2.2 Hasil Samping Pabrik Gula
Menurut Suwardjo dan Dariah 1995, mulsa adalah berbagai macam bahan seperti jerami, serbuk gergaji, lembaran plastik tipis, tanah lepas-lepas dan sebagainya yang
dihamparkan di permukaan tanah dengan tujuan untuk melindungi tanah dan akar tanaman dari pengaruh benturan air hujan, retakan tanah, kebekuan, penguapan dan
erosi.
Sedangkan menurut Hakim et al. 1986, mulsa adalah setiap bahan yang dipakai di permukaan tanah untuk menghindari kehilangan air melalui penguapan atau untuk
menekan pertumbuhan gulma. Bahan mulsa antara lain sisa tanaman, pupuk kandang, limbah industri kayu serbuk gergaji, kertas dan plastik.
Limbah padat pabrik gula berpotensi besar sebagai sumber bahan organik yang berguna untuk kesuburan tanah. Ampas tebu bagas merupakan limbah padat yang
berasal dari perasan batang tebu untuk diambil niranya. Limbah ini banyak mengandung serat dan gabus. Ampas tebu ini memiliki aroma yang segar dan mudah
untuk dikeringkan sehingga tidak menimbulkan bau busuk. Bagas dapat dimanfaatkan sebagai mulsa atau diformulasikan dengan blotong dan abu BBA
sebagai kompos. Kandungn CN rasio dalam bagas mencapai 130 dengan kadar air 60. Ampas bagas tebu mengandung 52,67 kadar air, 55,89 C-organik; N-total
0,25 ; 0,16 P
2
O
5
; dan 0,38 K
2
O. Blotong dapat digunakan langsung sebagai pupuk, karena mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanah Kurnia, 2010.
Menurut Purnomo et al. 1995, aplikasi mulsa bagas 8 t ha
-1
mampu meningkatkan serapan fosfor dibandingkan dengan tanpa aplikasi mulsa. Afandi et al. 1995,
menambahkan bahwa pemberian mulsa 4 t ha
-1
berpengaruh nyata terhadap pori aerasi dibandingkan dengan tanpa aplikasi mulsa.
Bahan organik yang dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kuaitas tanah di PT GMP adalah limbah padat pabrik gula yang dihasilkan selama produksi di
PT GMP tersebut. Produk utama yang dihasilkan di perkebunan tebu adalah batang tebu yang dapat di proses menjadi 6-9 gula dan 91-94 limbah. Limbah padat yang
dihasilkan selama proses produksi, antara lain: ampas tebu bagas yang merupakan hasil dari proses ekstraksi cairan tebu pada batang tebu, blotong filter cake yang
hasil samping proses penjernihan nira gula, dan abu ketel ash yang merupakan sisa pembakaran atau kerak ketel pabrik gula Slamet, 2007.
Penelitian mengenai penggunaan hasil samping industri gula menunjukkan pengaruh yang sangat baik. Hasil penelitian Ismail 1987 mengenai penggunaan “bioearth”
yang merupakan kompos campuran blotong, bagas dan abu ketel menunjukkan bahwa adanya pengaruh kompos tersebut terhadap peningkatan ketersediaan hara N, P dan K
dalam tanah, kadar bahan organik, pH serta kapasitas menahan air. Hasil percobaan Riyanto 1995 yang menggunakan kompos casting bagas menunjukkan bahwa
pemberian 4-6 tonha dapat mengurangi dosis 50 pupuk NPK standar yang diberikan di Jatitujuh.
2.3 Tanaman Tebu