FKIP Universitas Sriwijaya, 21 Oktober 2016
BAHAN AJAR LUAS PERMUKAAN PRISMA DAN LIMAS BERBASIS PENDEKATAN RME UNTUK SISWA SMP
Amrina Rizta
1
, Rusdy A. Siroj
2
, Riska
3
1,2,3
Universitas Muhammadiyah Palembang Email : Rina110389gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menghasilkan bahan ajar dalam bentuk LKS materi luas permukaan prisma dan limas yang mengacu pada prinsip dan karakteristik RME
yang valid dan praktis serta memiliki efek potensial terhadap pemahaman konsep siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah research and development yang
terdiri dari dua tahap yaitu preliminary study dan formative study. Pengumpulan data dilakukan melalui walkthrough, analisis dokumen, observasi, dan tes. Ujicoba
penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Palembang. Hasil ujicoba LKS materi luas permukaan prisma dan limas diperoleh simpulan bahwa LKS yang
dikembangkan valid dan dapat digunakan untuk siswa kelas VIII SMP. Efek potensial yang muncul adalah selama proses belajar siswa sangat antusias dan aktif
mengikuti pembelajaran serta pemahaman konsep siswa yang tergolong baik.
Kata kunci: Research and Development, RME, LKS, Prisma dan Limas
I. Pendahuluan
Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran matematika seringkali ditemukan permasalahan-permasalahan yang dapat mengakibatkan hasil belajar matematika tidak
tercapai secara optimal. Salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Ningsih 2013, p.178 bahwa permasalahan yang sering dihadapi dalam mata pelajaran matematika
adalah rendahnya kemampuan pemahaman konsep siswa. Padahal, menurut Freudenthal 2002, p.38, siswa tidak boleh pasif dalam pembelajaran matematika bahkan siswa
dituntut untuk aktif dalam menemukan konsep-konsep matematika. Siswa sering menemukan kesulitan jika dihadapkan pada soal aplikasi atau soal yang berbeda dengan
soal yang biasa dilatihkan. Hal ini dikarenakan rendahnya pemahaman konsep siswa. Untuk menanggulangi hal tersebut perlu suatu bahan ajar yang dapat menunjang
proses pembelajaran yang menekankan pada pemahaman konsep. Salah satu bahan ajar yang dapat dikembangkan oleh guru adalah Lembar Kerja Siswa LKS. Menurut
Prastowo 2011, p.204 “LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas
pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai.
Di dalam Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses, 1
pelaksanaan pembelajaran dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Untuk menerapkan proses pembelajaran yang
sesuai dengan standar proses maka perlu adanya pendekatan pembelajaran yang tepat. Pendekatan pembelajaran RME merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengaitkan dan melibatkan lingkungan sekitar siswa atau pengalaman-pengalaman yang pernah dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, Sehingga siswa dapat
membayangkan atau nyata dalam pikiran siswa. Dengan menggunakan permasalahan realistik pembelajaran akan bermakna bagi siswa, seperti yang diungkapkan Cord
dalam Wijaya, 2012, p.20 bahwa suatu pengetahuan akan bermakna bagi siswa jika proses pembelajaran menggunakan permasalahan realistik.
Di dalam pendekatan pembelajaran RME, permasalahan realistik digunakan sebagai awalan untuk membangun konsep matematika. Suatu permasalahan disebut
“realistik” jika permasalahan tersebut dapat dibayangkan atau nyata dalam pikiran siswa. Sehingga dengan menggunakan permasalahan realistik, diharapkan konsep
matematika yang dipelajari dapat bermakna dan diingat dalam jangka panjang oleh siswa.
Selain itu, dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan RME, terdapat model yang digunakan dalam melakukan matematisasi secara progresif. Pengunaan
model berfungsi sebagai jembatan dari pengetahuan matematika tingkat kongkrit menuju tingkat formal. Menurut Gravemeijer dalam Faudzan, 2002, p.35 ada empat
level model pada pembelajaran RME, yaitu: 1 Level situasional
Level ini merupakan level paling dasar dari pemodelan di mana pengetahuan dan model masih berkembang dalam konteks situasi masalah yang digunakan.
2 Level referensial Pada level ini, siwa membuat model untuk menggambarkan situasi konteks
sehingga hasil pemodelan pada level ini disebut sebagai model dari model of situasi. 3 Level general
Pada level general, model yang dikembangkan siswa sudah mengarah pada pencarian solusi secara sistematis. Model pada level ini disebut model untuk model for
penyelesaian masalah. 4 Level formal
Pada level formal, siswa sudah bekerja dengan menggunakan simbol dan representasi matematis. Tahap formal merupakan tahap perumusan dan penegasan
2
FKIP Universitas Sriwijaya, 21 Oktober 2016
konsep matematika yang dibangun oleh siswa. Berdasarkan hasil penelitian Ningsih 2013:181 dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran realistik 96 siswa mampu menyelesaikan soal dengan baik dan benar. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Hadi 2005, p.52 dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran realistik pada materi peluang 87,5 siswa dapat menjawab soal dengan baik dan benar.
Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak peran matematika yang dapat kita jumpai, salah satunya dalam bidang geometri seperti bangun ruang prisma dan limas.
Tanpa siswa sadari dalam kesehariannya terkadang mereka melihat benda-benda yang berbentuk bangun prisma dan limas. Benda-benda tersebut dapat digunakan sebagai
permasalahan realistik untuk membagun pemahaman konsep tentang prisma dan limas pada siswa. Dari uraian sebelumnya, maka tujuan dalam penelitian ini adalah
menghasilkan bahan ajar dalam bentuk LKS materi luas permukaan prisma dan limas yang mengacu pada prinsip dan karakteristik RME yang valid dan praktis serta memiliki
efek potensial terhadap pemahaman konsep siswa.
II. Metodologi