempunyai tugas melakukanpengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauankepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak,analisis kinerja wajib pajak, melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangkamelakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding.


(32)

Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama.Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi dengan seksi Ekstensifikasi Perpajakan.Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi dimanfaatkan secara optimal.


(33)

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA LUBUK PAKAM


(34)

E. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

WASKON KECAMATAN

Waskon I Melayani Permohonan Perpajakan dan

Konsultasi untuk seluruh Kecamatan

Waskon II

BATANG KUIS PERCUT SEI TUAN DELI TUA

PANTAI LABU PAGAR MERBAU BERINGIN PANCUR BATU SIBOLANGIT

Waskon III

SUNGGAL

S.TANJUNGMUDA HULU TANJUNG MORAWA BIRU-BIRU

LABUHAN DELI

S.TANJUNGMUDA HILIR GUNUNG MERIAH

Waskon IV

HAMPARAN PERAK LUBUK PAKAM NAMO RAMBE GALANG

BANGUN PURBA KOTALIMBARU PETUMBAK


(35)

WILAYAH KERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE

WASKON AR KECAMATAN KELURAHAN

Waskon II

ARIEL SATRYA

BATANG KUIS Seluruh Kelurahan

PERCUT SEI TUAN PERCUT

PERCUT SEI TUAN CHAIRUNNY RIZKY DELI TUA Seluruh Kelurahan EDWARD SALOMO

HAMONANGAN MANIK PERCUT SEI TUAN

MEDAN ESTATE MEDAN ESTATE TOL

GUNAWAN SILALAHI PERCUT SEI TUAN

KENANGAN KENANGAN BARU KENANGAN TOL TANJUNG REJO TANJUNG SELAMAT

IRWAN SYAFII NASUTION

PANTAI LABU Seluruh Kelurahan

PERCUT SEI TUAN

AMPLAS PEMATANG LALANG TEMBUNG

JUNIOR ARGENTIN SIBARANI

PAGAR MERBAU Seluruh Kelurahan

PERCUT SEI TUAN

BANDAR KLIPPA CINTA DAMAI CINTA RAKYAT KOLAM

REGINALDI BERINGIN Seluruh Kelurahan


(36)

LAU DENDANG LAU DENDANG TOL SANGA MARTUA ENDY

PANGARIBUAN PANCUR BATU Seluruh Kelurahan SYAIFUL AZHARI PERCUT SEI TUAN SAENTIS SAMPALI

SAMPALI TOL

WINDU HUDAYA

SIBOLANGIT Seluruh Kelurahan

PERCUT SEI TUAN

BANDAR SETIA SEI ROTAN SUMBER REJO TIMUR

Waskon III

BENNI SYAHPUTRA SUNGGAL

HELVETIA KP LALANG MULYOREJO PUJI MULYO PURWODADI TG GUSTA

Deliana Magdalena Hutajulu S.TANJUNGMUDA HULU BAH BUNTU DURIAN EMPAT MBELANG DURIAN TINGGUNG GUNUNG MANUMPAK A GUNUNG MANUMPAK B KUTA MBELIN


(37)

LIANG MUDA LIANG PEMATANG RANGGITGIT RUMAH LENGO RUMAH RIH RUMAH SUMBUL S.TANJUNGMUDA HULU

SIBUNGA BUNGA HILIR

SIPINGGAN

TANAH GARA HULU TANJUNG BAMPU TANJUNG MORAWA PKN

TANJUNG MUDA TANJUNG RAJA TANJUNG TIMUR TIGA JUHAR TANJUNG

MORAWA WONO SARI

HARIADY BIRU-BIRU

AJI BAHO BIRU BIRU BIRU-BIRU CANDI REJO KP SELAMAT KUALA DEKAH KUALA URUK KUTA MULYO


(38)

MARDINDING JULU MBARUAI

NAMO SURO BARU NAMO TUALANG

SUNGGAL

MEDAN KRIO PAYA GELI

SEI BERAS SEKATA SUNGGAL SUNGGAL KANAN TG SELAMAT HARNANTO BIRU-BIRU PENEN PER RIA RIA RUMAH GERAT SARI LABA JAHE SEMEME BATU SIDODADI SIDOMULYO TANJUNG SENA TANJUNG MORAWA BUNTU BEDIMBAR DAGANG KELAMBIR DALU 10 A

DALU 10 B TANJUNG MORAWA B

NOTO SUTANTO

LABUHAN DELI Seluruh Kelurahan

S.TANJUNGMUDA HILIR

PENUNGKIRA RAMBAI


(39)

HILIR SIGUCI SUMBUL DUA SUMBUL SATU TALA PETA TALUN KENAS TANDUKAN RAGA TANJUNG MORAWA LENGAU SERPANG NAGA TIMBUL TANJUNG MULIA SAEPUDIN

GUNUNG MERIAH Seluruh Kelurahan

TANJUNG MORAWA

DAGANG KERAWAN TANJUNG MORAWA TANJUNG MORAWA A TANJUNG MORAWA PEKAN

SIGIT HADIYUWONO SUNGGAL

SEI MENCIRIM SEI SEMAYANG SERBA JADI SM DISKI SUKA MAJU

SUWONO TANJUNG

MORAWA AEK PANCUR BANDAR LABUHAN BANGUN REJO SEI MERAH BANGUN SARI BANGUN SARI BARU


(40)

BANGUN SARI TOL PERDAMEAN PUNDEN REJO TANJUNG BARU TELAGA SARI UJUNG SERDANG YASSER CHALID S.TANJUNGMUDA HILIR GUNUNG RINTIH JUMA TOMBAK KUTA JURUNG LAU BARUS BARU LAU RAKIT LAU REMPAK LIMAU MUNGKUR NEGARA/BERINGIN TANJUNG MORAWA LIMAU MANIS MEDAN SENEMBAH PENARA Waskon IV ADRIAN SYAMSU HAMPARAN

PERAK Seluruh Kelurahan

LUBUK PAKAM LUBUK PAKAM

TIGA

NAMO RAMBE Seluruh Kelurahan

EDI SYAHPUTRA

GALANG Seluruh Kelurahan

LUBUK PAKAM TANJUNG GARBUS

SATU IQBAL AKBAR

BANGUN PURBA Seluruh Kelurahan

KOTALIMBARU Seluruh Kelurahan


(41)

TIGA SYAH MAD

MOTA DEPARI LUBUK PAKAM LUBUK PAKAM PEKAN

PETUMBAK Seluruh Kelurahan

SUGENG ARIADI LUBUK PAKAM

BAKARAN BATU CEMARA

LUBUK PAKAM LUBUK PAKAM I/II PAGAR JATI

PALUH KEMIRI PASAR MELINTANG PETAPAHAN

SEKIP


(42)

BAB III

GAMBARAN TENTANG PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP)

A. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP), kepada Wajib Pajak Orang Pribadi diberikan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Besaran Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)sendiri diatur di lalu.Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) pada dasarnya adalah pengurang penghasilan neto bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP). Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)ditentukan berdasarkan keadaan pada1 Januari tahun pajak yang bersangkutan.

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)sendiri dibedakan antara Wajib Pajak kawin dan yang tidak kawin, sehingga secara rinci besaran Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah sebagai berikut:

a. Rp 24.300.000,- untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi


(43)

c. Rp 24.300.000,- tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam

d. Rp 2.025.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

Yang dimaksud dengan keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat adalah ayah, ibu, dan anak. Sedangkan hubungan keluarga sedarah dalam garis keturunan kesamping satu derajat adalah saudara kandung. Sementara itu yang dimaksud dengan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat adalah mertua dan anak tiri, sedangkan hubungan keluarga semenda dalam garis keturunan kesamping satu derajat adalah ipar.

Jadi anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus yang menjadi tanggungan sepenuhnya misalnya orang tua, mertua, anak kandung, atau anak angkat berhak mendapatkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)maksimal 3 orang untuk setiap keluarga. Sedangkan yang dimaksud dengan menjadi tanggungan sepenuhnya adalah anggota keluarga yang tidak mempunyai penghasilan dan seluruh biaya hidupnya ditanggung oleh Wajib Pajak.

Pengertian menjadi tanggungan sepenuhnya menurut Undang - Undang Pajak Penghasilan berdasarkan keadaan yang dapat terlihat dari keadaan yang nyata yaitu :


(44)

a. tinggal bersama – sama dengan Wajib Pajak;

b. nampak secara nyata tidak mempunyai penghasilan sendiri;

c. tidak pula turut dibantu oleh lain – lain anggota keluarga atau oleh orang tuanya sendiri.

Sedangkan kalau Wajib Pajak sekedar menyumbang, membantu, bertanggung jawab dan sebagainya, tidak termasuk dalam menjadi tanggungan sepenuhnya.

Contoh cara penghitungan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP): Kang Yudi merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang pada 1 Januari 2014 berdasarkan fotokopi surat nikah dan kartu keluarga berstatus Kawin dengan 2 Tanggungan. Maka Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)-nya dihitung dengan cara:

NO URAIAN JUMLAH

1 Untuk diri Kang Yudi 24.300.000,-

2 Tambahan karena Kang Yudi telah menikah 2.025.000,-

3 Tambahan dua orang tanggungan (2x

Rp2.025.000,-)

4.050.000,-

4 Jumlah 30.375.000,-

(Sumber: Nashikudin, 2015)


(45)

Bagi Wajib Pajak Tidak Kawin, maka status Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)– nya adalah TK/jumlahtanggungan (TK garis miring jumlah tanggungan). Misalnya Wajib Pajak bujangan yang tidak memiliki tanggungan, dituliskan sebagai TK/0 (dibaca Tidak Kawin 0 tanggungan). Wajib Pajak bujangan yang menanggung keluarga sedarah 1 orang akan dituliskan TK/1, dst. Besaran masing – masing Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)untuk Wajib Pajak Tidak Kawin adalah sebagai berikut:

NO URAIAN JUMLAH

1 TK/0 24.300.000,-

2 TK/1 26.325.000,-

3 TK/2 28.350.000,-

4 TK/3 30.375.000,-

(Sumber: Nashikudin, 2015)

C. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Bagi Wajib Pajak Kawin

Wajib Pajak yang telah kawin, selain mendapatkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk dirinya sendiri, juga mendapatkan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk status perkawinannya, ditambah anggota keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya maksimal 3 orang. Penulisan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)-nya adalah K/Jumlah tanggungan (K garis miring jumlah tanggungan).


(46)

Besaran masing – masing Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk Wajib Pajak Kawin adalah sebagai berikut:

NO URAIAN JUMLAH

1 K/0 26.325.000,-

2 K/1 28.350.000,-

3 K/2 30.375.000,-

4 K/3 32.400.000,-

(Sumber: Nashikudin, 2015)

D. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)Karyawati Kawin Yang Menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Suami Dalam Pemenuhan Hak Dan Pelaksanaan Kewajiban Perpajakannya

Undang - Undang Pajak Penghasilan menempatkan keluarga sebagai satu kesatuan ekonomis, sehingga penghasilan dari seluruh keluarga digabungkan dengan penghasilan kepala keluarga sebagai satu kesatuan, begitu juga dengan kerugiannya. Oleh karena itu karyawati yang telah kawin wajib menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) suami dalam pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya sebagaimana diatur dalam PER-20/PJ/2013. Ketentuan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) bagi karyawati kawin yang menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) suami dalam pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban perpajakannya adalah sebagai berikut:


(47)

a. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang diberikan oleh pemberi kerja dalam penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah sebesar untuk

dirinya sendiri saja, sehingga statusnya dianggap TK/0,

b. Dalam hal karyawati kawin tersebut dapat membuktikan dengan surat

keterangan tertulis serendah-rendahnya dari kecamatan yang menyatakan bahwa suaminya tidak menerima/memperoleh penghasilan, maka besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang diberikan adalah sebesar Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk dirinya sendiri + Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) status kawin + Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya maksimal 3

(tiga) oran

E. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Wanita Kawin Yang Melakukan Perjanjian Pemisahan Harta (PH) Atau Memilih Melaksanakan Hak Dan Memenuhi Kewajiban Perpajakannya Secara Terpisah Dari Suami (MT)


(48)

Meskipun suami dan istri dianggap sebagai satu kesatuan ekonomis, dalam hal-hal tertentu penghasilan suami dan istri dikenai pajak secara terpisah, yakni dalam hal:

1. suami - istri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim (HB-Hidup

Berpisah)

2. dikehendaki secara tertulis oleh suami-istri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan (PH-Pisah Harta)

3. dikehendaki oleh istri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban

perpajakannya sendiri (MT-Memilih Terpisah)

Apabila suami - istri memiliki keadaan Pisah Harta (PH) atau Memilih Terpisah (MT), maka dikenai pajak berdasarkan penggabungan penghasilan neto suami dan penghasilan neto istri, serta besarnya Pajak Penghasilan (PPh) terutang yang harus dilunasi oleh masing-masing suami-istri dihitung sesuai dengan perbandingan penghasilan neto mereka. Sehingga status Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)-nya ditulis K/I/tanggungan (K garis miring I garis miring tanggungan). Artinya Wajib Pajak dengan status kawin, mendapat tambahan seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami, ditambahPenghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk anggota keluarga yang menjadi tanggungan.

NO URAIAN JUMLAH


(49)

2 K/I/1 52.650.000,-

3 K/I/2 54.675.000,-

4 K/I/3 56.700.000,-

(Sumber: Nashikudin, 2015)

F. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Wanita Kawin Dengan Status Hidup Berpisah (HB)

Dalam hal suami - istri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim, Wajib Pajak tersebut diperlakukan seperti Wajib Pajak Tidak Kawin, sehingga status Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)-nya adalah TK/tanggungan (TK garis miring tanggungan).

Contoh:

Suami - istri pada awal tahun pajak telah memiliki status hidup berpisah dengan putusan hakim dan memiliki 3 orang anak. Maka dapat digambarkan sebagai berikut:

NO URAIAN Status PTKP Suami Status PTKP Istri

1 3 anak menjadi tanggungan suami

0 anak menjadi tanggungan istri

TK/3 TK/0


(50)

1 anak menjadi tanggungan istri

3 1 anak menjadi tanggungan suami

2 anak menjadi tanggungan istri

TK/1 TK/2

4 0 anak menjadi tanggungan suami

3 anak menjadi tanggungan istri

TK/0 TK/3

(Sumber: Nashikudin, 2015)

G. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Atas Warisan

Penghasilan dari warisan yang belum terbagi pada prinsipnya merupakan hak dan dapat dibagikan kepada para ahli waris yang berhak, dan penghasilan tersebut harus digabungkan dengan penghasilan lainnya yang diterima atau diperoleh masing-masing ahli Waris.

Oleh karena itu, dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP) masing - masing ahli waris telah memperoleh pengurangan berupaPenghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), maka dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP) atas penghasilan yang berasal dari warisan yang belum terbagi tidak diberikan pengurangan berupaPenghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). (Nasikhudin, 2015)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI A. Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21


(51)

Tabel IV.1

Keterangan 2012 2013 2014

Penghasilan Tidak

Kena Pajak (PTKP) 15.840.000 24.300.000 24.300.000

Jumlah Wajib Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

8.147 8.745 9.641

Jumlah Target Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Lubuk Pakam

416.603.340.000 514.625.999.999 562.531.040.000

Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

382.698.376.388 473.745.645.671 569.557.972.633

Persentase Penerimaan 91,86% 92,06% 101,25%

(Sumber: KPP Pratama Lubuk Pakam)

Penjelasan:

Dari data diatas, Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Tahun 2012 yang belum mengalami kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebesar


(52)

91,86%. Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada tahun 2013 yang telah mengalami kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebesar 92,06%. Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,2% dibandingkan tahun 2013.

Pada tahun 2014 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 meningkat sebesar 101,25%. Peningkatan ini melebihitarget penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 9,19% dibandingkan tahun 2013. Pada tahun 2014 tidak ada perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak.

Peningkatan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)ternyata tidak mengakibatkan penurunan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor seperti peningkatan jumlah Wajib Pajak, peningkatan penghasilan, dan perubahan status Wajib Pajak. Misalnya, dari data diatas dapat dilihat adanya peningkatan jumlah wajib pajak yang cukup signifikan. Walaupun karena kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ini mengakibatkan beberapa wajib pajak tereliminasi karena penghasilannya per tahun lebih rendah dari batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), namun karena beberapa faktor seperti jumlah wajib pajak dan penghasilan yang meningkat, sehingga dampak dari perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ini tidak menyebabkan penurunan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.


(53)

Untuk lebih memperjelas perubahan yang diakibatkan oleh peningkatan PTKP, maka berikut disajikan beberapa kasus mengenai faktor – faktor yang menyebabkan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 tidak mengalami penurunan walaupun terjadinya peningkatan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

B. Kasus

1. PTKP Lama, Penghasilan Tetap, Jumlah Karyawan Tetap

Tahun 2012, PT. ABC merupakan wajib pajak dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam. PT. ABC memiliki 20 karyawan aktif yang bekerja di perusahaan ini. Berikut data karyawan PT. ABC :

Tabel VI.2

No

. Nama

Penghasilan Neto/Tahun

(Rp) Status PTKP PKP

PPh Pasal 21

PPh Pasal 21/Bulan

1 A 44685000 TK/0 15840000 28845000 1442250 120188

2 B 34206600 TK/2 18480000 15726600 786330 65528

3 C 34328400 TK/0 15840000 18488400 924420 77035

4 D 103206000 K/3 21120000 82086000 7312900 609408

5 E 87605400 TK/2 18480000 69125400 5368810 447401

6 F 68406000 K/0 17160000 51246000 2686900 223908

7 G 258489000 K/1 18480000 240009000 31001350 2583446

8 H 44685000 TK/2 18480000 26205000 1310250 109188

9 I 54008160 K/3 21120000 32888160 1644408 137034

10 J 41405400 K/1 18480000 22925400 1146270 95523

11 K 25206000 TK/0 15840000 9366000 468300 39025

12 L 187209360 TK/0 15840000 171369360 20705404 1725450

13 M 150001800 K/1 18480000 131521800 14728270 1227356


(54)

15 O 82441440 TK/1 17160000 65281440 4792216 399351

16 P 45006000 K/1 18480000 26526000 1326300 110525

17 Q 99606000 K/2 19800000 79806000 6970900 580908

18 R 126006600 K/3 21120000 104886600 10732990 894416

19 S 42009120 K/0 17160000 24849120 1242456 103538

20 T 54008160 TK/2 18480000 35528160 1776408 148034

TOTAL PPH PASAL 21 KARYAWAN PT. ABC 9884786

2. PTKP Baru, Penghasilan Tetap, Jumlah Karyawan Tetap

Tahun 2013, PT. ABC merupakan wajib pajak dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam. PT. ABC masih memiliki 20 karyawan aktif yang bekerja di perusahaan ini dan belum ada penambahan karyawan sekarang. Berikut data karyawan PT. ABC :

Tabel VI.3

No. Nama

Penghasilan Neto/Tahun

(Rp) Status PTKP PKP

PPh Pasal 21

PPh Pasal 21/Bulan

1 A 44685000 TK/0 24300000 20385000 1019250 84938

2 B 34206600 TK/2 28350000 5856600 292830 24403

3 C 34328400 TK/0 24300000 10028400 501420 41785

4 D 103206000 K/3 32400000 70806000 5620900 468408

5 E 87605400 TK/2 28350000 59255400 3888310 324026

6 F 68406000 K/0 26325000 42081000 2104050 175338

7 G 258489000 K/1 28350000 230139000 29520850 2460071

8 H 44685000 TK/2 28350000 16335000 816750 68063

9 I 54008160 K/3 32400000 21608160 1080408 90034

10 J 41405400 K/1 28350000 13055400 652770 54398

11 K 25206000 TK/0 24300000 906000 45300 3775

12 L 187209360 TK/0 24300000 162909360 19436404 1619700


(55)

3. PTKP Baru, Penghasilan Tetap, Jumlah Karyawan Meningkat

Tahun 2013, PT. ABC merupakan wajib pajak dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam. Sebelumnya, PT. ABC memiliki 20 karyawan aktif yang bekerja di perusahaan ini. Sekarang, PT. ABC menambah 10 karyawan dan PT. ABC memiliki 30 karyawan aktif. Berikut data karyawan PT. ABC :

Tabel VI.4

No. Nama

Penghasilan Neto/Tahun

(Rp) Status PTKP PKP

PPh Pasal 21

PPh Pasal 21/Bulan

1 A 44685000 TK/0 24300000 20385000 1019250 84938

2 B 34206600 TK/2 28350000 5856600 292830 24403

3 C 34328400 TK/0 24300000 10028400 501420 41785

4 D 103206000 K/3 32400000 70806000 5620900 468408

5 E 87605400 TK/2 28350000 59255400 3888310 324026

6 F 68406000 K/0 26325000 42081000 2104050 175338

7 G 258489000 K/1 28350000 230139000 29520850 2460071

8 H 44685000 TK/2 28350000 16335000 816750 68063

9 I 54008160 K/3 32400000 21608160 1080408 90034

10 J 41405400 K/1 28350000 13055400 652770 54398

14 N 64806000 TK/3 30375000 34431000 1721550 143463

15 O 82441440 TK/1 26325000 56116440 3417466 284789

16 P 45006000 K/1 28350000 16656000 832800 69400

17 Q 99606000 K/2 30375000 69231000 5384650 448721

18 R 126006600 K/3 32400000 93606600 9040990 753416

19 S 42009120 K/0 26325000 15684120 784206 65351

20 T 54008160 TK/2 28350000 25658160 1282908 106909

TOTAL PPH PASAL 21 KARYAWAN PT. ABC 8390965


(56)

11 K 25206000 TK/0 24300000 906000 45300 3775

12 L 187209360 TK/0 24300000 162909360 19436404 1619700

13 M 150001800 K/1 28350000 121651800 13247770 1103981

14 N 64806000 TK/3 30375000 34431000 1721550 143463

15 O 82441440 TK/1 26325000 56116440 3417466 284789

16 P 45006000 K/1 28350000 16656000 832800 69400

17 Q 99606000 K/2 30375000 69231000 5384650 448721

18 R 126006600 K/3 32400000 93606600 9040990 753416

19 S 42009120 K/0 26325000 15684120 784206 65351

20 T 54008160 TK/2 28350000 25658160 1282908 106909

21 U 66602400 K/1 28350000 38252400 1912620 159385

22 V 41402640 TK/2 13247770 28154870 1407744 117312

23 W 33609000 K/3 32400000 1209000 60450 5038

24 X 78849600 TK/0 24300000 54549600 3182440 265203

25 Y 54609360 TK/0 24300000 30309360 1515468 126289

26 Z 41405400 K/2 30375000 11030400 551520 45960

27 AB 54609360 K/0 26325000 28284360 1414218 117852

28 BC 150001800 K/1 28350000 121651800 13247770 1103981

29 CD 342007200 K/3 32400000 309607200 42401800 3533483

30 DE 366006600 TK/0 24300000 341706600 50426650 4202221

TOTAL PPH PASAL 21 KARYAWAN PT. ABC 18067688

4. PTKP Baru, Penghasilan Meningkat, Karyawan Tetap

Tahun 2013, PT. ABC merupakan wajib pajak dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam. PT. ABC masih memiliki 20 karyawan aktif yang bekerja di perusahaan ini. Saat ini, karyawan PT. ABC mendapatkan kenaikan penghasilan dari perusahaan.


(57)

No. Nama

Penghasilan Neto/Tahun

(Rp) Status PTKP PKP

PPh Pasal 21

PPh Pasal 21/Bulan

1 A 76209000 TK/0 24300000 51909000 2786350 232196

2 B 42006600 TK/2 28350000 13656600 682830 56903

3 C 42608400 TK/0 24300000 18308400 915420 76285

4 D 128407200 K/3 32400000 96007200 9401080 783423

5 E 114005400 TK/2 28350000 85655400 3888310 324026

6 F 68406000 K/0 26325000 42081000 2104050 175338

7 G 295929000 K/1 28350000 267579000 35136850 2928071

8 H 54285000 TK/2 28350000 25935000 1296750 108063

9 I 60008160 K/3 32400000 27608160 1380408 115034

10 J 79205400 K/1 28350000 50855400 2628310 219026

11 K 33606000 TK/0 24300000 9306000 465300 38775

12 L 202809360 TK/0 24300000 178509360 21776404 1814700

13 M 246009600 K/1 28350000 217659600 27648940 2304078

14 N 78966000 TK/3 30375000 48591000 2429550 202463

15 O 129607200 TK/1 26325000 103282200 10492330 874361

16 P 48600000 K/1 28350000 20250000 1012500 84375

17 Q 134766600 K/2 30375000 104391600 10658740 888228

18 R 147605400 K/3 32400000 115205400 12280810 1023401

19 S 91201440 K/0 26325000 64876440 4731466 394289

20 T 68169360 TK/2 28350000 39819360 1990968 165914

TOTAL PPH PASAL 21 KARYAWAN PT. ABC 12808947

5. PTKP Baru, Penghasilan Meningkat, Jumlah Karyawan Meningkat, Status

Berbeda

Tahun 2013, PT. ABC merupakan wajib pajak dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam. Sebelumnya, PT. ABC memiliki 20 karyawan aktif yang bekerja di perusahaan ini. Saat ini, PT. ABC telah memiliki 30 karyawan aktif. PT. ABC juga meningkatkan penghasilan tiap karyawan.


(58)

Beberapa karyawan juga memiliki status yang berbeda dari sebelumnya, ada yang menikah, ada yang bercerai, tanggungan bertambah, dan tanggungan berkurang. Berikut data karyawan PT. ABC :

Tabel VI.6

No. Nama

Penghasilan Neto/Tahun

(Rp)

Status PTKP PKP PPh Pasal

21

PPh Pasal 21/Bulan

1 A 76209000 TK/1 26325000 49884000 2494200 207850

2 B 42006600 K/0 26325000 15681600 784080 65340

3 C 42608400 TK/3 30375000 12233400 611670 50973

4 D 128407200 K/2 30375000 98032200 9704830 808736

5 E 114005400 TK/2 28350000 85655400 7848310 654026

6 F 68406000 K/1 28350000 40056000 2002800 166900

7 G 295929000 TK/1 26325000 269604000 35440600 2953383

8 H 54285000 TK/2 28350000 25935000 1296750 108063

9 I 60008160 TK/3 30375000 29633160 1481658 123472

10 J 79205400 K/1 28350000 50855400 2628310 219026

11 K 33606000 TK/0 24300000 9306000 465300 38775

12 L 202809360 K/0 26325000 176484360 21472654 1789388

13 M 246009600 K/3 32400000 213609600 27041440 2253453

14 N 78966000 K/3 32400000 46566000 2328300 194025

15 O 129607200 TK/2 28350000 101257200 10188580 849048

16 P 48600000 K/1 28350000 20250000 1012500 84375

17 Q 134766600 K/3 32400000 102366600 10354990 862916

18 R 147605400 TK/0 24300000 123305400 13495810 1124651

19 S 91201440 K/1 28350000 62851440 4427716 368976

20 T 68169360 TK/2 28350000 39819360 1990968 165914

21 U 66602400 K/2 30375000 36227400 1811370 150948

22 V 41402640 TK/2 28350000 13052640 652632 54386

23 W 33609000 K/3 32400000 1209000 60450 5038

24 X 78849600 K/0 26325000 52524600 2878690 239891


(59)

Penjelasan :

1. Pada tabel VI.2, jumlah penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dari

karyawan PT. ABC sebesar Rp 9.884.786 dengan kasus Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang digunakan adalah versi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebelum Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-162/PMK.011/2012 yaitu sebesar Rp 15.840.000, penghasilan karyawan tetap, dan jumlah karyawan tetap.

2. Pada Tabel VI.3, jumlah penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dari

karyawan PT. ABC sebesar Rp 8.390.965 dengan kasus Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang digunakan adalah versi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-162/PMK.011/2012 yaitu sebesar Rp 24.300.000, penghasilan karyawan tetap, dan jumlah karyawan tetap.

Dari kedua tabel tersebut, penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dari karyawan PT. ABC dari tabel VI.2 lebih tinggi daripada tabel VI.3. Hal ini dikarenakan perbedaan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang dikenakan terhadap penghasilan karyawan PT. ABC. Penghasilan Tidak Kena Pajak

26 Z 41405400 K/3 32400000 9005400 450270 37523

27 AB 54609360 K/0 26325000 28284360 1414218 117852

28 BC 150001800 K/1 28350000 121651800 13247770 1103981

29 CD 342007200 TK/3 30375000 311632200 42908050 3575671

30 DE 366006600 K/1 28350000 337656600 49414150 4117846


(60)

(PTKP) tahun 2013 lebih tinggi daripada Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tahun 2012 sementara jumlah karyawan dan penghasilan karyawan PT. ABC tetap. Sehingga menyebabkan jumlah penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 karyawan PT. ABC di tabel VI.3 lebih kecil daripada tabel VI.2.

3. Pada tabel VI.4, jumlah penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dari

karyawan PT. ABC sebesar Rp 18.067.688 dengan kasus Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang digunakan adalah versi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-162/PMK.011/2012 yaitu sebesar Rp 24.300.000, penghasilan tetap, dan jumlah karyawan meningkat.

Pada tabel ini, penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang menggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang terbaru lebih besar daripada tabel VI.2 yang menggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang lama. Hal ini dikarenakan karena pada tabel VI.4 terjadi peningkatan jumlah karyawan PT. ABC, sehingga penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 lebih besar daripada tabel VI.2.

4. Pada tabel VI.5, jumlah penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dari

karyawan PT. ABC sebesar Rp 12.808.947 dengan kasus Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang digunakan adalah versi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor


(61)

PMK-162/PMK.011/2012 yaitu sebesar Rp 24.300.000, penghasilan meningkat, dan karyawan tetap.

Pada tabel ini, penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang menggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang terbaru lebih besar daripada tabel VI.2 yang menggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang lama. Hal ini dikarenakan pada tabel VI.5 terjadi peningkatan penghasilan karyawan PT. ABC walaupun jumlah karyawan tetap. Sehingga penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada tabel VI.5 lebih besar daripada tabel VI.2.

5. Pada tabel VI.6, jumlah penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dari

karyawan PT. ABC sebesar Rp 22.618.711dengan kasus Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang digunakan adalah versi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-162/PMK.011/2012 yaitu sebesar Rp 24.300.000, penghasilan meningkat, jumlah karyawan meningkat, dan status karyawan yang berbeda.

Pada tabel ini, penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang menggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang terbaru lebih besar daripada tabel VI.2 yang menggunakan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang lama. Hal ini dikarenakan pada tabel VI.6 terjadi peningkatan penghasilan karyawan PT. ABC, peningkatan jumlah karyawan, dan terjadinya perubahan status karyawan PT. ABC yang menyebabkan


(62)

perubahan pengenaan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) pada karyawan PT. ABC. Sehingga menyebabkan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada tabel VI.6 lebih besar daripada tabel VI.2.

C. Upaya Dalam Memenuhi Target Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Saat Terjadinya Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam berupaya memenuhi target penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.. Hal ini sangat berhubungan secara signifikan dalam pencapaiaan target penerimaan pajak dan dukungan seluruh masyarakat sangat dibutuhkan. Beberapa upaya yang dilakukan untuk memenuhi target penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 saat terjadinya perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) :

1. Mendorong Wajib Pajak untuk benar – benar melaporkan pajaknya sehingga

Wajib Pajak tidak menghindari kewajiban perpajakannya.

2. Meningkatkan pengawasan internal untuk mendeteksi berbagai kasus

penyimpangan sehubungan dengan pelaksanaan tugas.

3. Memperbaiki sistem dan prosedur yang mengarah pada sistem yang dapat

mempermudah pelayanan dan mendorong efektifitas dalam pemenuhan target penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.

4. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat sehubungan dengan perubahan


(63)

5. Melakukan pengawasan terhadap Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

6. Melakukan penyempurnaan sistem administrasi perpajakan untuk

meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.

7. Optimalisasi kualitas pelayanan sebagai upayapemenuhan target penerimaan

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.

8. Melibatkan masyarakat luas dalam mekanisme pengawasan penerimaan Pajak


(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis setelah melakukan penelitian mengenai pengaruh perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam sebagi berikut:

1. Berdasarkan data pada tabel VI.1, dari tahun 2012 – 2014, penerimaan

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam tidak mengalami penurunan walaupun mengalami perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

2. Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 tidak mengalami penurunan

karena disebabkan beberapa faktor seperti meningkatnya jumlah wajib pajak, meningkatnya penghasilan wajib pajak, dan perubahan status wajib pajak. Seperti di tabel VI.1, Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 tidak mengalami penurunan karena salah satu faktornya adanya peningkatan jumlah wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Lubuk Pakam.

3. Penerapan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang meningkat memang

secara orang – perorangan menyebabkan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 menurun, tapi secara penerimaan pajak belum tentu menurun karena adanya


(65)

faktor – faktor seperti kenaikan penghasilan, kenaikan jumlah wajib pajak, dan perubahan status wajib pajak.

4. Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam telah

melakukan upaya-upaya yang baik dalam memenuhi target penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.

B. Saran

Setelah penulis mengambil kesimpulan dari penelitian mengenai pengaruh perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam, penulis ingin menyampaikan saran - saran. Hal tersebut bertujuan agar di masa yang akan datang dalam pemenuhan target penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam tetap baik dan mengalami peningkatan. Adapun saran - saran yang ingin disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam harus lebih giat

untuk mengajak masyarakat yang berpotensi pajak untuk taat dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya.

2. Melakukan penyuluhan dan memperbanyak agenda seminar tentang

perpajakan yang dapat memberikan bimbingan bagi wajib pajak mengenai pentingnya pajak itu sendiri karena masih banyak masyarakat khususnya


(66)

Wajib pajak yang kurang memahami dan mengerti dengan Ketentuan Perpajakan.

3. Hendaknya dilakukan sosialisasi langsung yang bekerja sama dengan

pemerintah daerah yang menunjukkan adanya transparansi terhadap penggunaan uang pajak yang diterima ataupun yang akan digunakan kepada masyarakat merupakan salah satu contoh sosialisasi langsung yaitu dengan memberikan tulisan, stiker, ataupun spanduk pada fasilitas-fasilitas umum. Hal tersebut dapat menumbuhkan rasa keinginan masyarakat dalam memenuhikewajiban sebagai wajib pajak.

4. Penulis menyarankan agar pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Lubuk Pakam dapat menjalin hubungan yang lebih baik lagi dengan Wajib Pajak. Tujuannya adalah untuk menjamin agar Wajib Pajak tersebut memiliki motivasi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.


(67)

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pajak. 2013. Lebih Dekat Dengan Pajak. Jakarta : Direktorat Jenderal Pajak.

Waluyo. 2005. Perpajakan Indonesia Edisi Kesembilan. Jakarta : Salemba Empat Candra, Andi. 2012. Selamat Datang PTKP Baru. (dikutip dari website Direktorat

Jenderal Paj

Darwis, Tommy K. 2012, Dampak Kenaikan PTKP dan Strategi DJP. (dikutip

dariwebsite Direktorat Jenderal Paj

Nasikhudin. 2015. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). (dikutip dari blog

Wikipedia. 2015. Pajak. (dikutip dari website Wikipedia

Republik Indonesia. 1983. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan, Nomor 1. Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. 2008. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Sekretariat Negara.


(1)

perubahan pengenaan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) pada karyawan PT. ABC. Sehingga menyebabkan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada tabel VI.6 lebih besar daripada tabel VI.2.

C. Upaya Dalam Memenuhi Target Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Saat Terjadinya Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam berupaya memenuhi target penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.. Hal ini sangat berhubungan secara signifikan dalam pencapaiaan target penerimaan pajak dan dukungan seluruh masyarakat sangat dibutuhkan. Beberapa upaya yang dilakukan untuk memenuhi target penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 saat terjadinya perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) :

1. Mendorong Wajib Pajak untuk benar – benar melaporkan pajaknya sehingga Wajib Pajak tidak menghindari kewajiban perpajakannya.

2. Meningkatkan pengawasan internal untuk mendeteksi berbagai kasus penyimpangan sehubungan dengan pelaksanaan tugas.

3. Memperbaiki sistem dan prosedur yang mengarah pada sistem yang dapat mempermudah pelayanan dan mendorong efektifitas dalam pemenuhan target penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.


(2)

5. Melakukan pengawasan terhadap Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

6. Melakukan penyempurnaan sistem administrasi perpajakan untuk meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.

7. Optimalisasi kualitas pelayanan sebagai upayapemenuhan target penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.

8. Melibatkan masyarakat luas dalam mekanisme pengawasan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 terhadap pegawai pajak.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis setelah melakukan penelitian mengenai pengaruh perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam sebagi berikut:

1. Berdasarkan data pada tabel VI.1, dari tahun 2012 – 2014, penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam tidak mengalami penurunan walaupun mengalami perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

2. Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 tidak mengalami penurunan karena disebabkan beberapa faktor seperti meningkatnya jumlah wajib pajak, meningkatnya penghasilan wajib pajak, dan perubahan status wajib pajak. Seperti di tabel VI.1, Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 tidak mengalami penurunan karena salah satu faktornya adanya peningkatan jumlah wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Lubuk Pakam.

3. Penerapan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang meningkat memang secara orang – perorangan menyebabkan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 menurun, tapi secara penerimaan pajak belum tentu menurun karena adanya


(4)

faktor – faktor seperti kenaikan penghasilan, kenaikan jumlah wajib pajak, dan perubahan status wajib pajak.

4. Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam telah melakukan upaya-upaya yang baik dalam memenuhi target penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.

B. Saran

Setelah penulis mengambil kesimpulan dari penelitian mengenai pengaruh perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam, penulis ingin menyampaikan saran - saran. Hal tersebut bertujuan agar di masa yang akan datang dalam pemenuhan target penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam tetap baik dan mengalami peningkatan. Adapun saran - saran yang ingin disampaikan adalah sebagai berikut:

1. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam harus lebih giat untuk mengajak masyarakat yang berpotensi pajak untuk taat dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya.

2. Melakukan penyuluhan dan memperbanyak agenda seminar tentang perpajakan yang dapat memberikan bimbingan bagi wajib pajak mengenai pentingnya pajak itu sendiri karena masih banyak masyarakat khususnya


(5)

Wajib pajak yang kurang memahami dan mengerti dengan Ketentuan Perpajakan.

3. Hendaknya dilakukan sosialisasi langsung yang bekerja sama dengan pemerintah daerah yang menunjukkan adanya transparansi terhadap penggunaan uang pajak yang diterima ataupun yang akan digunakan kepada masyarakat merupakan salah satu contoh sosialisasi langsung yaitu dengan memberikan tulisan, stiker, ataupun spanduk pada fasilitas-fasilitas umum. Hal tersebut dapat menumbuhkan rasa keinginan masyarakat dalam memenuhikewajiban sebagai wajib pajak.

4. Penulis menyarankan agar pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam dapat menjalin hubungan yang lebih baik lagi dengan Wajib Pajak. Tujuannya adalah untuk menjamin agar Wajib Pajak tersebut memiliki motivasi dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Pajak. 2013. Lebih Dekat Dengan Pajak. Jakarta : Direktorat Jenderal Pajak.

Waluyo. 2005. Perpajakan Indonesia Edisi Kesembilan. Jakarta : Salemba Empat Candra, Andi. 2012. Selamat Datang PTKP Baru. (dikutip dari website Direktorat Jenderal Paj

Darwis, Tommy K. 2012, Dampak Kenaikan PTKP dan Strategi DJP. (dikutip dariwebsite Direktorat Jenderal Paj Nasikhudin. 2015. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). (dikutip dari blog

Wikipedia. 2015. Pajak. (dikutip dari website Wikipedia

Republik Indonesia. 1983. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan, Nomor 1. Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. 2008. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Sekretariat Negara.