Senyawa Penciri Damar Mata Kucing untuk Pembaruan Parameter Standar Nasional Indonesia

i

SENYAWA PENCIRI DAMAR MATA KUCING
UNTUK PEMBARUAN PARAMETER STANDAR NASIONAL
INDONESIA

SRI MULYANI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

 

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Senyawa Penciri
Damar Mata Kucing untuk Pembaharuan Parameter Standar Nasional Indonesia
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2013
Sri Mulyani
NIM G44080002

 

iii

ABSTRAK
SRI MULYANI. Senyawa Penciri Damar Mata Kucing untuk Pembaruan
Parameter Standar Nasional Indonesia. Dibimbing oleh SUMINAR S ACHMADI
dan RITA KARTIKA SARI.
Damar mata kucing dengan kualitas paling baik dan memiliki harga yang

cukup tinggi di pasaran dihasilkan oleh Shorea javanica. Standar Nasional
Indonesia (SNI) 2900:1999 mengelompokkan damar mata kucing dalam 8 jenis
mutu, yaitu A, B, C, D, E, A/D, A/E, dan bubuk berdasarkan parameter titik
lunak, bilangan asam, kadar abu, bahan taklarut dalam toluena, sifat larutan 50%
dalam toluena, dan sifat larutan 20% dalam toluena. Sebagian besar parameter uji
ini tidak menggolongkan damar secara tegas sehingga perlu dicari parameter
kimia yang lebih kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui sebagian
besar parameter SNI memiliki kesesuaian hasil uji yang rendah sehingga mutu
damar berdasarkan pedagang tidak sama dengan mutu berdasarkan SNI. Untuk
memperoleh profil senyawa kimia, sampel damar mata kucing diekstraksi dengan
pelarut toluena dan dianalisis dengan kromatograf gas-spektrometer massa.
Senyawa α-kopaena terdapat di semua sampel damar mata kucing. Kadar resin
dan kadar senyawa α-kopaena berkorelasi dengan mutu damar mata kucing
sehingga berpotensi sebagai parameter baru untuk perbaikan parameter SNI.
Kata kunci: damar mata kucing, α-kopaena, Standar Nasional Indonesia

ABSTRACT
SRI MULYANI. Marker Compound of Cat Eyes Dammar for Revising Indonesia
National Standard Parameter. Supervised by SUMINAR S ACHMADI and RITA
KARTIKA SARI.

The best quality cat eyes dammar that has high price in market is produced
by Shorea javanica. Indonesia National Standard (SNI) 2900:1999 classifies the
grade of cat eyes dammar based on parameters of softening point, acid number,
ash content, toluene insoluble matter content, solution properties in 50% toluene,
and solution properties in 20% toluene. The grades of cat eyes dammar are A, B,
C, D, E, A/D, A/E, and Bubuk. Most of the parameters cannot be used to classify
this commodity distinctly so that a quantitative chemical parameter is needed. The
results showed that most of the SNI parameters have low agreement with the
grades as determined by sellers. To obtain chemical profile, toluene extracts for
all sample were analyzed by gas chromatography mass spectrometer. α-Copaene
was identified in all cat eyes dammar samples and linearly correlated with the
dammar grades. The same result was showed in resin content. These results were
potencial to become new parameter for SNI revising.
Key words: cat eyes dammar, α-copaene, Indonesia National Standard

 

SENYAWA PENCIRI DAMAR MATA KUCING
UNTUK PEMBARUAN PARAMETER STANDAR NASIONAL
INDONESIA


SRI MULYANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

 

v

Judul Skripsi : Senyawa Penciri Damar Mata Kucing untuk Pembaruan Parameter

Standar Nasional Indonesia
Nama
: Sri Mulyani
NIM
: G44080002

Disetujui oleh

Prof Ir Suminar S. Achmadi, PhD
Pembimbing I

Dr Ir Rita Kartika Sari, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS
Ketua Departemen Kimia

Tanggal lulus:


 

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah yang berjudul “Senyawa Penciri Damar Mata Kucing untuk Pembaruan
Parameter Standar Nasional Indonesia”. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan
penelitian yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 hingga Februari 2013 di
Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih atas semua bimbingan, dukungan, dan
kerja sama yang telah diberikan oleh Ibu Prof Ir Suminar S Achmadi, PhD selaku
pembimbing I dan Ibu Dr Ir Rita Kartika Sari, MSi selaku pembimbing II. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Budi Arifin, MSi, Fadli A
Muntaqo, SSi, Umar Toriq, SSi, Dumas Flis Tang, SSi, dan Fanindra H Wilastra
atas segala diskusi dan saran berkaitan dengan penelitian ini. Terima kasih juga
kepada Bapak Sabur dan Ibu Yenni Karmila atas bantuan yang telah diberikan
selama penulis melakukan penelitian di Laboratorium Kimia Organik. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, keluarga, atas segala doa dan

kasih sayangnya.
Penelitian ini disponsori oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
melalui Hibah Kerja Sama Antarlembaga dan Perguruan Tinggi yang diraih oleh
Prof Ir Suminar S Achmadi, PhD.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bogor, Maret 2013

Sri Mulyani

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE
Penetapan Mutu Damar Mata Kucing
Analisis dengan GCMS

HASIL DAN PEMBAHASAN
Mutu Damar Mata Kucing Berdasarkan SNI
Identifikasi Senyawa Berdasarkan GCMS
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

viii 
viii 
viii
1






12 
12 
21 


DAFTAR TABEL
Kadar bahan taklarut dalam toluena damar mata kucing dan damar batu

Sifat larutan 50% dalam toluena damar mata kucing dan damar batu

Sifat larutan 20% dalam toluena damar mata kucing dan damar batu

Senyawa yang terdeteksi GCMS dan kadar relatifnya berdasarkan 100% kadar
resin damar mata kucing
10 
5 Senyawa-senyawa yang terdeteksi GCMS pada damar batu bombay dan kalkuta
11 
1
2
3
4

DAFTAR GAMBAR
1

2
3
4
5
6

Contoh damar mata kucing dan damar batu
Titik lunak damar mata kucing dan damar batu
Bilangan asam damar mata kucing dan damar batu
Kadar abu damar mata kucing dan damar batu
Korelasi kadar resin dengan mutu damar mata kucing
Struktur α-kopaena






10 


DAFTAR LAMPIRAN
1 Spesifikasi syarat mutu damar mata kucing (SNI 2900:1999)
14 
2 Spesifikasi syarat mutu damar batu (SNI 2900:1999)
15 
3 Hasil pengklasifikasian damar mata kucing dan damar batu berdasarkan SNI
2900:1999
16 
4 Senyawa yang teridentifikasi GCMS dalam damar mata kucing dan damar batu
17 

1

PENDAHULUAN
Damar merupakan resin padat yang dihasilkan dari hasil eksudasi pohon
famili Dipterocarpaceae seperti Shorea, Hopea, dan Vatica. Mutu damar yang
paling bagus adalah damar yang dihasilkan dari pohon Shorea javanica atau lebih
dikenal dengan damar mata kucing. Komponen penyusun damar mata kucing
ialah senyawa terpenoid seperti seskuiterpena dan terpena-O (Mulyono et al.
2012b). Ukiya et al. (2010) telah berhasil mengisolasi 19 komponen triterpenoid
dan 1 komponen seskuiterpenoid dari getah ini. Akan tetapi, belum ada informasi
mengenai hubungan antara kandungan senyawa kimia dan mutu damar.
Damar mata kucing merupakan komoditas hasil hutan bukan kayu yang
sangat penting bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan di Krui, Lampung.
Damar ini sejak lama telah menjadi produk perdagangan ekspor ke berbagai
negara. Produksi damar pada tahun 2006 mencapai 11 000 ton yang sebagian
besar (75%) diekspor ke berbagai negara (Dephut 2008). Negara India, Singapura,
Banglades, Cina, dan Taiwan merupakan 5 negara pengimpor terbesar damar mata
kucing dari Indonesia. Damar banyak dimanfaatkan sebagai bahan mentah dalam
industri cat, vernis, plastik, bahan isolator, dll. Getah damar juga dimanfaatkan
secara tradisional oleh masyarakat sebagai obat kusta dan penguat otot. Beberapa
penelitian telah melaporkan aktivitas hayati damar mata kucing, antara lain
sebagai antivirus herpes (Poehland et al. 1987), antirayap dan antijamur (Setiawati
et al. 2001, Sari et al. 2004), obat penurun lipoprotein densitas rendah
(Andrikoupolous et al. 2003), dan antikanker (Ukiya et al. 2010).
Standar Nasional Indonesia (SNI) 2900:1999 mengelompokkan damar mata
kucing dalam 8 jenis mutu, yaitu A, B, C, D, E, A/D, A/E, dan Bubuk. Penetapan
mutu tersebut berdasarkan hasil penyaringan dalam berbagai ukuran. Parameter
lain yang digunakan ialah titik lunak, bilangan asam, kadar abu, bahan taklarut
dalam toluena, sifat larutan 20% dalam toluena, dan sifat larutan 50% dalam
toluena (Lampiran 1). Hasil pengujian sifat fisiko-kimia pada damar mata kucing
yang memiliki ukuran bongkahan berbeda ternyata memiliki sifat-sifat yang
hampir sama. Penelitian Wijayanto (2012) menunjukkan bahwa damar mata
kucing mutu A, B, dan C memiliki nilai pengujian fisiko-kimia yang hampir sama
dan dapat dikelompokkan ke dalam mutu yang baik setara mutu A sehingga
diperlukan parameter yang lebih objektif dalam penentuan mutu damar.
Identifikasi kandungan kimia pada damar mata kucing diharapkan dapat dijadikan
sebagai penanda mutu yang lebih objektif.
Damar batu merupakan damar yang berwarna gelap atau opak. Damar ini
tidak dipanen dari spesies S. javanica, melainkan dari S. eximia yang juga tumbuh
di kawasan hutan yang sama. Masyarakat Krui mengumpulkan damar batu yang
diambil di sekitar hutan damar mata kucing. Analisis fisiko-kimia dilakukan untuk
memastikan adanya indikasi pencampuran damar batu dengan damar mata kucing
serta analisis kromatograf gas-spektrometer mass (GCMS) untuk melihat
perbedaan senyawa kimia di antara keduanya.

2

METODE
Penelitian ini terbagi dalam 2 tahap, yaitu penentuan mutu sampel damar
mata kucing berdasarkan parameter SNI dan identifikasi senyawa. Instrumen
analitis yang digunakan ialah GCMS Shimadzu. Bahan-bahan yang digunakan
adalah damar mata kucing mutu A, B, C, AB, AX, KK, EE, dan Abu yang didapat
dari Krui, Lampung. Sebagai sampel damar batu ialah jenis bombay dan kalkuta
yang diperoleh dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan
dan Pengolahan Hasil Hutan (P3KKPHH). Damar ini merupakan damar yang
dikumpulkan dari permukaan tanah di Repong, Krui. Setiap sampel ditumbuk
secara terpisah dengan menggunakan mortar sehingga dihasilkan serbuk halus.
Sampel damar mata kucing mutu A, B, C memiliki warna yang sama, yaitu
kuning bening (Gambar 1). Penentuan mutu didasarkan pada ukuran damar mata
kucing. Damar mutu A berukuran sekitar 3 cm
3 cm atau lebih, mutu B
berukuran sekitar 1 cm 1 cm atau lebih, sedangkan mutu C berukuran sekitar
0.5 cm 0.5 cm atau lebih. Damar mata kucing dari P3KKPHH didasarkan pada
warna dan pengotor dengan ukuran damar yang beragam untuk satu jenis mutu.
Damar mata kucing mutu A berwarna kuning bening, mutu AB berwarna kuning
bening sedikit kehitaman, mutu AX berwarna bening kehitaman dengan pengotor
lebih banyak dibandingkan dengan mutu AB, mutu KK berwarna dominan hitam,
mutu Abu dan EE berbentuk serbuk dengan abu berwarna kuning, sedangkan EE
berwarna hitam. Kenampakan fisik damar mata kucing dan damar batu dapat
dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Contoh damar mata kucing dan damar batu

3

Penetapan Mutu Damar Mata Kucing
Penetapan Titik Lunak (SNI 2900:1999)
Sebanyak 0.4 0.8 g serbuk damar mata kucing ditimbang di atas kaca objek
alat penentu titik lunak. Alat dipanaskan dan dicatat suhu pada saat contoh
mengalami perubahan wujud dari padat menjadi lunak.
Bilangan Asam (AOAC 2005)
Sebanyak 5 10 g contoh dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL
dan ditambahkan 50 100 mL campuran alkohol-eter dengan nisbah 1:1. Larutan
ditambahkan 0.1 mL fenoftaelin, kemudian dititrasi dengan larutan KOH 0.1 M.
Titrasi dihentikan saat timbul warna merah muda.
Kadar Abu (AOAC 2007)
Cawan porselen yang bersih dan kering dimasukkan ke dalam tanur listrik
bersuhu 600 selama 30 menit. Selanjutnya cawan didinginkan dalam eksikator
dan ditimbang bobot kosongnya. Sebanyak 2 g sampel dimasukkan ke dalam
cawan tersebut kemudian dipijarkan di atas nyala api pembakar bunsen sampai
tidak berasap. Setelah itu, cawan dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 600
selama 2 jam sampai diperoleh abu. Cawan berisi abu didinginkan dalam
eksikator dan ditimbang.
Kadar Bahan Taklarut dalam Toluena (SNI 2900:1999)
Kertas saring mula-mula dicuci dengan toluena, dikeringkan dalam oven
pada suhu 105 110 , kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang.
Contoh serbuk damar ditimbang sebanyak 5 g dan dimasukkan ke dalam gelas
piala kemudian ditambahkan 15 mL toluena. Contoh dilarutkan dengan
pemanasan pada suhu 50
dan diaduk. Setelah damar larut semua, larutan
disaring dengan penyaring vakum. Apabila filtrat terlihat keruh, larutan disaring
lagi sampai jernih, kemudian sisanya dan bagian penyaring yang terkena larutan
dibilas lagi dengan toluena panas. Setelah itu, sampel dikeringkan pada suhu
105 110
selama 1 jam. Kemudian sampel didinginkan dalam desikator,
ditimbang, dan dihitung persentase bahan yang tidak larut dalam toluena.
Sifat Larutan 50% dalam Toluena (SNI 2900:1999)
Warna diuji dengan menimbang 10 g contoh ke dalam gelas piala, kemudian
ditambahkan 40 mL toluena. Larutan didiamkan selama 4 jam dan disaring.
Larutan hasil penyaringan ini dimasukkan ke dalam tabung kolorimeter, lalu
dibandingkan dengan standar warna menurut Gardner. Skala warna dicatat setelah
pengamatan penunjuk warna sama.
Kekentalan diuji dengan menimbang 20 g damar dalam gelas piala 100 mL,
lalu ditambahkan 25 mL toluena. Gelas piala dimiringkan sedemikian rupa agar
pelarut masuk ke dasarnya, kemudian dikocok hingga larut semua. Larutan
didiamkan beberapa saat. Setelah kotorannya mengendap, larutan yang jernih
diukur dengan viskometer Haake.

4

Sifat Larutan 20% dalam Toluena (SNI 2900:1999)
Sebanyak 10 g contoh dimasukkan ke dalam gelas piala, ditambahkan 20
mL pelarut toluena, dan dikocok. Larutan ditambahkan 20 mL toluena dan
dikocok kembali. Larutan didiamkan selama 24 jam, volume endapan dibaca.
Analisis dengan GCMS
Sebanyak 1 g serbuk damar dimasukkan ke tabung reaksi, kemudian
dilakukan proses sonikasi dengan pelarut toluena sebanyak 10 mL. Ekstrak
disaring lalu dipekatkan dengan bantuan penguap putar. Ekstrak pekat yang
diperoleh dianalisis dengan GCMS menggunakan metode ionisasi serangan
elektron (electron impact) pada kromatograf gas GC-17A (Shimadzu) yang
ditandem dengan spektrometer massa GCMS QP 5050A (Shimadzu); kolom
kapiler silika (30 m × 2.5 mm; film tipis 0.25 mm), dilapisi dengan DB-5 ms
(J&W); suhu kolom 100 oC (2 menit) hingga 250 oC pada laju 3 oC/menit; gas
pembawa helium pada tekanan tetap 90 kPa (Bhuiyan et al. 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Mutu Damar Mata Kucing Berdasarkan SNI
Uraian berikut menjelaskan hasil penetapan mutu damar mata kucing
berdasarkan SNI, kemudian dibandingkan dengan mutu berdasarkan pernyataan
dari pedagang. Tujuannya ialah mengevaluasi apakah ada kesesuaian antara mutu
berdasarkan uji laboratorium dan mutu sebagai komoditas ekspor. Satu hal yang
mencolok ialah bahwa penetapan mutu yang digunakan oleh pedagang tidak
sepenuhnya sejalan dengan SNI, dalam hal ini ialah mutu AX, KK, dan EE.
Titik Lunak
Titik lunak merupakan suhu saat damar mata kucing mulai berubah dari
wujud padat menjadi semipadat. Kisaran titik lunak damar mata kucing yang
diperoleh adalah 88 106 . Titik lunak damar mata kucing mutu A, B, C, A’,
AB, dan AX berada di bawah kisaran SNI sehingga kecocokannya 33.3%.
Semakin baik mutu damar mata kucing, semakin rendah titik lunaknya. Besarnya
titik lunak dapat dipengaruhi oleh kadar pengotor, sebagaimana yang akan
dijelaskan pada kecenderungan hasil analisis kadar abu dan kelarutan dalam
toluena.
Titik lunak damar batu yang diperoleh adalah 172
untuk damar batu
bombay dan 156
untuk damar batu kalkuta. Damar batu dikhawatirkan
dicampur dalam perdagangan damar mata kucing. Titik lunak damar batu jauh
berada di atas kisaran titik lunak damar mata kucing (Gambar 2).

5

1
172
156
1220
1
106
88

9
90

91

9
93

94

A

B

C

A
A'

AB

97

9
94

97

A
AX

KK ABU
A

955

EE DB
D B DB K

Gam
mbar 2 Titik lunak dam
mar mata ku
ucing dan daamar batu
ngan Asam
m
Bilan
Bilangan asam meruupakan paraameter yang
g menunjukkkan asam bebas dan
tingkkat kerusakkan damar mata kuciing karena hidrolisis atau oksiddasi. Nilai
bilanngan asam yang
y
diperoleh untuk damar
d
mata kucing berkkisar antaraa 26 dan 34
(Gam
mbar 3). Nillai bilangann asam semuua contoh damar
d
mataa kucing berrada dalam
kisarran SNI sehhingga kecocokannya 100% den
ngan klaim dari pedaggang. Nilai
bilanngan asam damar batuu kalkuta berada di attas kisaran SNI (33 337), sangat
berbeeda dengan sifat kimiaa damar matta kucing. Dengan
D
dem
mikian dapatt dikatakan
bahw
wa untuk dam
mar batu tiddak dapat diigunakan SN
NI untuk daamar mata kkucing.
36.73
34.15 33.77

32.81
28.78 29.39

336

2
29.55

26.19
9 26.64 26.47 26.47
199

A

B

C

A'

AB

AX

KK ABU
A
EE DB
D B DB K

Gambbar 3 Bilangan asam damar
d
mata kucing
k
dan damar batuu

6

Kadar Ab
bu
Kaddar abu merupakan peersentase baahan minerral yang teertinggal seebagai
residu saaat pembakaaran bahan organik. Nilai
N
kadar abu yang diperoleh untuk
u
damar maata kucing A,
A B, C, A’,, AB, AX, dan
d KK berrada di baw
wah kisaran kadar
abu SNI (Gambar 4),
4 sehinggga kecocok
kan mutu damar
d
mataa kucing antara
a
pedagang dan SNI berdasarkan
b
nilai kadarr abu adalaah 22.22%. Namun, teerlihat
kecenderuungan meningkatnya kadar abu
u seiring dengan
d
mennurunnya mutu,
m
terutama mutu Abu. Nilai kadar abu dam
mar batu boombay dann kalkuta berada
b
dalam kisaaran SNI unntuk damar mata kucing
g.
4.0
4
2.58

1.46

0.5
0.38
0
0.022

0.03

0.006

0.02

0..07

0.08

A

B

C

A'

A
AB

AX

0.34
0.05

KK

ABU

EE

DB B DB K

Gambar 4 Kadar abbu damar mata
m kucing dan
d damar bbatu
Kadar Baahan Taklaarut dalam Toluena
Bahan taklarut dalam toluuena merup
pakan perseentase jumllah bahan padat
organik attau anorgannik yang tiddak larut daalam toluenna seperti lillin, minerall, dan
kepingan kayu (Wijaayanto 20122). Semakin
n baik mutuu damar, sem
makin kecill nilai
bahan takklarut toluuena. Nilaii kadar baahan taklarrut toluenaa menyebaabkan
perbedaann yang cukuup jauh antarra mutu dam
mar mata kuucing berdasarkan pedaagang
dan berdasarkan SNI. Damar maata kucing mutu
m
A, B, C, A’, dan AB (mutu baik)
berdasarkaan pedagangg secara berrturut-turut termasuk dalam
d
mutu D, D, A/E,, A/E,
dan E (muutu yang kuurang baik) berdasarkan
b
n SNI. Denggan demikiaan tidak terrdapat
kecocokann mutu daamar mata kucing an
ntara pedaggang dan S
SNI berdasarkan
parameterr kadar bahaan taklarut dalam
d
toluena. Damar mata
m kucingg mutu AX, KK,
dan Abu, berdasarkann nilai kadaar bahan tak
klarut toluenna SNI secaara berturut-turut
diklasifikaasikan ke dalam
d
mutuu E, Bubuk
k, dan Bubuuk (Tabel 1). Damar mata
kucing muutu EE tiddak dapat diklasifikasi
d
kan dalam mutu apappun karena nilai
kadar bahhan taklarut toluenanyaa berada di atas nilai maksimum
m
yang ditetaapkan
SNI, yaituu 7.5 (muttu Bubuk).. Kecenderrungan nilaai kelarutann dalam to
oluena
menurun sejalan
s
kenaaikan kadar abu dan titiik lunak.

7

Damar batu bombay dan kalkuta termasuk dalam damar batu golongan D
dengan nilai kadar bahan taklarut toluena maksimum 25 (Lampiran 2). Parameter
ini juga memperkuat bahwa SNI untuk damar batu harus berbeda dengan SNI
untuk damar mata kucing.
Tabel 1 Kadar bahan taklarut dalam toluena damar mata kucing dan damar batu
Sampel
Bahan taklarut toluena (%)
SNI
A
1.31
D
B
1.41
D
C
1.70
A/E
A’
1.71
A/E
E
AB
2.30
AX
2.86
E
KK
5.51
Bubuk
Bubuk
ABU
3.53
EE
10.19
DB B
14.74
D
DB K
21.67
D
Sifat Larutan 50% dalam Toluena
Uji sifat larutan 50% dalam toluena dilakukan dengan menguji warna dan
kekentalan contoh. Semakin baik mutu damar, semakin jernih warna larutannya
sehingga nilai warna pada skala Gardner lebih kecil. Berdasarkan hasil uji, nilai
warna Gardner untuk damar mata kucing mutu A, B, A’, dan C adalah 1. Ini
berarti, uji warna tidak dapat menjadi parameter pembeda mutu (Lampiran 3).
Kecocokan mutu yang diperoleh adalah 75%. Damar mata kucing mutu AB, AX,
dan KK berdasarkan pedagang diklasifikasikan dalam mutu A atau B berdasarkan
SNI. Sementara itu, damar mata kucing abu dan EE diklasifikasikan dalam mutu
C. Nilai kekentalan semua mutu damar mata kucing berada di atas nilai
kekentalan yang ditetapkan SNI, kecuali mutu EE (Tabel 2). Pengujian parameter
sifat larutan 50 % dalam toluena, yang mencerminkan warna dan kekentalan ini
memerlukan alat yang spesifik dan ternyata hasil ujinya tidak terlalu dapat
membedakan kelas mutu.
Damar batu bombay dan kalkuta diklasifikasikan dalam damar batu
golongan A dengan nilai uji warna maksimum 15C atau termasuk dalam golongan
B atau C dengan nilai kekentalan maksimum 17.6 poise (Lampiran 2). Parameter
sifat larutan 50% dalam toluena tampaknya tidak sesuai untuk damar batu
mungkin karena kandungan kimia yang berbeda.

8

Tabel 2 Sifat larutan 50% dalam toluena damar mata kucing dan damar batu
Sampel
Warna
SNI
Kekentalan
SNI
A
1
A atau B
0.59
B
1
A atau B
0.55
C
1
A atau B
A’
1
A atau B
0.56
A atau B
0.60
Maks A (0.5 poise)
AB
1
AX
1
A atau B
0.51
KK
3
A atau B
0.61
C
0.63
ABU
4
EE
5
C
0.45
DB B
11
A
13.00
B atau C
DB K
12
A
12.01
B atau C
Sifat Larutan 20% dalam Toluena (SNI 2900:1999)
Sifat larutan 20% dalam toluena diuji dengan mengukur volume endapan
dan warna larutan. Berdasarkan besarnya volume endapan, damar mata kucing
mutu A, B, C, dan A’ pedagang diklasifikasikan dalam mutu A berdasarkan SNI,
sehingga kecocokan hanya 50%. Damar mata kucing mutu AB, AX, KK, dan Abu
berdasarkan pedagang secara berturut-turut diklasifikasikan dalam mutu B atau C,
D, E, dan E berdasarkan SNI. Damar mata kucing mutu EE tidak dapat
diklasifikasikan dalam mutu apapun karena nilai volume endapannya berada di
atas nilai maksimum yang ditetapkan SNI, yaitu 3 mL (mutu E). Kecenderungan
ini pun sejalan dengan kecenderungan pada parameter uji yang lebih sederhana,
yaitu titik lunak, kadar abu, dan kelarutan. Nilai uji warna tidak berbeda dengan
warna pada sifat larutan 50% dalam toluena, yang juga memperlihatkan bahwa
duplikasi uji pada parameter ini tidak efisien. Damar batu bombay dan kalkuta
diklasifikasikan dalam damar batu golongan A dengan volume endapan
maksimum 5 mL (Tabel 3).
Tabel 3 Sifat larutan 20% dalam toluena damar mata kucing dan damar batu
Sampel
Volume endapan (mL)
SNI
Warna larutan (C)
SNI
mutu
A
0.2
A
1
A atau B
B
0.2
A
1
A atau B
C
0.2
A
1
A atau B
A’
0.2
A
1
A atau B
AB
0.3
B atau
1
A atau B
C
AX
0.6
D
1
A atau B
KK
1.1
E
3
A atau B
ABU
2.0
E
4
C atau D
atau A/D
atau A/E
EE
4.6
5
E
DB B
1.5
A
11
A
DB K
1.7
A
12
A

9

Identifikasi Senyawa Berdasarkan GCMS
Senyawa kimia pada resin damar mata kucing dan damar batu diidentifikasi
dengan menggunakan GCMS. Resin diekstraksi dengan menggunakan metode
sonikasi. Rendemen resin yang diperoleh berkorelasi dengan mutu damar mata
kucing. Semakin baik mutu damar mata kucing, semakin tinggi kadar resinnya.
Damar mata kucing mutu A memiliki kadar resin sedikitnya 95%. Hasil ini lebih
baik daripada kadar resin yang diperoleh Wiyono dan Silitonga (2001), yaitu di
atas 80%. Kadar resin damar batu bombay dan kalkuta berturut-turut adalah 4%
dan 3% (Gambar 5). Hasil ini lebih rendah dibandingkan kadar resin ekstrak
heksana dan etil asetat yang dilakukan oleh Mulyono et al. (2012a), yaitu sebesar
26% dan 38%. Metode sonikasi dalam pelarut toluena cukup efektif dan cukup
cepat mengekstraksi resin damar mata kucing.

95.34

93.32

92.51

99.29
79.85
58.02

50.88

43.82
31.77

4.21
A

B

C

A'

AB

AX

KK

ABU

EE

3.34

DB B DB K

Gambar 5 Korelasi kadar resin dengan mutu damar mata kucing
Analisis GCMS menunjukkan terdapat 108 senyawa pada 11 sampel yang
diuji (Lampiran 4). Senyawa α-kopaena ditemukan pada semua jenis mutu damar
mata kucing dengan kadar beragam. Senyawa lain dengan kemiripan lebih dari
80% yang sering muncul pada sampel damar mata kucing adalah α-kubebena, kadinena, germakrena-D, kariofilena oksida, 12-norsiersena-B, -kubebena, αhumulena, salvial-4(14)-en-1-on, isoaromadendrena epoksida, 3-keto-urs-12-ena,
epi-psi-taraksastanonol, trans-kariofilena, bisiklogermakrena, dan (-)-spatulenol
(Tabel 4).

10

Tabel 4 Senyawa yang terdeteksi GCMS dan kadar relatifnya berdasarkan 100%
kadar resin damar mata kucing
Kadar senyawa pada mutu (%)
Senyawa
A
B
C
A’ AB AX KK ABU EE
α-Kopaena
0.42 0.36 1.10 0.43 0.39 0.20 0.15 0.12 0.06
α-Kubebena
0.03 0.03
0.04 0.03 0.02 0.02 0.01 0.02
0.05 0.07
0.09 0.08 0.03 0.05 0.01 0.04
-Kadinena
Germakrena-D
1.08 0.62 2.47 1,00 1,18 0.37
0.04
Kariofilena oksida
0.15 0.17 0.48
0.05 0.04 0.10 0.12
12-Norsiersena-B
0.18 0.23 0.23
0.11 0.06 0.03 0.07 0.09
-Kubebena
0.05
0.05 0.03 0.02 0.01
0.01
α-Humulena
0.07 0.14 0.12 0.07 0.06 0.04
0.51
Salvial-4(14)-en-1-on 0.07 0.17 0.17
0.02 0.04 0.03 0.04
Isoaromadendrena
0.07
0.02 0.02 0.08 0.06
epoksida
3-Keto-urs-12-ena
1.03
0.81 0.95
0.31
0.51
Epi-psi1.24 1.42
0.71 0.57 0.54 0.87
taraksastanonol
t-Kariofilena
0.24
0.35
0.15 0.08 0.01
Bisiklogermakrena
0.11 0.06
0.27 0.18 0.09 0.08
(-)-Spatulenol
0.57 0.52
0.32 0.24 0.10
0.22
Senyawa α-kopaena teridentifikasi pada semua damar yang diuji. Kadarnya
rendah, hanya 0.06 1.10%, tetapi berkorelasi dengan mutu sampel damar mata
kucing, kecuali damar mata kucing mutu C dari pedagang Krui. Semakin tinggi
mutu damar, semakin tinggi pula kadar α-kopaena. Senyawa α-kopaena juga
ditemukan pada resin Pistacia lenticus dengan kadar yang sangat tinggi sebesar
17.12% (Burham et al. 2011).

Gambar 6 Struktur α-kopaena
Analisis damar mata kucing yang dilakukan oleh Mulyono et al. (2012b)
dengan menggunakan py-GCMS berhasil mendeteksi 67 senyawa, yang terdiri
atas 4 golongan, yaitu senyawa tetrasiklik (49.57%), senyawa pentasiklik (2.56%),
senyawa C15 (17.09%), dan golongan senyawa lain (18.26%). Komponen
terbanyak dalam laporan tersebut ialah brasikasterol sebanyak 20.23%. Senyawa
hasil identifikasi GCMS yang juga dapat teridentifikasi dengan py-GCMS adalah
bisiklogermakrena. Senyawa ini teridentifikasi pada damar mata kucing mutu A,

11

B, A’, AB, AX, dan KK. Senyawa bisiklogermakrena bersama dengan (-)spatulenol, α-humulena, dan salvial-4(14)-en-1-on merupakan senyawa yang
hanya teridentifikasi pada contoh damar mata kucing dan tidak teridentifikasi
pada damar batu.
Damar batu ialah damar yang telah lama jatuh ke tanah dan tidak dipanen
segera. Hasil analisis GCMS damar batu bombay dan kalkuta menunjukkan
terdapat 60 senyawa yang berhasil teridentifikasi dengan indeks kemiripan
80 99%. Sebanyak 14 senyawa muncul pada damar batu bombay dan kalkuta, 21
senyawa hanya muncul pada damar batu bombay, dan 15 senyawa hanya muncul
pada damar batu kalkuta (Lampiran 4). Beberapa senyawa yang muncul pada
damar batu bombay dan kalkuta adalah α-kubebena, α-kopaena, -elemena,
germakrena-D, isoaromadendrena epoksida, α-amorfena, (+)-spatulenol, δkadinena, 3-keto-urs-12-ena, 1H-sikloprop[e]azulen,dekahidro-1,1,7-trimetil-4metilen-,[1aR-(1aα,4a ,7α,7a ,7bα), kariofilena oksida, -kadinena, -murolena,
dan imidazo[2,1-b]tiazol, 2,3,5,6-tetrahidro-6-fenil- (Tabel 5).
Tabel 5 Senyawa-senyawa yang terdeteksi GCMS pada damar batu bombay dan
kalkuta
Senyawa
DB B
DB K
α-Kubebena
0.18
0.14
α-Kopaena
0.12
0.06
-Elemena
0.23
0.09
Germakrena-D
0.02
0.01
Isoaromadendrena epoksida
0.04
0.04
1H-Sikloprop[e]azulen,dekahidro
0.03
0.02
1,1,7-trimetil-4-metilen-,[1aR
(1aα,4a ,7α,7a ,7bα)
α-Amorfena
0.07
0.03
-Kadinena
0.05
0.04
(+)-Spatulenol
0.13
0.01
Kariofilena oksida
0.08
0.03
-Kadinena
0.03
0.02
-Murolena
0.32
0.38
3-Keto-urs-12-ena
0.05
0.26
Imidazo[2,1-b]tiazol, 2,3,5,6-tetrahidro0.14
0.002
6-fenilMulyono et al. (2012a) mengidentifikasi senyawa kimia damar batu yang
merupakan hasil eksudat S. eximia dengan menggunakan pelarut heksana dan etil
asetat. Senyawa α-kopaena, -elemena, dan germakrena-D teridentifikasi pada
kedua pelarut. Senyawa-senyawa ini juga teridentifikasi pada damar mata kucing.
Senyawa α-kopaena teridentifikasi pada semua mutu damar mata kucing,
germakrena-D teridentifikasi pada damar mata kucing mutu A, B, C, A’, AB, AX,
dan EE, sedangkan β-elemena teridentifikasi pada damar mata kucing mutu A’,
AX, dan KK.

12

SIMPULAN
Sebagian besar parameter SNI, yaitu titik lunak, kadar abu, kadar bahan
taklarut dalam toluena, sifat larutan 50% dalam toluena, dan sifat larutan 20%
dalam toluena tidak cukup tegas dalam mengelompokkan damar mata kucing
karena terjadi perbedaan penetapan mutu damar yang cukup jauh antara mutu
damar mata kucing pedagang dan mutu damar mata kucing SNI. Kenyataan ini
menguatkan perlunya penyederhanaan metode SNI.
Senyawa α-kopaena dan kadar resin potensial sebagai parameter baru untuk
merevisi SNI karena terdapat pada semua mutu damar mata kucing dan
berkorelasi dengan mutunya. Damar batu memiliki banyak senyawa yang juga
teridentifikasi pada damar mata kucing meskipun sifat fisiko-kimianya berbeda
dengan damar mata kucing.

DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2005. Official Methods of
Analysis of AOAC International. Maryland (US): AOAC Int.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2007. Official Methods of
Analysis of AOAC International. Virginia (US): AOAC Int.
Andrikopoulus NK, Kaliora AC, Assimopoulou AN, Papapeorgiou VP. 2003.
Biological activity of some naturally occurring resins, gums, and pigments
against in vitro LDL oxidation. Phytother Res. 17(5):501-507
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1999. Damar. Standar Nasional Indonesia
01-2900-1999. Jakarta(ID): BSN. hlm 1-15.
Bhuiyan M, Jaripa B, Nurul HB. 2009. Analysis of essential oil of eaglewood (A.
agallocha) by gas chromatography mass spectrometry. Bangladesh J
Pharmacol. 4:24-28.
Burham BO, El-kamali HH, El-agami AA. 2011. Volatile components of the resin
of Pistacia lenticus “Mistica” used in Sudanese traditional medicine. J
Chem Pharm Res. 3(6):478-482.
[Dephut]. 2008. Statistik Kehutanan Indonesia 2007. Jakarta (ID): Dephut RI.
Mulyono N, Laya BW, Rusli SS. 2012a. The antibacterial activity of the
Indonesian stone dammar (Shorea eximia). Yogyakarta (ID): Fakultas
Biologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Mulyono N, Wijaya CH, Fardiaz D, Rahayu WS. 2012b. Identifikasi komponen
damar mata kucing (Shorea javanica) dengan metode pirolisis-GCMS. J
Nat Indones. 14(2):155-159.
Poehland BL, Carte BK, Francis TA, Hyland LJ, Allaudeen HS, Troupe N. 1987.
In vitro antiviral activity of dammar resin triterpenoids. J Nat Prod.
50(4):706-713.
Sari RK, Syafii W, Sofyan K, Hanafi M. 2004. Sifat antirayap damar mata kucing
dari Shorea javanica K. et V. J Ilmu & Teknol Kayu Tropis. 2(1):8-15.

13

Setiawati T, Purwatiningsih, Husaeni EA. 2001. Penapisan senyawa antirayap dari
getah Shorea javanica dan Shorea leprosula. Bul Kim. 1:101-105.
Ukiya M, Kikuchi T, Tokuda H, Tabata K, Kimura Y, Arai T, Ezaki Y, Oseto O,
Suzuki T, Akihisa T. 2010. Antitumor-promoting effect and cytotoxic
activities of dammar resin triterpenoids and their derivatives. Chem
Biodiver. 7(8):1871-1884. doi: 10.1002/cbdv.201000107.
Wijayanto A. 2012. Sifat fisiko-kimia damar mata kucing (Shorea javanica K. et
V.) hasil klasifikasi mutu di pasar domestik [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Wiyono B, Silitonga T. 2001. Pengaruh jenis pelarut dan kualitas damar terhadap
rendemen dan sifat fisiko-kimia damar yang dimurnikan. Bul Penel Hasil
Hutan. 19(2):103-115.

14

Lampiran 1 Spesifikasi syarat mutu damar mata kucing (SNI 2900:1999)
Jenis uji

Satuan

A

B

C

Titik lunak

Bilangan asam

Mutu (b/b)
D
E

Bubuk

A/D

A/E

95 120

mg/g

19 36

Kadar abu

%

0.50 4.00

Bahan taklarut dalam toluena

%

Maks
0.40

Maks
0.40

Maks
0.45

Maks
1.50

Maks
4.50

Maks
7.50

Maks
0.75

Maks
1.80

Sifat larutan 50% dalam toluena:
-Warna (G-H)

-

Maks 5C

Maks 5C

Maks 7C

Maks 8C

Maks 13C

Maks16C

Maks 7C

Maks7C

-Kekentalan
Sifat larutan 20% dalam toluena:
-Volume endapan

-Warna larutan (G-H)

poises

Maks A (0.50)

mL

Maks
0.25

Maks
0.30

Maks
0.30

Maks
0.80

Maks
3.00

Maks
0.50

Maks
0.50

Maks
0.50

-

Maks 3C

Maks 3C

Maks 4C

Maks 4C

Maks 5C

Maks 6C

Maks 4C

Maks 4C

15

Lampiran 2 Spesifikasi syarat mutu damar batu (SNI 2900:1999)
Jenis uji

Satuan

Mutu (b/b)
A

B

Titik lunak

Bilangan asam

C

D

95 120

mg/g

19 36

Kadar abu

%

0.50 4.00

Bahan taklarut dalam toluena

%

5.0

10.0

11.0

25.0

Sifat larutan 50% dalam toluena:
-Warna (G-H)

-

Maks 15C

Tak terbatas

Tak terbatas

Tak terbatas

poises

Maks Z (22.7)

Maks Y (17.6)

Maks Y (17.6)

\
Maks Z (22.7)

mL

Maks 5.05

Maks 7.00

Maks 7.50

Maks 8.50

-

Maks 13

Maks 14

Maks 15

Maks 16

-Kekentalan
Sifat Larutan 20% dalam toluena:
-Volume endapan

-Warna larutan (G-H)

16

Lampiran 3 Hasil pengklasifikasian damar mata kucing dan damar batu
berdasarkan SNI 2900:1999

A
B
C
A’
AB
AX
KK

88
90
91
93
94
94
97

0.02
0.03
0.06
0.02
0.07
0.08
0.38

26.19
26.64
26.47
26.47
28.78
29.39
32.81

Kadar
bahan
taklarut
toluena
(%)
1.31
1.41
1.70
1.71
2.30
2.86
5.51

ABU
EE
DB B
DB K

106
97
172
156

1.46
2.58
0.05
0.34

29.55
34.15
33.77
36.73

3.53
10.19
14.74
21.67

Sampel

Titik
lunak
(°C)

Kadar
abu
(%)

Bilangan
asam

Sifat larutan 50 %
dalam toluena

Sifat larutan 20 %
dalam toluena
SNI

Warna

Kekentalan

Warna

1
1
1
1
1
1
3

0.59
0.55
0.56
0.60
0.51
0.61

1
1
1
1
1
1
3

Volume
endapan
0.2
0.2
0.2
0.2
0.3
0.6
1.1

4
5
11
12

0.63
0.45
13.00
12.01

4
5
11
12

2.0
4.6
1.5
1.7

A
A
A
A
A
A
A atau
B
C
C atau E
A
A

17

Lampiran 4 Senyawa yang teridentifikasi GCMS dalam damar mata kucing dan damar batu
Senyawa
α-Kubebena
α-Kopaena
(+)-Aromadendrena
Bisiklo[5.3.0]dekana,2-metilen-5-(1-metilvinil)-8-metilt- -Kariofilena
-Kubebena
-Kadinena
α-Humulena
Germakrena-D
α-Amorfena
Bisiklogermakrena
Bisiklo[4.4.0]dek-1-ena,2-isopropil-5-metil-9-metilena-Kadinena
Kujopsena
(-)-Spatulenol
Kariofilena oksida
Salvial-4(14)-en-1-on
-Humulena
12-Norsiersena-B
Trisiklo[4.4.0.02,7]dek-3-ena-3-metanol,1-metil-8-(1-metiletil)
5α-Hidroksi-4α,8,10,11-tetrametiltrisiklo[6.3.0.0(2,4)]undek-10ena
Isoaromadendrena epoksida
Bis(2-etilheksil)ftalat
3-[2-(etoksikarbonil)etenil]-4-[(etoksikarbonil)metil]-4,5,11,12tetrahidro-5aH-indolo[2,3-a]kuinolizidina
3-Asetil-1-(3,4-dimetoksifenil)-5-etil-7,8-dimetoksi-4-metil-3H2,3-benzodiazepina
6-Aza-B-homo-5α -kolestano[6,7-d]tetrazola

A
0.03
0.44
0.02
0.44
0.35
0.05
0.02
0.08
1.13
0.04
0.11
0.04
0.05
0.02
0.60
0.16
0.07
0.06
0.19
0.10
0.04

B
0.03
0.39

C

A’
0.04
0.43

AB
0.04
0.48

0.05

0.38
0.04

0.06

0.07
1.01
0.05
0.27

0.08
1.48
0.04
0.23

0.07

0.09

0.10

1.19

0.81
0.03
0.05
0.66

0.15
2.67

0.56
0.17
0.06

0.52
0.18

0.19

0.25

0.08
0.02
0.10

0.40

0.14

Mutu
AX
0.03
0.35
0.03

0.03

ABU
0.04
0.35

EE
0.03
0.29

0.08
0.02
0.02
1.00
0.07

0.03
0.07

0.06
0.63
0.06

DB B
0.18
2.93

DB K
0.14
1.66

0.69

0.42
0.24
0.56

0.37
1.62

0.33
0.75

0.16
0.04
0.05

0.18
0.05
0.11

0.04

0.08

0.53
1.27
1.36

1.28

0.41
0.09
0.03

0.24
0.08
0.09

0.32
0.10

0.43
0.24
0.08

1.86

0.93

0.10

0.07

0.21

0.18

0.97

0.04

0.04

0.24

0.12

1.04

2.89
8.40

KK
0.04
0.35
0.03

1.05

Keterangan
10
11
3
1
5
8
5
7
9
6
6
4
10
2
6
9
7
1
9
1
1
7
1
1
1

6.61

7.84

3

18

3-Keto-urs-12-ena
Epi-psi-taraksastanonol
Humulana-1,6-dien-3-ol
N’-(9-Antrilmetilena)-2-(4-pentilfenoksi)asetidrazida
1,3-Dipropionil-2,4,6-trimetilbenzena
Sikloheksana,1-etenil-1-metil-2,4-bis(1-metiletenil)-,[1S-(1 α,2 ,4
]t-Kariofilena
Valerenol
1,4-trans-1,7-trans-akorenon
Bisiklo[7.2.0]undek-4-ena,4,11,11-trimetil-8-metilenaAromadendrena oksida-(2)
4-Hidroksi-3,3’,4’-5-tetrametoksistilbena
13,27-Sikloursana
Olean-12-ena
α-Amirina
A’-Neogamaser-22(29)-en-3-on
(+)-Spatulenol
7-Asetil-2-hidroksi-2-metil-5-isopropilbisiklo[4.3.0]nonana
2-Metil-4-[1’,2’,2’-trimetilbisiklo[3.1.0]heks-3’-il]but-2-enal
4,4’-Bis(tetrahidrotiopiran)
-Elemena
-Murolena
Endo-1-borbonanol
3,4-Difluoro-4-metoksibifenil
c-Friedo-oleana-7,9(11)-diena-3α-ol
1,6-Germakradien-5-ol
2 -Metil-17 -hop-21-ena
Imidazo[2,1-b]tiazola,2,3,5,6-tetrahidro-6-fenil
α-Kedrenal
-1-Kadinena aldehida
Damaradienol
c-Friedo-oleana-7,9(11)-diena-3 -ol

1.08
1.30
3.14
0.77
9.12

0.82

1.19

1.52

0.33

1.22

0.70
1.29

1.71

1.00
1.70

1.10
8.50

7.76

1.10

0.26
0.05
0.07
0.04
0.03
0.41
6.92
0.40
0.94
2.91

0.35

0.26

0.18
0.05

0.04

0.55

0.04

1.11

0.74
1.39

1.56
0.25
0.15
0.66

5.92
2.80

0.28
0.06

0.43
0.05
0.14
0.09
1.54
0.11
8.27
3.09

0.05

0.28
0.04
0.15

0.49
0.20

0.16

3.58
5.36
0.74

2.56
1.18

0.13

0.24
0.04

3.04

0.02

0.07
0.83
4.98

3.21
0.06
0.09
8.30
1.41

8.09
0.07

1.77

3.31

5.45

0.05
7.70

7
7
1
1
1
2
6
2
1
1
1
2
1
1
4
3
5
5
1
2
5
6
3
2
2
1
1
6
1
3
1
2

19

Fonenol
Siobunol
(+)-Kalarena
Asam oktadek-9-enoat
1H-sikloprop[e]azulen,dekahidro-1,1,7-trimetil-4-metilen-,[1aR(1aα,4a ,7α,7a ,7bα)
1-(3,3-dimetil-1-il)-2,2-dimetilsiklopropenakarbonikum 3-asam
Ledena
Sikloheptana,4-metilena-1-metil-2-(2-metil-1-propen-1-il)-1-vinil2,6,6,9,2’,6’,6’,9’-Oktametil8[8,8’]bi[trisiklo[5.4.0.0(2,9)]undesil]
2,6,10,14,18-Pentametil-2,6,10,14,18-eikosapentaena
Taraksasterol
-Borbonena
1,5-Epoksisalvial-4(14)-ena
Vulgarol-B
Aromadendrena
2-Butenal, 2-metil-4-(2,6,6-trimetil-1-sikloheksen-1-il)1,3,7,9-Tetrametoksidibenzofuran-4-karbaldehida
13-Benzoil-12,19-dimetoksipodokarpa-8,11,13-trien-14-ol
1,2,4,8-Tetrametilbisiklo[6.3.0]undeka-2,4-diena
a’-Neogamaser-22(29)-en-3-ol
Isosawamiletin
Bisiklo[5.2.0]nonana,4-metilen-2,8,8-trimetil-2-vinil1-Metilidena-2b-hidroksimetil-3,3-dimetil-4a-(3-metilbut-2-enil)sikloheksana
Kariofilena-(I1)
3,5-Di-1,4-naftokuinon-2-il-4-pirona
Damaradienol
Naftalena,dekahidro-4a-metil-1-metilen-7-(1-metiletenil)-,[4aR(4aα,7α,8a )]
α-Selinena
1-Oksaspiro[2.5]oktana, 5,5-dimetil-4-(3-metil-1,3-butadienil)-

0.05
0.05
0.03
0.04

0.08

0.09

3.05
0.59

0.06

0.06

0.03
0.02
0.03
0.03

0.10

0.68

0.48

2
1
2
1

1.13

0.05
6.29
0.22
0.05
0.08
0.05
0.11
0.07
0.43
5.83
5.14
0.52

0.44
0.19
0.04
1.06
0.72
1.13
0.15
7.87
1.76
0.08
0.10
0.17
0.24
6.47

4
2
1
1
4

1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
2
1
1
1

0.22

1
1
1
1

0.31
0.92

1
1

20

Kalarena
(4S,5R)-5-Hidroksikariofil-8(13)-en-4,12-epoksida
2,2,6 -Trimetil-bisiklo(4.3.0)non-9(1)-en-7 -ol
Urs-12-ena
-Amirina
Ilangena
α-Kariofilena
2-Metil-3-asetil-4,5,6,7-tetrahidrobenzon[b]furan
-Maaliena
6-Isopropenil-4,8a-dimethyl-1,2,3,5,6,7,8,8a-oktahidro-naftalen-2ol
(E,1'RS,2'SR,4'RS,7'SR)-1-(2',5',5’-trimetil-3’oksatrisiklo[5.1.0.0(2,4)]okt-4’-il)-3-metil-1,3-butadiena
Aloaromadendrena
-Kadinen-15-al
Spiro[2.5]oktana, 5,5-dimetil-4-3-oksobutil2-((Z)-3'-Metil-1',3'-butadien-1'-il)-2,3,3-trimetil-6oksabisiklo[3.2.0]heptan-7-on
ent-2,3-Sekoaloaromadendra-4(14),10(15)-diena-2,3-diol
Spiro[4.5]dekan-7-on, 1,8-dimetil-8,9-epoksi-4-isopropil3αH-2'-Oksofurano[2,3]kolestan-5α-ol
Lupan-3-ol
α-Hidroksi-21,21-dimetil-3-okso-29,30-dinorgamaserana
1,4,4a,5,6,6a,6b,7,8,8a,9,10,11,12,12a,14,14a,14b-oktadekahidro2H-pisen-3-on

0.76
0.62
0.24
3.10
8.20
0.10
0.16
0.26
1.28
1.35

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

0.49

1

0.81
0.85
2.40
1.14

1
1
1
1

0.75
0.31
0.42
1.95
1.86
1.71

1
1
1
1
1
1

21

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lampung pada tanggal 9 Sepetember 1990 dari Ayah
Pardi dan Ibu Wanti. Penulis merupakan anak keempat dari 5 bersaudara. Penulis
menyelesaikan studi di SMAN 1 Krui pada tahun 2008. Pada tahun yang sama
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI pada
Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti masa perkuliahan penulis pernah aktif dalam organisasi
International Association of Students in Agricultural and Related Sciences
(IAAS) pada tahun 2008–2010, DKM Al-Hurriyah 2008 2009, dan UKM Catur
pada tahun 2011. Selain itu, penulis pernah mengajar di Bimbingan Belajar
Katalis Bogor pada tahun 2011, dan pernah menjadi asisten praktikum mata
kuliah Kimia TPB pada tahun 2011, asisten praktikum mata kuliah Kimia Organik
Layanan pada tahun 2011, dan asisten praktikum Kimia Bahan Alam pada tahun
2012. Penulis juga berkesempatan menjalani praktik lapangan di Pusat Penelitian
dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan
(P3KKPHH) dengan judul laporan Bioetanol dari Bahan Baku Buah Bakau
Pidada (Sonneratia caseolaris) melalui Proses Fermentasi.