Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame (Studi Tentang Penerbitan Izin Reklame di Kota Medan)

(1)

1

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN

NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME

(Studi Tentang Penerbitan Izin Reklame di Kota Medan)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan

Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

OLEH :

VIVIN RAHAYU NOVIANSYAH 110903014

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(2)

2 PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati karya kecil yang sederhana ini penulis persembahkan kepada :

Allah SWT atas segala rahmat, karunia, serta rizki-NYa *****

Nabi Muhammad SAW *****

Almh. Mama yang telah melahirkan dan memberikan ku kehidupan Ayah dan Ibuku yang telah merawat dan membesarkan ku hingga saat ini tanpa mengenal lelah dan penuh kesabaran serta doa yang begitu besar dan tanpa henti

*****

Adik-adik ku yang selalu menjadi penyemangat ku. Serta keluarga besar ku yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada ku selama ini.


(3)

3 KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. Atas segala rahmat dan karunia-Nya berupa kesehatan, kekuatan dan kesabaran, sehingga Penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Sudah menjadi kewajiban bagi para mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dalam menyelesaikan studi diwajibkan membuat Skripsi ini guna melengkapi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum.

Dalam rangka untuk memenuhi kewajiban tersebut, penulis memberanikan diri untuk menulis dan membahas suatu karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul “Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011

Tentang Pajak Reklame (Studi Tentang Penerbitan Izin Reklame di Kota Medan)”

Dengan kemampuan yang dimiliki, Penulis telah berusaha menyelesaikan skripsi ini, untuk itu dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapakan banyak terimakasih kepada Bapak Drs. M. Ridwan Rangkuti,Ms sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, serta pikirannya dalam pemberian bimbingan baik berupa ilmu, petunjuk, saran-sarannya, dalam pemberian maupun pendapat yang sangat Penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapakan terimakasih sebesarbesarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr.Badaruddin, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(4)

4 2. Bapak Drs.M.Husni Thamrin Nasution,M.Si , selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.Sp, selaku sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs.M.Ridwan Rangkuti.Ms, selaku Dosen Penasehat Akademik, terimakasih sudah mengarahkan Penulis untuk dapat cepat menyelesaikan perkuliahan.

5. Kak Mega dan Kak Dian yang telah banyak membantu penulis dalam urusan administrasi di kampus.

6. Bapak Juliandro selaku Kepala Sub Bagian Umum Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan yang telah membantu Penulis dalam melakukan pencarian data sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Bapak Ir.Wiriya Alrahman. MM selaku Kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan yang telah membantu Penulis dalam kesediaan waktunya untuk diwawancarai sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Bapak John Lase selaku Kepala Sub Bagian Program Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan yang telah membantu Penulis dalam melakukan pencarian data sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.


(5)

5 9. Ibu Leni Meliana Manurung selaku staf bagian Bidang Penagihan Dinas Pendapatan Kota Medan yang telah membantu Penulis dalam melakukan pencarian data sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10.Kedua orang tuaku tercinta, Ayahku Adnansyah dan Ibuku Yusnina Sari, terimakasih atas semua doa yang telah engkau berikan kepada putrimu ini, semua usaha dan perjuangan untuk membesarkan putrimu ini, semua cinta dan kasih sayang yang telah kalian berikan untuk mendidik Novi hingga Novi menjadi dewasa.

11.Adik-adikku tercinta, Muhammad Aziz Sofriansyah, AL-Badri Satriansyah dan Habibie Qolbiansyah, terima kasih atas semangat yang telah kalian berikan kepada kakak perempuan kalian ini. Semangatlah untuk terus sekolah dan gapailah cita-cita kalian setinggi mungkin, jadikan langkah Kakak ini sebagai penyemangat kalian sekolah.

12. Seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan dukungan serta doa hingga akhirnya aku bisa menyelesaikan skripsi ini.

13.Kepada sang penyemangat ku, Huzairul Akhyar, terimakasih atas do’a, dukungan semangat dan bantuan yang selalu diberikan hingga akhir skripsi ini serta kesabaran menghadapi sikap penulis. Terima kasih juga atas masukan dan saran selama ini guna untuk menjadi yang lebih baik lagi. 14.Teman-teman stambuk 2011 Ilmu Administrasi Negara, Sahabatku

Fadhilla Dzikra Ath.Thahira dan Anissa Silvia Dewi yang selalu membuat hari-hari dikampus lebih menjadi lebih baik. Terimakasih atas


(6)

6 doa dan kebaikan kalian selama ini. Aku pasti akan sangat merindukan kalian berdua. Teman-teman kebijakan publik lainnya terima kasih atas pertamanan selama ini. Khususnya Evi, Nisa Cihoq, Putri, Dhita, Heni, teman satu Doping Faris dan Hanindita, terakhir untuk temen satu kosan dan adiknya Hayati alias Ica dan Mira yang selalu semangatin aku ditengah malam.

15.Dan terakhir teman-teman ilmu administrasi negara stambuk 2011 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan bagi penulis sendiri.

Medan, 01 April 2015

Vivin Rahayu Noviansyah


(7)

7 DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN PERSEMBAHAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

ABSTRAK xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Fokus Masalah 10

1.3 Rumusan Masalah 10

1.4 Tujuan Penelitian 10

1.5 Manfaat Penelitian 10

1.6 Sistematika Penulisan 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Publik 13

2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik 15

2.1.2 Proses Kebijakan Publik 12

2.2 Implementasi Kebijakan 17

2.2.1 Pengertian Implementasi Kebijakan 17

2.2.2 Model Implementasi Kebijakan 18

2.3 Pelayanan Publik 26

2.3.1 Pengertian Pelayanan Publik 26

2.3.2 Standar Pelayanan 28

2.4 Hasil Penelitian Reklame 31


(8)

8

2.5 Kebijakan Reklame 34

2.5.1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak

Daerah dan Retibusi Daerah 34

2.5.2 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011

Tentang Pajak Reklame 35

2.5.3 Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak

Reklame 37

2.6 Penerbitan Izin Reklame 38

2.6.1 Penerbitan Perizinan 38

a. Pengertian Perizinan 39

b. Tujuan Pemerintah Mengeluarkan Izin 39

c. Bentuk Dan Isi Izin 40

2.6.2 Reklame 41

a. Pengertian Reklame 41

b. Fungsi Reklame 42

c. Jenis Reklame 42

2.6.3 Pengertian Izin Reklame 44

2.7 Defenisi Konsep 45

2.8 Defenisi Operasional 47

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian 49

3.2 Lokasi Penelitian 49

3.3 Populasi dan Sampel 50

3.3.1 Populasi 50

3.3.2 Sampel 50

3.4 Informan Penelitian 51

3.5 Teknik Pengumpulan Data 53

1) Teknik Pengumpulan Data Primer 53

2) Teknik Pengumpulan Data Sekunder 54

3.6 Teknis Analisis Data 54


(9)

9 BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Pemerintahan Kota Medan 57 4.2 Gambaran Umum Badan Pelayanan Perijinan Terpadu 58

4.2.1 Visi dan Misi 60

4.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi 60

4.2.3 Susunan Organisasi dan Bidang Tugas Unsur Organisasi. 61 4.2.4 Keadaan Pegawai dan Fasilitas Kerja 74

4.2.5 Jenis Layanan Izin 78

4.3 Gambaran Umum Dinas Pendapatan Kota Medan 79

4.3.1 Visi dan Misi 81

4.3.2 Tugas Pokok dan Fungsi 81

4.3.3 Susunan Organisasi dan Bidang Tugas Unsur Organisasi.. 82

4.3.4 Keadaan Pegawai 94

4.4 Gambaran Umum Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan 95

4.4.1 Visi dan Misi 95

4.4.2 Tugas Pokok dan Fungsi 96

4.4.3 Susunan Organisasi dan Bidang Tugas Unsur Organisasi.. 96

4.4.4 Keadaan Pegawai 112

BAB V PENYAJIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Penyajian Hasil Penelitian 114

5.1.1 Data Primer 114

A. Data Hasil Penelitian 115

B. Deskripsi Hasil Wawancara 116

1) Deskripsi Hasil Wawancara per Dinas 116 2) Deskripsi Hasil Wawancara per Variabel 142 3) Deskripsi Hasil Wawancara Responden per

Variabel 150

5.1.2 Data Sekunder 154

1) Pembagian Wewenang 155

2) Besaran Tarif pajak dan Masa Pajak/Berlaku Izin 156 x


(10)

10

3) Lokasi Jalan Peletakan Reklame 159

4) Pendaftaran Reklame 163

5) Prosedur pemprosesan penerbitan izin reklame 167

5.2 Pembahasan 170

5.2.1 Analisis antar variabel 170

1) Struktur Birokrasi 170

2) Komunikasi 172

3) Sumber Daya 173

4) Disposisi 174

5.2.2 Analisis hubungan antar variabel 176

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan 182

6.2 Saran 189

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(11)

11 DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Profil SDM Aparatur BPPT Kota Medan Tahun 2013 75

Tabel 4.2 Jumlah SDM Perbidang BPPT Kota Medan Tahun 2013 76

Tabel 4.3 Jenis Prasana/Sarana di BPPT Kota Medan 76

Tabel 4.4 Jenis Layanan Izin di BPPT Kota Medan 78

Tabel 4.5 Rekapitulasi Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan 94

Tabel 4.6 Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan Berdasarkan Golongan 94

Tabel 4.7 Keadaan Pegawai Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan Berdasarkan Golongan 112

Tabel 4.8 Jumlah Pegawai Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan Berdasarkan Unit Kerja 115

Tabel 5.9 Jumlah Berkas Permohonan IMB dan Reklame Tahun 2014.... 137

Tabel 5.10 Pembagian Dinas yang menaungi Izin Reklame 156

Tabel 5.1 Besaran Nilai Sewa Reklame dan Masa Berlaku Izin 157

Tabel 5.12 Daftar lokasi jalan yang tidak dibenarkan untuk penyelenggaraan reklame di Kota Medan 159

Tabel 5.13 Daftar lokasi jalan yang tidak dibenarkan untuk penyelenggaraan reklame di Kota Medan 159


(12)

12 DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Kebijakan Publik 15

Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn.. 20 Gambar 2.3 Model Implementasi Kebijakan Grindle 21 Gambar 2.4 Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III 26 Gambar 3.5 Komponen-komponen analisis data 55 Gambar 4.6 Kantor Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan 58 Gambar 4.7 Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan 79 Gambar 4.8 Kantor Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan 95

Gambar 5.9 Jalan Walikota 161

Gambar 5.10 Ukuran Reklame yang tidak dibenarkan 161 Gambar 5.11 Jalan Suprapto, Sungai Deli 162 Gambar 5.12 Reklame yang melakukan pelanggaran 165 Gambar 5.13 Skematik mekanisme pelayanan perizinan reklame di TRTB 167 Gambar 5.14 Skematik mekanisme pelayanan perizinan reklame di BPPT 168 Gambar 5.15 Skematik mekanisme pelayanan perizinan reklame di Dispenda 169


(13)

13 DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman (Draft) Wawancara Lampiran 2 Hasil Wawancara

Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 4 Contoh Formulir Permohonan Izin Reklame

Lampiran 5 Contoh Formulir Permohonan Izin Mendirikan Bangunan

Lampiran 6 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame

Lampiran 7 Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame

Lampiran 8 Surat Pengajuan Judul Skripsi

Lampiran 9 Surat Permohonan Peersetujuan Judul Skripsi Lampiran 10 Surat Penunjukan Dosen Pembimbing Lampiran11 Undangan Seminar Proposal

Lampiran12 Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Lampiran13 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran14 Surat Rekomendasi Penelitian

Lampiran15 Surat Keterangan Penelitian di Dinas Pendapatan Kota Medan Lampiran16 Surat Keterangan Penelitian di Dinas Pendapatan Kota Medan Lampiran17 Surat Keterangan Penelitian di Dinas Pendapatan Kota Medan Lampiran18 Kartu Kendali Skripsi


(14)

14 ABSTRAK

Judul : Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 (Studi tentang Penerbitan Izin Reklame di Kota Medan)

Nama : Vivin Rahayu Noviansyah NIM : 110903014

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara S-1 Reguler Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU

Jika melihat pemandangan pada ruas-ruas jalan di Kota Medan maka akan terlihat jelas bahwa banyaknya sampah reklame yang tata letaknya tidak tertata dengan baik serta masih banyaknya reklame yang tidak mendaftarkan izin reklame terkait. Dalam Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014 yang melakukan penerbitan izin reklame dilakukan di tiga tempat yang berbeda yaitu Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, Dinas Pendapatan dan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan. Dimana masing-masing dinas memiliki kewenangan yang berbeda-beda dalam penerbitan izin reklame di Kota Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas mengenai pelaksanaan penerbitan izin reklame yang petunjuk teknis pelaksanaannya diatur di dalam Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014 dan untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pelayanan penerbitan izin reklame di Kota Medan.

Jika dilihat dari tujuannya maka penelitian ini termasuk jenis yang bersifat eksplanatif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data berasal dari sumber data primer yaitu hasil wawancara dengan pejabat atau pegawai negeri sipil yang bertugas melayani perizinan dan hasil wawancara dengan pengusaha advertising reklame. Sumber data sekunder yaitu buku, literatur, peraturan perundang-undangan, laporan, arsip, dan dari internet. Setelah data diperoleh lalu dilakukan analisis data kualitatif yaitu dengan cara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa pelaksanaan penerbitan izin reklame di Kota Medan berdasarkan Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014 mengalami beberapa hambatan. Diantaranya adalah pembagian kewenangan yang belum berjalan dengan tupoksi dinas yang bersangkutan sehingga menimbulkan rasa ingin menguasai dalam hal pelaksanaan penerbitan izin reklame ini, pelaksanaan kebijakan yang belum berjalan sempurna karena masa peralihan penerbitan izin reklame belum genap satu tahun pada saat penelitian ini dilakukan. Adanya kebingungan yang dirasakan oleh para advertising reklame di Kota Medan dengan banyaknya aturan-aturan yang harus dipenuhi serta adanya kegamangan dari peraturan tersebut karena hingga akhir Desember 2014 pihak Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan tidak mengeluarkan izin reklame.

Kata Kunci (Key words) : Implementasi Kebijakan, Pemerintah Kota Medan, Peraturan Daerah, Pajak Reklame


(15)

14 ABSTRAK

Judul : Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 (Studi tentang Penerbitan Izin Reklame di Kota Medan)

Nama : Vivin Rahayu Noviansyah NIM : 110903014

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara S-1 Reguler Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU

Jika melihat pemandangan pada ruas-ruas jalan di Kota Medan maka akan terlihat jelas bahwa banyaknya sampah reklame yang tata letaknya tidak tertata dengan baik serta masih banyaknya reklame yang tidak mendaftarkan izin reklame terkait. Dalam Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014 yang melakukan penerbitan izin reklame dilakukan di tiga tempat yang berbeda yaitu Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, Dinas Pendapatan dan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan. Dimana masing-masing dinas memiliki kewenangan yang berbeda-beda dalam penerbitan izin reklame di Kota Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas mengenai pelaksanaan penerbitan izin reklame yang petunjuk teknis pelaksanaannya diatur di dalam Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014 dan untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan pelayanan penerbitan izin reklame di Kota Medan.

Jika dilihat dari tujuannya maka penelitian ini termasuk jenis yang bersifat eksplanatif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data berasal dari sumber data primer yaitu hasil wawancara dengan pejabat atau pegawai negeri sipil yang bertugas melayani perizinan dan hasil wawancara dengan pengusaha advertising reklame. Sumber data sekunder yaitu buku, literatur, peraturan perundang-undangan, laporan, arsip, dan dari internet. Setelah data diperoleh lalu dilakukan analisis data kualitatif yaitu dengan cara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka disimpulkan bahwa pelaksanaan penerbitan izin reklame di Kota Medan berdasarkan Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014 mengalami beberapa hambatan. Diantaranya adalah pembagian kewenangan yang belum berjalan dengan tupoksi dinas yang bersangkutan sehingga menimbulkan rasa ingin menguasai dalam hal pelaksanaan penerbitan izin reklame ini, pelaksanaan kebijakan yang belum berjalan sempurna karena masa peralihan penerbitan izin reklame belum genap satu tahun pada saat penelitian ini dilakukan. Adanya kebingungan yang dirasakan oleh para advertising reklame di Kota Medan dengan banyaknya aturan-aturan yang harus dipenuhi serta adanya kegamangan dari peraturan tersebut karena hingga akhir Desember 2014 pihak Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan tidak mengeluarkan izin reklame.

Kata Kunci (Key words) : Implementasi Kebijakan, Pemerintah Kota Medan, Peraturan Daerah, Pajak Reklame


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan Negara yang merdeka dan berdaulat. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik Indonesia, antara lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat tersebut mengandung makna negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara atas barang publik, jasa publik dan pelayanan administratif.

Dewasa ini penyelenggaraan pelayanan publik masih dihadapkan pada kondisi yang belum sesuai dengan kebutuhan dan perubahan di berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal tersebut bisa disebabkan oleh ketidaksiapan untuk menanggapi terjadinya transformasi nilai yang berdimensi luas serta dampak berbagai masalah pembingunan yang kompleks. Sementara itu, tatanan baru masyarakat Indonesia dihadapkan pada harapan dan tantangan global yang dipicu oleh kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, informasi, komunikasi, transportasi, investasi dan perdagangan.


(17)

2 Kondisi dan perubahan cepat yang diikuti pergeseran nilai tersebut perlu disikapi secara bijak melalui langkah kegiatan yang terus-menerus dan berkesinambungan dalarn berbagai aspek pembangunan untuk membangun kepercayaan masyarakat guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk itu, diperlukan konsepsi sistem pelayanan publik yang berisi nilai, persepsi dan acuan perilaku yang mampu mewujudkan hak asasi manusia sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat diterapkan sehingga masyarakat memperoleh pelayanan sesuai deligan harapan dan cita-cita tujuan nasional. Dengan mempertimbangkan hal di atas, diperlukan Undang-Undang tentang pelayanan publik.

Lembaga pelayanan publik,Ketua Ombudsman, Danang Girindrawardhana menilai bahwa :

Kualitas pelayanan publik di Indonesia masih sangat kurang. Jika tak ada langkah perbaikan signifikan, target negara ini untuk menggapai tujuh besar ekonomi dunia akan sirna begitu saja., peringkat pelayanan publik Indonesia saat ini berada di urutan 129 dari 188 negara di dunia. Padahal dalam Undang-undang (UU) Nomor 25 Tahun 2009 mengenai Pelayanan Publik mengamanahkan agar memperkuat komitmen negara dalam mempercepat pelayanan publik. Menurutnya ekonomi Indonesia sudah beranjak menjadi 10 besar dunia. Kita punya kebanggaan kualitas demokrasi dan toleransi tertinggi di dunia, serta kekayaan negara yang melimpah. Namun negara ini juga mempunyai tantangan pengelolaan UU termasuk pelayanan publik yang cukup tinggi juga karena daerah yang tersebar, terpelosok dan terpencil. Danang berharap, Indonesia dapat segera keluar dari kotak birokrasi konvensional dan mengarah pada globalisasi di sektor pelayanan publik. Ini memang tidak mudah, sebab negara ini terdiri dari 537 entitas otonom yang masih sangat tertinggal jauh dalam hal kualitas pelayanan publik.1

1


(18)

3 Pada tahun 2014 Lembaga Negara Pengawas Pelayanan Publik, Ombudsman Republik Indonesia, menganugerahi predikat kepatuhan terhadap UU Pelayanan Publik kepada 78 instansi negara. Instansi negara penerima predikat kepatuhan itu terdiri atas 17 kementerian, 12 lembaga negara, 21 pemerintah provinsi dan 26 pemerintah kota. Lembaga negara pengawas pelayanan publik menganugerahi predikat terbaik Nasional dengan nilai tertinggi terhadap kepatuhan terhadap Undang-Undang Pelayanan Publik kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Dan predikat kepatuhan standar pelayanan publik juga diberikan kepada Pemerintah Kota Medan.

Tetapi meskipun Pemerintah Kota Medan menjadi salah satu predikat kepatuhan standar pelayanan publik, masih ada beberapa sektor masih dikeluhkan warga Medan karena layanan publik dirasakan masih kurang baik. Pelayanan publik pada Pemerintah Kota Medan diantaranya adalah pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan Kartu Keluarga(KK), pengurusan akta nikah dan akta kelahiran, pengurusan perizinan usaha, pengangkutan sampah, dan sebagainya. Fenomena layanan publik yang kurang baik pada Pemerintah Kota Medan dapat dilihat sebagai berikut. Dalam pengurusan KTP dan KK, sudah ditentukan tidak dipungut biaya, tetapi dalam kenyataannya masih dikenakan biaya dengan besaran yang bervariasi, dan waktu pengurusan juga cukup lama, sekitar dua hingga enam minggu. Kecuali kepada pihak-pihak yang bersedia membayar lebih mahal, maka waktu pengurusan dapat dipercepat. Demikian juga halnya dalam pengurusan akta nikah dan akta kelahiran. Dalam hal pengangkutan sampah, bahwa hingga saat ini dapat dilihat masih banyaknya sampah yang berserakan di pinggir jalan, baik di


(19)

4 sekitar pemukiman maupun jalan-jalan utama. Terlebih lagi dalam hal mengurus izin, selain membutuhkan biaya lebih dari yang ditentukan, birokrasi yang panjang dan berbelit karena melibatkan beberapa dinas yang berbeda dan lokasi kantor yang berbeda menyebabkan lamanya pengurusan suatu perizinan.

Pelayanan pemerintahan daerah ini merupakan tugas dan fungsi utama dari pemerintah daerah. Dengan pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat maka pemerintah akan dapat mewujudkan tujuan Negara yaitu menciptakan kesejahteraan masyarakat2.

Pelayanan publik yang berkualitas, sangat diperlukan guna mengimbangi peningkatan kondisi sosial, ekonomi serta kesadaran masyarakat dalam bernegara. Izin termasuk layanan publik karena orang yang memanfaatkan layanan tersebut harus membayar sesuai tarif yang ditetapkan oleh pemerintah. Izin atau perizinan yang merupakan jasa publik harus sesuai dengan aturan hukum yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Medan selaku penyelenggara pemerintahan. Sehingga apa yang akan dilaksanakan menjadi legal/resmi dan tidak bertentangan dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dalam aktivitasnya sehari-hari dalam memenuhi kebutuhannya tidak mengganggu ketertiban dan kenyamanan.

Membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan pemerintah merupakan kegiatan yang harus terus–menerus dilakukan oleh pemerintah dalam fungsinya sebagai pelayanan masyarakat. Pelayanan

2


(20)

5 publik yang diberikan pemerintah bermacam–macam bentuknya. Namun dalam hal ini penulis hanya membahas pelayanan publik izin reklame yang diatur di dalam peraturan daerah Kota Medan tentang pajak reklame.

Dalam perkembangan peraturan daerah Kota Medan tentang pajak reklame, peraturan daerah tersebut telah mengalami dua kali perubahan yaitu dalam kurun waktu tahun 2004 sampai tahun 2011. Yaitu Peraturan Daerah Kota Medan tentang Pajak Reklame Nomor 2 Tahun 2004 berubah menjadi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011. Berdasarkan Peraturan Walikota Medan Nomor 58 Tahun 2011 tentang petunjuk teknis pelaksanaan peraturan daerah. Pihak yang turut serta dalam pengurusan pajak reklame ini adalah Dinas Pertamanan dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT). Tetapi pada tahun 2014 peraturan Walikota ini mengalami perubahan yaitu Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014 dimana dinas yang mengurus tentang pajak reklame ini berpindah ke Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (TRTB) , dinas pendapatan (Dispenda) dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT).

Pelayanan publik izin reklame yang dimaksud dengan reklame disini bentuknya berupa iklan diluar ruangan. Iklan atau reklame yang dimaksud adalah reklame papan/billboard/bando, reklame megatron/videotron/large electronic display (LED), reklame neon box, reklame neon sign, reklame baliho, reklame kain/banner/umbul-umbul, melekat/poster/stiker/rombong, reklame selebaran, reklame berjalan/kendaraan, reklame apung, reklame film/slide dan sebagainya.


(21)

6 Dengan diberlakukannya tiga tempat yang berbeda dalam penerbitan izin reklame di Kota Medan tentu akan membuat masyarakat megalami kebingungan. Karena setiap jenis dan ukuran reklame berbeda tempat penerbitan izin reklamenya. Dengan begitu tentu saja tidak dipungkiri akan terjadinya proses penerbitan izin yang lama, mahal dan berbelit karena tidak hanya satu dinas saja yang menangani proses penerbitan izin reklame tersebut.

Pertumbuhan reklame di Kota Medan pada era ini sangat pesat, jutaan reklame dengan berbagai jenis dan ukuran tersebar di berbagai penjuru kota pemenang Piala Adi Pura 2012 ini. Setiap harinya reklame selalu bermunculan di berbagai ruas jalan, baik yang berbentuk papan berukuran raksasa, sedang, hingga yang kecil. Seperti yang kita tahu bahwa keberadaan iklan atau reklame di luar ruangan tersebut pemasangannya cenderung kurang mengindahkan keberadaannya dan masih banyaknya reklame yang ada tidak memiliki izin resmi.

Terlebih lagi pada saat pesta demokrasi sedang berlangsung berbagai bentuk spanduk, baliho, poster dan sebagainya terlihat berada diberbagai tempat yang bahkan bukan ditempat yang semestinya. Seharusnya reklame tidak boleh dipasang tempat ibadah, sekolah, di kantor-kantor pemerintahan, tidak menutupi pohon yang indah, dan tidak menutupi bangunan tua. Namun reklame dapat berdiri dengan kokohnya kapan saja dan dimana saja. Hal ini bisa saja bukan semata-mata tanggung jawab biro iklan, melainkan juga bisa dikarenakan kebijakan yang mengatur saat ini kurang diterapkan atau kurangnya ketegasan dari pemerintah atas pelanggaran-pelanggaran yang ada.


(22)

7 Persaingan di dunia usaha, politik dan lain-lain yang begitu ketat mendorong berbagai perusahaan atau seseorang berlomba-lomba untuk melakukan pemasangan iklan diluar ruangan. Permasalahannya adalah keberadaan berbagai reklame diluar ruangan tersebut sistem dan regulasi pemasangannya masih kurang tertata dengan baik dan mengganggu pemandangan mata dan bahkan mengancam keselamatan pengguna jalan raya karena banyaknya reklame liar (ilegal). Dan juga segala jenis reklame maupun bentuk lainnya yang sudah habis masa berlakunya tetapi belum diturunkan dan terus berdiri. Seharusnya Pemerintah Kota Medan dapat menertibkan atau mengendalikan berbagai bentuk iklan tersebut sesuai dengan peraturan daerah yang ada.

Dikeluarkannya peraturan daerah pajak reklame ini dimaksudkan untuk mengurangi pemasangan reklame liar dan sebagai pedoman bertindak yang digunakan aparat dalam pendaftaran, penghitungan, pemungutan, penagihan dan penertiban reklame. Tujuannya adalah agar penyelenggara reklame mengerti akan peraturan yang sudah ditetapkan sehingga tidak terjadi pemasangan reklame tanpa izin, dan akhirnya dapat meningkatkan potensi dan penerimaan pendapatan daerah. Di pihak lain dengan memberikan kewenangan kepada daerah untuk menetapkan jenis pajak akan memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Berdasarkan Pasal 4 ayat (5) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame, dikatakan bahwa “Setiap orang pribadi atau


(23)

8 Badan yang akan menyelenggarakan reklame di Daerah wajib memperoleh izin

tertulis atau pengesahan dari Walikota”. Jadi papan reklame yang tidak memiliki

izin harus ditertibkan dan dilakukan pembongkaran karena banyaknya papan reklame ilegal yang ada di Kota Medan. Karena sangat jelas terlihat reklame ilegal di Kota Medan sangat banyak terutama di pinggir-pinggir jalan raya.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Leo Nanda Saragih tentang implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 tentang pajak reklame menyatakan bahwa sejak dikeluarkannya Peraturan Walikota Medan Nomor 58 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame, dengan tujuan awalnya adalah untuk meningkatkan pelayanan serta efektifitas pemungutan pajak reklame, ternyata menjadikan masyarakat mengalami kesulitan dalam pengurusan pajak reklame. Sehingga perlu adanya peninjauan kembali sehingga pengurusan pajak reklame dilakukan oleh satu lembaga3.

Dalam beberapa penelitian yang pernah dilakukan oleh berbagai sumber bahwa masih banyaknya kendala-kendal yang harus dihadapi oleh pemerintah dalam pelaksanaan penerbitan izin reklame maupun pengawasannya. Seperti penelitian yang pernah dilakukan oleh Arsa Bandi tentang implementasi Pasal 12 Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2008 terkait pelanggaran izin pemasangan reklame di Kabupaten Sampang (studi di kantor pelayanan perizinan dan penanaman modal, satpol PP Kabupaten Sampang) mengatakan bahwa Secara

3

Skripsi Leo Nanda Saragih dengan judul ” implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 tentang pajak reklame” Universitas Sumatera Utara


(24)

9 umum pada saat ini tata cara penanganan dan penataan reklame yang telah dilaksanakan dapat dikatakan cukup baik, namun memerlukan suatu dukungan dan motivasi yang lebih baik lagi baik dari segi estetika, secara arsitektual maupun lingkungan, serta dari segi manajemen yang berorientasi kepada efisiensi dan keindahan wilayah, bukan kepada tujuan yang terkadang mengabaikan sisi lainnya4.

Pelaksanaan penyelenggaraan reklame dapat terlaksana dengan pelayanan terpadu satu pintu. Seperti dalam penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Agus Suciptoroso tentang pelaksanaan pelayanan perizinan dan pajak reklame (studi kasus di badan pelayanan terpadu kabupaten sragen), menyatakan bahwa jenis layanan yang ditugaskan kepada Badan Pelayanan Terpadu terdiri dari Pelayanan Perizinan yang merupakan Pelayanan satu pintu dan pelayanan non perizinan yang merupakan pelayanan satu atap, prosesnya penyelesaian dokumennya masih di satker (satuan kerja) yang bersangkutan5.

Berdasarkan penjelasan latar belakang permasalahan di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengambil judul penelitian tentang Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame (Studi Tentang Penerbitan Izin Reklame di Kota Medan)”.

4

Skripsi Arsa Bandi dengan judul “implementasi Pasal 12 Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2008 terkait pelanggaran izin pemasangan reklame di Kabupaten Sampang (studi di kantor pelayanan perizinan dan penanaman modal, satpol PP Kabupaten Sampang)” Universitas Brawijaya

5

Skripsi Agus Suciptoroso dengan judul “Pelaksanaan pelayanan perizinan dan pajak reklame (studi kasus di badan pelayanan terpadu kabupaten sragen)” Universitas Sebelas Maret Surakarta


(25)

10 1.2Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, difokuskan pada bagaimana implementasi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Medan dalam melakukan penerbitan izin reklame yang petunjuk teknis pelaksanaannya diatur di dalam Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasaarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah

“Bagaimanakah proses pelaksanaan kebijakan pelayanan dalam penerbitan

izin reklame di Kota Medan?“ 1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 tentang pajak reklame di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 tentang pajak reklame di Kota Medan.

1.5 Manfaat Penelitian


(26)

11 1. Secara subyektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan atau sumbangan pemikiran bagi Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu serta masyarakat terkait implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 tentang pajak reklame di Kota Medan.

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi pelengkap referansi maupun bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian di bidang yang sama khususnya bagi mahasiswa Departemen Ilmu Administrasi Negara.


(27)

12 1.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat tentsng teori-teori yang berhubungan dengan judul penelitian dan defenisi konsep yang diperlukan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknis analisis data.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian yang ditemukan di lapangan.

BAB V PENYAJIAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat data penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi serta analisa terhadap data atau informasi tersebut.

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran, bagian kesimpulan berisi jawaban atas rumusan masalah yang dikemukakan. Pemecahan masalah dinyatakan dalam bentuk saran.


(28)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Publik

Menurut Wayne Parsons (2005) kebijakan merupakan terjemahan dari kata

policy yang berasal dari bahasa Inggris. Kebijakan (policy) adalah istiah yang tampaknya banyak disepakati bersama. Dalam penggunaannya yang umum, istilah kebijakan dianggap berlaku untuk sesuatu yang “lebih besar” ketimbang

keputusan tertentu, tetapi “lebih kecil” ketimbang gerakan sosial. Jadi kebijakan

adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.6

Wilson (1887) makna moderen dari gagasan “kebijakan” dalam bahasa Inggris adalah seperangkat aksi atau rencana yang mengandung tujuan politik. Sejak periode pasca Perang Dunia II. Kata Policy mengandung makna kebijakan sebagai sebuah rationale, sebuah manifestasi dari penilaiaan penuh pertimbangan. Jadi sebuah kebijakan adalah usaha untuk mendefenisikan dan menyusun basis rasional untuk melakukan atau tidak meakukan suatu tindakan. Sedangkan kata

“publik” secara terminologi mengandung arti sekelompok orang atau masyarakat dengan kepentingan tertentu7.

6

Parsons,Wayne.2005.Public Policy Pengantar Teori dan Praktik AnalisisKebijakan.Jakarta:Kencana.Hal.14

7


(29)

14 Kebijakan publik menurut Thomas Dye adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan ataupun tidak melakukan. Menurut Dye kebijakan pubik tersebut dibuat oleh badan pemerintah bukan organisasi swasta dan kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah8.

Menurut David Easton, dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang berkembang di dalam masyarakat, sistem politik dapat menempuhnya melalui dua cara. Pertama, membuat keputusan-keputusan sebagaimana yang diinginkan oleh masyarakat. Kedua, melakukan politisasi, yaitu membangun nilai-nilai yang ada di dalam pemerintahan9.

Menurut James E. Anderson (1975) mendefenisikan kebijakan publik sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah. Dalam hal ini, kebijakan publik dipahami sebagai pilihan kebijakan yang dibuat pejabat atau badan pemerintah dalam bidang tertentu, misalnya pendidikan, pertanian dan sebagainya. Menurut Anderson memberikan defenisi kebijakan publik sebagai kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, dimana implikasi dari kebijakan tersebut adalah10 :

1. Kebijakan Publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.

2. Kebijakan Publik berisi tindakan-tindakan pemerintah.

8

Subarsono, AG.2009. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

9

Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: Lukman Offset & YPAPI. Hal. 2

10


(30)

15 3. Kebijakan Publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dmaksudkan untuk dilakukan.

4. Kebijakan Publik yang diambil bisa besifat positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tindakan melakukan sesuatu.

5. Kebijakan Pemerintah setidak-tidaknya dalam arti positif didasarkan pada peraturan Perundang-Undangan yang bersifat mengikat dan memaksa.

2.1.1 Proses Kebijakan Publik

Proses pembuatan kebijakan dapat divisualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu: penyusunan agenda (agenda setting), formulasi kebijakan (formulation), penentuan kebijakan (adoption) , implementasi kebijakan (implementation), dan evaluasi kebijakan (evaluation). Berikut gambar dari tahapan dalam proses pembuatan kebijakan publik dan analisis kebijakan publik.

Gambar 2.1

Proses kebijakan publik, 2015 Agenda Setting

Formulation Adoption

Implementation


(31)

16 Menurut Anderson proses pembuatan kebijakan publik adalah11 :

a. Formulasi masalah (Agenda Setting)

Apa masalahnya? Apa yang membuat hal terebut menjadi maslah kebijakan? Bagaimana masalah tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah? Proses ini juga berkaitan dengan cara suatu masalah bisa mendapat perhatian memerintah.

b. Formulasi kebijakan (Formulation)

Bagaimana mengembangkan pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif untuk memecahkan masalah tersebut? Siapa saja yang berartisipasi dalam formulasi kebijkan? Hal ini berkaitan dengan proses perumusan pilihan-pilihan kebijakan oleh pemerintah.

c. Penentuan kebijakan (Adoption)

Bagaimana alternatif ditetapkan? Persyarakat atau kreteria seperti apa yang harus dipenuhi? Siapa yang akan melaksanakan kebijakan? Bagaimana proses atau strategi untuk melaksanakan kebijakan? Apa isi dari kebijakan yang telah ditetapkan? Hal ini berkaitan dengan proses ketika pemerintah memilih untuk melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan.

d. Implementasi kebijakan (Implementation)

Siapa yang terlibat dalam implementasi kebijakan? Apa yang mereka kerjakan? Hal ini berkaitan dengan proses untuk melaksanakan kebijakan supaya mencapai hasil.

11


(32)

17 e. Evaluasi kebijakan (Evaluation)

Bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak kebijakan diukur? Siapa yang mengevaluasi kebijakan? Apa konsenkuensinya dari adanya evaluasi kebijakan? Adakah tuntutan melakukan perubahan atau pembatalan? Hal ini berkaitan dengan proses memonitorir atau menilai hasil atau kinerja kebijakan melibatkan upaya-upaya policy makers untuk mempengaruhi birokrat pelaksana agar bersedia memerikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran.

2.2 Implementasi Kebijakan

2.2.1 Pengertian Implementasi Kebijakan

Implementasi atau pelaksanaan merupakan kegiatan yang penting dari keseluruhan proses perencanaan program/kebijakan. Kebijakan yang telah direkomendasikan untuk dipilih oleh policy makers bukanlah jaminan bahwa kebijakan tersebut pasti berhasil dalam implementasinya. Ada banyak variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan baik bersifat individual maupun kelompok atau institusi. Implementasi dari suatu program melibatkan upaya-upaya policy makers untuk mempengaruhi perilaku birokrat pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran.12

Menurut Robert Nakamura dan Frank Smallwood (1980), hal-hal yang berhubungan dengan implementasi kebijakan adalah keberhasilan dalam

12

Subarsono. (2005). Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 87


(33)

18 mengevaluasi masalah dan kemudian menerjemahkan ke dalam keputusan yang bersifat khusus. Sementara itu Van Meter dan Van Horn membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan individu-individu (kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya13.

Dari defenisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan terdiri dari tujuan atau sasaran kebijakan, aktivitas, atau kegiatan pencapaian tujuan, dari hasil kegiatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu : tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih.

2.2.2 Model Implementasi Kebijakan

Adapun dalam mengimplementasikan suatu kebijakan dikenal beberapa model sebagai berikut :

a. Teori Donald S.Van Meter dan Carl E. Van Horn (1975)

Meter dan Horn mengemukakan bahwa terdapat enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi14, yakni;

13

Winarno, Budi. 2004. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta : Penerbit Media Pressindo. Hal.102

14


(34)

19 1. Standar dan sasaran kebijakan, di mana standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir apabila standar dan sasaran kebijakan kabur.

2. Sumberdaya, dimana implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia.

3. Hubungan antar organisasi, yaitu dalam benyak program, implementor sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain, sehingga diperlukan koordinasi dan kerja sama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

4. Karakteristik agen pelaksana yaitu mencakup stuktur birokrasi, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.

5. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variable ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan, serta apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan. 6. Disposisi implementor yang mencakup tiga hal yang penting, yaitu respon

implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, kognisi yaitu pemahaman terhadap kebijakan, intensitas disposisi implementor, yaitu preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.


(35)

20

Gambar 2.2

Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn, 2015

b. Teori Merilee S. Grindle (1980)

Menurut Grindle ada dua variabel besar yang mempengaruhi keberhasilan implementasi15, yaitu:

1. Variabel isi kebijakan (content of policy) mancakup :

 Sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target grup termuat dalam isi kebijakan.

 Janis manfaat yang diterima oleh target grup.

 Sejauh mana perubahan yang diinginkan dari suatu kebijakan.  Apakah letak suatu program sudah tepat.

 Apakah suatu kebijakan telah menyebutkan implemntornya dengan rinci.  Apakah suatu program di dukung oleh sumber daya yang memadai.

15

Subarsoo.2009.Analisi Kebijakan Publik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.Hal. 99

Komunikasi antar organisasi dang

pengukuhan aktivitas Standar dan

sasaran kebijakan

Karakteristik organisasi komunikasi antar organisasi

Kinerja kebijakan

Sikap pelaksana

Sumber daya

Kondisi sosial, ekonomi dan


(36)

21 2. Variabel lingkungan kebijakan mencakup :

 Seberapa besar kekuasaan, kepentingan dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan.

 Karaktristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa.  Tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Gambar 2.3

Model Implementasi Kebijakan Grindle,2015

Melaksanakan kegiatan Dipengaruhi oleh : a)Isi Kebijakan

1.Kepentingan yang dipengaruhi 2.Tipe manfaaat

3.Derajat perubahan yang diharapkan

4.Letak pengambilan keputusan 5.Pelaksana program

6.Sumber daya yang dilibatkan b) Konteks Kebijakan

1.Kekuasan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat 2.Karakteristik lembaga dan

penguasa

3.Kepatuhan dan daya tanggap

Tujuan Kebijakan

Hasil kenijakan : a. Dampak pada

masyarakat, individu dan kelompok b. Perubahan dan

penerimaan oleh masyarakat

Tujuan yang ingin dicapai

Program yang dijalanan seperti direncanakan ? Program aksi dan

proyek individu yang didesain dan

dibiayai


(37)

22 c. Teori George C. Edward III (1980)

George C. Edward III mengemukakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi16, yaitu:

1. Komunikasi (Comunication)

Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari pelaksanaan. Pelaksanaan yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan dikerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan dikerjakan dapat berjalan apabila komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan dan peraturan pelaksanaan harus ditransmisikan (dikomunikasikan) kepada bagian personalia yang tepat. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam implementasi kebijakan adalah :

 Tranformasi informasi (transimisi) : Agar informasi tidak hanya disampaikan kepada pelaksana kebijakan tetapi juga kepada kelompok sasaran dan pihak yang terkait.

 Kejelasan informasi (clarity) : Agar informasi yang jelas dan mudah dipahami, selain itu untuk menghindari kesalahan interpretasi dari pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak yang terkait dalam implementasi kebijakan.

 Konsistensi informasi (consistency) : Agar informasi yang disampaikan harus konsisten sehingga tidak menimbulkan kebingungan pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak terkait.

16 Edwards III, George C. 1980. Implementing Public Policy. Washington, D.C: Congressional Quarterly Press. Hal. 10


(38)

23 2. Sumber Daya (Resources)

Sumber-sumber yang dapat menentukan keberhasilan pelaksanaan adalah salah satunya sumber daya yang tersedia. Karena menurut George C Edward III sumber daya merupakan sumber penggerak dan pelaksana. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan keberhasilan proses pelaksanaan, sedangkan sumber daya merupakan keberhasilan proses implementasi yang dipengaruhi dengan pemanfaatan sumber daya manusia, biaya, dan waktu. Faktor-faktor pendukung sumberdaya adalah :

 Sumber Daya Manusia (Staff) : Implementasi kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari sumber daya manusia yang cukup kualitas dan kuantitasnya. Kualitas sumber daya manusia berkaitan dengan keterampilan, dedikas, profesionalitas, dan kompetensi di bidangnya, sedangkan kuatitas berkaitan dengan jumlah sumber daya manusia apakah sudah cukup untuk melingkupi seluruh kelompok sasaran.

 Anggaran (Budgetary) : Dalam implementasi kebijakan, anggaran berkaitan dengan kecukupan modal atau investasi atas suatu program atau kebijakan untuk menjamin terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan anggaran yang memadahi, kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan dan sasaran.

 Fasilitas (Facility) : Fasilitas atau sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Pengadaan fasilitas yang layak, seperti gedung, tanah dan peralatan perkantoran akan


(39)

24 menunjang dalam keberhasilan implementasi suatu program atau kebijakan.

 Informasi dan Kewenangan (Information and Authority) : Informasi juga menjadi faktor penting dalam implementasi kebijakan, terutama informasi yang relevan dan cukup terkait bagaimana mengimplementasikan suatu kebijakan. Sementara wewenang berperan penting terutama untuk meyakinkan dan menjamin bahwa kebijakan yang dilaksanakan sesuai dengan yang dikehendaki.

3. Disposisi (Disposition)

Disposisi atau sikap para pelaksana adalah faktor penting dalam pendekatan mengenai pelaksanaan. Jika pelaksanaan ingin efektif, maka para pelaksana tidak hanya harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya, dimana kualitas dari suatu kebijakan dipengaruhi oleh kualitas atau ciri-ciri dari para aktor pelaksana. Keberhasilan kebijakan bisa dilihat dari disposisi (karakteristik agen pelaksana). Dalam mendukung disposisi dalam kesuksesan implementasi kebijakan harus adanya kesepakatan antara pembuat kebijakan dengan pelaku yang akan menjalankan kebijakan itu sendiri dan bagaimana mempengaruhi pelaku kebijakan agar menjalakan sebuah kebijakan tanpa keluar dari tujuan yang telah ditetapkan demi terciptanya pelayanan publik yang baik.


(40)

25 4. Struktur Birokrasi (Bureaucratic Structure)

Menurut Edward III, walaupun sumber-sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia atau para pelaksana mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi. Birokrasi sebagai pelaksana harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik. Bureaucratic structure/struktur birokrasi adalah sumber-sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia atau para pelaksana mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi dan adanya Standard Operating Procesures (SOPs)/standar operasi prosedur dalam rutinitas sehari-hari dalam menjalankan impelementasi kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik dan penyebaran tanggung jawab (fragmentation) atas kebijakan yang ditetapkan. Faktor-faktor struktur birokrasi yang mendukung dalam suksesnya sebuah implementasi kebijakan harus adanya prosedur tetap bagi pelaku kebijakan dalam melaksankan kebijakannya dan adanya tanggung jawab dalam menjalankan sebuah kebijakan demi mencapai tujuan yang ingin dicapai.


(41)

26

Sumber : George C. Edward III (1980:148)

Gambar 2.4

Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III, 2015

Dari berbagai macam model implementasi kebijakan yang ada, penulis menggunakan model impementasi kebijakan George C. Edward III. Karena dalam teori Edward variabel yang ada sangat cocok dengan penelitian penulis.

2.3 Pelayanan Publik

2.3.1 Pengertian Pelayanan Publik

Sebenarnya yang menjadi produk dari organisasi pemerintahan adalah pelayanan masyarakat (publik service). Pelayanan tersebut diberikan untuk memenuhi hak masyarakat, baik itu merupakan layanan sipil maupun layanan publik. Artinya kegiatan pelayanan pada dasarnya menyangkut pemenuhan suatu hak.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik, yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian


(42)

27 dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Undang-Undang ini mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri17.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Moenir (1998) bahwa hak atas pelayanan itu sifatnya sudah universal, berlaku terhadap siapa saja yang berkepentingan atas hak itu dan oleh organisasi apa pun juga yang tugasnya menyelenggarakan pelayanan18.

Menurut Kumorotomo (2006) pelayanan publik adalah pelayanan yang disediakan untuk publik, apakah disediakan secara umum atau disediakan secara khusus. Pelayanan publik ditafsirkan sebagai tanggung jawab pemerintah atas kegiatan yang ditunjukkan untuk kepentingan masyarakat19.

Secara umum, pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

17

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Pasal 1. Ayat 1

18

Moenir, 1998. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Bumi Aksara, Jakarta. Hal. 41 19


(43)

28 Perlayanan publik yang dilakukan oleh pemerintahan yang efektif dapat memperkuat demokrasi dan hak asasi manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi, kohesi sosial, mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan lingkungan, bijak dalam pemanfaatan sumber daya alam, memperdalam kepercayaan pada pemerintahan dan administrasi publik.

2.3.2 Standar Pelayanan

Menurut Undang-Undang nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik, standar pelayanan adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.

Tujuan dan sasaran standar pelayanan, yaitu :

a. Tujuan standar pelayanan ini adalah untuk memberikan kepastian, meningkatkan kualitas dan kinerja pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan selaras dengan kemampuan penyelenggara sehingga mendapatkan kepercayaan masyarakat.

b. Sasaran standar pelayanan ini adalah adalah agar setiap penyelenggara mampu menyusun, menetapkan, dan menerapkan Standar Pelayanan Publik dengan baik dan konsisten20.

20

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2014 tentang pedoman standar pelayanan. Lampiran. Hal. 1


(44)

29 Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2014 Tentang Pedoman Standar Pelayanan Dalam Penyusunan,Penetapan Dan Penerapan Standar Pelayanan dilakukan dengan memperhatikan prinsip21, yaitu sebagai berikut :

1. Sederhana. Standar Pelayanan yang mudah dimengerti, mudah diikuti, mudah dilaksanakan, mudah diukur, dengan prosedur yang jelas dan biaya terjangkau bagi masyarakat maupun penyelenggara.

2. Partisipatif. Penyusunan Standar Pelayanan dengan melibatan masyarrakat dan pihak terkait untuk membahas bersama dan mendapatkan keselarasan atas dasar komitmen atau hasil kesepakatan.

3. Akuntabilitas. Hal-hal yang diatur dalam Standar Pelayanan harus dapat dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan kepada pihak yang berkepentingan.

4. Berkelanjutan. Standar Pelayanan harus terus-menerus dilakukan

perbaikan sebagai upaya peningkatan kualitas dan inovasi pelayanan. 5. Transparansi. Standar Pelayanan harus dapat dengan mudah diakses oleh

masyarakat.

6. Keadilan. Standar Pelayanan harus menjamin bahwa pelayanan yang diberikan dapat menjangkau semua masyarakat yang berbeda status ekonomi, jarak lokasi geografis, dan perbedaan kapabilitas fisik dan mental.

21

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2014 tentang pedoman standar pelayanan. Lampiran. Hal. 2


(45)

30 Komponen standar pelayanan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik, dalam peraturan ini dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

a. Komponen Standar Pelayanan yang terkait dengan proses penyampaian pelayanan (service delivery) meliputi:

1) Persyaratan

2) Sistem, mekanisme,dan prosedur 3) Jangka waktu pelayanan

4) Biaya/tarif

5) Produk pelayanan

6) Penanganan pengaduan, saran dan masukan

b. Komponen Standar Pelayanan yang terkait dengan proses pengelolaan pelayanandi internal organisasi(manufacturing) meliputi:

1) Dasar hukum

2) Sarana dan prasarana, dan/atau fasilitas 3) Kompetensi pelaksana

4) Pengawasan internal 5) Jumlah pelaksana 6) Jaminan pelayanan

7) Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan 8) Evaluasi kinerja pelaksana


(46)

31 Dengan diterbitkannya berbagai peraturan mengenai kualitas pelayanan publik, maka dapat dilihat kepedulian pemerintah dalam hal pelayanan publik ini.

2.4 Hasil Penelitian Reklame

Dalam beberapa penelitian yang pernah dilakukan oleh berbagai sumber bahwa masih banyaknya kendala-kendal yang harus dihadapi oleh pemerintah dalam pelaksanaan penerbitan izin reklame maupun pengawasannya. Seperti penelitian yang pernah dilakukan oleh :

a) Leo Nanda Saragih tentang implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 tentang pajak reklame22.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan Leo Nanda Saragih, menjelaskan dalam penelitiannya bahwa implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 tahun 2011 tentang pajak reklame masih terdapat beberapa kendala. Diantaranya adalah keterbatasan sumber daya manusia yang dimiliki oleh Dinas Pertamanan (khususnya bidang reklame) dan BPPT bidang Perizinan III (khususnya unit reklame), Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 yang masih baru dikeluarkan, yaitu kurang lebih lima bulan, sehingga belum semua pegawai memahami isi dari Perda tersebut, belum sepenuhnya diterapkan teknologi dalam pengurusan pajak reklame sehingga dalam pengurusan pajak reklame berjalan lambat dan Standard Operating Procedure

22

http://repository.usu.ac.id oleh Leo Nanda Saragih (di akses pada tanggal 12 Maret 2015, pukul 10.10 WIB)


(47)

32 yang belum terbentuk (khusus Dinas Pertamanan), kurangnya kesadaran wajib pajak reklame untuk mematuhi semua peraturan dalam pengurusan reklame. b) Arsa Bandi tentang implementasi Pasal 12 Peraturan Daerah Nomor 16

Tahun 2008 terkait pelanggaran izin pemasangan reklame di Kabupaten Sampang (studi di kantor pelayanan perizinan dan penanaman modal, satpol PP Kabupaten Sampang)23

Faktor kendala diantaranya adalah :

- Kurang memperhatikan kondisi maupun masa berlakunya reklame sehingga pegawai Kantor Pelayanan Perijinan dan Penanaman Modal Kabupaten Sampang merasa kesulitan dalam menangani hal ini, khususnya reklame yang berukuran besar.

- Banyak pemasang yang mengabaikan aspek ekologi. Salah satunya melakukan penebangan pohon terlebih dahulu sebelum melakukan pema sangan reklame. Aksi ini dilakukan untuk mendapatkan tempat yang strategis. Selanjutnya bekas pohon tersebut dibuat untuk menancapkan tiang reklame. Terlebih lagi, pemasang melakukan pemotongan pohon yang dianggap menghalangi pandangan reklame. - Pemasangan reklame di taman kota tidak mengutamakan keserasian

antara bangunan dan estetika. Sehinggakeindahan kota ini terkesan semrawut. Selain itu pemasangan reklame yang

23

http://www.academia.edu/5035166/IMPLEMENTASI_PASAL_12_PERATURAN_DAERAH_NOMOR

_16_TAHUN_2008_TERKAIT_PELANGGARAN_IZIN_PEMASANGAN oleh Arsa Bandi (di akses pada tanggal 12


(48)

33 - Diletakkan di pohon-pohon dan penempatan reklame yang tidak bertema. Pemasangan reklame di pohon, sangat bertentangan dengan prinsip pelestarian lingkungan. Sisa paku untuk menempelkan reklame tersebut masih sering tidak dicabut dan ditinggalkan menancap begitu saja di pohon.

Dengan banyaknya kendala-kendala yang terjadi maka akan mempengaruhi terhadap kelestarian kota itu sendiri. Karena banyaknya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi tetapi kurang maksimalnya tindakan yang dilakukan.

c) Agus Suciptoroso tentang pelaksanaan pelayanan perizinan dan pajak reklame (studi kasus di badan pelayanan terpadu kabupaten sragen)24

Dalam pelaksanaan pelayanan (prosedur) perizinan dan pajak reklame di Kabupaten Sragen sudah berjalan dengan baik sesuai prosedur dan mekanisme yang telah ditetapkan dalam peraturan-peraturan yang telah dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Sragen yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sragen Nomor 4 Tahun 1998 tentang Pajak Reklame dan Keputusan Bupati Sragen Nomor 44 Tahun 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sragen Nomor 4 Tahun 1998 Tentang Pajak Reklame, serta peraturan-peraturan terkait lainnya.

Tetapi tetap masih banyaknya hambatan dalam pelaksanaan pelayanan (prosedur) perizinan pajak reklame di Badan Pelaynan Terpadu Kabupaten

24


(49)

34 Sragen. Diantaranya adalah Hambatan dari pihak BPT yaitu adanya pelanggaran oleh pemohon reklame terhadapa tempat yang dilarang oleh Pemerintah Daerah untuk didirikan reklame, banyak pemohon yang memasang reklame terlebih dahulu kemudian baru mengajukan ijin pemasangan, keterlambatan perpanjangan ijin reklame oleh pemohon yang berasal dari luar kota, penertiban yang sedikit susah karena banyak pemohon yang tidak memasang reklame sesuai ijin yang diajukan, sosialisasi yang belum merata.

Hambatan dari pihak pemohon perizinan reklame yaitu pemasangan reklame pada tempat yang sulit untuk dijangkau biasanya agak lama. Biasanya kalau ada pejabat yang penting dalam proses perijinan sedang keluar, sehingga waktu yang harus ditunggu oleh pemohon terlalu lama. Perizinan penyelenggaraan reklame di lokasi yang tanahnya merupakan milik pemerintah daerah biasanya prosesnya agak lama.

2.5 Kebijakan Reklame

2.5.1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retibusi Daerah

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri atas daerah-daerah kabupaten dan kota. Tiap-tiap daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.


(50)

35 Untuk meningkatakan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah, Pemerintah Daerah seharusnya diberi kewenangan yang lebih besar dalam perpajakan dan retribusi. Berkaitan dengan pemberian kewenangan tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, perluasan kewenangan perpajakan dan retribusi tersebut dilakukan dengan memperluas basis pajak Daerah dan memberikan kewenangan kepada Daerah dalam penetapan tarif. Selain perluasan pajak, dalam Undang-Undang ini juga dilakukan perluasan terhadap beberapa objek Retribusi dan penambahan jenis Retribusi.

Dengan diberlakukannya Undang-Undang ini, kemampuan Daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya semangkin besar karena Daerah dapat dengan mudah menyesesuaikan pendapatannya sejalan dengan adanya peningkatan basis pajak daerah dan diskresi dalam penetapan tarif.

2.5.2 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, menyatakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah dan penerimaan berupa Dana Perimbangan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.


(51)

36 Sumber Pendapatan Asli Daerah, yang antara lain berupa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Bahwa perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat, mengakibatkan banyaknya penyelenggaraan reklame. Hal ini dapat dilihat dari aspek desain, penyelenggara reklame, dan corak ragam atau jenis reklame, yang harus diakomodasi dan mendapatkan pelayanan yang sama.

Selama ini pungutan Daerah yang berupa Pajak dan Retribusi diatur dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. Sesuai dengan Undang-Undang tersebut, Daerah diberi kewenangan untuk memungut 11 (sebelas) jenis Pajak, yaitu 4 (empat) jenis Pajak Provinsi dan 7 (tujuh) jenis Pajak Kabupaten/Kota. Selain itu, Kabupaten/Kota juga masih diberi kewenangan untuk menetapkan jenis Pajak lain sepanjang memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam Undang-Undang.

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, berdasarkan Pasal 2 ayat (2) tentang jenis pajak dan Pasal 95 ayat (1) bahwa Pajak ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah ini, kemampuan Daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya semakin besar karena Daerah dapat menyesuaikan pendapatannya sejalan dengan adanya peningkatan basis pajak daerah dan diskresi dalam penetapan tarif. Di pihak lain, dengan memberikan kewenangan kepada Daerah untuk menetapkan jenis pajak akan memberikan


(52)

37 kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

2.5.3 Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame

Sebagai peraturan perubahan dari Peraturan Walikota Medan Nomor 58 Tahun 2011, Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014 ini jauh lebih memperhatikan tata letak reklame dan keindahan kota. Dalam peraturan walikota ini, ada tiga SKPD yang menaungi dalam penerbitan izin reklame, diantaranya adalah Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, Dinas Pendapatan Daerah dan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan.

Hal-hal yang lebih diperhatikan dalam pelaksanaan penerbitan izin reklame diantaranya adalah kawasan/zona penyelenggaraan reklame, nilai sewa reklame, nilai strategis lokasi, kelas jalan reklame, sudut pandang reklame, ketinggian reklame, penyelenggara reklame, lebar didang reklame, panjang bidang reklame dan materi reklame.

Dengan adanya ketentuan-ketentuan tersebut diharapkan tata letak reklame di Kota Medan dapat lebih baik lagi. Penataan reklame tersebut diatur didalam Peraturan Walikota Medan Nomor 38 Tahun 2014 tentang penataan reklame. Dimana tim teknis pengawasan reklame ini berada di Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan.


(53)

38 2.6 Penerbitan Izin Reklame

Penerbitan izin reklame dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dimana PAD sebagai sumber keuangan daerah. Pemerintah Daerah diberi kewenangan dalam menerbitan izin reklame melalui Peraturan Daerah.

2.6.1 Penerbitan Perizinan a. Pengertian Perizinan

Perizinan merupakan salah satu perwujudan tugas mengatur dari pemerintah. Izin merupakan salah satu instrumen yang paling banyak digunakan dalam hukum administrasi. Hal ini dikarenakan pemerintah menggunakan izin sebagai instrumen untuk mempengaruhi hubungan dengan para warganya agar mau mengikuti cara yang dianjurkan oleh pemerintah guna mencapai tujuan yang konkrit.

Prajudi Atmosudirdjo dalam buku Philipus M.Hadjon mengartikan izin ialah beranjak dari ketentuan yang pada dasarnya tidak melarang suatu perbuatan tetapi untuk dapat melakukannya disyaratkan prosedur tertentu harus dilalui25.

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha. Sedangkan izin adalah

25

Philipus M.Hadjon. 2002. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 143


(54)

39 dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu26.

Sistem perizinan muncul karena tugas mengatur dari pemerintah, karena perizinan akan dibuat dalam bentuk peraturanyang harus dipatuhi masyarakat yang berisikan larangan dan perintah. Dengan demikian izin ini akan digunakan oleh penguasa sebagai instrumen untuk mempengaruhi hubungan dengan para warga agar mau mengikuti cara yang dianjurkannya, guna mencapai tujuan yang konkrit.

b. Tujuan Pemerintah Mengeluarkan Izin

Tugas pemerintah dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu tugas mengatur dan memberikan pelayanan kepada umum. Tugas mengatur meliputi pembuatan-pembuatan peraturan yang harus dipatuhi masyarakat, sedangkan tugas memberi pelayanan kepada umum meliputi tugas-tugas pemerintah untuk memenuhi kebutuhan sarana finansial dan personal dalam rangka meningkatkan pelayanan di bidang kesejahteraan sosial, ekonomi, kesehatan dan lain sebagainya.

Adapun tujuan pemerintah mengatur sesuatu hal dalam peraturan perizinan ada berbagai sebab,yaitu :

26

PERMENDAGRI Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Pasal 1


(55)

40 1. Keinginan mengarahkan/mengendalikan aktifitas-aktifitas tertentu

(misalnya izin bangunan).

2. Keinginan mencegah bahaya bagi lingkungan (misalnya izin lingkungan). 3. Keinginan melindungi obyek-obyek tertentu (misalnya izin tebang, izin

membongkar monumen).

4. Keinginan membagi benda-benda yang sedikit jumlahnya (misalnya izin menghuni di daerah padat penduduk).

5. Keinginan untuk menyeleksi orang-orang dan aktifitrasaktifitasnya (misalnya pengurus organisasi harus memenuhi syarat-syarat tertentu).

c. Bentuk Dan Isi Izin

Izin merupakan salah satu bentuk keputusan tata usaha negara. Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata27.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka izin akan selalu berbentuk tertulis dan berisikan beberapa hal, yaitu sebagai berikut:

1) Organisasi pemerintah yang memberikan izin; 2) Siapa yang memperoleh izin;

3) Untuk apa izin digunakan;

27

UU Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara


(56)

41 4) Alasan yang mendasari pemberiannya;

5) Ketentuan pembatasan dan syarat-syarat; 6) Pemberitahuan tambahan.

2.6.2 Reklame

a. Pengertian Reklame

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, reklame adalah pemberitahuan kepada umum tentang barang dagangan supaya laku.

Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 11 Tentang Pajak Reklame, reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial, memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa orang atau badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum28.

Menurut W.H van BAARLEE dan F.E. HOLLANDER dalam buku mereka yang berjudul “Reclamekuende”,Leiden mendefenisikan reklame merupakan suatu kekuatan yang menarik (bahasa Belanda: KLERFKRACHT) yang ditujukan kepada kelompok pembeli tertentu, hal mana dilaksanakan oleh produsen atau pedagang agar supaya dengan demikian dapat dipengaruhi penjualan barang-barang atau jasa-jasa dengan cara yang menguntungkan. Berkhouwer mengemukakan reklame yaitu sebagai pernyataan yang secara sadar

28


(57)

42 ditujukan kepada publik dalam bentuk apapun juga yang dilakukan oleh seorang peserta lalulintas perniagaan, yang diarahkan ke arah sasaran memperbesar penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dimasukkan, oleh pihak yang berkepentingan dalam lalu-lintas perniagaan29.

b. Fungsi Rekame

Fungsi reklame menurut Winardi antara lain30 :

a. Membantu memberikan penerangan kepada pihak konsumen.

b. Membantu memperbesar produksi hingga meratakan jalan untuk produksi massa.

c. Memperbesar kecepatan perputaran dalam bidang perniagaan eceran dan dengan demikian menurunkan biaya-biaya distribusi per kesatuan produk. d. Menstimulasi produsen untuk mempertahankan kualitas artikel-artikelnya.

c. Jenis Reklame

Jenis-jenis reklame diantaranya adalah31:

1. Reklame papan/ billboard adalah reklame yang terbuat dari papan kayu,

calli brete, vinyle termasuk seng atau bahan lain yang sejenis dipasang atau digantungkan atau dipasang pada bangunan, halaman, di atas bangunan.

2. Reklame Megatron/ Videotron/ Large Elektronic Display (LED) adalah reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa program reklame

29

Winardi. 1992. Promosi dan Reklame. PT Mandar Maju. Bandung. Hal. 1 30

Ibid. Hal. 2 31

Peraturan WaliKota Medan Nomor 11 Tahun 11 Tentang Juknis Pelaksanaan PERDA NO.11/2011 Tentang Pajak Reklame. Pasal 1


(1)

192 6.2 Saran

1. Pemerintah Kota Medan harus merevisi Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014, untuk memberikan kewenangan harus lebih menyesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi SKPD terkait dengan penerbitan izin reklame. Sehingga tidak terjadi adanya kesalahpahaman serta rasa ingin menguasai dan ataupun rasa yang paling benar diantaranya. Perlunya revisi dilakukan agar pelaksanaan penerbitan izin reklame lebih berjalan optimal. Pelaksanaan penerbitan izin reklame ini pun ada baiknya dapat dilakukan dalam satu pintu mengingat sudah banyaknya daerah-daerah lain yang sudah menggabung keseluruhan izin reklame dalam satu pintu dan tentu juga akan lebih mempermudah masyarakat melakukan permohonan izin reklame. 2. Koordinasi yang terjalin sebaiknya tidak hanya sebatas koordinasi

administrasi saja. Sebaiknya dapat dilakukan koorsinasi dalam pelaksanaan proses penerbitan izin reklame maupun proses pengawasan reklame agar berjalan lebih baik lagi sehingga kebijakan yang ada berjalan dengan sangat baik.

3. Harus membangun komunikasi yang baik dengan antar SKPD penerbitan izin reklame tersebut. karena untuk menghasilkan pelaksanaan kebijakan yang optimal harus membangun komunikasi antar para pelaku kebijakan. Sehingga dapat menyamakan visi yang sama.

4. Pemerintah Kota Medan harus melakukan penambahan personalia kepada Dinas Pendapatan dan Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan agar pelaksanaan kebijakan dapat berjalan sesuai dengan yang seharusnya.


(2)

193 Pemerintah Kota Medan juga harus melengkapi peralatan-peralatan yang diperlukan oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan untuk pelaksanaan proses penindakan terhadap reklame yang tidak susai dengan peraturanyang ada.

5. Meskipun salah satu diantaranya yaitu Badan Pelayanan Perijinan Terpadu sudah menggunakan sistem online, sebaik hal tersebut dapat diikuti oleh kedua SKPD lainnya. Karena dengan melakukan sistem online setidaknya dapat melakukan proses penerbitan izin reklame lebih efektif dan dapat mengurangi adanya tindakan penyelewengan wewenang.

6. Untuk melaksanakan penataan reklame yang lebih tertata bukan hanya memerlukannya peran pemerintah saja tetapi diperlukannya juga peran aktif para pengusaha advertising reklame serta masyarakat Kota Medan. Sebelum tertanamnya rasa kepedulian atas keindahan kota maka pelaksanaan penataan reklame yang lebih baik tidak akan berjalan dengan baik. karena pemerintah, pengusaha reklame serta masyarakat adalah poin yang sangat penting dalam hal penataan reklame di Kota Medan.


(3)

194

DAFTAR PUSTAKA

Edwards III, George C. 1980. Implementing Public Policy. Washington, D.C: Congressional Quarterly Press.

Handoko, T.Hani. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : Salemba Empat

H.A.S, Moenir. 1998. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

Kumorotomo, Wahyudi., 2006. Akuntabilitas Birokrasi Publik. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Moenir, 1998. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Bumi Aksara, Jakarta. Nogi, Hesel. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: Lukman Offset & YPAPI.

Nurcholis, Hanif. 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan Dan Otonomi Daerah. Jakarta: PT.Grasindo.

Parsons, Wayne.2005. Public Policy Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Jakarta:Kencana

Philipus M.Hadjon. 2002. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES

. 2008. Metode Penelitian Survai. Jakarta:LP3ES.

Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Subarsono, AG. 2009. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabet


(4)

195 .2005. Metode Penelitian Administrasi Negara. Bandung: Alfabet

.2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

.2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Thoha, Miftah. 1995. Perilaku Organisasi Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Widodo, Joko. 2011. Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang: Bayu Media

Winardi. 1992. Promosi dan Reklame. PT Mandar Maju. Bandung.

Winarno, Budi. 2004. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta : Penerbit Media Pressindo

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

Undang–Undang Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2014 tentang pedoman standar pelayanan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan


(5)

196 Peraturan Walikota Medan Nomor 58 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame

Peraturan Walikota Medan Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame

Peraturan Walikota Medan nomor 38 tahun 2014 Tentang Penataan Reklame

Sumber Internet :

eprints.undip.ac.id/5613/1/METODE_PENELITIAN_-_dharminto.pdf olehD.

Dharminto (di akses pada tanggal 21 Oktober 2014, Pukul 17.00 WIB)

http://eprints.undip.ac.id/5204/1/TEORI-TEORI_ADMINISTRASI_PUBLIK.pdf oleh R.Rihandoyo(di akses pada tanggal 26 Oktober 2014, pukul 17.52 WIB)

http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kuantitatif oleh Wikipedia bahasa Indonesia (di akses pada tanggal 21 Oktober 2014, pukul 17.09 WIB)

http://otonomidaerah.com/tujuan-otonomi-daerah/ oleh Polewali Mandar (di akses pada tanggal 22 Oktober 2014, pukul 22.17 WIB)

http://www.pemkomedan.go.id/pemerintah_visi4.php oleh Pemko Medan(di akses pada tanggal 21 Oktober 2014, pukul 17.49 WIB)

http://trtb.pemkomedan.go.id olehTRTB (di akses pada tanggal 23 Oktober 2014, pukul 21.21 WIB)

http://www.ombudsman.go.id/ oleh Ombudsman (di akses pada tanggal 23 Oktober 2014, pukul 21.21 WIB)


(6)

197 http://bisnis.liputan6.com/read/2079787/pelayanan-publik-indonesia-di-urutan-129 oleh Liputan 6(di akses pada tanggal 23 Oktober 2014, pukul 22.21 WIB)

http://simta.uns.ac.id/cariTAoleh Agus Suciptoroso (di akses pada tanggal 12 Maret 2015, pukul 10.00 WIB)

http://repository.usu.ac.idoleh Leo Nanda Saragih (di akses pada tanggal 12 Maret 2015, pukul 10.10 WIB)

http://www.academia.edu/5035166/IMPLEMENTASI_PASAL_12_PERATURA

N_DAERAH_NOMOR

_16_TAHUN_2008_TERKAIT_PELANGGARAN_IZIN_PEMASANGAN oleh Arsa Bandi Saragih (di akses pada tanggal 12 Maret 2015, pukul 10.30 WIB)