DAMPAK AKTIVITAS KERAMBA JARING APUNG (KJA) TERHADAP KELIMPAHAN PLANKTON DI DANAU TOBA – HARANGGAOL�.

(1)

DAMPAK AKTIVITAS KERAMBA JARING APUNG (KJA) TERHADAP KELIMPAHAN PLANKTON DI DANAU TOBA – HARANGGAOL

Oleh :

Esi Lestari Hutahaean 4113220012 Program Studi Biologi

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2015


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus atas segala berkat dan kasih-Nya yang memberikan hikmat, kekuatan dan kesehatan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun skripsi ini yang berjudul “Dampak Aktivitas Keramba Jaring Apung (KJA) Terhadap Kelimpahan Plankton di Danau Toba – Haranggaol.”

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini antara lain Bapak Dr. Mufti Sudibyo, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu atas bimbingan, kesabaran, dan waktu yang telah diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi serta Bapak Syarifuddin, M.Sc.Ph.D, Bapak Drs. Hudson Sidabutar, M.Si, dan Ibu Dra. Riwayati, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan bimbingan.

Penghargaan juga diberikan kepada Bapak Prof. Motlan Sirait, M.Sc,Ph.D selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED, Bapak Drs. Zulkifli Simatupang M.Pd, selaku Ketua Jurusan Biologi Universitas Negeri Medan, Ibu Endang Sulistyarini Gultom S.Si, Apt. M.Si, Apt selaku Sekretaris Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan, Ibu Dra. Melva Silitonga, M.S, selaku Ketua Prodi Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan. Ibu Dra. Erlintan Sinaga, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama perkuliahan. Ibu Drs. Uswatun Hasanah, M.Si selaku Kepala Laboratorium Biologi FMIPA Unimed. Bapak Fadhil Maulizandy, S.Si, Ibu Mardiani dan Ibu Sumarni selaku pegawai BARISTAND Industri Medan yang telah banyak membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat CHI FAMZ (Astuti, Devi, Eka, Mei, Redi, Sirma, Weny dan Valensi) dan teman-teman (Jasman, Marojahan, dan Dame) atas waktu dan semangatnya selama kuliah empat tahun di kampus tercinta dan terimakasih atas pengalaman mendewasa bersama kalian semoga persahabatan kita selamanya.


(3)

Terima kasih juga penulis ucapkan buat teman – teman PKL di BARISTAND Industri Medan (Fahri Budiman, Marojahan dan Sriweny). Kepada semua teman-teman penulis di Jurusan Biologi Non Kependidikan FMIPA UNIMED stambuk 2011 khususnya kelas A. Terimakasih juga penulis ucapkan buat kak Lusi selalu menyemangati dalam penulisan skripsi. Terimakasih juga penulis ucapkan buat Andi Sihombing, Andi Handoko, Jasman yang telah menyediakan waktunya membantu penulis melakukan penelitian. Terima kasih juga penulis ucapkan buat teman masa kecil ku Friska, Indri, Renny, dan Senta, kalian yang selalu ada di saat tersulit, kalian yang terbaik. Untuk Beni dan Ganda terimakasih atas suuportnya selama ini.

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda terkasih Edward Hutahaean, S.Pd dan Ibunda terkasihHormat Hutapea, S.PAK yang telah melimpahkan kasih sayang, perhatian, doa, dana, dan semangat serta arahan kepada penulis selama menempuh masa pendidikan dan juga buat saudara-saudaraku Kak Tonggo Renova, S.Kep.Ners, Kak Erika, S.T adik-adik ku Erwin, Eko Rocky, dan Esrida yang selalu memberikan motivasi, dukungan, semangat serta doa restunya sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan studi dan penulisan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini dan tulisan-tulisan penulis di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca.

Medan, Maret 2015 Penulis,

Esi Lestari Hutahaean NIM. 4113220012


(4)

DAMPAK AKTIVITAS KERAMBA JARING APUNG (KJA) TERHADAP KELIMPAHAN PLANKTONDI

DANAU TOBA – HARANGGAOL

Esi Lestari Hutahaean (4113220012)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan fisika – kimia perairan dan kelimpahan plankton di Danau Toba Kecamatan Haranggaol. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi karena data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2014 – Februari 2015. Sampel diambil dari tiga stasiun pengamatan. Stasiun 0 di daerah pusat keramba. Stasiun I di daerah bebas keramba. Stasiun II di daerah yang relatif alami yang tidak mendapat pengaruh keramba. Sampel plankton diambil dengan cara menarik net plankton pada jarak 50 m dan 200 m dari pusat keramba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa organisme plankton yang ditemukan sebanyak 24 genus yang tergolong kedalam 13 kelas. 7 kelas merupakan fitoplankton dan 5 kelas termasuk kedalam zooplankton. Keimpahan berkisar antara 0,09 – 0,97. Dari hasil penelitian didapat bahwa pada stasiun I merupakan kelimpahan plankton tertinggi dan memiliki sifat fisika – kimia yang lebih mendukung kehidupan plankton dibanding stasiun lainnya. Keadaan fisika – kimia perairan Danau Toba menurut PP No. 82 Tahun 2001 belum melewati baku mutu yang ditetapkan.


(5)

IMPACT OF FISH CAGE CULTURE ON THE ABUNDANCE OF PLANKTON IN LAKE TOBA – HARANGGAOL

Esi Lestari Hutahaean (4113220012)

Abstract

The aim of this research to determine the physical – chemical of water and abundance of plankton in Lake Toba District Haranggaol. Data collection techniques used were observation techniques because data obtained from direct observations. This research has been done in December 2014 to January 2015. Samples was taken from three observation stations. Station 0 in center of fish cage culture. Station I in free area of fish cage culture. Station II in natural water didn’t contain of fish cage culture. Samples of plankton were pulled by using net plankton with spacing 50 m and 200 m from center of fish cage culture. The result showed that plankton organisms found as many as 24 genera that classified to 13 classes of phytoplankton and 5 classes of zooplankton. The abundance ranged from 0,09 – 0,97. From the result obtained that station I is the higher plankton abundance and physic – chemical espouse life of plankton when compared to other stations. The quality of water based on physical – chemical of Lake Toba Waterway according to PP No.82 year 2001 didn’t pass standard quality.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Abstract iv

Kata Pengantar v

Daftar Isi vi

Daftar Gambar vii

Daftar Tabel viii

Daftar Lampiran ix

BAB I. PENDAHULUAN 1

1.1Latar Belakang Masalah 1

1.2Batasan Masalah 3

1.3Rumusan Masalah 3

1.4Tujuan Penelitian 4

1.5Manfaat Penelitian 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 Danau 5

2.1.1 Profil Danau Toba di Kecamatan Haranggaol 5

2.2 Keramba Jaring Apung (KJA) 6

2.2.1 Dampak Keramba Jaring Apung 6

2.3 Plankton 11

2.3.1 Fitoplankton 12

2.3.2 Zooplankton 12

2.4 Faktor Fisik-Kimia yang Mempengaruhi Kelimpahan Plankton 14

2.4.1 Faktor Fisik 14

2.4.2 Faktor Kimia 15

BAB III METODE PENELITIAN 21

3.1 Waktu dan Tempat 21

3.1.1 Waktu Penelitian 21

3.1.2 Tempat Penelitian 21

3.2 Populasi dan Sampel 21

3.2.1 Populasi 21

3.2.2 Sampel 21

3.3 Alat dan Bahan 21

3.3.1. Alat 21

3.2.2. Bahan 22

3.4 Pengukuran Parameter Fisika – Kimia Perairan 22

3.5 Prosedur Kerja 22

3.5.1 Pengambilan Sampel Kimia Air 22


(7)

3.6 Rancangan Penelitian 23

3.7 Teknik Pengumpulan Data 24

3.8 Teknik Analisis Data 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27

4.1 Hasil Penelitian 27

4.1.1 Faktor Fisika Perairan 27

4.1.2 Faktor Kimia Perairan 27

4.1.3 Kelimpahan Plankton 28

4.2 Pembahasan 28

4.2.1 Faktor Fisika Terhadap Kelimpahan Plankton 28 4.2.1 Faktor Kimia Terhadap Kelimpahan Plankton 30 4.2.3 Kelimpahan, Keanekaragaman, dan Dominansi 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 38

5.1 Kesimpulan 38

5.2 Saran 38


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Tabel Filum Hewan yang Mewakili Zooplankton 13 3.1 Tabel Pengukuran Parameter Fisika – Kimia 22 4.1 Tabel Hasil Pengukuran Faktor Fisika Perairan

Danau Toba pada Tiga Stasiun Pengamatan 27 4.2 Tabel Hasil Pengukuran Faktor Kimia Perairan

Danau Toba pada Tiga Stasiun Pengamatan 27 4.3 Tabel Hasil Pengamatan Kelimpahan Plankton Perairan


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Kondisi KJA di Kecamatan Haranggaol 5

Gambar 2.2. Skema Dampak KJA 11


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Prosedur Pengujian Kualitas Air Danau

Toba Haranggaol 42

Lampiran 2. Data Pengamatan Uji Kualitas Air

secara Fisika 46

Lampiran 3. Rata-Rata Individu Plankton dan Indeks

Kelimpahanpada 1000 Kotak Pengamatan 47 Lampiran 4. Data Pengamatan Plankton dan Hasil Analisis

Kelimpahan, Keanekaragaman, Keseragaman,

serta Dominansi Plankton 50

Lampiran 5. Perhitungan Kelimpahan, Keanekaragaman,

Keseragaman dan Dominansi Plankton 52

Lampiran 6. Uji Anova dan Uji Tukey 54

Lampiran 7. Plankton yang Terdapat di Danau Toba –

Haranggaol 58

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian 60


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Keramba jaring apung (KJA) banyak menuai perhatian masyarakat, terkait kontroversi antara kebutuhan sosial ekonomi masyarakat dan kelestarian lingkungan, serta antara pencapaian produksi dan daya dukung perairan. Kegiatan budidaya ikan dalam jaring apung ternyata menghasilkan limbah organik yang tinggi dan pada akhirnya akan menghasilkan senyawa nitrit yang tinggi pada perairan melalui proses nitrifikasi (Badjoeri, 2010).

Pada tahun 1999 di perairan Danau Toba tercatat terdapat sekitar 2.400 unit KJA telah beroperasi dan direncanakan akan dikembangkan lagi menjadi 55.375 unit

(Arifin, 2004 dalam Badjoeri, 2010). Di Haranggaol sendiri jumlah KJA sudah

mencapai sekitar 4200 unit. Dari jumlah tersebut, sedikitnya 200 ton ikan nila keluar setiap hari dengan pemilik 351 kepala keluarga. Rata-rata ukuran keramba yang

terdapat di Haranggaol adalah sebesar 4x4 m2(Anonim, 2014). Pada tahun 2000 luas

pengembangan KJA di Haranggaol adalah sekitar 100 hektar dari 113.000 hektar kawasan perairan Danau Toba (Anonim. 2007).

Secara kasat mata di beberapa kawasan Danau Toba kita sudah bisa melihat tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan air terutama jenis eceng gondok yang telah menutupi lapisan pemukaan danau. Hal ini terjadi akibat proses eutrofikasi (pengayaan) yang merupakan suatu gejala peningkatan unsur hara, terutama fosfor dan nitrogen di suatu ekosistem air. Peningkatan unsur hara tersebut akan meningkatkan proses pertumbuhan berbagai jenis tumbuhan air yang sangat cepat sehingga terjadi ledakan populasi vegetasi yang sering disebut sebagai blooming (Barus, 2007).

Beban masukan yang nyata biasanya akan membawa partikel tersuspensi, nutrien serta bahan organik terlarut yang akan mendukung terjadinya eutrofikasi (Nurfadillah, 2012).


(12)

Hasil analisis laboratorium terhadap sampel air danau yang diambil pada waktu terjadinya kematian massal ikan mas di Perairan Haranggaol Danau Toba pada

bulan November 2004 menunjukkan bahwa nilai kelarutan oksigen atau Dissolve

Oxygen (DO) telah turun pada nilai yang sangat rendah yaitu sebesar 2,95 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan oksigen sudah sangat terbatas. Selanjutnya nilai Biochemical Oxygen Demand (BOD) sebesar 14 mg/l memberikan indikasi tingginya bahan organik dalam air. Bahan organik tersebut kemungkinan berasal dari sisa pakan yang tidak habis konsumsi oleh ikan budidaya. Demikian juga konsentrasi zat-zat nutrisi seperti fosfor dan nitrogen telah jauh melebihi ambang batas yang ditetapkan (Barus, 2004).

Penguraian bahan organik oleh mikroorganisme memerlukan oksigen dalam jumlah yang banyak. Oksigen tersebut berasal dari oksigen bebas (O2), namun bila oksigen tersebut tidak cukup maka oksigen tersebut diambil dari senyawa nitrat yang pada akhirnya senyawa nitrat berubah menjadi senyawa nitrit. Menurut Bahri, 2006

dalam Hendrawati, 2007, nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil.

Permasalahan utama yang dialami ekosistem danau Toba adalah penurunan kualitas air sebagai akibat dari limbah budidaya perikanan dalam keramba jaring apung sehingga menimbulkan pencemaran.

Zat-zat yang terlarut dalam suatu perairan dapat berupa partikel-partikel, sedimen dan materi organik. Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut di dalam air maka air akan semakin keruh, sehingga produktivitas primer menurun dan juga meningkat. Dengan meningkatnya pertumbuhan fitoplankton maka nutrisi yang dibutuhkan organisme akuatik akan terpenuhi dan nilai produktivitas primer juga meningkat, sebaliknya jika pertumbuhan fitoplankton menurun yang disebabkan oleh limbah buangan yang berasal dari keramba jaring apung, maka nilai produktivitas primer juga menurun. Hal ini juga mengakibatkan kualitas air menurun.


(13)

Unsur Nitrogen (total N) dan Fosfat (total F) yang dikandung pakan ikan merupakan sumber pencemaran air yang dapat mendorong terjadinya eutrofikasi, disamping BOD yang menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Selain itu juga hasil penguraiannya yang menyebabkan timbulnya nitrit, amonia dan sulfida akan menyebabkan pencemaran air apabila jumlahnya berlebihan sehingga melempaui daya dukung danau yang berakibat bloomingnya alga (Machbub, 2010).

Keberadaan fitoplankton dapat dijadikan sebagai bioindikator adanya perubahan lingkungan perairan yang disebabkan ketidakseimbangan suatu ekosistem akibat pencemaran (Oxbrough, 1997 dalam Ferianita, 2008). Analisis kelimpahan fitoplankton dapat memberikan gambaran kondisi perairan danau Toba (Fachrul, 2003 dalam Ferianita, 2008).

Penelitian mengenai kelimpahan plankton suatu badan perairan maka dapat diketahui tingkat kesuburan dari perairan tersebut (Lehmusluoto, 1997). Pengetahuan kategori trofik penting hubungannya dengan pemanfaatannya (Russel, 1970).

Kawasan danau Toba beserta sumber daya alam dan ekosistemnya merupakan kekayaan alam yang perlu dilestarikan untuk menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup bagi kepentingan Nasional dan Daerah. Pada kenyataannya saat ini, mutu lingkungan kawasan danau Toba semakin menurun sebagai akibat dari pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup serta akibat kegiatan yang kurang mengindahkan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan (LeTEMP, 2006

dalam Moriye, 2013).

Pengembangan perairan akan bernilai positif selama memperhatikan aspek keseimbangan ekologisnya berada dalam batas kapasitas daya dukungnya (Muhhammad Badjoeri, 2010). Dengan bertitik tolak dari permasalahan yang ditimbulkan oleh KJA, maka peneliti akan melakukan riset mengenai kelimpahan plankton di perairan danau Toba Haranggaol pada lokasi yang banyak mendapat pengaruh dari aktifitas keramba jaring apung (KJA).


(14)

1.2 Batasan Masalah

Dari judul penelitian tersebut peneliti akan membahas mengenai kelimpahan plankton di perairan danau Toba Haranggaol yang mendapat pengaruh dari aktifitas keramba jaring apung (KJA) dan di daerah yang bebas KJA dalam hubungannya dengan kualitas sifat fisik – kimia perairan.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sifat fisik – kimia perairan Danau Toba Haranggaol?

2. Bagaimanakah kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi

plankton di perairan Danau Toba?

1.4 Tujuan

1. Mengetahui sifat fisik – kimia perairan Danau Toba Haranggaol.

2. Mengetahui kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi

plankton di perairan Danau Toba.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk:

1. Memberikan kontribusi atau pertimbangan kepada pemkab Simalungun dalam

pengembangan atau pengendalian keramba jaring apung (KJA).

2. Sebagai acuan atau referensi bagi peneliti lain yang memiliki keterkaitan


(15)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai kelimpahan plankton dan keterkaitannya dengan kualitas air di perairan Danau Toba Haranggaol dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sifat fisik – kimia Perairan Danau Toba berdasarkan PP No.82 Tahun 2001

masih dalam kondisi yang baik, yaitu masuk ke dalam perairan Kelas I, karena tidak melewati baku mutu yang sudah ditetapkan

2. Plankton yang ditemukan pada keenam stasiun tersebut terdiri dari 13 kelas yang

terdiri dari 7 kelas fitoplankton yaitu Bacillariophyceae, Chyanophyceae,

Chlorophyceae, Euglenophyceae, Xanthophyceae, Zygnemataceae,

Aphanochaeceae, Cyanophyceae, Florideophyceae dan 5 kelas zooplankton yaitu

Crustaceae, Turbellaria, Gastropoda, Ciliophora, dan Rhizopoda.

3. Nilai kelimpahan tertinggi berada pada stasiun I dan kelimpahan terendah berada

pada stasiun II.

4. Indeks keanekaragaman tertinggi berada pada stasiun 0 dan yang terendah berada

pada stasiun I.

5. Indeks keseragaman tertinggi berada pada stasiun 0 dan yang terendah berada

pada stasiun I.

6. Indeks Dominansi tertinggi berada pada stasiun I dan yang terendah berada pada

stasiun 0 .

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap kelimpahan dan keanekaragaman plankton pada siang dan malam hari. Hal ini bertujuan untuk melihat lebih lanjut kelimpahan dan keanekaragaman plankton berdasarkan perbedaan waktu siang dan malam di Perairan Danau Toba khususnya di Kecamatan Haranggaol.


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: ANDI

Agustiningsih, Dyah. (2012)., Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran Berdasarkan Penggunaan Lahan di Sungai Blukar Kabupaten Kendal.

Semarang: FT. Universitas Diponegoro. Prosiding Seminar Nasional

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

Anonim. (2007). Haranggaol Belum Ada Alternatif, Siapa Peduli?.

http://ernagirsang.wordpress.com. Diakses tanggal 20 Desember 2014. Anonim. 2014. Keramba Jaring Apung Dongkrak Ekonomi Masyarakat Haranggaol.

Medanbisnisdaily.com. Diakses tanggal 16 Desember 2014.

Aslianti, Titiek. (2010). Pemeliharaan Gelondongan Kerapu Sunu (Plectropomus leopardus) dengan Persentase Pergantian Air yang Berbeda. Bali: Balai Riset

Perikanan Budidaya Laut. Volume 2, Nomor 2, Hal.26-33.

Astuti, Rina. (2012). Kelimpahan Beberapa Jenis Mikroalga Diatom di Perairan

Pulau Gumilamo-Magaliho, Halmhera Utara. Bali: Balai Besar Penelitian

dan Pengembangan Budidaya Laut.

Auldry. (2010). Kajian Parameter Kimia Fosfat di Perairan Danau Sentani

Berwawasan Lingkungan. Jayapura: FMIPA Universitas Cendrawasih

Badjoeri, Muhhammad. 2010. Distribusi dan Kelimpahan Populasi Bakteri Heterotrofik di Danau Toba. LIPI: Laboratoruin Mikrobiologi Pusat. LIMNOTEK (2010) 17(2):181-190

Barus, Ternala., (1996). Metode Ekologis untuk Menilai Kualitas suatu Perairan

Lotik. Medan: FMIPA USU

.(2004). Faktor-faktor Lingkungan Abiotik dan Keanekaragaman

Plankton sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba. Yogyakarta: UGM

.(2004). Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.

Medan: USU Press

.(2007). Keanekaragaman Hayati Ekositem Danau Toba dan Upaya

Pelestariannya. Medan: FMIPA USU

.(2008). Produktivitas Primer Fitoplankton dan Hubungannya dengan Faktor Fisika-Kimia Air di Perairan Parapat, Danau Toba. Medan: Departemen Biologi USU. Volume 3.No.1.Halaman 11-16

Basmi, J.(1992). Ekologi Plankton. Bogor: Fakultas Perikanan Bogor

Brahmana, Pembela. (2001). Ekologi Laut. Jakarta: Universitas Terbuka

Diana, Kadek. (2007). Pencemaran Air Tanah Akibat Pembuangan Limbah Domestik di Lingkungan Kumuh. Bali: FT Universitas Udayana. 5(2): 62-108

Effendi, Hefni. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kansius

Effendi, Sagala. (2012). Penuntun Praktikum Planktonologi. Palembang: FMIPA


(17)

Efrizal. (2006). Hubungan Beberapa Parameter Kualitas Air dengan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Pulau Penyengat Kota Tanjung Pinang Provinsi

Kepulauan Riau. Tanjungpinang: Maritim University of Raja Ali Haji

Erlania. (2010). Dampak Manajemen Pakan dari Kegiatan Budidaya Ikan Nila (Oreochromis nilpticus) di Keramba Jaring Apung Terhadap Kualitas

Perairan Danau Maninjau. Jakarta: Pusat Riset Perikanan Budidaya

Ferianita, Melati. (2008). Komposisi dan Model Kelimpahan Fitoplankton di Perairan

Sungai Ciliwung, Jakarta.Jakarta: Universitas Trisakti. 9(4): 296-300.

Handayani, Sri. (2005). Komunitas Zooplankton di Perairan Waduk Krenceng,

Cilegon, Banten.Depok. Universitas Indonesia. 9(2): 75-80.

Hendrawati. (2007). Analisis Kadar Phosfat dan N-Nitrogen (Amonia, Nitrat, Nitrit) pada Tambak Air Payau akibat Rembesan Lumpur Lapindo di Sidoarjo,

Jawa Timur. Jakarta Timur: Badan Riset Kelautan dan Perikanan

Junaidi, Endri. (2013). Komunitas Plankton di Perairan Sungai Ogan Kabupaten

Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Palembang: FMIPA Sriwijaya.

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013.

Lehmusluoto, P.O. (1977). Introduction To Phytoplankton Primary Productivity in

Waters. United Nations Development Programme OTC/SE.

Luthfia. (2013). Keanekaragaman Zooplankton di Perairan Sungai Telo Kecamatan

Selat Kabupaten Kapuas. Jurnal Wahana-Bio Volume X, Desember 2013.

Machbub, Badruddin. 2012. Model Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran

Air Danau dan Waduk.6(2):103-204.

Michael, P. 1995. Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: UI

Press

Moriye, Eko. (2013). Penentuan Kelas Kemampuan Lahan Daerah Tangkapan Air Danau Toba Menggunakan Metode Scoring. Medan: Fakultas Pertanian USU. 1(3).2013

Nurfadillah. (2012). Komunitas Fitoplankton di Perairan Danau Laut Tawar Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Banda Aceh: Universitas Syah Kuala. ISSN 2089-7790.

Pontoh, Otniel. (2012). Analisa Usaha Budidaya Ikan Dalam Jaring Apung di Desa Tandengan Kecamatan Eris, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Manado: Universitas Sam Ratulangi. 2(7): 1424-1428.

Peraturan Pemerintah. No 82. Tahun 2001. Pengelolaan Kualitas ai dan Pengendalian

Pencemaran Air.

Priadie, Bambang. (2012). Teknik Bioremediasi Sebagai Alternatif dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air. Bandung: Pusat Litbang Sumber Daya Air. 10(1): 38

Purwanti, Sri. (2011). Komunitas Plankton pada saat Pasang dan Surut di Perairan

Muara Sungai Demaan Kabupaten Jepara. Semarang: Laboratorium


(18)

Rahayu, Sri. (2013). Struktur Komunitas Zooplankton di Muara Sungai Mempawah

Kabupaten Pontianak Berdasarkan Pasang Surut Air Laut. Pontianak:

FMIPA Universitas Tanjungpura. 2(2):49-55

Russel, W.D. (1970). A Life of Invertebrates. New York: Mac Millan, Publishing

Co.Inc

Salam, Apdus. (2010). Analisis Kualitas Air Situ Bungur Ciputat Berdasarkan Indeks

Keanekaragaman Fitoplankton. Jakarta: Skripsi Departemen Biologi UIN

Syarif Hidayatullah

Silalahi, Juliana. (2010). Analisi Kualitas Air dan Hubungannya dengan Keanekaragaman Vegetasi Akuatik di Perairan Balige Danau Toba. Medan:

Tesis Pascasarjana Biologi USU

Situmorang, Manihar. (2007). Kimia Lingkungan. Medan: FMIPA Unimed

Sukadi. (1999). Pencemaran Sungai Akibat Buangan Limbah dan Pengaruhnya

Terhadap BOD dan DO. Bandung: FT. IKIP Bandung

Sudrajat, Achmad. (2010). Evaluasi Perairan Waduk Cirata sebagai Kawasan Budidaya Ikan dalam Mendukung Peningkatan Ketahanan Pangan. Jakarta:

Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan.

Thoha, Hikmah. (2004)., Kelimpahan Plankton di Perairan Bangka-Belitung dan Laut

Cina Selatan, Sumatera, Mei-Juni 2002. Jakarta: Pusat Penelitian

Oseanografi, LIPI. 8(3): 96-102

,. (2011)., Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan

Kalimantan Selatan. Kalimantan: Pusat Penelitian Oseanografi, LIPI.

37(2):37-382

Wijaya, Trian. (2009). Struktur Komunitas Fitoplankton sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Danau Rawapening Kabupaten Semarang Jawa Tengah.

Bandung: Laboratorium Ekologi dan Biosistematika FMIPA Undip, Hal

55-61

Yazwar. (2008). Keanekaragaman Plankton dan Keterkaitannya dengan Kualitas Air

di Parapat Danau Toba. Tesis Pascasarjana Biologi USU

Yudo, Satmoko. (2010). Kondisi Kualitas Air Sungai Ciliwung di Wilayah DKI Jakarta ditinjau dari Parameter Organik, Amoniak, Fosfat, Deterjen dan Bakteri Coli. Jakarta: Pusat Teknologi Lingkungan. 6(1).2010

Yusuf, Chandika. 2011. Budidaya Ikan Kerapu, Sistem Keramba Jaring Apung dan


(1)

Unsur Nitrogen (total N) dan Fosfat (total F) yang dikandung pakan ikan merupakan sumber pencemaran air yang dapat mendorong terjadinya eutrofikasi, disamping BOD yang menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Selain itu juga hasil penguraiannya yang menyebabkan timbulnya nitrit, amonia dan sulfida akan menyebabkan pencemaran air apabila jumlahnya berlebihan sehingga melempaui daya dukung danau yang berakibat bloomingnya alga (Machbub, 2010).

Keberadaan fitoplankton dapat dijadikan sebagai bioindikator adanya perubahan lingkungan perairan yang disebabkan ketidakseimbangan suatu ekosistem akibat pencemaran (Oxbrough, 1997 dalam Ferianita, 2008). Analisis kelimpahan fitoplankton dapat memberikan gambaran kondisi perairan danau Toba (Fachrul, 2003 dalam Ferianita, 2008).

Penelitian mengenai kelimpahan plankton suatu badan perairan maka dapat diketahui tingkat kesuburan dari perairan tersebut (Lehmusluoto, 1997). Pengetahuan kategori trofik penting hubungannya dengan pemanfaatannya (Russel, 1970).

Kawasan danau Toba beserta sumber daya alam dan ekosistemnya merupakan kekayaan alam yang perlu dilestarikan untuk menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup bagi kepentingan Nasional dan Daerah. Pada kenyataannya saat ini, mutu lingkungan kawasan danau Toba semakin menurun sebagai akibat dari pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup serta akibat kegiatan yang kurang mengindahkan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan (LeTEMP, 2006 dalam Moriye, 2013).

Pengembangan perairan akan bernilai positif selama memperhatikan aspek keseimbangan ekologisnya berada dalam batas kapasitas daya dukungnya (Muhhammad Badjoeri, 2010). Dengan bertitik tolak dari permasalahan yang ditimbulkan oleh KJA, maka peneliti akan melakukan riset mengenai kelimpahan plankton di perairan danau Toba Haranggaol pada lokasi yang banyak mendapat pengaruh dari aktifitas keramba jaring apung (KJA).


(2)

1.2 Batasan Masalah

Dari judul penelitian tersebut peneliti akan membahas mengenai kelimpahan plankton di perairan danau Toba Haranggaol yang mendapat pengaruh dari aktifitas keramba jaring apung (KJA) dan di daerah yang bebas KJA dalam hubungannya dengan kualitas sifat fisik – kimia perairan.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sifat fisik – kimia perairan Danau Toba Haranggaol?

2. Bagaimanakah kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi plankton di perairan Danau Toba?

1.4 Tujuan

1. Mengetahui sifat fisik – kimia perairan Danau Toba Haranggaol.

2. Mengetahui kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dan dominansi plankton di perairan Danau Toba.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk:

1. Memberikan kontribusi atau pertimbangan kepada pemkab Simalungun dalam pengembangan atau pengendalian keramba jaring apung (KJA).

2. Sebagai acuan atau referensi bagi peneliti lain yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai kelimpahan plankton dan keterkaitannya dengan kualitas air di perairan Danau Toba Haranggaol dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sifat fisik – kimia Perairan Danau Toba berdasarkan PP No.82 Tahun 2001 masih dalam kondisi yang baik, yaitu masuk ke dalam perairan Kelas I, karena tidak melewati baku mutu yang sudah ditetapkan

2. Plankton yang ditemukan pada keenam stasiun tersebut terdiri dari 13 kelas yang terdiri dari 7 kelas fitoplankton yaitu Bacillariophyceae, Chyanophyceae, Chlorophyceae, Euglenophyceae, Xanthophyceae, Zygnemataceae, Aphanochaeceae, Cyanophyceae, Florideophyceae dan 5 kelas zooplankton yaitu Crustaceae, Turbellaria, Gastropoda, Ciliophora, dan Rhizopoda.

3. Nilai kelimpahan tertinggi berada pada stasiun I dan kelimpahan terendah berada pada stasiun II.

4. Indeks keanekaragaman tertinggi berada pada stasiun 0 dan yang terendah berada pada stasiun I.

5. Indeks keseragaman tertinggi berada pada stasiun 0 dan yang terendah berada pada stasiun I.

6. Indeks Dominansi tertinggi berada pada stasiun I dan yang terendah berada pada stasiun 0 .

5.2 Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap kelimpahan dan keanekaragaman plankton pada siang dan malam hari. Hal ini bertujuan untuk melihat lebih lanjut kelimpahan dan keanekaragaman plankton berdasarkan perbedaan waktu siang dan malam di Perairan Danau Toba khususnya di Kecamatan Haranggaol.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. (2004). Kimia Lingkungan. Yogyakarta: ANDI

Agustiningsih, Dyah. (2012)., Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran Berdasarkan Penggunaan Lahan di Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Semarang: FT. Universitas Diponegoro. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

Anonim. (2007). Haranggaol Belum Ada Alternatif, Siapa Peduli?. http://ernagirsang.wordpress.com. Diakses tanggal 20 Desember 2014. Anonim. 2014. Keramba Jaring Apung Dongkrak Ekonomi Masyarakat Haranggaol.

Medanbisnisdaily.com. Diakses tanggal 16 Desember 2014.

Aslianti, Titiek. (2010). Pemeliharaan Gelondongan Kerapu Sunu (Plectropomus leopardus) dengan Persentase Pergantian Air yang Berbeda. Bali: Balai Riset Perikanan Budidaya Laut. Volume 2, Nomor 2, Hal.26-33.

Astuti, Rina. (2012). Kelimpahan Beberapa Jenis Mikroalga Diatom di Perairan Pulau Gumilamo-Magaliho, Halmhera Utara. Bali: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut.

Auldry. (2010). Kajian Parameter Kimia Fosfat di Perairan Danau Sentani Berwawasan Lingkungan. Jayapura: FMIPA Universitas Cendrawasih Badjoeri, Muhhammad. 2010. Distribusi dan Kelimpahan Populasi Bakteri

Heterotrofik di Danau Toba. LIPI: Laboratoruin Mikrobiologi Pusat. LIMNOTEK (2010) 17(2):181-190

Barus, Ternala., (1996). Metode Ekologis untuk Menilai Kualitas suatu Perairan Lotik. Medan: FMIPA USU

.(2004). Faktor-faktor Lingkungan Abiotik dan Keanekaragaman Plankton sebagai Indikator Kualitas Perairan Danau Toba. Yogyakarta: UGM

.(2004). Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan. Medan: USU Press

.(2007). Keanekaragaman Hayati Ekositem Danau Toba dan Upaya Pelestariannya. Medan: FMIPA USU

.(2008). Produktivitas Primer Fitoplankton dan Hubungannya dengan Faktor Fisika-Kimia Air di Perairan Parapat, Danau Toba. Medan: Departemen Biologi USU. Volume 3.No.1.Halaman 11-16

Basmi, J.(1992). Ekologi Plankton. Bogor: Fakultas Perikanan Bogor Brahmana, Pembela. (2001). Ekologi Laut. Jakarta: Universitas Terbuka

Diana, Kadek. (2007). Pencemaran Air Tanah Akibat Pembuangan Limbah Domestik di Lingkungan Kumuh. Bali: FT Universitas Udayana. 5(2): 62-108

Effendi, Hefni. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kansius

Effendi, Sagala. (2012). Penuntun Praktikum Planktonologi. Palembang: FMIPA Universitas Sriwijaya


(5)

Efrizal. (2006). Hubungan Beberapa Parameter Kualitas Air dengan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Pulau Penyengat Kota Tanjung Pinang Provinsi Kepulauan Riau. Tanjungpinang: Maritim University of Raja Ali Haji

Erlania. (2010). Dampak Manajemen Pakan dari Kegiatan Budidaya Ikan Nila (Oreochromis nilpticus) di Keramba Jaring Apung Terhadap Kualitas Perairan Danau Maninjau. Jakarta: Pusat Riset Perikanan Budidaya

Ferianita, Melati. (2008). Komposisi dan Model Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Sungai Ciliwung, Jakarta. Jakarta: Universitas Trisakti. 9(4): 296-300. Handayani, Sri. (2005). Komunitas Zooplankton di Perairan Waduk Krenceng,

Cilegon, Banten. Depok. Universitas Indonesia. 9(2): 75-80.

Hendrawati. (2007). Analisis Kadar Phosfat dan N-Nitrogen (Amonia, Nitrat, Nitrit) pada Tambak Air Payau akibat Rembesan Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Jakarta Timur: Badan Riset Kelautan dan Perikanan

Junaidi, Endri. (2013). Komunitas Plankton di Perairan Sungai Ogan Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Palembang: FMIPA Sriwijaya. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013.

Lehmusluoto, P.O. (1977). Introduction To Phytoplankton Primary Productivity in Waters. United Nations Development Programme OTC/SE.

Luthfia. (2013). Keanekaragaman Zooplankton di Perairan Sungai Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas. Jurnal Wahana-Bio Volume X, Desember 2013. Machbub, Badruddin. 2012. Model Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran

Air Danau dan Waduk. 6(2):103-204.

Michael, P. 1995. Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: UI Press

Moriye, Eko. (2013). Penentuan Kelas Kemampuan Lahan Daerah Tangkapan Air Danau Toba Menggunakan Metode Scoring. Medan: Fakultas Pertanian USU. 1(3).2013

Nurfadillah. (2012). Komunitas Fitoplankton di Perairan Danau Laut Tawar Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh. Banda Aceh: Universitas Syah Kuala. ISSN 2089-7790.

Pontoh, Otniel. (2012). Analisa Usaha Budidaya Ikan Dalam Jaring Apung di Desa Tandengan Kecamatan Eris, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Manado: Universitas Sam Ratulangi. 2(7): 1424-1428.

Peraturan Pemerintah. No 82. Tahun 2001. Pengelolaan Kualitas ai dan Pengendalian Pencemaran Air.

Priadie, Bambang. (2012). Teknik Bioremediasi Sebagai Alternatif dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air. Bandung: Pusat Litbang Sumber Daya Air. 10(1): 38

Purwanti, Sri. (2011). Komunitas Plankton pada saat Pasang dan Surut di Perairan Muara Sungai Demaan Kabupaten Jepara. Semarang: Laboratorium Eekologi dan Biosistematik, Undip.


(6)

Rahayu, Sri. (2013). Struktur Komunitas Zooplankton di Muara Sungai Mempawah Kabupaten Pontianak Berdasarkan Pasang Surut Air Laut. Pontianak: FMIPA Universitas Tanjungpura. 2(2):49-55

Russel, W.D. (1970). A Life of Invertebrates. New York: Mac Millan, Publishing Co.Inc

Salam, Apdus. (2010). Analisis Kualitas Air Situ Bungur Ciputat Berdasarkan Indeks Keanekaragaman Fitoplankton. Jakarta: Skripsi Departemen Biologi UIN Syarif Hidayatullah

Silalahi, Juliana. (2010). Analisi Kualitas Air dan Hubungannya dengan Keanekaragaman Vegetasi Akuatik di Perairan Balige Danau Toba. Medan: Tesis Pascasarjana Biologi USU

Situmorang, Manihar. (2007). Kimia Lingkungan. Medan: FMIPA Unimed

Sukadi. (1999). Pencemaran Sungai Akibat Buangan Limbah dan Pengaruhnya Terhadap BOD dan DO. Bandung: FT. IKIP Bandung

Sudrajat, Achmad. (2010). Evaluasi Perairan Waduk Cirata sebagai Kawasan Budidaya Ikan dalam Mendukung Peningkatan Ketahanan Pangan. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan.

Thoha, Hikmah. (2004)., Kelimpahan Plankton di Perairan Bangka-Belitung dan Laut Cina Selatan, Sumatera, Mei-Juni 2002. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi, LIPI. 8(3): 96-102

,. (2011)., Komposisi dan Kelimpahan Fitoplankton di Perairan Kalimantan Selatan. Kalimantan: Pusat Penelitian Oseanografi, LIPI. 37(2):37-382

Wijaya, Trian. (2009). Struktur Komunitas Fitoplankton sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Danau Rawapening Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Bandung: Laboratorium Ekologi dan Biosistematika FMIPA Undip, Hal 55-61

Yazwar. (2008). Keanekaragaman Plankton dan Keterkaitannya dengan Kualitas Air di Parapat Danau Toba. Tesis Pascasarjana Biologi USU

Yudo, Satmoko. (2010). Kondisi Kualitas Air Sungai Ciliwung di Wilayah DKI Jakarta ditinjau dari Parameter Organik, Amoniak, Fosfat, Deterjen dan Bakteri Coli. Jakarta: Pusat Teknologi Lingkungan. 6(1).2010

Yusuf, Chandika. 2011. Budidaya Ikan Kerapu, Sistem Keramba Jaring Apung dan Tancap. Jakarta: WWF-Indonesia