Merefleksi I si Puisi
82
Bahasa dan Sastra I ndonesia SMP MTs Kelas VI I
Dengan puisi aku menangis Jarum waktu bila kejam mengiris
Dengan puisi aku mengetuk Nafas zaman yang busuk
Dengan puisi aku berdoa Perkenankanlah kiranya
Taufik I smail
Setelah kalian mencermati, menentukan makna konotasi dan denotasinya, maka makna seluruh isi puisi tersebut sebagai
berikut.
Penyair berharap dengan puisinya ia ingin bernyanyi sampai lanjut usia. Dengan puisi, ia juga ingin menyayangi
sekitarnya. Dengan puisi pula ia ingin merenungkan kehidupan yang telah dilaluinya dan kehidupan yang akan
datang. Penyair juga mengutuk keadaan masyarakat yang telah rusak, jauh dari norma dan etika. Tetapi penulis tetap
berdoa agar semua berubah ke arah yang lebih baik.
1. Baca puisi berikut ini dengan saksama 2. Tentukan makna denotasi dan konotasinya
3. Refleksikan isi puisi tersebut 4. Diskusikanlah hasil refleksimu dengan kawanmu
Bulan
Bulan sahabatku, mengapa engkau kelihatan muram? Adakah keresahan dalam dadamu yang datangnya tiba-tiba.
Katakanlah, barangkali saya dapat menolongmu. Bulan sahabatku, mungkinkah engkau marah karena pagi
tadi di sekolah nilai ulanganku mendapat angka lima. Kalau begitu maafkanlah, itu memang kesalahanku.
Bulan sahabatku, lihatlah matamu berkaca-kaca Karena dari tadi engkau cemberut saja. Baiklah saya berjanji akan
belajar lebih giat lagi karena ingin melihat engkau tersenyum kembali.
Sherly Malinton
83
Pelajaran 7
Tokoh
Sebelum kalian membaca cerpen berikut ini, tahu kah kalian yang dimaksud dengan cerpen? Cerpen atau cerita
pendek merupakan cerita rekaan atau fiksi. Walaupun bukan cerita sebenarnya, tetapi logis masuk akal dalam kehidupan
sebenarnya.
Bacalah cerpen berikut i ni
Wajah di Balik Jendela
Odi tengah menyelesaikan tugas menggambarnya ketika merasa ada yang tak beres di kamarnya. Ia segera meletakkan
pensil gambarnya dan mengamati keadaan kamar. Semua seperti biasanya. Tetapi, ketika Odi melihat ke jendela kamar,
ia baru sadar, kaca nako belum tertutup sempurna. Angin yang bertiup masuk itulah yang membuat perasaannya tak
tenteram.
Sambil merapatkan kaca nako, Odi mengamati keadaan di luar. Ia merasa heran melihat daun palem yang tumbuh
belum seberapa tinggi itu bergoyang. “Tidak mungkin digoyang angin. Ah, pasti ada kucing yang
lewat tadi,” pikir Odi menenteramkan hati. Odi kembali ke meja belajar, meneruskan pekerjaannya
yang belum tuntas. Tetapi beberapa menit kemudian, ia merasa ingin menoleh sekali lagi ke jendela kamar.
Odi berpekik kaget. Secara spontan, ia langsung menghamburkan langkahnya keluar kamar menuju kamar
bang Agus di sebelah kamarnya. “Ada apa dengan kamu, Di?” tanya bang Agus ketika
melihat Odi yang tiba-tiba masuk ke kamarnya dengan wajah pucat pasi.
“Ada hantu ... ah, atau mungkin ...” Odi gugup.