Pemetaan Daerah Resiko Mudah Tercemar dengan Pendekatan Multiatribut dan SIG Di Kawasan Karst Cibodas Sukabumi Selatan

PEMETAAN DAERAH RESIKO MUDAH TERCEMAR DENGAN
PENDEKATAN MULTIATRIBUT DAN SIG DI KAWASAN
KARST CIBODAS SUKABUMI SELATAN

ADIS HENDRIATNA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemetaan Daerah
Resiko Mudah Tercemar dengan Pendekatan Multiatribut dan Sistem Informasi
Geografis di Kawasan Karst Cibodas Sukabumi Selatan adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Adis hendriatna
NIM E34080082

ABSTRAK
ADIS HENDRIATNA. Pemetaan Daerah Resiko Mudah Tercemar dengan
Pendekatan Multiatribut dan SIG di Kawasan Karst Cibodas Sukabumi Selatan.
Dibimbing oleh LILIK BUDI PRASETYO dan BUDI BRAHMANTYO.
Kawasan Karst Cibodas merupakan kawasan karst yang terletak di
Kabupaten Sukabumi. Secara geologi tersusun atas batu gamping Formasi
Cibodas. Di daerah ini dijumpai gua karst yang banyak memilisi sistem aliran
sungai bawah tanah maupun sungai di permukaan. Studi mengenai potensi air
tanah pada daerah karst di dekati melalui studi zona potensi resapan dengan cara
melokalisasi zona potensial resapan air tanah. Proses peresapan air hujan menjadi
air tanah memiliki kecenderungan melalui zona rekahan yang secara morfologis
ditunjukkan oleh adanya fenomena kelurusan morfologi berupa lembah dan aliran
daerah alirah sungai. Deleniasi kelurusan untuk mengidentifikasi dan memetakan

daerah karst berdasarkan faktor EPIK. Hasil identifikasi pola kelurusan
menunjukkan zona kelurusan tinggi (> 20 /km2) merupakan zona kering yang
berfungsi sebagai daerah resapan. Hasil perhitungan faktor pelindung
menunjukkan bahwa Kawasan Karst Cibodas memiliki tingkat kerawanan sangat
tinggi (S1) yaitu 17767.6 ha. Kawasan kerentanan sangat tinggi (S1) secara umum
merupakan kawasan yang memiliki zona resapan berupa lembah karst, artinya
daerah tersebut masih dapat terkena kontaminan dari luar.
Kata kunci: deleniasi, EPIK, kawasan karst, morfologi.

ABSTRACT
ADIS HENDRIATNA. Mapping of Contaminated Risk Area with Multiatribut
Approach and GIS in Cibodas South Sukabumi Karst Region.
Supervised by LILIK BUDI PRASETYO and BUDI BRAHMANTYO.
Cibodas Karst Region is a karst area which located in Sukabumi Regency.
Geologicaly composed of Cibodas Limestone Formation. In this location, there
are karst caves which have many surfaces and underground rivers. Study of soil
water potential in karst area was approached by catcment zone studies using
localizing the potential groundwater catchment zone. The process of rainwater
infiltration into groundwater has a tendency through fracture zones which
morphological indication is lineament morphological phenomena such as stream

valleys and river flow areas. The lineament delineation can be used to identify and
map a karst area based on EPIK factors. The result of lineament pattern
identification shows high lineament zone (> 20 /km2) is a dry zone has a function
as a catchment area. The result of protective factors calculation shows that
Cibodas Karst Area is in highest level of vulnerability (S1) that has area of
17767.6 ha. Highest level vulnerability area in general means is the area of
catchment zone karst valley which can be contaminated by the external factors.
Keywords: delineation, EPIK, karst area, morphology.

PEMETAAN DAERAH RESIKO MUDAH TERCEMAR DENGAN
PENDEKATAN MULTIATRIBUT DAN SIG DI KAWASAN
KARST CIBODAS SUKABUMI SELATAN

ADIS HENDRIATNA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata


DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Pemetaan Daerah Resiko Mudah Tercemar dengan Pendekatan
Multiatribut dan SIG Di Kawasan Karst Cibodas Sukabumi Selatan
Nama
: Adis Hendriatna
NIM
: E34080082

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc
Pembimbing I

Dr Ir Budi Brahmantyo, MSc

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli sampai Agustus 2012
ini ialah lingkungan, dengan judul Pemetaan Daerah Resiko Mudah Tercemar
Dengan Pendekatan Multiatribut dan SIG Di Kawasan Karst Cibodas Sukabumi
Selatan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo,
MSc dan Bapak Dr Ir Budi Brahmantyo, MSc selaku pembimbing, serta serta Ibu
Dr Ir Ulfah Juniarti Siregar, MAgr dan Bapak Dr Ir Rachmad Hermawan, MSc
yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis

sampaikan kepada Bapak Rusmaya dan keluarga yang telah memberikan tempat
serta Bapak Supendi yang bersedia menemani selama penelitian, serta adik kelas
saya Galang Badadung yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik saya, Deasy Putri
Permatasari, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Keluarga KSHE 45 (EDELWEIS), dan Keluarga besar HIMAKOVA atas
motivasi, dukungan, dan kebersamaan kita selama ini dan Seluruh staf pengajar,
tata usaha, laboran, mamang bibi, serta keluarga besar Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata dan Fakultas Kehutanan IPB yang telah
membantu, memberikan dukungan, serta memberikan ilmu pengetahuan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013
Adis Hendriatna

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii


DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1


Manfaat Penelitian

1

METODE

2

Lokasi dan Waktu Penelitian

2

Alat dan Bahan

2

Jenis Data

2


Metode Pengumpulan Data

3

Metode Analisis Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

7

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

7

Parameter Kuantitatif Dampak yang ditimbulkan Faktor Pelindung

7


Interpretasi Kelurusan Morfologi

7

Densitas Kelurusan Morfologi

10

Epikarst

12

Lapisan Pelindung

14

Kondisi Infiltrasi

16


Sistem Perguaan

18

Tingkat Mudah Tercemar Air Karst

20

SIMPULAN DAN SARAN

23

Simpulan

23

Saran

23

DAFTAR PUSTAKA

24

LAMPIRAN

25

DAFTAR TABEL
1 Jenis data yang diambil
2 Penetapan nilai faktor pelindung
3 Atribut penilaian epikarst
4 Atribut penilaian lapisan pelindung
5 Atribut penilaian penutupan lahan
6 Atribut penilaian sistem perguaan
7 Orientasi kelurusan morfologi
8 Densitas dan penyebaran gua karst
9 Zona resapan epikarst
10 Lapisan pelindung
11 Luas tipe tutupan lahan di kawasan karst cibodas
12 Karakterisitik gua karst
13 Total skor faktor pelindung
14 Luas area kawasan karst yang mudah tercemar

2
3
5
5
6
6
8
10
12
14
16
18
20
21

DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian
2 Bagan alur pembuatan peta epikarst
3 Metode perhitungan lineament count density
4 Bagan alur pembuatan peta lapisan pelindung
5 Bagan alur pembuatan peta penutupan lahan
6 Kondisi umum penelitian
7 Diagram roset orientasi kelurusan morfologi kawasan karst cibodas
8 Interpretasi kelurusan morfologi kawasan karst
9 Peta densitas kelurusan morfologi
10 Penampang geologi posisi keberadaan gua karst daerah penelitian
11 Peta konseptual zona resapan epikarst di kawasan karst cibodas
12 Peta lapisan pelindung
13 Peta penutupan lahan
14 Peta penyebaran gua karst
15 Peta tingkat kerawanan pencemaran air karst

2
4
5
6
6
7
8
9
11
12
13
15
17
19
22

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji akurasi
2 Tallye sheet orientasi kelurusan

26
26

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kawasan karst merupakan salah satu sumber daya alam non hayati yang
tidak dapat diperbaharui karena proses pelarutan serta pembentukannya
membutuhkan waktu ribuan tahun bahkan jutaan tahun (Nasution 2008). Menurut
peraturan Menteri ESDM No. 17 tahun 2012, Kawasan bentang alam karst adalah
karst yang menunjukkan bentuk eksokarst dan endokarst tertentu. Penetapan
kawasan bentang alam karst bertujuan untuk melindungi kawasan yang berfungsi
sebagai pengatur alami tata air, nilai keunikan dan nilai ilmiah. Indonesia
memiliki luas Kawasan Karst mencapai hampir 20% dari total wilayah kepulauan
(Balazs 1968, diacu dalam Adji 2009). Propinsi Jawa Barat memiliki 4.1%
kawasan karst dari luas propinsinya sekitar 27596.31 km2.
Permasalahan terhadap sumberdaya air karst dan wilayah karst terjadi
karena masih kurangnya pengetahuan masyakarat tentang sumberdaya kawasan
karst serta dengan rendahnya usaha terhadap perlindungan dan pengelolaan di
kawasan karst (Bhirowo 2005). Menurut Dinas Pertambangan dan Energi
Kabupaten Sukabumi, potensi batu gamping terbesar terdapat di Kecamatan
Jampang Tengah dengan total simpanan batu gamping sebanyak 1.5 milyar ton di
atas areal seluas 3600 Ha Keseluruhan potensi batu gamping yang terdapat di
Kabupaten Sukabumi, sebagian sudah diekploitasi seperti di daerah Gunungguruh
dan Cibadak.
Kawasan Karst Cibodas terletak di Kecamatan Jampang Kulon. Kawasan ini
terdiri dari bentukan karst berupa perbukitan dan dataran. Kawasan Karst Cibodas
di lindungi oleh beberapa tutupan vegetasi yang memberikan manfaat dalam
penyerapan air. Sumber air yang tersedia di seluruh areal kawasan karst di
manfaatkan secara langsung oleh masyarakat. Oleh karena itu untuk menjaga
kelestarian Kawasan Karst tersebut perlu dilakukan pemetaan daerah potensi
resapan air karst untuk mengidentifikasi dan mengetahui daerah resiko mudah
tercemar berdasarkan pendekatan EPIK (epikarst, lapisan pelindung, kondisi
infiltrasi dan sistem perguaan) untuk dilakukan upaya konservasi terhadap
kawasan karst.

Tujuan
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui daerah yang memiliki
resiko mudah tercemar, untuk itu di perlukan:
1. Identifikasi zona kelurusan morfologi berbasis citra Digital Elevation Model
(DEM) yang dikompilasi dengan data gua karst hasil observasi di lapangan.
2. Membuat peta tingkat kerawanan Kawasan Karst terhadap pencemaran air.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan menjadi dasar pembuatan kebijakan bagi
pengelolaan dalam pengambilan keputusan pengelolaan agar bisa di ketahui
tingkat upaya konservasi terhadap kawasan karst.

2

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Karst Cibodas Kabupaten Sukabumi
Selatan. Pengambilan data lapang dilakukan pada bulan Juli - Agustus 2012,
sedangkan pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Analisis
Lingkungan dan Permodelan Spasial, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan
dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu Kamera, GPS (Global
Positioning System) Garmin Colorado 300, Alat tulis, Software ArcGIS 9.3, Erdas
Imagine 9.1, Global Mapper 13, dan Komputer. Sedangkan bahan yang digunakan
antara lain Citra ASTER GDEM, Landsat ETM, Peta Geologi, dan Peta Tanah.
Jenis Data
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data-data seperti tercantum
pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis data yang diambil
No
1.

Parameter Atribut
Data Epikarst

Sumber
a. Citra DEM
b. Observasi lapang

2.

Lapisan Pelindung

a.

3.

Kondisi Infiltrasi

4.

Sistem Perguaan

a. Citra Lansat Path/Row 122/065
b. Observasi lapang
a. Observasi lapang

BAPPEDA Kabupaten Sukabumi

Metode
a. Interpretasi
Morfologi
melalui DEM
b. Point density
a. Analisis
Peta
Tanah
a. Analisis Citra
b. Ground check
a. Pengamatan
b. Point density

3
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diambil secara langsung di lapangan, sedangkan data sekunder
adalah data yang diperlukan untuk membantu dan melengkapi data yang telah
diperoleh di lapangan. Pihak-pihak yang terkait antara lain Badan Perencanaan
dan Pembangunan Daerah, Badan Geologi Bandung, Pusat Penelitian Lingkungan
Hidup Institut Pertanian Bogor. Data tersebut meliputi data spasial (peta jenis
tanah, geologi, Lansat ETM 7, dan ASTER GDEM), dan data atribut seperti
tulisan maupun keterangan atribut berupa nilai diantaranya data epikarst, lapisan
pelindung, kondisi infiltrasi, sistem perguaan, dan data pendukung lainnya.
Observasi Lapang
Observasi lapang dilakukan secara langsung untuk mendapatkan data-data
sistem epikarst dan penyebaran gua karst.
Metode Analisis Data
Parameter kuantitatif dampak yang ditimbulkan
Faktor pelindung
Tingkat mudah tercemar air karst dapat ditentukan dengan perhitungan
faktor perlindungan dengan asumsi semakin terdapat adanya lapisan pelindung
maka daerah tersebut memiliki dampak pencemaran yang semakin kecil oleh
beberapa faktor dengan permodelan menurut (Doerfilger et al. 1999):
Fp = α × Ea + × Pb + × lc + δ × Kd
Dimana :
α
= Konstanta untuk atribut epikarst dengan nilai (3)
= Konstanta untuk atribut lapisan pelindung dengan nilai (1)
= Konstanta untuk atribut infiltrasi dengan nilai (3)
δ
= Konstanta untuk atribut sistem perguaan dengan nilai (2)
Ea
= Skoring atribut epikarst
Pb
= Skoring atribut Lapisan Pelindung
Ic
= Skoring atribut Infiltrasi
Kd
= Skoring atribut Sistem Perguaan
Hasil dari perhitungan faktor perlindung dapat dijadikan acuan untuk
menetapkan zona perlindungan sebagai berikut :
Tabel 2 Penetapan nilai faktor pelindung
No
1

Faktor Perlindungan

Area perlindungan

F rendah atau
S1
penambahan sampai
dengan nilai 19
2
F antara 20 – 25
S2
3
F > 25
S3
4
Keberadaan daerah P4
Terletak di daerah tangkapan air
(Tabel 4)
Sumber : Doerfilger et al. (1999) diacu dalam Bhirowo (2005)

Area kerentanan
Sangat Tinggi

Tinggi
Sedang
Rendah

4
Epikarst
Data epikarst didapat dari pengecekan di lapangan secara langsung
berdasarkan atribut penilaian serta di tunjukan dari interpretasi kelurusan dan
densitas kelurusan morfologi. Sedangkan perhitungan densitas kelurusan
morfologi yang bertujuan untuk mengetahui konsentrasi, pola penyebaran
kelurusan, dan zona resapan air karst (Kim et al. 2003 diacu dalam Setiawan
2011).

Gambar 2 Bagan alur pembuatan peta epikarst
Interpretasi Kelurusan Morfologi
Interpretasi kelurusan morfologi berfungsi untuk menentukan arah aliran
air tanah. Interpretasi kelurusan morfologi dilakukan dengan menggunakan citra
ASTER GDEM yang di overlay dengan peta jaringan aliran sungai untuk
kemudian dilakuan digitasi secara langsung terhadap fitur – fitur kelurusan
morfologi, dalam hal ini lembah karst dan daerah aliran sungai.
Analisis karakterisasi kelurusan morfologi di ukur dengan menggunakan
diagram roset. Diagram roset dibuat secara manual dengan mempertimbangkan
kondisi geologi dan morfologi dengan interval 10o.
Densitas Kelurusan Morfologi
Setiawan (2011) perhitungan densitas kelurusan morfologi yang dilakukan
berupa perhitungan lineament point density yang bertujuan untuk mengetahui
konsentrasi dan pola penyebaran kelurusan morfologi (Kim et al. 2003 diacu
dalam Setiawan. 2011). Pengolahan data di lakukan menggunakan lineament
points density berbasis Sistem Informasi Geografi (SIG) yang bertujuan untuk
mengetahui konsentrasi dan pola penyebaran kelurusan – kelurusan morfologi
(Setiawan et al. 2008). Dalam analisis ini, satu garis kelurusan morfologi diwakili
oleh dua titik, yaitu pada bagian awal dan akhir sebuah kelurusan morfologi.

5

Gambar 3 Kiri : Metode perhitungan lineament count density dalam sebuah lingkaran.
Kanan : Susunan lingkaran pada setiap node dengan radius dan interval grid r.
(Kim et al. 2003 dalam Setiawan et al.2008) dimodifikasi .

Tabel 3 Atribut penilaian epikarst
No
1
2
3

Epikarst
Sangat berkembang (E1)
Perkembangan sedang (E2)
Sedikit atau tidak ada (E3)

Morfologi karst
Sinkholes atau doline
Daerah peralihan, lembah yang kering
Tidak ada analisis gejala karts, gejala
keretakan lama
Sumber : Doerfilger et.al. (1999) diacu dalam Bhirowo (2005) dimodifikasi

Skoring
4
3
1

Lapisan pelindung
Penilaian lapisan pelindung di lakukan dengan memberi penilaian
berdasarkan jenis tanah untuk mengetahui tingkat ketebalan setiap tanahnya.
Tabel 4 Atribut penilaian lapisan pelindung
Karakteristik
Lapisan Pelindung
Tanah Permeabilitas Tinggi

Tanah Permeabilitas Rendah

Pada lapisan tanah 0 - 20 cm
yang mempunyai ketebalan
kurang dari 1 m
Pada lapisan tanah 20 - 100
20 -100 cm berupa tanah
cm yang mempunyai
P2
Absent
ketebalan kurang dari 1 m
Lapisan tanah, 100 cm atau
lapisan tanah > 100 cm, dan
P3
100 - 200 cm berupa tanah
lapisan yang > 100 dengan
permeabilti yang rendah
Lapisan tanah > 100 cm dan
lapisan runtuhan yang tebal
Present P4
> 200 cm
dengan
daya
konduksi
hidrolik yang sangat lemah
Sumber : Doerfilger et.al. (1999) diacu dalam Bhirowo (2005)
P1

0 - 20 cm berupa tanah

Skoring
1

2

3

4

6

Gambar 4 Bagan alur pembuatan peta lapisan pelindung.
Kondisi infiltrasi
Data kondisi infiltrasi berupa jenis tutupan lahan berdasarkan Citra Lansat
ETM 7 Mei tahun 2012 wilayah sukabumi path/row : 122/065. Peta tutupan lahan
di subset berdasarkan Peta Kawasan Karst Cibodas yang mewakili setiap tipe jenis
lahan.
Tabel 5 Atribut penilaian penutupan lahan
No
1.
2.
2.
3.
4.
5.
Sumber : Bhirowo (2005)

Jenis Penutupan Lahan
Hutan
Perkebunan
Tegalan
Semak
Sawah
Permukiman

Skoring
4
3
3
2
2
1

Gambar 5 Bagan alur pembuatan peta penutupan lahan

Sistem perguaan
Dalam penilaian atribut ini dilihat secara langsung percelahan yang terdapat
disetiap gua dan perhitungan point density.
Tabel 6 Atribut penilaian sistem perguaan.
Sistem Karst
Karakteristik Kondisi
Perkembangan sistem perguaan bagus (K1)
Percelahan Gua Banyak
Perkembangan sistem perguaan Jelek (K2)
Percelahan Gua Sedikit
Percampuran atau percelahan aquifer (K3)
Daerah bukan karst
Sumber : Doerfilger et.al. (1999) diacu dalam Bhirowo (2005) dimodifikasi

Skoring
3
2
1

7

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kawasan Karst Cibodas merupakan kawasan karst yang terletak di
Kabupaten Sukabumi Selatan dengan koordinat 106o25 – 106o50 BT dan 7o10 –
7o30 LS. Secara Administratif Kawasan Karst Cibodas terletak di 7 kecamatan,
yaitu Kecamatan Cimanggu, Jampang Kulon, Cibitung, Surade, Ciracap,
Kalibunder, dan Tegalbuleud. Daerah ini merupakan daerah dataran dan
perbukitan yang memanjang ke arah timur dan berada pada level elevasi 0 - 617
mdpl dengan kelerengan 2 - 5% dan 5 - 15%. %. Jenis tanah yang berada di
kawasan ini seperti Aluvial, Latosol, Mediteran, Pedsol Merah Kuning, dan
Regosol.
Formasi batuan sedimen daerah penelitian terdiri dari Formasi Cibodas
(Tmci) berumur Miosen - Pliosen yang menandakan akan umur miosen Akhir dan
lingkungan neritik hingga litoral dengan ketebalan maksimum sekitar 250 meter.
Endapan Pantai Citanglar (Qpcb) berumur Holosen dengan terdiri dari pasir,
lempung pasiran, lempung dan kerikil dengan lensa pasir titanomagnetik. Bagian
atas Formasi Bentang (Tmbu) berumur Miosene - Pliosen yang menandakan umur
Miocen akhir hingga Pliocene dan lingkungan neritik dengan ketebalan
maksimum sekitar 350 meter. Anggota Ciseureuh daripada Formasi Jampang
(Tmja) dengan aliran Andesit dan Basal yang sebagian di daerah sungai Ciseureuh
dan Cikaso. Anggota Cikarang daripada Formasi Jampang (Tmjc) dengan fosil
yang di kenali oleh lemigas juga menandakan akan umur Miosen awal atau akhir
Te dan lingkungan neritik. Satuan ini menindih tak selaras Formasi Ciletuh (Tecl)
dengan tebal keseluruhan sekitar 2500 m.
Kawasan Karst Cibodas terdiri dari wilayah lahan kering yang luas, saat
ini sebagaian besar merupakan wilayah perkebunan, tegalan dan hutan. Suhu
udara 26 – 27 oC dengan kelembaban udara 90%. Curah hujan di lokasi penelitian
3000 – 4500 mm/tahun.

Gambar 6 Kondisi umum penelitian
Parameter Kuantitatif Dampak yang ditimbulkan Faktor Pelindung
Interpretasi Kelurusan Morfologi
Interpretasi yang di lakukan menggunakan Citra Digital Elevation Model
(DEM) yang di overlay dengan peta jaringan aliran sungai dibagi menjadi 2

8
bagian yaitu barat dan timur. Kelurusan – kelurusan yang ada berdasarkan analisis
menggunakan diagram roset menunjukkan pola yang beragam. Interpretasi
kelurusan berhasil mendeteksi 2142 pola kelurusan.
Tabel 7 Orientasi kelurusan morfologi
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Interval (°)
0 - 10
11 - 20
21 - 30
31 - 40
41 - 50
51 - 60
61 - 70
71 - 80
81 - 90
Total

NW
122
152
176
200
299
188
189
148
162
1636

Barat (NW)
%
7.46
9.29
10.76
12.22
18.28
11.49
11.55
9.05
9.90
100

NE
60
23
12
27
38
39
62
57
188
506

Timur (NE)
%
11.86
4.55
2.37
5.34
7.51
7.71
12.25
11.26
37.15
100

Hasil identifikasi interpretasi kelurusan morfologi menunjukkan bahwa
persentase orientasi kelurusan di Kawasan Karst Cibodas, arah kelurusan yang
paling dominan di sebelah barat memiliki arah kelurusan antara barat laut sampai
tenggara (N 41 o – 50 oW) sebesar 18.28% dan di sebelah timur lebih
mencerminkan arah dominan kelurusan antara barat sampai timur (N 81o – 90 oE)
sebesar 37.15%. Identifikasi interpretasi kelurusan menunjukkan bahwa pola
aliran sungai bawah tanah dominan berarah dari barat laut sampai tenggara dan
dari Barat sampai Timur (Gambar 7). Sukamto (1990) arah orientasi kelurusan
yang ditunjukan arah kelurusan dari barat sampai timur tersebut mencerminkan
arah kelurusannya.

Gambar 7 Diagram roset orientasi kelurusan morfologi kawasan karst cibodas

Gambar 8 Interpretasi kelurusan morfologi kawasan karst
9

10
Densitas Kelurusan Morfologi
Peta densitas kelurusan morfologi dapat diketahui dari perhitungan
lineameant point density dengan interval 1 km. Preferensi densitas menurut
Setiawan (2011), analisis densitas kelurusan dilakukan dengan radius lingkaran
dan interval grid 1 km. .Peta densitas tersebut selanjutnya diklasifikasi menjadi 3
kelas.
Tabel 8 Densitas dan penyebaran gua karst
No
1.
2.
3.

Densitas Kelurusan (/km2)

Luas Area
Densitas (ha)

0 – 10
10 – 20
20 – 30

688123
214575
39010

Jumlah Titik Gua yang
masuk
Berair
Kering
2
2

60
1

22
-

Hasil identifikasi lineamenat point density dapat diketahui bahwa nilai
maksimum dari 20 sampai 30 /km2 seluas 39010 ha dan sekitarnya sedangkan
nilai minimum dari 0 sampai 10 /km2 dengan luas area 688123 ha. (Gambar 9).
Zona peningkatan densitas kelurusan menunjukkan pola yang tidak teratur dan
berada pada level > 10 /km2. Keberadaan 87 gua karst di Kawasan Karst Cibodas
sebagian besar 60 gua berair dan 22 gua yang kering terletak pada zona densitas
kelurusan 10 sampai 20 /km2. Densitas kelurusan 0 – 10 /km2 terdapat 2 gua
berair dan 2 gua kering. Densitas kelurusan 20 sampai 30 /km2 terdapat 1 gua
berair berupa singhole. Berdasarkan hal tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa
kemunculan gua berair dan gua kering di daerah penelitian berada pada zona
dengan densitas kelurusan 10 sampai 20 /km2 artinya gua karst tersebut sangat
dipengaruhi oleh keberadaan daerah resapan yang terdapat di kawasan karst.
Hasil observasi di daerah penelitian berhasil mengidentifikasi 63 gua
berair yang aliran air yang mengalir ke luar mulut gua sekitar masing – masing
gua. Keberadaan mata air karst di Kawasan Karst Cibodas dimanfaatkan secara
langsung oleh masyarakat baik untuk mandi, air minum, mencuci, bahkan untuk
mengairi daerah pertanian. Lokasi kemunculan gua berair atau mata air karst
sebagian besar berada di dekat dengan sungai besar seperti Sungai Muara Sodong,
Sungai Cikaso, dan Sungai Ciseureuh. Zona densitas kelurusan tinggi (> 20 /km2)
memiliki korelasi dengan zona kering yang berfungsi sebagai daerah imbuhan air
tanah dan berfungsi juga sebagai daerah resapan air tanah utama yang
mengendalikan besarnya debit mata air karst di daerah penelitian (Setiawan et al.
2008). Upaya identifikasi daerah resapan sebagai dasar untuk pelestarian
ketersedian sumber mata air di daerah penelitian sangat penting dari segi kualitas
dan kuantitas (Setiawan 2011).

Gambar 9 Peta densitas kelurusan morfologi

11

12
Epikarst
Daerah resapan epikarst di dapat berdasarkan peta densitas kelurusan
tinggi ( > 20 /km2). Secara umum zona potensi resapan air di daerah penelitian di
bagi menjadi 3 zona. Setiawan (2011) zona resapan yang berada pada elevasi 500
sampai 1200 mdpl yang merupakan daerah resapan yang bersifat lokal.
Pembagian zona potensi resapan 1 terletak di sekitar bagian barat daya dan utara,
zona resapan 2 terletak di bagian barat daya dan utara, dan zona resapan 3 terletak
di bagian utara. Resapan air karst berada pada zona kelurusan tinggi > 20 /km2
sehingga densitas tinggi mengendalikan debit maksimum.
Tabel 9 Zona resapan epikarst
No
1
2
3

Kelas
Kelurusan
sedikit
Kelurusan
sedang
Kelurusan
tinggi

Densitas
Kelurusan
(r/km2)

Luas Zona Resapan
(ha)

Epikarst

0 - 10

688123

Perkembangan Sedikit

10 - 20

214575

Perkembangan Sedang

20 - 30

39010

Sangat Berkembang

Zona resapan merupakan zona kering yang berfungsi sebagai daerah resapan
air tanah utama yang mengendalikan debit air di kawasan karst (Setiawan. 2011).
Analisis pola dan densitas kelurusan morfologi menunjukkan bahwa air karst di
daerah penelitian dikelompokkan menjadi 3 zona (Gambar 10), yaitu zona resapan
1 yang terletak pada rentang elevasi 0 sampai 57 mdpl atau berada di bagian
sukabumi selatan. Zona resapan 2 yang terletak di sekitar bagian tengah
memanjang hingga utara, berada pada rentang elevasi 57 sampai 296 mdpl, dan
zona resapan 3 yang terletak di sekitar bagian utara daerah penelitian berada pada
elevasi 341 sampai 615 mdpl. Potensi daerah resapan air karst di daerah penelitian
berada pada elevasi 57 sampai 296 mdpl dengan morfologi berupa lembah karst
dan keberadaan sinkholes.

Gambar 10 Penampang geologi posisi keberadaan gua karst daerah penelitian

13

Gambar 11 Peta konseptual zona resapan epikarst di kawasan karst cibodas

14
Lapisan Pelindung
Pada atribut lapisan pelindung di lakukan analisis berupa klasifikasi jenis
tanah yang berada di Kawasan Karst Cibodas. Kawasan Karst Cibodas memiliki 5
jenis tanah dengan kedalaman tanah 20 sampai 150 cm yang tersebar di seluruh
daerah penelitian dengan kondisi lembah yang berair dan kering.
Tabel 10 Lapisan pelindung
No
1
2
3
4
5

Jenis Tanah
Latosol
Regosol
Podsolik Merah Kuning
Mediteran
Aluvial

Kedalaman Tanah
> 150 cm
20 - 40 cm
30 - 60 cm
60 - 150 cm
20 - 40 cm

Hasil identifikasi peta lapisan pelindung di Kawasan Karst Cibodas dapat
diketahui bahwa lapisan pelindung di kawasan karst terdapat berbagai macam
jenis lapisan pelindung tanah yaitu Aluvial, Letosol, Mediteran, Podsolik Merah
Kuning, dan Regosol. Tanah Aluvial berasal dari endapan baru berlapis – lapis
dengan bahan organik yang jumlahnya berubah tidak teratur dengan
kedalamannya, dan memiliki kandungan pasir kurang dari 60%. Tanah Regosol
bertekstur kasar dengan kadar pasir lebih dari 60%. Tanah Latosol memiliki kadar
liat lebih dari 60%, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan
batas horizon yang kabur, dan solum tanah lebih dari 150 cm. Podsolik Merah
Kuning dan tanah Mediteran merupakan jenis tanah lahan kering dengan horizon
penimbunan besi (Hardjowigeno 2007).
Kedalaman tanah mengindikasikan bahwa daerah tersebut memiliki
tingkat kerawanan terhadap pencemaran. Menurut Bhirowo (2005) kedalaman
tanah yang lebih dari 100 cm merupakan lapisan tanah yang masih bisa
memberikan perlindungan dengan mencegah aliran permukaan.

Gambar 12 Peta lapisan pelindung

15

16
Kondisi Infiltrasi
Peta penutupan lahan di Kawasan Karst Cibodas dibuat menggunakan
Citra Lansat ETM 7 Path/Row 122/065 pada bulan Agustus 2012. Citra tersebut
selanjutnya diklasifikasikan menjadi 7 kategori yaitu tidak ada data (stripping,
awan, dan bayangan awan), hutan, perkebunan, tegalan, sawah, permukiman,
semak (lahan terbuka). Persentase dari overall classification accuracy adalah
87.34%.
Tabel 11 Luas tipe tutupan lahan di kawasan karst cibodas
No
1
2
3
4
5
6
7

Tipe Penutupan Lahan
Tidak ada data
Hutan
Perkebunan
Tegalan
Sawah
Permukiman
Semak

Luas (ha)
61893.43
4931.93
8381.50
5521.05
4251.33
620.62
421.38

Hasil identifikasi peta tutupan lahan menunjukkan bahwa Kawasan Karst
Cibodas paling luas terdapat tutupan lahan perkebunan yaitu seluas 8381.50 ha
(Tabel 11). Keberadaan di kawasan karst ini didominasi oleh lahan perkebunan
kelapa dan karet yang tersebar di seluruh Kawasan Karst Cibodas.
Kawasan hutan bukit kapur adalah hutan yang tumbuh pada batuan kapur
yang mengandung karbonat kalsium yang mudah larut oleh air hujan yang
membentuk morfologi yang khas (Achmad 2011). Kawasan hutan bukit kapur di
Indonesia umumnya di temukan pada wilayah ketinggian kurang dari 1200 meter.
Hutan yang berada di Kawasan Karst Cibodas terdiri dari hutan alam dan hutan
tanaman. Hutan alam yang berada di Kawasan Karst Cibodas terletak di sekitar
lembah muara sodong yang didominasi dengan vegetasi campuran. Hutan di bukit
kapur dicirikan oleh keanekaragaman jenis pohon yang lebih kecil dibandingkan
dengan hutan dataran rendah, meskipun jumlah jenis tumbuhan di hutan bukit
kapur diperkirakan kurang lebih sama dengan hutan dataran rendah (Achmad
2011). Faktor yang mempengaruhi perbedaan tingkat keanekaragaman tersebut
adalah karena tingginya kadar kalsium dalam tanah yang tidak dapat di tahan oleh
berbagai pohon lainnya (Whitten et al. 1987 diacu dalam Achmad 2011). Hutan
tanaman di Kawasan Karst Cibodas seperti adanya pohon sengon (Paraserianthes
falcataria) yang dimiliki oleh sebagian masyarakat dan terdapat hutan tanaman
jati (Tectona grandis) yang dimiliki oleh Perhutani Sukabumi yang berada di
Kawasan Karst Cibodas.
Lahan pertanian berupa tegalan dan sawah berada di sekitar permukiman
masyarakat yang sangat membutuhkan aliran air untuk lahan pertanian dan
kebutuhan sehari - hari. Kawasan karst merupakan daerah yang kering dan tandus
sehingga penduduk yang tinggal di daerah tersebut mengalami kekurangan air,
terutama di musim kemarau (Setiawan et al. 2008)
Vegetasi dan organisme lain mempengaruhi dalam proses karstsifikasi
batuan karbonat sehingga berkembang menjadi karst (Achmad 2011). Semakin
lebat suatu tutupan vegetasi maka peranannya terhadap proses karstsifikasi
semakin besar sebagai akibat dari produksi bahan organik dalam menghasilkan
asam lemah (Achmad 2011).

Gambar 13 Peta penutupan lahan

17

18
Sistem Perguaan
Peta densitas penyebaran gua diperlukan untuk mengelompokan
karakteristik gua yang memiliki percelahan gua yang di hitung berdasarkan point
density radius 1 km. Perkembangan sistem jaringan gua dilakukan dengan
melakukan pengamatan secara langsung dilapangan berdasarkan pembagian di
berbagai ketinggian penyebaran gua karst. Karakteristik pengembangan jaringan
karst dilakukan berdasarkan poros vertikal atau rongga terbuka yang mengarah ke
mulut gua itu tidak selalu ditemukan di daerah permukaan tangkapan karst
(Doerfilger et al. 1999). Karakteristik jaringan karst hanya sebatas perkiraan
jaringan gua dengan membagi menjadi 3 karakteristik yaitu percelahan banyak
(k1), percelahan sedikit (k2), dan daerah bukan karst (k3).
Tabel 12 Karakteristik gua karst
No
1.
2.

Point Density
(/km2)
0-1
1 - 15

Titik Penyebaran
Gua Karst
7
80

Karakteristik Gua
Percelahan Sedikit
Percelahan Banyak

Hasil identifikasi titik penyebaran gua karst terhadap karakteristik gua
menunjukkan bahwa di Kawasan Karst Cibodas yang paling sedikit berada di
sebelah utara pada densitas 0 sampai 1 /km2 dengan karakteristik sebanyak 7 gua
yang memiliki percelahan berupa rongga bawah tanah yang sedikit di dalam gua
(Tabel 13). Densitas 1 sampai 15 /km2 merupakan gua yang memiliki karakteristik
percelahan gua yang banyak. Jaringan terebut terhubung antara satu gua dengan
gua yang lain di dalam satu ketinggian yang sama. Sistem aliran sungai bawah
tanah terletak mengikuti sistem percelahan lorong – lorong gua mengalir ke
jaringan lorong gua yang lain dan keluar berupa mata air karst dan sungai.
Peta penyebaran gua (Gambar 14) memperlihatkan sebaran gua yang paling
banyak ditemukan terletak di bagian utara kawasan karst yaitu di daerah
Kecamatan Jampang Kulon dan Kecamatan Kalibunder dengan karakteristik gua
horizontal berair dan kering. Di Kecamatan Cibitung, gua yang di temukan secara
menyebar di setiap desa dengan karakteristik gua horizontal yang berair, kering,
dan terdapat 2 gua vertikal yang terdapat di kawasan hutan dengan kedalaman
singhole sekitar 20 meter.
Di Kawasan Karst Cibodas terdapat 1 gua yang sudah dikelola oleh
Pemerintah daerah sebagai gua wisata salah satunya yaitu gua obing atau
masyarakat biasa menyebutnya dengan gua sumur jero yang terletak di
Kecamatan Surade. Gua Obing mempunyai panjang kedalaman gua lebih dari 200
meter yang memiliki 3 mulut gua dengan rongga bawah tanah yang menyebar di
dalam gua. Di dalam gua tersebut terdapat (stalaktit, stalakmit, flow stone,
gourdam, dan pilar).
Beberapa gua lain yang berada di Kawasan Karst Cibodas mayoritasnya
merupakan gua horizontal alam yang sudah dikelola secara pribadi oleh
masyarakat sekitar. Keberadaan gua – gua tersebut dimanfaatkan sumber daya
alamnya seperti pengambilan sarang burung walet, perburuan ular, dan
pemanfaatan sumberdaya airnya. Perlindungan disetiap gua yang sudah dilakukan
oleh masyarakat sekitar adalah dengan membuat pintu disetiap mulut guanya.

Gambar 14 Peta penyebaran gua karst

19

20
Tingkat Mudah Tercemar Air Karst
Tingkat mudah tercemar diketahui dengan mengidentifikasi faktor
perlindungan dengan asumsi semakin terdapat adanya lapisan pelindung maka
daerah tersebut memiliki dampak pencemaran yang semakin kecil oleh beberapa
faktor EPIK (Doerfilger et al. 1999). Hasil pembobotan akhir dapat dilihat pada
(Tabel 14). Pada pembobotan ini diketahui bahwa epikarst dan kondisi infiltrasi
memiliki bobot nilai yang paling tinggi yaitu 3,00. Hal ini disebabkan kedua
variabel tersebut merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi siklus
aquifer karst. Berdasarkan model faktor pelindung, maka di buat kelas faktor
tingkat mudah tercemar dengan membuat skoring terhadap masing – masing
variabel seperti pada (Tabel 14) . Nilai skoring dibuat berdasarkan preferensi yang
mempengaruhi faktor pelindung.
Tabel 13 Total skor faktor pelindung
No
1

Variabel
Epikarst

2

Lapisan Pelindung

3

Kondisi Infiltrasi

4

Sistem Perguaan

Kelas
0 - 10 /km2
10 - 20 /km2
20 - 30 /km2
0 - 20 cm
20 - 100 cm
100 - 200 cm
> 200 cm
Permukiman
Sawah
Semak
Tegalan
Perkebunan
Hutan
0 - 1 /km2
1 - 15 /km2

Skor
1
3
4
1
2
3
4
1
2
2
3
3
4
2
3

Hasil total pembobotan menunjukan nilai maksimum yaitu 30 dan nilai
minimum yaitu 6 yang diperoleh dari perhitungan total skoring dari masing –
masing atribut. Kelas area kerentanan di buat sebanyak 4 kelas yaitu kerentanan
sangat tinggi (S1), kerentanan tinggi (S2), kerentanan sedang (S3) dan kerentanan
rendah (terletak di daerah tangkapan air). Selang faktor perlindungan kelas area
kerentanan yang disajikan pada (Tabel 15). Hasil penilaian skor atribut epikast
dengan kelurusan tinggi ( > 20 /km2) merupakan penilaian tertinggi dalam
bentukan morfologi keberadaan singhole karena epikarst tersebut sangat
mempengaruhi salah satu zona resapannya. Penilaian atribut lapisan pelindung
karakteristik jenis tanah memiliki kedalaman antara 20 sampai 100 cm berupa
tanah dengan skor penilaian 2, sedangkan kedalaman tanah antara 60 sampai 150
cm berupa tanah dengan skor penilaian 3. Penilain atribut kondisi infiltrasi
memiliki penutupan lahan skor yang paling tinggi berupa hutan dengan hasil skor
yaitu 4, sedangkan penutupan lahan yang paling kecil yaitu permukiman dengan
hasil skor yaitu 1. Dalam penilaian atribut sistem perguaan karakteristik gua karst
yang berada di kawasan karst cibodas memiliki percelahan gua yang banyak
dengan skor penilaian 1. Kondisi percelahan gua tersebut di pengaruhi oleh jenis

21
batuan dan keberadaan sungai bawah tanah yang mengalir ke setiap masingmasing mulut gua.
Tabel 14 Luas area kawasan karst yang mudah tercemar
No
1
2
3
4

Selang Faktor
Perlindungan (F)
< 19
20 s/d 25
> 25
Keberadaan daerah
P4 (Tabel 4)

Area Kerentanan

Area Perlindungan

Luas (ha)

Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah

S1
S2
S3

17767.6
5784.03
369.63

Terletak di daerah
tangkapan air

-

Hasil parameter yang memuat tingkat kerawanan tercemar air karst untuk
faktor perlindungan di kawasan karst cibodas memiliki tingkat kerawanan sangat
tinggi (S1) yang lebih luas yaitu 17767.6 ha. Kawasan kerentanan sangat tinggi
(S1) artinya secara umum kawasan tersebut memiliki zona resapan berupa lembah
karst artinya daerah tersebut masih dapat terkena kontaminan dari luar karena
adanya percelahan berkembang yang memudahkan masuknya kontaminan
(Bhirowo, 2005). Atribut lain yang berpengaruh adalah kondisi infiltrasi yang
secara umum daerah ini merupakan kawasan hutan, perkebunan kelapa dan
perkebunan karet artinya kawasan karst ini masih terdapat tutupan lahan yang
berfungsi untuk melindungi lapisan pelindung dari air permukaan yang dapat
mengikis tanah sehingga kontaminan yang ada dapat disaring secara langsung
yang mengakibatkan kawasan karst tersebut tidak mudah tercemar. Pada beberapa
daerah yang terdapat adanya aktifitas manusia seperti permukiman, lahan
pertanian (sawah dan tegalan) merupakan salah satu yang berpengaruh terhadap
tercemarnya air karst. Limbah yang dihasilkan oleh aktifitas manusia seperti
pembuangan sampah rumah tangga cair maupun padat, penggunaan pupuk kimia
pada lahan pertanian akan berdampak kepada siklus aquifer karst. Kawasan Karst
Cibodas memiliki sistem jaringan percelahan gua yang sangat banyak artinya
sungai bawah permukaan yang berada di sistem perguaan karst itu memiliki
pengaruh terhadap adanya kontaminan yang masuk karena di kawasan karst
cibodas ini, gua karst memiliki interaksi secara langsung dengan masyakarat
dalam hal ancaman secara langsung maupun tidak langsung dengan pemanfaatan
hasil sumberdaya. Pada dasarnya ancaman langsung merupakan proses perusakan
ekosistem karst, baik kegiatan yang hanya merusak sumberdaya biologi saja,
maupun kegiatan perusakan terhadap habitat fisik atau habitat dan sumber daya
biologi (Achmad 2011). Pengrusakan daerah resapan dengan pembuangan limbah
rumah tangga dan penggunaan pupuk pestisida mengakibatkan ancaman terhadap
resiko pencemaran sistem jaringan sungai bawah tanah sehingga perlindungan
terhadap daerah resapan sangatlah penting.

Gambar 15 Peta tingkat kerawanan pencemaran air karst

22

23

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Kawasan Karst Cibodas menunjukkan pola kelurusan dengan arah barat laut
sampai tenggara ( N 41o – 50 oW) dan di sebelah timur dengan arah
kelurusan antara barat sampai timur (N 81o – 90 oE).
2. Faktor pelindung merupakan skor yang menentukan kerawanan terhadap
pencemaran air karst. Terdapat 3 area kerawanan tercemar antara lain
kerawanan tercemar sangat tinggi 17767.6 ha, tercemar tinggi yaitu 5784.03
ha, dan tercemar sedang yaitu 369.63 ha.
Saran
1. Perlu dilakukan inventarisasi zona karakterisasi epikarst sesuai dengan
kebutuhan tidak langsung lebih baik menggunakan metode seperti tes
infiltrasi, tes pelacak buatan dan geofisika.
2. Perlu dilakukan pengukuran debit air di masing – masing sumber mata air
karst untuk mengetahui jumlah air yang tersimpan di kawasan karst.
3. Karakteristik tanah dan pelindung penutup juga harus di perlukan uji KTK
(Kapasitas Tukar Kation) untuk menguji indikator uji tercemar.

24

DAFTAR PUSTAKA
Achmad A. 2011. Rahasia Ekosistem Hutan Bukit Kapur. Surabaya (ID): Brilian
Internasional.
Adji TN. 2009. Karakterisasi Pelepasan Komponen Aliran Pada Akuifer
Berbatuan Gamping Secara Spasial Untuk Penentuan Aliran Mantap Di
Kawasan Sulit Air Karst Gunung Sewu Kabupaten Gunung Kidul
[Disertasi]. Yogyakarta (ID): Fakultas Geografi. UGM. Yogyakarta.
Bhirowo A. 2005. Pemetaan Daerah Mudah Tercemar di Kawasan Karst Dengan
Pendekatan Multi Atribut dan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus di
Kawasan Karst Sangkulirang – Mangkaliat Kaltim) [Skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
Doerfliger N. Jeannin PY. Zwahlen F. 1999. Water vulnerability Assesment In
Karst Environment : A New Method of Defining Protection Areas Using A
Multi-attribut Approach And GIS Tools (EPIK Method). Environmental
Geology. Volume 39: 165. [31 November 2012].
Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.
Nasution AI. 2008. Pengelolaan Kawasan Karst dan Prinsip Pembangunan
Berkelanjutan. Keprihatinan Atas Pengelolaan Lingkungan Di Aceh
[Internet]. [27 Mei 2013].
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No 17
2012. Tentang Penetapan Kawasan Bentang Alam Karst.
Setiawan T. 2011. Deleniasi Kelurusan Morfologi Sebagai Dasar Untuk
Menetukan Zona Potensi Resapan Mata Air Kars Di Daerah Luwuk,
Sulawesi Tengah. Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of
Environmental geology). Volume 21: 2 Agustus : 105 – 116.
Setiawan T. Brahmantyo B. Irawan D E. 2008. Analisis Kelurusan Morfologi
Untuk Interpretasi Sistem Hidrogeologi Kars Cijulang, Kabupaten Ciamis,
Provinsi Jawa Barat [Prosiding]. Bandung (ID): Pusat Lingkungan
Geologi. Badan Geologi.
Situs Resmi Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Sukabumi. 2011.
[bppt.kabupatensukabumi.go.id].
Sukamto R. 1990. Geologi Lembar Jampang dan Balekambang, Jawa Barat.
Departemen Pertambangan dan Energi. Direktorat Jenderal Geologi dan
Sumber daya Mineral (ID). Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

25

LAMPIRAN

26
Lampiran 1 Hasil Uji Akurasi
Class Name

id

----------

----------

Reference

Classified

Number

Producers

Users

Totals

Totals

Correct

Accuracy

Accuracy

----------

----------

-------

---------

-----

Luas
Tutupan
Lahan
(ha)

No data

0

1

1

1

---

---

61893.43

Hutan

1

13

13

13

100.00%

100.00%

4931.93

Perkebunan

2

14

16

14

100.00%

87.50%

8381.50

Tegalan

3

13

18

11

84.62%

61.11%

5521.05

Sawah

4

16

12

11

68.75%

91.67%

4251.33

Permukiman
Semak/Lahan
Terbuka

5

14

11

11

78.57%

100.00%

620.62

6

8

8

8

100.00%

100.00%

421.38

Sungai
Awan/bayangan
Awan

7

0

0

0

0

0

67.19

0

0

8

Totals

Overall Classification Accuracy =

0

0

0

79

79

69

87.34%
----- End of Accuracy Totals -----

Lampiran 2 Tally sheet orientasi kelurusan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Interval (°)
0 - 10
11 - 20
21 - 30
31 - 40
41 - 50
51 - 60
61 - 70
71 - 80
81 - 90
Total

Barat (NW)
NW

%

208.82
24403.82

Timur (NE)
NE
%

27

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 5 Desember 1989.
Penulis merupakan Putra pertama dari tiga bersaudara
pasangan Bapak Asep Suherman Kasmita dan Ibu Euis
Rohayati. Pendidikan formal di tempuh di SD Negeri 4
Dramaga, SMP Negeri 1 Dramaga, dan SMA Negeri 1
Ciampea. Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai
mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI
(Undangan Seleksi Mahasiswa IPB) dan tahun 2009 penulis
tercatat sebagai mahasiswa Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan
IPB. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif sebagai pengurus Biro
Kekeluargaan dalam Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata (HIMAKOVA) dan menjadi ketua Kelompok Pemerhati Gua
Himakova periode 2010-2011.
Kegiatan-kegiatan yang pernah penulis ikuti selama berada di IPB
diantaranya Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di
Cagar Alam Gunung Burangrang, Jawa Barat (2010), Espedisi situs hunian purba
di Gua Pawon (2009), Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Cagar
Alam Sancang-Kamojang (2010), Praktik Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan KPH
Cianjur (2011), ekspedisi Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman
Nasional Kerinci Seblat, Jambi (2011), dan Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP)
di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulsel (2012). Sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, penulis melaksanakan
penelitian di Kabupaten Sukabumi dengan judul “Pemetaan Daerah Resiko
Mudah Tercemar dengan Pendekatan Multiatribut dan SIG di Kawasan Karst
Cibodas Sukabumi Selatan” di bawah bimbingan Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo,
MSc. dan Dr Ir Budi Brahmantyo, MSc.