Fauna Tanah POPULASI DAN KEANEKARAGAMAN MESOFAUNA TANAH DAN SERASAH DI HUTAN TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

pada awalnya merupakan suatu Suaka Margasatwa. Status ini diberikan karena kawasan tersebut merupakan habitat untuk berbagai spesies satwa liar yang dilindungi. Dalam Kongres Taman Nasional Sedunia III di Bali tanggal 14 Oktober 1982, kawasan tersebut diresmikan sebagai Taman Nasional berdasarkan Pernyataan Menteri Pertanian No.736MentanX1982 BTNBBS, 1999. TNBBS seluas 356.800 ha membentang dari ujung Selatan Propinsi Bengkulu sampai ujung Selatan Propinsi Lampung. Secara administratif TNBBS termasuk dalam Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Tanggamus Propinsi Lampung serta Kabupaten Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu. TNBBS secara geografis terletak antara 4º 33’-5º 57’ LS-103º 23’-104º 43’ BT. Topografi kawasan beragam dari datar, landai, bergelombang, berbukit-bukit, curam dan bergunung- gunung. Ketinggian kawasan TNBBS berkisar dari 0 sampai 1.964 m dpl. Puncak tertinggi adalah Gunung Palung di sebelah barat Danau Ranau. Bagian timur kawasan memiliki kelerengan yang cukup curam dibandingkan dengan bagian barat kawasan yang lebih landai. Bagian utara kawasan memiliki kelerengan antara 20-80, dan bagian selatan merupakan daerah yang landai BTNBBS, 1999. Kawasan TNBBS terdiri dari Batuan Endapan Miosin Bawah, Neogen, Paleosik Tua, Aluvium, Batuan Vulkanik Recent, Kuatener Tua, Andesit Tua, Basa Intermediet dan Batuan Plutohik Batuan Asam. Tipe tanah yang terluas adalah Batuan Vulkanik yang terdapat di bagian tengah dan utara kawasan. Kawasan terdiri dari tipe tanah Alluvial, Rensina, Latosol, Podsolik merah kuning dan dua jenis Andosol yang berbeda dalam bahan induknya. Jenis tanah dengan penyebaran terluas adalah Podsolik merah kuning dengan sifatnya yang labil dan rawan erosi BTNBBS, 1999. Menurut Schmidt dan Ferguson kawasan TNBBS memiliki tipe iklim A dan B, sedangkan menurut Koppen kawasan ini termasuk dalam tipe iklim A. Dimana musim hujan berlangsung dari November sampai dengan Mei, musim kemarau berlangsung dari Juni sampai Agustus. Jumlah hari hujan dimusim hujan rata-rata 10-16 hari per bulan. Curah hujan rata-rata berkisar antara 3.000-3.500 mm per tahun BTNBBS, 1999. TNBBS memiliki berbagai tipe ekosistem yang mencakup tipe vegetasi hutan mangrove, hutan pantai, sampai hutan pegunungan. Hutan pantai meliputi 3.568 ha, hutan hujan dataran rendah 0-500 m dpl meliputi 160.560 ha, hutan hujan bukit 500-1000 m dpl 121.312 ha sementara untuk ketinggian di atas 1.000 m dpl terdiri dari hutan hujan pegunungan bawah seluas 60.656 ha dan hutan hujan pegunungan tinggi 10.704 ha BTNBBS, 1999. Kawasan TNBBS merupakan bagian hulu dari sungai-sungai yang akan mengalir ke daerah permukiman dan pertanian di daerah hilir sehingga berperan sangat penting sebagai daerah tangkapan air dan melindungi sistem tata air. Sebagian besar dari sungai-sungai yang ada mengalir ke arah Barat dan bermuara di Samudera Indonesia sementara sebagian lagi bermuara ke Teluk Semangka. Di bagian ujung Selatan taman nasional terdapat danau yang dipisahkan hanya oleh pasir pantai selebar puluhan meter yaitu Danau Menjukut 150 ha. Di bagian tengah terdapat 4 danau berdekatan yaitu Danau Asam 160 ha, Danau Lebar 60 ha, Danau Minyak 10 ha dan Danau Belibis 3 ha. Sementara bagian Tenggara, Selatan dan Barat Taman Nasional dikelilingi oleh lautan yaitu perairan Teluk Semangka, Tanjung Cina dan Samudera Indonesia BTNBBS, 1999. Di kawasan TNBBS telah teridentifikasi 471 jenis pohon dan 98 jenis tumbuhan bawah. Jenis yang mendominasi berasal dari famili Dipterocarpaceae, Euphorbiaceae, Lauraceae, Myrtaceae, Fagaceae, Annonaceae, dan Meliaceae. Tipe vegetasi utama dalam kawasan adalah hutan hujan tropis dengan jenis seperti meranti Shorea sp., keruing Dipterocarpus sp., rotan Callamus sp., dan temu-temuan Zingiberaceae BTNBBS, 1999. Flora khas dari TNBBS adalah bunga bangkai jangkung Amorphophalus decussilvae, bunga bangkai raksasa A. titanum, dan anggrek raksasatebu Grammatophylum speciosum. III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Barisan dari bulan April 2012 hingga November 2012. Analisis sifat kimia tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Universitas Lampung. Tempat pengambilan sampel tanah dan serasah terletak dibeberapa lokasi di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, dengan dominasi vegetasi yang berbeda- beda. Lokasi-lokasi tersebut terdiri dari, Bukit Camp Rhino 5° 30 10.68 S - 104° 25 45.62 E dengan ketinggian 600 m dpl, Bukit Kilometer 26 5° 31 41.60 S - 104° 25 46.81 E dengan ketinggian 569 m dpl, dan Bukit Pemerihan Kecil 5° 36 27.97 S - 104° 24 16.21 E dengan ketinggian 113 m dpl. Gambar 1. Peta Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah sampel tanah dan serasah hutan TNBBS, etanol 60, aquades dan larutan formalin. Alat yang digunakan adalah Tullgren atau Berlesse yang dimodifikasi, cawan petri, botol film, mikroskop stereo, jarum, oven, timbangan, gelas ukur, alat tulis, dan perlengkapan lainnya yang diperlukan.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode survei pada beberapa lokasi di TNBBS, yaitu dengan pengumpulan data langsung dari lapangan. Tanaman penutup tanah atau vegetasi yang mendominasi pada area penelitian disajikan pada Tabel 1.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Pengambilan Sampel

Lokasi yang dipilih adalah beberapa titik yang dianggap mewakili kondisi vegetasi TNBBS. Untuk masing-masing lokasi dipilih titik yang tidak terlalu miring kemiringan rendah secara visual dan bukan merupakan jalan utama. Kemudian sampel diambil dari titik-titik tersebut. Gambar 2. Ilustrasi lokasi pengambilan sampel. Tabel 1. Hasil pengukuran faktor fisik dan dominasi tegakan pada area penelitian. Lokasi Titik sampel Dominasi tegakan Suhu Tanah ºC Kelembaban Camp Rhino Bukit Kilometer 26 Pemerihan Kecil Atas Tengah Bawah Atas Tengah Bawah Tepus Hornstedtia sp. Bambu hutan Bambusa sp. Bandotan Heliatropium indicum Jelatung Ketapang Terminalia cattapa Kerempil Simpur Dilleniasp. Ketapang Terminalia cattapa Meranti Shorea sp. Bandotan Polyalthia sp. Duren hutan Durio Zibethinus Bandotan Heliatropium indicum Cengkeh Syzygium sp. KeruingDipterocarpuselongatus Simpur Dillenia sp. Angrung Trema orientalis L. Kulut Aglaia argentea Bl. Kongki Caesalpinia digyna Bernung Octomeles sumatrana Rotan Calamus sp. Gelam Melaleuca sp. Jengkol Pitchelobium jiringa Damar Shorea javanica Damar asam Porinari sp. 22,20 21,78 21,98 23,40 23,63 23,13 25,52 20,00 32,50 38,83 13,00 20,33 17,25 10,80 Sumber : Philipilus 2012

a. Pengambilan Sampel Serasah

Pada lokasi yang telah ditentukan secara acak, diambil serasah dengan luasan 50 cm x 50 cm, yang diukur dengan menggunakan bingkai kayu. Serasah yang diambil, berupa semua benda yang berada di atas tanah sesuai dengan ukuran bingkai kayu. Kemudian serasah segar tersebut dimasukkan ke dalam kantung yang telah disiapkan.