Pegertian fawatihus suwar ialah ilmu yang mengkaji pembukaan Muhkam yaitu ayat yang maknanya sudah jelas misal: al- Baqarah sebab-sebab terjadinya tasyabuh dalam Al-Qur’an pandangan dan sikap ulama tentang ayat-ayat mutasyabihat hikmah keberadaan a

Copyright © by J? | 5 Makkiyah adalah ayat-ayat yang berisi cerita –cerita umat dan para nabi atau rasul dahulu. Sedangkan madaniyah adalah ayat-ayat yang berisi hukum hudud, faraid, dan sebagainya

2. Perbedaan antara ayat makkiyah dan madaniyah

1. Perbedaan pada konteks kalimat

- Kebanyakan ayat-ayat makiyyah memakai konteks kalimat tegas dan lugas karena kebanyakan objek yang di dakwahi menolak dan berpaling, maka hanya cocok mempergunakan konteks kalimat yang tegas. Baca: Al-Mudatsir, Al-Qamar Sedangkan ayat-ayat madaniyyah kebanyakan mempergunakan konteks kalimat yang lunak karena kebanyakan objek yang di dakwahi menerima dan taat. Baca: Al- Maa’idah. - Kebanyakan ayat-ayat makiyyah adalah ayat-ayat pendek dan argumentif, karena kebanyakan objek yang di dakwahi mengingkari sehingga konteks ayat mengikuti kondisi yang berlaku Baca: At- Thurr. Sedangkan ayat-ayat madaniyah kebanyakan panjang- panjang serta menjelaskan hukum dengan terang dan menggunakan ushlub yang terang pula. Baca: Al-Baqarah

2. Perbedaan pada materi pembahasan

- Kebanyakan ayat-ayat makiyyah berisikan penetapan tauhid dan aqidah yang benar, khususnya yang berkaitan dengan Tauhid Uluhiyyah dan Iman kepada hari Kebangkitan sedangkan ayat- ayat madsaniyyah kebanyakan berisikan perincian masalah ibadah dan muamalah karena objek yang di dakwahi sudah memiliki Aqidah dan Tauhid yang benar sehingga mereka membutuhkan perincian mengenai Ibadah dan Muamalah. - Ayat-ayat madaniyyah menjelaskan secara rinci tentang jihad beserta hukum-hukumnya dan kaum munafik beserta segala permasalahannya karena kondisi memang menuntut demikian. Hal itu timbul ketika disyari’atkannya Jihad dan timbulnya kemunafikan. Berbeda halnya dengan surat makiyyah H. Fawatihus Suwar

1. Pegertian fawatihus suwar ialah ilmu yang mengkaji pembukaan

berupa kata, huruf atau kalimat dalam al- Qur’an dengan memerhatikan kaidah tekstual dan kaidah kontekstual. 2. Macam-macam fawatihus suwar 1. Ats- Tsanaa’i pujian: al- Fatihah, al- Furqon, al- Jumu’ah dll Copyright © by J? | 6 dll 3. An- Nida panggilan, al- Mudatstsir, ath- Thalaq, an- Nisa dll 4. Khabr berita, at- Taubah, an- Nur, al- Qadr dll 5. Qasam Sumpah, ash- Shaafat, an- Nazi’at, asy- Syams dll 6. Syarthi Syarat, at- Takwir, al- Insyiqaq, al- Waqi’ah dll 7. Amr perintah, al- kafirun, an- Naas, al- Falaq dll 8. Istifham pertanyaan, al- Ms’un, al- Ghasyiyah, al- Insyirah dll 9. Do’a permohonan, al- Humazah, al- Lahab, al- Muthaffifin 10. Ta’lili alasan, al- Quraisy 3. Pendapat ulama tentang huruf fawatihus suwar yaitu bahwa huruf- huruf fawatihus suwar iu secara umu bersifat azalli, maka banyak ulama yang tidak berani menafsirkannya dan tidak berani mengeluarkan pendapat yang tegas terhadap makna-makna huruf tersebut. I. Muhkam dan Mutasyabih

1. Muhkam yaitu ayat yang maknanya sudah jelas misal: al- Baqarah

83 sedangkan mutasyabih yaitu ayat yang makna-maknanya masih samar misal: taha: 5

2. sebab-sebab terjadinya tasyabuh dalam Al-Qur’an

- ayat muhkam di tafsir - ayat mutasyabih di takwil - huruf fawatihus suwar di tafwid

3. pandangan dan sikap ulama tentang ayat-ayat mutasyabihat

- mazhab salafi: tafwid ilahiah golongan yang mempercayi. Mengimani dan meyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT - mazhab khalaf: golongan para ulama yang berpendapat perlunya pentakwilan ayat-ayat mutasyabihat yang menyangkut sifat-sifat Allah sehingga melahirkan arti yang sesuai dengan keluhuran Allah SWT

4. hikmah keberadaan ayat mutasyabihat dalam al- Qur’an:

- memperlihatkan kelemahan akal manusia - teguran bagi orang-orang yang mengotak-atik ayat mutasyabihat - memberikan pemahaman abstrak ilahiah kepada manusia melalui pengalaman indrawi yang biasanya disaksikan. J. Ilmu Munasabah Copyright © by J? | 7 ilmu yang mencoba mengetahui alasan-alasan di balik susunan atau urutan bagian-bagian al- Qur’an baik ayat dengan ayat atau surat dengan surat.

2. Macam-macam munasabah