Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak PRATAMA Medan

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

UPAYA PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN

KOTA

DIAJUKAN O L E H

Nama : Rio Suprayogi Nim : 092600013

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR INI DISETUJUI UNTUK DIPERSENTASIKAN OLEH :

NAMA : RIO SUPRAYOGI

NIM : 092600013

PROGRAM STUDI : Diploma III Administrasi Perpajakan

JUDUL : Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

An. Ketua Program Studi Diploma III Dosen Pembimbing Supervisor Administrasi Perpajakan

Sekretaris

Arlina, SH, M.Hum Drs. Kariono, M.Si Deddy Pahotan NIP:195603041977102001 NIP:196805251992031002 NIP:060112573

Dekan

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP : 196805251992031002


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, karunia, kesehatan, hidayah, keselamatan dan kemampuan kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Dan tak lupa pula penulis sanjung sajikan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad Saw yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang menerang yang seperti kita rasakan pada saat ini.

Laporan Tugas Akhir ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota”.

Dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini banyak bantuan yang diterima baik berupa moral maupun material serta bimbingan yang banyak membantu penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin M.Si, selaku Dekan FISIP USU.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara M,Si, selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.

3. Bapak Drs. Kariono, M.Si, selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.


(4)

4. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Deddy Pahotan selaku Supervisor yang telah meluangkan waktunya

dan membantu saya mendapatkan data yang diperlukan dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.

6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjalani perkuliahan.

7. Orang tua yang telah memberikan semangat, doa, dan dukungan berupa moral dan material kepada penulis selama menimba ilmu di Universitas Sumatera Utara.

8. Ibu Corby Siburian dan Abangda Afrizal Pasaribu S.Sos yang telah banyak membantu dan memberi masukan selama masa perkuliahan sampai dengan selesainnya tugas akhir ini.

9. Seluruh Mahasiswa Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis, khususnya kepada Kelas A 2009 yakni Apriannisa Yusuf, Irwan Dana, Max Hendratmo, Azmul Fauzi, Desy Risanti, Nuridha Khairuna, Aulia Dharmawan, Redi Agustiawan, Joshua Andiko Perangin-angin dan yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang merupakan teman seperjuangan selama saya menimba ilmu dari awal perkuliahan sampai dengan saat ini hingga selesainya tugas akhir ini.


(5)

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, saya menyadari adanya kelemahan baik dari segi isi, tata bahasa, maupun penyajiannya. Akan tetapi, penulis telah berusaha secara maksimal dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Penulis juga memohon maaf apabila terjadi kesalahan kata-kata dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca nantinya.

Medan, 9 Juli 2012 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) C. Uraian Teoritis

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Kapangan Mandiri (PKLM) E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

F. Metode Pengumpulan Data

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

A. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak

B. Sejarah Umum Berdirinya KPP Pratama Medan Kota C. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

D. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota .. E. Perbedaan Struktur Organisasi Lama dengan Struktur Organisasi Baru .. BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 A. Definisi Pajak Penghasilan


(7)

1. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21 2. Defenisi Pajak Penghasilan Pasal 21 3. Wajib Pajak

4. Objek Pajak

5. Penghasilan yang Dikecualikan dari pengenaan PPh Pasal 21 6. Subjek Pajak

7. Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 8. Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun

9. Tarif dan PTKP

10. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Final 11. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 C. Kasus

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

A. Potensi Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

B. Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota

C. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

D. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tunggakan Pph Pasal 21 dan Cara Menanggulanginya ...


(8)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang melakukan pembangunan dan pembaharuan di segala bidang untuk mendorong kemajuan bangsa. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang ada, maka diperlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan kegiatan pembangunan yang dilakukan secara bertahap ini. Untuk itu pemerintah berusaha mencari dana dengan menggali sumber kekayaan yang ada dan berbagi potensi lainnya yang dimiliki Indonesia. Hasil dari kekayaan alam dan potensi-potensi lain inilah yang nantinya akan digunakan untuk membiayai pembangunan tersebut.

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang memiliki kontribusi untuk menunjang pembangunan yang sedang dilaksanakan bangsa Indonesia. Ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan penerimaan pajak setiap tahunnya. Di samping itu, kesadaran akan kewajiban wajib pajak juga meningkat.

Melalui pajak, pemerintah dapat mengatur keseimbangan kehidupan perekonomian dan pemanfaatan dana untuk membangun prasarana yang dibutuhkan masyarakat. Semakin besar negara penerimaan pembayaran pajak, makin besar pula kemudahan dan pelayanan masyarakat yang mampu disediakan pemerintah secara langsung mewujudkan pengabdian, kewajiban, dan peran serta dalam pembangunan dan kehidupan bernegara.


(9)

Peran pajak yang sangat dominan sebagai penerimaan negara, membuat Dirjen Pajak melakukan perubahan agar dapat memberikan kemudahan bagi Wajib pajak (WP) untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Perubahan pertama dilakukan pada tahun 1984. Pada tahun tersebut terjadi perubahan sistem pemungutan pajak, yaitu dari official assesment menjadi self assessment.

Self assessment adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan wajib pajak. Wajib pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu, wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung sendiri pajak yang terutang, memperhitungkan sendiri pajak yang terutang, menyetor dan membayar sendiri pajak yang terutang. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada wajib pajak sendiri.

Selain sistem self assessment juga berlaku sistem with holding.Sistem with holding adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan, keputusan presiden, dan peraturan lainnya untuk memotong dan


(10)

memungut pajak, menyetor, dan mempertanggungjawabkan melalui saran perpajakan yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.

Dalam praktiknya, banyak pegawai yang tidak mau penghasilannya dipotong oleh perusahaan atau pemberi kerja. Pegawai tersebut menganggap bahwa pajak tersebut seharusnya dihitung, dipotong, dan dibayar oleh pemberi kerja sesuai dengan sistem self assessment. Di samping itu para pegawai juga tidak percaya apakah pajak penghasilan akan disetor atau telah disetor oleh perusahaan sebagai pemotong pajak.

Atas dasar yang telah diuraikan di atas, penulis berusaha mencari tahu dalam hal ini, dan penulis tertarik untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tentang “UPAYA PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan PKLM

1.1 Untuk mengetahui peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

1.2 Untuk mengetahui upaya-upaya serta kendala dalam meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.


(11)

2. Manfaat PKLM 2.1 Bagi Mahasiswa

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan

b. Agar dapat menerapkan teori-teori yang didapat selama perkuliahan

c. Belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, sebab di dalam lingkungan kerja nantinya kita akan terdiri dari individu-individu berbeda dari segi usia, pendidikan, pengalaman, kedudukan, dan lain-lain yang berbeda dalam suatu perusahaan.

d. Menguji dan mengukur kemampuan yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi situasi dunia kerja yang sebenarnya.

e. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari ke dalam permasalahan yang timbul selama PKLM

2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

a. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dengan Program Studi Administrasi Perpajakan FISIP USU.

b. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui pembangunan di bidang pendidikan

2.3 Bagi Program Studi Administrasi Perpajakan FISIP USU

a. Membuka interaksi antara Program Studi Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui PKLM.


(12)

b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di kalangan mahasiswa Program Studi Administrasi perpajakan FISIP USU.

c. Meningkatkan hubungan kerja sama antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dengan perguruan tinggi khususnya Program Studi Administrasi Perpajakan FISIP USU.

2.4 Bagi Masyarakat

Sebagai masukan dari semua pihak, baik masyarakat dan lembaga lainnya yang membutuhkan informasi, data, dan keterangan tentang pajak penghasilan.

C. Uraian Teoritis 1. Definisi Pajak

Berdasarkan undang-undang nomor 36 tahun 2008, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat imbalan (kontraprestasi) secara langsung dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Beberapa para ahli perpajakan mengemukakan pendapat yang berbeda mengenai pajak, tetapi pada dasarnya pendapat yang dikemukakan tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh :


(13)

a) Prof. DR. Rochmat Soemitro, S.H berpendapat bahwa :“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. (Mardiasmo, 2008:2).

b) Dr. N. J. Feldmann berpendapat bahwa : “Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”. (Resmi, Siti 2008:2).

2. Pengertian PPh pasal 21, pemotongan PPh pasal 21, penerimaan penghasilan PPh pasal 21

a. menurut pasal 4 ayat 1 undang undang PPh no 36 tahun 2008 : penghasilan PPh pasal 21 adalah pajak atas berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri.

b. Yang termasuk pemotongan PPh pasal 21 adalah : 1. Pemberi kerja

2. Bendaharawan pemerintahan 3. Dana pensiun


(14)

4. Perusahaan

5. Yayasan ( termasuk yayasan dibidang kesejahteraan, rumah sakit) 6. Penyelenggara kegiatan ( termasuk badan pemerintah, orang pribadi ) c. Penerima penghasilan adalah wajib pajak, yang penghasilannya dipotong

PPh pasal 21 adalah: 1. Pejabat Negara 2. Pegawai 3. Pegawai tetap 4. Penerima pension 6. Penerima honorarium 7. Penerima upah 8. Orang pribadi.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi ruang lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri yang paling mendasar adalah mendata jumlah wajib pajak dan penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota serta Usaha dan kendala dalam upaya peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.


(15)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Metode yang akan digunakan dalam pelaksanaan PKLM ini adalah: 1. Tahap persiapan

Yaitu melakukan penentuan judul dan tempat pelaksanaan PKLM, menyusun proposal serta konsultasi dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan pelaksanaan PKLM ini.

2. Studi Literatur

Merupakan landasan teori yang mendukung laporan ini yang menyangkut materi yang akan yang bersumber dari buku-buku, ubdang-undang, dan bahan tertulis lainnya yang berhubungan dengan laporan PKLM.

3. Observasi Lapangan

Yaitu dengan melakukan peninjauan atau pengamatan secara langsung pada objek praktek kerja lapangan untuk mengetahui sistem-sistem yang berlaku serta mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas.

4. Pengumpulan Data

Yaitu kegiatan mengumpulkan data yang diperlukan untuk melakukan penyusunan laporan akhir, baik data yang diperoleh dari tempat objek PKLM maupun data yang diperoleh melalui perkuliahan.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data atau keterangan mengenai Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.


(16)

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam melaksanakan pengumpulan data ada 3 metode yang digunakan: 1. Wawancara

Yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan secara lisan kepada perseorangan umtuk memperoleh data yang diperlukan

2. Observasi

Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dengan mengadakan pengamatan langsung ditempat PKLM sehubungan dengan objek studi yang akan dispesialisasikan oleh penulis.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Untuk lebih mempermudah penulis laporan PKLM, penulis terlebih dahulu membuat uraian garis-garis besar laporan sesuai dengan standar yang ditetapkan, terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK

Pada bab ini penulis akan menguraikan sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran pegawai.


(17)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak

Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Direktorat Jenderal Pajak merupakan sarana yang memberi pelayanan kepada masyarakat di bidang Perpajakan.

Visi Direktorat Jenderal Pajak

Visi Direktorat Jendral Pajak adalah“Menjadi Institusi Pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efesien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi”

Visi tersebut menjelaskan bahwa DJP ingin menjadi institusi pemerintah yang menjalankan sistem administrasi perpajakan modern, efektif, efesien, dan dipercaya masyarakat, efektif dan efesien artinya bahwa DJP melakukan pengukuran dan pertanggungjawaban terhadap sistem modern yang dijalankan tersebut, dipercaya masyarakat artinya DJP memastikan masyarakat yakin bahwa sistem administrasi perpajakan memberikan manfaat yang sebesarnya kepada masyarakat, bangsa dan negara.


(18)

Misi Direktorat Jenderal Pajak adalah “Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efesien”

Misi tersebut menjelaskan bahwa keberadaan DJP adalah untuk menghimpun pajak dari masyarakat guna menunjang pembiayaan pemerintah. Peran DJP tersebut dijalankan melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efesien. Sistem administrasi tersebut dapat diukur dan dipertanggungjawabkan dalam rangka melayani masyarakat secara optimal untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya.

Nilai Direktorat Jenderal Pajak

Integritas

“Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan menepati janji.”

Professionalisme

“Memiliki kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sosial.”


(19)

Sinergi

“Membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk menghasilkan karya yang bermanfaat dan berkualitas. Dari pengertian ini terlihat dua dimensi sinergi yang selayaknya terjalin, yaitu dimensi internal dan dimensi ekternal.”

Pelayanan

“Memberikan layanan yang memenuhi kepuasan pemangku kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan, cepat, akurat, dan aman.”

Kesempurnaan

Senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik.

B. Sejarah Umum Berdirinya KPP Pratama Medan Kota

Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan, berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jenderal Pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada Tahun 1976 berdiri tiga Kantor Inspeksi Pajak, Yaitu:

a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara


(20)

c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Di tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah kantor Inspeksi Pajak Medan Timur (sekarang Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota). Berdasarkan pada keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.Kep.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993,maka pada tanggal 1 April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

Kantor Pelayanan Pajak medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan pajak, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Dan terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi 4 wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara 4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.443/KMK.01/2001 Tentang “ Organisasi dan tata kerja Kantor Wilayah


(21)

Direktorat Jenderal Pajak” dimana Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Kotamadya Medan Menjadi enam wilayah kerja, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

a. Kecamatan Medan timur b. Kecamatan Medan Area c. Kecamatan Medan Tembung d. Kecamatan Medan Perjuangan

2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, dengan ruang Lingkup meliputi wilayah:

a. Kecamatan Medan Barat b. Kecamatan Medan Sunggal c. Kecamatan Medan Petisah d. Kecamatan Medan Helvetia

3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

a. Kecamatan Medan kota b. Kecamatan Medan Denai c. Kecamatan Medan Johor d. Kecamatan Medan Amplas

4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:


(22)

a. Kecamatan Medan Polonia b. Kecamatan Medan Maimun c. Kecamatan Medan Baru d. Kecamatan Medan Tuntungan e. Kecamatan Medan Selayang

5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

a. Kecamatan Medan Belawan b. Kecamatan Medan Marelan c. Kecamatan Medan Labuhan d. Kecamatan Medan Deli

6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, dengan ruang lingkup meliputi wilayah:

a. Kecamatan Labuhan Deli b. Kecamatan Sunggal c. Kecamatan Pancur Batu d. Kecamatan Hamparan Perak e. Kecamatan Sibolangit f. Kecamatan Kutalimbaru

C. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah institusi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dalam menyelenggarakan urusan perpajakan. Kantor


(23)

Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota berada di Gedung Keuangan Negara 1 lantai IV dan beralamat di jalan Diponegoro No. A Medan . Adapun sejarah singkat dari Kantor Pelayanan Medan Kota adalah sebagai berikut :

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan perpecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, yang berdasarkan kepada:

a. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

443/KMK.01/2001 Tanggal 23 Juli 2001.

b. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 58/KMK.02/2002 Tanggal 26 Februari 2002.

Berdasarkan penjelasan sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota, KPP Medan Kota kemudian berganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota pada tanggal 27 Mei 2008 yang saat ini dikepalai oleh Bapak Yan Santoso Purba, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 54/PMK.01/2007 dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) diseluruh jajaran Direktorat Jendral Pajak terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar 2. Kantor Pelayanan Pajak Madya


(24)

3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Saat Ini Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Kota meliputi: a. Kecamatan Medan Kota

b. Kecamatan Medan Amplas c. Kecamatan Medan Denai d. Kecamatan Medan Area

D. Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas KPP Pratama Medan Kota 1. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota

Struktur organisasi adalah suatu rangkaian yang mewujudkan pola tetap dari hubungan diantara bidang kerja, namun orang mewujudkan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab dalam system kerjasama.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri atas Sub Bagian Umum dan beberapa seksi yang dipimpin oleh masing-masing seorang kepala seksi.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota membawahi 1(satu) bagian dan 10 (sepuluh) seksi, ditambah kelompok jabatan fungsional.

Adapun bidang-bidang yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota antara lain adalah sebagai berikut:

1). Sub Bagian Umum

2). Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 3). Seksi Pelayanan


(25)

4). Seksi Penagihan 5). Seksi Pemeriksaan 6). Seksi Ekstensifikasi

7). Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8). Seksi Pengwasan dan Konsultasi II 9). Seksi Pengwasan dan Konsultasi III 10). Seksi Pengwasan dan Konsultasi IV 11). Kelompok Jabatan Fungsional

2. Uraian Tugas dan Fungsi 2.1 Kepala Kantor

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan Karikpa maka kepala Kantor KPP Pratama mempunyai Tugas Mengkoordinasi Pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku.

2.2 Sub Bagian Umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan, rumah tangga serta perlengkapan.


(26)

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan

penatausahakan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.4 Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha angka penerimaan pajak, pelayanan dukungan teknis computer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.

2.5 Seksi Pelayanan

Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasikan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerja sama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.

2.6 Seksi Pengawasan dan Konsultan (WASKON I, II, III, IV)

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pengawasan kepatuhan Wajib pajak (PPh, PPN, dan Pajak lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajb Pajak, analis kinerja Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu KPP Pratama terdapat 4


(27)

(empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (territorial tertentu).

2.7 Seksi Pemeriksaan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

2.8 Seksi Penagihan

Membantu tugas Kepala Kantor mengkoordinasikan pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

2.9 Kelompok Jabatan Fungsional

Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi Ekstensifikasi. Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi dimanfaatkan secara optimal.


(28)

Daftar Pegawai KPP Pratama Medan Kota 1 Yan Santoso Purba Kepala Kantor KPP Pratama 2 Irwan Harefa Kepala Subbag SubBagian Umum 3 Eben Kennedy

Simanjuntak

Kepala Seksi Seksi Pengolahan Data dan Informasi

4 Agustinus Situmorang Kepala Seksi Seksi Pelayanan 5 Anieka Komarioseli Kepala Seksi Seksi Penagihan

6 Zulham Kepala Seksi Seksi Pemeriksaan

7 Simon Gomeri Sinambela

Kepala Seksi Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

8 Herlita Kepala Seksi Seksi Pengawasan dan

Konsultasi II 9 Rospita Tiurma

Marpaung

Kepala Seksi Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

10 Syah Reza Emil Kepala Seksi Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

11 Gunawan Kepala Seksi Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

12 Ida Kata Ersada Pelaksana SubBagian Umum

13 M.Adly Ilyas Pelaksana SubBagian Umum


(29)

15 Meylin Yusiska Tambunan

Pelaksana SubBagian Umum

16 Mayer Alponco Manurung

Bendaharawan SubBagian Umum

17 Eli Nafsiah Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi

18 Mesniato Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan

Informasi

19 Enita Misri Lubis Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi

20 Nora Charmine Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi

21 Rizka Hadvina Zulhelmi Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi

22 Petta Rosetta Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi

23 Iin Arfiani Operator Console Seksi Pengolahan Data dan Informasi

24 Deddy Pahotan Operator Console Seksi Pengolahan Data dan Informasi


(30)

Br.Hombing

26 Mitra Hayati Pelaksana Seksi Pelayanan 27 Tiambun Simanjuntak Pelaksana Seksi Pelayanan

28 Irwansyah Pelaksana Seksi Pelayanan

29 Saibah Hanum Pelaksana Seksi Pelayanan 30 Mastiur Pangaribuan Pelaksana Seksi Pelayanan

31 Saepudin Pelaksana Seksi Pelayanan

32 Jonni Dabukke Pelaksana Seksi Pelayanan

33 Yusup Pelaksana Seksi Pelayanan

34 Rudi Yanto Mangunsong

Pelaksana Seksi Pelayanan

35 Darwin Mika Gultom Pelaksana Seksi Pelayanan 36 Yani Melanyi

Sihombing

Pelaksana Seksi Pelayanan

37 Dewi Dongoran Pelaksana Seksi Pelayanan 38 Dewi Septiani Bako Pelaksana Seksi Pelayanan 39 Eva Marlina Ginting Pelaksana Seksi Penagihan 40 T.Qivi Hady Daholi Pelaksana Seksi Penagihan 41 Parlindungan Juru Sita Seksi Penagihan 42 Hardi Suganda Juru Sita Seksi Penagihan


(31)

44 Mesta Sinaga Pelaksana Seksi Pemeriksaan 45 Natalina Barus Pelaksana Seksi Pengawasan dan

Konsultasi I 46 Rosi Orida Siregar Account

Representative

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

47 Rudi Sihotang Account Representative

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

48 Wedi Simanjuntak Account Representative

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

49 Mora Gandi Ritonga Account Representative

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

50 Hamonangan Siringoringo

Account Representative

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

51 Irene Simaremare Pelaksana Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

52 Moch.Taufik Hidayat Account Representative

Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

53 Farida Khairani Account Representative

Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

54 Hariady Account

Representative

Seksi Pengawasan dan Konsultasi II


(32)

55 Fergiwati Account Representative

Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

56 Tumpak Tinambunan Account Representative

Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

57 Muhammad Muhajir Pelaksana Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

58 Mohammad Aulia Nasution

Account Representative

Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

59 Parlindungan Sinurat Account Representative

Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

60 Nurani Yuliyati Account Representative

Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

61 Dany Santosa Account

Representative

Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

62 Windu Hudaya Account

Representative

Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

63 Lusy Sihombing Account Representative

Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

64 Masita Ansyari Pelaksana Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV


(33)

Representative Konsultasi IV 66 Muhammad Idris Siregar Account

Representative

Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

67 Santi Lia Sari Harahap Account Representative

Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

68 P.Alex Valentino Sinaga Account Representative

Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

69 Satrio Wicaksono Account Representative

Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

70 Binsar Pelaksana Seksi Ekstensifikasi

Perpajakan

71 Amansyah Pelaksana Seksi Ekstensifikasi

Perpajakan

72 Elmi Idawati Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

73 Suyono Soeryodilogo Pemeriksa pajak Madya

Fungsional Pemeriksaan

74 Boston Samosir Pemeriksa Pajak Muda

Fungsional Pemeriksaan

75 Ebenezer Sitompul Pemeriksa Pajak Muda


(34)

76 Wilson Sitanggang Pemeriksa Pajak Muda

Fungsional Pemeriksaan

77 Munafri Pemeriksa Pajak

Muda

Fungsional Pemeriksaan

78 Dwipa Hermawan Pemeriksa Pajak Muda

Fungsional Pemeriksaan

79 Agus Arifianto Pemeriksa Pajak Pelaksana Lanjutan

Fungsional Pemeriksaan

80 Martahan Ronald Pardede

Pemeriksa Pajak Pelaksana Lanjutan

Fungsional Pemeriksaan

81 Verry Andrianto Pemeriksa Pajak Pelaksana Lanjutan

Fungsional Pemeriksaan

82 Andi Rahmatullah Pemeriksa Pajak Pertama

Fungsional Pemeriksaan

83 Abdullah Zuhdi Pemeriksa Pajak Pertama

Fungsional Pemeriksaan

84 Ahmad Fadri Kurnia Pemeriksa Pajak Pelaksana


(35)

85 Debby Fransisco Penilai PBB Pelaksana

Fungsional Pemeriksaan

E. Perbedaan Struktur Organisasi Lama dengan Struktur Organisasi Baru Pada Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota sebelumnya untuk masing-masing pajak dibuat secara terpisah, baik itu PPh, PPN, PPnBM, BPHTB, dan lain-lain. Sedangkan struktur organisasi KPP Pratama Medan Kota yang sekarang dibentuk dengan cara menggabungkan bagian-bagian pajak yang terpisah tersebut ke dalam setiap bagian, misalnya terdapat masalah pajak baik itu PPh, PPN, PBB, PPnBM, dan lain-lain, maka untuk menyelesaikan masalah yang ada tidak lagi di bagian pajak yang bersangkutan melainkan dapat konsultasi di bagian pengawasan dan konsultasi, begitu juga dengan bagian lainnya, sehingga pekerjaan pada setiap bagian lebih efektif dan efisien.


(36)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

A. Definisi Pajak Penghasilan

Berdasarkan undang-undang nomor 36 tahun 2008, Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Yang dimaksud dengan penghasilan menurut pasal 4 ayat (1) Undang undang Pajak Penghasilan, adalah “setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun”.

Beberapa para ahli perpajakan mengemukakan pendapat yang berbeda mengenai pajak, tetapi pada dasarnya pendapat yang dikemukakan tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang sama. Diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh :

1. Leroy Beaulieu, seorang sarjana dari Perancis, dalam bukunya yang berjudul Traite de la Science des Finances, 1906 mengemukakan. “Pajak adalah bantuan,


(37)

baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah”.

2. Deutsche Reichs Abgaben Ordnung ( RAO – 1919 ), mendefinisikan pajak sebagai bantuan uang secara insidental atau secara periodik (tanpa kontra prestasi ) yang dipungut oleh badan yang bersifat umum (nagara) untuk memperoleh pendapatan ketika terjadi suatu tatbestand ( sasaran pemajakan) karena undang – undang telah menimbulkan utang pajak.

3. Prof. Dr. M.J.H Smeets dalam bukunya de Economische Betekenis der Belastingen, 1951 adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma – norma umum dan yang dapat dipaksakan tanpa adanya kontra – prestasi yang dapat ditunjukkan dalam kasus yang bersifat individual yang maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

4. Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam disertasinya yang berjudul “ Pajak Berdasarkan Asas Gotong – Royong “, Universitas Padjajaran, Bandung, 1964, menyatakan bahwa pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma – norma hukum, guna menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. 5. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H dalam bukunya Dasar – Dasar Hukum Pajak

dan Pajak Pendapatan, mendefinisikan pajak sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang – undang dengan tidak mendapat jasa – jasa timbal yang langsung dapat dirasakan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.


(38)

6. Dr. N. J. Feldmann berpendapat bahwa : “Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum”. (Resmi, Siti 2008:2).

B. Pajak Penghasilan Pasal 21

1. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21 Dasar hukum Pajak Penghasilan pasal 21 adalah:

1.1 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No. 28 Tahun 2007.

1.2 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.

1.3 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 541/KMK.04/2000 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyeroran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.

1.4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254/PMK.03/2008 tentang Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan dari Pegawai


(39)

Harian dan Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan.

1.5 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21/26.

1.6 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun1994 tentang Pajak Penghasilan bagi Pejabat Negara, Pegawai Negara Sipil, Anggota ABRI, dan Para Pensiunan atas Penghasilan yang dibebankan kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah.

1.7 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 520/KMK.04/1998 tanggal 18 Desember 1998 tentang bagian dari penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dari pegawai harian dan mingguan serta pegawai tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan.

1.8 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 521/KMK.04/1998 tanggal 18 Desember 1998 tentang besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pegawai tetap atau pensiunan.

2. Defenisi Pajak Penghasilan Pasal 21

Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,dan kegiatan yang dilakukan oleh


(40)

orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri. Pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapaun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri, wajib dilakukan oleh:

a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.

b. Bendaharawan pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain, sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun.

d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa atau termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas.

e. Penyelenggaraan kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan dengan pelaksanaan suatu kegiatan.

3. Wajib Pajak

Penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah : 3.1 Pejabat Negara adalah :


(41)

b. Ketua, Wakil Ketua, dan anggota DPR/ MPR, DPRD Propinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota,

c. Ketua dan Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan,

d. Ketua, Wakil Ketua, KetuaMuda, dan Hakim Mahkamah Agung, e. Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung

f. Menteri dan Menteri Negara, g. Jaksa Agung,

h. Gubernur dan Wakil Gibernur Kepala Daerah Propinsi, i. Bupati dan Wakil Bupati Kepala Daerah Kabupaten, j. Walikota dan Wakil Walikota Kepala Kota.

3.2 Pegawai Negari Sipil (PNS), adalah PNS-Daerah, dan PNS lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah sebagaimana diatur dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974.

3.3 Pegawai adalah setiap orang pribadi yang melakukan pekerjaan berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau BUMN ataub BUMD. 3.4 Pegawai Tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, yang

menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur dan terus-menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung.


(42)

3.5 Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri, adalah orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan yang menerima atau memperoleh gaji, honorarium, dan/atau imbalan lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan.

3.6 Tenaga Lepas, adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang hanya menerima imbalan apabila orang pribadi yang bersangkutan bekerja. 3.7 Penerima Pensiun, adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima

atau memperoleh imbalan untuk pekerja yang dilakukan di masa lalu,termasuk orang pribadi atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnnya yang menerima Tabungan Hari Tua atau Tunjangan Hari Tua.

3.8 Penerima Honorarium, adalah orang pribadi yang menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang dilakukannya. 3.9 Penerima Upah, adalah orang pribadi yang menerima upah harian, upah

mingguan, upah borongan, atau upah satuan.

4. Objek Pajak PPh Pasal 21

Penghasilan yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 :

4.1 Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima pensiun secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi


(43)

bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, premi asuransi yang dibayarkan oleh pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.

4.2 Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima pensiun atau mantan pegawai secara teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan sekali dalam setahun.

4.3 Upah harian, upah mingguan, upah satuan dan upah borongan yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta uang saku harian atau mingguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan atau pemagangan yang merupakan calon pegawai.

4.4 Uang tebusan, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, Uang Pesangan, dan pembayaran lain sejenis sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja.

4.5 Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan Wajib Pajak dalam negeri, terdiri dari :


(44)

Pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, dan aktuaris.

b. Pemain music, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, crew film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.

c. Olahragawan.

d. Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator. e. Pengarang, peneliti, dan penterjemah.

f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk tehnik,computer, dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial. g. Agen iklan

h. Pengawas, pengelola proyek, anggota, dan pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan, dan serta sidang atau rapat.

i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan. j. Peserta perlombaan.

k. Petugas penjaja barang dagangan. l. Petugas dinas luar asuransi,

m. Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan bukan pegawai atau bukan sebagai calon pegawai.

n. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.


(45)

4.6 Tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji dan honorarium atau imbalan lain yang bersifat tidak tetap yang diterima oleh Pejabat Negara dan PNS.

4.7 Uang pensiun dan tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk janda atau duda dan atau anak-anak. 4.8 Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama

apapun yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak selain pemerintah, atau Wajib Pajak yang dikenakan PPh yang bersifat final dan yang dikenakan PPh berdasarkan norma perhitungan khusus (deemed profit).

4.9 penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan

5. Penghasilan yang dikecualikan dari Pengenaan Pajak Penghasilan pasal 21 Tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 : 5.1 Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,

asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

5.2 Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan Wajib Pajak oleh yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma perhitungan khusus (deemed profit).


(46)

5.3 Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri keuangan dan iuran Jaminan Hari Tua kepada badan penyelenggara Jamsostek yang dibayarkan oleh pemberi kerja.

5.4 Zakat yang diterima oleh pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.

5.5 Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l Undang-Undang Pajak Penghasilan

6. Subjek Pajak

Yang menjadi subjek PPh pasal 21 adalah penerima penghasilan yang dipotong oleh pemotong sebagaimana yang ditentukan dalam undang-undang. Penerima penghasilan tersebut adalah sebagai berikut :

6.1 Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan yang dikakuan pegawai tau bukan pegawai.Pemberi kerja tersebut wajib melakukan pemotongan terhadap objek pajak berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehbungan dengan pekerjaan yang dikakuan pegawai tau bukan pegawai yang telah memenuhi syarat objektifnya sesuai dengan undang-undang.

6.2 Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan.Bendahara pemerintah tersebut wajib melakukan pemotongan terhadap objek pajak gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sehubungan dengan


(47)

pekerjaan, jasa atau kegiatan.yang diterima oleh perseorangan atau badan yang telah memenuhi syarat subjektifnya sesuai dengan undang-undang.

6.3 Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun. Dana pensiun wajib melakukan pemotongan terhadap objek pajak uang pensiun dan pembayaran lain dengan nama dan bentuk apapun dalam rangka pensiun yang telah memenuhi syarat objektifnya sesuai dengan undang-undang.

6.4 Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas. Badan tersebut melakukan pemotongan terhadap objek pajak berupahonorarium atau pembayaran lain sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang telah memenuhi syarat objektifnya sesuai dengan undang-undang.

6.5 Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran kegiatan sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan.Penyelenggara kegiatan wajib melakukan pemotongan terhadap pihak yang diberi imbalan sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan, yang telah memenuhi syarat objektifnya sesuai dengan Undang-Undang.

7. Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21

Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah orang pribadi yang merupakan:


(48)

7.1 pegawai, yaitu orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai pegawai tetap atau pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah,

7.2 penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;

7.3 bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi :

a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris,

b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya,

c. olahragawan,

d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator, e. pengarang, peneliti, dan penerjemah,


(49)

f. pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan,

g. agen iklan,

h. pengawas atau pengelola proyek,

i. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara,

j. petugas penjaja barang dagangan, k. petu gas dinas luar asuransi,

l. distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatansejenis lainnya,

7.4 peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan karena keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi:

a. peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya,

b. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja,

c. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu,

d. peserta pendidikan, pelatihan, dan magang, e. peserta kegiatan lainnya.


(50)

8. Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun

Biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memlihara penghasilan yang besarnya 5% dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp.6.000.000,- setahun atau Rp.500.000,- sebulan.

Biaya pensiun adalah biaya untuk mendapatkan, menagih, memlihara uang pensiun yang besarnya 5% dari penghasilan bruto berupa uang pensiun setinggi-tingginya Rp.432.000,- setahun atau Rp.36.000,- sebulan.

9. Tarif dan PTKP

Tabel 3.1

Tarif Pasal 17 UU PPh

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif

Sampai dengan Rp.50.000.000,- 5%

Diatas Rp.50.000.000,- samapai dengan Rp.250.000.000,- 15% Diatas Rp.250.000.000,- sampai dengan Rp.500.000.000,- 25%

Diatas Rp.500.000.000,- 30%

Sumber: Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

Tarif pajak yang berlaku beserta penerapannya menurut ketentuan dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut :


(51)

9.1 Tarif berdasarkan pasal 17 Undang-Undang PPh, ditetapkan atas Penghasilan Kena Pajak dari :

a. Pegawai tetap, termasuk Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI/POLRI, Pejabat Negara Lainnya,Pegawai BUMN dan BUMD, dan anggota dewan komisaris, atau dewan pengawas yang menerapkan sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama.

b. Penerima pensiun yang dibayarkan secara bulanan.

c. Pegawai tidak tetap, pemagang, dan calon pegawai yang dibayarkan secara bulanan.

d. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.

Penghasilan Kena Pajak Bagi pegawai tetap adalah sebesar penghasilan bruto dikurang dengan :

a. Biaya jabatan

b. Iuran pensiun yang dibayar sendiri oleh pegawai (termasuk iuran tabungan hari tua/jaminan hari tua.

c. Penghasilan tidak kena pajak

Bagi penerima pensiun yang dibayarkan secara bulanan adalah sebesar penghasilan bruto dikurang dengan :

a. Biaya Pensiun b. PTKP


(52)

Bagi pegawai tidak tetap, pemagang, dan calon pegawai yang dibayarkan secara bulanan adalah sebesar penghasilan bruto dikurang PTKP. Bagi distributor perusahaan multilevel marketing atau direc selling dan kegiatan sejenis lainnya adalah penghasilan bruto setiap bulan dikurang dengan PTKP perbulan.

9.2 Tarif berdasarkanPasal 17 Undang-Undang PPh, diterapkan atas penghasilan bruto berupa :

a. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain dengan nama sebagai imbalan atas jasa atau kegiatan yang jumlahnya dihitung tidak dasar banyaknya hari yang diperlukan untuk menyelesaikan jasa atau kegiatan yang diberikan yang diterima atau diperoleh dalam satu bulan takwim.

b. Honorarium yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama, selama satu tahun takwim.

c. Jasa pruduksi, tantiem, gratifikasi, bonus yang diterima atau diperoleh mantan pegawai selama satu tahun takwim.

d. Penarikan danapada dana pensiun yang pendirinya telah disahkan oleh Kementrian Keuangan, oleh peserta program pensiun yang diterima atau diperoleh selama satu tahun takwim.


(53)

9.3 Tarif sebesar 15% diterapkan atas perkiraan penghasilan neto yang dibayarkan atau terutang kepada tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas (pengacara, akuntan, arsitek, konsultan, notaries, penilai, dan aktuaris). Besarnya perkiraan penghasilan neto adalah 50% dari penghasilan bruto berupa honorarium atau imbalan lain dengan nama dan dalam bentuk apapun.

PPh Pasl 21 = (Penghasilan Bruto x 50%) x 15%

9.4 Tarif sebesar 5% diterapkan atas upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, dan uang saku harian yang jumlahnya melebihi Rp.110.000,- sehari tidak melebihi Rp.11.000,- dalam satu bulan takwim dan atau tidak dibayarkan secara bulanan.

PPh Pasal 21 = (Penghasilan Bruto sehari – Rp.110.000,-) x 5% Tabel 3.2

Penghasilan Tidak Kena Pajak

Diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp.15.840.000,-

Tambahan untuk Wajib Pajak yang Kawin Rp.1.320.000,- Tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya

digabung dengan penghasilan suami

Rp.15.840.000,-

Tambahan untuk setiap anggota keturunan semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang ditanggung

Rp.1.320.000,-


(54)

10. Tarif PPh Pasal 21 Final

Untuk beberapa jenis penghasilan, akan dikenakan PPh Pasal 21yang bersifat final. Besarnya tarif dan penghasilan tersebut adalah sebagai berikut :

10.1Atas uang pesangon, uang tebusan pensiun yang dibayar oleh dana pensiun yang pendirinya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, dan Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, yang dibayarkan sekaligus oleh badan Penyelenggara Jamsostek, dipotong Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Atas jumlah penghasilan bruto sebesar Rp.50.000.000,- atau kurang tidak dikenakan pajak penghasilan.

b. Atas jumlah diatas Rp.50.000.000,- diatur dengan ketentuan sesuai dengan terif PPh Pasal 17 yaitu dikalikan 5%.

10.2Tarif sebesar 15% dan sifatnya final diterapkan atas penghasilan bruto berupa honorarium yang diterima oleh Pejabat Negara, PNS, dan Anggota TNI/POLRI yang bersumber dananya berasal dari keuangan Negara atau keuangan daerah, kecuali yang dibayarkan kepada PNS golongan IId ke bawah dan anggota TNI/POLRI berpangkat Pembantu Letnan Satu ke bawah atau Ajun Inspektur atu ke bawah.


(55)

11. Perhitungan Pajak Penghasilan pasal 21

11.1Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan teratur bagi Pegawai Tetap a. Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap, terlebih

dahulu dicari seluruh penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh selama sebulan, yang meliputi seluruh gaji, segala jenis tunjangan dan pembayaran teratur lainnya, termasuk uang lembur (overtime) dan pembayaran sejenisnya.

b. Untuk perusahaan yang masuk program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), premi Jaminan Kematian (JK) dan premi jaminan Pemeliharaan Kecelakaan (JPK) yang dibayar oleh pemberi kerja merupakan penghasilan bagi pegawai. Ketentuan yang sama diberlakukan juga bagi premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaankerja, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa yang dibayarkan oleh pemberi kerja untuk pegawai kepada perusahaan asuransi lainnya. Dalam menghitung PPh Pasal 21, premi tersebut digabungkan dengan penghasilan bruto yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pegawai. c. Selanjutnya dihitung jumlah penghasilan neto sebulan yang diperoleh

dengan cara mengurangi penghasilan bruto sebulan dengan biaya jabatan, iuaran pensiun, iauran Jaminan hari Tua, iuran Tunjangan Hari Tua yang dibayar sendiri oleh pegawai yang bersangkutan melalui pemberi kerja kepada Dana Pensiunan yang pendirinya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau Badan Penyelenggara Jamsostek.


(56)

d. Selanjutnya dihitung penghasilan neto setahun, yaitu jumlah penghasilan neto sebulan dikalikan 12.

e. Dalam hal seseorang pegawai tetap dengan kewajiban pajak subjektifnya sebagai Wajib Pajak dalam negeri sudah ada sejak awal tahun, tetap mulai bekerja setelah bulan Januari, maka penghasilan neto setahun dihitung dengan mengelikan penghasilan neto sebulan dengan banyaknya bulan sejak pegawai yang bersangkutan mulai bekerja sampai dengan bulan Desember dan menambahkan hasilnya dengan penghasilan neto yang diperoleh dalam masa-masa sebelumnya dalam tahun yang sama yang diperoleh dari pemberi kerja sebelumnya sesuai dengan yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21 (Form 1721 A1), jika pegawai yang bersangkutan sebelumnya bekerja pada pemberi kerja lain.

f. Selanjutnya dihitung Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif Pasal 17 UU PPh, yaitu sebesar Penghasilan neto setahun pada huruf a dan b diatas, dikurangi PTKP.

g. Setelah diperoleh PPh terutang dengan menerapkan tariff Pasal 17 UU PPh terhadap Penghasialn Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf c, selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 sebulan, yang harus dipotong dan tau ke kas Negara, yaitu sebesar :

1. Jumlah PPh Pasal 21 setahun atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada huruf a dibagi dengan 12, atau


(57)

2. Jumlah PPh Pasal 21 setahun setelah dikurangi dengan PPh yang terutang dan telah diperhitungkan pada pemberi kerja sebelumnya sesuai yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21, jika pegawai yang bersangkutan sebelumnya bekerja pada pemberi kerja lain, dibagi dengan banyaknya bulan pegawai yang bersangkutan bekerja, atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam huruf b.

11.2Penghitungan PPh Pasl 21 atas Penghasilan Teratur bagi Penerima Pensiun: a. Penerima PPh Pasal 21 atas uang pensiun bulanan yang diterima atau

diperoleh penerima pensiun adalah sebagai berikut :

1. Terlebih dahulu dihitung penghasilan neto seukan yang diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pensiun, kemudian dikalikan banyaknya bulan sejak pegawai yang bersangkutan menerima pensiun sampai dengan bulan Desember.

2. Penghasilan neto pensiun sebagaimana tersebut pada huruf a ditambah dengan penghasilan neto dalam setahun yang besangkutan yang diterima atau diperoleh dari pemberi kerja sebelum pegawai yang bersangkutan pensiun sesuai dengan yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21 sebelum pensiun,

3. Untuk mengurangi Penghasilan Kena Pajak, jumlah penghasilan pada huruf b tesebut dikurang dengan PTKP, dan selanjutnya dihitung PPh Pasal 21 atas Pengasilan Kena pajak tersebut,


(58)

4. PPh Pasal 21 atas uang pensiun dalam tahun yang bersangkutan dihitung dengan cara mengurangi PPh Pasal 21 dalam huruf c dengan PPh Pasal 21 yang terutang dari pemberi kerja sebelum pegawai yang bersangkutan pensiun dengan yang tercantum dalam bukti pemotongan PPh Pasal 21 sebelum pensiun,

5. PPh Pasal 21 atas uang pensiun bulanan adalah sebesar PPh Pasal 21 seperti tersebut dalam huruf d dibagi dengan banyaknya bulan sebagaimana dimaksud dalam huruf a.

b. Penghitungan PPh Pasal 21 atas uang pensiun bulanan untuk tahun kedua dan selanjutnya adalah sebagai berikut :

1. Terlebih dahulu dihitung panghasilan neto sebulan yang diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pensiun, 2. Selanjutnya PPh Pasal 21 dihitung dengan cara seperti perhhitungan

PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur bagi pegawai tetap, pada angka 2 huruf a, c, dan d diatas.

11.3Penghitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan tidak teratur

a. Apabila pegawai tetap diberikan jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, premi, tunjangan hari tua, dan penghasilan lain semacam itu yang sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan sekali setahun, maka PPh Pasal 21 dihitung dan dipotong dengan cara sebagai berikut :


(59)

b. Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan ditanbah dengan penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi, dan sebagainya,

c. Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan tanpa jasa produksi, dan sebagainya.

d. Selisih antara PPh Pasal 21 menurut penghitungan huruf a dan huruf b adalah PPh Pasal 21 atas panghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi, dan sebagainya.

e. Dalam hal pegawai tetap yang berkewajiban pajak subjektifnya sudah ada sejak awal tahun, namun baru mulai bekerja setelah bulan Januari, maka PPh Pasal 21 atas penghasilan yang tidak teratur tersebut dihitung dengan cara sebagaimana pada butir 1 dengan memperhatikan ketentuan mengenai perhitungan PPh Pasal 21 bulanan atas penghasilan teratur bagi pegawai tetap.

C. kasus

Tomi adalah Karyawan Perusahaan PT Indah Abadi, Ia menikah dan mempunyai 2 orang anak. Tomi berpenghasilan sebesar Rp.4.000.000,- tiap bulan. PT. Indah Abadi Mengikuti Program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing Rp.15.000,- dan Rp.10.000,- sebulan. PT. Indah Abadi menanggung iuran Jaminan hari Tua setiap bulan sebesar Rp.20.000,- sedangkan Tomi membayar iuran Jaminan


(60)

Hari Tua sebesar Rp.50.000,- setiap bulan. Disamping itu PT. Indah Abadi juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT. Indah Abadi membayar iuran pensiun untuk Tomi ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp.30.000,- sedangkan Tomi membayar iuran pensiun sebesar Rp.50.000,- . Berapa PPh Pasal 21 yang harus dibayar oleh Tomi selama satu bulan?

Peerhitungan PPh Pasal 21 :

Gaji sebulan Rp.4.000.000,-

Premi Jaminan Kecelakaan kerja Rp. 15.000,-

Premi Jminan Kematian Rp. 10.000,+

Penghasilan Bruto Rp.4.025.000,-

Pengurangan : 1. Biaya jabatan :

5% x Rp.4.025.000,- Rp.201.250,- 2. Iuran Pensiun Rp. 50.000,-

3. Iuran THT Rp. 50.000,-+

Jumlah Pengurangan = Rp. 301.250 (-)

Penghasilan neto sebulan Rp.3.723.750,-

Penghasilan neto setahun adalah

12 x Rp3.723.750,- = Rp.44.685.000,-

4. PTKP


(61)

Status Kawin Rp. 1.320.000,- Tanggungan (2) Rp. 2.640.000,-(+)

= Rp.19.800.000,- Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp. 5.085.000,- PPh Pasal 21 terutang (Tarif Pasal 17)

5% x Rp.5.085.000,- = Rp.254.250,- PPh Pasal 21 sebulan


(62)

21,187,-BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A.Potensi Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Tabel 1

Data Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Kota

Tahun

Jumlah Wajib Pajak Wp Badan Wp Orang

Pribadi

Bendahara Jumlah Wp terdaftar

2010 7.825 89.753 543 98.121

2011 8.603 100.124 583 109.310

Tabel 2

Data Wajib Pajak yang terdaftar sebagai Wajib Pajak PPh Pasal 21

Tahun Jumlah Wajib Pajak

2010 11.996

2011 12.899

Tabel 3

Jumlah SPT Masa tahun 2010-2011

Tahun

Jumlah SPT Masa Jumlah SPT Nihil Jumlah SPT Kurang Bayar Jumlah SPT Lebih Bayar Jumlah

2010 86.263 17.167 2.339 105769


(63)

Tabel 4

Jumlah SPT Masa PPh Pasal 21 tahun 2010-2011

Tahun

Jumlah SPT Masa PPh Pasal 21 Jumlah

SPT Nihil

Jumlah SPT Kurang Bayar

Jumlah SPT Lebih Bayar

Jumlah

2010 29.108 6758 61 35.927

2011 28.943 7.274 12 36.229

1. Analisa Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebagai Wajib Pajak yang berkewajiban atas PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

1.1 Pada Tahun 2010 Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebagai Wajib pajak yang berkewajiban atas Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah sekitar 12,2 % dari jumlah wajib pajak seluruhnya sedangkan pada tahun 2011 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebagai Wajib pajak yang berkewajiban atas Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah sebesar 11,8 % dari jumlah wajib pajak seluruhnya.

1.2 Pada Tahun 2011 Terjadi peningkatan jumlah Wajib Pajak dari sebesar 98.121 jumlah Wajib Pajak pada tahun 2010 menjadi 109.310 Wajip pajak pada tahun 2011 atau bertambah sekitar 11,40% yaitu berjumlah 11.189 Wajib Pajak. 1.3 Untuk Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebagai Wajib Pajak yang

berkewajiban atas Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada Tahun 2011 juga terjadi peningkatan sebesar 7,5% atau berjumlah 909 Wajib Pajak. yang mana pada


(64)

tahun 2010 berjumlah 11.996 Wajib Pajak dan meningkat menjadi 12.899 Wajib pajak.

2. Analisa Penerimaan SPT Masa dan SPT Masa PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

2.1 Pada tahun 2010 jumlah SPT Masa yang diterima tiap bulannya rata-rata sekitar 8814 SPT sedangkan untuk SPT Masa PPh pasal 21 SPT yang diterima tiap bulannya sekitar 2993 SPT.

2.2 Pada tahun 2011 jumlah SPT Masa yang diterima tiap bulannya rata-rata sekitar 5931 SPT, sedangkan untuk SPT Masa PPh Pasal 21 jumlah SPT Masa yang diterima tiap bulannya sekitar 3019 SPT.

2.3 Pada tahun 2010 jumlah SPT Masa PPh Pasal 21 yang diterima sebesar 33,9% dari jumlah SPT Masa seluruhnya yang diterima. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah SPT Masa PPh Pasal 21 yang diterima sebesar 50,9% dari jumlah SPT Masa seluruhnya yang diterima.

2.4 Terjadi penurunan sebesar 32,7% dalam jumlah penerimaan SPT Masa dari 105.769 SPT pada tahun 2010 menjadi 71.172 SPT pada tahun 2011. Sedangkan untuk Penerimaan SPT PPh Pasal 21 terjadi peningkatan sebesar 0,71% , yang mana pada tahun 2010 jumlah SPT yang diterima adalah sebesar 35.927 dan meningkat pada tahun 2011 yakni sebesar 36.229 SPT.


(65)

B.Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan salah satu sumber utama pendapatan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Dalam hal ini, Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 harus di perhatikan dalam perkembangannya, setidaknya harus terjadi peningkatan setiap tahunnya. Kantor Pelayanan Pajak melakukan berbagai usaha agar terjadi peningkatan sehingga memaksimalkan penerimaannya.

Berbagai upaya yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota untuk meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah:

1. Menerapkan sanksi administrasi perpajakan

Sanksi perpajakan yang diterapkan bertujuan untuk menyadarkan Wajib Pajak akan kelalaian dalam membayar atau melaporkan kewajiban perpajakannya. Sanksi dikenakan dapat berupa bunga, denda atau kenaikan.

Sanksi perpajakan dimaksudkan untuk menyadarkan Wajib Pajak akan keteledorannya. Disamping itu, juga bertujuan untuk menjaga agar kepercayaan yang diberikan pemerintah tidak disalahgunakan oleh Wajib Pajak.

2. Menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP)

Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. STP diterbitkan apabila pajak kurang atau tidak dibayar, dari hasil penelitian STP terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung, dan WP dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga.


(66)

3. Mengirim himbauan kepada Pemotong Pajak

Dalam hal ini Petugas Pajak mengirim himbauan kepada para pemotong pajak agar Mendaftarkan subjek pajak yang telah mempunyai penghasilan diatas PTKP sebagai Wajib Pajak PPh Pasal 21. Masalah ini biasanya terjadi ketika adanya perubahan struktur di sebuah perusahaan yakni adanya karyawan baru di perusahaan tersebut. Dalam hal ini Pemotong Pajak dihimbau untuk mendaftarkan dan melaporkan karyawan baru tersebut sebagai Wajib Pajak Yang berkewajiban atas Pajak Penghasilan Pasal 21.

4. Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan

Menerbitkan NPWP secara jabatan kepada orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, namun yang bersangkutan tidak mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak. Dalam hal ini petugas pajak menerbitkan NPWP secara paksa kepada orang pribadi yang telah memenuhi syarat berdasarkan ketentuan perundang-undangan perpajakan tersebut.

5. Meningkatkan Pelayanan Bagi Wajib Pajak

Pelayanan yang baik sangat berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak karena pelayanan yang baik menimbulkan motivasi Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajibannya. Menyadari hal itu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada setiap Wajib Pajak, yang menjadi inti pelayanan yang baik tersebut bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama


(67)

Medan Kota adalah pelayanan yang mampu mengantisipasi masalah-masalah yang muncul dan berkembang dalam masyarakat umumnya dan Wajib Pajak khususnya.

Maka dari itu, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota terus berupaya untuk peka dan cepat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang timbul, tidak berbelit-belit, dan bekerja sesuai dengan prosedur yang berlaku.

6. Peningkatan Profesionalisme Aparatur Perpajakan

Sebagian Wajib Pajak ada yang memanfaatkan celah-celah kelemahan Undang-undang perpajakan yang ada atau dengan cara memanfaatkan kelemahan fiskus. Hal ini perlu diimbangi dengan peningkatan kemampuan dan kejelian fiskus. Untuk mengantisipasi hal tersebut.

7. Melakukam pengawasan terhadap Wajib Pajak.

Merupakan suatu proses yang berkaitan satu sama lainnya, terutama dalam hubungannya dengan usaha penegakan Peraturan Perundang – undangan Perpajakan yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak akan kewajiban perpajakannya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan penerimaan PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Pengawasan yang dilakukan tersebut antara lain:.

7.1 pengawasan terhadap pembayaran dan pelaporan pajak setiap bulan (SPT Masa)

7.2 pengawasan terhadap Wajib Pajak yang melakukan kegiatan/ transaksi namun tidak melaporkan kegiatan/ transaksinya dalam SPT Tahunan


(68)

7.3 pengawasan terhadap pembayaran pajak yang dilaksanakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang berdomisili di jalan-jalan utama yang perkembangan ekonominya relatif pesat.

C.Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Dalam pencapaian suatu tujuan terkadang terdapat hal-hal yang menghambat dalam pencapaian dari berbagai segi. selain segi kelemahan juga terdapat hal-hal atau kendala-kendala yang menghambat pelaksanaan peningkatan penerimaan pph pasal 21 tersebut.

Adapun kendala-kendala yang menghambat dalam pencapaian tujuan tersebut adalah:

1. Adanya kecenderungan Wajib Pajak menganggap bahwa membayar pajak merupakan pemborosan atau beban masih kurangnya kesadaran sebagian masyarakat dalam membayar pajak yang seolah-olah tidak mau tahu akan besarnya pajak yang terutang yang ditanggung oleh Wajib Pajak itu sendiri sehingga masih terdapat adanya tunggakan pajak.

2. Usaha yang dijalankan Wajib Pajak sedang dalam kondisi yang buruk sehingga tidak memungkinkan Wajib Pajak untuk membayar hutang pajaknya.


(69)

3. Masih adanya Pemotong Pajak yang memotong dan melaporkan PPh Pasal 21 tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Hal ini karena Pemotong Pajak kurang memahami prosedur perhitungan PPh Pasal 21.

4. Masih adanya pemotong PPh Pasal 21 yang tidak mengetahui tentang kewajiban melapor tiap bulannya dan tidak mengetahui batas waktu pembayaran dan pelaporan PPh Pasal 21.

D.Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tunggakan Pph Pasal 21 dan Cara Menanggulanginya

Pajak penghasilan pasal 21 merupakan salah satu sumber Pendapatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Dalam upaya meningkatkan sering dihadapkan pada masalah-masalah yang menyebabkan terjadinya tunggakan pajak. Padahal dengan membayar pajak akan dapat meningkatkan penerimaan Pajak Pusat melalui Kantor Pelayan Pajak Pratama Medan Kota.

1. Faktor-faktor penyebab terjadinya tunggakan Pajak Penghasilan Pasal 21 Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya tunggakan pajak adalah, antara lain :

1.1 Kurangnya kesadaran masyarakat selaku Wajib Pajak untuk membayar/memenuhi kewajiban sehingga masih terdapat tunggakan pajak. 1.2 Kurangnya tanggung jawab Wajib Pajak terhadap kewajibannya membayar


(70)

1.3 Skala perputaran uang yang relative kecil(gaji masyarakat selaku Wajib Pajak masih dibawah PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak).

2. Cara menanggulangi Tunggakan Pajak Penghasilan Pasal 21

Untuk menanggulangi masalah tunggakan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku, antara lain:

2.1 Dalam hal Wajib Pajak tidak tepat waktu dalam menyampaikan SPT Masa akan dikenakan denda sebesar Rp. 100.000

2.2 Dalam hal Wajib Pajak tidak tepat waktu atau tidak menyampaikan SPT Tahunan Orang Pribadi akan dikenakan denda sebesar Rp. 100.000

2.3 Pihak kantor pelayanan pajak mengeluarkan Surat Tagihan Pajak bagi Wajib Pajak yang tidak melaporkan kewajibannya

E.Kedudukan Seorang Account Representative (Ar) Dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21

Account Representative (AR) adalah petugas yang berada di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang telah melaksanakan Sistem Administrasi Modern. Account Representative (AR) berkewajiban melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan, melaksanakan bimbingan dan melaksanakan himbauan kepada Wajib Pajak .

Setiap Account Representative (AR) mempunyai beberapa Wajib Pajak yang harus diawasi. Penugasan pelayanan oleh Account Representative (AR) dilakukan


(71)

berdasarkan jenis usaha sehingga meningkatkan profesionalisme dan meningkatkan produktivitas kerja karena pelaksanaan pekerjaan lebih terfokus.

Account Representative berkewajiban untuk memberikan bimbingan/ konsultasi dan melakukan pengawasan terhadap kepatuhan kewajiban perpajakan. Jika sebelum sistem administrasi perpajakan modern seorang Wajib Pajak harus menghubungi banyak bagian di kantor pajak untuk menyelesaikan urusan perpajakannya, maka saat ini cukup menghubungi Account Representative yang telah diberi tugas menangani Wajib Pajak tersebut.

Keberadaan seoarang Account Representative sangatlah penting. Keberadaannya berdampak positif bagi wajib pajak untuk patuh dalam kewajibannya dalam perpajakan, dan pada akhirnya dapat membantu meningkatkan penerimaan pajak itu sendiri khususnya Pajak Penghasilan Pasal 21. Melihat fungsi dan tugasnya yakni melayani para Wajib Pajak untuk berkonsultasi langsung sehingga menjadikan Wajib Pajak patuh terhadap kewajibannya dalam hal perpajakan.


(1)

3. Masih adanya Pemotong Pajak yang memotong dan melaporkan PPh Pasal 21 tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Hal ini karena Pemotong Pajak kurang memahami prosedur perhitungan PPh Pasal 21.

4. Masih adanya pemotong PPh Pasal 21 yang tidak mengetahui tentang kewajiban melapor tiap bulannya dan tidak mengetahui batas waktu pembayaran dan pelaporan PPh Pasal 21.

D.Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tunggakan Pph Pasal 21 dan Cara Menanggulanginya

Pajak penghasilan pasal 21 merupakan salah satu sumber Pendapatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Dalam upaya meningkatkan sering dihadapkan pada masalah-masalah yang menyebabkan terjadinya tunggakan pajak. Padahal dengan membayar pajak akan dapat meningkatkan penerimaan Pajak Pusat melalui Kantor Pelayan Pajak Pratama Medan Kota.

1. Faktor-faktor penyebab terjadinya tunggakan Pajak Penghasilan Pasal 21 Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya tunggakan pajak adalah, antara lain :

1.1 Kurangnya kesadaran masyarakat selaku Wajib Pajak untuk membayar/memenuhi kewajiban sehingga masih terdapat tunggakan pajak. 1.2 Kurangnya tanggung jawab Wajib Pajak terhadap kewajibannya membayar


(2)

1.3 Skala perputaran uang yang relative kecil(gaji masyarakat selaku Wajib Pajak masih dibawah PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak).

2. Cara menanggulangi Tunggakan Pajak Penghasilan Pasal 21

Untuk menanggulangi masalah tunggakan Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Wajib Pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku, antara lain:

2.1 Dalam hal Wajib Pajak tidak tepat waktu dalam menyampaikan SPT Masa akan dikenakan denda sebesar Rp. 100.000

2.2 Dalam hal Wajib Pajak tidak tepat waktu atau tidak menyampaikan SPT Tahunan Orang Pribadi akan dikenakan denda sebesar Rp. 100.000

2.3 Pihak kantor pelayanan pajak mengeluarkan Surat Tagihan Pajak bagi Wajib Pajak yang tidak melaporkan kewajibannya

E.Kedudukan Seorang Account Representative (Ar) Dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21

Account Representative (AR) adalah petugas yang berada di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang telah melaksanakan Sistem Administrasi Modern. Account Representative (AR) berkewajiban melaksanakan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan, melaksanakan bimbingan dan melaksanakan himbauan kepada Wajib Pajak .


(3)

berdasarkan jenis usaha sehingga meningkatkan profesionalisme dan meningkatkan produktivitas kerja karena pelaksanaan pekerjaan lebih terfokus.

Account Representative berkewajiban untuk memberikan bimbingan/ konsultasi dan melakukan pengawasan terhadap kepatuhan kewajiban perpajakan. Jika sebelum sistem administrasi perpajakan modern seorang Wajib Pajak harus menghubungi banyak bagian di kantor pajak untuk menyelesaikan urusan perpajakannya, maka saat ini cukup menghubungi Account Representative yang telah diberi tugas menangani Wajib Pajak tersebut.

Keberadaan seoarang Account Representative sangatlah penting. Keberadaannya berdampak positif bagi wajib pajak untuk patuh dalam kewajibannya dalam perpajakan, dan pada akhirnya dapat membantu meningkatkan penerimaan pajak itu sendiri khususnya Pajak Penghasilan Pasal 21. Melihat fungsi dan tugasnya yakni melayani para Wajib Pajak untuk berkonsultasi langsung sehingga menjadikan Wajib Pajak patuh terhadap kewajibannya dalam hal perpajakan.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang penulis peroleh dari hasil penelitian terhadap perbandingan antara rencana dan realisasi penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota adalah sebagai berikut:

1. Berbagai upaya yang dilakukan dalam meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota diantaranya:

a. Menerapkan sanksi administrasi perpajakan, b. Menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP), c. Mengirim himbauan kepada Pemotong Pajak,

d. Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan, e. Meningkatkan pelayanan bagi Wajib Pajak,

f. Meningkatkan Profesionalisme Petugas Pajak, dan g. Melakukan pengawasan terhadap Wajib Pajak.

2. Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebagai Wajib Pajak yang berkewajiban atas Pajak Penghasilan Pasal 21 pada tahun 2011 meningkat sebesar 7,5% dari tahun 2010. Sedangkan dalam penerimaan SPT, jumlah SPT Masa PPh Pasal 21 pada tahun 2011 meningkat sebesar 0,71% dari tahun sebelumnya.


(5)

3. Kelalaian wajib pajak merupakan kendala dalam hal meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21, begitu juga dengan ketidaktahuan atau tidak begitu 4. Mengerti dengan ketentuan Perundang-undangan yang meliputi

prosedur-prosedur dalam perpajakan.

5. Pentingnya seorang Account Representative dalam meningkatkan penerimaan pajak sangat berpengaruh, hal ini mengingat tugas dan fungsi sebagai petugas yang melayani, mengawasi wajib pajak dalam perpajakan.

B. Saran

Adapun saran dari adalah sebagai berikut:

1. Hendaknya dilakukan sosialisasi langsung yang menunjukkan adanya transprasi terhadap penggunaan uang pajak yang diterima ataupun yang akan digunakan kepada masyarakat merupakan salah satu contoh sosialisasi langsung yaitu dengan memberikan tulisan, stiker, ataupun spanduk pada fasilitas-fasilitas umum. Hal tersebut dapat menumbuhkan rasa keinginan masyarakat dalam memenuhikewajiban sebagai wajib pajak.

2. Melakukan penyuluhan dan memperbanyak agenda seminar tentang perpajakan yang dapat memberikan bimbingan bagi wajib pajak mengenai pentingnya pajak itu sendiri. Fakta yang masih belum dapat dibantah yaitu masih banyak masyarakat khususnya Wajib pajak yang kurang memahami dan mengerti dengan Ketentuan Perpajakan. Solusi yang tepat yaitu mengantisipasinya


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2008. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan:Teori dan Kasus, Jakarta: Salemba Empat

Agus Setiawan Dan Basri Musti. 2006. Perpajakan Umum. Jakarta: Rajawali Pers

Republik Indonesia, Undang-Undang nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 09/PMK.07/2010

Republik Indonesia, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254/PMK.03/2008