Menjelaskan Unsur-Unsur Drama Membaca Naskah Drama

Bahasa Indonesia untuk SD Kelas VI 122 Setiap daerah mempunyai adat istiadat yang berbeda antara yang satu dan yang lain. Tulislah salah satu kehidupan masyarakat di kota kalian yang mencerminkan adat istiadat setempat Panjang tulisan satu halaman buku pekerjaan kalian saja Drama merupakan salah satu karya sastra yang menarik. Drama dapat dipentaskan. Dalam naskah drama juga terdapat unsur-unsur instrinsik dari dalam. Setelah mempelajari uraian ini, kalian diharapkan mampu menjelaskan unsur-unsur dalam teks drama.

1. Membaca Naskah Drama

Ayo kita baca teks drama ini dengan saksama. Banyuwangi Gambar 8.2 Sang raja bersama prajurit Suasana sore hari, di depan pintu gerbang kerajaan. Nampak Prabu Menak Prakosa dan pasukannya, pulang dari medan perang. Sorak kemenangan berkumandang di seluruh kerajaan. Prajurit : ”Hidup Sang Raja” Raden Banterang : menyambut ”Selamat datang, Ayahanda” Baginda : ”Hahaha, Anakku Kemenangan ini sungguh membanggakan?” Tugas

B. Menjelaskan Unsur-Unsur Drama

Bab VIII Adat Istiadat 123 Raden Banterang : ”Saya juga bangga, Ayah” Baginda : ”Hahaha Seluruh pasukan Kerajaan Klungkung dapat kuhancurkan, bahkan rajanya tewas di ujung kerisku” Raden Banterang : ”Wah, Ayahanda memang hebat” Baginda : ”Hahaha Kamu pun harus menjadi seorang panglima perang yang hebat, Anakku Kamu adalah putra mahkota kerajaan ini Hidup dan matinya kerajaan ini ada di tanganmu Ingat, jangan ada or- ang yang dapat mengalahkan kita” Siang hari di sebuah sungai yang mengalir membelah hutan. Nampak seorang gadis sedang memetik bunga. Muncul Raden Banterang yang sedang berburu di hutan. Raden Banterang : ”Wahai Putri yang cantik, manusia atau dewikah, Tuan? Mengapa berada di tengah hutan ini seorang diri?” Sang Puteri : ”Saya manusia biasa, bukan dewi. Saya berada di tempat ini karena takut serangan musuh. Beberapa waktu yang lalu, kerajaan kami diserang musuh. Ayah saya gugur dalam mempertahankan mahkota kerajaan. Sejak saat itu, saya mengembara seorang diri di tempat ini.” Raden Banterang : terkejut ”Benarkah Tuan Putri adalah puteri Kerajaan Klungkung?” Sang Putri : ”Benar Saya adalah Surati, puteri raja Klungkung yang gugur itu” Raden Banterang : Bicara dalam hati ”Ayahkulah yang telah menghancurkan dan membunuh Raja Klungkung. Oh, kasihan gadis ini berbicara Kalau begitu, maukah Sang Puteri ke istanaku dan menikah denganku?” Sang Puteri : ”Terima kasih atas belas kasihan Pangeran” Pagi hari yang cerah, di luar istana. Nampak Surati sedang berjalan-jalan menikmati indahnya alam. Tiba-tiba muncul seorang pengemis. Pengemis : ”Surati Surati” Sang Puteri : ”Siapakah, Tuan?” Pengemis : ”Perhatikanlah aku Siapakah aku ini? Sudah lupakah kamu dengan kakakmu sendiri?” Sang Puteri : ”Aduh, Kakanda tercinta Adinda tidak menyangka dapat berjumpa dengan Kakanda. Adinda menyangka bahwa Kakanda telah gugur bersama Bahasa Indonesia untuk SD Kelas VI 124 ayahanda. Kiranya Tuhan masih memberikan perlindungan kepada kita berdua.” Pengemis : ”Surati Engkau sungguh tidak tahu malu. Mau diperistri oleh orang yang telah membunuh ayah kita. Sekarang saya hendak menuntut balas atas kematian ayah kita. Maukah engkau membantuku?” Sang Puteri : ”Maaf, Kakanda Adinda telah berhutang budi kepadanya. Dia telah menyelamatkan adinda dari penderitaan. Maaf, sekali lagi Adinda tidak dapat mengabulkan permintaan Kakanda” Pengemis : ”Huh, kamu memang anak durhaka” Suasana siang hari di tengah hutan. Nampak Raden Banterang sedang berburu. Tiba-tiba, datang seorang pengemis menghadap. Pengemis : ”Tuanku Ampunilah hamba menghadap” Raden Banterang : ”Rakyatku Ada perlu apa kamu menghadap?” Pengemis : ”Tuanku terancam bahaya maut yang direncanakan oleh permaisuri Tuanku” Raden Banterang : marah ”Apa? Jangan ngaco kamu Kau tahu, apa akibatnya jika menipuku?” Pengemis : ”Hamba tidak menipu, Tuanku Tadi pagi, hamba melihat langsung, Sang Permaisuri sedang bercaka-cakap dengan kakak iparnya tentang rencana menuntut balas kematian Raja Klungkung ayah mereka.” Raden Banterang : ”Apa buktinya?” Pengemis : ”Jika Tuanku tidak percaya, di bawah peraduan Sang Permaisuri, ada sebilah keris pusaka, yang disiapkan untuk membunuh Tuan. Silakan Tuanku membuktikannya” Suasana siang hari di muara sebuah sungai. Nampak Raden Banterang sedang murka dan menyeret Sang Permaisuri. Raden Banterang : marah ”Manusia terkutuk Tega-teganya engkau berkhianat dan mau membunuhku. Suami dan or- ang yang telah menolongmu. Itukah balasanmu kepadaku” Sang Puteri : ”Ampun, Kakanda Hamba tidak pernah berbuat sekeji itu Adinda berani bersumpah” Raden Banterang : ”Diam, Pendusta Lihat, apa yang aku bawa” menunjukkan sebilah keris. Sang Puteri : Terkejut ”Oh, keris pusaka Raja Klungkung? Darimana Kakanda memperolehnya?” Bab VIII Adat Istiadat 125 Raden Banterang : ”Hei, pembohong Keris ini ada di bawah peraduanmu Tahu Sekarang, apa jawabmu?” Sang Puteri : ”Kakanda, itu memang pusaka Ayahanda Raja Klungkung. Tapi demi Dewata Yang Agung, pusaka itu hanya dipegang oleh kakak hamba. Memang, Kakak Adinda menemui hamba di pintu gerbang istana. Ia minta Adinda agar melaksanakan niatnya, menuntut balas atas kematian Ayahanda Raja Klungkung. Tetapi, permintaan itu Adinda tolak” Raden Banterang : ”Ah, pembohong Pengkhianatan harus dihukum. Keris inilah yang akan mengakhiri hidupmu” Sang Puteri : ”Baiklah, Kakanda Hamba bersumpah bahwa hamba adalah istri yang setia pada suami dan tidak pernah merencanakan pembunuhan terhadap or- ang yang telah menolong hamba. Hamba rela menemui ajal di sungai ini. Tetapi ingatlah, jika setelah hamba mati air sungai ini berbau wangi, itu artinya hamba tidak bersalah. Tetapi jika berbau busuk berarti hamba tidak setia Selamat tinggal, Kakanda” melompat ke sungai Sebentar kemudian, bau wangi menyelimuti seluruh wilayah itu Raden Banterang : Terkejut ”Oh, Banyuwangi Banyuwangi” Banyuwangi banyu=air, wangi=harum, nama sebuah kota di Jawa Timur

2. Menjawab Pertanyaan