Bentuk Pengambilan Keputusan pada Tipe-tipe Keluarga Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri (Studi di Desa Kebon Pedes, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

BENTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PADA TIPE-TIPE KELUARGA TENAGA KERJA INDONESIA
KE LUAR NEGERI

(Studi di Desa Kebon Pedes, Kecamatan Sukaraja,
Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

Syaiful Basyri
A 27.0677

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997

RINGKASAN
Syaiful Basyri. Bentuk Pengambilan Keputusan pada Tipe-Tipe Keluarga Tenaga Kerja
Indonesia ke Luar Negeri: Studi di Desa Kebon Pedes, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten
Sukabumi, Propinsi Jawa Barat (di bawah bimbingan Endriatmo Soetarto).
Gejala munculnya fenomena Tenaga Keja Indonesia (TKI) berkaitan dengan
sempitnya kesempatan kerja dan pergeseran nilai-nilai yang membatasi wanita untuk

bekeja di luar rurnah tangga.

Menjadi TKI akan lebih memberdayakan SDM pada

keluarga, dan berpengaruh terhadap alokasi kekuasaan dalam pengambilan keputusan.
Beberapa permasalahan dalam penelitian ini adalah bagairnana profil keluarga
sebelum dan sewaktdsetelah bekerja TKI, bagaimana bentuk dan penerapan pengambilan
keputusan, faktor-fiktor apakah yang paling berpengaruh dalam pengambilan keputusan,
dan bagaimana alokasi kekuasaan suami-istri dalam pengambilan keputusan apabila
didasarkan kepada perbedaan jenis kelamin dan hubungan suami-istri yang terbentuk pada
tipe-tipe keluarga TKI ke luar negeri?

Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk

menjawab beberapa permasalahan tersebut
Metodologi penelitian mencakup: pemilihan lokasi secara purpossive (sengaja),
waktu penelitian pada bulan April hingga Juni 1997, metode pengumpulan data adalah
wawancara mendalam terhadap 10 keluarga TKI; dengan unit analisis suami-istri;
responden salah satu atau kedua suami dan isteri yang berada di dalam rumah tangga; dan
data sekunder dari data potensi desa, serta metode pengolahan dan analisis data adalah

metode analisis benvawasan gender; hasil analisis disajikan dalam bentuk tabulasi silang,
dan digambarkan dalam uraian kasus. Tipe keluarga responden dibedakan menjadi lima
kelompok, yakni: a. tipe TKI suami-isteri; telah kembali (tipe A), b. tipe TKI suami-isteri;
isteri telah kembali (tipe B), c. tipe TKI suami-isteri; isteri sedang bekeja TKI (tipe C),

d. tipe TKI isteri, telah kembali (tipe D), dan e. tipe TKI isteri; sedang bekerja sebagai
TKI (tipe E).
Sebelum menjadi TKI sebagian besar keluarga menetap pada kerabat; dan
selebihnya menetap di rumah sendiri. Status tempat tinggal berpengaruh terhadap alokasi
solidaritas karena menetap atau kedekatan jarak dengan kerabat, dan selanjutnya berkaitan
dengan alokasi integrasi dan alokasi ekspresi.

Sewaktulsetelah menjadi TKI tejadi

perubahan status tempat tinggal pada sebagian keluarga, dan laimya bersifat tetap. Secara
urnurn, bekeja TKI sangat berpengaruh terhadap perubahan bentuk alokasi solidaritas,
dan faktor ekonomi lebih berpengaruh terhadap alokasi integrasi dan alokasi ekspresi
Hubungan suami-isteri dan nilai-nilai masyarakat merupakan faktor yang mendasari
alokasi kekuasaan, dimana paling nyata ditunjukkan oleh suami-isteri yang bercerai dan
differensiasi pekejaan setelah TKI. Akses dan kontrol lainnya berupa sumberdaya pribadi

dan tingkat pendidikan bukan menjadi faktor yang berpengaruh terhadap differensiasi
pekejaan, dan tipe TKI yang tejadi, namun sebaliknya pengalaman k e j a berpengaruh.
Menjadi TKI kurang berpengaruh terhadap diierensiasi pekejaan produktif dan
domestik pada tipe A, tetapi sangat berpengaruh pada tipe E. Pada tipe-tipe C, D, dan F,
salah satu suami atau isteri yang sedang bekeja TKI menyebabkan perubahan diierensiasi
pekejaan, bahkan pada beberapa keluarga melibatkan kerabat. Dierensiasi pekejaan
produktif menirnbulkan perubahan terhadap tingkat pendapatan keluarga.
Dalam pekejaan produktif, differensiasi pekejaan berpengaruh terhadap bentuk
pengambilan keputusan melalui prioritas tujuan bekeja TKI, keterlibatan bekeja,
pendapatan yang digunakan, dan jenis pekerjaan (TKI atau laimya). Pengaruh prioritas
tujuan bekerja TKI ditunjukkan oleh keputusan untuk pembelian sarana produksi apabila

suami-istri tidak terlibat bekerja di dalamnya.

Pengaruh keterlibatan lebih nyata

ditunjukkan dalam keputusan untuk investasi alat-alat produksi, hubungan marketing, dan
bekeja produktif di luar rumah tangga (pada tipe A dan E). Pengaruh pendapatan yang
digunakan dan jenis pekejaan ditunjukkan oleh keputusan untuk investasi uang.
Untuk pekejaan domestik, keterlibatan bekeja menjadi faktor yang paling

berpengaruh dalam keputusan untuk makanan, pembelian alat-alat rumah tangga, mendidik
anak, pendidikan sopan santunladat istiadat (pada tipe A dan E). Untuk keluarga-keluarga
tipe C, D, dan F, keterlibatan bekeja dan tipe TKI menjadi faktor yang paling
berpengaruh terhadap sebagian besar keputusan. Pengaruh pendapatan yang digunakan
ditunjukkan dalam keputusan untuk membangun, memperbaiki rumah dan kesehatan,
kecuali untuk keputusan yang berkaitan dengan prioritas tujuan bekej a TKI.
Pengaruh differensiasi pekejaan pada kegiatan reproduktii terutama disebabkan
keterlibatan bekeja TKI dan karena peranan. Istri bekeja TKI dan peran istri mengalami
kehamilan menyebabkan sebagian besar keputusan untuk penentuan kehamilan dan
keikutsertaan KB didominasi istri.

Bahkan dalam penentuan alat kontrasepsi yang

digunakan oleh istri, sebagian besar keputusan diambil sendiri oleh istri.
Dalam kegiatan sosial-seremonial, differensiasi pekejaan berpengaruh melalui tipe

TKI dan keterlibatan ( pada tipe C, D, dan F). Pada keluarga-keluarga tipe A dan tipe E,
keterlibatan bekeja juga merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap bentuk
pengambilan keputusan dalam kegiatan sosial-seremonial.
Alokasi integrasi dan alokasi ekspresi pada umumnya bukan merupakan faktor

yang paling berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk pekejaan produktif dan

reproduktif

Dalam pekejaan domestik dan sosial-seremonial, kedua alokasi tersebut

menjadi faktor yang paling berpengaruh pada sebagian kecil pengambilan keputusan.
Bentuk pengambilan keputusan dalam pekerjaan produktif pada umumnya masih
menunjukkan dominasi pria (suami), kecuali dalam beberapa ha1 yang berkaitan dengan
beke j a TKI yang sedang berlangsung, keputusan searah dengan differensiasi pekejaan.
Bentuk pengambilan keputusan dalam pekejaan domestik untuk kegiatan yang
dilakukan oleh istri umumnya menunjukkan dominasi istri.

Untuk pendidikan anak,

kesehatan, dan perumahan berkaitan dengan pendapatan yang digunakan.

Bentuk

keputusan untuk beberapa bidang penerapan laimya sangat bervariasi, bahkan ditemukan

keputusan yang diambil oleh kerabat (pada tipe C dan E).
Pengambilan keputusan dalam kegiatan reproduktif untuk penentuan kehamilan
sebagian besar berbentuk bersama dominan istri , dan selebihnya berbentuk bersama dan
setara (pada tipe A, B, dan D).

Untuk keikutsertaan KB sebagian besar keputusan

berbentuk bersama dominan istri, dan selebihnya berbentuk bersama dominasi suami @ada
tipe A). Dalam penentuan alat kontrasepsi yang digunakan sebagian besar diputuskan
sendiri oleh istri (pada tipe A, E, dan F) dan selebihnya berbentuk bersama dominan istri
(pada tipe A) dan setara @ada tipe E). Beberapa keluarga tidak mengambil keputusan
untuk keikutsertaan KB dan penentuan alat kontrasepsi (pada tipe A, C, D, dan E).
Bentuk pengambilan keputusan untuk kegiatan sosial-seremonial sangat bervariasi.
Salah satu suami atau istri sedang bekeja TKI menyebabkan keputusan tidak diambil
untuk kegiatan-kegiatan yang seharusnya melibatkamya, dan keputusan laimya diambil
oleh yang berada di dalam rumah tangga (pada tipe B, C, dan E).

BENTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PADA TIPE-TIPE KELUARGA TENAGA KERJA INDONESIA
KE LUAR NEGERI


(Studi di Desa Kebon Pedes, Kecamatan Sukaraja,
Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

Syaiful Basyri
A 27.0677

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997

RINGKASAN
Syaiful Basyri. Bentuk Pengambilan Keputusan pada Tipe-Tipe Keluarga Tenaga Kerja
Indonesia ke Luar Negeri: Studi di Desa Kebon Pedes, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten
Sukabumi, Propinsi Jawa Barat (di bawah bimbingan Endriatmo Soetarto).
Gejala munculnya fenomena Tenaga Keja Indonesia (TKI) berkaitan dengan
sempitnya kesempatan kerja dan pergeseran nilai-nilai yang membatasi wanita untuk
bekeja di luar rurnah tangga.


Menjadi TKI akan lebih memberdayakan SDM pada

keluarga, dan berpengaruh terhadap alokasi kekuasaan dalam pengambilan keputusan.
Beberapa permasalahan dalam penelitian ini adalah bagairnana profil keluarga
sebelum dan sewaktdsetelah bekerja TKI, bagaimana bentuk dan penerapan pengambilan
keputusan, faktor-fiktor apakah yang paling berpengaruh dalam pengambilan keputusan,
dan bagaimana alokasi kekuasaan suami-istri dalam pengambilan keputusan apabila
didasarkan kepada perbedaan jenis kelamin dan hubungan suami-istri yang terbentuk pada
tipe-tipe keluarga TKI ke luar negeri?

Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk

menjawab beberapa permasalahan tersebut
Metodologi penelitian mencakup: pemilihan lokasi secara purpossive (sengaja),
waktu penelitian pada bulan April hingga Juni 1997, metode pengumpulan data adalah
wawancara mendalam terhadap 10 keluarga TKI; dengan unit analisis suami-istri;
responden salah satu atau kedua suami dan isteri yang berada di dalam rumah tangga; dan
data sekunder dari data potensi desa, serta metode pengolahan dan analisis data adalah
metode analisis benvawasan gender; hasil analisis disajikan dalam bentuk tabulasi silang,
dan digambarkan dalam uraian kasus. Tipe keluarga responden dibedakan menjadi lima

kelompok, yakni: a. tipe TKI suami-isteri; telah kembali (tipe A), b. tipe TKI suami-isteri;
isteri telah kembali (tipe B), c. tipe TKI suami-isteri; isteri sedang bekeja TKI (tipe C),

d. tipe TKI isteri, telah kembali (tipe D), dan e. tipe TKI isteri; sedang bekerja sebagai
TKI (tipe E).
Sebelum menjadi TKI sebagian besar keluarga menetap pada kerabat; dan
selebihnya menetap di rumah sendiri. Status tempat tinggal berpengaruh terhadap alokasi
solidaritas karena menetap atau kedekatan jarak dengan kerabat, dan selanjutnya berkaitan
dengan alokasi integrasi dan alokasi ekspresi.

Sewaktulsetelah menjadi TKI tejadi

perubahan status tempat tinggal pada sebagian keluarga, dan laimya bersifat tetap. Secara
urnurn, bekeja TKI sangat berpengaruh terhadap perubahan bentuk alokasi solidaritas,
dan faktor ekonomi lebih berpengaruh terhadap alokasi integrasi dan alokasi ekspresi
Hubungan suami-isteri dan nilai-nilai masyarakat merupakan faktor yang mendasari
alokasi kekuasaan, dimana paling nyata ditunjukkan oleh suami-isteri yang bercerai dan
differensiasi pekejaan setelah TKI. Akses dan kontrol lainnya berupa sumberdaya pribadi
dan tingkat pendidikan bukan menjadi faktor yang berpengaruh terhadap differensiasi
pekejaan, dan tipe TKI yang tejadi, namun sebaliknya pengalaman k e j a berpengaruh.

Menjadi TKI kurang berpengaruh terhadap diierensiasi pekejaan produktif dan
domestik pada tipe A, tetapi sangat berpengaruh pada tipe E. Pada tipe-tipe C, D, dan F,
salah satu suami atau isteri yang sedang bekeja TKI menyebabkan perubahan diierensiasi
pekejaan, bahkan pada beberapa keluarga melibatkan kerabat. Dierensiasi pekejaan
produktif menirnbulkan perubahan terhadap tingkat pendapatan keluarga.
Dalam pekejaan produktif, differensiasi pekejaan berpengaruh terhadap bentuk
pengambilan keputusan melalui prioritas tujuan bekeja TKI, keterlibatan bekeja,
pendapatan yang digunakan, dan jenis pekerjaan (TKI atau laimya). Pengaruh prioritas
tujuan bekerja TKI ditunjukkan oleh keputusan untuk pembelian sarana produksi apabila

suami-istri tidak terlibat bekerja di dalamnya.

Pengaruh keterlibatan lebih nyata

ditunjukkan dalam keputusan untuk investasi alat-alat produksi, hubungan marketing, dan
bekeja produktif di luar rumah tangga (pada tipe A dan E). Pengaruh pendapatan yang
digunakan dan jenis pekejaan ditunjukkan oleh keputusan untuk investasi uang.
Untuk pekejaan domestik, keterlibatan bekeja menjadi faktor yang paling
berpengaruh dalam keputusan untuk makanan, pembelian alat-alat rumah tangga, mendidik
anak, pendidikan sopan santunladat istiadat (pada tipe A dan E). Untuk keluarga-keluarga

tipe C, D, dan F, keterlibatan bekeja dan tipe TKI menjadi faktor yang paling
berpengaruh terhadap sebagian besar keputusan. Pengaruh pendapatan yang digunakan
ditunjukkan dalam keputusan untuk membangun, memperbaiki rumah dan kesehatan,
kecuali untuk keputusan yang berkaitan dengan prioritas tujuan bekej a TKI.
Pengaruh differensiasi pekejaan pada kegiatan reproduktii terutama disebabkan
keterlibatan bekeja TKI dan karena peranan. Istri bekeja TKI dan peran istri mengalami
kehamilan menyebabkan sebagian besar keputusan untuk penentuan kehamilan dan
keikutsertaan KB didominasi istri.

Bahkan dalam penentuan alat kontrasepsi yang

digunakan oleh istri, sebagian besar keputusan diambil sendiri oleh istri.
Dalam kegiatan sosial-seremonial, differensiasi pekejaan berpengaruh melalui tipe

TKI dan keterlibatan ( pada tipe C, D, dan F). Pada keluarga-keluarga tipe A dan tipe E,
keterlibatan bekeja juga merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap bentuk
pengambilan keputusan dalam kegiatan sosial-seremonial.
Alokasi integrasi dan alokasi ekspresi pada umumnya bukan merupakan faktor
yang paling berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk pekejaan produktif dan

reproduktif

Dalam pekejaan domestik dan sosial-seremonial, kedua alokasi tersebut

menjadi faktor yang paling berpengaruh pada sebagian kecil pengambilan keputusan.
Bentuk pengambilan keputusan dalam pekerjaan produktif pada umumnya masih
menunjukkan dominasi pria (suami), kecuali dalam beberapa ha1 yang berkaitan dengan
beke j a TKI yang sedang berlangsung, keputusan searah dengan differensiasi pekejaan.
Bentuk pengambilan keputusan dalam pekejaan domestik untuk kegiatan yang
dilakukan oleh istri umumnya menunjukkan dominasi istri.

Untuk pendidikan anak,

kesehatan, dan perumahan berkaitan dengan pendapatan yang digunakan.

Bentuk

keputusan untuk beberapa bidang penerapan laimya sangat bervariasi, bahkan ditemukan
keputusan yang diambil oleh kerabat (pada tipe C dan E).
Pengambilan keputusan dalam kegiatan reproduktif untuk penentuan kehamilan
sebagian besar berbentuk bersama dominan istri , dan selebihnya berbentuk bersama dan
setara (pada tipe A, B, dan D).

Untuk keikutsertaan KB sebagian besar keputusan

berbentuk bersama dominan istri, dan selebihnya berbentuk bersama dominasi suami @ada
tipe A). Dalam penentuan alat kontrasepsi yang digunakan sebagian besar diputuskan
sendiri oleh istri (pada tipe A, E, dan F) dan selebihnya berbentuk bersama dominan istri
(pada tipe A) dan setara @ada tipe E). Beberapa keluarga tidak mengambil keputusan
untuk keikutsertaan KB dan penentuan alat kontrasepsi (pada tipe A, C, D, dan E).
Bentuk pengambilan keputusan untuk kegiatan sosial-seremonial sangat bervariasi.
Salah satu suami atau istri sedang bekeja TKI menyebabkan keputusan tidak diambil
untuk kegiatan-kegiatan yang seharusnya melibatkamya, dan keputusan laimya diambil
oleh yang berada di dalam rumah tangga (pada tipe B, C, dan E).

Dokumen yang terkait

Pola Komunikasi Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan Perkawinan Usia Remaja (Studi kasus pola komunikasi keluarga dalam pengambilan keputusan perkawinan usia remaja di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

12 109 135

Kekuasaan Sentralistik dan Elitis Dalam Pengambilan Keputusan (Studi Analitis Deskriptif di Desa Sihopur Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan)

1 93 122

Kesetaraan Perempuan Dalam Pengambilan Keputusan Dalam Keluarga Pada Masyarakat Hukum Adat Karo (Studi Di Desa Tiga Panah Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo)

0 48 157

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN TENAGA KERJA INDONESIA UNTUK KEMBALI BEKERJA KE LUAR NEGERI DI DESA LOWAYU KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK

0 6 3

Alokasi waktu dan kontribusi kerja anggota keluarga dalam kegiatan ekonomi rumah tangga (Studi kasus di dua tipe desa di Kabupaten Sukabumi di Jawa Barat)

0 6 542

Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Pada Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat

0 13 74

Analisis Produksi dan Efisiensi Ekonomi Relatif Usahatani Jagung Manis (Kasus di Desa Titisan, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat).

1 9 147

Analisis keberhasilan program pengiriman tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia ke luar negeri ( Kasus TKW ke Saudi Arabia, di Desa Bojongsawah , Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

0 12 185

PERSINGGUNGAN HAK CIPTA DAN MEREK STUDI

0 0 23

Studi Kasus Hak Cipta dan

0 0 3