PEMBAHASAN DAN PENETAPAN Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 11 Tahun 2011

c. keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi atas suatu Rancangan Perda yang dapat disetujui bersama oleh Balegda dan Biro Hukum. Pasal 39 1 DPRD danatau Gubernur dalam menyiapkan Rancangan Perda di luar Prolegda, terlebih dahulu mengajukan pemberitahuan kepada masing­ masing pihak dengan menyertakan penjelasan mengenai materi pengaturan Rancangan Perda yang akan disusun. 2 Pimpinan DPRD menugaskan Balegda untuk melakukan pengkajian atas Rancangan Perda di luar Prolegda yang diajukan oleh DPRD danatau Gubernur, yang masing­masing sebagai pengusul dan pemrakarsa. 3 Dalam melakukan pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat 2, Balegda dapat meminta penjelasan dari pihak pengusul danatau pemrakarsa, fraksi, komisi, tenaga ahli, serta perwakilan masyarakat. 4 Hasil kajian Balegda sebagaimana dimaksud pada ayat 2, disampaikan kepada pimpinan DPRD untuk mendapatkan persetujuan pembahasan.

BAB V PEMBAHASAN DAN PENETAPAN

Bagian Kesatu Tahap Pembahasan Paragraf 1 Umum Pasal 40 1 Pembahasan Rancangan Perda di DPRD dilakukan oleh DPRD bersama Gubernur untuk mendapatkan persetujuan bersama. 2 Penentuan prioritas pembahasan Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat 1 didasarkan kepada Agenda Legislasi Daerah. Pasal 41 Apabila dalam satu masa sidang Gubernur dan DPRD menyampaikan Rancangan Perda mengenai materi yang sama maka yang dibahas adalah Rancangan Perda yang disampaikan oleh DPRD sedangkan Rancangan Perda yang disampaikan oleh Gubernur digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan. Paragraf 2 Tingkat­Tingkat Pembicaraan Pasal 42 14 1 Pembahasan Rancangan Perda dilakukan melalui 2 dua tingkat pembicaraan yaitu pembicaraan tingkat I dan pembicaraan tingkat II. 2 Pembicaraan tingkat I sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a. Dalam hal Rancangan Perda berasal dari Gubernur, dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut: 1. penjelasan Gubernur dalam rapat paripurna mengenai Rancangan Perda; 2. pemandangan umum fraksi­fraksi terhadap Rancangan Perda; dan 3. tanggapan danatau jawaban Gubernur terhadap pemandangan umum fraksi­fraksi. b. Dalam hal Rancangan Perda berasal dari DPRD, dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut: 1. penjelasan pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, pimpinan Balegda, atau pimpinan panitia khusus dalam rapat paripurna mengenai Rancangan Perda; 2. pendapat Gubernur terhadap Rancangan Perda; dan 3. tanggapan danatau jawaban fraksi­fraksi terhadap pendapat Gubernur. c. Pembahasan dalam rapat komisi, gabungan komisi, atau panitia khusus, dilakukan bersama Gubernur atau pejabat yang ditunjuk untuk mewakilinya. 3 Pembicaraan tingkat II sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: a. Pengambilan keputusan dalam rapat paripurna yang didahului dengan: 1. penyampaian laporan pimpinan komisipimpinan gabungan komisipimpinan panitia khusus yang berisi proses pembahasan, pendapat fraksi dan hasil pembicaraan pada tingkat sebelumnya; dan 2. permintaan persetujuan dari anggota secara lisan oleh pimpinan rapat paripurna. b. Penyampaian pendapat akhir Gubernur. Paragraf 3 Dalam Hal Tidak Tercapai Musyawarah, dan Tidak Mendapat Persetujuan Bersama Pasal 43 1 Dalam hal persetujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat 3 huruf a angka 2 tidak dapat dicapai secara musyawarah untuk mufakat maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. 2 Dalam hal Rancangan Perda tidak mendapat persetujuan bersama antara DPRD dan Gubernur maka Rancangan Perda tersebut tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPRD masa itu. Paragraf 4 15 Penarikan Rancangan Perda Sebelum dibahas, dan Sedang Dibahas Pasal 44 1 Rancangan Perda dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama oleh DPRD dan Gubernur. 2 Penarikan kembali Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat 1 oleh DPRD dilakukan dengan keputusan pimpinan DPRD dengan disertai alasan penarikan. 3 Penarikan kembali Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat 1 oleh Gubernur disampaikan dengan surat Gubernur disertai alasan penarikan. 4 Rancangan Perda yang sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali berdasarkan persetujuan bersama DPRD dan Gubernur. 5 Penarikan kembali Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat 4 hanya dapat dilakukan dalam Rapat Paripurna DPRD yang dihadiri oleh Gubernur. 6 Rancangan Perda yang ditarik kembali tidak dapat diajukan lagi pada masa sidang yang sama. Bagian Kedua Tahap Penetapan Paragraf 1 Umum Pasal 45 1 Rancangan Perda disetujui bersama oleh DPRD dan Gubernur dalam Rapat Paripurna DPRD. 2 Sebelum disetujui bersama sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Balegda bersama Biro Hukum melakukan sinkronisasi dan harmonisasi atas Rancangan Perda dimaksud. 3 Rancangan Perda yang telah disetujui bersama, disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Gubernur untuk ditetapkan menjadi Perda. 4 Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat 3, terlebih dahulu dibubuhi paraf pada setiap halaman oleh DPRD dan Gubernur. 5 Penyampaian Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 tujuh hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama. 6 Sekretaris Daerah melakukan penyiapan naskah Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat 5 guna penetapannya oleh Gubernur. Paragraf 2 Penandatanganan Rancangan Perda Oleh Gubernur Pasal 46 16 1 Naskah Rancangan Perda ditetapkan oleh Gubernur dengan membubuhkan tanda tangan. 2 Penandatanganan oleh Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dilakukan paling lambat 30 tiga puluh hari sejak Rancangan Perda tersebut disetujui bersama oleh DPRD dan Gubernur. 3 Naskah Perda yang telah ditandatangani oleh Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat 2, dibubuhi nomor dan tahun di Sekretariat Daerah dan diundangkan oleh Sekretaris Daerah. Paragraf 3 Dalam Hal Gubernur Tidak Menandatangani Rancangan Perda Pasal 47 1 Dalam hal Naskah Rancangan Perda tidak ditandatangani oleh Gubernur paling lambat 30 tiga puluh hari sejak Rancangan Perda tersebut disetujui bersama maka Rancangan Perda dimaksud “sah” menjadi Perda, dan wajib diundangkan dalam Lembaran Daerah. 2 Kalimat pengesahan bagi Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berbunyi: “Peraturan Daerah ini dinyatakan sah”. 3 Kalimat pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 harus dibubuhkan pada halaman terakhir Perda sebelum pengundangan naskah Perda tersebut ke dalam Lembaran Daerah. 4 Naskah Perda yang telah dibubuhi kalimat pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat 3, dibubuhi nomor dan tahun di Sekretariat Daerah dan diundangkan oleh Sekretaris Daerah.

BAB VII EVALUASI OLEH PEMERINTAH