Analisis Peranan Sektor Industri Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Serta Pengaruhnya...

ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI DALAM
MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT SERTA
PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI
WILAYAH KOTA PEMATANG SIANTAR

TESIS

Oleh :
ANGGIAT SINURAT
982103003/PWD

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2001
Anggiat Sinurat : Analisis Peranan Sektor Industri Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat…, 2001
USU Repository © 2007

RINGKASAN
Anggiat Sinurat. ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI DALAM
MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Tesis ini disusun
untuk memenuhi persyaratan dalam penyelesaian studi program S2 (Magister) pada
Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dengan komisi
pembimbing : Dr. Parapat Gultom, MSIE., Drs. H.S. Tarmizi, SU., Drs. Tuana Simamora,
MS.
Pembangunan wilayah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan
tersebut harus dilaksanakan sejara serasi, selaras dan seimbang pada wilayah perkotaan
maupun perdesaan. Selain itu, keterpaduan antar sektor pembangunan harus
diupayakan secara optimal oleh perencana daerah agar menghasilkan suatu sinergi
kekuatan yang efektif berfungsi mencapai kemandirian perekonomian.
Wilayah kota Pematangsiantar merupakan wilayah perkotaan yang tidak sesuai
dikembangkan untuk kegiatan usaha-usaha yang bersifat pertanian. Wilayah perkotaan
cenderung sesuai untuk kegiatan usaha-usaha yang bersifat sekunder seperti
perdagangan maupun usaha-usaha yang bersifat tertier seperti industri dan jasa-jasa. Sektor
industri di Kota Pematangsiantar potensil untuk dikembangkan karena secara geografis berada
pada tengah-tengah wilayah Kabupaten Simalungun sebagai hinterland-nya yang telah unggul
dalam beberapa jenis komoditi pertanian yang dapat berfungsi sebagai penyedia input industri.
Tersedianya tenaga kerja pada berbagai keahlian dan keterampilan. Fasilitas industri
terdistribusi sebagai faktor pendukung, misalnya jalan, perbankan, pompa bensin/solar, spare

part, perbengkelan, pasar dan lain-lain sebagai faktor pendukung yang merupakan keunggulan
aglomerasi. Ditambah tersedianya lahan seluas lebih kurang 240 hektar untuk kawasan industri di
Kelurahan Pondok Sayur, Kecamatan Siantar Martoba.
Proses industrialisasi merupakan kelanjutan dari tahapan pembangunan ekonomi setelah
sektor pertanian berkembang. Sektor industri memegang peranan penting sebagai faktor
produktif dalam memaksimumkan pembangunan selanjutnya (induced investment) dan
mempunyai mekanisme perangsang pembangunan (inducement mechanism) yang tercipta
sebagai akibat adanya hubungan antar industri hulu dan industri hilir.
Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan industri, antara lain : modal kerja, jumlah tenaga kerja, pendidikan tenaga kerja,
bahan baku dan tingkat tehnologi yang digunakan. Selanjutnya menganalisis laju perkembangan
sektor industri dan pengaruh pengembangan sektor industri terhadap pertumbuhan ekonorni
Kota Pematangsiantar yang dihitung dengan menggunakan angka PDRB (Produk Domestik
Regional Bruto).
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan analisis dengan menggunakan fungsi produksi
Cobb Douglas yang dilinierkan dengan cara logaritma, sehingga membentuk persamaan regressi
linier berganda. Analisis dilakukan dengan membuat populasi ke dalam 2 (dua) sub sektor,
yaitu : Sub Sektor Industri Kecil dan Rumah Tangga (IKRT) dan Sub Sektor Industri Besar
dan Menengah (IBM). Dari hasil perhitungan yang dilakukan didapat persamaan regresi
untuk mengetahui efisiensi penggunaan faktor-


Anggiat Sinurat : Analisis Peranan Sektor Industri Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat…, 2001
USU Repository © 2007

faktor produksi pada industri kecil dan rumah tangga sebagai berikut : Log Y = Log 0,185
+ 0,469 Log MK + 0,104 Log JTK + 0,459 Log PTK + 0,205 Log BB + 0,193 Log TT.
Berdasarkan Uji t pada taraf signifikansi 95 % ( = 0,05) diketahui bahwa variabel
yang signifikan adalah Modal Kerja, Pendidikan Tenaga Kerja, dan Bahan Baku. Variabel
Jumlah Tenaga Kerja dan Tingkat Tehnologi kurang signifikan dari hasil penelitian yang
dilakukan terhadap 51 (lima puluh satu) responden sebagai unit sampel.
Persamaan regresi untuk industri besar dan menengah yang dilakukan terhadap sampel
sebanyak 8 (delapan) unit, sehingga menghasilkan persamaan regressi sebagai berikut : Log Y =
Log 3,326 + 0,264 Log MK + 0,138 Log JTK + 0,159 Log PTK + 0,689 Log BB + 0,890 Log TT.
Uji t yang diiakukan pada tingkat kepercayaan 95 % ( = 0,05) diketahui bahwa variabel yang
signifikan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat adalah Modal Kerja, Bahan Baku dan
Tingkat Tehnologi. Dari nilai F test diketahui F hitung = 346,94 didapat probabilitas sebesar
0,003 yang lebih kecil dari P (Probabilitas) adalah 0,05 berarti pada ke lima variabel input
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan (Y).
Disimpulkan bahwa untuk menambah pendapatan industri (Y) pada sub sektor IKRT,
variabel yang perlu ditingkatkan adalah Modal Kerja, Pendidikan Tenaga Kerja dan Bahan Baku.

Pada sub sektor Industri Besar dan Menengah yang perlu ditingkatkan adalah variabelvariabel Modal Kerja, Bahan Baku dan Tingkat Teknologi. Variabel Modal Kerja dan Bahan
Baku sama-sama menjadi variabel yang signifikan baik pada IKRT maupun IBM. Variabel
Jumlah Tenaga Kerja pada kedua sub sektor industri ini sama-sama tidak signifikan dalam
meningkatkan pendapatan apabila dilihat secara individual. Tingkat Teknologi pada IKRT tidak
menjadi faktor penunjang yang signifikan, hal ini dimungkinkan karena pada IKRT secara umum
menggunakan teknologi sederhana. Lain halnya pada IBM, peran teknologi sangat dominan
yang terlihat dari nilai eiastisitas sebesar 0,890 yang merupakan koefisien elastisitas
terbesar dari 4 (empat) variabel input lainnya, yaitu : MK sebesar 0,264; JTK sebesar
0,138; PTK sebesar 0,159; BB sebesar 0,689. Pada IKRT variabel input yang paling besar
kontribusinya adalah Modal Kerja dengan koefisien elastisitas sebesar 0,469 diikuti PTK sebesar
0459; BB sebesar 0,205; H sebesar 0,193 dan terakhir adalah 31-K sebesar 0,104.
Dilihat dari analisa basis ekonomi Tiebout (1962), diketahui bahwa sektor
industri merupakan sektor basis, baik dihitung dengan menggunakan variabel PDRB maupun
variabel tenaga kerja yang dianalisis dari tahun 1993 sampai 1999. Pernyataan ini terlihat dari
nilai LQ (Location Quotien) lebih besar dari 1 (satu) (LQ > 1). Nilai LQ lebih besar dari 1
(satu) memberi anti bahwa dilihat dari angka PDRB, kegiatan industri merupakan kegiatan yang
memberi kontribusi terbesar apabila dibandingkan dengan 8 (delapan) sektor lainnya sebagai
kegiatan non basis (service). Nilai LQ yang dihitung dengan variabel Tenaga Kerja didapat
bahwa nilai LQ selalu lebih besar dari 1 (satu), hal ini memberi arti bahwa sektor industri
merupakan penyerap tenaga kerja terbesar di banding dengan lapangan usaha lainnya. Sebagai

kesimpulan dapat dikatakan bahwa sektor industri berpengaruh terhadap peningkatan PDRB
dengan nilai rata-rata 39,04 % pertahun dan menyerap tenaga kerja lokal dengan nilai ratarata 15,45 % per tahun, dari tahun 1994 sampai 1999 di Kota Pematangsiantar.
Produk sektor industri sejak tahun 1983 mengalami kenaikan sampai tahun 1995,
mulai menurun tahun 1996 sebesar 4,43 % dan tahun 1998 menurun 8,49 % dari tahun
sebelumnya, tetapi sudah terlihat bertambah 2,80 % pada tahun 1999. Total PDRB
menunjukkan kenaikan sejak tahun 1983 sampai tahun 1997 yang diperkirakan sebagai dampak
krisis ekonomi yang turut melanda industri sejak pertengahan bulan Juli tahun 1997. Proporsi
PDRB sektor industri terhadap jumlah totalnya juga

Anggiat Sinurat : Analisis Peranan Sektor Industri Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat…, 2001
USU Repository © 2007

berfluktuasi naik dan turun dan yang terendah berada pada tahun 1997. Nilai indeks berantai
perkembangan PDRB mencapai angka tertinggi pada tahun 1988, yaitu 173,17 yang diikuti nilai
indeks tahun 1987 sebesar 131,35, yang terendah adalah pada tahun 1998 yaitu menurun sebesar
4,71 % dibanding tahun 1997.
Pertumbuhan ekonomi wilayah Kota Pematangsiantar yang dihitung dengan
menggunakan production approach mengalami pertumbuhan positif sampai tahun 1999,
kecuali pada tahun 1998 yang negatif sebesar 4,71 %. Dengan demikian disimpulkan
bahwa pada tahun 1998 terlihatlah dampak terburuk dari krisis ekonomi nasional di wilayah

Kota Pematangsiantar.
Indikator penyerapan tenaga kerja, biaya input, jumlah output dan nilai tambah juga
dapat menggambarkan masalah pertumbuhan ekonomi wilayah. Dilihat dari indikator
penyerapan tenaga kerja pada sub sektor industri kecil dan rumah tangga setiap tahun
mengalami penurunan, sama halnya pada sub sektor industri besar dan menengah yang
berfluktuasi naik hanya pada tahun 1997 sebesar 3,90 %. Keadaan ini juga terjadi sebagai
pengaruh dari pertumbuhan ekonomi yang terlihat mulai menurun sejak tahun 1995. Dilihat
dari indikator penggunaan biaya input, terjadi pertumbuhan dari tahun 1994 sampai tahun
1999. Dilihat dari indikator perubahan jumlah unit usaha industri di Kota Pematangsiantar,
industri kecil dan rumah tangga maupun industri besar dan menengah mengalami penurunan
akibat terjadinya kelesuan dalam pengelolaan industri sebagai dampak krisis ekonomi atau
sebagian unit usaha industri itu melakukan penggabungan dengan perusahaan sejenis agar dapat
beroperasi lebih efisien. Terlihat dari sebanyak 471 unit usaha industri kecil dan rumah tangga
pada tahun 1994 turun menjadi sebesar 341 unit pada tahun 1999. Industri besar dan menengah
ada sebanyak 63 unit usaha pada tahun 1994 turun menjadi 50 unit pada tahun 1999. Dari
indikator nilai tambah (value added) yang dihasilkan kegiatan industri, sudah
mengalami penurunan pada tahun 1997 dari Rp. 82.039.960.000 atau sebesar 13,15 %. Pada
tahun 1998 menurun lagi sebesar 0,22 % dari tahun 1997, tetapi sudah terlihat kenaikannya yang
material pada tahun 1999 menjadi Rp. 101.419.490.000 atau naik sebesar 40,18%.
Output industri selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, tetapi sempat menurun

kanaikannya pada tahun 1996 dan tahun 1998, tetapi sudah mengalami kenaikan yang
sangat material yakni sebesar 116,24 % tahun 1999. Keadaan ini diperkirakan sebagai
akibat dari kenaikan harga jual output industri sebagai dampak inflasi.
Dari 6 (enam) variabel yang diukur laju pertumbuhannya terkait dengan sektor industri,
diketahui bahwa nilai input, nilai output, nilai tambah dan tenaga kerja yang digunakan
mengalami pertumbuhan yang positif masing-masing secara berturut-turut ; 5,73 %; 8,80 %;
10,77 %; dan 19,68 %. Variabel PDRB dan jumlah unit usaha mengalami laju
pertumbuhan yang negatif, masing-masing sebesar 0,12 % dan 6,36 %. Laju pertumbuhan ini
diukur dengan menggunakan data tahun 1994 dan tahun 1999 atau dengan interval waktu 5
(lima) tahun.

Anggiat Sinurat : Analisis Peranan Sektor Industri Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat…, 2001
USU Repository © 2007