53
E. Kriteria Guru Pendidikan Agama Islam Profesional
Tujuan pendidikan Islam ditegaskan bah wa:‖The aim of education in
Islam is to produce a good man”, yang berarti bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah menghasilkan pribadi manusia yang baik. Adapun yang baik itu adalah berkenaan dengan adab, berkenaan esensi budi dalam pencapaian kualitas
kebaikan dimensi spiritual dan material manusia‖.
71
Pendidik mempunyai tugas yang sangat penting dalam proses pendidikan, diantaranya ialah:
1. Membimbing, mencari pengenalan terhadap kebutuhan dan kesanggupan pelajar.
2. Menciptakan situasi pendidikan yaitu kondusif, dimana seluruh tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik sehingga mencapai hasil yang
memuaskan. 3. Memiliki pengetahuan agama dan pengetahuan yang diperlukan untuk
diamalkan dan diyakininya. Hasil studi beberapa ahli mengenai sifat atau karakteristik profesi itu
menghasilkan kesimpulan sebagai berikut.
72
1. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan, yaitu jenjang pendidikan tinggi yang didalamnya termasuk pelatihan-pelatihan khusus
yang berkaitan dengan keilmuan profesinya kelak. 2. Memiliki pengetahuan spesialisasi, penguasaan bidang keilmuan tertentu
yang lebih khusus spesialisasi seperti guru yang memiliki spesialisasi di bidang tertentu.
3. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien.
4. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan, seorang guru harus mampu berkomunikasi supaya apa yang disampaikan dapat dipahami oleh
peserta didik.
71
Fadhil Al-Djamali, Menerabas Krisis Pendidikan Dunia Islam, Jakarta: PT. Golden Terayon Press, 1993, h.58-59, h.114.
72
Nur Ubiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1997 Cet Ih. 71.
54 5. Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau self-
organization, pekerjaan yang dia lakukan dapat dikelola sendiri tanpa bantuan orang lain.
6. Mementingkan kepentingan orang lain altruism. Seorang guru harus siap memberikan layanan kepada anak didiknya pada saat diperlukan baik di
kelas lingkungan sekolah bahkan di luar sekolah. 7. Memiliki kode etik.
8. Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas. 9. Mempunyai sistem upah.
10. Budaya profesional. Keberadaan guru Pendidikan Agama Islam sebagai pendidik utama
dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam adalah berperan sebagai perancang, pelaksana, pemimpin, komunikator dan evaluator terhadap proses pendidikan
agama Islam dalam kerangka mencapai tujuan terbentuknya kepribadian anak didik yang luhur. Secara filosofis, manusiaanak adalah makhluk theomorfic,
manusia berasal dari Tuhan dan kembali Tuhan yang diberi amanah sebagai khalifah pemimpinwakil, penguasa, dan abdun hamba, dalam kerangka misi
menemukan dan mengamalkan sunnatullah untuk keselamatan dan kemakmuran umat manusia di muka bumi.
Peran para pendidik dalam mendidik anak tentu saja harus diarahkan untuk mengembangkan potensitalenta anak secara maksimal dan menyiapkan
lingkungan yang kondusif bagi pembelajaran sehingga tercapai kedewasaan yang maksimal intelektualitas, moralitas, estetik, spiritualitas sebagaimana
pribadi muslim sejatiinsan sholeh. Tegasnya, pribadi yang diinginkan sistem pendidikan Islam adalah yang memiliki kecerdasan intelek, emosi dan spiritual
secara terpadu. Suatu perpaduan berpikir Islami aqliyah Islamiyah-cara berpikir dengan landasan Islam dan menjadikan Islam sebagai satu-satunya
standar pemikiran, dan dengan sikap Islami nafsiyah Islamiyah – sikap jiwa
dan kecenderungan berpedoman kepada Islam dalam standar pemuasan semua keperluan manusia.
55 Al-Ghazali menasehati para pendidik agar memiliki sifat-sifat sebagai
berikut. 1. Mempunyai rasa kasih sayang pada anak didik.
2. Tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi hendaklah mengajar dengan maksud mencari keridlaan Allah swt. Dan
mendekatkan diri kepada-Nya. 3. Mencegah anak didik dari akhlak yang tidak baik.
4. Supaya memperhatikan tingkat akal pikiran anak didik dan berbicara kepada mereka sesuai dengan tingkat akal pikirannya.
5. Jangan memperlihatkan adanya kontrakdiksi antara perkataan dengan perbuatan.
6. Berikan nasehat kepada anak didik dalam setiap kesempatan. 7. Jangan menimbulkan rasa benci pada murid mengenai suatu cabang ilmu.
73
Al-Abrasyi dalam Armai menyatakan bahwa guru dalam Islam sebaiknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
1. Juhud, tidak mengutamakan materi, mengajar dilakukan karena mencari keridlaan Allah.
2. Bersih jasmani dan rohani. 3. Sesuai antara perkataan dan perbuatan.
4. Bijaksana. 5. Tidak malu mengakui ketidak tahuan.
6. Sabar, rendah hati, pemaaf, berkepribadian baik, bersifat kebapakan. 7. Mengetahui karakter anak didik.
8. Ikhlas dalam pekerjaan. 9. Menguasai mata pelajaran.
74
73
DR. Armai Areif, M.A, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam Jakarta: Ciputat Press, 2002h. 73.
74
DR. Armai Areif, M.A, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam Jakarta: Ciputat Press, 2002h. 73.
56 Sementara itu Mahmud Yunus menghendaki sifat-sifat guru muslim
sebagai berikut. 1. Menyayangi muridnya.
2. Selalu memberi nasehat kepada muridnya dengan bijak. 3. Guru tidak boleh merendahkan pelajaran lainnya yang tidak diajarkannya.
4. Hendaklah guru mengajak murid-muridnya supaya berpikir dan berijtihad,
dan tidak semata-mata menerima materi yang disampaikan oleh guru. 5. Hendaklah guru mengajarkan murid mula-mula dengan bahan pelajaran yang
mudah dan banyak terjadi di masyarakat. 6. Memperlakukan murid dengan adil.
75
Dari pemaparan di atas menunjukkan bahwa menjadi pendidik tidaklah mudah, sebab pendidik atau guru memegang peranan yang sangat penting
dalam proses pendidikan. Pertanggung jawaban hasil pendidikan terletak di tangan pendidik.
Berbicara tentang perbaikan kinerja guru atau pengembangan profesionalisme khususnya Guru Pendidikan Agama Islam, tidak bisa dilepaskan
dari tugas pokok tupoksi utama dan berbagai tanggung jawab guru yang terkait lainnya. Tugas dan tanggung jawab guru meliputi banyak hal, yaitu guru dapat
berperan sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan belajar, perencana pembelajaran, supervisor, motivator, evaluator, inovator,
serta tugas lainnya yang terkait dengan statusnya sebagai guru pendidikan agama Islam.
Untuk memenuhi tuntutan kinerja guru yang baik, maka pembinaan profesionalisme guru menjadi sebuah keniscayaan. Ketika hal ini dihindari maka
peningkatan mutu pendidikan yang diharapkan tidak akan terwujud. Kompetensi profesional merupakan kompetensi yang berkaitan langsung
dengan ketrampilan mengajar, penguasaan terhadap materi pelajaran dan penguasaan penggunaan metodologi pengajaran serta termasuk didalam
kemampuan menyelenggarakan administrasi sekolah, inilah keahlian khusus yang harus dimiliki oleh guru yang profesional yang telah menempuh
pendidikan khusus keguruan.
75
Armai Areif, M.A, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam Jakarta: Ciputat Press, 2002h. 74.
57 Guru yang berkualifikasi profesional yaitu guru yang tahu secara
mendalam tentang apa yang diajarkan, cakap dalam cara mengajarkan secara efektif serta efisien dan guru tersebut berkepribadian yang mantap.
Pada umumnya orang memberi arti sempit terhadap pengertian profesional. Profesional sering diartikan sebagai suatu ketrampilan teknis yang
dimiliki seseorang. Misalnya seorang guru dikatakan profesional bila guru itu memiliki kualitas mengajar yang tinggi. Padahal profesional mengandung
makna yang lebih luas dari hanya berkualitas tinggi dalam hal teknis. Profesional mempunyai makna ahli, tanggung jawab, baik tanggung jawab
moral dan memiliki rasa kesejawatan. Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja di tuntut melaksanakan
tugasnya secara profesional, tapi juga harus memliki pengetahuan dan pengetahuan profesonal. Dalam diskusi pengembangan model pendidikan
profesional tenaga kependidikan, yang diselenggarakan oleh Program Pascasarjana PPs IKIP Bandung , di rumuskan 10 ciri suatu profesi.
1.
Memiliki fungsi dan signifikasi sosial.
2.
Memliki keahlian dan ketrampilan tertentu.
3.
Keahlian atau ketrampilan diperoleh dengan menggunakan teori dalam metode ilmiah.
4.
Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas.
5.
Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama.
6.
Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesionalis.
7.
Kebebasan untuk memberikan Judgemen dalam memecahkan masalah dalam lingkup kerjanya
8.
Memiliki tanggung jawab profesional dan otonomi.
9.
Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan profesinya.
76
Jadi untuk menjadi guru, seseorang harus benar-benar mempunyai kualitas keilmuan kependidikan dan keinginan yang memadai guna menunjang
tugas jabatan profesinya, serta tidak semua orang bisa melakukan tugas dengan baik.
76
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek, Bandung; Remaja Rosdakarya, 1999, h.191.
58 Apabila tugas tersebut dilimpahkan kepada orang yang bukan ahlinya
maka tidak akan berhasil bahkan akan mengalami kegagalan, sebagaimana sabda nabi Muhammad SAW:
رظتĞÅف ġėĢº رīغ ħلإ رĚأ اáسو اâإ ĨرÅخÉلا Ġاور .ËعÅسلا
‖Apabila suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah keh
ancurannya‖.
77
Dalam rangka mendukung terwujudnya suasana proses belajar mengajar yang berkualitas di Sekolah dasar diperlukan adanya guru yang professional.
Karakteristik guru yang professional sedikitnya ada lima karakteristik dan kemampuan professional guru yang harus dikembangkan, yaitu:
1. menguasai kurikulum, 2. menguasai materi semua mata pelajaran,
3. terampil menggunakan multi metode pembelajaran, 4. memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugasnya,
5. memiliki kedisiplinan dalam arti yang seluas-luasnya. Sebagaimana layaknya makna profesional bagi guru umum, maka guru
agama pun mestilah seorang profesional. Seperti kesimpulan di atas bahwa guru profesional adalah guru yang memiliki kemampuan khusus dalam bidang
Pendidikan. Kemampuan atau kompetensi mempunyai kaitan yang erat dengan interaksi belajar mengajar dalam proses pembelajaran. Dimana seseorang guru
akan ragu-ragu menyampaikan meteri pelajaran jika tidak dibarengi dengan kompetensi seperti penguasaan bahan, begitu juga dengan pemilihan dan
penggunaan metode yang tidak sesuai dengan materi akan menimbulkan kebosanan dan mempersulit pemahaman belajar siswa. Dengan demikian
profesionalitas seseorang guru sangat mendukung dalam rangka merangsang motivasi belajar siswa dan sekaligus tercapainya interaksi belajar mengajar
sebagaimana mestinya.
‘
77
Imam Abi Abdillah Muhammad Bin Ismail Bin Ibrohim Bin Mughiroh Bardizah Al - Bukhori Al-
Ja‘fi, Shahih Bukhori, Juz 1, Beriut-libanon; Dar-al kutb al Ilmiah, 1992, h 26.
59 Kemampuan atau profesionalitas guru termasuk guru agama menurut
Mohammad Usman meliputi hal-hal berikut ini. 1. Menguasai landasan kependidikan
a.
Mengenal tujuan pendidikan Nasional untuk mencapai tujuan
b.
Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat
c.
Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.
2. Menguasai bahan pengajaran
a.
Mengusai bahan pengajaran kurikulum pendidikan, pendidikan dasar dan menengah
b.
Mengusai bahan pengayaan 3. Menyusun program pengajaran
a.
Menetapkan tujuan pembelajaran
b.
Memiliki dan mengembangkan bahan pembelajaran
c.
Memiliki dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai
d.
Memilih dan memanfaatkan sumber belajar 4.
Melaksanakan program pengajaran
a.
Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat
b.
Mengatur ruangan belajar
c.
Mengelola intraksi belajar mengajar 5.
Menilai hasil belajar mengajar yang telah dilaksanakan
a.
Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran
b.
Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
78
Sesuai dengan kutipan di atas, maka seorang guru profesional adalah guru yang mempunyai strategi mengajar, menguasai bahan, mampu menyusun
program maupun membuat penilaian hasil belajar yang tepat. Selain hal di atas guru juga mesti memiliki kemampuan dalam
membangkitkan motivasi bagi belajar siswa. Mengenai hal ini mengacu pada Ibrahim dan Syaodih ada beberapa kemampuan yang mesti dimiliki oleh guru
yaitu : Pertama, menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi, untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan kebosanan. Kedua,
memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa, dengan demikian akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Ketiga, Memberikan
saran antara lain ujian semester, ujian tegah semester, ulangan harian dan juga kuis. Keempat, memberikan kesempatan untuk sukses. Memberikan soal yang
sesuai dengan kepandainnya.
78
Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997
h. 18-19.
60 Kelima, diciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Dalam hal ini di
lakukan guru dengan cara belajar yang punya rasa persahabatan, punya humor, pengakuan keberadaan siswa dan menghindari celaan dan makian. Keenam,
Mengadakan persaingan sehat melalui hasil belajar siswa. Dalam persaingan ini dapat diberikan pujian, ganjaran ataupun hadiah.
Sejalan dengan kutipan di atas, maka profesionalitas guru motivasi siswa untuk sukses dalam belajar akan terlihat dengan kemampuan di dalam intraksi
belajar mengajar yang muncul indikator penggunaan metode dan media yang bervariasi, pemilihan bahan yang menarik minat, pemberian kesempatan untuk
sukses, penyajian suasana belajar mengajar yang menyenangkan dan juga pengadaan persaingan sehat.
Beberapa pendapat menjelaskan tentang kompotensi guru agama Islam dalam rangka motivasi siswa antara yaitu:
1. Penggunaan metode dan media yang bervariasi.
Di dalam interaksi belajar mengajar tidaklah kita temui selamanya berjalan dengan sukses, tetapi pasti ada hal-hal yang menyenangkan siswa
merasa bosan mengikuti pelajaran sehingga materi yang disampaikan oleh guru dapat dipahami dan dikuasainya secara optimal. Salah satu yang menyebabkan
timbulnya kebosanan siswa dalam belajar adalah penggunaan metode dan media yang menoton. Jadi jika terdapat di antara siswa menentang pelajaran yang
diberikan maka salah satu sebabnya adalah masalah metode dan media yang di pergunakan guru tidak sesuai dengan materi yang disampaikan.
Misalnya seorang guru hanya menggunakan satu macam metode dan media dalam berbagai materi pelajaran, siswapun akan merasa bosan dan tidak
mengikuti pelajaran sebagaimana yang diiginkan. Oleh sebab itu suksesnya intraksi belajar mengajar harus dibarengi dengan metode dan media yang
bervariasi agar menghasilkan pembelajaran sebagaimana harusnya. Dengan demikian penggunaan metode dan media yang bervariasi adalah salah satu
pendorong bagi siswa.
61 2.
Memilih bahan yang menarik minat belajar siswa Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian
siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menatap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat
seseorang akan melakukan suatu yang diminatinya. Sebaliknya tampa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.
Sejalan dengan kutipan di atas sepatutnya seorang guru berusaha untuk menarik minat belajar siswa, walaupun pada kenyataannya tidak semua materi
yang disampaikan oleh guru disukai siswa. Tetapi disinilah tugas guru memahami sifat, mental, minat dan kebutuhan siswa agar dia bisa memberikan
bimbingan dan pelajaran dengan sebaik-baiknya untuk menarik minat siswa. Beberapa cara membangkitkan minat belajar siswa, yaitu :
a. Mengajar dengan cara menarik.
b. Mengadakan selingan yang sehat.
c. Menggunakan alat peraga
d. Sedapat mungkin mengurangi menghilangkan sesuatu yang menyebabkan
perhatian yang tak perlu. e.
Dapat menunjukkan kegunaan bahan pelajaran yang di berikan f. Berusaha mengadakan hubungan antara apa yang sudah ada diketahui murid
dengan yang akan diketahuinya 3.
Memberikan sasaran antara, seperti ujian semester, ujian tengah semester, ulangan harian dan kuis.
Pengetahuan yang tidak adanya pengujian akan mudah hilang dan tidak akan menetap dalam ingatan. Tetapi pengetahuan yang sering di ulang-ulang
akan menjadi pengetahuan dan dapat digunakan. Maka pada waktu intraksi belajar mengajar guru hendaknya sering mengadakan ulangan yang teratur, agar
bahan pelajaran yang di ajarkan itu benar-benar dimiliki murid dan siap digunakan.
Ulangan harian atau kuis diadakan apabila : a.
Sebagian besar murid-murid tidak mengerjakan tugas yang diberikan b.
Pelajaran yang lampau telah dilupakan
62 c.
Jika mungkin sebelum pelajaran dimulai. Sedangkan ulangan tengah semester dan semester diadakan pada waktu sebelum libur.
3.Ulangan harian dan kuis diadakan oleh guru saat berlangsungnya proses belajar mengajar dengan tujuan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses belajar mengajar.
b. Untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya dan proses belajar mengajar
dengan baik Oleh sebab itu, tujuan ulangan harian atau kuis untuk perbaikan proses
belajar mengajar, maka sebagian guru hendaknya memiliki kebesaran hati mencari kekurangannya dalam proses belajar mengajar seperti metodologi,
didaktik, motivasi dan penguasaan terhadap bahan yangt diajarkan. Dengan demikian termasuk juga tujuan ulangan harian atau kuis untuk merangsang
siswa agar lebih rajin belajar dan sekal;igus mengetahui bagian-bagian materi yang belum dikuasainya. Sedangkan ujian semester untuk mengukur
keberhasilan belajar siswa ataupun kelulusan naik kelas atau tidak. 4.
Pemberian kesempatan untuk sukses Pemberian kesempatan untuk sukses adalah pemberian soal kepada siswa
sesuai dengan kemampuannya. Sebagai guru hendaknya memahami bahwa murid siswa tidaklah semua punya kesamaan tingkat pengetahuannya, dimana
sebagian ada yang pintar, ada yang sedang dan ada pula yang bodoh. Mengenai pemberian soal kepada siswa Thoha mengatakan:
―Pemberian soal haruslah tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah, karena bilamana soal memiliki tingkat kesukaran yang maksimal maka murid
siswa yang punya intlegensi dibawah sedang mungkin kesukaran dan tidak mampu menjawab secara optimal yang akhirnya tidak pernah merasa sukses
dalam belajar, artinya tidak ada kesempatan untuk sukses.
79
Jadi dengan berpedoman kepada kutipan di atas dapat dipahami bahwa soal yang diberikan
guru mestinya jangan terlalu mudah, karena tidak ada nantinya pembeda yang pandai, yang sedang yang bodoh, jangan pula terlalu payah karena ada nantinya
79
M. Habib Toha, Tehnik Evaluasi Pendidikan,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, h.47.
63 siswa yang tidak pernah mendapatkan kesempaan untuk sukses, yang
memungkinkan motivasi belajar tidak timbul. Akhirnya tidak mampu memahami pelajaran, dan malas untuk mengikuti intraksi belajara mengajar.
5. Penyajian suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
Siswa lebih senang melanjukan belajarnya jika kondisi pengajaran menyenangkan. Jadi dengan guru harus berusaha semaksimal mungkin didalam
intraksi belajar mengajar dalam rangka memberikan motivasi bagi siswa agar mereka bergiat terus belajar dan mencapai tujuan. Cara untuk menyenangkan
siswa dalam belajar adalah:
a.
Usahakan jangan mengulangi hal-hal yang mereka ketahui, sebab mereka jenuh.
b.
Suasana fisik kelas jangan membosankan Hindarkan dari prustasi, seperti pertanyaan yang tak masuk akal.
c.
Hindarkan suasana kelas yang bersifat emosional sebagai akibat adanya kontak personal.
d.
Siapkan tugas-tugas yang menantang selama diselenggarakan intraksi belajar mengajar.
e.
Berikan siswa pengetahuan tentang hasil-hasil yang telah di capai masing- masing siswa.
f.
Berikan ganjaran yang pantas terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh siswa.
6. Mengadakan persaingan sehat
Persaingan, sebenarnya adalah berdasarkan kepada dorongan untuk kedudukan dan penghargaan. Kebutuhan akan kedudukan dan penghargaan
adalah merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu persaingan dapat menjadi tenaga pendorong
yang sangat besar bagi perkembagan belajar siswa. Persaingan dalam rangka memotivasi belajar siswa dapat dilakukan guru dalam bentuk bermacam mata
pelajaran. Dan pada biasanya persaingan secara sehat yang diadakan guru selalu diikuti dengan ganjaran seperti pemberian hadiah ataupun pujian, sesuai dengan
64 bentuk dan tingkat persaingan sehat itu ada hal-hal yang perlu diperhatikan
sebagaimana berikut ini :
a.
Persaingan jalan terlalu intensif, sebab akan mengakibatkan hal-hal negatif, seperti anak yang lemah akan merasa dirinya tidak mampu dan putus asa.
b.
Persaingan harus diadakan dalam suasana yang jujur, yang sportif.
c.
Semua anak ikut bersaing hendaknya mendapat penghargaan, baik yang menang maupun yang kalah.
d.
Hendaknya persaingan itu berjenis-jenis, agar yang menang tidak itu-itu saja. Dengan demikian jika persaingan tersebut dilaksanakan dengan adanya
aturan-aturan sebagaimana yang di atas, maka persaingan itu akan jadi persaingan sehat yang merupakan motivasi yang berperan untuk belajar siswa.
Di mana dengan motivasi tersebut siswa-siswa berlomba memahami dan menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan belajar sehingga mencapai hasil
yang memuaskan. Bila profesionalitas guru yang memiliki indikator seperti
diatas direalisasikan di dalam intraksi belajar mengajar maka siswa akan aktif mengikuti intraksi belajar mengajar, menyelesaikan tugas
–tugas dengan penuh kesadaran, mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru. Pada kondisi
yang seperti itu maka kesuksesan belajar dapat tercapai secara maksimal. ―Kedudukan guru yang diyakini sangat strategis, yaitu : 1. Agen
pembaharuan, 2 Berperan sebagai fasilitator yang menciptakan kondisi belajar dalam diri anak, 3 Bertanggung jawab atas terciptanya hasil belajar subjek didik,
4 Sebagai contoh teladan, 5. Bertanggung jawab secara profesional meningkatkan kemampuannya, 6 Menjunjung tinggi kode etik professional
‖.
80
Menurut Bestor dalam Syafaruddin kualifikasi utama profesi yaitu : ―1 Memiliki ilmu pengetahuan yang luas dalam bidang yang dikerjakan, 2
Memiliki kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakan pekerjaannya yang sesuai, bidangnya, 3 Memiliki karakter atau kepribadian yang membuatnya
dihargai, dibanggakan dan diterima kliennya.‖
81
80
Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran,Jakarta: Quantum teaching, 2005, h.83.
81
Syafaruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran,Jakarta: Quantum teaching, 2005, h.98
.
65 Penulis menyimpulkan karakteristik profesi: Pertama jabatan yang
memerlukan pendidikan yang panjang dan menyangkut pengetahuan dan keterampilan khusus.
Kedua sistem ujian yang berkaitan dengan kemampuan teoritis dan praktek sehingga benar-benar memiliki otoritas dan kewenangan dalam
tugasnya,ketiga organisasi profesi yang memelihara kepentingan, mutu dan kewenangan profesi, selanjutnya adanya kode etik dan sumpah jabatan yang
menjadi pegangan anggota profesi dalam bertugas, dan terakhir adanya standar pengetahuan dan keterampilan khusus yang terus dipelihara, dan dikembangkan.
Keprofesionalan guru guru yang memiliki kompetensi saat ini dapat diukur
dengan beberapa
kompetensi dan
berbagai indikator
yang melengkapinya, tanpa adanya kompetensi dan indikator itu maka sulit untuk
menentukan keprofesionalan guru. Elliot dan Dwecked dalam Scultheiss dan Brunstein
‖.
82
Pengertian dasar kompetensi competency adalah kemampuan atau kecakapan.
83
Padanan kata yang berasal dari bahasa Inggris ini cukup banyak dan yang lebih relevan dengan pembahasan ini adalah proficiency and ability yang
memiliki arti kurang lebih sama yaitu kemampuan. Tujuan kompetensi guru menurut Sardiman, di antaranya yaitu.
1. Guru memiliki kemampuan pribadi, maksudnya guru diharapkan mempunyai pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan serta sikap yang lebih
mantap dan memadai serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola PBM dengan baik.
2. Agar guru menjadi inovator, yaitu tenaga kependidikan yang mampu komitmen terhadap upaya perubahan dan informasi ke arah yang lebih baik.
3. Guru mampu menjadi developer, yaitu guru mempunyai visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya.
84
82
Scultheiss dan Brunstein, An Implicit Motive Perspective on Competence, dalam Elliot dan Dweck, Handbook Competence and Motivation, New York: The Guilford Press,
2005, h. 42.
83
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Guru, Bandung; Remaja Rosdakarya, 2000, h 229
84
Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi dalam Belajar Jakarta: Rajawali Press, 2007 . h.133
66 Keberhasilan pengajaran yang dilakukan oleh guru PAI tergantung pada
penguasaan terhadap kompetensi- kompetensi tersebut. Jika guru dapat mengelola kelas dengan baik peserta didik akan belajar dengan baik, akhlak
yang mulia, akan menambah motivasi belajar peserta didik. Dengan demikian seterusnya keberhasilan proses pengajaran PAI tergantung pada kemampuan
penguasaan kompetensi guru PAI dan sebaliknya.Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Tabel 2.1 Kompetensi Guru menurut Muhibinsyah
85
Ragam Dan Elemen Kompetensi Kompetensi Kognitif
Kompetensi Afektif Kompetensi Psikomotor
1. Pengetahun - Pengetahuan
kependidikan - Pengetahuan bidang studi
2. Kemampuan mentransfer strategi kognitif
1. Konsep diri dan harga diri 2. Efikasi diri dan efikasi
kontekstual 3. Sikap penerimaan terhadap
diri sendiri dan orang lain 1. Kecakapan fisik umum
2. Kecakapan fisik khusus - Kecakapan ekspresi verbal
- Kecakapan ekspresi non verbal
Menurut beberapa ulama bahwa ada beberapa kemampuan dan perilaku yang perlu dimiliki oleh guru yang sekaligus merupakan profil guru pendidikan
agama Islam GPAI yang diharapkan agar dapat menjalankan tugas-tugas kependidikan dapat berhasil secara optimal. Profil tersebut pada intinya terkait
dengan aspek personal dan profesioanal dari guru. Aspek personal menyangkut pribadi guru itu sendiri, yang selalu ditempatkan pada sisi utama. Aspek
personal ini diharapkan dapat memancar dalam dimensi sosialnya, dalam hubungan guru dengan peserta didiknya, teman sejawat dan lingkungan
masyarakatnya karena tugas mengajar dan mendidik adalah tugas kemanusiaan. Dan aspek profesional menyangkut peran profesi dari guru, dalam arti ia
memiliki kualifikasi profesional sebagai seorang GPAI.
86
85
Muhibinsyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung; Remaja Rosdakarya, 2000, h. 236
86
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2003, h. 97
67 Berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat para ulama tentang
kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh guru pendidikan agama Islam: 1. Menurut Al Ghazali; mencakup a. Menyajikan pelajaran dengan taraf
kemampuan peserta didik, b. Terhadap peserta didik yaang kurang mampu, sebaiknya diberi ilmu-ilmu yang global dan tidak detail.
2. Menurut Abdurrahman al-Nahlawy; meliputi a. Senantiasa membekali diri dengan ilmu dan mengkaji serta mengembangkannya, b. Mampu
menggunakan variasi metode mengajar dengan baik, sesuai dengan karekteristik materi pelajaran dan situasi belajar mengajar, c. Mampu
mengelola peserta didik dengan baik, d. Memahami kondisi psikis dari peserta didik, e. Peka dan tanggap terhadap kondisi dan perkembangan
baru.
3. Menurut Muhammad Athiyah Al-Abrosyi; mencakup, a. Pemahaman tabiat, minat, kebiasaan, perasan dan kemampuan peserta didik, b.
Penguasaan bidang yang diajarkan dan bersedia mengembangkannya 4. Menurut Ibnu Taimiyah; Mencakup a. Bekerja keras dalam menyebarkan
ilmu, b. Berusaha mendalami dan mengembangkan ilmunya 5. Menurut Brikan Barky Al Qurasyi; meliputi a. Penguasaan dan pendalaman
atas bidang ilmunya, b. Mempunyai kemampuan mengajar, c. Pemahaman terhadap tabiat, kemampuan dan kesiapan peserta didik.
87
Kelompok profesional memiliki kode etik yang merupakan dasar untuk melindungi para anggota yang menjunjung tinggi nilai profesional, di samping
merupakan sarana untuk mengambil tindakan penertiban terhadap anggota yang melakukan perbuatan yang tidak sesuai suara dan semangat kode etik itu.
Kode etik guru diartikan sebagai aturan tata susila keguruan. Menurut Westby Gibson, kode etik guru dikatakan sebagai suatu statemen formal yang
merupakan norma aturan tata susila dalam mengatur tingkah laku guru.
88
Guru sebagai tenaga profesional memerlukan pedoman atau kode etik agar terhindar
dari segala bentuk penyimpangan. Kode etik menjadi pedoman baginya untuk tetap profesional sesuai dengan tuntutan dan persyaratan profesi. Setiap guru
memegang keprofesionalannya sehingga pendidik akan selalu berpegang pada kode etik guru, sebab kode etik guru ini sebagai salah satu ciri yang harus ada
pada profesi itu sendiri.
89
87
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung; Remaja Rosdakarya, 2000, h 98.
88
Syaifl Bahri Djamarah, Strategi Belajar mengajar Jakarta: Rhineka Cipta, 2002., h. 49
89
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi dalam Belajar Jakarta: Rajawali Press, 2007 h. 149
68 Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah
untuk kepentingan anggota dan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan mengadakan kode etik guru adalah untuk menjunjung tinggi martabat
profesi, untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya, untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi, untuk meningkatkan mutu
profesi dan mutu organisasi profesi.
90
Menurut Imam Al-Ghazali, sebagaimana yang dikutip oleh Muhaimin bahwa kode etik dan tugas guru sebagai berikut: 1. Kasih sayang kepada peserta
didik dan memperlakukannya sebagaimana anaknya sendiri, 2. Meneladani rasullullah sehingga jangan menuntut upah, imbalan maupun penghargaan, 3.
Hendaknya tidak memberi predikatmartabat kepada peserta didik sebelum ia pantas dan kompeten untuk menyandangnya, dan jangan memberi ilmu yang
samar al-ilm al-khafy sebelum tuntas ilmu yang jelas al-ilm al-jali 4. Hendaknya mencegah peserta didik dari akhlak yang jelek, 5. Guru yang
memegang bidang studi tertentu sebaiknya tidak meremehkan bidang studi lain, 6. Menyajikan pelajaran sesuai dengan taraf kemampuan peserta didik, 7.
Dalam menghadapi peserta didik yang kurang mampu sebaiknya diberi ilmu- ilmu yang global dan tidak perlu menyajikan detailnya, 8 Guru hendaknya
mengamalkan ilmunya, dan jangan sampai ucapannya bertentangan dengan perbuatannya.
91
―Kompetensi mengakar kepada konsep sebagai keterampilan, dan kemampuan seseorang yang berkembang untuk tingkat efektivitas dalam
transaksi dengan lingkungan dan untuk keberhasilan tindakankinerja seseorang. Kemudian dapat pula didefinisikan bahwa kompetensi adalah sebagai kondisi
atau kualitas efektivitas, kemampuan, kecakapan atau keberhasilan ‖.
92
90
Sortjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta; Rineka Cipta, 1999, h. 30
91
Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam., Bandung: Trigenda, 1993 h. 95
92
Elliot dan Dweck, Handbook Competence and Motivation, New York: The Guilford Press, 2005, h. 5
69 1. Pengetahuan Knowledge; kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya
seorang guru mengetahui cara melakukan identfikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan
kebutuhan.
2. Pemahaman Understanding; yaitu kedalaman kognitif, dan efektif yang dimiliki oleh individu, misalnya seorang guru yang akan melaksanakan
pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara
efektif dan efesien.
3. Kemampuan Skill; adalah sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.misalnya kemapuan guru
dalam memiliki dan membuat alat peraga sederhana untuk memberi kemudahan belajar kepada peserta didik.
4. Nilai Value; adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku
guru dalam pembelajaran kejujuran, keterbukaan, demokrasi dan lain-lain. 5. Sikap Attitude; yaitu perasaan atau reaksi terhadap sesuatu rangsangan
yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah.
6. Minat Interest; adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu.
93
Pengertian kompetensi guru ialah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat
dan efektif.
94
Tegasnya kompetensi dapat merupakan pengetahuan, kemampuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki seseorang sehingga memungkinkannya
memiliki efektivitas pribadi dan kelompok dalam pekerjaan. Selanjutnya untuk melihat apakah seorang guru dikatakan profesional
atau tidak, dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari tingkat pendidikan minimal dari latar belakang pendidikan untuk jenjang sekolah tempat
dia menjadi guru. Kedua, penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola proses pembelajaran, dan mengelola siswa.
95
93
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung; Remaja Rosdakarya, 2002, h. 37
94
Kusnandar, Guru Profesional Impelemtasi KTSP dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta: Rajagrafindo Perasda, 2007, h. 55
95
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung; Pustaka Setia, 2002, h. 30
70 Ada 10 kemampuan dasar bagi guru profesional menurut P3G Proyek
Pembinaan Pendidikan Guru, yaitu: 1. Menguasai bahan
2. Mengelola program belajar mengajar 3. Mengelola kelas
4. Menggunakan media atau sunber 5. Menguasai landasan-landasan kependidiakan
6. Mengelola interaksi belajar mengajar 7. Menilai prestasi siswa untuk kependidikan pengajaran
8. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan penyuluhan 9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10. Memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna
keperluan pengajaran
96
Menurut Usman, kemampuan profesional guru meliputi: menguasai landasan kependidikan, menguasai bahan pengajaran, menyusun program
pengajaran, melaksanakan program pengajaran dan menilai hasil dan PBM yang telah dilaksanakan.
97
Jabatan guru adalah suatu jabatan profesi. Dalam pengertian tersebut telah terkandung suatu konsep bahwa guru profesional yang bekerja
melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah harus memiliki kompetensi-kompetensi yang dituntut agar guru mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Maka guru yang dinilai kompeten secara profesional, apabila: 1. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-
baiknya 2. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil
3. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan sekolah
4. Guru tersebut mampu melaksanakan perananya dalam PBM dan belajar dalam kelas.
98
96
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta; Grasindo, 2002, h. 37
97
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung; Remaja Rosdakarya, 2002, h.
98
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta; Bumi Aksara, 2002, h. 38
71 Menurut Porter dalam Mukhtar sebagaimana yang dikutip oleh Karl Tan
Beng San, bahwa tenaga profesional yang akan mampu menghadapi persaingan dunia global dalam era milinium ini sekurang-kurangnya memiliki lima
karakteristik ketrampilan, yaitu: 1. Memiliki ketrampilan dasar basic skill
2. Menguasai ketrampilan khusus spesialisasi 3. Menguasai ketrampilan komputer
4. Menguasai ketrampilan bahasa asing 5. Menguasai kertampilan manajerial dan kepemimpinan.
99
Kompetensi-kompetensi yang meliputi keprofesionalan guru berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen,
dapat dilihat dari empat kompetensi, yaitu: 1. Kompetensi Pedagogik, 2. Kompetensi kepribadian, 3. Kompetensi professional, 4. Kompetensi social
.
100
Keempat komptensi ini memiliki indikator-indikator tertentu yang memberikan jaminan bahwa keempatnya dapat dilaksanakan dan terukur secara kuantitatif
dan kualitatif, dengan indikator sebagai berikut. 1. Kompetensi pedagogic: Kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran
peserta didik, indikatornya: a Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, b Pemahaman terhadap peserta didik, c Pengembangan
kurikulumsilabus, d Pemahaman terhadap peserta didik, e Perancangan pembelajaran, f Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, g
Pemanfaatan teknologi pembelajaran, h Evaluasi proses dan hasil belajar, dan, i Pengembangan peserta didik.
2. Kompetensi kepribadian; pemilikan sifat-sifat kepribadian, indikatornya: a Berakhlak mulia, b Arif dan bijaksana, c Mantap, d Berwibawa, e Stabil,
f Dewasa, e Jujur, f Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, g Secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan, h Mau dan siap
mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
99
Mukhtar, Desain Pembelajaran,Pendidikan Agama Islam, Jakarta; Misaka Galita, 2003, h. 81-82
100
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Yogyakarta: Penerbit Widyatama, 2003.
72 3. Kompetensi profesional; kemampuan dalam menguasai pengetahuan bidang
ilmu, teknologi, danatau seni yang diampunya, indikatornya: a. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi program
satuan pendidikan, mata pelajaran, danatau kelompok mata pelajaran yang akan diampunya
b. Konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program
satuan pendidikan, mata pelajaran, danatau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
4. Kompetensi sosial; dengan indikatornya: a Berkomunikasi lisan, tulisan, danatau isyarat, b Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi
secara fungsional, c Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orangtuawali
peserta didik, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta system nilai yang berlaku, dan, d Menerapkan
prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan. Keempat kompetensi profesional yang seharusnya melekat dalam diri
para guru itu, bukanlah sesuatu yang mudah untuk diterapkan jika tidak ada kemauan dari berbagai pihak, terutama guru itu sendiri. Namun, hal itu akan
menjadi mudah diterapkan, jika kemauan dari berbagai pihak, terutama guru itu sendiri memiliki komitmen untuk mencapai keprofesionalan, Pelatihan sebagai
bagian dari tanggung jawab kepada diri sendiri, kepada peserta didik, kepada pemangku kepentingan, dan yang tak kalah pentingnya, adalah tanggung jawab
kepada Allah SWT, yang telah memberikan amanah kepada setiap guru untuk dapat melaksankan tugas dan fungsi sebagai pendidik, pengajar, pembimbing,
dan pelatih. Empat kompetensi utama dan sub kompetensinya mutlak dimiliki oleh
guru karena guru berkedudukan sebagai tenaga profesional. Dia memiliki tanggung jawab yang tidak ringan juga kewajiban-kewajiban lainnya, yang
harus dipegang dan dijalankan sesuai dengan aturan yang telah ada.
73 ―Guru sebagai jabatan professional memerlukan pendidikan lanjutan dan
latihan khusus advanced education and special training. Dalam konteks ini guru sebagai jabatan professional seperti dokter dan lawyer memerlukan
pendidikan pasca sarjana. ‖
101
Dalam memajukan jabatan guru sebagai jabatan profesional, kita belum sepenuhnya menganut pendidikan profesional seperti yang dianut oleh jabatan
profesional lainnya yang lebih tua seperti dokter. Namun dengan adanya Direktorat Jendral peningkatan mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan yang
khusus menangani urusan mutu pendidikan dan keguruan, peluang untuk menuju ke arah profesionalitas jabatan guru dan pengelolaan pendidikan semakin
terbuka.
102
Jabatan profesi merupakan jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual,menekuni suatu batang tubuh ilmu tertentu, didahului dengan
profesional yang lama, memerlukan pelatihan jabatan yang kontinyu, mengikuti standar baku mutu tersendiri, dan dapat melakukan kontrol terhadap anggota
yang melakukan penyimpangan. Jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang,
karena memerlukan persiapan yang harus ditempuh melalui jenjang pendidikan dan latihan khusus.Kedudukan dan posisi guru sebagai tenaga profesional
bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan sekaligus mewujudkan tujuannya. Untuk mencapai kreteria profesional, guru harus
menjalani profesionalisasi atau proses menuju derajat profesional yang sesungguhnya secara terus menerus, termasuk kompetensi mengelola kelas.
Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi
keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan atau olah raga.
101
Kusnandar, Guru Profesional, Jakarta: Rajawali Press, 2011, h.49.
102
Kusnandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Satuan Pendidikan KTSPdan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. h.49.
74 Joyce menulis bahwa program komprehensif pengembangan profesional
hendaknya memenuhi tiga fungsi, yaitu sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan pelatihan dalam jabatan yang cocok bagi guru, sebagai bekal bagi
sekolah untuk meningkatkan kualitas program-programnya, dan menciptakan suasana atau kondisi yang memungkinkan guru untuk sebisa mungkin
mengembangkan potensinya secara optimal. Pembinaan dan pengembangan profesi dan karir guru P3KG meliputi
pembinaan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Pembinaan dan pengembangan karir meliputi
penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Kegiatan pembinaan dan pengembangan ini bisa dijalankan melalui prakarsa pemerintah, pemerintah
daerah, penyelenggara pendidikan, asosiasi guru, juga bisa melalui inisiatif guru itu sendiri.
F. Upaya Mewujudkan Guru yang Profesional