RELIGIOUS AND AUTHORITY SYMBOL (Study of politic executive contestation in facing of Lampung’s Government election) SIMBOL AGAMA DAN KEKUASAAN (Studi Kontestasi Elit Politik dalam Menyongsong Pilgub Lampung)

(1)

ABSTRACT

RELIGIOUS AND AUTHORITY SYMBOL

(Study of politic executive contestation in facing of Lampung’s Government election)

By Ria Ayuningsih

The aimed of this research was to know to learn and explain how the ways and strategy of politic executive to manipulate the religious symbol in atribute, banner, photos, and religious activity form. This research used qualitative method. Data colecting techniq used deep interview, observation and documentation. Data analyses techniq used reduction, presentation, and verification data.

Research result showed that politic executive used religious issue as manipulating tools to politic impotance, and to get authority by contestation. Religious symbol that used is religious symbol, using religious atributes and religious activity. Manipulation form as religious symbol used to build a symbol, religious symbol used to increase simpaty and supported from society, it was for political communication and as to political manipulation. The power of religious symbol as the main of culture to be able to influence the society point of view that used by politic executive to get sympaty and support to send information about photo, avtivity and atribute to manipulate at contestation to face government election of Lampung.


(2)

ABSTRAK

SIMBOL AGAMA DAN KEKUASAAN

(Studi Kontestasi Elit Politik dalam Menyongsong Pilgub Lampung) Oleh

Ria Ayuningsih

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menjelaskan bagaimana cara, dan strategi elit politik memanipulasi simbol agama dalam atribut, banner (spanduk), foto dan dalam bentuk kegiataan agama. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi (pengamatan), dan dokumentasi. Teknik analisis data reduksi data, display (penyajian data) dan verifikasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan elit politik mengunakan isu agama sebagai alat manipulasi untuk kepentingan politik, dan untuk mendapatkan kekuasaan lewat kontestasi. Simbol agama yang digunakan yaitu: Gelar keagamaan, Penggunaan atribut keagamaan dan kegiatan keagamaan. Bentuk manipulasi simbol agama diantarannya yaitu simbol agama digunakan sebagai alat untuk membangun pencitraan, simbol agama sebagai alat menarik simpati, dukungan massa, simbol agama sebagai alat komunikasi politik, dan simbol agama sebagai alat manipulasi politik. Kekuataan simbol agama (the power of religius symbol) sebagai inti dari kebudayaan dapat mempengaruhi pandangan masyarakat yang dimanfaatkan oleh elit politik untuk mendapatkan simpati dan dukungan (the power of banner) sebagai media penyampaian informasi yang di dalamnya memuat foto, kegiatan, serta atribut sebagai media penyampaian manipulasi simbol agama pada kontestasi menyongsong Pilgub Lampung.


(3)

(4)

SIMBOL AGAMA DAN KEKUASAAN

(Studi Kontestasi Elit Politik dalam Menyongsong Pilgub Lampung)

(Skripsi)

Oleh

RIA AYUNINGSIH

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Ria Ayuningsih, dilahirkan di Sindang Marga Sekayu (MUBA), pada tanggal 1 Oktober 1991, anak kedua dari empat bersaudara merupakan buah hati dari Papa Sumardi dan Mama Zuraida. Jenjang pendidikan formal Penulis dimulai dari Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri III Bravo Wachyuni Mandira, PT Wachyuni Mandira OKI, Sumatera Selatan, diselesaikan tahun 2004/2005 dan melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Budi Pratama Mandira OKI Sumatera Selatan, diselesaikan pada tahun ajaran 2006/2007.

Setelah itu, Penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMU Bina Dharma Mandira Sungai Menang, diselesaikan pada tahun ajaran 2009/2010. Pada tahun yang sama, Penulis mendapatkan kesempatan belajar di Perguruan Tinggi dengan diterima melalui jalur SNMPTN untuk Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.


(8)

MOTO

ALLAH SWT Tidak Mengantuk dan Tidak Pernah Tidur

(Al-Baqarah :225)

Air akan selalu mengalir atas izin Allah, begitu juga aku

akan tetap hidup dan berusaha atas izinNya.

(RIA AYUNINGSIH)

Dengan Ridha Allah SWT Yakin Usaha Sampai

(HMI)

Dengan bersungguh-sungguh pasti akan sampai

(Budi Raharjo)

Paksa Usaha Sampai

(PAKUSA)


(9)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohiim

Kupersembahkan karyaku ini untuk Papa

dan Mamaku tersayang yang tiada hentinya

memberikan cinta,

do’a

, dan dukungan

untuk keberhasilanku

Kakakku Dedek Ariyanto, adikku Yulia

Ningsih, dan Defri Mirzon, yang

memberikan semangat berkarya dan sukses

demi kebahagiaan kedua orang tua dan

keluarga

Muhamad Duhri fauzi yang telah

mengajariku arti ketulusan dan keikhlasan

yang sesungguhnya

Sahabat-sahabat terbaikku Gamis Forever

yang menjadi inspirasi dan motivator luar

biasa dalam setiap langkahku


(10)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya di setiap perjalanan hidup dalam menempuh pendidikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Simbol Agama dan Kekuasaan” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung.

Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan bimbingan, motivasi serta dukungan kepada penulis. Atas segala bantuan yang diterima, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Sosiologi

3. Ibu Dr. Bartoven Vivit Nurdin.Sos, M.Si selaku pembimbing utama, terimakasih atas segala bimbingan, motivasi dan kepercayaan diri yang ibu berikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(11)

4. Bapak Drs. Ikram, M. Si selaku pembahas skripsi terimakasih untuk semua motivasi, bimbingan serta mengajarkan kepercayaan diri serta rasa empati dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Erna Rochana selaku PA saya, termakasih untuk masukan dan motivasinya dalam proses menuju kedewasaan saya.

6. Terimakasih banyak kepada seluruh dosen-dosen sosiologi yang telah banyak memberikan ilmu dan inspirasi besar dalam hidup penulis, Ibu Anita, Ibu Paraswati, Ibu Dewi, Ibu Erna, Ibu Yuni, Pak Ben, Pak Bintang, Pak Gede, Pak Ikram, Pak Suwarno, Bung Pay, Pak Fahmi. Terimakasih untuk setiap pengetahuan dan motivasi baru yang penulis peroleh setiap harinya selama kuliah.

7. Kepada seluruh keluarga besarku yang tiada henti-hentinya memberikan semangat dan dukungan, Papa, Mamaku yang telah hadir dikehidupanku terimakasih untuk semuanya kalian kebahagiaanku, Kakak Rian terimakasih selalu ada saat adik mengeluh dan menangis memberi semangat dan motivasi agar aku bangkit lagi. Terimakasih untuk Yuli adikku sayang setiap kebersamaan kita adalah senyuman bahagia, ayuk menyayangimu tanpa terlihat ayuk berjanji untuk menjadi ayuk yang baik dan bisa kamu banggakan, dan terimakasih untuk sayangku Defri Mirzon kebahagiaan yang tercipta disetiap kebersamaaan kita jika disetiap kamu menutup mata, sayang selalu berdoa untuk kebahgiakan keluarga kita, ayuk juga disetiap hembusan nafas dan aliran darah ayuk berharap untuk hal yang sama.


(12)

Komeng, Meng Yek, Meng Nel, Meng Jan dan Ia sayang) Takdir Tuhan mempetemukan kita di Universitas Lampung syukurku telah mengenal kalian I love Gamis forever.

9. Muhamad Duhri Fauzi, terimakasih telah mencoba untuk jadi bagian termanis dalam hidupku. Semoga akan selamanya jadi bagian dari hidup amiiin. Forever cha (ruri).

10.Jayantikel tersayang Dedek Yesi Mori Sari hatimu cantik menjadi warna yang indah untuk mbak Ria. Dedek Ikanya Eko Sifatmu yang baik buat rasa sayang di hati, Dedek Putu dan Lissa yang manis, Mbak cece cantik nasehatmu yang baik ku simpan dalam hati. Aninya Jerry terimakasih hatimu yang cantik mampu ku lihat dengan jelas semoga Allah selalu melindungimu, Lia emak, kaban Riris, Rani kalian memberikan warna di kehidupanku, I love jayantikel.

11. Bapak, Ibu, teh Hera, teteh Adah, teteh Tia, Buang, Ujer, Kang Toyib, Teh may, avie, Unccu santi yang cantik, hatimu secantik wajahmu terimakasih telah jadi sahabatku, Mbak Tina, dan semua keluarga besar Bapak Zuhri (Umie, Abie, Ayah, Bunda) I love you untuk kalian.

12.Ibu Muviati, Bapak Iskandar, Mbak Ani, mas Eko, mbak Okta, mbak Fera, keponakan-keponakan (rere, keysya, lala dan dedek baru) dan lusi, terimakasih untuk semuannya keluargaku.

13.Om Junet, mbak dez, avie, Om Arsad, Bulek, Mbah uti, adik arsan, Ibu tersayang dan semua keluarga besar orang yang ku sayang.


(13)

14.Rifki (kiki ndut) terimakasih, untuk persahabataan kita yang tiada akhir. 15.Sosiologi 2010, sahabat satu almemater tercinta, Sulis Styawan, Sabrina

Ayunani, Emi Emilia, Ratu Ayuantika, Rara Ayuningtias, Dian, Desti, Ayu, Aziz, Zaqi, Baskara, Ardi, Cileng, Arif, Ketut, Dio, Putri Ria, Putri Deba, Nisa, Anisia, Anisa, Mona, Veni, Fani, Pipit, Arini, Delsi, Lesi, Dayat, Sakina, Nurul Nanda, Asri, Sekar, Sheila, Panca, Nona, Gery, Marseli, Sely, Ozie, dan semuannya untuk kebersamaan kita, canda, tawa, haru, duka kita jalani bersama di Sosiologi, aku bahagia, aku bangga, dan aku bersyukur memiliki kalian semua dalam sejarah hidupku. Terimakasih telah menjadi bagian dalam perjalanan kesuksesan ini.

I Love U aLL...

16.Kawan-kawan KKN Pringsewu, Kak koko, kak Heru, kak, Anjas, Mala, Sely, Mbak Memet, Zhie, Dica dan Merry Terimakasih untuk kebersamaan kita, kekompakkan kita, perbedaan mengajarkan banyak cinta yang sebenarnya sangat besar.

17.Kawan-kawan seperjuangan di HMI KOMSOSPOL UNILA, untuk Kak Eka Satria Wijaya, Kak Dayu Rinaldi, Kak Deni Afero, kak Mijwad, Kak Wawang, Kak Rian dan Abang-abang tercinta, untuk Yunda-Yunda dan kawan-kawan Gandi Afriyandi, Putra, Yoan, Tano, Eta, Roby, Radit, Iin, dan seluruh teman-teman HMI yang tidak bisa disebutin semuanya. Terimakasih, bersama kalian aku mengenal perjuangan yang luar biasa. HMI Jaya, YAKUSA!!.

18.Seluruh pihak yang berperan besar dalam perjalanan penulis mencapai semua ini, penulis ucapkan terimakasih.


(14)

penulis semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi untuk seluruh pihak. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya dan senantiasa menjadi orang-orang yang istiqomah berada di jalan-Nya. Amin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, Mei 2014

Penulis,


(15)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Tinjauan tentang Simbol ... 7

B. Tinjauan Agama ... 11

C. Tinjauan Tentang Kekuasaan ... 16

D. Tinjuan Tentang Politik dan Elit Politik ... 18

E. Tinjauan Tentang Kontestasi... 21

F. Tinjauan Tentang Pilgub ... 21

G. Tinjuan Tentang Manipulasi ... 22

H. Kerangka Pikir ... 24

BAB III. METODE PENELITIAN ... 26

A. Metode Penelitian... 26

B. Fokus Penelitian ... 26


(16)

D. Teknik Penentuan Informan ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV. GAMBARAN UMUM PILGUB LAMPUNG ... 36

A. Gambaran Umum Menyongsong Pilgug Lampung ... 36

B. Sejarah Singkat Pilgub ... 40

C. Daftar Pemilih Tetap Gubernur Lampung ... 41

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Simbol-simbol Agama yang digunakan oleh Calon Gubernur dan Wakil Gubernur ... 43

A.1. Lewat Banner (Spanduk) dan Slogan ... 45

1. H. Herman HN dan H. Zainudin Hasan ... 45

2. Berlian Tihang dan H. Mukhlis Basri ... 49

3. Muhammad Rihdo Ficardo dan Bakhtiar Basri ... 53

4. M. Alzier Dianis Tabranie dan Lukman Hakim... 53

A.2. Lewat Kegiataan ... 55

1. H. Herman HN dan H. Zainudin Hasan ... 55

2. Muhammad Rhido Ficardo dan Bakhtiar Basri ... 56

A.3. Lewat Atribut Lainnya ... 64

. 1. H. Herman HN dan H. Zainudin Hasan ... 64

2. Berlian Tihang dan H. Mukhlis Basri ... 65

B. Manipulasi Simbol Agama ... 71

B.1 Simbol Agama Sesuai Keperibadiaan Herman HN dan Zainudin Hasan ... 71

B.2 Simbol Agama sebagai Cara dan Strategi Politik H. Berlian Tihang dan H. Mukhlis Basri ... 72

B.3 Simbol Agama sebagai trik politik oleh Muhammad Rhido Ficardo dan Bakhtiar Basri ... 73

B.4.Simbol Agama sebagai politik terselubung oleh M. Alzier Dianis Tabranie dan Lukman Hakim ... 75


(17)

iii

B.5Manipulasi Simbol Agama sebagai Alat untuk Merebut Kekuasaan .. 79

B.6 Manipulasi Simbol Agama untuk Meraih Suara dan Simpati Masyarakat ... 80

B.7Manipulasi Simbol Agama sebagai Simbol-Simbol Kepentingan Politik ... ... 81

B.8.Manipulasi Simbol Agama sebagai Cara, dan Tri Pendekataan Masyarakat ... 82

B.9Manipulasi Simbol Agama sebagai alat memperoleh dukungan Massa ... 83

C. Pembahasan ... 85

C.1 Penggunaan dan Fungsi Simbol Agama ... 85

1. Simbol agama sebagai alat untuk membangun pencitraan ... 86

2. Agama sebagai alat menarik simpati dan dukungan “massa” ... 86

3. Simbol agama sebagai alat komunikasi politik ... 87

4. Simbol agama sebagai alat manipulasi politik ... 87

C.2 Kontestasi Simbol ... 88

D. Analisis ... 90

D.1. The Power of Bannar (spanduk) : Kontestasi Elit ... 90

D.2. Manipulasi Simbol Agama: Sebagai Studi Menyongsong Pilgub ... 92

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi penduduk Provinsi Lampung berdasarkan Agama ... 3

2. Contoh simbol dalam agama Hindu ... 14

3. Contoh simbol dalam Agama Islam ... 15

4. Contoh simbol dalam agama Kristen ... 15

5. Nama informan penelitian: Tim Sukses ... 29

6. Nama informan penelitian: Pengamat Politik ... 29

7. No Urut 1 Pasangan pasangan Berlian Tihang dan Mukhlis Basri ... 38

8. No Urut 2 Pasangan Muhammad Ridho Ficardo dan Bakhtiar Basri ... 39

9. No Urut 3 Pasangan Herman HN dan Zainudin Hasan ... 39

10.No Urut 4 Pasangan Alzier Dianis Thabranie dan Lukman Hakim ... 39

11.Jumlah DT Provinsi Lampung ... 41

12.Penjelasan Simbol-simbol Agama dalam Pigub Lampung periode 2014-2019 ... 68

13.Penjelasan bagaimana elit politik memanipulasi symbol agama dalam menyongsong Pilgub Lampung periode 2014-2019 ... 70

14.Gambaran Bagaimana Manipulasi Simbol Agama oleh Tim Sukses dalam menyongsong Pilgub Lampung ... 78

15.Gambaran Bagaimana Manipulasi Simbol Agama dalam Menyongsong Pilgub Lampung menurut pandangan pengamat politik ... 84


(19)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Banner (Spanduk) pencalonan H. Herman HN dan H. Zainudin Hasan ... 45

2. Banner (Spanduk) pencalonan H. Herman HN dan H. Zainudin Hasan ... 45

3. Banner (spanduk) pencalonan H. Herman HN dan H. Zainudin Hasan ... 46

4. Banner (spanduk) ucapan hari Puasa Ramadhan ... 46

5. Banner (spanduk) ucapan hari Raya Idul Fitri 1434 H dan Hut RI ke-68 ... 47

6. Banner (spanduk) ucapan hari Raya Idul Adha 1434 H ... 47

7. Banner (spanduk) ucapan hari Raya Idul Adha 1434 H ... 48

8. Banner (spanduk) ucapan Tahun Baru 1 Muharam 1435 H ... 48

9. Banner (spanduk) pencalonan H. Berlian Tihang dan H. Mukhlis Basri ... 49

10.Banner (spanduk) slogan Lampung Kita Surga Kita ... 50

11.Banner (spanduk) slogan Lampung Kita Surga Kita ... 50

12.Banner (spanduk) pencalonan H. Berlian Tihang ... 51

13.Banner (spanduk) pencalonan H. Berlian Tihang ... 51

14.Banner (spanduk) ucapan hari raya Natal dan Tahun Baru ... 52

15.Banner (spanduk) ucapan hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1434 H ... 52

16.Banner (spanduk) Muhammad Rihdo Ficardo dan Bachtiar Basri ... 53

17.Banner (spanduk) pencalonan M. Alzier Dianis Thabranie dan Lukman Hakim ... 53

18.Bennar (spanduk) Pencalonan M. Alzier Dianis Thabranie dan Lukman Hakim ... 53

19.Bennar (spanduk) pencalonan dan ucapan puasa... 54

20.Foto kegiatan di Majelis Taklim Rachmat Hidayat Lampung ... 55

21.Foto kegiatan di Majelis Taklim ... 55

22. Foto Sholat berjama’ah oleh Zainudin Hasan ... 56

23.Foto kegiatan Berqurban 50 ekor sapi untuk Lampung oleh pasangan Rhido dan Bakhtiar ... 56


(20)

24.Foto silaturahim di Perguruan Diniyyah Putri Lampung ... 57

25.Foto kegiatan pengajian dan pelepasan calon jam’ah Haji di Kec.Kalirejo ... 57

26. Foto kegiatan pasangan Ridho pada pengajian di Desa Budi daya Kec. Palas dan Kampung Bakar Raya Bandar Dalam Sidomulya Lampung selatan ... 58

27.Foto kegiatan pasangan Ridho pada pengajian di Desa Budi Daya Kec. Palas dan Kampung Bakar Raya Bandar Dalam. Sidomulya Lampung selatan ... 58

28.Foto kegiatan pengajian Mamah Dedeh di Lapangan Kota Gajah ... 59

29.Foto kegiatan pengajian Mamah Dedeh di Lapangan Kota Gajah ... 60

30.Foto kegiatan pengajian Mamah Dedeh di Lapangan Kota Gajah ... 60

31.Foto kegiataan di Pondok Pesantren Darussalam Way Jepara Lampung Timur ... 61

32.Foto kegiatan ulang Tahun Kampung Sumber Baru Seputih Banyak Lampung Tengah ... 62

33.Foto Foto kegiatan ulang Tahun Kampung Sumber Baru Seputih Banyak Lampung Tengah ... 62

34.Foto 3. Foto kegiatan ulang Tahun Kampung Sumber Baru Seputih Banyak Lampung Tengah ... 62

35.Foto 3. Foto kegiatan ulang Tahun Kampung Sumber Baru Seputih Banyak Lampung Tengah ... 63

36.Foto 3. Foto kegiatan ulang Tahun Kampung Sumber Baru Seputih Banyak Lampung Tengah ... 63

37.Vote Manzada ... 64

38.Vote Manzada ... 64

39.Atribut program unggulan Herman HN dan Zainuddin Hasan ... 65

40.Kalender tata cara dan bacaan wuhdu ... 65


(21)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Politik memegang peranan penting dalam suatu sistem pemerintahan, umumnya di negara-negara di dunia khususnya di Indonesia, warna persaingan politik menjadi hal yang penting untuk dapat membentuk karakter politik yang dianut oleh Indonesia. Persaingan/kontestasi politik baik ditingkatan pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah menjadi suatu yang fenomena dalam pesta demokrasi. Politik dijalankan oleh organisasi-organisasi yang ada di dalamnya, organisasi-organisasi politik tersebut memiliki tujuan, strategi politik masing-masing yang menjadi warna tersendiri untuk organisasi politik/partai politik, begitu juga dengan warna kontestasi untuk mendapatkan kekuasaan. Elit-elit politik menggunakan berbagai bentuk cara untuk mendapatkan jabatan dan kekuasaan seperti visi, misi, janji-janji, serta isu-isu untuk memperoleh kekuasaan politik, penggunaan isu putra daerah (etnis) sampai penggunaan simbol agama yang dimanipulasi elit politik dalam kontestasi politik.

Menurut Harold Lasswell dalam Ramlan Surbakti, (1992:1) Politik sebagai siapa mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana. Maka politik dapat digambarkan menjadi suatu seni untuk mempengaruhi orang lain lingkup luasnya masyarakat


(22)

untuk mengikuti, mendapatkan sesuatu dengan berbagai cara dan waktu yang diinginkan.

Agama memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila: “KeTuhanan Yang Maha Esa”. Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi, dan budaya. Agama yang ada di Indonesia diantaranya yaitu: Islam Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, dan agama lainnya.

Dinyatakan dalam UUD 1945 bahwa "tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih dan mempraktikkan kepercayaannya, dan menjamin semuanya akan kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya". Pemerintah, Indonesia secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Dengan banyaknya agama maupun aliran kepercayaan menimbulkan kemajemukan simbol agama itu sendiri. Lebih dari itu, kepemimpinan politis Indonesia memainkan peranan penting dalam hubungan antar kelompok maupun golongan.

Kemajemukan agama sebagai kebudayaan bahkan inti dari kebudayaan manusia yang dimiliki masyarakat sebagai sumber keyakinan dan sumber kekuatan baik dalam bentuk pedoman kehidupan yang mengarakteristik keragaman agama yang dimiliki satu sama lainnya, simbol keagamaan yang secara tidak langsung menjelaskan kemajemukan dari agama yang dianut oleh masyarakat dalam berbagai bidang. Disamping agama Islam merupakan agama asli Lampung dan kemajemukan agama dari masyarakat pendatang transmigran yang datang dari


(23)

3

berbagai wilayah Jawa, Bali, Palembang, Kalimantan, Papua, Sulawesi, dan sebagainya yang beragama selain Islam.

Tabel 1. Komposisi penduduk Provinsi Lampung berdasarkan Agama

NO Agama Jumlah Jiwa Jumlah (%)

1. Islam 7 264 783 95,48

2. Kristen 115 255 1,51

3. Katolik 69 014 0,91

4. Hindu 113 512 1,49

5. Budha 24 122 0,32

6. Khong Hu Chu 596 0,01

7. Lainnya

664 0,01

8. Tidak Terjawab dan Tidak Ditanyakan

19 459 0,27

Jumlah 7 608 405 100

Sumber : Biro Pusat Statistik Lampung 2010. (http://sp2010.bps.go.id), diakses tanggal 10 juli 2013)

Dapat disimpulkan dari persentase tabel di atas, kemajemukan agama yang ada di Lampung. Kemajemukan agama di Lampung pada tabel diatas menggambarkan kemajemukan simbol dari agama-agama tersebut, simbol-simbol agama memberikan informasi secara langsung mengenai keberadaan agama di dalam kehidupan masyarakat.

Semenjak direalisasikan dan direvisikan UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Pemda) menjadi UU No 12 tahun 2008 serta direvisikan berbagai kebijakan penjelasan teknisnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, dan Pemberhentian Kepala Daerah


(24)

dan Wakil Kepala Daerah, maka dimulai sejarah baru lokalisme politik di Indonesia melalui sistem pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung.

Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan alternatife untuk menyampaikan hak-hak masyarakat Lampung untuk menentukan sendiri pemimpin daerah berdasarkan hal-hal yang tentunya dipertimbangkan sebelumnya. Simbol agama sebagai kekuatan di dalam memperoleh kekuasaan atas dasar kemanusiaan ataupun kepentingan menjadi tolok ukur yang dipertimbangkan untuk memilih seorang pemimpin.

Secara Politis, kemajemukan agama di Lampung memberikan pengaruh tersendiri dalam proses politik khususnya Pilgub mendatang dengan beragam kemajemukan dalam sistem politik lokal dan keberagaman agama serta simbol-simbol agama digunakan untuk mempengaruhi jumlah suara dalam Pilgub. Simbol agama sebagai identitas agama yang menjadi salah satu jalan untuk meraih simpati dan dukungan dari masyarakat, kemudian konsekuensi pada munculnya simbol-simbol agama dalam kontestasi oleh elit politik. Simbol agama dijadikan alat untuk memperoleh simpati dari masyarakat. Pembangunan pencitraan kandidat dalam realitas sosial di masyarakat yaitu calon kandidat bergelar keagamaan, busana, penggunaan kata sapaan, penggunaan lambang-lambang agama, serta penggunaan harapan-harapan kandidat menjadi pemimpin yang semata berjalan pada peraturan serta perintah-perintah agama.

Manfaat simbol agama merupakan hal penting yang dapat dipergunakan pada bidang politik Provinsi Lampung elit politik menggunakan simbol agama untuk mendapatkan simpati masyarakat terlihat dalam bentuk pemakaian simbol agama


(25)

5

sebagai alat manipulasi memperoleh kekuasaan. Agama merupakan identitas agama yang penyampaiannya sederhana membawa makna yang besar disampaikan dari simbol tersebut, simbol agama dapat mengikat emosi kelompok beragama terkait lebih mendalam dari simbol-simbol lain. Penggunaan simbol agama oleh elit politik dimanipulasi bahwa calon pemimpin daerah dapat dipercaya, amanah, dan bertangung jawab. Penelitian bermaksud untuk mengkaji simbol agama dalam kontestasi menyongsong Pilgub Lampung yang dimanipulasi oleh elit politik sebagai alat memperoleh kekuasaan. Simbol agama sengaja digunakan untuk kepentingan-kepentingan elit politik untuk mendapatkan kekuasaan.

B.Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini saya ingin mengkaji yaitu:

1. Apa saja simbol-simbol agama yang dipakai oleh elit politik dalam kontestasi?

2. Bagaimanakah elit politik memanipulasi simbol-simbol agama dalam menyongsong Pilgub?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk diantaranya:

1. Mengkaji simbol-simbol agama yang digunakan oleh elit politik dalam kontestasi.

2. Mengkaji simbol agama yang dimanipulasi oleh elit politik dalam rangka kontestasi pada Pilgub yang akan di selenggarakan.


(26)

D.Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini diharapkan berguna secara akademik maupun manfaat langsung bagi masyarakat :

a. Kegunaan secara akademik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagaimana simbol agama digunakan sebagai alat politik untuk mendapatkan kekuasaan serta penggunaan simbol agama dalam kontestasi menyongsong Pilgub Lampung, yang dimanipulasi oleh elit politik untuk memperoleh kekuasaan berhubungan dengan disiplin ilmu sosiologi politik, sosiologi agama, dan sosiologi budaya.

b. Kegunaan langsung bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi penggunaan simbol-simbol agama untuk kepentingan di dalam politik, sehingga dapat dijadikan pertimbangan bagi masyarakat dalam proses pengamatan politik yang lebih cerdas serta tanggap.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan tentang simbol

Menurut Budiono Herusatoto (2005:10), “kata simbol berasal dari bahasa Yunani symbolos yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang sebuah gejala sosial”.

Kehidupan sosial kebudayaan masyarakat di dalamnya terdapat gagasan-gagasan, simbol-simbol, dan nilai-nilai sebagai hasil dari hubungan interaksi individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok sehingga muncul suatu kebiasaan dalam tatanan kemasyarakatan yang disebut kebudayaan, komponen-komponen yang terdapat di dalam kebudayaan masyarakat memiliki kaitan yang erat dengan simbol-simbol.

Menurut Victor Turner (1974:17), upacara ( misalnya “slametan”) merupakan aspek agama, yaitu dimana rumus-rumus yang berupa doktrin-doktrin agama berubah bentuk menjadi serangkaian metaphor dan simbol. Menurut Turner simbol dalam ritual (upacara keagamaan) pada masyarakat. Dengan mengkaji simbol-simbol yang ada pada ritual tersebut berusaha melihat bagaimana relasi sosial dan struktur sosial yang ada pada masyarakat. Melalui kajian simbol-simbol yang ada dalam ritual dapat dipahami bagaimana cara masyarakat


(28)

mempertahankan struktur sosialnya, salah satunya dengan melakukan ritual pada proses inisiasi dimana diberi pemahaman mengenai struktur sosial. Menurut Geertz (1973:88):

“Simbol-simbol yang dimiliki manusia terdapat suatu golongan yang merupakan suatu sistem tersendiri yang dinamakan sebagai simbol-simbol suci yang bersifat normatif dan mempunyai kekuatan yang besar dalam pelaksanaan sanksi-sanksinya disebabkan simbol-simbol suci tersebut merupakan etos (ethos) dan pandangan hidup (world view) unsur hakiki bagi eksistensi manusia dan juga karena simbol-simbol suci terjalin dalam simbol-simbol lainya yang digunakan dalam kehidupan sehari-harinya yang nyata”.

Menurut Clifford Geertz (1973:123) melakukan kajian mengenai agama, mitos dan upacara sebagai jalan untuk memahami bagaimana manusia memahami dan menerima hakekat dari kehidupan sosial di masyarakatnya, dimana simbol menjadi kendaraan yang mengantarkan kepada pemahaman kita (the vehicle of meaning). Menurut Geertz (dalam Saifudin, 2004 :288):

“Memandang simbol-simbol adalah garis-garis penghubung antara pemikiran manusia dengan kenyataan yang ada di luar, yang dengan mana pemikiran harus selalu berhubungan atau berhadapan; ada dalam hal ini pemikiran manusia dapat dilihat sebagai “suatu bentuk sistem lalu lintas dalam bentuk simbol-simbol yang signifikan”. Dengan demikian sumber dari simbol-simbol itu dua, yaitu (1) yang berasal dari kenyataan luar yang terwujud sebagai kenyataan-kenyataan sosial dan ekonomi; dan (2) yang berasal dari dalam dan yang terwujud melalui konsepsi-konsepsi dan struktur-struktur sosial. Dalam hal ini simbol-simbol menjadi dasar bagi perwujudan model bagian dari sistem-sistem konsep dalam suatu cara yang sama dengan bagaimana agama atau keyakinan mencerminkan dan mewujudkan bentuk-bentuk sistem sosial”.

Menurut Talal Asad (1993) simbol bukanlah benda atau peristiwa yang bertugas menyampaikan makna melainkan perangkat yang merangkaikan hubungan antara benda atau peristiwa yang keseluruhannya merupakan suatu konsep dan komplek yang memiliki makna.


(29)

9

Pendekatan Geertz simbol merupakan hubungan antara pemikiran manusia dan kenyataan yang berasal dari luar maupun dari dalam, berbeda dengan pendekatan Talal Asad yang memandang simbol sebagai perangkat yang merangkai hubungan benda atau peristiwa yang keseluruhannya merupakan konsep dan komplek memiliki makna. Menurut James L. Peacock 1968: 8):

“Pertunjukan ludruk menghadirkan tindakan sosial dalam setiap pertunjukannya dengan “mengajak para partisipannya untuk mengidentikkan diri dengan para pemain yang sedang menjalankan tindakan-tindakan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu,” seolah-olah mereka mengalaminya sendiri hal-hal dan situasi-situasi yang sulit dicapai dalam kehidupan nyata. Ludruk kemudian juga mengarahkan para partisipan untuk lebih menyukai peran-peran, situasi-situasi, tujuan-tujuan, atau cara-cara tertentu jika memang kehidupan nyata menyediakan pilihan-pilihan, peran, situasi dan sebagainya yang bisa dipilih oleh seseorang, dan cara-cara yang diciptakan oleh ludruk ini “semakin menjadi tipe yang kongruen dengan proses modernisasi”

James L. Peacock (1968:12) melihat hubungan Ludruk dengan proses sosial. Ludruk membantu para partisipannya (baik pemain maupun penonton) untuk memahami gerak ludruk mendorong para partisipannya untuk menghayati secara langsung modus-modus tindakan sosial yang ada dalam proses modernisasi.

Pertunjukan ludruk menghadirkan tindakan sosial dalam setiap pertunjukannya dengan mengajak para partisipannya untuk mengidentikkan diri dengan para pemain yang sedang menjalankan tindakan-tindakan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Ludruk dianalisis sebagai tindakan-tindakan simbolik yang menghadirkan klasifikasi-klasifikasi simbolik dan konsep-konsep tindakan sosial. Dipahami bagaimana tindakan-tindakan simbolik dari pertunjukan Ludruk mendorong proses modernisasi yang terjadi pada masyarakat Jawa.


(30)

Pemahaman simbol di dalam kehidupan sosial masyarakat memiliki warna, bagaimana simbol dimaknai, dipahami, dan dikonsepsi berdasarkan keadaan sosial yang relevan terjadi di dalam kehidupan sosial masyarakat. Seperti Victor Turner melihat konsep simbol di dalam ritual keagamaan, dimana simbol-simbol yang di dalam ritual keagamaan memuat doktrin-doktrin agama berubah bentuk menjadi serangkaian metaphor dan simbol untuk melihat cara masyarakat mempertahankan struktur sosialnya.

Geertz melihat konsep simbol sebagai sistem makna melalui kajian mengenai agama, mitos dan upacara keagamaan sebagai jalan untuk memahami dan menerima hakekat dari kehidupan sosial dimasyarakatnya. Talal Asad melihat simbol bukanlah benda atau peristiwa yang bertugas menyampaikan makna melainkan perangkat yang merangkaikan hubungan antara benda atau peristiwa merupakan suatu konsep yang memiliki makna. James L. Peacock mencoba melihat konsep simbol dalam pertunjukan Ludruk dianalisis sebagai tindakan-tindakan simbolik yang menghadirkan klasifikasi simbolik dan konsep-konsep tindakan sosial yang mendorong proses moderenisasi.

Berdasarkan uraian-uraian teori di atas simbol memberikan informasi yang jelas, dan nyata. Simbol mengandung sistem makna bagi kehidupan masyarakat yang memilikinya dengan cara melihat dan memaknai keberadaan simbol tersebut, seperti pengunaan konsep simbol untuk suatu kepentingan dalam kehidupan sosial yang relevan jika tindakan simbolik menghadirkan klasifikasi simbolik dan konsep tindakan sosial yang mendorong proses modernisasi, seperti penggunaan simbol untuk kepentingan ekonomi dan politik.


(31)

11

B.Tinjauan Agama

Agama memungkinkan manusia melakukan hal-hal paling besar yang mampu dilakukannya, dan menyebabkan orang dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan orang lain, memberikan kedamaian, kebahagiaan, keharmonisan, dan kesadaran akan tujuannya, memberikan semuanya ini dalam bentuknya yang mutlak.

Menurut Geertz, (1973c:90) “agama merupakan suatu sistem simbol yang bertindak untuk menetapkan perasaan-perasaan (moods) dan motivasi-motivasi secara kuat, menyeluruh, dan bertahan lama pada diri manusia”.

Dengan cara memformulasikan konsepsi-konsepsi mengenai suatu hukum (order) yang berlaku umum berkenaan dengan eksistensi (manusia), dan menyelimuti konsepsi-konsepsi ini dengan suatu aura tentang yang mencerminkan kenyataan, sehingga perasaan-perasaan motivasi-motivasi tersebut nampaknnya secara tersendiri (unik) adalah nyata ada. Ia memandang agama sebagai kebudayaan sebagai pola bagi kelakuan, dimana simbol-simbol yang dimiliki suatu kelompok menjadi suatu sistem di dalam kelompok tersebut sebagai simbol-simbol suci yang bersifat normatif dan mempunyai kekuatan yang besar dalam pelaksanaan sanksi-sanksinya. Menurut Emile Durkheim dalam Saifuddin, (2011:74):

“Agama adalah pusat kebudayaan karena agama memiliki kekuatan terbesar untuk mengendalikan semua aspek kehidupan manusia. Hal ini karena hanya agama yang dapat menjelaskan hakikat keberadaan manusia itu sendiri, dari mana datang, apa tugasnya hidup di dunia dan akan kemana jika ia meninggal. Tak satupun unsur kebudayaan yang dapat menjelaskan hal itu kecuali agama. Diperkuat agama bukan hanya bagian dari kebudayaan tetapi juga inti kebudayaan”.


(32)

Kekuataan besar yang dapat mengendalikan aspek kehidupan manusia, dimana keberadaan agama memiliki peran untuk menjelaskan hal-hal yang tidak dapat dijelaskan oleh bidang kajian ilmu-ilmu lain. Sedangkan secara jelas dimuat dan dijelaskan oleh ilmu agama diperkuat lagi dengan agama sebagai inti dari kebudayaan manusia bukan hanya sekedar kebudayaan itu sendiri.

Menurut Saifuddin, (2011:75), “terjadi pergeseran cara pandang terhadap agama sebagai (inti) kebudayaan dari positivisme konstruktivisme yang sejalan dengan pergeseran posisi manusia dari subjektif ke objektif”. Implikasi dari subyektifikasi manusia dalam pandangan konstruktivisme adalah bahwa manusia adalah makhluk yang aktif, kreatif, produktif, dan bahkan manifulatif dalam kebudayaannya. Kepentingan manusia tidak hanya memiliki pengetahuan, keyakinan, dan nilai-nilai agama yang diwarisisnya dari generasi sebelumnya tetapi juga mampu menginovasi dan menggunakan agama itu untuk berbagai konteks kepentingan hidup. Menurut Geertz dalam Saifuddin , (2011:70):

“Agama adalah suatu sistem simbol yang bertindak sebagai penguatan gagasan dan kelakuan dalam menghadapi kehidupan, yang dengan simbol-simbol itu konsep-konsep yang abstrak diterjemahkan menjadi lebih konkrit, menjadi aura yang menyelimuti konsepsi-konsepsi yang tidak nyata menjadi seolah-olah nyata hadir di dalam kehidupan. Menurut Geertz Agama adalah sistem lambang yang berfungsi menegakkan berberbagai perasaan dan motivasi yang kuat, berjangkuan luas dan abadi pada manusia dengan merumuskan berbagai konsep mengenai keteraturan umum esksistensi, dan dengan menyelubungi konsepsi-konsepsi ini dengan sejenis tuangan faktualitas sehingga perasaan-perasaan dan motivasi-motivasi itu secara unik tampak realitisk”.

Penyelewengan terhadap tujuan peribadatan yang benar merupakan esensi bagi, yang berlawanan dengan agama adalah bentuk “missa hitam”, dimana benda -benda dan fakta-fakta sacral diputar balikan untuk tujuan-tujuan anti sosial. Hal itu dimungkinkan karena agama itu sendiri dalam realitas empiriknya dapat


(33)

13

dipahami sebagai suatu cara pemberian makna suatu simbol-simbol agama dari pada pendukung agama yang dimaksud yang berhubungan dengan seluruh aspek kehidupan di dalam masyarakat. Oleh karena itu agama dapat di tanggapi sebagai sistem kebudayaan. Jadi pada dasarnya agama dalam praktiknya dapat digunakan untuk melihat kaitan antara sistem kebudayaan yang berupa sistem simbol dan sistem tindakan agama.

Jika demikian agama di dalam praktiknya di tengah kehidupan sosial dapat diartikan sama dengan sistem kebudayaan yang biasa terwujud melalui sosialisasi, kulturisasi dan sifatnya turun-menurun dari generasi ke generasi. Akibatnya hubungan antara simbol-simbol agama dan kebudayaan dengan makna-makna yang selalu dipahami pendukungnya. Pada umumnya simbol-simbol agama merupakan hal yang suci (sacral).

Sehingga dalam dewasa ini agama dan simbol-simbol agama secara imajinatif digunakan untuk kepentingan-kepentingan kehidupan sosial dan politik. Demokrasi yang menimbulkan banyak bermunculnya organisasi politik berupa partai politik. Selain menggunakan peran simbol etnik untuk mengambil simpatik yang berlatarbelakang suku, peran simbol keagamaan dapat dimanipulasi oleh elit politik sebagai alat memperoleh kekuasaan.

Menurut D. Hendropuspito O.C, (1983:101), gambaran mengenai fakta-fakta simbol agama yang dipunyai oleh sejumlah agama besar yaitu:

a) Lembu

Lembu merupakan lambang kesatuan dari Agama Hindu, lembu menyatakan penghormatan kepada lembu adalah peristiwa sentral dari hinduisme,


(34)

satu-satunya kepercayaan konkret bersama seluruh umat Hindu. Maka dari itu lembu sebagai simbol suci memberikan sumbangan bagi etnosentrisme dan dari situ terbentuk solidaritas kaum hindu.

Tabel 2. Contoh simbol dalam agama Hindu

Jenis Ungkapan/Bentuk.

Kata Om Swastyastu dan Svaha. Objek Udeng, kebaya, dan kamben

Barang/benda Pura, patung Dewi Saraswati, patung Dewa Syiwa, patung Dewa Brahmana, dan patung Dewa Wisnu

Tindakan Mecakupkan tangan, dan bersila

Peristiwa Galungan, Kuningan, Nyepi, dan Ngaben

Simbol-simbol pada tabel memberikan informasi mengenai keberadaan dan perlambangan kehidupan umat Hindu dengan melihat atau mendengar simbol tersebut secara langsung maupun tidak dapat mengenali keberadaan agama Hindu.

b) Bulan dan Bintang

Bagi umat Islam gambar bulan bintang dan gambar Ka’abah merupakan simbol persaudaraan seluruh umat Islam di seluruh dunia. Pada simbol-simbol tersebut seakan-akan kepercayaan dan perasaan setiap orang Islam dari semua warna kulit, suku, dan bangsa dituangkan serta dipersatukan. Khusus di Indonesia misalnya gambar Ka’abah dijadikan lambang persatuan semua aliran politik yang diilhami kepercayaan Islam.


(35)

15

Tabel 3. Contoh simbol dalam Agama Islam

Jenis Ungkapan/Bentuk

Kata Allahu akbar, Assalamualikum Wr.Wb, dan Bissmilahiromanirohim

Objek Ka’abah, Masjid, Gelar H (haji), HJ (hajjah)

Barang/benda Peci, Mukenan, Sajada, Tasbi, Sarung, Jubah, dan Sorban, Tindakan Sujud, Rukuk, Membuka kedua tangan, Gerakan sholat Peristiwa Idul fitri, Idul Adha, Puasa Ramadhan, dan Tahun Baru

Islam,

Simbol-simbol pada tabel menberikan informasi mengenai keberadaan dan perlambangan kehidupan umat Islam dengan melihat atau mendengar simbol tersebut secara langsung maupun tidak dapat mengenali keberadaan agama Islam.

c) Salib

Kaum Kristen menganggap fenomena gereja diyakini sebagai simbol dengan nama Tuhan dan salib yang berkarya menyelamatkan umat manusia sesuai dengan rencana dan kehendaknya.

Tabel 4. Contoh simbol dalam agama Kristen. Jenis Ungkapan/Bentuk

Kata Haleluya, dan Syalom

Objek Yerusalem, Sion, dan Pohon anggur

Barang/benda Salib, Patung Bunda Maria/Yesus, Rosario, dan Jubah Pendeta Minyak urapan, Roti dan Anggur perjamuan

Tindakan Menutup mata, Melipat tangan, dan Mengangkat tangan untuk Memberkati, Berlutut, dan Pelayanan Sakramen


(36)

Simbol-simbol pada tabel memberikan informasi mengenai keberadaan dan perlambangan kehidupan umat Kristen dengan melihat atau mendengar simbol tersebut secara langsung maupun tidak dapat mengenali keberadaan agama Kristen.

Kedudukan simbol dan tindakan simbolis keagamaan membentuk emosi keagamaan atau tingkat kecintaan terhadap agama yang dimiliki oleh pemeluk agama tersebut. Emosi keagamaan ini akan meningkatkan kekuatan-kekuatan emosi di dalam kelompok beragama itu sendiri, dapat memunculkan kelompok-kelompok dengan emosi keberagamaan yang sama memungkinkan terbentuknya suatu kelompok untuk memperoleh suatu kekuasaan.

C. Tinjauan Tentang Kekuasaan.

Konsep kekuasaan mendasar di dalam ilmu sosial pada umumnya, dan ilmu politik khususnya. Permasalahan yang terdapat dalam politik tidak terlepas dari permasalahan kekuasaan yang merupakan sentral permasalahan di dalam politik. Setiap individu memiliki peluang untuk memiliki kekuasaan tergantung besar modal sosial yang dimiliki, bagaimana seorang dapat mempergaruhi orang lain untuk mengikuti keinginannya hal tersebut tidak lain bagian kecil dari kekuasaan. Kekuasaan dipandang sebagai power di dalam proses kehidupan bermasyarakat. Menurut Michael Foucault dalam Adurrahman Wahid, (1993:39-40), “kekuasaan bukan merupakan sesuatu yang ada, kekuasaan sama dengan banyak relasi kekuasaan yang bekerja di salah satu ruang atau waktu, kekuasaan secara


(37)

17

konvensional dipahami bahwa kekuasaan itu menindas, menjadi kekuasaan itu memproduksi kebenaran”.

Melihat kekuasaan tidak berdiri sendiri dengan banyak relasi, serta kekuasaan dipahami menindas menuju arah kekuasaan memproduksi kebenaraan ketika kekuasaan dipandang secara kovensional, kekuasaan memungkinkan tindakan-tindakan serta kebijakan-kebijakan yang dibuat seolah benar. Menurut Michael Foucault dalam Sulistyawati Irianto (2006:19):

“Pengetahuan dan kekuasaan bukanlah entitas yang berbeda. Kebenaran pengetahuan sebenarnya bukan masalah kesesuaian pikiran (teori) dengan realitas diluar pikiran tapi masalah bagaimana form of knowleged ilmiah ataupun dibentuk aturan lain khusus yang berupa proporsi, dapat dinyatakan dalam suatu perbincangan, kebenaran merupakan pengetahuan adalah masalah politik diskhurus (masalah kekuasaan). Menurut Michael Foucault Kebenaran merupakan efek dari suatu hubungan kekuasaan yang membentuk suatu kehidupan tertentu, kekuasaan merupakan berbagai cara orang untuk terikat di dalam suatu sistem kekuasaan/pengetahuan yang intinya bersifat semena-mena. Mencirikan hubungan kekuasaan ini dalam istilah pertarungan dan konflik yang serampangan dan terus-menerus.

Memurut Samuel P. Hutinggton dalam Muhtar Yahya, (2007:10) Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk mengubah perilaku orang lain atau kelompok lain yang dapat dilakukan secara persuasive, koersif, atau dengan teguran. Power mempengaruhi orang lain untuk mengikuti keinginan tertentu baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar.

Menurut Michael Foucault dalam Saifuddin, (2011:210) “kekuasaan sebagai authority (otoritas)”. Maka kekusaaan biasanya dianalogikan dengan sistem birokrasi (pemerintahan) dalam masyarakat yang bersangkutan, dan tidak ada sangkut pautnya dengan warga masyarakat, kecuali dalam hal menerima konsekuensi kekuasaan. Konsep manusia sebagai makhluk berpikir dan bertindak


(38)

kekuasaan authority harus dibedakan dari kekuasaan power. Berdasarkan konsep ini kekuasaan berada pada semua orang bahkan seorang pengemis sekalipun. Kekuasaan memberikan peluang orang ataupun kelompok untuk dapat memiliki posisi menentukan kebijakan dan keputusan publik, hal ini memungkinkan posisi kekuasaan menjadi kompetisi elit politik untuk memperolehnya. Sangat penting makna kontestasi dan kekuasaan apabila kedua kata ini digabung menjadi satu yaitu kontestasi kekuasaan, relevan bagi memahami kondisi negeri kita dan juga relevan untuk memahami kondisi di Lampung.

Konsep kontestasi kekuasaan dengan cepat diterapkan dalam lapangan praktis, khususnya politik praktis sebagai contoh bermunculnya pemekaran daerah, persengketaan batas wilayah, revitalisasi aturan adat, lahirnya kembali konsep putra daerah, maraknya aliran agama-agama baru, bentrokan antara penganut agama, fenomena upaya pelepasan diri dari NKRI dan sebagainya.

D.Tinjauan Tentang Politik dan Elit Politik

Politik merupakan seni dalam mempengaruhi orang lain, politik bukan hanya dapat dilakukan oleh penguasa, dimana anak bayi sekalipun dapat berpolitik dengan demikian politik memiliki makna yang sangat luas. Menurut Machiavelli dalam Hertanto (2006:2), “politik merupakan “the ends justify the means” (tujuan menghalalkan cara)”.

Menurut Harold Lasswell dalam Ramlan Surbakti (1992;1), “merumuskan politik sebagai “siapa mendapatkan apa, kapan, dan bagaimana”. Manusia merupakan makhluk politik dan sudah menjadi hakikat manusia hidup dalam politik, hanya


(39)

19

dalam politik manusia dapat memperoleh sikap moral yang tinggi, dengan urusan-urusan yang mencakup masyarakat banyak dibicarakan, diperdebatkan, dan menentukan tindakan-tindakan untuk kebaikan bersama sebagai kepentingan umum.

Elit politik merupakan bagian terpenting sebagai wadah yang menggunakan power politik untuk melakukan tindakan-tindakan politik. Elit politik adalah sekelompok kecil orang yang memiliki kekuasaan, pengaruh, atau kontrol proses politik dan konsekuensi-konsekuensi kebijaksanaan orang-orang yang langsung dalam menghasilkan pembuatan dan pelaksanaan kebijakan.

Menurut Gaetano Mosca dalam Ramlan Surbakti (1992:75), melukiskan distribusi kekuasaan dalam masyarakat:

a. Kelas memerintah

Sedikit orang (elit) melaksanakan fungsi politik monopoli kekuasaan dan menikmati keuntungan-keuntungan yang ditimbulkan dengan kekuasaan.

b. Kelas diperintah

Jumlah lebih banyak diarahkan dan dikendalikan oleh penguasa dengan cara-cara yang kurang lebih berdasarkan hukum dan paksaan.

Elite politik digolongkan menjadi 3 yaitu:

1. Elite Konservatif (sikap dan perilaku yang mendorong memelihara dan mempertahankan struktur masyarakat yang secara jelas menguntungkan.

Elit politik dalam segala tindakan berorientasi pada kepentingan pribadi atau golongan bersifat tertutup dalam artian menolak golongan yang bukan elit politik masuk ke dalam lingkungan elit politik. Namun sesama elit politik terdapat


(40)

kolaborasi untuk mempertahankan keadaan oleh karena itu pelapisan politik tidak hanya membentuk piramida dan hearki tetapi tidak juga tanggapan atas aspirasi dari masyarakat.

2. Elit Politik Liberal

Sikap dan berilaku yang membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi setiap warga masyarakat untuk meningkatkan status sosial bersikap terbuka, dimana masyarakat yang bukan merupakan elit politik dapat menjadi bagian dari lingkungan elit sepanjang yang bersangkutan mampu bersaing sehat. Elit politik cenderung berorentasi pada kepentingan masyarakat umum sehingga dapat memperoleh tanggapan untuk aspirasi dari masyarakat itu sendiri.

3. Elit Politik Pelawan Elit (Counter elite)

Para pemimpin yang berorientasi pada rakyat dengan cara menentang segala bentuk kemapanan (established order) maupun dengan cara menentang segala bentuk perubahan.

Klasifikasi elit politik tersebut memang kurang tepat untuk menggambarkan keadaan di Indonesia. Menurut Herbert Feith dalam Ramlan Surbakti (1992:77), Elit politik di Indonesia yaitu pembina solidaritas (solidarity maker) dan administrator. Pembina solidaritas menonjol dari segi kemampuannya menggalang persatuan bangsa sedangkan administrator menonjol dalam kemampuannya merencanakan dan melaksanakan program pembangunan. Elit dalam penelitian ini elit politik yang terlibat dalam proses menyongsong Pilgub Lampung.


(41)

21

E.Tinjauan Tentang Kontestasi

Menurut Saifuddin, (2011:208), kontestasi merupakan terjemahan dari kata Contestation yang artinya perlombaan, jika dikaitkan dengan konteks politik maka maknanya menjadi pertarungan antara kepentingan partai politik yang memiliki warna sehingga membentuk suatu ajang yang menarik yang akan menghasilkan suatu warna demokrasi perpolitikan.

Menurut Pradipto, dalam Rahmat hidayat (2007), “konsep kontestasi dalam pandangan dipakai untuk menggambarkan adanya perjuangan, perebutan, dan perdebatan ketika pengetahuan dibentuk dalam kontestasi kekuasaan”.

Michael Foucault, dalam Rahmat Hidayat (2007), kontestasi dipahami sebagai upaya penggambaran adanya persaingan dan perjuangan dalam hubungan-hubungan atau interaksi dimana nantinya akan muncul pemenang yang tetap bertahan, dalam kontestasi terdapat beberapa pihak dengan kepentingan berbeda yang menimbulkan suatu persaingan yang secara alami.

Pradipto, dalam Rahmat Hidayat (2007), Kontestasi ini berlangsung dalam sebuah relasi sosial di dalamnya saling mendukung, berjuang, bersaing, dan menghancurkan. Kontestasi dalam penelitian ini yaitu kontestasi elit politik dalam menyongsong Pilgub Lampung yang menggunakan simbol agama untuk kepentingan politik dan kekuasaan.


(42)

F. Tinjauan Tentang Pilgub.

Pilgub merupakan bagian dari salah satu bentuk pemilihan umum di dalam memilih kepala daerah, dilakukan secara demokrasi oleh semua masyarakat di daerah tersebut kelompok ini merupakan elit (elit politik) yang menguasai jabatan negara, ekonomi, dan kekayaan. Semaraknya dinamika politik dengan adanya pesta demokrasi di tingkat pusat dan daerah, kehidupan demokrasi membuka lebar peluang setiap orang yang mau dan mampu terlibat dalam politik praktis untuk menjadi sosok pemimpin daerah.

Menurut Montesquieu dalam Hertanto, (2006:120), “Memisahkan tiga aspek kekuasaan yakni kekuasaan legislatife, kekuasaan yudikatif dan kekuasaan eksekutif, dengan adanya pemisahan kekuasaan ini akan terjamin kebebasan undang-undang oleh lembaga peradilan, dan pelaksanaan pekerjaan negara sehari-hari oleh pemerintah”.

Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah (pemda) dan revisinya berbagai kebijakan penjelasan teknisnya dalam Peratutan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan. Pengeseran dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, membuat pesta demokrasi di provinsi Lampung semakin menarik untuk dibicarakan. Kemajemukan Agama yang dimiliki oleh masyarakat kususnya Lampung serta simbol-simbol keagamaan dapat digunakan dan dimanipulasi oleh elit politik sebagai alat memperoleh kekuasaan.


(43)

23

G.Tinjauan Tentang Manipulasi.

Menurut Michael Foucault dalam Saifuddin, (2011:209) “mengemukakan bahwa manusia seyogyanya dipandang sebagai makhluk yang mampu berpikir sendiri, sehingga sebagai konsekuensinya manusia dapat memproduksi, mengkreasi dan memanipulasi sesuatu”.

Sebagai makhluk yang berpikir manusia dapat menciptakan pemikiran-pemikiran mengkreasikan serta memanipulasi pemikiran-pemikiran tersebut sesuai dengan kebutuhan yang disesuaikan dengan keadaan dan tingkat kebutuhan hidup mereka. Sehingga manipulasi merupakan bentuk pemikiran manusia yang ditujukan untuk memperoleh kebutuhannya yang disesuaikan dengan kondisi dan kepentingan. Menurut Abdul Muhir (2003:74):

“Melalui media informasi manusia menjadikan kehidupan sehari-hari menjadi fenomena yang bertentangan, sisi kesadaran manusiawi dan sisi pengetahuan

manusia pada saat yang sama cenderung menggunakan pengetahuan untuk

melegalisasi tindakan manipulasi, bertentangan dengan semangat intelektual yang

mendasari pengetahuan itu sendiri”

Manipulasi merupakan tindakan menpengaruhi orang lain tanpa disadari atas pengaruh yang diberikan tersebut sebenarnya untuk memperoleh sesuatu (kekuasaan). Politik harus mampu membedakan dan memperhatikan antara kepentingan masyarakat dan kepentingan golongan secara profesional, kurang jelasnya kedudukan dan hak-hak serta kepentingan keduanya memberikan peluang terjadinya manipulasi kepentingan, fungsi, kedudukan serta hak seseorang.


(44)

Manipulasi fungsi dan kedudukan dalam banyak hal justru dapat memunculkan terjadinya penyelewengan dilakukan oleh yang memiliki kekuasaan yang dapat dilakukan oleh berbagai elit lembaga sosial, ekonomi, dan politik. Pada penelitan ini manipuasi yang dimaksud yaitu manipulasi yang dilakukan pada simbol agama dan kekuasaan oleh elit politik dalam menyongsong Pilgub Lampung.

H. Kerangka Pikir

Diberlakukannya UU nomor 12 tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah (Pemda) dan revisinya berbagai kebijakan penjelasan teknisnya dalam Peratutan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengeseran dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, membuat pesta demokrasi di provinsi Lampung semakin menarik untuk dibicarakan.

Kemajemukan agama yang dimiliki oleh masyarakat khususnya Lampung simbol keagamaan dapat dimanipulasi oleh elit politik. Terbukti dalam atribut-atribut, kontestasi kandidat yang memperlihatkan tingkat ketaatan dengan menggunakan gelar keagamaan seperti misalanya dalam pengunaan gelar Hj.

Tidak hanya itu, kandidat yang menyampaikan simbol agama menggunakan perlengkapan berupa jam, cincin, kalung, peci, udeng, dan kalimat-kalimat keagamaan yang secara tidak langsung menggambarkan identitas agama.

Simbol agama digunakan sebagai alat memperoleh kekuasaan, selain memang ada golongan politis yang mengatas nama partai agama tertentu simbol agama tetap menjadi alat yang dimanipulasi di dalam politik untuk mendapatkan dukungan dan memperoleh tujuan tersebut. Dengan demikian perspektif tersebut, maka


(45)

25

kerangka pemikiran dalam penelitian ini akan memperlihatkan bagaimana simbol agama dimanipulasi oleh elit politik untuk memperoleh kekuasaan.

Untuk lebih memperjelas kerangka pikir ini di gambarkan dalam bentuk sebagi berikut:

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir.

Elit Politik

Strategi/cara

Kontestasi

Tim Sukses

Manipulasi Simbol

Agama

Kekuasaan

1.

Slogan

2.

Foto

3.

Atribut

4.

Banner

(spanduk)


(46)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian yang berusaha mengkontruksikan realitas dan memahami maknanya, sangat memperhatikan proses, peristiwa/realitas, dan ontentisitas. Dengan jumlah subjek yang relatif sedikit serta biasanya terlibat dalam interaksi realitas menjalin interaksi yang lebih intens dengan realitas sesuatu yang akan diteliti. (Rusliwa Somantri, 2005). Maka dengan pendekatan kualitatif penelitian ini dapat menjawab kajian permasalahan pengunaan simbol agama dalam kontestasi politik dalam menyongsong Pilgub Lampung.

B.Fokus Penelitian

Fokus penelitan penting adanya di dalam suatu penelitian, fokus penelitian berguna sebagai pembatas dalam pengumpulan data yang akan diteliti, agar data penelitian tidak meluas.

Fokus penelitian pada penelitian ini adalah:

1. Simbol-simbol agama yang dipakai oleh elit politik dalam kontestasi. 2. Elit politik memanipulasi simbol-simbol agama dalam menyongsong


(47)

27

C.Penentuan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada penelitian ini yaitu Kota Bandar Lampung. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung sebagai sebagai pusat informasi tentang Pilgub Lampung.

D. Teknik Penentuan Informan

Supragogo dan Tobroni (dalam Agustina, 2013) memaparkan bahwa salah satu pertimbangan dalam memilih masalah adalah ketersediaan sumber data.

Adapun data dalam penelitian ini yaitu: 1. Narasumber (Informan)

Manusia memiliki beragam peran dan kedudukan sebagai informan, ia bukan saja sebagai sumber data, melainkan juga aktor atau pelaku yang ikut menentukan berhasil tidaknya sebuah penelitian berdasarkan informasi yang diberikan Karena itu peneliti harus mendapatkan mereka sebagai aktor yang mereka perankan. Adapun pihak-pihak yang dikajikan informan dalam penelitian ini antara lain:

a. Stakeholder elit politik yang terlibat menyongsong PilgubLampung. Informan dalam penelitian ini yang lebih pada Stakeholder elit politik yang terlibat langsung pada kontestasi menyongsong PilgubLampung b. Pengamat Politik akademisi, mahasiswa, tokoh agama, dan tokoh masyarakat yang memiliki informasi mengenai data yang diperlukan dalam penelitian ini.


(48)

Secara rinci informan dalam penelitian ini antara lain adalah: 1. Tim sukses dari 4 pasang calon, Yaitu:

a. Tim sukses pasangan Ridho Ficardo dan Bachtiar Basri. b. Tim sukses pasangan Berlian Tihang dan Mukhlis Basri.

c. Tim sukses pasangan M.Alzier Dianis Thabrani dan Lukman Hakim. d. Tim sukses pasangan Herman HN dan Zainudin Hasan.

2. Pengamat Politik terdiri atas 5 informan yaitu: e. Sekertaris KPU yaitu Zainuddin

f. Dosen yaitu Sindung Hariyanto g. Mahasiswa yaitu Ahmad Risani h. Tokoh Agama yaitu Suhartadi i. Tokoh Masyarakat Junaidi

Secara lebih rinci informan dalam penelitian ini akan diperjelas pada tabel. 29 di bawah ini.


(49)

29

Tabel. 5. Penjelas Nama Informan Penelitian Tim Sukses

NO Tim Sukses

Pasangan

Nama Usia

(tahun)

Agama Alamat Pendidikan

terakhir

Pekerjaan

1. Berlian Tihang dan

Muklis Basri

M. Nasir A.R 56 Islam Gank Salak Labuhan

Ratu RT.05

SMA Wiraswsta

2. Muhammad Rihdo

Ficardo dan Bachtiar Basri

Hamonangan Na Pitupulus

48 Islam Jl. Gatot Subroto

Marawan No.6

SI Pendidikan Sejarah

Anggota DPR PDIP

3. M. Alzier Dianis Tabrani

dan Lukman Hakim

Ahmad Basri 24 Islam Jl. Sultan Agung

No.51

SMA Mahasiswa

STTN Lampung

4. Pasangan Herman HN

dan Zainudi Hasan

Ahmad Fadzir 38 Islam Jl. Al-Rahman

Hakim

SI Pendidikan Agama

Wiraswasta

Tabel. 5. Penjelas Nama Informan Pengamat Politik

No Nama Usia Agama Alamat Pendidikan

Terakhir

Pekerjaan

1. Zainuddin 50 Islam - SI Ilmu

Pemerintahaan

Sekertaris KPU

2. Sindung

Haryanto

57 Islam Perum Raja Basa

Permai P-2 Bandar Lampung

S3 Dosen Sosiologi Universitas Lampung

3. Suhartadi 54 Islam Jl.Bumi Manti

kampung Baru unila

SLTA PNS

4. Junaidi 39 Islam Way Kandis SI Hukum Wiraswasta


(50)

E.Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan beragam data dan jenis sumber data yang dibutuhkan, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yang digunakan yaitu:

1. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam yaitu melakukan wawancara langsung dengan informan mengenai pokok bahasan penelitian (Sugiono, 2011 : 316). Wawancara mendalam ini dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara dengan tujuan mendapatkan keterangan secara mendalam dari permasalahan yang dikemukakan. Wawancara mendalam ini dilakukan melalui berbincang-bincang secara langsung atau berhadapan muka dengan yang diwawancarai.

Penelitian ini juga berusaha untuk mengembangkan pernyataan yang diperlukan. Dengan menggunakan metode wawancara mendalam diharapkan akan diperoleh data mengenai keadaan sosial yang nyata dan mendapat gambaran lebih jelas guna mempermudah dalam analisa data selanjutnya. Dalam proses wawancara mendalam ini, peneliti melakukan wawancara terhadap para informan yang telah ditentukan kriterianya. Peneliti melakukan wawancara dengan mendatangi informan dan berbincang-bincang dengan informan mengenai informasi yang dibutuhkan. Adapun gambaran wawancara mendalam oleh peneliti dengan informan penelitian yaitu:

a. Ahmad Basri (24 tahun) tim sukses pasangan Ridho Ficardo dan Bachtiar Basri ditemui rumah kemenangan GARUDA, adapun instrumen wawancara terkait informasi mengenai simbol agama dan manipulasi simbol agama. Pertanyaan peneliti seputar pemahaman


(51)

31

informan atas simbol agama dan politik, keberadaan simbol agama dalam politik, keterkaitan simbol agama dalam politik pada Pilgub, pengkonsepan alat kampanye politik serta atribut yang digunakan pada Pilgub, dan simbol agama yang digunakan oleh pasangan Ridho dan Bachtiar.

b. Hamonangan Na Pitupulus (48 tahun) tim sukses pasangan Berlian Tihang dan Mukhlis Basri ditemui rumah kemenangan Berlian Tihang di Pahoman, adapun instrumen wawancara terkait informasi mengenai penggunaan simbol agama dan manipulasi simbol agama. Pertanyaan peneliti seputar pemahaman informan atas simbol agama dan politik, keberadaan simbol agama dalam politik, keterkaitan simbol agama dalam politik pada Pilgub, pengkonsepan alat kampanye politik serta atribut yang digunakan pada Pilgub, dan simbol agama yang digunakan oleh pasangan Berlian Tihang dan Mukhlis Basri.

c. Ahmad Fadzir (38 tahun) tim sukses pasangan M.Alzier Dianis Thabrani dan Lukman Hakim ditemui rumah kemenangan untuk M.Alzier Dianis Thabrani dan Lukman Hakim, adapun instrumen wawancara terkait informasi mengenai simbol agama dan manipulasi simbol agama. Pertanyaan peneliti seputar pemahaman informan atas simbol agama dan politik, keberadaan simbol agama dalam politik, keterkaitan simbol agama dalam politik pada Pilgub, pengkonsepan alat kampanye politik serta atribut yang digunakan pada Pilgub, dan simbol agama yang digunakan oleh pasangan M.Alzier Dianis Thabrani dan Lukman Hakim.


(52)

d. M. Nasir A.R (56 tahun), tim sukses pasangan Herman HN dan Zainudin Hasan ditemui rumah kemenangan untuk Herman HN dan Zainudin Hasan, adapun instrumen wawancara terkait informasi mengenai penggunaan simbol agama dan manipulasi simbol agama. Pertanyaan peneliti tentang pemahaman informan atas simbol agama dan politik, keberadaan simbol agama dalam politik, keterkaitan simbol agama dalam politik pada Pilgub, pengkonsepan alat kampanye politik serta atribut yang digunakan pada Pilgub, dan simbol agama yang digunakan oleh pasangan Herman HN dan Zainudin Hasan.

e. Zanuddin (50 tahun), sekertaris KPU yaitu Zainuddin ditemui di ruangan kerja Kantor KPU Kota Provinsi Lampung adapun instrumen wawancara yaitu terkait informasi mengenai penggunaan simbol agama dan manipulasi simbol agama. Pertanyaan penelitian tentang simbol agama, penggunaan simbol agama dalam politik, serta pendapat tentang manipulasi simbol agama pada infroman penelitian. f. Sindung Haryanto (57 tahun), dosen yaitu Sindung Hariyanto ditemui

di ruang kerja FISIP Unila adapun instrumen wawancara yaitu terkait informasi mengenai penggunaan simbol agama dan manipulasi simbol agama. Pertanyaan penelitian tentang simbol agama, penggunaan simbol agama dalam politik, serta pendapat tentang manipulasi simbol agama pada infroman penelitian.

g. Suhartadi (54 tahun), tokoh agama adapun instrumen wawancara yaitu terkait informasi mengenai penggunaan simbol agama dan manipulasi


(53)

33

simbol agama. Pertanyaan penelitian tentang simbol agama, pengunaan simbol agama dalam politik, serta pendapat tentang manipulasi simbol agama pada infroman penelitian.

h. Junaidi (39), tokoh Masyarakat adapun instrumen wawancara yaitu terkait informasi mengenai penggunaan simbol agama dan manipulasi simbol agama. Pertanyaan penelitian tentang simbol agama, penggunaan simbol agama dalam politik, serta pendapat tentang manipulasi simbol agama pada infroman penelitian.

i. Ahmad Risani (21), mahasiswa adapun instrumen wawancara yaitu terkait informasi mengenai penggunaan simbol agama dan manipulasi simbol agama. Pertanyaan penelitian tentang simbol agama, pengunaan simbol agama dalam politik, serta pendapat tentang manipulasi simbol agama pada infroman penelitian.

2. Observasi (pengamatan)

Secara singkat observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan. Secara sitematis terdapat unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala pada objek penelitian, dan unsur-unsur yang tampak itulah yang disebut data atau informasi yang harus diamati dan dicatat secara langsung keadaan dilapangan sehingga diperoleh data atau fakta yang berhubungan dengan masalah yang dikaji (Sugiyono, 2011 : 309). Disini peneliti akan melakukan pengamatan terhadap symbol-simbol agama yang digunakan oleh elit politik dalam menyongsong Pilgub Lampung.


(54)

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan cara atau berdasarkan catatan-catatan yang terdokumentasi (otentik atau tertulis) baik berupa data statistik, arsip, gambar-gambar, buku-buku, kumpulan peraturan, dan perundang-undangan yang dapat digunakan sebagai penunjang kebenaran.

F. Teknik Analisis Data

M. Nasir (1983) mengartikan analisa data sebagai kegiatan mengelompokan, membuat suatu ukuran, dan memanipulasi data sehingga mudah dibaca. Proses analisa data kualitatif menurut Mills dan Huberman (1992) akan melalui proses sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan data, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data dengan cara yang sedemikian rupa sehingga kesimpulan dapat ditarik dan diverifikasi. Pada tahap reduksi data, peneliti dengan seksama memilah dan memilih data mana yang akan dijadikan sandaran utama sebelum disajikan dalam penelitian ini.

2. Display(Penyajian Data)

Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian


(55)

35

data yang lebih baik adalah merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid untuk melihat gambaran keseluruhan dari penelitian ini. Penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan hasil temuan dari kegiatan wawancara terhadap informan serta menghadirkan dokumen sebagai penunjang data.

3. Verifikasi (Penarikan Kesimpulan)

Verifikasi adalah pencarian arti, pola-pola, dan penjelasan alur sebab-akibat, dan proposisikan. Penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat dengan berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan sehingga data yang ada teruji kebenarannya. Hasil wawancara (data) dari informan kemudian ditarik kesimpulannya (sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian) sehingga jelas maknanya. Verifikasi data dilakukan berulang-ulang dan sistematis, yaitu pada waktu dan tempat yang berbeda.


(56)

IV. GAMBARAN UMUM PILGUB LAMPUNG

A.Gambaran Umum Menyongsong Pilgub Lampung

Pemilihan umum Gubernur Lampung 2014 dilaksanakan pada 9 April 2014 bersamaan dengan penyelenggaran Pemilihan umum legislatif Indonesia 2014 setelah sebelumnya direncanakan pada 27 Februari 2014 untuk memilih Gubernur Lampung periode 2014-2019.

Terdapat lima pasang kandidat bakal Calon dalam pemilihan umum ini, yaitu. a. Amalsyah Tarmizi dan Gunadi Ibrahim yang diusung melalui jalur

independen.

b. Berlian Tihang dan Mukhlis Basri yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan 5 parpol non parlemen.

c. Alzier Dianis Thabranie dan Lukman Hakim yang diusung oleh Partai Golkar, dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).

d. Ridho Ficardo dan Bachtiar Basri yang diusung oleh Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), dan Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK) serta 12 parpol non parlemen lainnya ; terakhir, Herman H.N dan Zainudin


(57)

37

Hasan diusung oleh Partai Amanat Nasional (PAN) dan 21 parpol gurem.

Pelaksanaan Pilgub sempat mengalami penundaan beberapa kali hal disebabkan karena habisnya masa jabatan Sjachroedin Zainal Pagaralam pada 2 Juni 2014 dan dan akan digelarnya Pemilihan umum Legislatif 2014 pada April 2014, agar tidak mengganggu tahapan pemilu legislatif maka sedianya Pilgub diselenggarakan pada tahun 2013.

APBD Lampung untuk Pilgub Lampung belum tersedia maka sulit jika dilaksanakan pada 28 Oktober 2013 mengalami penundaan menjadi 2 Desember 2013. Akan tetapi, setelah diadakan rapat tertutup antara pemerintah pusat dengan pemerintah provinsi Lampung, akhirnya Pilgub ditunda hingga tahun 2014. Selanjutnya KPUD Lampung menetapkan penyelenggaraan pemilu pada 27 Februari 2014. Rencana Pilgub pada 27 Februari kembali gagal Muncul wacana Pilgub digelar tahun 2015, namun banyak pihak yang menolak jika diselenggarakan tahun 2015 dan akhirnya disepakati Pilgub digelar 9 April berbarengan dengan Pemilu Legislatif 2014.

Pemilihan umum ini diikuti oleh lima pasang bakal calon pasangan gubernur dan wakil gubernur. Amalsyah Tarmizi mantan Danrem 043/Garuda Hitam maju didampingi Gunadi Ibrahim, Ketua DPD Partai Gerindra Lampung melalui jalur independen. Sekda Provinsi Lampung Berlian Tihang maju bersama bupati Lampung Barat, Mukhlis Basri yang diusung oleh PDIP, PPP, dan PKB serta 5 parpol non parlemen. Sedangkan Alzier Dianis Thabranie Ketua DPD I Partai Golkar Lampung maju bersama Lukman Hakim, walikota Metro. Serta PD, PKS,


(58)

PKPB, dan PDK mengusung mantan Ketua DPD Partai Demokrat Lampung Ridho Ficardo dan bupati Tulang Bawang Barat Bachtiar Basri. Kemudian walikota Bandar Lampung Herman H.N maju bersama Zainudin Hasan seorang pengusaha yang juga adik Menteri Kehutanan Republik Indonesia, Zulkifli Hasan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Akhirnya, KPUD Lampung hanya meloloskan empat pasang calon gubernur dan wakil gubernur saja. Disebebkan pada 23 januari 2014 pasangan Kol. Czi. H. Amalsyah Tarmizi, S.IP. dan H. Gunadi Ibrahim, SE secara resmi mengundurkan diri dengan menyatakan untuk menarik kembali pendaftaran kami sebagai Bakal Calon Gubernur dan Wakil gubernur Lampung Periode 2014-2019. Empat pasang Calon yang lolos pada 25 Februari lalu, telah dilakukan pengundian nomor urut pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Lampung.

Nomor Urut dan Kualisi Partai Politik Pasangan Kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur

Tabel 7. No Urut 1 pasangan Berlian Tihang dan Mukhlis Basri No Kandidat gubernur dan Wakil Gubernur Partai politik

1. Berlian Tihang dan Mukhlis Basri

PDIP, PPP, PKB PP, PKP, PPI


(59)

39

Tabel.8. No Urut 2 Pasangan Muhammad Ridho Ficardo dan Bakhtiar Basri No Kandidat gubernur dan Wakil

Gubernur

Partai politik 2. Muhammad Ridho Ficardo dan

Bakhtiar Basri Demokrat, PKS

PKPB, PDK, PB

PDS, PMB, PIS PKP,

PPI, PPPI PBN,

PRN, PBB PKNU,

PKDI

Tabel.9. No. Urut 3 Pasangan Herman H.N dan Zainudin Hasan No Kandidat gubernur dan Wakil

Gubernur

Partai politik 3. Herman HN dan Zainudin Hasan

PAN, PBR, PK

PKP, PPRNl, PNBKI PNIM, PP , PKBIB PKDI, PPI, PDP PIS,

PP, PRN

Tabel.10. No. Urut 4 Pasangan Alzier Dianis Thabranie dan Lukman Hakim No Kandidat gubernur dan Wakil

Gubernur Partai politik

4. Alzier Dianis Thabranie dan Lukman Hakim

Partai Golkar Hanura

Tanggal 25 Februari 2014 telah dilakukan pengundian nomor urut pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Lampung. Daftar urut nomor berdasarkan pengundian nomor urut pasangan yang telah dipaparkan diatas yaitu pasangan Berlian Tihang dan Mukhlis Basri memperoleh nomor urut pertama dilanjutkan oleh pasangan Muhammad Ridho Ficardo dan Bakhtiar Basri nomor urut dua,


(60)

nomor urut tiga pasangan Herman H.N dan Zainudin Hasan, dan nomor urut empat yaitu pasangan Alzier Dianis Thabranie dan Lukman Hakim.

B.Sejarah Singkat Pilgub

Pemilihan Kepala daerah dan wakil kepala daerah sebagai Kepala daerah di tahun 2005 kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pilkada. Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005.

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, pilkada dimasukkan dalam rezim pemilu, sehingga secara resmi bernama Pemilihan umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau disingkat Pemilukada. Pemilihan Kepala Daerah pertama yang diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini adalah Pilkada DKI Jakarta 2007.

Tahun 2011, terbit undang-undang baru mengenai penyelenggara pemilihan umum yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011. Di dalam undang-undang ini, istilah yang digunakan adalah Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota. Berbunyi yaitu “Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota adalah pemilihan untuk Gubernur, Bupati, dan Walikota secara demokrasi dalam negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


(61)

41

Pilgub Lampung diselenggarakan pertama kali pada Tahun 2009 hal ini menandai terjadinya pesta demokrasi di Lampung, dimana masyarakat Lampung secara demokrasi memilih calon Pemimpin Lampung secara individual.

C.Daftar Pemilih Tetap Gubernur Lampung

Daftar pemilih tetap Pilgub Lampung adalah 5.913.168 orang, sedang jumlah tempat pemungutan suara (TPS) sebanyak 16.497 titik yang tersebar di 14 kabupaten/kota di Provinsi Lampung, menyebutkan, jumlah pasti pemilih di Lampung adalah sebanyak jiwa.

Tabel.11. Jumlah DT Provinsi Lampung

No Kabupaten Jumlah DPT

1. Pesawaran 317.433

2. Pringsewu 310.272

3. Metro 109.388

4. Tanggamus 453.959

5. Lampung Barat 317.967

6. Lampung Tengah 898.970

7. Lampung Timur 772.791

8. Lampung Selatan 689.923

9. Kota Bandar Lampung 634.061

10. Lampung Utara 447.542

11. Way Kanan 335.926

12. Tulang Bawang 285.049

13. Tulang Bawang Barat 196.314

14. Mesuji 143.673

Jumlah 5.913.168


(62)

Jumlah pemilih tetap tersebut lebih sedikit dibandingkan rekapitulasi sebelumnya sebanyak 4.165 pemilih, karena adanya pemilih ganda. Berdasarkan jumlah tersebut, KPU Lampung mencatat sebanyak 3.033.634 pemilih laki-laki dan 2.879.534 pemilih perempuan.

Jumlah pemilih terbanyak tercatat di Kabupaten Lampung Tengah sebanyak 898.970 pemilih, disusul dengan Kabupaten Lampung Timur sebanyak 772.791 orang pemilih. Sedangkan pemilih di Lampung Selatan sebanyak 689.923 orang, dan Kota Bandar Lampung 634.061 jiwa Pemilih di Kabupaten Pesawaran sebanyak 317.433 orang, Pringsewu 310.272, dan Kota Metro 109.388 jiwa Sedangkan Kabupaten Tanggamus sebanyak 453.959 pemilih, Lampung Barat 317.967 jiwa, Lampung Utara 447.542 orang. Terakhir pada empat kabupaten di Lampung, yaitu Way Kanan (335.926), Tulang Bawang (285.049), Tulang Bawang Barat (196.314), dan Mesuji (143.673).


(1)

42

Jumlah pemilih tetap tersebut lebih sedikit dibandingkan rekapitulasi sebelumnya sebanyak 4.165 pemilih, karena adanya pemilih ganda. Berdasarkan jumlah tersebut, KPU Lampung mencatat sebanyak 3.033.634 pemilih laki-laki dan 2.879.534 pemilih perempuan.

Jumlah pemilih terbanyak tercatat di Kabupaten Lampung Tengah sebanyak 898.970 pemilih, disusul dengan Kabupaten Lampung Timur sebanyak 772.791 orang pemilih. Sedangkan pemilih di Lampung Selatan sebanyak 689.923 orang, dan Kota Bandar Lampung 634.061 jiwa Pemilih di Kabupaten Pesawaran sebanyak 317.433 orang, Pringsewu 310.272, dan Kota Metro 109.388 jiwa Sedangkan Kabupaten Tanggamus sebanyak 453.959 pemilih, Lampung Barat 317.967 jiwa, Lampung Utara 447.542 orang. Terakhir pada empat kabupaten di Lampung, yaitu Way Kanan (335.926), Tulang Bawang (285.049), Tulang Bawang Barat (196.314), dan Mesuji (143.673).


(2)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan dalam berbagai hal terkait dengan simbol-simbol agama dan manipulasi simbol-simbol agama dalam praktik politik khususnya Pilgub Lampung periode 2014-2019.

Elit politik mengunakan isu agama dalam bentuk simbol-simbol agama yang dimuat dalam banner (spanduk) dimanipulasi sedemikian mungkin agar dapat mempengaruhi opini publik untuk kepentingan politik yaitu memperoleh kekuasaan. Pengunaan simbol agama dibagi menjadi simbol agama sebagai konseptual dan simbol agama sebagai praktis konseptual simbol agama dijadikan alat manipulasi untuk kepentingan memperoleh kekuasaan praktis simbol agama dijadikan alat dalam rangka mepengaruhi masyarakat dalam memilih.

Pengunaan simbol agama dalam praktik kontestasi simbol merupakan bentuk yang dapat dimanipulasi yang dapat mendorong atau mengarahkan seorang atau kelompok untuk membangun pencitraan untuk sebuah kepentingan. Banner (spanduk) merupakan media penting untuk publikasi pencalonan dalam Pilgub, yang di dalamnya terdapat foto, slogan, dan atribut yang menciptakan kekuatan dari


(3)

media-95

media tersebut di dalam sebuah banner (spanduk) menjadi suatu kekuataan yaitu the

power of banner pada kontestasi elit politik dalam menyongsong Pilgub Lampung.

The power of symbol religius ,memiliki kekuataan besar untuk dapat mengendalikan

semua aspek kehidupan manusia, dimana agama sebagai inti dari kebudayaan, sehinga simbol-simbol yang mewakilinya memiliki kekuatan untuk mempengaruhi opini publik, hal tersebut yang menyebabkan manipulasi simbol agama. Sehinga simbol agama dimanipulasi oleh elit politik untuk kepentingan dalam menyongsong Pilgub Lampung.

Manipulasi Simbol agama diantaranya dengan menggunakan simbol agama untuk tujuan yaitu: a. Simbol agama sebagai alat untuk membangun pencitraan, b. Simbol agama sebagai alat untuk memperoleh simpati dan dukungan massa, c. Simbol agama sebagai alat komunikasi politik, dan d. Simbol agama sebagai alat manipulasi politik yaitu sebagai cara, trik, dan strategi politik.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan memberikan rekomendasi yang diharapkan dapat menjadi referensi pemikiran terkait pengunaan simbol agama dalam praktik politik. Terkait pengunaan simbol agama dalam pernyataan tersebut.

a. Bagi masyarakat diharapkan dapat membedakan pengunaan simbol-simbol keagamaan dalam kepentingan politik, dengan simbol yang bermakna sesunggunya karena tingkat religuis sesorang tidak tergantung pada


(4)

penampilan, masyarakat agar lebih cermat lagi untuk menilai kebenaran akan suatu simbol dalam makna yang teselubung.

b. Elit politik diharapkan lebih cerdas dalam memahami sejarah politik, politik yang cerdas tidak mengunakan isu SARA, khususnya isu agama dalam politik untuk memperoleh kekuasaan maupun kepentingan lainnya, tetapi lebih pada kemampuan serta kualitas dari elit politik itu sendiri, sehinga diharapkan elit politik lebih cerdas serta mampu memberikan contoh kepada masyarakat, agar tercipta simpati dari masyarakat dengan sendirinya.


(5)

97

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Annisa. 2013. Kemitraan Pemerintahan dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam Penanganan Masalah Tindakan Kekerasan

Terhadap Anak di Kota Bandar Lampung. Universitas Lampung. Bandar

Lampung.

Budianta, Melani. 2006. Budaya, Sejarah, dan Pasar: New Historicim dalam

Perkembangan Sasra. Universitas Indonesia. Jakarta.

D. Hendropuspito. 1983. Sosiologi Agama, IKAPI. Yogyakarta.

Dhavanmony, Mariasusai. 1995. Fenomenologi Agama, IKAPI. Yogyakarta. Firmanzah, 2008. Marketing politik antara pemahaman dan realitas. Yayasan

Obral Indonesia. Jakarta.

Geertz, Clifford. 1973. The Interpretation of Culture. Basic Books. New York. Hertanto. 2006. Teori-teori Politik dan Pemikiran Politik di Indonesia.

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hidayat, Rakmat. 2007. Kurikulum sebagai Arena Kontetasi Kekuasaan:

Konseptualisasi Gagasan Michael Apple hingga Pierre Bourdieu.

Universitas Indonesia. Jakarta.

Herusatoto, Budiono. 2005. Simbolisme dalam budaya jawa. Hanindita Graha Widia. Yogyakarta.

Iriyanto, Sulistyawati. 2006. Menuju Hukum yang Berprespektif kesetaraan dan

keadilan. Yayasan Obral Indonesia. DKI Jaya.

Nasir, M. 1983. Metode Penelitian Kualitatif. Ghalia Indonesia. Jakarta

Mills, C. Wright dan M. Huberman. 1992. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Putra. Bandung.

Peacock, James L. 1968. Rites of Modernization, Symbolic and Social Aspects of


(6)

Rusliwa Somantri, Gumilar. 2005. Memahami Metode Kualitatif. Universitas Indonesia. Depok.

Riastuti, Frensi. 2009. Simbol-simbol etnis dalam Pemilihan Gubernur dan wakil

gubernur Lampung. Universitas Lampung.

Yahya, Muhtar. 2007. Sistem Kekuasaan politik pada Gerakan Khlafatul muslim

di Baraja. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Saifuddin, Acmad Fedyani. 2011. Antropologi Sosial Budaya. Institute Antropologi Indonesia. Depok.

Santoso, Budi. 2012. Pencitraan dalam Humas. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi. Afabeta. Jakarta.

Syukur, M. Amin. 2003. Teologi Islam terapan: upaya antisipatif terhadap

hedonisme kehidupan modern. Tiga Serangkai. Jakarta.

Talal, Asad. 1993.” The Conctruction of religion as an Anthropology Category in The Genealogy of Religion: Disiplin and Reason of Power in Christyani

and Islam. Johns Hopkins. University Press.

Tuner, Victor. 1974. Dramas, Fields and Metapor Symbolik Action in Human

Society Ithaca. Ny Cornell. University Press.

Wahid, Abdurrahman. 1993. Kiri Islam antara Modernisasme dan Post

Modernisme Kazoo Shimonki. LKIS Selagi Aksara. Yogyakarta.

Mulkhan, Abdul Muhir.2003. Moral Politik Santri: Agama dan Perbedaan. Erlangga. Jakarta.

Sumber lain:

Komisi Pemilihan Umum Kota Bandar Lampung.

Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah.

Biro Pusat Statistik Lampung. 2010. (http://sp2010.bps.go.id), diakses pada tanggal 10 juli 2013.