Tinjauan Agama TINJAUAN PUSTAKA

satunya kepercayaan konkret bersama seluruh umat Hindu. Maka dari itu lembu sebagai simbol suci memberikan sumbangan bagi etnosentrisme dan dari situ terbentuk solidaritas kaum hindu. Tabel 2. Contoh simbol dalam agama Hindu Jenis UngkapanBentuk. Kata Om Swastyastu dan Svaha. Objek Udeng, kebaya, dan kamben Barangbenda Pura, patung Dewi Saraswati, patung Dewa Syiwa, patung Dewa Brahmana, dan patung Dewa Wisnu Tindakan Mecakupkan tangan, dan bersila Peristiwa Galungan, Kuningan, Nyepi, dan Ngaben Simbol-simbol pada tabel memberikan informasi mengenai keberadaan dan perlambangan kehidupan umat Hindu dengan melihat atau mendengar simbol tersebut secara langsung maupun tidak dapat mengenali keberadaan agama Hindu. b Bulan dan Bintang Bagi umat Islam gambar bulan bintang dan gambar Ka’abah merupakan simbol persaudaraan seluruh umat Islam di seluruh dunia. Pada simbol-simbol tersebut seakan-akan kepercayaan dan perasaan setiap orang Islam dari semua warna kulit, suku, dan bangsa dituangkan serta dipersatukan. Khusus di Indonesia misalnya gambar Ka’abah dijadikan lambang persatuan semua aliran politik yang diilhami kepercayaan Islam. Tabel 3. Contoh simbol dalam Agama Islam Jenis UngkapanBentuk Kata Allahu akbar, Assalamualikum Wr.Wb, dan Bissmilahiromanirohim Objek Ka’abah, Masjid, Gelar H haji, HJ hajjah Barangbenda Peci, Mukenan, Sajada, Tasbi, Sarung, Jubah, dan Sorban, Tindakan Sujud, Rukuk, Membuka kedua tangan, Gerakan sholat Peristiwa Idul fitri, Idul Adha, Puasa Ramadhan, dan Tahun Baru Islam, Simbol-simbol pada tabel menberikan informasi mengenai keberadaan dan perlambangan kehidupan umat Islam dengan melihat atau mendengar simbol tersebut secara langsung maupun tidak dapat mengenali keberadaan agama Islam. c Salib Kaum Kristen menganggap fenomena gereja diyakini sebagai simbol dengan nama Tuhan dan salib yang berkarya menyelamatkan umat manusia sesuai dengan rencana dan kehendaknya. Tabel 4. Contoh simbol dalam agama Kristen. Jenis UngkapanBentuk Kata Haleluya, dan Syalom Objek Yerusalem, Sion, dan Pohon anggur Barangbenda Salib, Patung Bunda MariaYesus, Rosario, dan Jubah Pendeta Minyak urapan, Roti dan Anggur perjamuan Tindakan Menutup mata, Melipat tangan, dan Mengangkat tangan untuk Memberkati, Berlutut, dan Pelayanan Sakramen Peristiwa Natal, Tahun Baru, dan Paskah Simbol-simbol pada tabel memberikan informasi mengenai keberadaan dan perlambangan kehidupan umat Kristen dengan melihat atau mendengar simbol tersebut secara langsung maupun tidak dapat mengenali keberadaan agama Kristen. Kedudukan simbol dan tindakan simbolis keagamaan membentuk emosi keagamaan atau tingkat kecintaan terhadap agama yang dimiliki oleh pemeluk agama tersebut. Emosi keagamaan ini akan meningkatkan kekuatan-kekuatan emosi di dalam kelompok beragama itu sendiri, dapat memunculkan kelompok- kelompok dengan emosi keberagamaan yang sama memungkinkan terbentuknya suatu kelompok untuk memperoleh suatu kekuasaan.

C. Tinjauan Tentang Kekuasaan.

Konsep kekuasaan mendasar di dalam ilmu sosial pada umumnya, dan ilmu politik khususnya. Permasalahan yang terdapat dalam politik tidak terlepas dari permasalahan kekuasaan yang merupakan sentral permasalahan di dalam politik. Setiap individu memiliki peluang untuk memiliki kekuasaan tergantung besar modal sosial yang dimiliki, bagaimana seorang dapat mempergaruhi orang lain untuk mengikuti keinginannya hal tersebut tidak lain bagian kecil dari kekuasaan. Kekuasaan dipandang sebagai power di dalam proses kehidupan bermasyarakat. Menurut Michael Foucault dalam Adurrahman Wahid, 1993:39-40, “kekuasaan bukan merupakan sesuatu yang ada, kekuasaan sama dengan banyak relasi kekuasaan yang bekerja di salah satu ruang atau waktu, kekuasaan secara konvensional dipahami bahwa kekuasaan itu menindas, menjadi kekuasaan itu memproduksi kebenaran ”. Melihat kekuasaan tidak berdiri sendiri dengan banyak relasi, serta kekuasaan dipahami menindas menuju arah kekuasaan memproduksi kebenaraan ketika kekuasaan dipandang secara kovensional, kekuasaan memungkinkan tindakan- tindakan serta kebijakan-kebijakan yang dibuat seolah benar. Menurut Michael Foucault dalam Sulistyawati Irianto 2006:19: “Pengetahuan dan kekuasaan bukanlah entitas yang berbeda. Kebenaran pengetahuan sebenarnya bukan masalah kesesuaian pikiran teori dengan realitas diluar pikiran tapi masalah bagaimana form of knowleged ilmiah ataupun dibentuk aturan lain khusus yang berupa proporsi, dapat dinyatakan dalam suatu perbincangan, kebenaran merupakan pengetahuan adalah masalah politik diskhurus masalah kekuasaan. Menurut Michael Foucault Kebenaran merupakan efek dari suatu hubungan kekuasaan yang membentuk suatu kehidupan tertentu, kekuasaan merupakan berbagai cara orang untuk terikat di dalam suatu sistem kekuasaanpengetahuan yang intinya bersifat semena-mena. Mencirikan hubungan kekuasaan ini dalam istilah pertarungan dan konflik yang serampangan dan terus-menerus. Memurut Samuel P. Hutinggton dalam Muhtar Yahya, 2007:10 Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk mengubah perilaku orang lain atau kelompok lain yang dapat dilakukan secara persuasive, koersif, atau dengan teguran. Power mempengaruhi orang lain untuk mengikuti keinginan tertentu baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar. Menurut Michael Foucault dalam Saifuddin, 2011:210 “kekuasaan sebagai authority otoritas ”. Maka kekusaaan biasanya dianalogikan dengan sistem birokrasi pemerintahan dalam masyarakat yang bersangkutan, dan tidak ada sangkut pautnya dengan warga masyarakat, kecuali dalam hal menerima konsekuensi kekuasaan. Konsep manusia sebagai makhluk berpikir dan bertindak kekuasaan authority harus dibedakan dari kekuasaan power. Berdasarkan konsep ini kekuasaan berada pada semua orang bahkan seorang pengemis sekalipun. Kekuasaan memberikan peluang orang ataupun kelompok untuk dapat memiliki posisi menentukan kebijakan dan keputusan publik, hal ini memungkinkan posisi kekuasaan menjadi kompetisi elit politik untuk memperolehnya. Sangat penting makna kontestasi dan kekuasaan apabila kedua kata ini digabung menjadi satu yaitu kontestasi kekuasaan, relevan bagi memahami kondisi negeri kita dan juga relevan untuk memahami kondisi di Lampung. Konsep kontestasi kekuasaan dengan cepat diterapkan dalam lapangan praktis, khususnya politik praktis sebagai contoh bermunculnya pemekaran daerah, persengketaan batas wilayah, revitalisasi aturan adat, lahirnya kembali konsep putra daerah, maraknya aliran agama-agama baru, bentrokan antara penganut agama, fenomena upaya pelepasan diri dari NKRI dan sebagainya.

D. Tinjauan Tentang Politik dan Elit Politik

Politik merupakan seni dalam mempengaruhi orang lain, politik bukan hanya dapat dilakukan oleh penguasa, dimana anak bayi sekalipun dapat berpolitik dengan demikian politik memiliki makna yang sangat luas. Menurut Machiavelli dalam Hertanto 2006:2, “politik merupakan “the ends justify the means” tujuan menghalalkan cara ”. Menurut Harold Lasswell dalam Ramlan Surbakti 1992;1, “merumuskan politik sebagai “siapa mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana”. Manusia merupakan makhluk politik dan sudah menjadi hakikat manusia hidup dalam politik, hanya dalam politik manusia dapat memperoleh sikap moral yang tinggi, dengan urusan- urusan yang mencakup masyarakat banyak dibicarakan, diperdebatkan, dan menentukan tindakan-tindakan untuk kebaikan bersama sebagai kepentingan umum. Elit politik merupakan bagian terpenting sebagai wadah yang menggunakan power politik untuk melakukan tindakan-tindakan politik. Elit politik adalah sekelompok kecil orang yang memiliki kekuasaan, pengaruh, atau kontrol proses politik dan konsekuensi-konsekuensi kebijaksanaan orang-orang yang langsung dalam menghasilkan pembuatan dan pelaksanaan kebijakan. Menurut Gaetano Mosca dalam Ramlan Surbakti 1992:75, melukiskan distribusi kekuasaan dalam masyarakat: a. Kelas memerintah Sedikit orang elit melaksanakan fungsi politik monopoli kekuasaan dan menikmati keuntungan-keuntungan yang ditimbulkan dengan kekuasaan. b. Kelas diperintah Jumlah lebih banyak diarahkan dan dikendalikan oleh penguasa dengan cara-cara yang kurang lebih berdasarkan hukum dan paksaan. Elite politik digolongkan menjadi 3 yaitu: 1. Elite Konservatif sikap dan perilaku yang mendorong memelihara dan mempertahankan struktur masyarakat yang secara jelas menguntungkan. Elit politik dalam segala tindakan berorientasi pada kepentingan pribadi atau golongan bersifat tertutup dalam artian menolak golongan yang bukan elit politik masuk ke dalam lingkungan elit politik. Namun sesama elit politik terdapat