Analisis Peranan Sektor Industri Kecil Kacang Sihobuk Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Di Kecamatan Sipoholon Tapanuli Utara

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PERANAN SEKTOR INDUSTRI KECIL KACANG

SIHOBUK DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN

MASYARAKAT DI KECAMATAN SIPOHOLON

TAPANULI UTARA

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH :

NIRWANA C SINURAT

070501065

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi

Medan

2011


(2)

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi

Medan

Penanggung Jawab Skripsi Nama : Nirwana C Sinurat

NIM : 070501065

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan

Judul Skripsi : Analisis Peranan Sektor Industri Kecil Kacang Sihobuk Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Di Kecamatan Sipoholon Tapanuli Utara.

Tanggal,___________________

Pembimbing

Dr. HB. Tarmizi, SE,SU__ NIP: 19530412 198103 1 006


(3)

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi

Medan

Persetujuan Administrasi Akademik Nama : Nirwana C Sinurat

NIM : 070501065

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan

Judul Skripsi : Analisis Peranan Sektor Industri Kecil Kacang Sihobuk Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Di Kecamatan Sipoholon Tapanuli Utara. Tanggal,___________________ Ketua

Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D NIP: 19710503 200312 1 003

Tanggal,___________________ Dekan

Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec NIP: 19550810 198303 1 004


(4)

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi

Medan

Berita Acara Ujian

Hari : Rabu

Tanggal : 21 September 2011 Nama : Nirwana C Sinurat

NIM : 070501065

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan

Judul Skripsi : Analisis Peranan Sektor Industri Kecil Kacang Sihobuk Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Di Kecamatan Sipoholon Tapanuli Utara.

Ketua Program Studi Pembimbing

Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D Dr.HB.Tarmizi, SE,SU____ NIP: 19710503 200312 1 003 NIP: 19530412 198103 1 006

Penguji I Penguji II

Dra.Raina Linda Sari, MSi _____ Drs. Syahrir Hakim, M.Si__ NIP: 19630907 198803 2 002 NIP: 19560112 198503 1 002


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “ Analisis Peranan Sektor Industri Kecil Kacang Sihobuk Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Di Kecamatan Sipoholon, Tapanuli Utara”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang kacang sihobuk. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah Jumlah Produksi, Lama Usaha, dan Modal Awal. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan sampel sebanyak 30 orang. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah Ordinary Least Squared (OLS), dengan menggunakan Eviews 5.1.

Hasil analisa menunjukkan bahwa variabel Jumlah Produksi dan Lama Usaha mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kacang sihobuk, sedangkan Modal Usaha tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pedagang kacang sihobuk.


(6)

ABSTRACT

The title of this research is “ Analysis a part of small sector industry sihobuk nuts to increase the income of community in Sipoholon district,North Tapanuli”. The purpose of this research is to analyzed factors that influence the Sihobuk nuts seller’s income. The independent variables that used in this research is the amount of production, years of business and the authorized capital. This research is done in Sipoholon district, North Tapanuli regency.

Data that used in this research is primary data with 30 respondences as sample. Research method that used in this study is Ordinary Least Squared (OLS), by using Eviews 5.1.

The result showed that the amount of production year of business have a positive influnce and significant for Sihobuk nuts seller’s income, but the authorized capital has not the significant influence for the sihobuk nuts seller’s income.

Keywords : Income, amount of production, years of business, the authorized capital.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan anugerah-Nya yang luar biasa kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Peranan sektor Industri Kecil Kacang Sihobuk Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Di Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara”. Penulisan ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar sarjana Ekonomi di Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan berupa dorongan semangat maupun sumbangan pikiran dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada semua pihak terutama kepada :

1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyo Ario Pratomo, SE, Mec, selaku Ketua, dan kepada Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.si, selaku Sekertaris Depertemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irysad Lubis SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua, dan kepada Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, selaku Sekertaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr.HB Tarmizi, SU, M.si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan kritikan selama dalam pengerjaan skripsi ini.


(8)

5. Ibu Dra. Raina Linda Sari,M.Si, selaku dosen penguji I yang telah memberi saran dan masukan yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.si, selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh staff pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

8. Orang tuaku yang tercinta K br. Simanjuntak yang sangat penulis cintai buat semua doa, perhatian, didikan, nasihat, dukungan yang sangat penulis butuhkan sehingga membuat penulis semangat selama mengikuti perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.

9. Juga buat Kakak dan Abang-abang ku serta Teman-teman penulis yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu sebagai rasa sayang, perhatian, doa dan semangat yang diberikan dalam penyelesain skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juni 2011 Hormat Saya

( Nirwana C Sinurat) 070501065


(9)

D A F T A R I S I

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Hipotesis ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pembangunan Indusri ... 11

2.2 Industri Kecil ... 12

2.2.1 Pengertian Industri Kecil ... 13

2.2.2 Karakteristik Industri Kecil ... 15

2.2.3 Kategori Industri Kecil ... 19

2.2.4 Masalah dan Hambatan Industri Kecil ... 20

2.2.5 Pembinaan dan Pengembangan Industri Kecil ... 23

2.2.6 Stategi Pengembangan Industri Kecil ... 25

2.3 Tenaga Kerja... 31

2.3.1 Tenaga Kerja Dalam Industri Kecil ... 35

2.3.2 Pengertian Faktor Produksi ... 35

2.4 Pendapatan ....………... 36

2.4.1 Pendapatan Pedagang Kacang Sihobuk ... 36

2.4.2 Pendapatan Nasional ... 38


(10)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 42

3.2 Lokasi Penelitian ... 42

3.3 Penentuan Populasi Dan Sampel ... 42

3.4 Jenis Dan Sumber Data ... 43

3.5 Tehnik Pengumpulan Data ... 43

3.6 Tehnik Analisis Data ... 43

3.7 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 44

3.7.1 Koefisien Determinasi (R-square) ... 44

3.7.2 Uji T-statistik ... 45

3.7.3 Uji F-statistik ... 46

3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 47

3.8.1 Uji Multikolineary ... 47

3.8.2 Uji Heterokedastisitas ... 48

3.9 Definisi Operasional ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Sipoholon ... 50

4.1.1 Kondisi Geografis Kecamatan Sipoholon ... 50

4.1.2 Luas Wilayah Dan Topografi Kecamatan Sipoholon... 50

4.2 Kondisi Demografis ... 51

4.2.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Sipoholon ... 51

4.3 Karakteristik Responden ... 53

4.3.1 Usia Responden ... 53

4.3.2 Pendidikan Responden ... 54

4.3.3 Jumlah Tanggungan Responden ... 54

4.3.4 Pengalaman Berusaha Responden ... 55

4.4 Hasil Estimasi Dan Interpretasi Model………... 56

4.4.1 Analisis Dan Pengumpulan Data ... 56

4.5 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) ... 57

4.5.1 Koefisien Determinasi (R-square) ... 57

4.5.2 Uji F-statistik ... 58


(11)

4.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 62 4.6.1 Uji Multikolinearitas ... 62 4.6.2 Uji Heteroskedastisitas ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 64 5.2 Saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA ... 67 LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

4.1 Luas Wilayah Kecamatan Sipoholon Berdasarkan Desa ... 51

4.2 Jumlah Dan KepadatanPenduduk Kecamatan Sipoholon... 52

4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur ... 53

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 54

4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 54

4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 55

4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha ... 55

4.8 Hasil Regresi ... 56

4.9 Hasil Pengujian Correlation Matrix ... 63


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Pemeran Kegiatan Ekonomi …………..………... 39

3.1 Uji T-statistik ………..…... 46

3.2 Uji F-statistik ……….………... 47

4.1 Uji F-statistik ………….…………... 59

4.2 Uji T-statistik Jumlah Produksi………... 60

4.3 Uji T-statistik Pengalaman Usaha ………... 61


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “ Analisis Peranan Sektor Industri Kecil Kacang Sihobuk Dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Di Kecamatan Sipoholon, Tapanuli Utara”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang kacang sihobuk. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah Jumlah Produksi, Lama Usaha, dan Modal Awal. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan sampel sebanyak 30 orang. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah Ordinary Least Squared (OLS), dengan menggunakan Eviews 5.1.

Hasil analisa menunjukkan bahwa variabel Jumlah Produksi dan Lama Usaha mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kacang sihobuk, sedangkan Modal Usaha tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pedagang kacang sihobuk.


(15)

ABSTRACT

The title of this research is “ Analysis a part of small sector industry sihobuk nuts to increase the income of community in Sipoholon district,North Tapanuli”. The purpose of this research is to analyzed factors that influence the Sihobuk nuts seller’s income. The independent variables that used in this research is the amount of production, years of business and the authorized capital. This research is done in Sipoholon district, North Tapanuli regency.

Data that used in this research is primary data with 30 respondences as sample. Research method that used in this study is Ordinary Least Squared (OLS), by using Eviews 5.1.

The result showed that the amount of production year of business have a positive influnce and significant for Sihobuk nuts seller’s income, but the authorized capital has not the significant influence for the sihobuk nuts seller’s income.

Keywords : Income, amount of production, years of business, the authorized capital.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Prioritas mempercepat pemulihan ekonomi serta memperkuat landasan pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan yang berdasarkan pada sistem ekonomi kerakyatan dan dilakukan melalui pembangunan di bidang ekonomi serta pembangunan dibidang sumber daya alam dan lingkungan hidup. Oleh karena itu, arah kebijakan pembangunan di bidang ekonomi sesuai dengan GBHN 1999-2004 adalah mempercepat pemulihan ekonomi dan mewujudkan landasan pembangunan yang lebih kukuh bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan. Tujuan pembangunan tersebut dicapai dengan lebih memberdayakan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional terutama usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi melalui pengembangan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan serta berbasis sumber daya alam serta sumber daya manusia yang produktif dan mandiri.

Di bidang ekonomi, sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan adalah tercapainya keseimbangan antara pertanian dan industri serta perubahan-perubahan fundamental dalam stuktur ekonomi Indonesia sehingga produksi nasional yang berasal dari luar pertanian merupakan bagian yang semakin besar dan industri menjadi tulang punggung ekonomi.

Dengan memperhatikan sasaran pembangunan di bidang ekonomi tersebut maka pembangunan di bidang industri memegang peranan yang penting. Dengan arah dan sasaran itu, pembangunan industri berarti harus ditingkatkan dan dipercepat pertumbuhannya sehingga mampu mempercepat terciptanya stuktur


(17)

ekonomi yang lebih seimbang, yang pelaksanaannya juga harus semakin memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Industri kecil memiliki peranan yang besar dalam mendorong pembangunan di daerah khususnya pedesaan. Dalam hal ini bisa dilihat bahwa pembangunan di daerah tidak terlepas dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi daerah dan aspirasi daerah.

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah bertujuan meningkatkan jenis dan peluang kerja. Pembangunan ekonomi daerah di era otonomi menghadapi berbagai tantangan baik internal maupun eksternal, seperti masalah kesenjangan dan iklim globalisasi, yang akhirnya menuntut tiap-tiap daerah untuk mampu bersaing di dalam dan di luar negeri. Kesenjangan dan globalisasi berimplikasi kepada propinsi, kabupaten/kota untuk melaksanakan percepatan pembangunan ekonomi daerah melalui pengembangan ekonomi daerah berdasarkan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh masing-masing daerah.

Untuk mendukung pembangunan tersebut sektor industri menjadi salah satu faktor pendukung. Dilihat dari karakteristik sosial ekonomi bangsa Indonesia saat ini industri kecil merupakan satu kekuatan dalam mewujudkan pembangunan. Apalagi sejak krisis ekonomi tahun 1997, peranan usaha besar menurun drastis terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini disebabkan karena bahan baku impor meningkat secara drastis, biaya cicilan meningkat sebagai akibat dari nilai tukar rupiah terhadap dolar menurun dan berfluktuasi. Sektor perbankan yang ikut terpuruk turut memperparah sektor industri dari sisi permodalan. Banyak perusahaan yang tidak mampu lagi meneruskan usaha karena tingkat bunga yang


(18)

tinggi. Berbeda dengan usaha kecil yang sebagian besar tetap bertahan. Ada lima keadaan yang memungkinkan industri kecil mampu bertahan dari persaingan yang datang dari industri berskala besar adalah sebagai berikut : Pertama, usaha industri kecil bergerak dalam pasar yang terpecah-pecah (fragmented market), sehingga keberadaan skala ekonomi tidak terlalu penting yang menyebabkan skala ekonomi usaha besar tidak menonjol. Kedua, usaha industri kecil menghasilkan produk-produk dengan karakteristik elastisitas pendapatan yang tinggi, sehingga apabila terjadi kenaikan pendapatan masyarakat, permintaan akan produk-produk usaha juga meningkat. Ketiga, usaha kecil memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi sehingga dapat menghasilkan variasi produk yang beraneka ragam. Keempat, usaha industri kecil tergabung dalam satu kluster (sentra industri), sehingga mampu memanfaatkan efisiensi kolektif, misalnya dalam hal pembelian bahan baku, pemanfaatan tenaga kerja terampil, dan pemasaran bersama. Kelima, usaha industri kecil diuntungkan oleh kondisi geografis, yang membuat produk-produk industri kecil memperoleh proteksi alami karena pasar yang dilayani terjangkau oleh inovasi produk-produk skala besar. Oleh karena itu perkembangan industri kecil dan industri rumah tangga memegang peranan penting dalam perkembangan ekonomi.

Kenyataan ini memberi gambaran bahwa industri kecil dan rumah tangga pada hakekatnya masih bertahan dalam struktur ekonomi Indonesia dari waktu ke waktu dengan berbagai tantangan seperti kekurangan modal, pemasaran, keahlian tenaga kerja tetapi masih tetap menunjukkan tingkat perkembangan yang baik.

Kondisi industri kecil yang ada di Indonesia saat ini terdapat sebanyak 42 juta usaha mikro dan kecil,80 % diantaranya bergerak di bidang pertanian. Potensi


(19)

industri sebanyak itu tentu saja memberikan kontribusi bagi pruduct domestic bruto (PDB) yang tidak sedikit bagi daerah dan pusat serta penyerapan tenaga kerja yang berdampak bagi pendapatan masyarakat. Karena sektor industri kecil didominasi padat karya atau home industri.

Namun dalam perkembangannya, industri kecil masih belum menjalankan fungsi dan peranannya secara maksimal karena menghadapi berbagai kendala seperti masalah keterbatasan modal, teknik produksi, bahan baku, pemasaran, manajemen dan teknologi. Selain itu hambatan yang dihadapi industri kecil adalah keterbatasan mengakses informasi pasar, keterbatasan jangkauan pasar, keterbatasan jaringan kerja, dan keterbatasan mengakses lokasi usaha yang stategis.

Perkembangan industri kecil termasuk industri rumah tangga yang bersifat informal merupakan bagian dari perkembangan industri dan ekonomi nasional secara keseluruhan. Industri kecil mempunyai peranan yang strategis dalam penyediaan lapangan kerja, menyediakan barang dan jasa yang bermutu dan salah satu yang diharapkan adalah pengembangan industri kecil yang dapat ditempuh dengan cara pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia.

Karena begitu besarnya peranan industri dalam pembangunan maka sektor industri perlu dikembangkan untuk mempercepat tujuan pembangunan ekonomi sebagai upaya untuk mendukung berkembangnya industri sebagai penggerak utama laju peningkatan pertumbuhan ekonomi dan upaya untuk meningkatkan nilai tambah yang ditujukan untuk memperluas kesempatan berusaha, menyediakan barang dan jasa yang bermutu, meningkatkan pendapatan masyarakat dan salah satu yang diharapkan adalah pengembangan industri kecil


(20)

termasuk industi kecil pengolahan makanan di tengah-tengah masyarakat yang bisa ditempuh dengan cara pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia. Industri kecil dalam hal ini akan berpengaruh terhadap sumber daya manusia dan sumber daya alam.

Kenyataan ini memberi gambaran bahwa industri kecil dan rumah tangga pada hakekatnya masih bertahan dalam struktur ekonomi Indonesia dari waktu ke waktu dengan berbagai tantangan seperti kekurangan modal, pemasaran, keahlian tenaga kerja tetapi masih tetap menunjukkan tingkat perkembangan yang baik.

Dari hal di atas terdapat beberapa alasan yang kuat menjadi dasar eksistensi industri kecil dan rumah tangga dalam perekonomian Indonesia yaitu (Saleh, 1986:11).

1. Sebagian besar populasi industri kecil dan kerajinan berlokasi di pedesaan, sehingga bila dikaitkan dengan kenyataan, tenaga kerja yang semakin meningkat serta luas tanah garapan pertanian yang semakin sempit,industri kecil merupakan salah satu jalan keluar.

2. Beberapa jenis kegiatan industri kecil dan kerajinan banyak menggunakan bahan dari sumber lingkungan terdekat (di samping tingkat upah yang murah) memungkinkan biaya produksi dapat ditekan. 3. Harga jual relatif murah sehingga masyarakat kelas “bawah” atau

berpendapatan rendah merupakan pangsa pasar potensial yang memberikan peluang bagi pengembangan industri kecil.

4. Tetap adanya permintaan terhadap beberapa jenis komoditi yang tidak diproduksi secara maksimal (misalnya batik tulis, anyam-anyaman, beberapa barang ukiran, dan lain sebagainya).


(21)

Dalam menghadapi perdagangan bebas,sektor industri perlu dipersiapkan secara khusus dalam menghadapi liberalisasi perdagangan agar bisa bersaing dengan negara luar. Untuk Indonesia masalah pembagian pendapatan yang merata adalah masalah yang tidak mudah untuk dituntaskan hanya mungkin dilakukan adalah memperkecil atau menurunkan tingkat ketimpangan dan kemiskinan itu sendiri akibat dari rendahnya tingkat pendapatan masyarakat.

Kabupaten Tapanuli Utara adalah salah satu daerah tingkat II di Sumatera Utara dimana tingkat pendapatan masyarakatnya masih rendah. Sektor pertanian menjadi sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduknya,sedangkan sektor industri belum berkembang seperti daerah tingkat II lainnya di Sumatera Utara. Hal ini diakibatkan kurangnya sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dapat menciptakan berkembangnya suatu undustri. Melihat kondisi tersebut pemerintah tingkat II Tapanuli Utara mengupayakan tumbuhnya industri kecil di daerahnya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggalakkan industri yang berbasis home industri.

Salah satu contoh industri kecil yang telah mampu memberi penghasilan bagi masyarakat adalah usaha kacang sihobuk di kecamatan Sipoholon. Keberadaan usaha kecil ini sangat berdampak terhadap masyarakat khususnya penyerapan tenaga kerja yang pada akhirnya peningkatan pendapatan masyarakat itu sendiri. Disamping itu pasokan untuk bahan baku sangat mudah di dapatkan, karena luasnya areal pertanian di daerah sekitar yang menjamin ketersediaan bahan baku pembuatan kacang sihobuk ini. Dimana kacang sihobuk ini adalah makanan khas masyarakat Tapanuli, dan karena cita rasanya yang khas, kacang


(22)

sihobuk ini juga dijadikan buah tangan bagi setiap kalangan yang datang berkunjung ke Tapanuli Utara.

Pada awalnya usaha kacang sihobuk ini adalah hanya untuk masyarakat sekitar dalam arti produksi hanya untuk masyarakat di kecamatan Sipoholon saja tetapi lama kelamaan berkembang menjadi usaha yang bersifat komersial dan usaha ini menjadi usaha rutin karena banyaknya permintaan pasar. Bahkan permintaan terhadap kacang sihobuk meluas sampai ke kota – kota besar di Indonesia.

Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis terhadap usaha kecil Kacang Sihobuk,terutama ditinjau dari kesiapan dan ketersediaan faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat dilihat bagaimana peranan usaha kacang sihobuk ini,maka atas pemaparan tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang “Analisis Peranan Sektor Industri Kecil Kacang Sihobuk dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Sipoholon,Tapanuli Utara.”

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas dapat dirumuskan permasalahannya yaitu :

1. Apakah jumlah produksi berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang kacang sihobuk di kecamatan Sipoholon?

2. Apakah lama usaha berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kacang Sihobuk di kecamatan Sipoholon?


(23)

3. Apakah modal awal usaha berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kacang sihobuk di kecamatan Sipoholon?

4. Apakah industri kacang sihobuk berperan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di kecamatan Sipoholon?

1.3Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu masalah yang telah dirumuskan dan perlu dikaji kebenarannya. Sehubungan dengan masalah yang dihadapi tersebut maka anggapan bahwa masalah yang dihadapi hendaknya diperbaiki agar benar-benar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Adapun hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Jumlah produksi berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang kacang sihobuk di kecamatan Sipoholon, cateris paribus.

2. Lama usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang kacang sihobuk di kecamatan Sipoholon, cateris paribus.

3. Modal awal usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang kacang sihobuk di kecamatan Sipoholon, cateris paribus.

4. Industri kecil kacang sihobuk berperan dalam meningkatkan pendapatan pedagang kacang sihobuk di kecamatan Sipoholon.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah :

1. Untuk mengetahui apakah jumlah produksi berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kacang sihobuk di kecamatan Sipoholon.


(24)

2. Untuk mengetahui apakah lama usaha berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kacang sihobuk di kecamatan Sipoholon.

3. Untuk mengetahui apakah modal awal usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang kacang sihobuk di kecamatan Sipoholon.

4. Untuk mengetahui pengaruh industri kecil kacang sihobuk terhadap pendapatan masyarakat di kecamatan Sipoholon.

1.5Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

2. Untuk dapat dijadikan bahan masukan oleh Instansi terkait sebagai bahan masukan untuk mengambil keputusan-keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksaan dalam bidang industri dan pemberdayaan industri kecil di wilayah pedesaan.

3. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian sej


(25)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1Pembangunan Industri

Proses industrialisasi dan pembangunan industri merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju maupun taraf hidup yang lebih baik. Dengan kata lain pembangunan industri ini merupakan satu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat,bukan merupakan bagian yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja.

Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya dan kemampuannya secara optimal memanfaatkan sumber daya lain. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk meluaskan ruang lingkup kegiatan manusia. Dengan demikian dapat diusahakan semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus semakin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang semakin bertambah.

Beberapa pendapat menyatakan bahwa industri itu mempunyai peranan sebagai leading sector. Leading sector berarti bahwa pembangunan industri akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya seperti sektor pertanian dan sektor dan jasa.

Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku untuk industri. Sektor jasa pun akan berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaran/periklanan dan sebagainya yang akhirnya akan memacu lajunya pertumbuhan industri. Hal ini berarti keadaan meluasnya perluasan kerja yang pada akhirnya akan


(26)

meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat (daya beli). Kenaikan pendapatan dan peningkatan daya beli (permintaan) tersebut menunjukkan perekonomian itu tumbuh dan sehat.

2.2Industri Kecil

Proses pembangunan industri menggunakan strategi pembangunan yang diarahkan untuk membantu proses transformasi dari sektor agraris ke sektor industri melalui pendekatan pusat pertumbuhan (growth centre), serta menempatkan industri sebagai leading sector. Dan industri kecil dipandang mampu menjadi salah satu bagian dari industri yang potensial untuk dikembangkan menuju sasaran dari strategi pembangunan tersebut. Industri kecil memiliki peran yang strategis untuk meningkatkan pendapatan ,perluasan kesempatan kerja,peluang kesempatan berusaha dan mengatasi kemiskinan.

Hal ini memberi konsekuensi logis bahwa produk industri kecil harus mempunyai keunggulan-keunggulan baik kompetitif maupun komperatif, sehingga mampu bersaing dengan produk luar negeri dan pasar domestik maupun pasar luar negeri. Industri kecil perlu diberdayakan dalam raangka memanfaatkan peluang usaha dan tantangan perkembangan ekonomi di masa yang akan datang. Pemberdayaan itu secara garis besar bertujuan untuk :

1. Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan industri kecil menjadi industri kecil yang tangguh dan mandiri serta dapat berkembang menjadi industri besar.

2. Meningkatkan peranan usaha dalam meningkatkan produk nasional, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, peningkatan ekspor serta peningkatan dan pemerataan pendapatan untuk mewujudkan dirinya


(27)

sebagai tulang punggung serta memperkukuh struktur perekonomian nasional.

2.2.1 Pengertian Industri Kecil

Untuk menjelaskan pengertian industi kecil maka akan diuraikan beberpa pendapat sebagai berikut :

1. Mubyarto (1984 :79)

Industri kecil dan industri pedesaan biasanya tidak dapat dipisahkan karena keduanya menunjukkan beberapa persamaan. Industri pedesaan biasanya adalah industri kecil yang tujuan utamanya adalah menambah pendapatan keluarga. 2. Kwik Kian Gie (1987 :14)

Industri kecil merupakan para wiraswasta yang mandiri dan tidak pernah menggantungkan diri pada siapapun juga, tidak pernah terdengar suara dan tuntutan- tuntutanya karena mereka terlalu lemah dan tidak mempunyai akses pada media massa. Tidak pernah menuntut fasilitas dari pemerintah, tidak mengerti dan tidak mungkin mampu mengerti instrumen canggih dan serba abstrak, tetapi besar hasilnya.

3. Departemen Perindustrian dan perdagangan (Depperindag)

Depperindag mendefenisikan industri kecil sebagai industri kecil yang memiliki nilai investasinya seluruhnya sampai dengan Rp 200 juta di luar tanah dan bangunan. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 254/MPP/Kep/1997 tanggal 28 juli 1997.

4. Badan Pusat Statistik

Industri kecil adalah industri yang mempekerjakan 5-19 orang yang terdiri dari pekerja kasar yang dibayar, pekerja pemilik dan pekerja keluarga yang tidak


(28)

dibayar. Perusahaan industri yang mempunyai tenaga kerja 1-4 orang disebut sebagai industri rumah tangga.

5. Bank Indonesia

Menyatakan bahwa industri kecil adalah jika nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan berjumlah tidak melebihi Rp.600 juta. Dalam hal ini kepemimpinan Bank Indonesia juga menetapkan bahwa industri kecil minimal 50 % modal usaha dimiliki pribumi dan sebagian pengurus usaha tersebut adalah pribumi.

Dengan banyaknya batasan industi kecil yang berbeda-beda berdasarkan ketentuan dan ketetapan dari suatu lembaga,sehingga pendefenisian dari industri kecil berbeda dan menghambat pengembangan usaha tersebut.

6. Undang-Undang No.9 tahun 1995

Di dalam UU No.9 /1999 ditetapkan bahwa usaha hasil adalah suatu usaha yang memiliki nilai asset neto (tidak termasuk tanah dan bangunan) yang melebihi Rp 200 juta,atau penjualan per tahun tidak lebih besar dari Rp 1 miliar.

2.2.2 Karakteristik Industri Kecil

Industri kecil selain memiliki ciri khas menambah pendapatan masyarakat dan mempekerjakan sedikit orang dan teknologi sederhaha, juga mempunyai karakteristik yang sebagai berikut :

1. Kegiatan cenderung tidak formal dan jarang memiliki rencana usaha. 2. Struktur organisasi sederhana.

3. Jumlah tenaga kerja terbatas dengan pembagian kerja yang terbatas.

4. Kebanyakan tidak memisahkan kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan.


(29)

5. Sistem akuntansi kurang baik bahkan tidak memilika sama sekali. 6. Skala ekonomi sangat kecil sehingga sulit menekan biaya.

7. Kemampuan pemasaran yang terbatas. 8. Marjin keuntungan sangat terbatas.

Karakteristik industri kecil diidentikkan dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Dari segi kapital, industri kecil adalah industri yang nilai kapitalnya relatif

kecil, lambat melakukan ekspansi, tidak tahan dumping dan modal sering dipakai untuk kebutuhan rumah tangga.

2. Dari segi personil, industri kecil adalah industri yang sering yang dilakukan secara mandiri (self employment), tidak menuntut keterampilan yang tinggi, lemah latar belakang bisnis maupun masalah latar belakang akademisnya , lemah kaderisasi, dan kurang wawasan perkembangan di luar.

3. Dari segi manajemen, industri kecil adalah industri yang rentan terhadap pesaing, pasif dan tanpa integrasi dan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan kontrol.

4. Dari segi sarana dan teknologi menggunakan teknologi yang terbatas dan sering kali out of date, mudah diungguli pesaing dan menjalani kesulitan manejerial dan finansial dalam pengembangan teknologi.

5. Dari segi sosial ekonomi dan pasar, sering menjalani kesulitan menembus pasar yang lebih luas karena tidak standarnya produk dibanding dengan produk industri besar.

6. Dari segi sistem produksi, memiliki sistem produksi yang rendah, sering kali menggantungkan diri kepada pekerja keluarga yang tidak dibayar dan sulit mengembangkan desain produknya.


(30)

Pengusaha-pengusaha kecil yang ada di Indonesia mempunyai karakteristik yang dapat dilihat dari sisi permintaan yaitu:

1. Usaha lebih bersifat perusahaan keluarga, manajemen usaha dipegang oleh satu orang, biasanya kepala keluarga.

2. Bekerja / berusaha secara tradisional, menggunakan peralatan dan teknologi sederhana.

3. Manajemen dan administrasi keuangannya sangat lemah, antara lain tidak adanya catatan kegiatan usahanya, manejemen keuangan dan pribadi masih belum terpisah.

4. Bersifat konsumtif, sebagian laba dikonsumsi.

5. Jaminan yang dimilikinya umumnya tidak mencukupi, bahkan banyak yang tidak mempunyai jaminan.

6. Tempat tinggal/tempat usaha pada umumnya merupakan warisan yang bukti kepemilikannya belum diselesaikan (belum bersertifikat) bahkan ada yang tidak memiliki tempat usaha sendiri.

7. Kesulitan dalam memasarkan produksi yang dihasilkan.

8. Sulit mengidentifikasi permasalahan yang timbul dalam usahanya sehingga pada umumnya mereka hanya menyimpulkan kekurangan modal.

9. Dalam gejolak ekonomi, perubahan lingkungan makro ekonomi pengusaha kecil tergolong paling terbelakang dalam mengetahuinya karena mereka lambat bahkan sama ssekali tidak mendapatkan informasi tersebut.

Menurut Amang (1995:2) mengkategorikan industri kecil dalam ciri-ciri seperti :


(31)

1. Modal kecil. Dalam hal tertentu kadang-kadang tenaga kerja satu-satunya faktor produksi yang digunakan.

2. Biaya produksi sering bersifat computed tetapi belum tentu calculated. 3. Teknologi yang digunakan sangat sederhana.

4. Mutu yang diproduksi tergolong rendah. 5. Pasar terbatas

6. Usaha perluasan pasar selalu terbentur pada kendala peraturan.

7. Masalah pembiayaan dalam beberapa hal yang sering ditimbulkan karena kurangnya akses di dunia perbankan.

Berdasarkan Undang-Undang Departemen Perindustrian No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil,ciri-cirinya adalah :

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200 juta diluar tanah dan tempat bangunan tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.100 juta. 3. Milik Warga Negara Indonesia (WNI)

4. Berdiri sendiri,bukan merupakan anak cabang perusahaan atau anak perusahaan yang dimiliki,dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan industri menengah maupun industri besar.

5. Bentuk usaha perorangan,badan usaha yang tidak berbentuk badan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum yaitu koperasi.

Sehingga secara umum sektor industri/usaha kecil di Indonesia memiliki karakteristik sebagai berikut :


(32)

1. Hampir setengahnya dari industri kecil hanya mempergunakan kapasitas terpasang 60 % atau kurang.

2. Lebih dari setengah industri kecil didirikan sebagai pengembangan dari usaha kecil-kecilan.

3. Masalah utama yang dihadapi berbeda menurut tahap pengembangan usaha. 4. Umumnya susah untuk meningkatkan pangsa pasar bahkan cenderung

mengalami penurunan usaha yang terjadi karena kurangnya modal,tidak mampu memasarkan dan kurang keterampilan teknis dan administrasi.

5. Tingkat ketergantungan terhadap bantuan dari pemerintah berupa permodalan,pemasaran dan pengadaan barang /bahan relatif murah.

6. Hampir 60 % dari industri kecil masih menggunakan teknologi tradisional . 7. Hampir 70 % dari industri kecil melakukan pemasaran langsung kepada

konsumen.

8. Sebagian besar industri kecil dalam usaha memperoleh bantuan perbankan merasa terlalu rumit dan dokumen yang harus dipersiapkan sukar dipenuhi.

2.2.3 Kategori Industri Kecil

Departemen Perindustrian mengkategorikan industri kecil dalam tiga jenis yaitu :

1. Industri Kecil Modren, yaitu industri yang meliputi yang: a. Memiliki skala produksi yang terbatas.

b. Menggunakan teknologi proses madya (intermediate process technology). c. Dilibatkan dalam sistem produksi besar dan menengah dengan sistem

pemasaran domestik dan ekspor.


(33)

Dengan kata lain industri kecil yang mempunyai akses untuk menjangkau sistem pemasaran yang relatif lebih berkembang di pasar domestik maupun di pasar ekspor.

2. Industri kecil tradisional, yang memiliki ciri-ciri :

a. Mesin yang dipakai dan alat kelengkapan modal hanya relatit sederhana. b. Proses teknologi yang digunakan sederhana.

c. Lokasi di daerah pedesaan.

d. Aksesnya untuk mencapai atau menjangkau pasar di luar lingkungannya yang berdekatan terbatas.

3. Industri kerajinan besar

Industri kerajinan besar ini meliputi berbagai industri kecil yang sangat beragam mulai dari industri kecil yang menggunakan teknologi proses madya atau teknologi proses maju.

Selain memiliki potensi untuk menyediakan lapangan kerja dan kesempatan untuk memperoleh pendapatan badi kelompok berpendapatn rendah terutama di daerah pedesaan ,industri kecil juga didorong olen landasan budaya.

2.2.4. Masalah dan Hambatan Industri Kecil

Tercapainya pembangunan industri yang lebih maju dan tidak terlepas dari usaha pemerintah dan semua unsur yang terkait untuk membina industri kecil yang mandiri dan tangguh. Namun disadari bahwa tidak lepas dari pencapaian tujuan tersebut terdapat masalah dan hambatan berupa masalah internal dan eksternal yang harus diketahui dan diatasi.


(34)

Masalah internal biasanya berupa masalah keterbatasan modal dan masalah eksternal dapat berupa kekuatan dan kecenderungan pada ekonomi,sosial dan teknologi serta kondisi kelompok pesaing maupun kelompok pendukung.

Kendala intern terutama berupa rendahnya kualitas sumber daya manusia yang akan menimbulkan kendala seperti :

1. Lemahnya pengusaha kecil dalam meningkatkan akses dan mengembangkan pangsa pasar.

2. Lemahnya stuktur permodalan serta terbatasnya akses pengusaha kecil terhadap sumber-sumber permodalan.

3. Terbatasnya kemampuan dari pengusaha kecil dalam penguasaaan teknologi. 4. Lemahnya organisasi dan manejemen pengusaha kecil.

5. Terbatasnya jaringan usaha dan kerjasama dengan pelaku-pelaku ekonomi lainnya.

Adapun kendala ekstern berupa :

1. Iklim usaha yang kurang kondusif sehingga menimbulkan iklim persaingan yang kurang sehat.

2. Sarana dan prasarana yang kurang memadai. 3. Pembinaan yang kurang terpadu

4. Kurang pemahaman,kepercayaan dan kepedulian masyarakat terhadap koperasi.

Kendala utama untuk memanfaatkan tantangan dan peluang yang dihadapi dalam pembinaan pengusaha kecil yaitu tingkat kemampuan dan profesionalisme sumber daya manusia yang rendah. Kendala utama tersebut menimbulkan kendala spesifik yaitu :


(35)

1. Kurang mampu dalam memanfaatkan dan memperluas peluang dan akses pasar.

2. Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan akses terhadap sumber permodalan.

3. Keterbatasan dalam penguasaan dan akses pada teknologi dan informasi. 4. Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen.

5. Keterbatasan jaringan usaha dan kerjasama usaha, baik antar sesama pengusaha kecil maupun dengan pelaku ekonomi lainnya yang sudah lebih maju.

Masalah - masalah yang sering di hadapi oleh industri kecil adalah :

1. Umumnya industri kecil memulai usahanya dengan bermodalkan sedikit dana dan keterampilan yang dimiliki pengusaha.

2. Terbatasnya sumber-sumber dana yang dapat mereka manfaatkan untuk membantu kelancaran usahanya.

3. Kemampuan untuk memperoleh kredit dari bank relatif susah.

4. Tidak adanya/ kurang akuratnya perencanaan anggaran tahunan, terutama anggaran kas.

5. Tidak adanya catatan harga produksi yang baik.

6. Masih banyak industri kecil yang tidak / belum mengerti tentang pencatatan keuangan /akuntan.

7. Kekurangmampuan dalam memperoleh dan menggunakan jenis-jenis dan sumber-sumber informasi yang berguna dalam mengembangkan usaha.


(36)

2.2.5. Pembinaan dan Pengembangan Industri Kecil

Terciptanya struktur dunia usaha yang seimbang adalah salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan dunia industri. Dan pembangunan dunia industri ini diarahkan bukan hanya untuk pembangunan industri besar dan menengah tetapi juga terutama diarahkan pada sektor industri kecil dan kerajinan yang persebarannya paling banyak di Indonesia.

Untuk mencapai pembangunan industri kecil yang semakin maju dan mandiri dilakukan oleh semua pihak yang terkait baik di pusat maupun di daerah dengan koordinasi yang baik sehingga efektifitas dan efisiensi pembinaan dapat ditingkatkan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Adapun yang menjadi sasaran dalam pembinaan pengembangan industri kecil adalah :

1. Terciptanya lapangan usaha dan lapangan kerja yang luas. 2. Tercapainya peningkatan pendapatan masyarakat.

3. Terwujudnya industri kecil dan menengah yang semakin efisien dan mampu berkembang mandiri.

4. Terwujudnya persebaran industri yang merata.

5. Tercapainya peningkatan kemampuan industri kecil dan menengah dalam aspek penyediaan produk jadi,bahan baku/komponen baik untuk pasar dalam negeri maupun untuk ekspor.


(37)

Untuk mendukung keberhasilan pembinaan dan pengembangan pengusaha kecil terdapat berbagai peluang yang dapat dimanfaatkan, yaitu :

1. Adanya kemauan politik yang kuat dari pemerintah dam tuntunan masyakat untuk membangun sistem ekonomi yang demokratis yang dengan sendirinya akan melibatkan sebagian besar industri kecil.

2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi akan membuka berbagai peluang usaha dan semakin meningkatnya daya beli masyarakat.

3. Berlangsungnya proses transformasi dan globalisasi ekonomi akan semakin memperluas bidang-bidang usaha yang dapat ditangani oleh pengusaha kecil. 4. Semakin berkembangnya semangat keterbukaan dan demokratisasi akan

meningkatkan pengusaha kecil.

Basri (1995 :153) menjelaskan bahwa untuk pengembangan industri kecil pada masa yang akan datang ada tiga hal yang harus diperhatikan , yaitu :

1. Dalam konteks kebijakan,peran penting pemerintah hendaknya menjamin terintegrasinya kepentingan industri kecil dalam kebijakan makro ekonomi dan tidak diskriminatif. Pengembangan industri kecil tidak hanya berdasarkan azas pemerataan tetapi lebih terkait dengan kelangsungan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja.

2. Ditingkat kelembagaan, mekanisme kerjasama antara lembaga pemerintah, swasta maupun swadaya harus dikembangkan berdasarkan pembagian kerja fungsional.

3. Prioritas pengembangan industri kecil haruslah dalam konteks pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja. Ini berarti pengembangan insfratuktur haruslah


(38)

diorientasikan kepada pola distribusi sumber daya yang merata terhadap pelaku ekonomi yang ada.

Inti dari kebijakan pembinaan industri kecil sebagaimana dikemukakan diatas pada dasarnya terletak pada upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya sumber daya manusia yang bermutu,maka industri kecil akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi industri kecil yang tangguh.

Pembinaan industri kecil dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai peluang dan kebijakan, namun untuk mencapai sasaran pembinaan undustri kecil tersebut maka ada langkah strategis yang dilakukan pemerintah maupun pengusaha industri kecil.

2.2.6.Strategi Pengembangan Industri Kecil

Strategi yang dapat ditempuh dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan industri kecil, adalah sebagai berikut :

1. Menciptakan iklim yang kondusif.

Iklim usaha yang kondusif diarahkan untuk mengatasi berbagai aspek antara lain :

a. Aspek pendanaan

Untuk menciptakan iklim yang kondusif melalui aspek pembinaan ditempuh dengan cara :

1. Memperluas sumber pendanaan.

2. Meningkatkan akses terhadap sumber pendanaan.

3. Memberikan kemudahan dalam pendanaan melalui Kredit Koperasi Primer Untuk Anggota (KKPA), Kredit Kelayakan Usaha (KKU), Kredit Canda


(39)

Kulak (KCK),Kredit Koperasi, Kredit Pegadaian dan Penyisihan dari sebagian lembaga BUMN ( 1%-5%).

b. Aspek Persaingan

Penciptaan iklim yang kondusif melalui aspek persaingan dapat ditempuh dengan cara

1. Meningkatkan kerjasama usaha kecil dalam bentuk koperasi, asosiasi dan himpunan kelompok usaha untuk memperkuat posisi tawar menawar usaha kecil.

2. Mencegah pembentukan struktur pasar yang dapat melahirkan persaingan yang tidak wajar dalam bentuk monopoli, oligopoli dan monopsoni yang dapat merugikan usaha kecil.

3. Mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang perseorangan oleh kelompok tertentu yang dapat merugikan usaha kecil. c. Aspek prasarana

Untuk menciptakan iklim yang kondusif melalui aspek prasarana dapat ditempuh dengan cara :

1. Mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong dan mengembangkan usaha kecil.

2. Memberikan keringanan tarif prasarana tertentu bagi usaha kecil.

d. Aspek Informasi

Melalui aspek informasi, iklim usaha yang kondusif dapat ditempuh dengan cara :


(40)

2. Mengadakan dan menyebarkan informasi mengenai pasar, teknologi, desain dan mutu.

e. Aspek Kemitraan

Melalui aspek kemitraan dapat diciptakan dengan melakukan :

1. Mewujudkan kemitraan, untuk meningkatkan dan mengembangkan kemitraan, bersama-sama dengan instansi terkait telah dikembangkan pola kemitraan yaitu Pola Inti Plasma, Sub Kontrak Dagang Umum, Waralaba, Keagenan dan bentuk lainnya.

2. Mencegah terjadinya hal-hal yang merugikan usaha kecil dalam pelayanan transaksi usaha dengan usaha menengah dan besar.

f. Aspek Perizinan

Iklim usaha yang kondusif dapat diciptakan melalui :

1. Menyerdehanakan tata cara dan jenis perijinan dengan mengupayakan terwujudnya sistem satu atap.

2. Memberikan kemudahan persyaratan untuk memperoleh perijinan. g. Aspek Perlindungan

Iklim usaha yang kondusif dapat dilakukan melalui :

a. Menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi pertambangan rakyat dan lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima dan lokasi lainnya.

b. Mencadangkan bidang dan jenis kegiatan usaha yang memiliki kekhususan proses, bersifat padat karya, serta mempunyai nilai seni budaya yang berifat khusus dan turun temurun.


(41)

c. Mengutamakan penggunaan produk yang dihasilkan usaha kecil melalui pengadaan secara langsung dari usaha kecil.

2. Pembinaan dan Pengembangan.

Selain iklim usaha yang kondusif, pemberdayaan usaha kecil juga dilakukan melalui pembinaan dan pengembangan, baik oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat di berbagai bidang antara lain:

a. Pembinaan dan pengembangan dalam bidang produksi dan pengolahan yang dilakukan dengan cara :

1. Meningkatkan kemampuan manajemen serta teknik produksi dan pengolahan.

2. Meningkatkan rancang bangun dan perekayasaan.

3. Memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana produksi dan pengolahan bahan baku, bahan penolong dan kemasan.

b. Pembinaan dan pengembangan dalam bidang pemasaran, baik dalam maupun luar negeri yang dilakukan dengan cara :

1. Melaksanakan penelitian dan pengkajian pemasaran.

2. Meningkatkan kemampuan manajemen dan tekhnik pemasaran. 3. Menyediakan sarana dan dukungan promosi serta uji coba pasar. 4. Mengembangkan lembaga pemasaran dan jaringan distribusi. 5. Memasarkan produk usaha kecil.

c. Pembinaan dan pengembangan dalam bidang sumber daya manusia yang dilakukan dengan cara :

1. Memasyarakatkan dan memberdayakan kewirausahaan. 2. Meningkatkan kemampuan teknis manajerial.


(42)

3. Membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan,pelatihan dan konsultasi usaha kecil.

4. Menyediakan tenaga penyuluh dan konsultasi usaha kecil.

d. Pembinaan dan pengembangan dalam bidang teknologi, yang dilakukan dengan:

1. Meningkatkan kemampuan di bidang teknologi produksi dan pengendalian mutu.

2. Meningkatkan kemempuan dibidang penelitian untuk meningkatkan desain dan teknologi baru.

3. Memberikan insentif terhadap usaha kecil yang menerapakan teknologi baru dan melestarikan lingkungan hidup.

4. Meningkatkan kemampuan memenuhi standarisasi teknologi.

5. Menumbuhkan dan mengembangkan lembaga penelitian dan pengembangan dibidang desain dan teknologi bagi usaha kecil.

Badan Pusat Statistik (1999:8) mencatat langkah-langkah yang dilakukan oleh pengusaha dalam mengembangkan usahanya terutama dalam mengatasi krisis ekonomi,langkah-langkah itu adalah :

1. Kebijakan terhadap modal dan produksi, pengusaha melakukan terobosan diberbagai bidang seperti biaya modal, kegiatan operasional dan pemasaran sampai kepegawaian, dalam hal produksi pengusaha melakukan penggantian bahan baku dan barang modal.

2. Kebijakan terhadap pemasaran dan operasional yang meliputi : a. Kebijakan harga barang hasil produksi.


(43)

c. Kebijakan pemasaran.

d. Kebijakan biaya operasional,dalam hal ini meminimalkan biaya yang tidak terlalu penting.

e. Kebijakan hemat energi.

3. Kebijakan dalam kepegawaian dilakukan dengan cara antara lain; pengurangan hari kerja dan jam kerja, melakukan pengurangan gaji dan lain-lain.

4. Menjalin kemitraan dengan pola Bapak Angkat. Dalam hal ini bantuan dan kemitraan yang dilakukan dengan berbagai bantuan yang diharapkan mampu menjalin kemitraan yang berkesinambungan yang saling membutuhkan dan saling mendukung. Adapun bantuan yang dilakukan adalah:

a. Bantuan pemasaran terhadap hasil produksi. b. Bantuan bahan baku.

c. Bantuan modal.

2.3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam usaha karena tanpa pekerja atau tenaga kerja mustahil suatu proses produksi dan aktifitas lainya berjalan dengan baik.

Secara umum tenaga kerja adalah mencakup manusia yang mampu bekerja untuk dapat menghasilkan barang atau jasa dan memiliki nilai ekonomis yang dapat berguna bagi memenuhi kebutuhan masyarakat, yang secara fisik kemampuan bekerja diukur dengan usia.

Winardi (1989 : 283) berpendapat bahwa tenaga kerja adalah elemen penduduk yang membantu masyarakat dengan jalan menyediakan suatu kombinasi energi fisik dan intelengensia bagi suatu proses produksi.


(44)

Sensus penduduk mendefenisikan tenaga kerja adalah semua penduduk yang telah berusia diatas sepuluh tahun. Sedangkan menurut Undang-Undang Pokok Ketenagakerjaan No.14 tahun 1965 tenaga kerja adalah semua orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Jika yang digunakan sebagai satuan untuk menghitung tenaga kerja adalah orang, maka disini dianggap semua orang mempunyai kemampuan dan produktifitas kerja yang lama waktu kerjanya dianggap sama pula. Namun secara lebih praktis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan oleh batas umur yang berbeda.

1. Angkatan Kerja.

Menurut Biro Pusat Stasistik ( 1983 : 1), yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah penduduk diatas umur sepuluh tahun keatas yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomi. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja , mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan tidak mempunyai pekerjaan sama sekali tetapi mencari pekerjaan secara aktif. Mereka yang berumur sepuluh tahun atau lebih tidak bekerja atau mencari pekerjaan karena sekolah, mengurus rumah tangga, pensiun atau secara fisik dan mental tidak memungkinkan untuk bekerja dan tidak dimasukkan dalam anngkatan kerja.

Angkatan Kerja = Pekerja + Pengangguran. 2. Pekerja.

Adalah mereka yang melakukan suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh pendapatan atau keuntungan dengan lama bekerja paling sedikit satu


(45)

jam secara konstan selama seminggu. Pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu proses usaha/kegiatan teknologi akan dimasukkan sebagai pekerja.

3. Tidak bekerja.

a. Sementara tidak bekerja.

Adalah mereka yang punya pekerjaan tetapi selama seminggu yang lalu tidak bekerja karena berbagai sebab, sakit, cuti, menunggu panen, mogok, termasuk mereka yang sudah diterima bekerja selama seminggu yang lalu tidak bekerja.

b. Mencari Pekerjaan.

Adalah mereka yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan dan mencari pekerjaan seperti mereka yang belum pernah bekerja dan atau mereka sudah pernah bekerja karena suatu hal tertentu berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.

4. Bukan Angkatan Kerja

Adalah penduduk usia kerja dengan kegiatan seperti bersekolah,mengurus rumah tangga dan lain-lain :

a. Bersekolah .

Adapun mereka yang melakukan kegiatan bersekolah di sekolah formal yang dimulai pendidikan tinggi seminggu yang lalu termasuk libur. b. Mengurus rumah tangga

Adalah mereka yang mengurus rumah tangga dengan tidak mendapatkan upah,sebaliknya pembantu rumah tangga yang mendapat upah dikategorikan sebagai pekerja.


(46)

c. Lainnya

Adalah kegiatan selain kegiatan diatas, yakni pensiun, penerima royalti, deviden dan orang penderita cacat jasmani (seperti buta,bisu dan sebagainya) yang tidak mampu melakukan pekerjaan.

5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK ) adalh perbandingan jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja dengan rumus :

6. Pengangur,Pengangguran,Setengah Pengangguran

Penganggur adalah orang yang mampu bekerja,tidak mempunyai pekerjaan dan ingin bekerja atau baik secara pasif mencari pekerjaan. Dia adalah anggota angkatan kerja yang tidak mempunyai pekerjaan.

Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali dan mencari pekerjaan atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu.

Tingkat pengangguran adalah perbandingan jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persentase dengan persentase sebaga berikut :

Tingkat Pengangguran = jumlah pengangguran x 100%

Setengah pengangguran adalah mereka yang mempunyai pekerjaan akan tetapi masih mempunyai waktu terluang dan masih mencari pekerjaan tambahan. Waktu terluang disini maksudnya sisa waktu yang masih ada dari waktu jam kerja (jam,hari, atau bulan) yang dianggap normal.

Jumlah pengangguran

Jumlah angkatan kerja

X 100 %

TPAK = Ʃ Angkatan Kerja( Bekerja+Sementara Tidak bekerja+Mencari Kerja)

Ʃ Angkatan Kerja


(47)

Diakui bahwa pemakaian istilah “setengah” disini kurang tepat. Setengah pengangguran terdiri dari mereka yang bekerja kurang dari waktu yang biasa berlaku bagi jenis pekerjaan yang bersangkutan, sekalipun dengan tidak mesti dengan setengahnya.

Setengah pengangguran ada yang kentara dan ada pula yang tidak kentara. Setengah pengangguran yang kentara adalah yang didefenisikan yang diatas, sedangkan setengah penggangguran yang tidak kentara terdiri dari mereka yang bekerja sepanjang waktu kerja normal yang tersedia, namun penggunaan waktu tersebut kurang intensif, dan seluruh tugas dan hasil yang sebenarnya dapat diselesaikan dalam waktu yang kurang dari itu. Hal ini biasanya membawa akibat pendapatan yang lebih rendah.

2.3.1. Tenaga Kerja dalam Industri Kecil.

Dengan mengamati komposisi tenaga kerja dari segi statusnya, maka secara langsung dapat diketahui indikasi tentang profesionalisme dan intensif biaya dalm pengelolaan suatu industri

Industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga umumnya adalah usaha yang bersifat kekeluargaan dan sebagian besar menggunakan pekerja yang tidak dibayar atau disebut juga unpaid family employment. Pekerja yang tidak dibayar tersebut seringkali tidak diperhitungkan atau bahkan sering diabaikan sebagai faktor produksi, padahal fungsi dan peranannya kemungkinan tidak berbeda dengan pekerja yang dibayar.

2.3.2 Pengertian Faktor Produksi.

Faktor produksi adalah input yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa atau dengan kata lain pengertian faktor produksi adalah semua


(48)

pengorbanan yang diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa. Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya hasil produksi yang diperoleh. Hubungan antara faktor produksi ( input ) dengan hasil produksi (output) biasanya disebut dengan factor relationship.

Adapun faktor-faktor produksi yang dimaksud adalah tenaga kerja yaitu kapasitas buruh untuk bekerja bukan dengan keahlian yang produktif akan tetapi reaksi sosialnya terhadap kesempatan ekonomi dan kesediaannya untuk mengalami perubahan ekonomi, modal yaitu bahan atau uang yang secara bersama-sama dengan faktor produksi lain menghasilkan barang-barang baru, material yang terdiri dari tanah dan sumber alam, dan teknologi yang dalam pengertian sederhana kemajuan teknologi terjadi karena ditemukannya cara-cara baru dalam menangani pekerjaan-pekerjaan tradisional .

Pembangunan ekonomi di dunia ketiga, Todaro mengklasifikasikan teknologi sebagai berikut :

1. Kemajuan teknologi yang bersifat netral (neutral tecnological progress), yang terjadi apabila kemajuan teknologi tersebut memungkinkan kita untuk mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor produksi yang sama, contohnya adalah spesialiasi tenaga kerja.

2. Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labour saving tecnological progress)

3. Kemajuan teknologi yang hemat modal (capital saving tecnological progress) Todaro ,1998:127-128)


(49)

2.4. Pendapatan

2.4. 1 Pendapatan Usaha Kacang Sihobuk

Prestasi pembangunan dapat dinilai dari berbagai macam cara dan tolak ukur, baik dengan pendekatan ekonomi baik dengan pendekatan non ekonomi. Penilaian dengan pendekatan ekonomi dapat dilakukan berdasarkan tinjauan aspek pendapatan (Dumairy 1996 : 53).

Penghasilan atau pendapatan adalah segala bentuk balas karya yang diperoleh sebagai imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi. Konkritnya penghasilan seseorang dapat bersumber dari :

a. Usaha sendiri, misalnya berdagang,mengerjakan tanah,dan wiraswasta.

b. Bekerja pada orang lain, misalnya bekerja di kantor atau perusahaan sebagai pegawai atau karyawan (baik swata maupun pemerintah)

c. Hasil dari pemilik ,misalnya mempunyai sawah disewakan sehingga mendapat sewa, mempunyai uang untuk dipinjamkan sehingga mendapat bunga.

Penghasilan dapat diterima dalam bentuk uang, dapat juga dalam bentuk barang (misalnya tunjangan beras ) atau fasilitas-fasilitas (misalnya rumah dinas dan pengobatan gratis), mungkin masih ada penerimaan/uang masuk lainnya berupa uang pensiun, sumbangan atau hadiah, pinjaman atau hutang (merupakan uang masuk yang harus dikembalikan).

Pendapatan usaha pedagang kacang sihobuk sangat bergantung pada jumlah produksi keranjang, harga keranjang, biaya produksi yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung dan sistem pemasaran kacang sihobuk.

Jika pengusaha mengefisienkan biaya seminimal mungkin, tetapi dengan hasil produksi yang maksimal, maka para pengusaha akan mendapatkan


(50)

penghasilan yang maksimal, jika didukung lagi dengan harga kacang sihobuk yang tinggi, maka pastilah pendapatan pengusaha semakin besar dan sebaliknya jika biaya tidak minimal dan harga kacang sihobuk turun maka akan menurunkan pendapatan pengusaha kacang sihobuk.

2.4.2 Pendapatan Nasional.

Bila hasil produksi dijual, para produsen mendapat uang, dengan uang itu kemudiaan mereka membayar para pemilik faktor produksi yang telah membantu dalam proses produksi barang dan jasa itu. Dengan demikin pemilik faktor produksi mendapat balas karya atau penghasilan mereka.

a. Balas jasa untuk kerja manusia disebut upah.

b. Balas jasa untuk pemilik tanah disebut dengan sewa. c. Balas jasa untuk pemberi modal disebut bunga. d. Balas jasa untuk pengusaha disebut dengan laba.

Pendapatan Nasional adalah jumlah total dari upah/gaji, sewa dan laba yang diterima oleh semuaa pemilik faktor produksi sebagai balas jasa atau sumbangan mereka dalam proses produksi selama setahun.


(51)

Penerimaan perusahaan

Gambar dibawah ini mencerminkan rangkaian dari berbagai pemeran kegiatan ekonomi yaitu: kegiatan rumah tangga, perusahaan dan pemerintah.

Pendapatan pembiayaan atas faktor

Tabungan Masyarakat

Gambar 2.1. Pemeran kegiatan ekonomi

Rumah tangga menerima pendapatan dan menggunakannya untuk membayar pajak kepada pemerintah, untuk belanja barang dan jasa serta ditabung melalui pasar uang. Perusahaan memperoleh pendapatan dari penjualan barang dan jasa yang dihasilkannya dan menggunakan pendapatan yang diperolehnya tersebut untuk membayar faktor-faktor produksi yang dipakainya. Baik rumah tangga maupun perusahaan meminjam dari pasar uang untuk membeli barang-barang investasi seperti: rumah,pabrik dan peralatan. Pemerintah memperoleh pendapatan dan menggunakannya untuk keperluan belanja pemerintah dan bila

Pasar Faktor Produksi

Rumah

Tangga Perusahaan

Pemerintah

Pasar Keuangan

Pasar Barang dan jasa

Investasi Pengeluaran

Pemerintah


(52)

belanjanya melebihi penerimaannya,pemerintah akan meminjam uang dari pasar uang guna menutupi defisitnya.

2.4.3 Pengukuran/Perhitungan Pendapatan Nasional.

Pendapatan nasional adalah total produksi yang dihasilkan oleh masyarakat diseluruh negara pada tahun tertentu. Ada tiga pendekatan dalam menghitung pendapatan nasional,yaitu :

a. Pendekatan produksi (production approach ). b. Pendekatan pendapatan (incoma approach). c. Pendekatan pengeluaran (expenditure approach). a. Pendekatan Produksi .

Dalam pendekatan ini pendapatan nasional dihitung berdasarkan atas perhitungan jumlah barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh masyarakat dalam suatu perekonomian pada periode tertentu. Nilai barang dan jasa yang dimaksud adalah nilai akhir barang dan jasa atau nilai tambah (value added) barang.

Nilai akhir adalah nilai barang yang siap dikonsumsi dan tidak digunakan lagi dalam proses produksi. Sedangkan nilai tambah adalah selisih antara nilai satu barang dan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi, termasuk nilai bahan baku yang digunakan. Pendapatan nasional dihitung dengan menghitung nilai barang akhir atau menjumlah semua nilai tambah .

Di Indonesia menghitung pendapatan nasional juga menggunakan pendekatan produksi yaitu menjumlah sektor-sektor lapangan usaha dalam kegiatan produksi.


(53)

Pendapatan Nasional dihitung dengan menggunakan pendapatan yaitu dengan menghitung semua pendapatan dari masing-masing pendapatan dari faktor-faktor produksi, yaitu pendapatan dari tanah, modal, tenaga kerja dan kewirausahaan. Pendapatannya yang berupa sewa, bunga, upah dan profit. Dengan menghitung keempat pendapatan tersebut kita akan mendapatkan pendapatan nasional dari pendekatan pendapatan.

c. Pendekatan Pengeluaran

Pendapatan nasional dihitung dengan menggunakan pendekatan pengeluaran, yaitu dengan jalan menjumlahkan seluruh pengeluaran yang dilakukan semua pelaku ekonomi baik rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan sektor luar negeri. Pengeluaran dari rumah tangga adalah konsumsi rumah tangga, pengeluaran dari perusahaan adalah investasi, pengeluaran dari pemerintah adalah seluruh seluruh belanja pemerintah dan pengeluaran luar negeri adalah ekspor netto (selisih dari ekspor dan impor) dengan menjumlahkan keseluruhan dari pengeluaran tersebut akan diperoleh pendapatan nasional.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut.

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengamati dan menganalisa peranan industri kecil kacang sihobuk dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di kecamatan Sipoholon, kabupaten Tapanuli Utara.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap pedagang kacang sihobuk yang terdapat di wilayah kecamatan Sipoholon.

3.3.Populasi dan sampel

Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran baik kuantitatif daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas. Yang termasuk populasi dalam penelitian ini adalah seluruh usaha industri kecil kacang sihobuk di kecamatan Sipoholon.

Sedangkan sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik Random Sampling. Sampel penelitian ini ditentukan dengan menggunakan tehnik Purposive Sampling, yaitu tehnik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk mengefisienkan waktu, biaya dan tenaga. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 pedagang kacang sihobuk di kecamatan Sipoholon.


(55)

3.4. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari wawancara langsung dengan pedagang kacang sihobuk melalui daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah disediakan.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara adalah teknik pengumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian.

2. Kuesioner adalah pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan melalui daftar pertanyaan pada responden yang terpilih, yakni kepada peagang buah-buahan yang terpilih menjadi sampel

3. Studi dokumentasi, dilakukan dengan meneliti dokumen-dokumen dan bahan tulisan serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian.

3.6. Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang dipergunakan dalam skripsi adalah :

a. Metode deskriptif, yaitu suatu metode dimana data yang telah diperoleh, disusun, dikelompokkan, dianalisis, kemudian diinterpretasikan sehinga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan untuk menjelaskan hasil perhitungan. Data diperoleh data primer berupa kuesioner yang telah di isi oleh sejumlah responden penelitian.

b. Metode analisis regresi linier berganda yaitu untuk memprediksi nilai dari variabel terikat yaitu pendapatan pedagang kacang sihobuk (Y) dengan ikut memperhitungkan nilai-nilai variabel bebas yaitu jumlah produksi (X1), lama


(56)

usaha (X2), modal awal (X3), sehingga dapat diketahui pengaruh positif. Analisis ini menggunakan bantuan aplikasi sofware Eviews 5.1. Adapun model persamaan yang digunakan adalah:

Y = α + β1X1+ β2X2 + β3X3+ µ

Y = pendapatan pedagang kacang sihobuk (Rp)

α = Intercept / Konstanta

β = Koefisien Arah Regresi X1 = Jumlah produksi (unit) X2 = Lama usaha (Rp) X3 = Modal awal (Rp) µ = Term of error

3.7. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit) 3.7.1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R2 semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3) adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika R2 semakin mengecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat (Y) semakin


(57)

kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.

3.7.2. Uji t – statistik

Uji – t menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat. Ho : b1 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3) yaitu berupa pendapatan pedagang kacang sihobuk (Y) dengan ikut memperhitungkan nilai-nilai variabel bebas yaitu jumlah produksi (X1), lama usaha (X2), modal awal (X3). Ha : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3) yaitu berupa pendapatan pedagang kacang sihobuk (Y) dengan ikut memperhitungkan nilai-nilai variabel bebas yaitu jumlah produksi (X1), lama usaha (X2), modal awal (X3) terhadap peningkatan pendapatan pedagang kacang sihobuk(Y).

Kriteria pengambilan keputusan : Ho diterima jika t hitung < t tabel pada α

Ha diterima jika t hitung > t tabel pada α

Rumus uji – t hitung adalah :

Dimana

bi = koefisien variabel independen ke-I b = nilai hipotesis nol


(58)

H0 diterima

Ha diterima Ha diterima

Gambar 3.1. Kurva Uji t-statistik

3.7.3. Uji F – Statisitik

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang di masukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Ho : b1 = b2 = 0, artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3,) yaitu berupa variabel pendapatan pedagang kacang sihobuk (Y) dengan ikut memperhitungkan nilai-nilai variabel bebas yaitu jumlah produksi (X1), lama usaha (X2), (X3), modal awal, pendapatan pedagang yaitu varibel terikat (Y). Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0 artinya secara bersama-sama terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3) yaitu variabel pendapatan pedagang kacang sihobuk (Y) dengan ikut memperhitungkan nilai-nilai variabel bebas yaitu jumlah produksi (X1), lama usaha (X2), modal awal (X3) terhadap pendapatan pedagang kacang sihobuk (Y).


(59)

Gambar 3.2. Kurva Uji F Statistik

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho diterima jika f hitung < f tabel pada α

Ha diterima jika f hitung > f tabel pada α

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

F – hitung =

) /( ) 1 ( ) 1 /( 2 2 k n R k R − − − Dimana :

k = jumlah variabel independen n = jumlah sampel

R2 = koefisien determinasi

3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

3.8.1 Uji Multikolinearity (kolineritas ganda)

Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui apakah ada hubungan yang kuat (kombinasi linear) diantara variabel independen. Tidak ada acara yang

benar-Ho diterima

Ha diterima


(60)

benar tepat untuk mengetahui Multikonearity karena pada prinsipnya merupakan persoalan sampel, namun secara umum cara untuk mendeteksi multikolinearity dapat diketahui melalui :

a. Standard error tidak terhingga

b. Tidak ada satupun statistik yang signifikan pada α = 1%, α=5%, α =10% c. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori

d. R2 sangat tinggi

e. Dengan melakukan uji Kleinn, yakni dengan melihat koefiien korelasi antar variabel independen.

3.8.2 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana masing-masing kesalahan penganggu mempunyai varian yang berlainan. Uji ini dimaksudkan untuk menguji bagaimana dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain adalah tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteoskedastisitas lazim juga disebut sebagai ketimpangan data yang besar antar variabel. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas maka dilakukan uji White Test. Adapun langkah-langkah White Test, antara lain :

1. Membuat regresi dari model yang ada dan mendapatkan residualnya 2. Hitung nilai Chi-Square nya dengan rumus :

χ2


(61)

Dimana :

n = Jumlah observasi R2 = Koefisien determinasi

3. Bandingkan nilai Chi-Square hitung dengan Chi-square table nya Kriteria pengambilan keputusan :

χ2 hitung < χ2

tabel : Tidak terjadi heteroskedastisitas

χ2 hitung > χ2

tabel : Terjadi heteroskedastisitas

3.9 Defenisi Operasional

1. Pendapatan adalah total penjualan usaha kecil dalam satu bulan dinyatakan dalam satuan rupiah (rupiah).

2. Jumlah produksi adalah jumlah kacang sihobuk yang dihasilkan dalam satuan waktu tertentu ( bungkus).

3. Lama usaha adalah kurun waktu responden sejak mulai usaha ( tahun).

4. Modal awal usaha adalah pengeluaran awal untuk membuka usaha ( rupiah).


(62)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Sipoholon 4.1.1 Kondisi Geografis Kecamatan Sipoholon

Kecamatan Sipoholon adalah salah satu kecamatan dari kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara. Ibukota kecamatan ini yaitu Sipoholon yang jaraknya 6 Km dari ibukota Kabupaten Tapanuli Utara,Tarurung. Posisi daerah ini terletak antara 2006’ LU – 2016’ LU dan 98058’ BT. Daerah ini berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kecamatan Siborongborong dan Pagaran Sebelah Selatan : Kecamatan Adiankoting

Sebelah Barat : Kecamatan Parmonangan Sebelah Timur : Kecamatan Tarutung

4.1.2 Luas Wilayah dan Topografi Kecamatan Sipoholon

Letak Kecamatan Sipoholon berada di ketinggian 30 s/d 1500 meter di atas permukaan laut,dengan curah hujan rata-rata 350 / 400 mm/ tahun. Luas Kecamatan Sipoholon secara keseluruhan 189,20 km2. Kecamatan Sipoholon terdiri dari 14 desa. Luas wilayah kecamatan berdasarkan desa dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1.

Luas Wilayah Kecamatan Sipoholon Berdasarkan Desa

No Desa Luas (Km2)

1 Rura Julu Toruan 26.10

2 Rura Julu Dolok 11.89

3 Simanungkalit 13.35

4 Hutauruk 6.92


(63)

6 Situmeang Hasundutan 18.41

7 Lobu Singkam 36.77

8 Pagar Batu 17.49

9 Sipahutar 3.19

10 Hutaraja 3.17

11 Tapian Nauli 5.9

12 Hutaraja Hasundutan 18.42

13 Hutauruk Hasundutan 3.53

14 Hutaraja simanungkalit 6.88

Jumlah 189.20

(Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2009) 4.2 Kondisi Demografis

4.2.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Sipoholon

Jumlah penduduk Kecamatan Sipoholon 20.879 jiwa dimana sebagian besar berada di Desa Pagarbatu sebanyak 3.037 jiwa, dan paling sedikit berada di Desa Rura Julu Dolok 108 jiwa. Kepadatan penduduk yang paling tinggi berada di Desa Hutauruk Hasundutan yaitu 450,42/km2. Sedangkan kepadatan penduduk yang paling rendah terdapat di Desa Rura Julu Toruan yaitu 5,17 jiwa/km2. Jika dilihat secara keseluruhan, kepadatan penduduk di Kecamatan Sipoholon pada tahun 2008 sebesar 110,35/km2. Hal ini dapat kita lihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Sipoholon

No Desa Jumlah

penduduk (jiwa)

Kepadatan penduduk (jiwa/km2)

1 Rura Julu Toruan 135 5,17

2 Rura Julu Dolok 108 9,08

3 Simanungkalit 2.161 161,87

4 Hutauruk 2.762 399,13

5 Situmeang Habinsaran 2.593 148,26

6 Situmeang Hasundutan 1.291 70,12

7 Lobu Singkam 2.288 62,22


(64)

9 Sipahutar 1.000 313,48

10 Hutaraja 1.135 318,49

11 Tapian Nauli 695 133,91

12 Hutaraja Hasundutan 1.134 61,56

13 Hutauruk Hasundutan 948 137,79

14 Hutaraja Simanungkalit 1.590 450,42

Jumlah 20.879 110,35

(BPS Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2009)

Di Kecamatan Sipoholon, jumlah komposisi penduduk terbesar berada pada usia 10 – 14 tahun. Hal ini menunjukkan generasi mudanya cukup banyak. Sebaliknya, distribusi jumlah yang paling sedikit adalah pada usia 70 – 74 tahun. Untuk penduduk yang termasuk dalam usia kerja di Kecamatan Sipoholon jumlahnya hampir separuh dari jumlah penduduk yang ada, yaitu 10512 orang. Mereka mewakili sebagian dari seluruh jumlah penduduk yang ada di Kecamatan sipoholon. Sebaliknya jumlah penduduk usia kerja yang paling sedikit terdapat pada usia 50 tahun keatas. Jumlahnya 3183 jiwa dari seluruh angkatan kerja di Kecamatan Sipoholon. Hal ini dapat kita perhatikan pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3.

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2008

No Kelompok Umur Jumlah (jiwa)

1 0 - 4 2.323

2 5 - 9 2.622

3 10 - 14 2.905

4 15 - 19 2.784

5 20 - 24 1.397

6 25 - 29 1.054

7 30 - 34 1.135

8 35 - 39 1.169

9 40 - 44 1.200

10 45 - 49 1.061

11 50 - 54 864

12 55 - 59 558

13 60 - 64 557

14 65 - 69 461


(1)

Lampiran II

Daftar Nama Responden Beserta Usia

No Nama

Usia

1.

Bonar Aritonang

34

2.

Hoba Hutagalung

48

3.

Lokkot Situmeang

64

4.

Nurmaya Manalu

60

5.

Mangaloi Sipahutar

48

6.

Ronal Regen Sipahutar

34

7.

Artina Sipahutar

42

8.

Jahotman Siringo

39

9.

Op. Monica Siringo

70

10. Bastoman Sihombing

43

11. Pera Hutabarat

34

12. Charly Sipahutar

30

13. Sumurung Panggabean

42

14. Ardiman Sihombing

45

15. James Sipahutar

35

16. Ramses Aritonang

50

17. Ratno Simanungkalit

31

18. Baik Sipahutar

25

19. Pangihutan Sidabutar

43

20. Mangiring Sipahutar

36

21. Karina Manalu

47

22. Parmulaan Hutabarat

65

23. Roba Situmeang

42

24. Lanco Situmeang

39

25. Arsul Situmeang

40

26. Maringan Sihombing

48

27. Kardo Situmeang

36


(2)

Lampiran III

Data Variabel Penelitian

No

Pendapatan

(Rupiah)

Jumlah

Produksi

(bungkus)

Lama Usaha

( bulan)

Modal Usaha

(Rupiah)

1

3115200

768

84

10000000

2

3513000

960

120

15000000

3

3960000

792

120

7000000

4

4800000

1920

240

200000000

5

1800000

480

144

15000000

6

5355000

1530

240

20000000

7

880000

560

144

15000000

8

1115000

440

12

5000000

9

280000

120

72

2000000

10

1880000

480

72

4000000

11

633000

272

36

2000000

12

632800

264

120

2000000

13

1008800

512

60

3000000

14

3312000

768

108

8000000

15

2630000

1200

96

50000000

16

1023100

528

120

14000000

17

10620000

5400

108

800000000

18

6732000

1536

120

21000000

19

8096500

2000

288

80000000

20

5390000

2240

48

20000000

21

4724000

1440

72

27000000

22

6240000

1536

120

18000000

23

1108000

528

48

7000000

24

560000

256

36

3000000

25

4141000

1024

84

10000000

26

8005500

2160

60

120000000

27

1992000

600

60

20000000

28

3384000

768

24

5000000

29

1100800

528

12

3000000


(3)

Lampiran IV

Hasil Analisis Pendapatan Pedagang Kacang Sihobuk

Di Kecamatan Sipoholon

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 05/29/11 Time: 15:36 Sample: 1 30

Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 250411.3 524470.9 0.477455 0.6370 X1 2020.719 307.6041 6.569219 0.0000 X2 7506.768 4618.097 1.625511 0.1161 X3 0.002350 0.008166 0.287852 0.7757 R-squared 0.751484 Mean dependent var 3302163. Adjusted R-squared 0.722809 S.D. dependent var 2667663. S.E. of regression 1404497. Akaike info criterion 31.27182 Sum squared resid 5.13E+13 Schwarz criterion 31.45865 Log likelihood -465.0773 F-statistic 26.20696 Durbin-Watson stat 1.467746 Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran V

Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 1.677129 Prob. F(9,20) 0.160580 Obs*R-squared 12.90314 Prob. Chi-Square(9) 0.167038

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/29/11 Time: 15:39 Sample: 1 30

Included observations: 30


(4)

X1*X2 19530670 28769260 0.678873 0.5050 X1*X3 92.76570 81.37237 1.140015 0.2677 X2 3.81E+10 2.88E+10 1.321872 0.2011 X2^2 -2.57E+08 1.66E+08 -1.551888 0.1364 X2*X3 -16.18497 403.9798 -0.040064 0.9684 X3 -157112.9 147556.3 -1.064766 0.2997 X3^2 -8.52E-05 0.000501 -0.169852 0.8668 R-squared 0.430105 Mean dependent var 1.71E+12 Adjusted R-squared 0.173652 S.D. dependent var 2.65E+12 S.E. of regression 2.41E+12 Akaike info criterion 60.11893 Sum squared resid 1.16E+26 Schwarz criterion 60.58599 Log likelihood -891.7839 F-statistic 1.677129 Durbin-Watson stat 1.247626 Prob(F-statistic) 0.160580


(5)

Lampiran VI

Multikolineritas

Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 05/29/11 Time: 15:40 Sample: 1 30

Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 750.7177 294.6130 2.548149 0.0168 X2 0.106373 2.889203 0.036818 0.9709 X3 1.32E-05 4.43E-06 2.983551 0.0060 R-squared 0.308584 Mean dependent var 1113.667 Adjusted R-squared 0.257368 S.D. dependent var 1019.671 S.E. of regression 878.7124 Akaike info criterion 16.48943 Sum squared resid 20847659 Schwarz criterion 16.62955 Log likelihood -244.3415 F-statistic 6.025143 Durbin-Watson stat 1.710189 Prob(F-statistic) 0.006863

Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 05/29/11 Time: 15:41 Sample: 1 30

Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 77.51348 15.97393 4.852499 0.0000 X1 0.000472 0.012818 0.036818 0.9709 X3 7.64E-07 3.07E-07 2.487738 0.0193 R-squared 0.252070 Mean dependent var 98.40000 Adjusted R-squared 0.196668 S.D. dependent var 65.30227 S.E. of regression 58.52964 Akaike info criterion 11.07158 Sum squared resid 92494.41 Schwarz criterion 11.21170 Log likelihood -163.0737 F-statistic 4.549817 Durbin-Watson stat 1.629831 Prob(F-statistic) 0.019821


(6)

Dependent Variable: X3 Method: Least Squares Date: 05/29/11 Time: 15:42 Sample: 1 30

Included observations: 30

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -18255073 11851311 -1.540342 0.1351 X1 18757.95 6287.123 2.983551 0.0060 X2 244223.9 98171.08 2.487738 0.0193 R-squared 0.437486 Mean dependent var 26666667 Adjusted R-squared 0.395819 S.D. dependent var 42586491 S.E. of regression 33102096 Akaike info criterion 37.56273 Sum squared resid 2.96E+16 Schwarz criterion 37.70285 Log likelihood -560.4410 F-statistic 10.49942 Durbin-Watson stat 2.114926 Prob(F-statistic) 0.000423

X1 X2 X3 Y

X1 1.000000 0.283958 0.555472 0.845410 X2 0.283958 1.000000 0.502028 0.421923 X3 0.555472 0.502028 1.000000 0.558814 Y 0.845410 0.421923 0.558814 1.000000