Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.).

PENGARUH PEMANGKASAN DAN JARAK TANAM
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

DINI GUSTININGSIH
A24070120

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

RINGKASAN

DINI GUSTININGSIH. Pengaruh

Pemangkasan dan Jarak Tanam terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). (Dibimbing
oleh MEMEN SURAHMAN dan ENDANG MURNIATI).


Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemangkasan dan
jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jarak pagar (Jatropha
curcas L.). Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun
Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman
serta pengamatan dilakukan di Kebun Jarak Pagar PT Indocement, Citeureup,
Bogor. Pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo dilakukan sejak Juli 2010,
pindah tanam di lahan PT Indocement pada Agustus 2010, dan pengamatan
penelitian dilakukan pada Oktober-April 2011.
Metode penelitian di lapangan disusun berdasarkan rancangan faktorial
dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan yang dilakukan terdiri atas
dua faktor, yaitu pemangkasan dan pengaturan jarak tanam. Pemangkasan terdiri
atas tiga taraf perlakuan pemangkasan batang utama yaitu 20 cm, 40 cm, dan 60
cm dari permukaan tanah. Faktor kedua adalah jarak tanam yang terdiri atas 3
taraf yaitu 1x1 m2, 2x1 m2, dan 2x2 m2. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan
sebanyak 3 kali, sehingga terdapat 27 satuan percobaan dengan luas lahan 1088
m2. Setiap unit percobaan terdapat 15 tanaman jarak pagar. Banyaknya tanaman
contoh di setiap unit percobaan sebanyak 5 tanaman , sehingga terdapat 135
satuan amatan.
Pengamatan dibagi menjadi dua tahap, yaitu pertumbuhan tanaman pada
fase vegetatif dan komponen hasil tanaman yang meliputi pengamatan pada fase

generatif serta hasil buah dan biji tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.). Data
yang diperoleh dari hasil pengamatan kemudian diolah menggunakan analisis
ragam (Uji F). Hasil uji F yang menunjukkan pengaruh nyata kemudian diuji
lanjut dengan metode Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif
menunjukkan bahwa interaksi perlakuan pemangkasan dan jarak tanam tidak

berpengaruh nyata terhadap komponen vegetatif tanaman jarak pagar. Perlakuan
faktor tunggal pemangkasan berpengaruh nyata atau sangat nyata terhadap
pertumbuhan vegetatif tanaman. Perlakuan pemangkasan dengan tinggi pangkas
60 cm dari permukaan tanah memperlihatkan respon terbaik pada pengamatan
jumlah daun, tinggi tunas dan diameter tunas. Tinggi pangkas 40 cm dari
permukaan tanah memperlihatkan respon terbaik pada pengamatan lebar kanopi,
jumlah tunas dan jumlah cabang jarak pagar. Tinggi pangkas 20 cm dari
permukaan tanah menunjukkan respon terburuk terhadap hampir seluruh peubah
komponen vegetatif tanaman. Perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata
pada fase vegetatif tanaman kecuali pada jumlah tunas 24 MSP. Jarak tanam 2x2
m2 menunjukkan respon terbaik pada fase vegetatif.
Hasil pengamatan terhadap komponen hasil tanaman berupa pengamatan
pada fase generatif serta hasil buah dan biji tanaman jarak pagar (Jatropha curcas

L.), menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan dan jarak tanam menunjukkan
adanya interaksi yang berpengaruh nyata terhadap bobot biji dan jumlah biji
tanaman jarak pagar. Perlakuan pemangkasan dapat meningkatkan jumlah cabang
produktif tanaman, namun tidak dapat meningkatkan hasil yang signifikan pada
tahun pertama penanaman karena dapat menunda waktu berbunga. Perlakuan
jarak tanam tidak berpengaruh nyata kecuali pada jumlah biji tanaman jarak
pagar. Perlakuan tinggi pangkas 40 cm dari permukaan tanah yang dipadukan
dengan jarak tanam 2x2 m2 atau 1x1 m2 dan perlakuan tinggi pangkas 60 cm dari
permukaan tanah yang dipadukan dengan seluruh taraf jarak tanam menyebabkan
peningkatan bobot biji kering dan jumlah biji tanaman jarak pagar.

PENGARUH PEMANGKASAN DAN JARAK TANAM
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DINI GUSTININGSIH

A24070120

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

Judul

: PENGARUH PEMANGKASAN DAN JARAK TANAM
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

Nama

: DINI GUSTININGSIH

NIM

: A24070120


Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Memen Surahman, MSc. Agr.
NIP. 19630628 199002 1 002

Dr. Ir. Endang Murniati, MS.
NIP. 19471006 198003 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr.
NIP. 19611101 198703 1 003


Tanggal lulus : …………………

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Januari 1990 di Majalengka, Jawa Barat.
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Agus Supendi dan
Ibu Siti Mu’arifah. Penulis lulus dari SDN 1 Munjul Majalengka pada tahun 2001,
kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 3 Majalengka hingga tahun 2004.
Tahun 2007, penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN 1 Majalengka dan melanjutkan
pendidikan ke Institut Pertanian Bogor melalui program Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) dan diterima sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama menjalankan studi di IPB, penulis aktif di berbagai kepanitiaan kampus
dan organisasi kemahasiswaan, diantaranya di Himpunan Mahasiswa Majalengka
(HIMMAKA) sebagai ketua div. Eksternal, Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat
Persiapan Bersama sebagai staff. PSDM, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian
sebagai bendahara umum dan Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian sebagai
bendahara umum. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Biologi Dasar dan DasarDasar Ilmu dan Teknologi Benih.
Penulis juga pernah mengikuti berbagai pelatihan softkill, leadership dan
enterpreneurship seperti Mind Mapping, Thinking System, Business English, Personality

Marketing, Enterpreneurship Camp, dan lain-lain. Penulis pernah mendapatkan hibah
bersaing DIKTI dalam bentuk beberapa PKMK, PKMM, dan PKM GT. Penulis juga
memiliki pengalaman menghadiri seminar nasional maupun internasional dan
mempresentasikan karya tulisnya di beberapa acara bertaraf internasioanal seperti IAAS
World Congress 2010 di Bogor, Renewable Energy (Renews) Conference 2010 di BerlinJerman, dan Annual Meeting of Sciences and Technologies (AMSTECS) 2011 di TokyoJepang. Selama kuliah di IPB, penulis mendapatkan beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi
Akademik), Beasiswa Indofood Sukses Makmur (BISMA) serta beasiswa Mien R.Uno
Foundation (MRUF) dalam wadah beasiswa KSE (Karya Salemba Empat) dan beasiswa
Goodwill International Scholarship dengan sponsor pribadi dari BWA (British Women
Association). Bulan Maret tahun 2011, penulis terpilih menjadi Mahasiswa Berprestasi
Tingkat Fakultas Pertanian.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Pemangkasan dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jarak
Pagar (Jatropha Curcas L.).”
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penelitian bertujuan untuk
mempelajari pengaruh pemangkasan dan pengaturan jarak tanam terhadap

pertumbuhan dan komponen hasil tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.). Penulis
menyadari apa yang telah penulis peroleh tidak terlepas dari dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terimakasih kepada:
1. Dr. Ir. Memen Surahman, MSc. Agr dan Dr. Ir. Endang Murniati, MS yang telah
membimbing penulis sejak awal penentuan topik hingga selesainya penyusunan
skripsi ini.
2. Juang Gema Kartika, SP, M.Si yang bersedia menguji penulis pada ujian skripsi
dan telah memberikan banyak masukan yang bersifat membangun dan berguna
untuk perbaikan skripsi ini.
3. Kedua orang tua dan seluruh keluarga atas do’a, perhatian, dukungan moril dan
materil serta kasih sayang yang telah diberikan.
4. Dr. Ir. Megayani Sri Rahayu, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bantuan, masukan, dan saran atas kemajuan akademik penulis.
5. Teman-teman di kosan Citra Islamic 1 (Ratih, Mba Vivie, Nurina, Nia, Ana,
Jalimas, Niken, Icha dan Fitri) atas kebersamaan, persaudaraan, semangat, dan
segala bantuan yang penulis terima dalam penulisan skripsi ini.
6. Teman-teman di kosan Wisma Ayu (Endang, Puspa, Indra, Trisna, Nisak, Eka,
Dyah, Saras, Arbi, Rahmi, Meyta) atas kebersamaan, persaudaraan, semangat, dan
segala bantuan yang penulis terima dalam penulisan skripsi ini.

7. Siti Khalimah, Mas Yogi, Sophia, Trianne, Indah Purnamasari, Mas Misnen, A
Tamrin, Fuad, Mas Danang, Kak Dyah, Widi, Mba Nora, Eliza, Intan, Tiska, Ita,
Ilma, Shoni Riyanti, dan Wawat Rodiahwati.

v

8. Beasiswa Indofood Sukses Makmur (BISMA) dan beasiswa Mien R.Uno
Foundation (MRUF) dalam wadah beasiswa KSE IPB atas dukungan finansial
selama kuliah di IPB, bantuan biaya skripsi, berbagai pelatihan sofskill, hardskill,
training serta pendampingan entrepreneurship.
9. British Women Association (BWA) dalam wadah beasiswa Goodwill International
Scholarship, atas dukungan finansial dan berbagai training softskill dan leadership
yang telah penulis terima.
10. Dosen-dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis di Departemen
Agronomi dan Hortikultura sehingga penulis lebih tahu mengenai dunia pertanian
Indonesia. Pak Agus sebagai ketua Departemen, Ibu Eni sebagai ketua Komdik,
Pak Sofyan Zaman selaku Kemahasiswaan Departemen AGH, dan Bu Furi serta
Pak Wasta sebagai tenaga penunjang akademik yang telah membantu penulis
dalam banyak hal.
11. Teman-teman di keluarga besar AGH 44 atas kebersamaan dan motivasinya.


Penulis juga mengucapkan terimakasih atas bantuan dan persaudaraan yang
sudah terjalin kepada berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satupersatu. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi yang memerlukannya.

Bogor, Juli 2012
Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix
PENDAHULUAN ...................................................................................................9
Latar Belakang .................................................................................................... 9
Tujuan Penelitian ............................................................................................... 11
Hipotesis ............................................................................................................ 11
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................12
Botani Jarak Pagar ............................................................................................. 12
Syarat Tumbuh Tanaman .................................................................................. 14

Manfaat Tanaman Jarak Pagar .......................................................................... 15
Pengaruh Pemangkasan terhadap Pertumbuhan Tanaman ................................ 16
Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Tanaman ................................. 18
Produksi Biji Jarak Pagar .................................................................................. 20
BAHAN DAN METODE ......................................................................................22
Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................... 22
Bahan dan Alat .................................................................................................. 22
Metode Penelitian .............................................................................................. 22
HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................................27
Kondisi Umum .................................................................................................. 27
Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam pada Fase Vegetatif ........................ 29
Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam pada Fase Generatif........................ 38
KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................................46
Kesimpulan ........................................................................................................ 46
Saran .................................................................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................47
LAMPIRAN ...........................................................................................................52

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan, Jarak Tanam
dan Interaksinya terhadap Pengamatan Vegetatif Jarak Pagar ......................... 30
2. Rata-rata Jumlah Daun Jarak Pagar pada Berbagai Taraf Perlakuan
Pemangkasan dan Jarak Tanam ........................................................................ 31
3. Rata-rata Tinggi Tunas Jarak Pagar (Cm) pada Berbagai Perlakuan
Pemangkasan dan Jarak Tanam ........................................................................ 32
4. Rata-rata Lebar Kanopi Jarak Pagar (Cm) pada Berbagai Perlakuan
Pemangkasan dan Jarak Tanam ........................................................................ 34
5. Rata-rata Jumlah Tunas Jarak Pagar pada Berbagai Perlakuan
Pemangkasan dan Jarak Tanam ........................................................................ 35
6. Rata-rata Diameter Tunas Jarak Pagar pada Berbagai Perlakuan
Pemangkasan dan Jarak Tanam ........................................................................ 36
7. Rata-rata Jumlah Cabang Jarak Pagar pada Berbagai Perlakuan
Pemangkasan dan Jarak Tanam ........................................................................ 37
8. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan, Jarak Tanam
dan Interaksinya terhadap Pengamatan Komponen Generatif Jarak
Pagar ................................................................................................................. 39
9. Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam terhadap Komponen
Generatif Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) ................................................... 40
10.Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam terhadap Jumlah Buah
dan Bobot Buah Jarak Pagar ............................................................................ 42
11.Interaksi Pemangkasan dan Jarak Tanam terhadap Bobot Biji
Kering dan Jumlah Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) ............................... 43

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Curah Hujan November 2010 – Juli 2011 di Kebun Percobaan PT.
Indocement Bogor ............................................................................................ 27
2 . Hama dan Penyakit yang Menyerang Jarak Pagar Selama Penelitian. ............ 29

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Denah Petak Percobaan ................................................................................... 53
2. Data Klimatologi Bulanan PT. Indocement Bogor ......................................... 54
3. Hasil Analisis Tanah Kebun Percobaan Indocement Bogor ........................... 54
4. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam serta
Interaksinya terhadap Jumlah Daun Jarak Pagar ............................................ 55
5. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam serta
Interaksinya terhadap Tinggi Tunas Jarak Pagar ........................................... 56
6. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam serta
Interaksinya terhadap Lebar Kanopi Jarak Pagar............................................ 57
7. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam serta
Interaksinya terhadap Diameter Tunas Jarak Pagar ........................................ 58
8. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam serta
Interaksinya terhadap Jumlah Tunas Jarak Pagar ........................................... 59
9. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam serta
Interaksinya terhadap Jumlah Tunas Jarak Pagar ........................................... 59
10. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam serta
Interaksinya terhadap Komponen Generatif Jarak Pagar .............................. 60
11. Sidik Ragam Pengaruh Pemangkasan dan Jarak Tanam serta
Interaksinya terhadap Hasil Buah dan Biji Jarak Pagar ................................ 61
12. Kondisi Umum Tanaman pada Akhir Pengamatan ....................................... 62
13. Buah dan Biji Tanaman Jarak Pagar ............................................................. 63
14. Perlakuan Pemangkasan pada Tanaman Jarak Pagar ...................................... 64

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Setiap tahun kebutuhan energi meningkat seiring dengan meningkatnya
jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, sementara itu cadangan energi fosil
yang tersedia semakin menipis. Salah satu energi fosil yang banyak dikonsumsi
adalah Bahan Bakar Minyak (BBM). Konsumsi BBM nasional rata-rata dapat
mencapai 140 000 – 200 000 kiloliter setiap harinya (Priyanto, 2007).
Partowidagdo (2009) menunjukkan data Statistical Review of World Energy tahun
2007 yang menyebutkan persediaan minyak bumi sebagai sumber energi tidak
terbarukan di Indonesia hanya tersisa 4.4 miliar barel. Tingkat konsumsi bahan
bakar berkisar antara 365 juta barel per tahun, sehingga cadangan minyak bumi
akan habis dikonsumsi 10-15 tahun mendatang (Partowidagdo, 2009). Data
tersebut juga menunjukkan bahwa Indonesia mengalami defisit minyak bumi
sebesar 188 000 barel pada tahun 2007 dengan rata-rata konsumsi 1 157 000
barel. Konsumsi minyak bumi yang dilakukan terus-menerus tanpa ditemukan
cadangan minyak baru akan menimbulkan masalah krusial bagi kestabilan
ekonomi dan sosial bangsa Indonesia.
Penggunaan bahan bakar fosil memasok 88% dari kebutuhan energi
global (Tim Nasional Pengembangan Bahan Bakar Nabati, 2007). Masalah
muncul ketika penggunaan bahan bakar ini dapat meneruskan radiasi cahaya
matahari dan memantulkan radiasi gelombang panjang atau radiasi balik dalam
wujud panas bumi. Kondisi ini menyebabkan suhu atmosfer semakin panas yang
kemudian dikenal dengan istilah efek rumah kaca dan berujung pada perubahan
iklim dan pemanasan global (global warming). Akibat langsung

di bidang

pertanian karena perubahan iklim dan pemanasan global salah satunya adalah
penurunan hasil panen (Palupi, 2009).
Berdasarkan analisis masalah di atas, program diversifikasi energi dengan
mengembangkan sumber energi terbarukan menjadi penting dilakukan. Negara
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumbardaya hayati. Jarak
pagar (Jatropha curcas L) merupakan salah satu tanaman yang bisa menjadi

10

sumber energi alternatif dalam bentuk Bahan Bakar Nabati (BBN) atau biofuel.
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) terdapat hampir di seluruh wilayah
Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, sehingga sangat
disayangkan jika tanaman ini tidak dikembangkan dalam peranan utamanya
sebagai penghasil BBN.
Jarak pagar agak berbeda dengan tanaman lainnya, karena untuk
menghasilkan batang kokoh yang tahan terhadap terpaan angin, efisiensi cahaya,
sekaligus meningkatkan jumlah cabang produktif maka diperlukan pemangkasan.
Pemangkasan (pruning) adalah pemotongan bagian tertentu tanaman yang tidak
dikehendaki pertumbuhannya karena dapat menghambat atau mengganggu
perkembangan tanaman. Pengaturan arsitektur tajuk pada berbagai tanaman akan
meningkatkan efisiensi ruang tempat tanaman tumbuh serta meningkatkan hasil
terutama tanaman yang berbunga terminal seperti jarak pagar. Pemangkasan
bertujuan untuk membentuk pohon yang kokoh dan tegar, memperbanyak
percabangan, menghindari terjadinya dominasi apikal, serta meningkatkan jumlah
bunga dan buah pada tanaman yang berbunga terminal (Widodo, 1995). Menurut
Hariyadi (2005) tujuan pemangkasan secara umum, untuk mengendalikan ukuran,
mengatur keragaan tanaman, mengendalikan bentuk, serta meningkatkan hasil
tanaman.
Populasi tanaman per hektar akan berpengaruh terhadap hasil biji yang
dihasilkan. Hal ini terkait dengan pengaturan jarak tanam. Jarak tanam
mempengaruhi lingkungan fisik secara langsung maupun tidak langsung melalui
kompetisi antar tanaman dalam memanfaatkan air, unsur hara, dan cahaya.
Keberhasilan pengelolaan suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan
dan kemampuan tanaman dalam memanfaatkan sumberdaya lingkungan tumbuh
tanaman. Jarak tanam yang tepat dapat menekan tingkat persaingan antar tanaman
hingga serendah mungkin (Suminarti, 2000). Persaingan yang intensif

antar

tanaman akan mengakibatkan terjadinya perubahan morfologi pada tanaman yang
berdampak kurang baik terhadap perkembangan dan hasil biji pada tanaman
(Harijadi, 1989).

11

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemangkasan dan
jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jarak pagar (Jatropha
curcas L.).

Hipotesis
Pemangkasan dan jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman jarak pagar. Selain itu, terdapat tinggi pangkasan dan jarak tanam
terbaik yang dapat menghasilkan hasil optimum pada tanaman jarak pagar.

12

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Jarak Pagar
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) berasal dari Meksiko, Amerika
Tengah (Prihardana dan Hendroko, 2007). Menurut Nurcholis dan Sumarsih
(2007), tanaman jarak pagar mulai banyak ditanam di Indonesia semenjak masa
penjajahan Jepang pada tahun 1942, yang bijinya dipergunakan untuk membuat
bahan bakar bagi pesawat tempur Jepang. Tanaman jarak pagar dalam waktu
singkat telah menyebar cukup luas, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Wilayah Jawa Tengah meliputi Semarang, Solo, dan sekitarnya. Wilayah Jawa
Timur meliputi Madiun, Lamongan, Bojonegoro, Besuki, dan Malang. Jarak pagar
kemudian berkembang luas sampai kawasan Indonesia Timur, seperti Nusa
Tenggara, Sulawesei, dan sebagainya.
Di Indonesia, jarak pagar juga dikenal dengan nama jarak kosta, jarak
pager, atau jarak wolanda. Nama tanaman jarak pagar sesuai dengan daerahnya
menurut Hyne (1987) adalah nawaih nawas (Aceh); balacae (Manado); damar
ende (Timor); jirak (Minangkabau); jarak kosta (sunda); jarak budeg, jarak
gundul, jarak iru, jarak pager, jarak cina (Jawa); beaw (Sulawesi Utara); bintalo,
biau (Gorontalo); tondo ntomene (Baree); kalake, kaleke paghar (Madura); jarak
pegeh (Bali); kuman nema (Alor); tangang-tangang kali kanjoli (Makasar); peleng
kaliki (Bugis); lulu mau, lulu ai fula (Rote); paku kose, paku luba, paku lunat
(Timor); muun nav (Kai); malate (Seram Timur); makamale, ai bua kemale
(Seram Barat); ai bua kamaalo, ai kamane, yai bua kamalo (Seram Selatan);
balacai (Halmahera Selatan); bolacai, kadoto (Halmahera utara); Balacai Bisa
(Ternate dan Tidore).
Jarak pagar merupakan tanaman perdu yang melakukan penyerbukan
sendiri

atau

penyerbukan

Euphorbiaceae,

silang.

Jarak

pagar

termasuk

dalam

famili

satu famili diantaranya dengan tanaman karet dan ubikayu.

Adapun taksonomi tumbuhan jarak pagar menurut Hyne (1987) diklasifikasikan
sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae

13

Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha L.
Spesies : Jatropha curcas L.
Tinggi tanaman dalam kondisi normal dapat mencapai 1.5 – 5 meter
(Nurcholis dan Sumarsih, 2007), sedangkan penelitian Hariyadi (2005)
menyebutkan bahwa jarak pagar mampu mencapai ketinggian hingga 7 m. Jarak
pagar memiliki percabangan yang tidak teratur dengan ranting bulat dan tebal.
Batangnya berkayu silindris dan jika tergores dapat mengeluarkan getah.
Batangnya juga berkulit licin, beruas-ruas, pada setiap ruas terdapat titik tumbuh
daun atau cabang. Kulit batang bertekstur halus, berwarna keabu-abuan atau
kemerah-merahan. Ranting yang masih muda umumnya berwarna kehijauhijauan. Panjang masing-masing ruas batang bervariasi, tergantung varietasnya.
Diameter pangkal batang utama sekitar 5-7 cm.
Daun jarak pagar cukup besar, panjang helai daun 6-16 cm, lebar 5-15 cm.
Helaian daun berbentuk bulat telur dengan pangkal berbentuk jantung, bersudut
atau berlekuk 3-5,dan tepi daun gundul. Warna daun hijau atau hijau muda. Daun
memiliki tangkai dengan panjang antara 3.5 – 15 cm. Daun jarak pagar
merupakan daun tunggal berwarna hijau yang tersebar di seluruh bagian batang
(Nurcholis dan Sumarsih, 2007).
Bunga jarak pagar berupa bunga majemuk tersusun dalam rangkaian
berumah satu. Bunga berwarna kuning kehijauan, dengan presentase bunga betina
5-10% atau lebih, muncul di ujung batang. Bunga menyerbuk dengan bantuan
serangga (Hasnam, 2006). Bunga jarak pagar muncul saat tanaman mulai berumur
3-4 bulan. Pembungaan umumnya terjadi pada musim kemarau, meskipun
demikian pada musim hujan juga dapat berbunga. Bunga muncul secara terminal
dari percabangan. Kelopak bunga berjumlah 5 helai, berbentuk bulat telur dengan
ukuran panjang 4 mm. Bunga secara keseluruhan berbentuk lonceng. Mahkota
bunga berjumlah 5 helai. Ukuran bunga betina lebih besar dibandingkan dengan
bunga jantan.

14

Buah disebut kapsul berbentuk bulat telur, berdaging ketika masih muda,
berwarna hijau, kuning lalu hitam dan mengering (Prastiwi et al.,

2006).

Prihandana dan Hendroko (2007) menambahkan bahwa pembentukan buah
membutuhkan waktu 90 hari dari pembungaan sampai matang. Buah dihasilkan
setelah terjadi penyerbukan bunga betina oleh serbuk sari bunga jantan. Buah
jarak pagar berdiameter 2 – 4 cm dan terbagi menjadi tiga ruang yang masingmasing ruang berisi satu biji.
Biji jarak pagar berbentuk bulat panjang. Ukuran panjangnya rata-rata 18
mm dan lebar rata-rata 10 mm. Biji jarak bercangkang tipis. Kulit biji yang sudah
tua bagian luar berwarna hitam kotor dan setelah kering penuh retak-retak kecil
(Henning, 1998). Biji dapat terlepas sendiri dari buah jika kulit buah telah kering.
Biji matang ditandai dengan perubahan warna kulit buah dari hijau menjadi
kuning. Biji inilah yang banyak mengandung minyak dengan rendemen 25 – 30 %
(Priyanto, 2007). Tanaman jarak pagar adalah tanaman menyerbuk silang,
meskipun presentasi menyerbuk sendirinya juga cukup tinggi. Jarak pagar yang
menyerbuk silang ini menyebabkan keturunannya bersifat heterozigot dan
populasinya heterogen (Puslitbangbun, 2008b).
Secara alamiah, jarak pagar memiliki sistem percabangan yang tidak
teratur yang terdiri atas cabang primer, cabang sekunder, dan cabang terminal.
Cabang sekunder adalah cabang yang terbentuk pada cabang primer, sedangkan
cabang terminal adalah cabang yang terbentuk pada cabang sekunder yang
merupakan tempat tumbuhnya daun, bunga, dan buah. Jumlah cabang terminal
sangat ditentukan oleh jumlah cabang primer dan sekunder yang terbentuk. Dalam
budidaya tanaman, jumlah cabang primer dibatasi 3-5 cabang (Raden, 2008).

Syarat Tumbuh Tanaman
Jarak pagar dapat tumbuh pada lahan marjinal yang umumnya sulit untuk
ditumbuhi tanaman lain. Namun demikian, tanaman jarak pagar juga memiliki
lingkungan ideal yang bisa menunjang pertumbuhan dan perkembangannya untuk
menghasilkan produktivitas optimal. Jarak pagar dapat tumbuh di dataran rendah
hingga ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Curah hujan yang ideal adalah

15

625 mm/tahun, dengan pH tanah 5.0-6.5 (Tim Jarak Pagar, 2006), sedangkan
menurut Becker dan Makkar (1999) curah hujan yang optimal untuk tanaman
jarak pagar berkisar antara 600-1200 mm per tahun.
Hasil penelitian Hariyadi (2005) menyebutkan bahwa tanaman jarak pagar
cukup adaptif terhadap ligkungan tumbuhnya. Lingkungan tumbuh optimal bagi
tanaman jarak pagar yakni ketinggian tempat 0-1000 m di atas permukaan laut.
Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, tetapi memiliki
drainase baik, tidak tergenang, pH tanah 5.0-6.0 dan suhu sekitar 18-30°C. Pada
daerah dengan suhu rendah (35°C) akan menyebabkan daun dan bunga berguguran serta
buah kering sehingga produksi menurun.
Tanaman ini dapat tumbuh pada semua jenis tanah, tetapi pertumbuhan
yang lebih baik pada tanah-tanah ringan atau lahan-lahan dengan drainase dan
aerasi yang baik (Allorerung dan Effendi, 2009). Tanah yang paling optimal untuk
pertumbuhan jarak pagar mengandung pasir 60-90%. Tanaman ini dapat juga
dijumpai pada daerah berbatu, berlereng, dan perbukitan atau sepanjang saluran
air dan batas-batas kebun (Arivin et al., 2006).

Manfaat Tanaman Jarak Pagar
Biji jarak pagar dari buah kuning mengandung rendeman minyak sekitar
30-40% (Puslitbangbun, 2006a). Sedangkan Henning (1998) menyebutkan bahwa
bijinya beracun dan mengandung sekitar 35% minyak. Biji jarak terdiri dari kernel
(daging biji) dan 25% sisanya adalah kulit. Citrorekso (2006) menyatakan bahwa
komposisi minyak jarak terdiri dari 5% air, 54% minyak, 13% karbohidrat, 12.5%
serat, 2.5% abu, dan 18% protein. Adapun komposisi minyak jarak terdiri dari
asam lemak dan gliserol. Asam lemaknya terdiri dari palmitat, stearat, oleat,
linoleat, dan dihidroksistearat.
Jarak pagar merupakan tanaman multifungsi, disamping merupakan
tanaman obat (bijinya untuk obat sembelit, getahnya untuk obat luka, daunnya
sebagai anti malaria), menghasilkan bahan bakar alternatif, bahan pembuat sabun,
dan kulit buahnya dapat dijadikan kompos. Di Kuba digunakan sebagai pohon

16

pelindung tanaman kopi dan tiang panjat hidup tanaman panili (Henning, 1998).
Jarak pagar juga berpotensi dijadikan tanaman sekat berupa jalur hijau dengan
karakteristik antara lain: merupakan tanaman yang tahan kekeringan, berdaun
lebar dan sebagai salah satu anggota Euphorbiaceae jarak pagar juga bisa ditanam
secara vegetatif dan mudah bertunas.

Pengaruh Pemangkasan terhadap Pertumbuhan Tanaman
Pemangkasan (pruning) adalah pemotongan bagian tertentu tanaman yang
tidak dikehendaki pertumbuhannya karena dapat menghambat atau mengganggu
perkembangan tanaman. Pemangkasan bertujuan untuk membentuk pohon yang
kokoh dan tegar, memperbanyak percabangan, menghindari terjadinya dominasi
apikal, serta meningkatkan jumlah bunga dan buah pada tanaman yang berbunga
terminal (Widodo, 1995). Menurut Harijadi (1989), tujuan pemangkasan secara
umum adalah untuk mengendalikan ukuran, mengatur keragaan tanaman,
mengendalikan bentuk, serta meningkatkan produksi dan mutu tanaman.
Prinsip pemangkasan pada tanaman mangga adalah merangsang
terbentuknya tunas vegetatif – generatif agar bidang percabangan lebih luas
sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman (Hidayat, 2005). Cholid et
al. (2006) menyatakan pemangkasan pada tanaman jarak pagar bertujuan untuk
merangsang percabangan, serta membentuk kanopi yang berpengaruh terhadap
produksi jarak pagar. Pemangkasan dilakukan pada batang yang telah cukup
berkayu (warna coklat keabu-abuan). Pemangkasan dilakukan secara berkala,
selain untuk meningkatkan jumlah cabang produktif juga untuk mengatur tinggi
tanaman sehingga mudah dalam pemeliharaan dan pemanenan (Hariyadi, 2005)
Menurut Edmond et al. (1957), ada dua jenis pemangkasan, yaitu heading
back dan thinning out. Heading back yaitu pemangkasan bagian atas tanaman atau
puncak dari ranting atau cabang. Thinning out yaitu membersihkan atau
membuang ranting dan cabang tanaman yang sakit, tua, atau lemah, serta tunastunas air yang tidak diperlukan. Efek dari heading back adalah pertumbuhan
tunas-tunas samping, sedangkan efek dari thinning out adalah tanaman yang sehat
dan bebas dari cabang yang tidak produktif. Harijadi (1989) juga menambahkan

17

bahwa Heading Back dapat menciptakan perubahan bentuk baru dengan
perusakan dominasi apikal. Dominasi apikal yaitu penekanan pertumbuhan calon
tunas ketiak oleh ujung ranting yang aktif tumbuh, akibatnya tanaman akan
tumbuh memanjang. Apabila pucuk aktif dibuang maka tunas-tunas lateral akan
bermunculan sehingga percabangan menjadi merapat dan lebat (Widodo, 1995).
Jarak pagar berbunga majemuk sehingga membutuhkan bahan makanan
yang sangat besar agar gugurnya bunga dan buah dapat dikurangi. Tanaman jarak
pagar perlu penghematan bahan fotosintat sewaktu pohon aktif memproduksi
bahan makanan, perlu juga efisiensi sistem jaringan dalam tubuh tanaman agar
bahan makanan yang ada setelah digunakan untuk perawatan tanaman itu sendiri
cukup untuk membentuk bunga dan buah. Efisiensi ini dilakukan bukan
mengurangi bahan makanannya, namun menekan pemborosannya dengan
memangkas bagian yang bersifat negatif (hanya menyerap dan tidak
menyumbangkan bahan makanan sama sekali) atau dengan mengurangi bahan
pengguna makanan, seperti daun-daun yang ternaungi atau cabang-cabang yang
tidak produktif (Raden, 2008).
Jumlah cabang menentukan jumlah bunga, buah dan biji jarak.
Pemangkasan tajuk secara teratur dan berpola akan membentuk tajuk dan cabang
yang ideal seperti membentuk payung. Hal ini penting karena tanaman jarak pagar
berbunga di terminal, sehingga jumlah cabang berkolerasi positif dengan produksi
buah dan biji. Bunga di terminal atau di ketiak daun ini menyebabkan jarak pagar
membutuhkan penyiapan tempat berbunga yang sebanyak-banyaknya agar dapat
menyangga buah yang lebat. Ranting membawa bunga, pada pohon yang
berbunga di terminal perlu dipangkas setelah pemanenan (Mahmud et al., 2006).
Jarak pagar merupakan tanaman yang memerlukan pemangkasan untuk
menghasilkan batang kokoh yang tahan terhadap terpaan angin, efisiensi cahaya,
sekaligus meningkatkan jumlah cabang produktif (Putri, 2009). Hasil penelitian
Putri (2009) menunjukkan bahwa pemangkasan pada jarak pagar secara umum
dapat meningkatkan jumlah cabang sekunder yang terbentuk, dan dengan semakin
banyaknya jumlah cabang sekunder yang terbentuk dapat memberikan pengaruh
terhadap jumlah daun pada tanaman jarak pagar.

18

Cholid et al. (2006) menyebutkan bahwa perlakuan pemangkasan 30 cm
menghasilkan jumlah tandan tertinggi yaitu 6,43 tandan buah/tanaman, diikuti
pemangkasan 45 cm (5,81 tandan buah/tanaman), pemangkasan 60 cm (4,35
tandan buah/tanaman). Produksi tandan buah terendah terdapat pada perlakuan
tanpa pemangkasan (3,76 tandan buah/tanaman). Penelitian menunjukkan
tanaman jarak pagar pada akhir tahun pertama perlu dilakukan pemangkasan
dengan memotong tanaman hingga tersisa hanya 30 cm dari permukaan tanah,
untuk merangsang pertumbuhan cabang-cabang. Selanjutnya pada akhir tahun
pemangkasan berikutnya dilakukan dengan memotong cabang-cabang tanaman
sepanjang 2/3 bagian dan menyisakan 1/3 bagian cabang-cabang tersebut
(Puslitbangbun, 2008a). Khusus untuk tanaman yang berasal dari setek, cabang
hasil pangkasan tahun kedua ini dapat dipakai sebagai perbanyakan tanaman
untuk ditanam di tempat lain.

Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan dan produksi suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan dan kemampuan tanaman dalam memanfaatkan sumberdaya
lingkungan tumbuh tanaman. Pengaturan jarak tanam yang tepat, merupakan salah
satu teknik penting untuk budidaya tanaman setelah pemilihan varietas tanaman
yang baik. Jarak tanam berhubungan erat dengan kerapatan tanaman. Menurut
Soemarno (1973), tanaman yang terlalu rapat mengakibatkan pertumbuhan ke atas
dominan, sedangkan pertumbuhan ke samping terhambat, karena tanaman saling
berlomba untuk mendapatkan sinar matahari.
Jarak tanam yang sesuai adalah pengaturan ruang tumbuh bagi tanaman
yang bersangkutan sedemikian rupa sehingga persaingan dalam penyerapan
cahaya matahari, air dan unsur hara diantara masing-masing individu tanaman
dapat ditekan sekecil-kecilnya. Semakin rapat jarak tanam semakin banyak
populasi tanaman per satuan luas, sehingga persaingan hara antar tanaman
semakin ketat. Akibatnya partumbuhan tanaman akan terganggu dan produksi per
tanaman akan menurun (Mawazin dan Suhendi, 2008). Fujimori (2001)
menyatakan pertumbuhan pohon dan kualitas tanaman berkayu secara individu

19

dapat diatur melalui penerapan teknik pemangkasan dan penjarangan. Jarak tanam
erat kaitannya dengan lingkungan pertumbuhan tanaman, terutama faktor cahaya
(Janick et al., 1974).
Pola jarak tanam yang ideal adalah apabila kebutuhan tanaman terhadap
kondisi lingkungan (cahaya, kelembaban, aerasi udara, maupun perakaran) dapat
tercukupi (Muhammad et al., 1993). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh secara statistik terhadap diameter S.
parvifolia umur lima tahun, tetapi diameter yang dicapai ada kecenderungan
semakin lebar jarak tanam diameternya cenderung lebih besar dibanding dengan
jarak tanam yang rapat. Jarak tanam juga mempengaruhi riap diameter S.
parvifolia. Jarak tanam yang lebih lebar, riapnya lebih baik karena jumlah
tanamannya lebih sedikit sehingga persaingan antar tanaman lebih kecil. Seperti
pada tanaman yang berumur lima tahun, jarak tanam yang rapat (1 m x 1 m)
riapnya 0,33 cm jauh lebih kecil dibandingkan tanaman dengan jarak tanam yang
lebar (3 m x 3 m), riapnya mencapai 2,25 cm (Mawazin dan Suhendi, 2008).
Hasil penelitian menyebutkan bahwa pertumbuhan dan produksi jarak
pagar pada tahun kedua dan seterusnya cenderung tidak sebaik pada tahun
pertama meskipun dalam kondisi optimum. Hasil panen tahun kedua dan
seterusnya ternyata tidak dapat menyamai hasil panen pada tahun pertama.
Dengan jarak tanam 2x2 m2 atau populasi 2 500 tanaman per hektar untuk
mencapai potensi produksi 8-9 ton/ha harus menunggu tahun ke 5-6 dengan input
yang tinggi sehingga menjadi tidak ekonomis lagi. Melalui inovasi teknologi
sistem tanam, dengan meningkatkan jumlah populasi per hektar minimal 7 600
tanaman dan asumsi budidaya di tingkat petani (50% dari potensi hasil IP-3P
tahun pertama), maka produktivitas 9.5 ton biji kering per hektar dapat dicapai
pada tahun pertama. Hal ini merupakan suatu lompatan teknologi yang besar
untuk mengatasi kendala waktu dan input yang besar, sekaligus menghasilkan
biomassa yang cepat sebagai sumber energi nabati (Puslitbangbun, 2010).

20

Produksi Biji Jarak Pagar
Biji tanaman jarak pagar dimanfaatkan untuk dua tujuan, yaitu (1) untuk
diambil minyaknya dan (2) dimanfaatkan sebagai benih. Penanganan biji jarak
pagar sebagai benih tidak sama dengan biji jarak pagar sebagai sumber minyak,
sebab proses pasca panen buah jarak pagar menjadi benih memerlukan perlakuan
yang khusus hingga benih memiliki mutu yang tinggi dan dapat disimpan dalam
kurun waktu yang lama (Sudjindro, 2008)
Penggunaan biodiesel tanaman jarak pagar dalam 10 tahun diperkirakan
mencapai 2 400 000 kiloliter dan produktivitas jarak pagar yang ditanam rata-rata
5 ton biji kering/ha, jika produksi kebun biji 5 ton /ha dan biji terseleksi 75% atau
3.75 ton/ha, maka jumlah tersebut dapat dipenuhi dari kebun induk seluas 225 ha.
Puslitbang perkebunan memproyeksikan mulai tahun 2005/2006 membangun
kebun benih sumber seluas 50 ha, sisanya diharapkan dari peran serta masyarakat
atau swasta. Kebun benih yang dibangun Puslitbang Perkebunan menggunakan
stek hasil klon-klon lokal unggul. Bahan tanaman untuk pembangunan kebun
benih sumber ini diperoleh dari seleksi langsung di lapangan sebanyak 150 000
stek yang selanjutnya ditanam di kebun-kebun percobaan Puslitbang Perkebunan,
yaitu di Pakuwon dan Asembagus (Hasnam dan Mahmud, 2005).
Benih yang dihasilkan adalah komposit dari individu-individu terpilih.
Benih jarak pagar termasuk benih otrodoks, yaitu benih yang untuk disimpan
dalam jangka waktu yang lama, harus disimpan dalam kondisi kadar air rendah (67%) dan suhu ruang penyimpanan relatif rendah (Hong et al., 1996). Benih yang
bermutu tinggi didapat dengan pemanenan ketika buah mencapai masak fisiologis,
pada jarak pagar ditandai dengan buah berwarna kuning (berubah warna dari hijau
menjadi kuning) dan bila dibuka benih di dalamnya berwarna hitam berkilat.
Sampai Oktober 2006, telah dihasilkan 2 102 kg benih yang terdiri dari IP IA, IP1M dan IP-1P masing-masing 650, 563, dan 889 kg dimana 1 772 kg telah
didistribusikan ke 14 provinsi yang mendapat prioritas pengembangan jarak
pagar. Benih tersebut digunakan untuk pembangunan 140 ha kebun induk di
daerah-daerah, demplot dan pengembangan jarak pagar ( Puslitbangbun, 2006b).
Produksi benih yang tinggi dan berkualitas, dapat pula dipengaruhi oleh
kesuburan tanah (Puslitbangbun, 2007)

21

Persentase kehampaan biji merupakan cerminan dari bobot masing-masing
biji yang dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi dalam tanah, pupuk, jumlah air dan
intensitas cahaya, serta interaksi dari faktor tersebut. Bulan-bulan panen akan
berpengaruh terhadap hasil panen, kualitas hasil, serta kandungan minyaknya.
Tingkat kesempurnaan pengisian kernel pada cangkang benih sangat berpengaruh
terhadap tingkat mutu benih, semakin sempurna pengisian kernel pada ruang
benih maka vigor dan viabilitas benih menjadi semakin tinggi serta kandungan
minyaknya

menjadi

semakin

maksimal

(Puslitbangbun

2011).

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun
Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman
dilakukan di Kebun Jarak Pagar PT Indocement, Citeureup, Bogor. Pembibitan di
Kebun Percobaan Leuwikopo dilakukan sejak Juli 2010, pindah tanam ke lahan
PT Indocement pada Agustus 2010 dan pengamatan penelitian dilakukan pada
Oktober 2010 hingga April 2011.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan untuk penanaman adalah benih jarak pagar
genotipe Bengkulu yang dipanen di Citeureup. Media tanam pembibitan terdiri
atas pupuk kandang, tanah, dan pasir. Peralatan yang digunakan diantaranya
gunting pangkas, pita meter, micrometerskrup, plastik label, kertas kerja, alat
tulis, dan timbangan analitik.

Metode Penelitian
Rancangan Percobaan
Percobaan di lapangan disusun berdasarkan rancangan faktorial dalam
Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor, yaitu pemangkasan
dan pengaturan jarak tanam. Pemangkasan terdiri atas tiga taraf perlakuan
pemangksan batang utama yaitu 20 cm, 40 cm, dan 60 cm dari permukaan tanah.
Faktor kedua adalah jarak tanam yang terdiri atas 3 taraf yaitu 1x1 m2, 2x1 m2,
dan 2x2 m2. Setiap perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali, sehingga
terdapat 27 satuan percobaan dengan luas lahan 1088 m2. Setiap unit percobaan
terdapat 15 tanaman jarak pagar. Jumlah tanaman contoh di setiap unit percobaan
sebanyak 5 tanaman, sehingga terdapat 135 satuan amatan. Model aditif linear
untuk rancangan yang digunakan adalah :

23

Yijk= µ + αi +

j

+ k + (α )ij + εijk

Keterangan :
Yijk

: nilai pengamatan pada perlakuan pemangkasan ke-i, jarak tanam ke-j,
dan kelompok ke- k

µ

: nilai rataan umum

αi

: pengaruh perlakuan pemangkasan ke-i (i=1,2,3)

j

: pengaruh perlakuan jarak tanam ke-j (j=1,2,3)

k

: pengaruh kelompok ke-k (k=1,2,3)

(α )ij : pengaruh interaksi perlakuan pemangkasan ke-i dan jarak tanam ke-j
εijk

:

pengaruh galat percobaan perlakuan pemangkasan ke-i, jarak tanam ke-j,
dan kelompok ke-k.

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan yang dicobakan
dilakukan analisis ragam (Uji F), hasil uji F yang menunjukkan pengaruh nyata
kemudian diuji lanjut dengan metode Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT)
pada taraf 5%. Denah petak percobaan dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pelaksanaan Penelitian
Bahan tanam yang digunakan adalah benih campuran genotipe Bengkulu,
sebagai salah satu hasil seleksi dan karakterisasi terbaik yang dihasilkan pada
penelitian sebelumnya. Tahapan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pembibitan
Benih ditanam di polibag, kemudian bibit jarak pagar dipelihara sampai
berumur delapan minggu.
2. Pemeliharaan bahan tanam
Bibit yang tumbuh diseleksi dengan kriteria sebagai berikut: pertumbuhan
normal, bebas hama penyakit, tinggi bibit 30-60 cm, dan jumlah daun 7-10
helai.
3. Penanaman di lapangan
Bibit terseleksi kemudian ditanam di lapangan sesuai dengan perlakuan
masing-masing. Penanaman dilakukan dengan tiga ulangan. Setiap
ulangan terdiri atas perlakuan jarak tanam 1x1 m2, 2x1 m2, dan 2x2 m2,
dipadukan dengan tinggi pangkasan 20 cm, 40 cm, dan 60 cm untuk

24

setiap perlakuan jarak tanam. Populasi tanaman per petak sebanyak 15
tanaman. Tanaman contoh yang diamati adalah lima tanaman yang berada
di tengah barisan.
Tanaman yang telah berumur empat minggu setelah pindah tanam,
dipangkas sesuai perlakuan tinggi pangkasan yaitu 20 cm, 40 cm, dan 60 cm.
Pemangkasan dalam perlakuan ini dilakukan terhadap cabang primer tanaman.
Pemangkasan dilakukan hati-hati agar tidak terjadi pengelupasan terhadap kulit
kayu yang dapat menyebabkan kematian tanaman. Pemangkasan dilakukan
dengan menggunakan alat potong (gunting pangkas) yang tajam. Selanjutnya
tanaman dipelihara hingga menghasilkan buah.
Pemeliharaan tanaman berupa penyiangan gulma dilakukan empat minggu
sekali. Pengendalian hama di lapangan dilakukan secara manual, sedangkan
pengendalian penyakit dilakukan dengan menyemprotkan larutan pestisida
terhadap tanaman yang terkena serangan cendawan atau kutu putih. Pemupukan
dilakukan dua kali setelah tanaman pindah lapang, yaitu pada saat pindah lapang
dan 20 minggu setelah pindah lapang. Pupuk yang digunakan adalah pupuk
kompos dengan dosis 2 kg per tanaman.

Pengamatan
Pengamatan dilakukan mulai 2 minggu setelah pemangkasan selama dua
puluh empat minggu. Peubah yang diamati mencakup pengamatan pada fase
vegetatif dan komponen hasil tanaman meliputi pengamatan pada fase generatif
terhadap buah dan biji yang dihasilkan.
A. Pengamatan fase vegetatif
Pengamatan mulai dilakukan 2 minggu setelah pemangkasan sampai
memasuki fase generatif, terhadap :
1) Jumlah daun
Jumlah daun dihitung dari tunas terpanjang dari hasil pemangkasan.
Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali sampai tanaman berumur 10
MSP.

25

2) Tinggi tunas
Tinggi tunas diukur pada tinggi tunas terpanjang dari tunas hasil pangkasan.
Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali sampai tanaman berumur 10
MSP.
3) Lebar kanopi
Lebar kanopi diukur menggunakan pita meter. Lebar kanopi yang diukur
berdasarkan lebar tajuk tanaman terpanjang. Pengamatan dilakukan setiap dua
minggu sekali sampai tanaman berumur 10 MSP.
4) Diameter tunas
Diameter tunas diukur pada diameter tunas terpanjang dari hasil pangkasan.
Pengamatan dilakukan empat minggu sekali sampai tanaman berumur 10
MSP.
5) Jumlah Tunas
Jumlah tunas diperoleh dengan menjumlahkan semua tunas baru yang
terbentuk dari cabang bekas pangkasan. Pengamatan dilakukan enam minggu
sekali sekali selama enam bulan.
6) Jumlah cabang
Jumlah cabang dihitung dari banyaknya cabang primer dan sekunder yang
terdapat dalam satu tanaman. Parameter ini diamati di akhir pengamatan.
B. Pengamatan Komponen Hasil Tanaman
Pengamatan komponen hasil tanaman meliputi pengamatan pada fase
generatif yang diukur ketika mucul karakter generatif pada tanaman contoh yaitu
saat tanaman mulai berbunga serta pengamatan produksi buah dan biji yang
dilakukan ketika buah pada tanaman contoh mulai dipanen sampai akhir
pengamatan pada bulan April. Tanaman yang sudah memasuki fase generatif,
maka pengamatan fase vegetatif dihentikan.


Pengamatan fase generatif

1) Umur berbunga
Diamati umur tanaman ketika berbunga pada setiap unit percobaan ketika
pertama kali tanaman contoh berbunga.

26

2) Jumlah cabang produktif
Jumlah cabang produktif dihitung dari banyaknya cabang yang menghasilkan
malai. Pengamatan dilakukan empat minggu sekali setelah tanaman berbuah
sampai 24 MSP (Minggu Setelah Pangkas).
3) Jumlah malai
Jumlah malai dihitung dari keseluruhan malai yang terbentuk pada setiap
cabang atau tunas tanaman contoh. Pengamatan dilakukan dua minggu sekali
setelah tanaman memasuki fase generatif sampai 24 MSP.
4) Jumlah buah per malai
Jumlah buah dihitung dari banyaknya buah yang terdapat pada setiap malai.
Pengamatan dilakukan dua minggu sekali setelah tanaman contoh mulai
berbuah sampai 24 MSP.


Produksi buah dan biji

1) Jumlah buah per pohon
Jumlah buah per pohon dihitung dari total buah yang ada pada setiap tanaman
contoh. Parameter ini diamati di akhir pengamatan dengan menjumlahkan
seluruh buah yang dipanen selama periode panen bulan Januari 2011 - April
2011 pada setiap tanaman contoh.
2) Bobot buah per pohon
Bobot buah per pohon dihitung dari bobot buah total yang ada dalam setiap
tanaman contoh. Parameter ini diamati setelah buah tanaman contoh jarak
pagar dipanen.
3) Bobot biji kering per pohon
Bobot biji kering per pohon dihitung dari bobot biji total yang telah
dikeluarkan dari buahnya dan dikeringkan. Parameter ini diamati diakhir
pengamatan dengan menjumlahkan bobot biji kering dalam satu pohon untuk
setiap tanaman contoh.
4) Jumlah biji/tanaman
Jumlah biji/tanaman dihitung setelah tanaman contoh jarak pagar dipanen
buahnya. Buahnya dibuka, dihitung jumlah biji yang terdapat dalam satu buah,
lalu

dijumlahkan

total

bijinya

untuk

setiap

tanaman

contoh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum
Lahan yang digunakan adalah lahan bekas penambangan semen PT
Indocement. Lahan ini berada pada ketinggian 200 m dpl. Menurut Wahid (2006)
ketinggian yang optimum bagi produksi buah jarak adalah di bawah 500 meter
dpl, lebih dari itu tanaman tidak akan berproduksi optimal. Data iklim di lokasi
penelitian yang diperoleh dari PT Indocement, Citeureup, Bogor, menunjukkan
data yang berfluktuasi dengan rata-rata suhu bulanan mencapai 26.98˚C. Suhu
udara paling tinggi selama pengamatan terjadi pada bulan Februari yaitu β7.γ8˚C,
sedangkan suhu paling rendah terjadi pada bulan Januari yaitu β6.1γ ˚C. Selama
penelitian berlangsung, kondisi cuaca berubah-ubah. Curah hujan tertinggi terjadi
pada bulan November yaitu 376 mm/bulan dan curah hujan terendah pada bulan
Maret yaitu 122 mm/bulan (Lampiran 2). Gambar 1 menunjukkan peru