Pengaruh Frekuensi Penyiraman pada Fase Bibit terhadap Pertumbuhan Bibit dan Dampaknya pada Pertumbuhan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.).

1

PENGARUH FREKUENSI PENYIRAMAN PADA FASE BIBIT
TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT
DAN DAMPAKNYA PADA PERTUMBUHAN TANAMAN
JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

FIET SYOFYANTI
A24061428

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Pengaruh Frekuensi Penyiraman pada Fase Bibit
terhadap Pertumbuhan Bibit dan Dampaknya pada Pertumbuhan
Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)
The Effect of Watering Frequency on Seedling Phase to the Seedling Growth
and Its Impact on Plant Growth of Jatropha (Jatropha curcas L.)
Fiet Syofyanti1, Endang Murniati2, Memen Surahman2

1
2

Mahasiswa, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

Staf Pengajar, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB
Abstract
The objective of the research was to determine the effect of watering

frequency on the growth of seedlings in the three genotypes of Jatropha (Jatropha
curcas L.), and the effects of watering frequency on seedling phase to the plants
growth in the field. This research was conducted in the greenhouse, in the soil
physics laboratory, and in the experimental field of Cikabayan, IPB Dramaga,
Bogor, from March to December 2010. First experiment was used Randomized
Complete Block Design (RKLT) with 2 factors, namely the frequencies of watering
(5, 8, and 11 watering days) and genotypes of Jatropha (Biak, Bengkulu, and
Bogor). Second experiment was used Randomized Complete Block Design with 1
factor, namely genotypes of Jatropha from the first experiment. The result of
green house experiment showed that the watering frequency were affected plant
height at 2 - 12 weeks after treatment (WAT), the number of leaves at 2 WAT, and

the diameter of stem at 4 - 12 WAT. The genotypes only affected on the diameter
of stem at 4 - 12 WAT and the number of leaves at 2 WAT. The interactions
between watering frequency and genotype treatments was no effect on all
variables. The three genotypes of Jatropha were observed (Biak, Bengkulu, and
Bogor) had almost the same resistance to frequency of watering treatment. The
best watering intervals at three genotypes of Jatropha in this research was the
frequency of 8 watering days. The result of field experiment showed that the
genotype treatment only affected on the diamater of stem at 2 WAT. The impact of
watering frequency on all three genotypes of jatropha were not visible on plant
growth in the field, both of vegetative and generative phases.

2

RINGKASAN

FIET SYOFYANTI. Pengaruh Frekuensi Penyiraman pada Fase Bibit
terhadap Pertumbuhan Bibit dan Dampaknya pada Pertumbuhan Tanaman
Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). (Dibimbing oleh ENDANG MURNIATI
dan MEMEN SURAHMAN).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi penyiraman

dan genotipe terhadap pertumbuhan bibit tiga genotipe jarak pagar (Jatropha
curcas L.) dan dampak frekuensi penyiraman pada fase bibit terhadap
pertumbuhan tanaman di lapangan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret
sampai Desember 2010 di Rumah Kaca, di Kebun Percobaan Cikabayan dan di
Laboratorium Fisika Tanah IPB, Dramaga, Bogor.
Penelitian ini terdiri atas dua percobaan. Percobaan pertama dilakukan di
rumah kaca dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
(RKLT), dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah frekuensi
penyiraman yang terdiri atas tiga taraf (5, 8, dan 11 hari). Faktor kedua adalah
genotipe jarak pagar yang terdiri atas tiga taraf (Biak, Bengkulu, dan Bogor).
Percobaan kedua dilakukan di lapangan dengan menggunakan Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor dan tiga ulangan. Faktor tersebut
yaitu tiga genotipe jarak pagar yang berasal dari perlakuan frekuensi penyiraman
pada percobaan pertama, sehingga terdapat sembilan perlakuan.
Benih jarak pagar yang digunakan adalah benih dari genotipe terbaik yang
dihasilkan pada penelitian Karakterisasi Jarak Pagar Lokal Berdasarkan Karakter
Morfologi dan Agronomi di PT. Indocement Citereup, Bogor. Pada percobaan
pertama, benih dibibitkan terlebih dahulu pada polybag berukuran 20 x 25 cm
selama 2 bulan di rumah kaca. Setelah berumur 2 bulan, bibit dipindahkan ke
polybag berukuran 50 x 60 cm. Bibit disiram sesuai dengan perlakuan frekuensi

penyiraman yaitu setiap 5 hari, 8 hari, dan 11 hari. Perlakuan diberikan setelah
bibit dibiarkan pada kondisi kapasitas lapang selama 2 minggu. Pengamatan
dilakukan terhadap beberapa tolok ukur yaitu tinggi bibit, jumlah daun, diameter
batang, jumlah cabang, kecepatan laju pertumbuhan bibit, dan laju pertumbuhan

3
spesifik bibit. Pada percobaan kedua, bibit yang sudah berumur 12 Minggu
Setelah Perlakuan (MSP) dipindahkan ke lapangan. Pengamatan dilakukan
terhadap tolok ukur tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, jumlah cabang,
jumlah malai per tanaman, jumlah buah panen, jumlah buah total, bobot buah, dan
bobot biji basah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada percobaan di rumah kaca,
perlakuan faktor tunggal frekuensi penyiraman berpengaruh terhadap tolok ukur
tinggi bibit pada 2 - 12 MSP, jumlah daun pada 2 MSP, dan diameter batang pada
4 - 12 MSP. Perlakuan faktor tunggal genotipe hanya berpengaruh terhadap tolok
ukur diameter batang pada 4 – 12 MSP dan jumlah daun pada 2 MSP. Interaksi
antara perlakuan frekuensi penyiraman dan genotipe jarak pagar tidak
berpengaruh terhadap semua tolok ukur yang diamati. Ketiga genotipe jarak pagar
yang diteliti (Biak, Bengkulu, dan Bogor) memiliki ketahanan yang hampir sama
terhadap perlakuan frekuensi penyiraman. Frekuensi penyiraman terbaik pada tiga

genotipe jarak pagar dalam penelitian ini adalah frekuensi penyiraman 8 hari.
Pada percobaan di lapangan, genotipe jarak pagar hanya berpengaruh
terhadap tolok ukur diameter batang pada 2 MST. Dampak frekuensi penyiraman
5, 8, dan 11 hari pada ketiga genotipe jarak pagar tidak terlihat pada pertumbuhan
tanaman di lapangan baik fase vegetatif (kecuali diameter batang pada 2 MST)
maupun fase generatif.

i

PENGARUH FREKUENSI PENYIRAMAN PADA FASE BIBIT
TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT
DAN DAMPAKNYA PADA PERTUMBUHAN TANAMAN
JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

FIET SYOFYANTI
A24061428


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

ii
Judul : PENGARUH FREKUENSI PENYIRAMAN PADA FASE BIBIT
TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT DAN DAMPAKNYA PADA
PERTUMBUHAN TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)
Nama : FIET SYOFYANTI
NRP

: A24061428

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Pembimbing I


Pembimbing II

Dr. Ir. Endang Murniati, MS.

Dr. Ir. Memen Surahman, M.Sc.Agr

NIP. 19471006 198003 2 001

NIP. 19630628 199002 1 002

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr.
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :

iii


RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Fiet Syofyanti, dilahirkan di Jakarta, Provinsi
DKI Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1987. Penulis merupakan anak kedelapan
dari delapan bersaudara dari Bapak Irwan Suyanto (Alm.) dan Ibu Sureni.
Tahun 2000 penulis lulus dari SD Nurul Iman Jakarta Utara, kemudian
pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di Pondok Pesantren Daar Al Ilmi
Serang, Banten. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 13 Jakarta pada tahun 2006.
Tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui
jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Kemudian pada tahun 2007
penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian.
Selama di IPB penulis aktif di beberapa organisasi. Tahun 2006 sebagai
koordinator divisi Informasi dan Komunikasi Ikatan Mushola Asrama TPB IPB.
Tahun 2007 sebagai staf divisi Eksternal HIMAGRON IPB, dan staf divisi
Informasi dan Komunikasi FKRD-A (Forum Komunikasi Rohis Departemen)
Fakultas Pertanian. Tahun 2008 sebagai staf divisi keputrian FKRD-A. Penulis
pernah ikut dalam kepanitiaan Festival Tanaman XXIX tahun 2008, dan
kepanitiaan MPD (Masa Perkenalan Departemen) tahun 2008. Penulis juga pernah

mendapatkan beasiswa YAAB ORBIT dari The Habibie Center pada semester 3
dan 4, serta beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) dari DIKTI pada
semester 5-7.

iv

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan, rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga skripsi yang
berjudul Pengaruh Frekuensi Penyiraman pada Fase Bibit terhadap
Pertumbuhan Bibit dan Dampaknya pada Pertumbuhan Tanaman Jarak
Pagar (Jatropha curcas L.) yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dapat
diselesaikan dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan karena terdorong oleh
keinginan penulis untuk mengetahui pengaruh frekuensi penyiraman dan genotipe
terhadap pertumbuhan bibit tiga genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.) dan
dampak frekuensi penyiraman pada fase bibit terhadap pertumbuhan tanaman di
lapangan. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca, di Kebun Percobaan IPB
Cikabayan, dan Laboratorium Fisika Tanah IPB, Dramaga, Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Endang Murniati, MS.

dan Dr. Ir. Memen Surahman, M.Sc.Agr. sebagai dosen pembimbing skripsi atas
arahan, bantuan, dukungan serta nasehat yang telah diberikan selama kegiatan
penelitian dan penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Endah Retno Palupi, MSc selaku dosen pembimbing akademik penulis
selama masa perkuliahan atas segala nasehat, bimbingan, dan bantuannya.
2. Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. selaku dosen penguji atas segala masukan,
nasehat serta bimbingannya kepada penulis selama ujian skripsi.
3. Kak Misnen dan Heru atas bantuan dan arahan selama penelitian di lapangan.
4. Bapak Milin dan Bapak Mamat sebagai teknisi kebun yang telah banyak
membantu selama pelaksanaan penelitian.
5. Kedua orangtua atas kasih sayang yang sangat besar serta dukungan baik moril
maupun materiil, do’a, dan motivasi yang tiada hentinya. Terima kasih pula
kepada semua kakak-kakakku yang telah memberikan masukan selama penulis
menyusun skripsi.
6. Sahabat-sahabat PMR SMA 13 terbaikku, Nani, Wulan, Titin, Silvi, Tikah,
Handri, Revi, dan Devi yang selalu memberikan keceriaan dalam kehidupanku.

v
7. Sahabat-sahabat D’maju com (257 Community), δindasari, Ina, Ayu, Tatay,

Najwa, Lingga, Efi, yang telah menemani dan selalu memberikan dorongan
kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi.
8. Teman-teman seperjuangan AGH’43, terutama Ratih, Yuli, Wuri, Pipit,
Febriani, Himma, Eka, Anif, Noni, Dita, dan Elizabeth yang terus
memberikan dorongan, masukan, dan bantuan kepada penulis selama
penulisan skripsi.
9. Teman-teman dari 94 Jakarta, Kak Rahmat, Kak Pram, Laksmi, Haflah, Kak
Irfan, dan kembar Rina - Rini yang selalu mendukung dan menyemangati
penulis selama penelitian dan penulisan skripsi.
10. Teman-teman NF-ers, Febri, Iin, Fani, Mba Neli, Mba Popi, Dj, dan Mba
Mega, yang telah menemani penulis selama penelitian.
11. Adik Privatku di SIMPLE, Fika, Bu Fitrah, dan Mba Iffah, yang telah
menemani dan mendoakan penulis selama penulisan skripsi.
12. Pihak-pihak yang telah membantu dalam kelancaran penelitian dan penulisan
skripsi ini.

Bogor, Maret 2012

Penulis

vi

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

ix

PENDAHULUAN ...................................................................................
Latar Belakang ......................................................................................
Tujuan ...................................................................................................
Hipotesis ...............................................................................................

1
1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................
Botani dan Tanaman Jarak Pagar ..........................................................
Budidaya Jarak Pagar ............................................................................
Kebutuhan Air untuk Pertumbuhan Tanaman ........................................
Karakteristik Tiga Genotipe Jarak Pagar Lokal ......................................

4
4
5
7
9

BAHAN DAN METODE ........................................................................
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................
Bahan dan Alat ......................................................................................
Metode Penelitian..................................................................................
Pelaksanaan Penelitian ..........................................................................

11
11
11
11
13

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................
Kondisi Umum ......................................................................................
Pengaruh Frekuensi Penyiraman dan Genotipe Jarak Pagar
terhadap Pertumbuhan Bibit di Rumah Kaca ........................................
Dampak Frekuensi Penyiraman Bibit Jarak Pagar terhadap
Pertumbuhan Tanaman di Lapangan ......................................................

18
18

31

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................
Kesimpulan ...........................................................................................
Saran .....................................................................................................

35
35
35

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

36

LAMPIRAN ............................................................................................

40

20

vii

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Karakteristik Tiga Genotipe Jarak Pagar Saat di Pembibitan
(Bibit Berumur 2 Bulan) ..................................................................

10

2. Karakteristik Tiga Genotipe Jarak Pagar Saat di Lapangan
(Tanaman Berumur 1.5 Bulan) .........................................................

10

3. Rekapitulasi Sidik RagamPengaruh Frekuensi Penyiraman dan
Genotipe Jarak Pagar terhadap Tolok Ukur yang Diamati.................

21

4. Rata-rata Nilai Tengah Pengaruh Faktor Tunggal Frekuensi
Penyiraman dan Genotipe terhadap Tolok Ukur Tinggi Bibit............

23

5. Rata-rata Nilai Tengah Pengaruh Faktor Tunggal Frekuensi
Penyiraman dan Genotipe terhadap Tolok Ukur Jumlah Daun ..........

26

6. Rata-rata Nilai Tengah Pengaruh Faktor Tunggal Frekuensi
Penyiraman dan Genotipe terhadap Tolok Ukur Diameter Batang ....

28

7. Rekapitulasi Sidik Ragam Dampak Frekuensi Penyiraman Bibit
Jarak Pagar terhadap Tolok Ukur yang Diamati ...............................

31

8. Rata-rata Nilai Tengah Dampak Frekuensi Penyiraman Bibit
Jarak Pagar terhadap Tolok UkurDiameter Batang ...........................

32

9. Rata-rata Nilai Tengah Hasil Produksi Tanaman Jarak Pagar............

33

viii

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Penyakit Witche’s Broom ................................................................

19

2. Penyakit Embun Tepung ..................................................................

19

3. Penyakit Bercak Daun .....................................................................

19

4. Bekas Gigitan Hama Belalang .........................................................

20

5. Penyakit Bercak Daun .....................................................................

20

6. Penurunan Kadar Air Media Perlakuan Frekuensi Penyiraman
11 Hari .............................................................................................

24

7. Penurunan Kadar Air Media Perlakuan Frekuensi Penyiraman
8 Hari ...............................................................................................

27

8. Penurunan Kadar Air Media Perlakuan Frekuensi Penyiraman
5 Hari ...............................................................................................

29

ix

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Hasil Analisis Kadar Air Tanah ......................................................

41

2. Penambahan Volume Air yang Dibutuhkan ....................................

42

3. Penambahan Volume Air yang Dibutuhkan (Lanjutan) ...................

43

4. Kadar Air pada Frekuensi Penyiraman 5 Hari .................................

44

5. Kadar Air pada Frekuensi Penyiraman 8 Hari .................................

45

6. Kadar Air pada Frekuensi Penyiraman 11 Hari ................................

45

7. Data Rata-rata Iklim Bulanan Tahun 2010 .....................................

46

8. Sidik Ragam Pengaruh Frekuensi Penyiraman dan Genotipe
terhadap Tolok Ukur Tinggi Bibit Jarak Pagar .................................

47

9. Sidik Ragam Pengaruh Frekuensi Penyiraman dan Genotipe
terhadap Tolok Ukur Jumlah Daun Bibit Jarak Pagar ......................

48

10. Sidik Ragam Pengaruh Frekuensi Penyiraman dan Genotipe
terhadap Tolok Ukur Diameter Batang Bibit Jarak Pagar ................

49

11. Sidik Ragam Dampak Frekuensi Penyiraman Bibit Jarak Pagar
terhadap Tolok Ukur Tinggi Bibit ..................................................

49

12. Sidik Ragam Dampak Frekuensi Penyiraman Bibit Jarak Pagar
terhadap Tolok Ukur Jumlah Daun .................................................

50

13. Sidik Ragam Dampak Frekuensi Penyiraman Bibit JarakPagar
terhadap Tolok Ukur Diameter Batang ...........................................

50

14. Sidik Ragam Dampak Frekuensi Penyiraman Bibit Jarak Pagar
terhadap Tolok Ukur Jumlah Cabang ..............................................

50

15. Sidik Ragam Dampak Frekuensi Penyiraman Bibit Jarak Pagar
terhadap Tolok Ukur Jumlah Malai per Tanaman ...........................

50

16. Sidik Ragam Dampak Frekuensi Penyiraman Bibit Jarak Pagar
terhadap Tolok Ukur Jumlah Buah Panen .......................................

51

17. Sidik Ragam Dampak Frekuensi Penyiraman Bibit Jarak Pagar
terhadap Tolok Ukur Jumlah Buah Total ........................................

51

x
18. Sidik Ragam Dampak Frekuensi Penyiraman Bibit Jarak Pagar
terhadap Tolok Ukur Bobot Buah ...................................................

51

19. Sidik Ragam Dampak Frekuensi Penyiraman Bibit Jarak Pagar
terhadap Tolok Ukur Bobot Biji Basah ...........................................

51

20. Tata Letak Penelitian ......................................................................

52

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki ketersediaan
sumber penghasil minyak nabati, salah satu diantaranya adalah jarak pagar
(Jatropha curcas L.) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel.
Menurut Hamdi (2006) bahwa untuk mendukung pengembangan BBN (Bahan
Bakar Nabati), pemerintah telah mengeluarkan Perpres No.5 tahun 2006 mengenai
kebijakan energi nasional yang menetapkan bahwa konsumsi energi nasional pada
tahun2005 akan dipenuhi dari sumber bahan bakar nabati sebesar lebih dari
5%.Strategi penyediaan energi alternatif pada tahun 2010 sebesar 720 000 kilo
liter/tahun atau sekitar 2% dari kebutuhan solar nasional. Kebutuhan tersebutakan
terpenuhi jika luas lahan jarak pagar bertambah tiap tahun dan pada tahun 2011
mencapai 2 juta ha.
Saat ini tanaman jarak pagar sudah mulai dikembangkan secara intensif.
Keistimewaan tanaman ini adalah tahan terhadap kekeringan sehingga dapat
tumbuh meskipun ditanam di lahan terbatas atau lahan marjinal. Pengembangan
tanaman jarak pagar pada lahan marjinal bertujuan agar tidak mengganggu lahanlahan subur yang diperuntukkan untuk tanaman pangan. Lahan pertanian bukan
sawah yang sementara tidak diusahakan di Indonesia pada tahun 2008 mencapai
14.9 juta hektar. Lahan tersebut sebagian besar (99.63%) berada di luar Jawa,
sementara di Jawa hanya seluas 55 ribu hektar atau sebesar 0.37% (Badan Pusat
Statistik, 2009). Daerah tersebut berpotensi besar dijadikan daerah untuk
pengembangan tanaman jarak pagar. Ketersediaan air adalah salah satu hambatan
terbesar dalam pemanfaatan lahan marjinal tersebut.
Tanaman tetap membutuhkan batas-batas kondisi ekosistem tertentu agar
dapat berproduksi dengan baik. Budidaya jarak pagar pada lokasi yang sesuai
akan memberikan tingkat produksi yang optimal. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa produktivitas tanaman jarak pagar pada tahun pertama dapat mencapai 880
kg/ha (Santoso et al., 2008).
Misnen

(2010)

menambahkan

bahwa

genotipe-genotipe

yang

dikembangkan untuk memenuhi climate range kering, sedang, dan basah yaitu

2
genotipe Dompu dan Bima (asal Nusa Tenggara Barat), IP-1M (asal Nusa
Tenggara Barat dan Jawa Timur), dan IP-2P (asal Lampung). Genotipe jarak
pagar yang digunakan dalam penelitian ini mewakili daerah Sumatera, Jawa
Barat, dan Papua yaitu genotipe Bengkulu, genotipe Bogor, dan genotipe Biak.
Pada penelitian tahun pertama, ketiga genotipe jarak pagar tersebut memiliki
produksi yang paling tinggi dibandingkan dengan genotipe lainnya.
Air merupakan faktor yang penting bagi tanaman, karena berfungsi
sebagai pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis. Saat
periode kering tanaman sering mendapatkan cekaman kekeringan, karena kurang
suplai air didaerah perakaran dan atau laju transpirasi melebihi laju absorbsi air
oleh tanaman. Apabila cekaman kekeringan berkepanjangan maka tanaman akan
mati (Agung dan Rahayu, 2004).
Mahmud (2006) menyatakan bahwa tanaman jarak pagar toleran
kekeringan akan tetapi tidak berarti bahwa tanaman ini dapat tumbuh dan
berproduksi tinggi pada kondisi kekurangan air. Sama halnya dengan tanamantanaman lain, pada awal pertumbuhan tanaman jarak pagar memiliki jangkauan
perakaran yang masih terbatas sehingga sentuhan teknologi budidaya yang
berkaitan dengan stabilitas ketersediaan air seperti penyiraman dan pemberian
mulsa diduga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pembungaannya.
Faktor utama yang harus diperhatikan agar diperoleh produksi jarak pagar
yang tinggi di daerah kering adalah ketersediaan air, disamping faktor-faktor
lainnya. Bila kebutuhan air tanaman dapat dipenuhi, produktivitas jarak pagar
yang tinggi akan dapat tercapai. Menurut Khaerana et al. (2008), pengaruh
ketersediaan air terhadap pertumbuhan tanaman sangat besar. Kekurangan air
pada tanaman yang diikuti berkurangnya air pada daerah perakaran berakibat pada
aktivitas fisiologi tanaman. Stres air akan menekan pertumbuhan sel, sehingga
akan mengurangi pertumbuhan tanaman.
Saat awal pertumbuhannya tanaman jarak pagar sangat peka terhadap
kekurangan air dan pada musim kemarau tanaman jarak pagar yang ditanam pada
tanah-tanah marjinal perlu disiram minimal setiap 5-6 hari, pada tanah dengan
kesuburan sedang pertanaman perlu diairi minimal setiap 7-10 hari, sedang pada
tanah-tanah subur perlu diairi minimal setiap 10-12 hari (Mahmud et al., 2005).

3
Saefudin dan Pranowo (2006) menambahkan bahwa untuk mendukung
pertumbuhan awal tanaman jarak pagar yang ditanam memasuki musim kemarau
tanaman perlu mendapat air siraman selambat-lambatnya setiap 6 hari (volume air
2.5 liter/pohon). Diperlukan penelitian tentang frekuensi penyiraman untuk
mengetahui pengaruh ketersediaan air terhadap pertumbuhan bibit dan dampak
frekuensi penyiraman pada fase bibit terhadap pertumbuhan tanaman jarak pagar
di lapangan.
Tujuan
1. Mengetahui

pengaruh

frekuensi

penyiraman

dan

genotipe

terhadap

pertumbuhan bibit pada tiga genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.).
2. Mengetahui dampak frekuensi penyiraman pada fase bibit terhadap
pertumbuhan tanaman jarak pagar di lapangan.
Hipotesis
1. Terdapat pengaruh frekuensi penyiraman dan genotipe terhadap pertumbuhan
bibit pada tiga genotipe jarak pagar (Jatropha curcas L.).
2. Terdapat perbedaan ketahanan terhadap frekuensi penyiraman antar genotipe
jarak pagar (Jatropha curcas L.).
3. Terdapat frekuensi penyiraman terbaik pada tiga genotipe jarak pagar
(Jatropha curcas L.).
4. Terdapat dampak frekuensi penyiraman pada fase bibit terhadap pertumbuhan
tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) di lapangan.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Jarak Pagar
Jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan tanaman semak berkayu yang
banyak ditemukan di daerah tropik. Tanaman ini diyakini berasal dari Amerika
Tengah, tepatnya di bagian selatan Meksiko. Penyebaran ke Afrika dan Asia
diduga dilakukan oleh para penjelajah Portugis dan Spanyol berdasarkan buktibukti berupa nama setempat (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).
Jarak pagar termasuk dalam family Euphorbiaceae, satu famili dengan
tanaman karet dan ubi kayu. Adapun klasifikasi jarak pagar menurut Nurcholis
dan Sumarsih (2007) adalah sebagai berikut :
Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Euphorbiales

Famili

: Euphorbiaceae

Genus

: Jatropha

Spesies

: Jatropha curcas L.

Jarak pagar dapat mencapai umur 50 tahun. Tinggi tanaman pada kondisi
normal adalah 1.5-5 meter. Percabangannya tidak teratur, dengan ranting bulat
dan tebal. Panjang masing-masing ruas batang bervariasi, tergantung varietasnya.
Diameter pangkal batang sekitar 5-7 cm. Kulit batang bertekstur halus, berwarna
keabu-abuan atau kemerah-merahan. Apabila ditoreh, batang mengeluarkan getah
seperti lateks, berwarna putih atau kekuning-kuningan (Nurcholis dan Sumarsih,
2007).
Priyanto (2007) menambahkan bahwa daun jarak pagar berupa daun
tunggal, berlekuk, bersudut 3 atau 5, dengan tulang daun menjari yang memiliki 5
sampai 7 tulang utama. Warna daun hijau dengan permukaan bagian bawah lebih
pucat dibandingkan dengan bagian atas. Panjang tangkai daun 4-15 cm. Memiliki
bunga berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk berupa malai dan
berumah satu. Bunga jantan dan bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk
cawan, muncul di ujung batang atau ketiak daun. Menurut Nurcholis dan

5
Sumarsih (2007), bunga betina bertangkai tebal dan berambut serta berukuran
lebih besar daripada bunga jantan.
Buah jarak pagar berbentuk bulat telur, berdiameter 2-4 cm, serta
berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika masak. Biji inilah yang banyak
mengandung minyak dengan rendemen 25–30 %. Jika ditanam dengan
pencahayaan, pengomposan dan pengairan yang baik, produktivitasnya bisa
mencapai 2-5 kg per pohon per tahun (Priyanto, 2007).
Menurut Nurcholis dan Sumarsih (2007), biji jarak selain diambil
minyaknya untuk biodiesel, juga dapat digunakan untuk membuat sabun dan
pestisida. Bungkil biji dapat digunakan sebagai pupuk organik yang kaya unsur
hara nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Daunnya dapat digunakan sebagai
makanan ulat sutra dan untuk fumigasi kutu. Ekstrak daun juga bersifat antiseptik.
Getah mengandung alkaloid jatrophine yang berkhasiat anti kanker, selain
digunakan untuk mengobati penyakit kulit dan reumatik. Kulit batang dapat
digunakan sebagai pewarna kain alami, namun harus hati-hati karena cairan kulit
batang ini dapat meracuni ikan. Akar digunakan sebagai penawar gigitan ular.
Sementara polen dan nektar bunga bermanfaat sebagai makanan bagi lebah madu.

Budidaya Jarak Pagar
Menurut Priyanto (2007), tanaman jarak pagar bisa tumbuh baik di tempat
yang memiliki ketinggian 0-2 000 meter di atas permukaan laut (m dpl) dengan
temperatur 18-30oC. Penanaman di daerah bersuhu rendah (kurang dari 18oC) bisa
menghambat pertumbuhan tanaman jarak pagar. Sementara itu, jika ditanam di
daerah yang bersuhu tinggi (lebih dari 35oC) akan menyebabkan daun dan bunga
berguguran, buah kering, sehingga produksi menurun. Curah hujan yang cocok
untuk tanaman jarak pagar adalah 300-1 200 mm/tahun. Tanaman ini bisa tumbuh
di tanah yang kurang subur, asalkan memiliki drainase baik, tidak tergenang, dan
pH tanah 5-6.5.
Tanaman jarak pagar memerlukan penyinaran matahari secara langsung
sehingga tidak boleh ternaungi. Tanah yang sangat sesuai untuk tanaman ini
adalah tanah lempung berpasir (sandy loam). Tanaman ini dapat tumbuh di tanah
berbatu, berpasir, dan tanah bersifat basa seperti tanah yang terbentuk di daerah

6
kapur (Nurcholis dan Sumarsih, 2007). Pitono et al. (2008) menambahkan bahwa
pertumbuhan vegetatif jarak pagar juga terhambat bila lahannya berkadar garam
tinggi sehingga perlu kehati-hatian dalam pengembangan jarak pagar di areal
pesisir pantai atau daerah berpotensi mengandung garam tinggi.
Perbanyakan tanaman jarak pagar dapat dilakukan secara generatif
menggunakan benih maupun secara vegetatif dengan stek batang. Penanaman bisa
dilakukan dengan menggunakan sistem monokultur ataupun dengan sistem
tumpang sari. Jarak tanam yang digunakan dalam sistem monokultur yaitu 2 m x 2
m, dengan populasi 2 500 pohon/ha. Penanaman dengan sistem tumpang sari bisa
menggunakan jarak tanam 3 m x 3 m atau 4 m x 2 m, jadi akan diperoleh populasi
1 100 atau 1 250 pohon/ha (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).
Hasil penelitian Erythrina (2006) menunjukkan bahwa populasi tanaman
dan unsur hara fosfat sangat menentukan tingkat produksi tanaman jarak pagar di
lahan kering masam.Hasil biji tanaman jarak pagar pada pemanenan pertama
ternyata lebih tinggi pada jarak tanam yang lebihrapat (1.5 m x 2 m atau populasi
3333 pohon/ha) dibandingkan jarak tanam yang lebih lebar (3 m x 2 matau
populasi 1666 pohon/ha) dengan rataan hasil biji sekitar 400 kg/ha.
Tanaman jarak pagar termasuk tanaman yang sangat responsif terhadap
pemupukan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
Puslitbang Perkebunan mengenai dosis pupuk N, P dan K di Kebun Induk Jarak
Pagar (KIJP) Pakuwon pada tahun 2007, yang menyatakan bahwa pemberian
pupuk N, P dan K pada tahun kedua memberikan peningkatan komponen produksi
meliputi jumlah malai per pohon, jumlah buah per tanaman, produksi biji kering
per ha dan berat 100 biji kering. Pemberian pupuk N dengan dosis 150 kg, P
dengan dosis 100kg/ha dan K dengan dosis 100 kg/ha memberikan jumlah malai
lebih banyak yaitu sebesar 86.08 malai buah per tanaman dibanding dengan
tanaman yang tidak dipupuk, sebesar 49.01 malai buah per tanaman (Mahmud et
al., 2008). Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan merekomendasi dosis
pupuk kimia untuk tanaman jarak per hektar adalah 150 kg SP-36, 50 kg urea, dan
30 kg KCl. Disarankan untuk menambahkan 2.5-5 ton pupuk kandang atau 1-2 kg
per tanaman (Prihandana dan Hendroko, 2006).

7
Tanaman jarak pagar sangat responsif terhadap pemeliharaan, salah
satunya adalah pengendalian gulma yang sangat diperlukan dalam budidaya jarak
pagar. Hasil pengujian yang dilakukan oleh Soleh et al. (2008) diketahui bahwa,
tanaman jarak pagar yang bergulma atau gulma dibiarkan tumbuh hanya selama
dua minggu akan menurunkan hasil 7.9 %, dan yang bergulma selama 20 minggu
akan menurunkan hasil sebesar 96.1 %, sedangkan tanaman jarak pagar periode
bersih gulmanya hanya 2 minggu selama penanaman akan menurunkan hasil
54.4% – 61.8 %, bila tanaman bersih gulma sampai 20 minggu hasilnya turun
hanya 4.1 %.
Pemangkasan dapat dilakukan kira-kira satu bulan setelah tanam atau
setelah tanaman mencapai ketinggian 40-60 cm. Pemangkasan pucuk tanaman
bertujuan untuk memperoleh percabangan yang banyak. Setelah pemangkasan,
diberi pupuk nitrogen (N) agar segera tumbuh cabang dan daun baru yang lebih
rimbun. Pemangkasan sebaiknya diulangi lagi pada tahun kedua dan ketiga. Hal
ini dilakukan untuk mendapatkan bentuk dan ukuran tanaman yang baik
(Nurcholis dan Sumarsih, 2007).
Hama yang sering menyerang tanaman jarak pagar yaitu kepik lembing
(Chrysochoris javanus Westw), kutu putih (Ferrisia virgata Cockerell),
penggerek batang seperti Lagocheirus undatus, hama kepik yang menyerang buah
muda (Pachycoris klugii), kumbang pemakan daun (Podagrica spp.), dan lainlain. Sedangkan penyakit yang biasa menyerang tanaman jarak pagar yaitu busuk
akar

yang disebabkan oleh Clitocybe tabescens,

jamur Colletotrichum

gloeosporooides yang dapat menyebabkan penyakit bercak daun, penyakit layu
bakteri yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum, dan lain-lain
(Nurcholis dan Sumarsih, 2007; Priyanto, 2007).
Kebutuhan Air untuk Pertumbuhan Tanaman
Air merupakan sumber kehidupan, tanpa air tidak ada makhluk yang dapat
hidup. Begitu juga tanaman, penyiraman harus dilakukan teratur agar tidak
kekurangan. Jika tidak disiram, tanaman akan mati kekeringan. Kebutuhan air
suatu tanaman dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang diperlukan untuk
memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi tanaman yang sehat, tumbuh

8
pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah yang tidak mempunyai
kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai potensi
produksi penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu (Soemarno, 2004).
Aqil et al. (2007) menyatakan bahwa pengelolaan air perlu disesuaikan
dengan sumber daya fisik alam (tanah, iklim, sumber air) dan biologi. Sasaran dari
pengelolaan air adalah tercapainya empat tujuan pokok, yaitu efisiensi
penggunaan air dan produksi tanaman yang tinggi, efisiensi biaya penggunaan air,
pemerataan penggunaan air atas dasar sifat keberadaan air yang selalu ada tapi
terbatas dan tidak menentu kejadian serta jumlahnya, dan tercapainya
keberlanjutan sistem penggunaan sumber daya air yang hemat lingkungan.
Jika suatu tanaman mengalami cekaman air yang semakin besar,
diferensiasi organ-organ baru dan perluasan maupun pembesaran organ yang telah
ada merupakan bagian yang pertama kali menunjukkan respon. Stres yang lebih
lanjut akan menyebabkan berkurangnya laju fotosintesis. Cekaman kekeringan
selain mempengaruhi morfologi tanaman, juga mempengaruhi hasil tanaman.
Syafi (2008) menyatakan bahwa tinggi tanaman, jumlah stomata, panjang akar,
volume akar dan laju asimilasi bersih merupakan respon morfologis dan
ekofisiologis bibit berbagai genotipe jarak pagar terhadap cekaman kekeringan.
Air tanah merupakan faktor penting yang berpengaruh langsung pada
proses pengangkutan unsur hara tanah dan proses metabolisme jaringan tanaman.
Tanaman jarak pagar bila dihadapkan pada kondisi kekurangan air juga
mengalami penurunan pertumbuhan dan produksi. Cekaman kekeringan
menimbulkan pengaruh penurunan pertumbuhan tanaman sejak di pembibitan.
Seiring dengan semakin bertambahnya umur tanaman, cekaman kekeringan
semakin nyata menekan pertumbuhan yang diindikasikan semakin rendah
hasilnya. Hal ini ditunjukkan bahwa ketika diberi cekaman 60 % kapasitas lapang
tanaman jarak pagar sudah mulai tercekam dengan memberikan respon
memperlambat

pertumbuhan

dan

perkembangan

semua

organ

tanaman

(Lapanjang et al., 2008).
Rachmiati (2008) menyatakan bahwa kapasitas lapang merupakan jumlah
air yang ditahan oleh tanah setelah kelebihan air gravitasi meresap ke bawah
karena gaya gravitasi. Titik layu permanen adalah kandungan air tanah pada saat

9
tanaman yang ditanam di atasnya telah mengalami layu permanen dalam arti sukar
disembuhkan kembali meskipun telah ditambahkan sejumlah air yang mencukupi.
Selisih antara kadar air pada kapasitas lapang dan titik layu permanen disebut air
tersedia.
Cekaman kekeringan merupakan istilah untuk menyatakan bahwa tanaman
mengalami kekurangan air akibat keterbatasan air dari lingkungannya yaitu media
tanam. Hasil penelitian Lapanjang et al. (2008) menunjukkan bahwa cekaman
kekeringan pada tanaman jarak pagar dengan cara pengurangan persentase kadar
air tanah kapasitas lapang sampai pada 40 % kapasitas lapang akan menghambat
pertumbuhan vegetatif tanaman jarak pagar, dengan penurunan ukuran dan bobot
kering tanaman rata-rata lebih besar 50 %.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saefudin dan Pranowo (2006)
menunjukkan bahwa tanaman jarak pagar yang ditanam memasuki musim
kemarau yaitu bulan Juli 2006, interval penyiraman setiap 3 dan 6 hari dengan
volume air 2.5 liter/pohon berpengaruh baik terhadap karakter panjang daun.Hal
ini diduga karena pada perlakuan penyiraman setiap 3 dan 6 hari kebutuhan air
tanaman jarak cukup terpenuhi sehingga mampu mendukung pertumbuhan
panjang daun yang paling panjang, sedang pada penyiraman setiap 9 dan 12 hari
kebutuhannya sudah tidak lagi dapat tercukupi sehingga terjadi cekaman air yang
menghambat pertumbuhan panjang daun jarak pagar.
Karakteristik Tiga Genotipe Jarak Pagar
Karakteristik dari ketiga genotipe jarak pagar yang sudah diteliti oleh
Surahman et al. (2009) yaitu ditunjukkan Tabel 1 dan Tabel 2. Saat di pembibitan
yaitu saat bibit berumur 5 Minggu Setelah Tanam (MST) terdapat beberapa
genotipe yang sudah menginisiasi pembungaan, salah satunya adalah genotipe
Biak. Genotipe Biak ini memiliki bunga hermaprodit. Genotipe ini juga memiliki
tunas yang berwarna hijau, hijau kemerahan dan merah. Sedangkan genotipe
Bengkulu dan Bogor memiliki warna daun tua yang cenderung hijau tua, tekstur
daun kasar, dan tulang daun jelas.

10
Tabel 1. Karakteristik Tiga Genotipe Jarak Pagar Saat di Pembibitan (Bibit
Berumur 2 Bulan)
No.

Peubah

1
2
3
4
5
6

Tinggi Cabang (cm)
Jumlah Cabang
Jumlah Daun
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Jumlah Lekukan Daun

Genotipe
Bengkulu
12.3
4.4
8.6
9.2
9.8
4.0

Biak
11.1
4.3
7.3
8.1
9.0
4.0

Bogor
4.7
3.4
5.5
7.5
7.4
3.0

Saat di lapangan, jumlah malai per tanaman dari genotipe Bengkulu, Biak,
dan Bogor masing-masing adalah 3, 6, dan 5 malai per tanaman, sedangkan
jumlah buah per tanaman dari ketiga genotipe tersebut secara berurutan yaitu 35,
39, dan 36 buah per tanaman (Surahman et al., 2009).
Tabel 2. Karakteristik Tiga Genotipe Jarak Pagar Saat di Lapangan (Tanaman
Berumur 1.5 Bulan)
No.

Peubah

1
2
3
4
5
6

Tinggi Cabang (cm)
Diameter Cabang (cm)
Jumlah Daun
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)
Jumlah Lekukan Daun

Genotipe
Bengkulu
16.6
0.8
15.1
10.4
10.7
5.5

Biak
16.0
0.7
15.3
9.7
10.8
6.5

Bogor
17.5
0.6
14.5
10.3
11.0
5.5

11

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan di Kebun Percobaan
Cikabayan, IPB dengan ketinggian tempat 240 m dpl. Pengukuran kadar air
kapasitas lapang dan titik layu permanen media dilakukan di Laboratorium Fisika
Tanah, IPB. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret hingga Desember 2010.

Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian adalah benih tiga genotipe
jarak pagar asal Biak, Bengkulu dan Bogor, campuran media pasir dan tanah
dengan perbandingan 1:1, furadan 3G, dithane M-45, pestisida confidor sistemik
dengan konsentrasi 1 ml/l, pupuk NPK mutiara dengan dosis 10 g/tanaman.
Peralatan yang digunakan adalah alat pertanian, polybag ukuran 20 x 25 cm (1.5
kg) dan polybag ukuran 50 x 60 cm (22.5 kg) dengan ketebalan 0.2 mm, pressure
plate apparatus, pressure membrane apparatus, soil moisture tester, penggaris,
timbangan, ember, alat penyiram, jangka sorong, gelas ukur, kamera digital, label,
ajir, dan alat penunjang penelitian lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua percobaan, yaitu :
1. Pengaruh frekuensi penyiraman dan genotipe jarak pagar terhadap pertumbuhan
bibit di rumah kaca.
2. Dampak frekuensi penyiraman bibit jarak pagar terhadap pertumbuhan tanaman
di lapangan.
Rancangan Percobaan
Percobaan 1
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama yaitu
frekuensi penyiraman yang terdiri atas tiga taraf, yaitu frekuensi penyiraman 5

12
hari (P1), 8 hari (P2), dan 11 hari (P3). Faktor kedua yaitu genotipe jarak pagar
yang terdiri atas tiga taraf, yaitu genotipe Biak (G1), Bengkulu (G2) dan Bogor
(G3). Total kombinasi perlakuan adalah 9 kombinasi dengan masing-masing 3
ulangan, sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Tiap percobaan terdiri atas 5
tanaman contoh sehingga jumlah bibit yang diamati adalah 135 bibit.
Model rancangan percobaan yang digunakan adalah :
Yijk = µ + Pi + Gj + (PG)ij +

k

+

ijk

Keterangan :
Yijk

: Nilai pengamatan pada perlakuan frekuensi penyiraman ke-i, genotipe
ke-j dan ulangan ke-k.

µ

: Nilai rataan umum

Pi

: Pengaruh perlakuan frekuensi penyiraman ke-i

Gj

: Pengaruh perlakuan genotipe ke-j

PGij

: Pengaruh interaksi antara frekuensi penyiraman ke-i dan genotipe ke-j

k

: Pengaruh kelompok ke-k

ijk

: Pengaruh galat pada perlakuan frekuensi penyiraman ke-i dan genotipe
ke-j serta kelompok ke-k.
Data yang diperoleh diuji dengan uji F dan apabila menunjukkan pengaruh

nyata maka dilakukan analisis uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test
(DMRT) pada taraf 5 %. Pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak
Statistical Analysis System (SAS) versi 9.13.
Percobaan 2
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok
Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor, yaitu faktor genotipe jarak pagar yang
terdiri atas genotipe Biak (G1), Bengkulu (G2), dan Bogor (G3) masing-masing
berasal dari frekuensi penyiraman 5, 8, dan 11 hari pada percobaan 1, sehingga
terdapat 9 perlakuan. Setiap satuan percobaan diulang sebanyak 3 kali, dan setiap
ulangan terdiri atas 5 tanaman contoh, sehingga terdapat 135 satuan percobaan.

13
Percobaan ini merupakan lanjutan dari percobaan pertama, namun tanaman
dipindahkan ke lapangan.
Model rancangan yang digunakan adalah :
Yij = µ + Gi + j +

ij

Keterangan :
Yijk

: Nilai pengamatan pada perlakuan genotipe ke-i dan ulangan ke-j.

µ

: Nilai rataan umum

Gj

: Pengaruh perlakuan genotipe ke-i

k

: Pengaruh kelompok ke-j

ij

: Pengaruh galat pada genotipe ke-i serta kelompok ke-j.
Data yang diperoleh diuji dengan uji F dan apabila menunjukkan pengaruh

nyata maka dilakukan analisis uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test
(DMRT) pada taraf 5 %.

Pelaksanaan Penelitian
Percobaan 1. Pembibitan
Benih jarak pagar yang digunakan adalah benih dari genotipe terbaik yang
dihasilkan pada penelitian Karakterisasi Jarak Pagar Lokal Berdasarkan Karakter
Morfologi dan Agronomi di PT. Indocement Citereup, Bogor. Genotipe-genotipe
tersebut yaitu genotipe Biak, genotipe Bengkulu, dan genotipe Bogor. Benih ini
dibibitkan terlebih dahulu pada polybag berukuran 20 x 25 cm dengan
menggunakan media tanah lapisan atas dan pasir masing-masing 750 g dengan
perbandingan bobot media 1:1 di dalam rumah kaca. Sebelum dibibitkan, benih
direndam dithane selama 15 menit untuk mencegah timbulnya cendawan. Setiap
polybag ditanami satu benih dengan kedalaman 2-3 cm, kemudian ditambahkan
furadan agar terhindar dari serangan hama di dalam tanah. Penyulaman dilakukan
pada 1 minggu setelah tanam (MST). Pemeliharaan dilakukan dengan melakukan
penyiraman setiap hari pada pagi atau sore hari, serta penyiangan gulma secara
manual selama 2 bulan. Sebagai calon bibit sebaiknya dipilih bibit yang

14
pertumbuhannya baik, bebas hama penyakit, diameter batang 1-2 cm, tinggi bibit
30-50 cm, dan jumlah daun 7-10 helai.
Penanaman Bibit
Media tanam yang digunakan berupa media tanah lapisan atas dan pasir
dengan bobot masing-masing media yaitu 11.25 kg (perbandingan bobot media
1:1). Kemudian diambil sampel media untuk mengukur kadar air (KA) media saat
kapasitas lapang dan titik layu permanen di Laboratorium Fisika Tanah, IPB.
Pengukuran kadar air saat kapasitas lapang dan titik layu permanen pada media
tanam dilakukan dengan metode tekanan menggunakan alat pressure plate
apparatus dan pressure membran apparatusmasing-masing pada pF 2.54 dan pF
4.20.Lalu media dimasukkan ke dalam polybag berukuran 50 x 60 cm dan
polybag digoyang-goyangkan agar kerapatan media tetap terjaga.
Bibit yang tumbuh dengan baik di polybag berukuran 20 x 25 cm
dipindahkan ke dalam polybag berukuran 50 x 60 cm. Kemudian bibit dibiarkan
beradaptasi selama 2 minggu dengan kondisi media tetap berada pada KA
kapasitas lapang di dalam rumah kaca. Setelah 2 minggu, dilakukan pengukuran
KA awal media sebelum diberi perlakuan frekuensi penyiraman dengan
menggunakan soil moisture tester. Lalu bibit disiram sesuai dengan perlakuan
frekuensi penyiraman yaitu setiap 5 hari, 8 hari, dan 11 hari. Penetapan kadar air
tanah pada saat kapasitas lapangdilakukan dengan mengukur volume air yang
harus ditambahkan untuk mencapai KA kapasitas lapang. Rumus yang digunakan
adalah :
Volume air yang harus ditambahkan (ml) =
KA kapasitas lapang – KA pengukuran (%) x Bobot media kapasitas lapang (g)
100
Pengukuran kadar air media dengan menggunakan soil moisturetester
selalu dilakukan sebelum bibit disiram berdasarkan frekuensi harinya. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui penurunan kadar air media selama bibit diberikan
perlakuan frekuensi penyiraman. Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali yaitu
saat bibit mulai diberi perlakuan dan saat bibit berumur 2 Bulan Setelah Perlakuan
(BSP) dengan menggunakan pupuk NPK mutiara masing-masing sebanyak 10

15
g/tanaman. Pemeliharaan lain seperti pengendalian gulma, hama dan penyakit
tetap dilakukan. Tata letak penelitian dilampirkan pada Lampiran 20.
Percobaan 2
Percobaan kedua merupakan lanjutan dari percobaan pertama, dimana
polybag yang berisi bibit jarak pagar berumur 12 Minggu Setelah Perlakuan
(MSP) dipindahkan ke lapangan. Bibit disusun sama seperti penyusunan pada saat
di rumah kaca. Pemeliharaan seperti penyiraman, pengendalian hama dan
penyakit tetap dilakukan.
Pengamatan
Percobaan 1
Pengamatan dilakukan pada saat akan dimulainya perlakuan frekuensi
penyiraman yaitu pada saat bibit berumur 2 bulan. Pengamatan ini dilakukan di
rumah kaca yaitu berupa :
1. Tinggi Bibit (cm)
Diukur dari pangkal batang (batas leher akar) sampai titik tumbuh bibit.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris dan dilakukan setiap 2
minggu sekali.
2. Jumlah Daun
Jumlah daun diperoleh dengan menghitung jumlah semua daun yang telah
membuka sempurna meskipun ukurannya belum mencapai ukuran maksimal.
Pengamatan dilakukan 2 minggu sekali.
3. Diameter Batang (cm)
Diameter batang diukur 10 cm dari permukaan tanah dengan menggunakan
jangka sorong. Pengamatan dilakukan setiap 4 minggu sekali.
4. Kecepatan Laju Pertumbuhan Bibit (cm/waktu pengamatan)
Pertambahan tinggi tanaman setelah diberi perlakuan frekuensi penyiraman.
Pengukuran dilakukan setiap 2 minggu sekali sampai fase vegetatif berakhir.

16
5. Laju Pertumbuhan Spesifik (cm/waktu pengamatan)
Laju pertumbuhan tinggi bibit dari awal hingga akhir pengamatan. Laju
pertumbuhan spesifik diukur dengan menggunakan rumus :
µ = (ln Nt – ln N0) / t
dimana : µ = Laju pertumbuhan spesifik (hari-1)
Nt= Tinggi akhir tanaman (cm)
N0= Tinggi awal tanaman (cm)
T

= Selang waktu dari N0 ke Nt (hari)

6. Pengukuran Kadar Air saat Kapasitas Lapang dan Titik Layu Permanen
Pengukuran kadar air saat kapasitas lapang dan titik layu permanen pada
media tanam dilakukan dengan metode tekanan menggunakan alat pressure
plate apparatus dan pressure membran apparatusmasing-masing pada pF 2.54
dan pF 4.20 (Syafi, 2008). Sampel media untuk pengukuran kapasitas lapang
(pF 2.54) diletakkan di atas piringan (plate) dalam pressure plate apparatus,
sedangkan media untuk pengukuran titik layu permanen (pF 4.20) diletakkan
di atas piringan dalam pressure membran apparatus. Kedua sampel media ini
disiram air sampai berlebihan dan dibiarkan selama 48 jam. Alat ditutup rapatrapat, kemudian diberi tekanan sesuai dengan pF yang dikehendaki (untuk pF
2.54 dengan tekanan 1/3 bar dan 1.5 bar untuk pF 4.20). Keseimbangan
tercapai kira-kira 48 jam setelah diberi tekanan. Kemudian sampel media
dikeluarkan dan diukur kadar airnya dengan metode gravimetrik, dengan
menggunakan rumus :
KA = BB – BK x 100%
BB
dimana : BB = Bobot Basah media (g) dan BK = Bobot Kering media (g).
Pengukuran kadar air awal media ini bertujuan untuk menentukan jumlah air
yang akan diberikan. Jumlah air yang diperlukan dilampirkan pada Lampiran
2 dan 3, perhitungan berdasarkan rumus volume air yang harus ditambahkan.

Percobaan 2
Pengamatan dilakukan ketika bibit dipindahkan ke lapangan yaitu pada
saat bibit berumur 12 MSP. Pengamatan pada percobaan 2 ini meliputi :

17
1. Tinggi Tanaman (cm)
Diukur dari pangkal batang (batas leher akar) sampai titik tumbuh tanaman.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris dan dilakukan setiap 2
minggu sekali.
2. Jumlah Daun
Jumlah daun diperoleh dengan menghitung jumlah semua daun yang telah
membuka sempurna meskipun ukurannya belum mencapai ukuran maksimal.
Pengamatan dilakukan 2 minggu sekali.
3.

Diameter Batang (cm)
Diameter batang diukur 10 cm dari permukaan tanah dengan menggunakan
jangka sorong. Pengamatan dilakukan setiap 4 minggu sekali.

4.

Jumlah Cabang
Jumlah cabang dihitung pada cabang yang tumbuh pada batang utama.
Pengamatan dilakukan setiap 4 minggu sekali.

5.

Jumlah Malai per tanaman
Jumlah malai yang terbentuk pada setiap tanaman jarak pagar. Pengamatan
ini dilakukan setiap minggu setelah terbentuk malai.

6.

Jumlah Buah Panen
Jumlah buah yang sudah dapat dipanen saat pengamatan. Pengamatan ini
dilakukan setiap minggu setelah terbentuk buah.

7.

Jumlah Buah Total
Jumlah buah yang dapat dipanen dan buah yang belum dapat dipanen.
Pengamatan ini dilakukan setiap minggu setelah terbentuk buah.

8.

Bobot Buah (g)
Bobot buah yang dapat dipanen pada setiap tanaman jarak pagar. Pengamatan
ini dilakukan setelah buah dipanen.

9.

Bobot Biji Basah (g)
Pemanenan biji dilakukan ketika buah di tangkai telah berwarna kuning
hingga kuning kecoklatan. Penghitungan dilakukan dengan menimbang hasil
biji per tanaman.

18

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian ini terdiri atas dua percobaan, yaitu pengaruh frekuensi
penyiraman dan genotipe jarak pagar terhadap pertumbuhan bibit di rumah kaca
serta dampak frekuensi penyiraman bibit jarak pagar pada pertumbuhan tanaman
di lapangan. Percobaan pertama dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan
Cikabayan, Dramaga, Bogor. Benih ditanam dalam polybag dan diletakkan di
rumah kaca sehingga asumsinya kebutuhan cahaya dapat tercukupi dan merata.
Secara umum kondisi bibit jarak pagar pada fase pembibitan (umur 0-2
bulan) mengalami pertumbuhan yang sangat baik dan hampir seragam. Satu
minggu pertama sebagian besar benih yang dit