Biografi Gagasan dari daya khayal
76
Bahasa dan Sastra I ndonesia SMP MTs Kelas VI I
Gesang, Sang Maestro yang Bersahaja
“Si Piatu, datang menangis
ingatkan nasibnya, nasibnya yang sangatlah malangnya.
Oh, dia Si Piatu, susah tak bertemu ayah dan bundanya,
untuk selama-lamanya ...”
1 Oktober 2004 I ni Usianya Genap 87 Tahun
SEANDAINYA bocah lelaki bernama Sutadi tidak menderita sakit-sakitan, bisa jadi jagat musik Indonesia tak pernah memiliki
seorang maestro keroncong yang karyanya dikenal di berbagai belahan dunia. Dialah Gesang, komponis kondang lagu
“Bengawan Solo”, yang 1 Oktober 2004 ini tepat menginjak usia 87 tahun.
Barangkali memang sudah suratan takdir. Ayahanda Sutadi yang bernama Martodihardjo, akhirnya mengganti nama anak
lelaki paling bontot itu dengan Gesang. Sepotong nama yang sangat bermakna, yakni hidup dan membawa si pemiliknya
sampai usia 87 tahun. Selama itu pula, Gesang mengabdikan hidup di jagat seni musik keroncong dengan karya-karya
bermutu.
Kisah hidup Gesang yang semasa kecilnya berada di lingkungan juragan batik Kampung Kemlayan, kini di usianya
yang kian renta dan sering sakit-sakitan, jiwa seni Gesang tetap seperti semasa mudanya. Kendati jalannya tertatih-tatih dan
gerakan seniman tua itu juga semakin lamban, dia masih cukup bergairah jika diundang ke pentas musik keroncong. Postur
tubuhnya yang tetap tegap, juga menyiratkan betapa semangat hidup Gesang seperti tak pernah surut.
Darah seni yang mengalir di tubuh Gesang, sudah lama menggelegak sejak masa kanak-kanaknya. Bahkan, tatkala anak-
anak sebayanya termasuk kakak kandungnya yang dipanggil Mas Yazid menggemari olahraga keras seperti sepakbola, Gesang
kecil lebih senang bersenandung, dalam bahasa Jawa disebut rengeng-rengeng. Dari kebiasaan rengeng-rengeng sambil
berimajinasi itulah, pada gilirannya Gesang melahirkan karya- karya lagu berirama keroncong yang liriknya sederhana namun
mengena.
77
Pelajaran 7
Tokoh
Pertama kali Gesang menggubah lagu adalah pada tahun 1934. Ketika usianya belum genap 20 tahun. Gesang telah
menghasilkan lagu yang dia beri judul “Si Piatu”. Sebuah rumah bertipe-36 di Pelumnas-Palur, Karanganyar,
Solo, barangkali adalah satu-satunya harta benda paling berharga yang dimiliki Gesang. Rumah pemberian Gubernur Jawa Tengah
Soepardjo Rustam itu, baru diperoleh saat Gesang mencapai usia 62 tahun. Selain itu, ada juga simpanan uang di bank yang
berasal dari para donatur, seperti Yayasan Gesang yang menghimpun dana dari Jepang atau dari royalti lagu “Bengawan
Solo” yang dikumpulkan Rinto Harahap dan lain-lain.
Namun dana abadi itu hanya bisa digunakan Gesang dari bunganya untuk biaya hidup di hari tuanya. Itupun sebagian
pernah digasak penjambret. Kejadiannya sewaktu Gesang pulang dari bank membawa uang sebanyak Rp 5 juta untuk persiapan
Lebaran. Kehilangan itu dia ikhlaskan karena Gesang tak ingin masalah itu menjadi beban.
Gesang yang lahir dari keluarga pengusaha batik, memang telah menjatuhkan pilihan menekuni jagad seni musik
keroncong. Tekadnya hidup di jalur seni musik keroncong yang diakui sebagai khas Indonesia itu, tampak tatkala dia menolak
pemberian mendiang ayahnya, berupa toko batik.
Gesang yang hanya menyelesaikan pendidikan kelas lima Sekolah Rakyat Ongko Loro, termasuk seniman berbakat alam
yang sulit dicari tandingannya. Itu pula sebabnya, komponis Gesang menyimpan sederet penghargaan dari berbagai lembaga.
Piagam penghargaan yang diterima dari dalam negeri, seperti dari wali kota, gubernur, Dephankam, Deppen dan yang
tertinggi penghargaan hadiah seni dari Presiden RI. Gesang juga mendapat penghargaan dari Oisca International untuk karyanya
sebagai pencipta lagu “Bengawan Solo”.
Perjalanan hidup Gesang sepanjang 87 tahun memang begitu panjang. Berbagai kota di tanah air telah dia kunjungi dan kota-
kota di mancanegara pun, seperti Singapura, Jepang, Suriname, dan lain-lain pernah dia datangi. Semua itu tiada lain untuk
mengumandangkan lagunya yang legendaris, “Bengawan Solo”.
Di usianya yang ke-87 sekarang ini, komponis Gesang adalah sebuah aset yang sangat berharga di tanah air. Dalam
kerentanannya, Gesang tidak lagi seperti semasa mudanya. Di hari-hari tuanya, Gesang yang memiliki hobi memelihara burung
kicauan tidak lagi dapat mencari belalang di ladang-ladang untuk
78
Bahasa dan Sastra I ndonesia SMP MTs Kelas VI I
Tokoh idola biasanya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. 1
Banyak dikagumi masyarakat. 2. Ahli di bidangnya.
3. Mempunyai prestasi yang menonjol. 4. Dapat menjadi panutanteladan.