Composition of Sengon Leaf Litter (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) and Cow Dung in Vermicomposting by Red Worm (Lumbricus rubellus Hoffmeister)
KOMPOSISI SERASAH DAUN SENGON (Paraserianthes
falcataria (L.) Nielsen) DAN KOTORAN SAPI DALAM
VERMIKOMPOSTING OLEH CACING MERAH (Lumbricus
rubellus Hoffmeister)
MUHAMAD IRFAN
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ABSTRAK
MUHAMAD IRFAN. Komposisi Serasah Daun Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)
dan Kotoran Sapi dalam Vermikomposting oleh Cacing Merah (Lumbricus rubellus Hoffmeister).
Dibimbing oleh MUHADIONO dan TRI HERU WIDARTO.
Sampah merupakan salah satu masalah yang sampai saat ini belum dapat teratasi dengan
baik. Penggunaan cacing tanah dalam mendekomposisi sampah organik (vermikomposting) dapat
menjadi alternatif dalam mengatasi masalah sampah tersebut. Tujuan penelitian ini ialah untuk
mengetahui komposisi terbaik antara serasah daun sengon dan kotoran sapi dalam pembuatan
vermikompos oleh cacing tanah Lumbricus rubellus. Komposisi serasah dan kotoran sapi yang
digunakan yaitu 30:70 (P1), 50:50 (P2), dan 70:30 (P3). Parameter yang diukur ialah jumlah
cacing, bobot cacing, dan kandungan unsur hara hasil vermikomposting. Hasil penghitungan
jumlah dan penimbangan bobot cacing menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak
berpengaruh nyata. Berdasarkan kandungan unsur hara dan karakteristik kompos yang dihasilkan,
P1 merupakan komposisi terbaik dibandingkan komposisi lainnya. Meskipun kandungan C pada
P2 lebih rendah dibanding P1, tetapi kandungan N, P, K, Na, Ca, dan Mg tertinggi ditemukan pada
P1.
Kata kunci : Vermikompos, Lumbricus rubellus, serasah daun sengon, kotoran sapi
ABSTRACT
MUHAMAD IRFAN. Composition of Sengon Leaf Litter (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)
and Cow Dung in Vermicomposting by Red Worm (Lumbricus rubellus Hoffmeister). Supervised
by MUHADIONO and TRI HERU WIDARTO.
Trash is a serious problem that has yet to be resolved properly. The use of earthworms in the
decomposition of organic waste can be an alternative solution for overcoming the problem. The
purpose of this study is to determine the best composition between sengon leaves litter and cow
dung in producing vermicompost by Lumbricus rubellus. We used the composition of the litter and
the cow-dung 30:70 (P1), the composition 50:50 (P2), and composition 70:30 (P3). The
parameters measured are the number of worms, worm weights, and mineral and carbon content of
the produced vermicompost. The results showed that the number and the weight of worms did not
affect significantly. Based on the mineral content and the characteristics of the compost, P1 is the
best composition. Although the content of C in P2 is lower than P1, but the content of N, P, K, Na,
Ca and Mg are the highest among other treatments.
Key words : Vermicompost, Lumbricus rubellus, sengon leaf litter, cow dung
3
KOMPOSISI SERASAH DAUN SENGON (Paraserianthes
falcataria (L.) Nielsen) DAN KOTORAN SAPI DALAM
VERMIKOMPOSTING OLEH CACING MERAH (Lumbricus
rubellus Hoffmeister)
MUHAMAD IRFAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul
Nama
NIM
: Komposisi Serasah Daun Sengon (Paraserianthes falcataria (L.)
Nielsen) dan Kotoran Sapi dalam Vermikomposting oleh Cacing
Merah (Lumbricus rubellus Hoffmeister)
: Muhamad Irfan
: G34070100
Menyetujui,
Pembimbing II
Pembimbing I
Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc.
NIP 19620513 198703 1 002
Dr. Ir. Muhadiono, M.Sc.
NIP 19510801 197703 1 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.S.
NIP 19641002 198903 1 002
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya
sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih untuk skripsi ini ialah Komposisi
Serasah Daun Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) dan Kotoran Sapi dalam
Vermikomposting oleh Cacing Merah (Lumbricus rubellus Hoffmeister). Penelitian ini
dilaksanakan dari bulan Maret 2011 hingga Juni 2012 di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku
Hewan, Departemen Biologi, FMIPA Institut Pertanian Bogor.
Keberhasilan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan saran dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Muhadiono, M.Sc. dan Bapak
Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc. atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga saya ucapkan kepada Ibu Dr. Nisa Rachmania M., M.Si.
selaku dosen penguji dan wakil komisi pendidikan atas diskusi dan saran yang telah diberikan.
Demikian juga dengan Pak Adi, Ibu Ani, Ibu Tini untuk segala bantuannya. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Gita Kusuma Rahayu, Hendi Mardika, Fahmi, Suharyo, dan
teman-teman Biologi 44 yang telah banyak memberi bantuan, saran dan semangat. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Mama, Kakak, serta seluruh anggota keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Desember 2012
Muhamad Irfan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16 Juni 1989 dari ayah Marzuki dan ibu
Muamah. Penulis merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara. Tahun 2007 penulis lulus dari
SMA Negeri 34 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi anggota UKM Uni Konservasi Fauna,
pantia EXPO UKF tahun 2010, panitia acara T n B going to Bandung, panitia acara LCTB dan
Pesta Sains tahun 2010, Panitia acara Grand Biodiversity tahun 2010 dan juga pernah menjadi
asisten praktikum Fisiologi Tumbuhan tahun 2012.
Penulis melakukan studi lapangan di Kawasan Wana Wisata Cangkuang Sukabumi dengan
judul makalah “Isolasi Mikoriza Anggrek di Wana Wisata Cangkuang-Gunung Salak, Sukabumi,
Jawa Barat”. Penulis juga melakukan Praktik Lapangan di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta
pada bulan Juli-Agustus tahun 2010, dengan judul makalah “Pengelolaan Ex-situ Rusa Totol (Axis
axis) dan Rusa Bawean (A. kuhlii) di Taman Margasatwa Ragunan”.
10
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................
viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .....................................................................................................................
1
Tujuan Penelitian .................................................................................................................
1
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat ...............................................................................................................
1
Bahan dan Alat ....................................................................................................................
1
Rancangan Percobaan .........................................................................................................
1
Pemeliharaan dan Budidaya ................................................................................................
1
Pelaksanaan Penelitian dan Pengolahan Data ......................................................................
2
Analisis Unsur Hara Vermikompos .....................................................................................
2
Analisis Data ........................................................................................................................
2
HASIL ......................................................................................................................................
2
PEMBAHASAN ......................................................................................................................
4
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan .............................................................................................................................
6
Saran ...................................................................................................................................
6
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................
6
LAMPIRAN .............................................................................................................................
8
11
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Hasil analisis unsur hara ...............................................................................................
2
Karakteristik media (vermikompos) berdasarkan pengamatan visual pada minggu
pertama dan terakhir .....................................................................................................
4
4
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Rataan jumlah L. rubellus muda ..................................................................................
3
2
Rataan jumlah L. Rubellus dewasa ..............................................................................
3
3
Rataan bobot L. rubellus muda ...................................................................................
3
4
Rataan bobot L. rubellus dewasa .................................................................................
3
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Komposisi media yang digunakan ................................................................................
2
Cacing L. rubellus dan metode budidaya dengan sistem bin menggunakan (a) pakan
jerami dan (b) pakan daun pisang .................................................................................
3
9
10
Kondisi awal (minggu 0) (A) dan akhir (minggu 4) (B) media hidup L. rubellus
dengan perlakuan (a) P1, (b) P2, (c) P3. .......................................................................
11
4
Data meteorologi daerah Dramaga, Bogor dari bulan April hingga Juli 2012 ..............
12
5
Data hasil analisis unsur hara komposisi pelakuan P1, P2 dan P3 ...............................
13
6
Rataan jumlah L. rubellus (ekor) tahap I dan tahap II...................................................
14
7
Rataan bobot L. rubellus (g) tahap I dan tahap II..........................................................
15
8
Analisis keragaman parameter diukur dalam penelitian ...............................................
16
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Serasah daun merupakan sumber utama
dalam proses pengembalian hara ke dalam
tanah. Serasah mengandung unsur hara
seperti N, P, K dan Ca yang tidak jauh
berbeda dengan daun segar (Mirmanto 2000).
Serasah daun belum dimanfaatkan dengan
optimal oleh masyarakat. Penggunaan serasah
dalam pembuatan pupuk dapat menjadi salah
satu alternatif untuk pemanfaatan serasah.
Penggunaan cacing tanah sebagai
pereduksi sampah organik seperti sampah
pasar, serasah daun, kotoran hewan dan juga
jerami sudah banyak dilakukan oleh
masyarakat. Peranan cacing tanah sangat
penting dalam proses dekomposisi bahan
organik tanah. Bersama-sama mikrob tanah,
cacing tanah ikut berperan dalam siklus
biogeokimia (Anwar 2009). Cacing tanah
juga berperan dalam menurunkan rasio C/N
bahan organik dan mengubah nitrogen tidak
tersedia menjadi nitrogen tersedia setelah
dikeluarkan dalam bentuk kotoran (kascing).
Pemanfaatan cacing tanah dan sampah
organik seperti serasah dapat menghasilkan
suatu produk pupuk yaitu vermikompos.
Penelitian tentang vermikompos telah
banyak dilakukan di luar negeri seperti
Australia dan India. Vermikomposting
merupakan metode yang cukup murah dalam
penanganan sampah organik menggunakan
cacing tanah sebagai dekomposer sampah
organik tersebut (Roberts et al. 2007). Selain
itu, banyak kelebihan vermikompos jika
dibandingkan dengan pupuk-pupuk yang lain
seperti mengandung nutrisi dan hormon
pertumbuhan yang tinggi untuk tanaman,
bebas patogen dan bebas dari racun kimiawi
(Sinha 2009),
Penelitian ini menggunakan cacing tanah
jenis L. rubellus. Cacing tanah khususnya L.
rubellus dapat dimanfaatkan sebagai pengurai
sampah organik. Kemampuan cacing L.
rubellus untuk mengurai sampah organik
lebih cepat dibanding mikrob. Hasil
penguraian sampah oleh cacing L. rubellus
memiliki tekstur yang halus (baik) dan
kandungan rata-rata nitrogennya sebesar 2,9
%, yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
organik (Muhtadi et al. 2007). Penelitian ini
menggunakan sampah organik yaitu serasah
daun sengon (P. falcataria (L.) Nielsen).
Alasan digunakannya daun sengon (P.
falcataria (L.) Nielsen) karena pohon sengon
merupakan jenis legum, karena itu
kandungan nitrogen pada daun sengon lebih
tinggi dibandingkan daun dari tumbuhan jenis
lain dan seharusnya dapat membantu proses
vermikomposting menjadi lebih baik.
Menurut Nagavallemma et al. (2004), daun
pohon
jenis
legum
cocok
untuk
vermikomposting.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui
komposisi terbaik antara serasah daun sengon
(P. falcataria (L.) Nielsen) dan kotoran sapi
dalam pembuatan vermikompos.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Januari 2012 hingga Juli 2012 di
Laboratorium Fungsi Hayati dan Perilaku
Hewan Departemen Biologi, FMIPA Institut
Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini ialah tanah latosol yang diambil dari
sekitar Laboratorium Fungsi Hayati dan
Perilaku Hewan Departemen Biologi, FMIPA
IPB pada kedalaman 100 cm , serasah daun
sengon yang telah dikeringkan, kotoran sapi
yang telah dikeringanginkan selama 15 hari
dan cacing L. rubellus. Peralatan yang
digunakan dalam penelitian ini ialah
timbangan untuk mengukur bobot tanah dan
cacing tanah, termometer tanah dan
higrometer.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan
ialah Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Percobaan dilakukan dengan 3 perlakuan dan
5 ulangan serta dilakukan dalam dua tahap.
Perlakuan tersebut ialah
P1 : daun sengon (30%) + kotoran sapi (70%)
P2 : daun sengon (50%) + kotoran sapi (50%)
P3 : daun sengon (70%) + kotoran sapi (30%)
Pemeliharaan dan Budidaya
Cacing yang digunakan dalam penelitian
ini ialah cacing jenis L. rubellus yang didapat
dari bapak Adul, peternak cacing di Fakultas
Peternakan IPB, dari Sandi, peternak Cacing
di Bogor dan dari bapak Rahmat, peternak
cacing di daerah Taman Mini, Jakarta.
Cacing dibudidayakan terlebih dahulu hingga
umur 1 bulan. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan cacing yang sudah berklitelum.
Budidaya ini menggunakan wadah plastik
2
dengan media kotoran sapi. Pada media
ditambahkan tanah latosol yang diambil dari
kedalaman 100 cm, rumput jerami yang
diambil dari daerah Cikabayan, ampas tahu,
daun pisang, dan sayuran. Sebelum
digunakan, kotoran sapi terlebih dahulu
dikeringanginkan selama 15 hari agar gas
beracun seperti belerang dan metan yang
terdapat pada kotoran sapi menguap.
Pelaksanaan Penelitian dan Pengumpulan
Data
Proses pelaksanaan penelitian meliputi
persiapan wadah percobaan, persiapan
kotoran sapi, tanah, serasah dan cacing tanah.
Wadah yang digunakan berupa wadah plastik
(bin) berukuran 35 cm x 31 cm x 12.5 cm
sebanyak 15 buah. Seluruh wadah percobaan
diberi lubang pada bagian dasarnya sebanyak
9 buah dan ditutup dengan strimin plastik.
Media yang digunakan ialah campuran
kotoran sapi, tanah dan serasah dengan
komposisi yang telah ditentukan (Lampiran
l).
Serasah diletakkan di bagian paling atas
media agar dapat berfungsi juga sebagai
bedding. Masing-masing campuran media
tersebut ditimbang menggunakan timbangan
digital AE ADAM QBW-1500 berskala 1500
g. Campuran antara tanah dan kotoran sapi
diaduk agar homogen, lalu diinokulasikan
cacing L. rubellus dengan bobot 13 g yang
ditimbang menggunakan timbangan digital
ADAM PGW-4531 berskala 0.001 g. Serasah
daun sengon ditambahkan dan kemudian
diberi air secukupnya agar lembab. Setiap
minggu bobot serta jumlah cacing tanah
dihitung dengan metode hand-sorting. Media
disemprot air tiap hari untuk menjaga
kelembaban media yang berkisar antara 6070%. Kondisi tekstur media diamati. Apabila
ditemukan media terlalu padat maka
dilakukan
pengadukan,
agar
aerasi
berlangsung dengan baik.
Tahap pertama ialah menginokulasikan
cacing L. rubellus dengan bobot 13 g. Cacing
yang diinokulasikan ialah cacing belum
dewasa, hal ini dapat dilihat dari ukuran serta
tidak adanya klitelum pada tubuh cacing.
Tahap ini dilakukan selama 1 bulan dari awal
bulan Januari hingga akhir Januari 2012.
Tahap kedua dilakukan dari pertengahan
bulan Mei hingga pertengahan bulan Juni
2012. Pada tahap kedua diinokulasikan
cacing dengan bobot 13 g juga tetapi dengan
jumlah cacing lebih sedikit (Lampiran 6 dan
7). Hal ini dikarenakan cacing yang
diinokulasikan ialah cacing dewasa yang
sudah berklitelum.
Analisis Unsur Hara Vermikompos
Vermikompos
yang
dihasilkan
kemudian diukur di laboratorium kandungan
haranya. Tiap perlakuan diambil sampelnya
dan kemudian dilihat kandungan hara yang
paling tinggi. Dari hasil uji kandungan hara
tersebut dapat diketahui komposisi yang
terbaik antara serasah dan kompos. Uji ini
dilakukan di Balai Penelitian Tanah Bogor
(Lampiran 5).
Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis
menggunakan sidik ragam Rancangan Acak
Lengkap dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan,
Untuk mengetahui pengaruh nyata perlakuan,
digunakan uji F pada α = 5% dengan program
SPSS versi 14. Uji perbandingan ganda
Duncan (DMRT) dengan selang kepercayaan
95% dilakukan bila terdapat perlakuan yang
berbeda nyata dalam analisis ragam
perlakuan.
HASIL
Pemeliharaan dan Budidaya
Pemeliharaan dan budidaya cacing
menggunakan sayur-sayuran yang busuk
tidak cocok karena media hidup cacing jadi
banyak
mengandung
air.
Sedangkan
pemeliharaan menggunakan jerami dan daun
pisang dengan pakan ampas tahu baik untuk
tumbuh kembang cacing. Bobot serta jumlah
cacing meningkat dan dihasilkan banyak
cacing yang sudah berklitelum.
Jumlah Cacing
Rataan jumlah cacing pada tahap I
penelitian, mengalami penurunan dari
minggu awal hingga minggu ke-4 pada
semua perlakuan.
Rataan jumlah cacing pada minggu ke 1
tahap II penelitian ini mengalami penurunan
pada P1, sedang pada P2 meningkat dan pada
P3 jumlah cacing tidak berubah. Pada minggu
ke 2 tahap II, rataan jumlah cacing
mengalami penurunan pada P2 da P3, sedang
P1 tidak berubah. Rataan jumlah cacing pada
minggu ke 3 tahap II, mengalami penurunan
pada P1 dan P3, sedangkan pada P2
mengalami peningkatan. Pada mingu ke-4
tahap II, rataan jumlah cacing pada P1 dan P3
menurun
3
80
a aa
a
aa
Σ Individu
60
aa a
aaa
aaa
40
20
0
2
3
1
Waktu (minggu)
P1 P2 P3
4
Gambar 1 Rataan jumlah L. rubellus muda.
b
a ab
a a
a
aa
a
aa
a
aa
a
Σ Individu
40
30
20
10
0
0
1
2
3
waktu (minggu)
P1 P2 P3
4
Gambar 2 Rataan jumlah L. rubellus dewasa.
Bobot Cacing
Rataan bobot cacing pada tahap I dan II,
mengalami penurunan dari minggu awal
hingga minggu ke-4 pada semua perlakuan.
Rataan bobot cacing tidak berbeda nyata dari
mingggu awal hingga minggu ke-4 pada
tahap I dan II.
a aa
a a
a
aaa
aa a
a aa
Bobot (g)
16
14
12
10
8
6
4
2
0
a aa
0
0
50
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0
1
2
3
waktu (minggu)
P1 P2 P3
4
Gambar 3 Rataan bobot L. rubellus muda.
a aa
a aa
aaa
Bobot (g)
sedang P2 tidak berubah. Pada minggu awal
tahap II, rataan jumlah cacing terlihat berbeda
nyata dengan P = 0.039.
1
2
3
Waktu (minggu)
P1 P2 P3
a aa
4
Gambar 4 Rataan bobot L. rubellus dewasa.
Karakteristik Media
Tekstur dan warna dari media yang
digunakan berubah (Tabel 2). Perubahan
terlihat jelas pada perlakuan 1, yaitu berubah
dari tekstur yang kasar menjadi halus dan dari
warna
kecoklatan
berubah
menjadi
kehitaman. Sedangkan pada P2 dan P3,
perubahan terlihat pada warna daun sengon
yang semakin hitam akan tetapi belum
didekomposisi oleh L. rubellus. Tekstur dari
kedua komposisi tersebut masih kasar karena
belum
banyak
daun
sengon
yang
terdekomposisi.
Analisis Unsus Hara
Hasil uji unsur hara (Tabel 1)
vermikomposting menunjukkan kandungan C
tertinggi pada P3 dengan 18.04%, sedangkan
P1 dan P2 memiliki kandungan C sebesar
15.92 dan 15.88%. Kandungan N total
tertinggi pada P1 dan P2 yaitu 1.10%,
sedangkan pada P3 yaitu 1.03%. rasio C/N
tertinggi pada P3 yaitu 18, sedang P1 dan P2
mengandung rasio C/N 14. Kandungan
Fosfor (P) tertinggi pada P1 dengan 0.10%,
P2 dan P3 dengan 0.7 dan 0.55. Kandungan
Kalium (K) tertinggi pada P1 dan P3 yaitu
0.03%, sedangkan pada P2 yaitu 0.02%.
kandungan natrium pada P1, P2 dan P3 yaitu
003, 0.02 dan 0.01%. kandungan kalsium
pada P1, P2 dan P3 yaitu 0.19, 0.14, dan
0.12.% kandungan magnesium P1, P2 dan P3
yaitu 0.09, 0.06 dan 0.06%. kapasitas tukar
kation pada P1, P2 dan P3 yaitu 38.50, 34.69
dan 33.67. Perlakuan yang memiliki pH
mendekati normal yaitu P1 dengan 5.7,
sedangkan pada P2 dan P3 yaitu 5.1 dan 4.6.
Kadar air yang paling sedikit ada pada P1
dengan 19.08%, sedangkan P2 dan P3 yaitu
24 dan 25.19%.
4
Tabel 1 Hasil analisis unsur hara
Parameter
pH H2O (1:5)
Kadar air (%)
C-organik (%)
Organik (%)
NH4 (%)
NO3 (%)
Total (%)
N
C/N
P2O5 (%)
K2O (%)
Na (%)
Ca (%)
Mg (%)
Total HNO3 + HClO4
KTK
P1
5.7
19.08
15.92
Perlakuan
P2
5.1
24.00
15.88
P3
4.6
25.19
18.04
0.89
0.14
0.07
1.10
14
0.10
0.03
0.03
0.19
0.09
38.50
0.82
0.11
0.17
1.10
14
0.07
0.02
0.02
0.14
0.06
34.69
0.80
0.10
0.13
1.03
18
0.05
0.03
0.01
0.12
0.06
33.67
Tabel 2 Karakteristik media (vermikompos) berdasarkan pengamatan visual pada minggu pertama
dan terakhir
Kondisi
visual
Tekstur
warna
P1
awal
akhir
awal
kasar
kecoklatan
halus
hitam
kasar
kecoklatan
PEMBAHASAN
Rataan jumlah cacing pada tahap I
mengalami penurunan pada semua perlakuan.
Pada P1, rataan jumlah cacing menurun
31.26%. Sedang pada P2, rataan jumlah
cacing menurun 27.99%. Pada P3, rataan
jumlah cacing menurun 30.27%. Hal ini
disebakan cacing yang digunakan ialah
cacing yang digunakan belum dewasa dan
belum berada pada masa reproduktif.
Menurut Afriyansyah (2010), cacing yang
cocok
digunakan
dalam
proses
vermikomposting ialah cacing yang sudah
dalam tahap reproduktif dengan kata lain
cacing tersebut sudah memiliki klitelum.
Pada tahap II, rataan jumlah cacing lebih
bervariatif. Pada P1 dan P3, rataan jumlah
cacing mengalami penurunan dari minggu
awal hingga minggu akhir yaitu sebesar
17.70% dan 14.64% . Sedangkan pada P2,
rataan jumlah cacing meningkat dari minggu
awal hingga minggu ketiga yaitu sebesar
15.82%. Sedangkan pada minggu ke 4 tidak
terjadi perubahan. Hal ini dikarenakan L.
rubellus yang diinokulasikan ke media ialah
cacing yang sudah berklitelum (sudah
Perlakuan
P2
akhir
P3
awal
akhir
kasar
kasar
Kasar
Agak
kecoklatan
Agak
kehitaman
kehitaman
dewasa), oleh karena itu produktivitas cacing
meningkat.
Pada tahap I dan II penelitian ini, rataan
jumlah cacing bervariasi pada tiap
minggunya, jadi sulit untuk menentukan
perlakuan yang memberikan pengaruh
terhadap jumlah individu cacing tanah.
Menurut
penelitian
Ilyas
(2009),
pertumbuhan cacing tanah tergantung pada
jenis dan kualitas makanannya. Cacing tanah
lebih suka mengonsumsi kotoran sapi terlebih
dahulu dibandingkan bahan organik lain.
Cacing tanah mengonsumsi pakannya dengan
lambat jika tidak tersedia bahan pemikatnya
seperti kotoran sapi (Sinha et al. 2002).
Menurut penelitian Achmad et al. (2010),
biomassa L. rubellus meningkat pada proses
vermikomposting yang dilakukan selama 21
hari.
Hasil uji statistik menunjukkan terdapat
perbedaan nyata pada minggu awal tahap
kedua maka dari itu dilanjutkan dengan uji
Duncan (DMRT) dengan selang kepercayaan
95%. Berdasarkan data tersebut, P2
merupakan perlakuan yang terbaik di antara
perlakuan lain, akan tetapi pada minggu
berikutnya, data pada ketiga perlakuan tidak
menunjukkan
perbedaan
yang
nyata
(Lampiran 8). Seharusnya minggu berikutnya
5
juga menunjukkan perbedaan yang semakin
nyata jika pada minggu awal sudah
menunjukkan perbedaan yang nyata.
Hal ini disebabkan karena faktor
lingkungan seperti temperatur, kelembaban,
panjang hari dan curah hujan lingkungan
sekitar yang mempengaruhi tingkah laku
cacing
sehingga
cacing
tidak
bisa
berkembang dengan semestinya. Kondisi
yang cocok untuk pembiakan cacing yang
optimal ialah pada temperatur 15-20oC,
kelembaban 50-80%, pH berkisar antara 3.77.0 (Brata 2009). Data meteorologi yang
didapat dari BMKG dari bulan April hingga
Juli (Lampiran 3) menunjukkan bahwa
kelembaban berkisar
antara
79-86%,
temperatur berkisar antara 25.8-26.20C,
panjang hari berkisar antara 253-272 cal/cm2.
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa
kondisi selama bulan April hingga Juli 2012
cukup kering dan berpengaruh negatif pada
pertumbuhan
cacing
dalam
media.
Pengadukan dan penyemprotan air terhadap
media sudah dilakukan setiap hari, namun hal
tersebut belum cukup efektif karena kondisi
lingkungan yang cukup panas dan kering.
Penambahan bahan organik lain seperti
ampas tahu juga perlu dilakukan untuk
meningkatkan biomassa dari cacing dan
memberikan kelembaban pada media hidup
cacing.
Rataan bobot cacing menurun tiap
minggunya pada tahap I maupun II. Hal ini
karena pemberian kotoran sapi yang
dilakukan di awal saja. Seharusnya
pemberian kotoran sapi dilakukan bertahap.
Menurut Ilyas (2009), biomassa cacing tanah
berkurang karena jumlah kotoran sapi juga
berkurang, sedangkan sampah daun tidak
menyebabkan
peningkatan
biomassa.
Menurut Afriyansyah (2010), keberadaan
kotoran sapi dalam media hidup cacing
dijadikan sebagai starter ataupun penambah
nafsu makan cacing terhadap bahan organik
lainnya. Penambahan kotoran sapi secara
bertahap ke dalam media hidup cacing perlu
dilakukan,
agar
dapat
meningkatkan
perkembangan dan reproduksi dari cacing..
Perlakuan 1, dengan kotoran sapi lebih
banyak dibandingkan dengan daun sengon
merupakan komposisi yang ideal untuk
vermikomposting karena dekomposisi daun
sengon telah berhasil dilakukan oleh cacing
L. rubellus. Hal ini ditandai dengan
berkurangnya daun sengon yang terdapat
dalam media. Menurut Muhtadi et al. (2007),
L. rubellus dapat dimanfaatkan sebagai
pengurai limbah atau sampah organik. Akan
tetapi, tidak semua daun sengon yang
terdapat di dalam media dapat didekomposisi
oleh L. rubellus. Pohon sengon termasuk
dalam jenis legum. Seharusnya daun sengon
yang mengandung nitrogen yang cukup tinggi
karena termasuk jenis legum dapat membantu
proses vermikomposting menjadi lebih baik.
Menurut Nagavallemma et al. (2004), daun
segar dari pohon jenis legum cocok untuk
vermikomposting. Hal ini terlihat dari jumlah
cacing yang naik 3 kali lipat pada proses
vermikomposting
selama
90
hari.
Berkurangnya bobot cacing dari awal
diinokulasikan hingga minggu ke-4 karena
faktor yang tidak berbeda dengan faktor yang
memengaruhi jumlah cacing.
Tekstur dan warna dari media yang
digunakan pada P1 berubah dari tekstur yang
kasar menjadi halus karena daun sengon telah
banyak di dekomposisi oleh L. rubellus,
sedangkan pada P2 dan P3, teksturnya tidak
banyak berubah karena belum banyak daun
sengon yang terdekomposisi. Warna tekstur
pada semua perlakuan berubah, pada P1
warna berubah dari kecoklatan menjadi
hitam, sedangkan P2 dan P3, warna media
berubah dari kecoklatan menjadi kehitaman.
Menurut Karthikeyan et al. (2007), ciri
vermikompos yang baik ialah berwarna
kehitaman, tidak berbau dan tekstur halus.
Kematangan vermikompos dikatakan tercapai
bila warnanya telah menjadi coklat
kehitaman. Perubahan warna pada semua
perlakuan menuju warna coklat kehitaman
berhubungan dengan perubahan bentuk
media yang lebih halus dan remah
(Afriyansyah 2010). Kematangan kompos
dapat
diindikasikan
dengan
semakin
menurunnya rasio C/N (Afriyansyah 2010).
Rasio C/N merupakan salah satu indikator
yang paling sering digunakan untuk
mengetahui kematangan vermikompos (Loh
et al. 2005).
Hasil uji unsur hara kompos (Tabel 1)
menunjukkan kandungan C terendah pada P2
yaitu 15.88. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa proses vermikomposting
menyebakan penurunan C organik pada
sistem
dekomposisi
sampah
dan
mempercepat proses degradasi sampah (Loh
et al. 2005). Perlakuan yang memiliki
kandungan pH terbaik ialah P1 dengan 5.7.
Kandungan N total tertinggi pada P1 dan P2
yaitu 1.10%. Rasio C/N terbaik pada P1 dan
P2 yaitu 14. Kandungan fosfor (P) tertinggi
pada P1 dengan 0.10%. Kandungan kalium
(K) tertinggi pada P1 dan P3 yaitu 0.03%.
kandungan natrium tertinggi pada P1 yaitu
6
0.03%. kandungan kalsium tertinggi pada P1
yaitu 0.19%. Kandungan magnesium
tertinggi pada P1 yaitu 0.09%. kapasitas tukar
kation dan kandungan air terbaik pada P1
yaitu 38.50
dan 19.08%. Menurut
Afriyansyah (2010) Kandungan N, P dan K
pada vermikompos mengalami peningkatan
selama proses vermikomposting. Berdasarkan
hasil penelitian Afriyansyah (2010) Rasio
C/N
hasil
vermikomposting
dengan
menggunakan L. rubellus ialah 8.9 + 3.97,
sedangkan kandungan P dan K ialah 813.35 +
507.24 dan 1686.75 + 2444.77.
Perlakuan terbaik berdasarkan uji unsur
hara ialah P1. Meskipun kandungan C yang
terbaik pada P2, tetapi kandungan N, P, K,
Na,Ca dan Mg pada P1 tertinggi diantara
perlakuan
lain.
Berdasarkan
tingkat
kematangan kompos, P1 dan P2 ialah yang
paling matang. Hal ini dapat diketahui dari
rasio C/N yang nilainya 14, lebih rendah dari
P3 yang mempunyai rasio C/N 18, tekstur
kasar, agak kehitaman menunjukkan C lebih
tinggi dan belum terdekomposisi sempurna
pada 70% daun sengon dan 30% kotoran
sapi. Pada kondisi ini jumlah N tersedia lebih
sedikit dan kompos belum matang.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Komposisi terbaik daun sengon dan
kotoran sapi dalam proses vermikomposting
ialah 30 : 70. Vermikomposting dalam
penelitian ini belum berhasil dilakukan
dengan baik sehingga tidak terbentuk
vermikompos yang sempurna.
Saran
Perlu ada penelitian lanjutan dari
penelitian
ini
untuk
menghasilkan
vermikompos seperti yang diharapkan,
karena komposisi terbaik sudah diketahui.
Hanya saja perlu bahan organik serta
penanganan yang lebih tepat dalam proses
vermikomposting yaitu penambahan kotoran
sapi secara bertahap sebagai pemicu (starter)
untuk perkembangan cacing. Morfologi
cacing, panjang cacing dan produktivitas
cacing perlu diukur dalam penelitian
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad KTB, Hidayati YA, Abdullah N,
Sutendy A. 2010. The effect Of
Lumbricus rubellus seedling density on
earthworm biomass and quantity as
well as quality of kascing in
vermicomposting cattle feces And
bagasse Mix. Lucrări Ştiinţifice 53:158163.
Anwar EK. 2009. Efektivitas cacing tanah
Pheretima hupiens, Eudrellus sp, dan
Lumbricus sp. dalam
proses
dekomposisi bahan organik. J Tanah
Trop 14:149-158.
Afriyansyah B. 2010. Vernikomposting oleh
cacing tanah (Eisinia fetida dan
Lumbricus rubelus) pada empat jenis
bedding [tesis]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Brata B. 2009. Cacing Tanah : Faktor
Mempengaruhi
Pertumbuhan
dan
Perkembangbiakan. Bogor : IPB Press.
Ilyas M. 2009. Vermicomposting sampah
daun sonokeling (Dalbergia latifolia)
menggunakan tiga spesies
cacing
tanah (Pheretima sp., Eisenia fetida, dan
Lumbricus rubellus) [tesis]. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Karthikeyan
V,
Sathyamoorthy
KL,
Murugesan R. 2007. Vermicomposting of
market waste in Salem, Tamilnadu,
India. Proceedings of the International
Conference on Sustainable Solid Waste
Management; Chennai, 5-7 September
2007. hlm 276-281.
Loh TC, Lee YC, Liang JB, Tan D. 2005.
Vernicomposting of cattle and goat
manres by Eisinia fetida
and
their
growth and reproduction performance.
Biores Technol 96:111-114.
Mimanto E. 2000. Status hara daun dan
serasah hutan gambut di Taman
Nasional Tanjung Puting, Kalimantan
Tengah. J Biol Indones 2:267- 275.
Muhtadi et al. 2007. Pemanfaatan cacing
Lumbricus rubellus dalam pengolahan
sampah organik di tempat pembuangan
akhir (TPA). MIPA 17:33-38.
Nagavallemma
KP
et
al.
2004.
Vermicomposting: recycling wastes into
valuable organic fertilizer. International
Crops Research Institute for the SemiArid Tropics. Andhr Pradesh ; Asian
Development Bank hlm 1-15.
7
Roberts P et al. 2007. Responses of common
pot grown flower species to commercial
plant growth media substituted
with
vermicomposts. Compost
Sci
Util
15:159-166.
Sinha RK et al. 2002.Vermiculture and waste
management: study of action of
earthworm Eisinia fetida, Eudrillus
euginae and Perionyx excavatus on
biodegradation of some commnity wastes
in India and Australia. Enviromentalist
22:261-268.
Sinha RK et al. 2009. Earthworms
vermicompost: a powerful crop nutrient
over the conventional compost
&
protective soil conditioner against the
destructive chemical fertilizers for
food safety and security. J Agric Environ
sci 5:01-55.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Komposisi media yang digunakan
Bahan
Tanah
Daun Sengon
Kotoran Sapi
Lumbricus rubellus
30 :70
100
60
140
13
Komposisi (daun sengon : kotoran sapi) (gram)
50 : 50
70 : 30
100
100
100
140
100
60
13
13
Lampiran 2 Cacing Lumbricus rubellus dan metode budidaya cacing dengan sistem bin
menggunakan (a) pakan jerami dan (b) pakan daun pisang
Klitelum
Klitelum
(a)
(b)
Lampiran 3 Kondisi awal (minggu 0) (A) dan akhir (minggu 4) (B) media hidup L. rubellus
dengan perlakuan (a) P1, (b) P2 dan (c) P3
A
(a)
(b)
(c)
B
(a)
(b)
(c)
Lampiran 4 Data meteorologi daerah Dramaga, Bogor dari bulan April hingga Juli 2012
(mm)
Lampiran 5 Data hasil analisis unsur hara komposisi pelakuan P1, P2 dan P3
Lampiran 6 Rataan Jumlah L. rubellus (ekor) tahap I dan tahap II
Tahap I
minggu
2
Jumlah
0
Jumlah
1
Jumlah
P1
63.8 + 5.72
60.6 + 5.72
58.6 + 5.72
54.6 + 5.72
49 + 5.72
P2
61.4 + 5.89
56.8 + 5.89
54 + 5.89
51.6 + 5.89
45.6 + 5.89
P3
63.6 + 6.36
59.6 + 6.36
56.4 + 6.36
51.4 + 6.36
47.6 + 6.36
Perlakuan
3
Jumlah
4
Jumlah
Tahap II.
minggu
Perlakuan
0
Jumlah
1
Jumlah
2
Jumlah
3
4
P1
43.4b + 0.94
42.4 + 0.94
42.4 + 0.94
42 + 0.94
40.8 + 0.94
P2
38.4a + 1.2
39.6 + 1.2
40.6 + 1.2
41.2 + 1.2
41.2 + 1.2
P3
40ab + 1.51
40 + 1.51
39 + 1.51
37.6 + 1.51
36.6 + 1.51
Jumlah
Jumlah
Keterangan: Data menunjukkan nilai rata-rata dan angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT)
Lampiran 7 Rataan bobot L. rubellus (g) tahap I dan tahap II
Tahap I
minggu
Perlakuan
0
Bobot
1
Bobot
2
Bobot
3
Bobot
4
Bobot
P1
13 + 1.62
11.92 + 1.62
10.92 + 1.62
9.9 + 1.62
8.89 + 1.62
P2
13 + 1.38
11.33 + 1.38
10.88 + 1.38
10.34 + 1.38
9.25 + 1.38
P3
13 + 1.53
12.16 + 1.53
11.21 + 1.53
10.11 + 1.53
9.2 + 1.53
Tahap II.
minggu
Perlakuan
0
Bobot
1
Bobot
2
Bobot
3
Bobot
4
Bobot
P1
13 + 2.91
10.67 + 2.91
8.6 + 2.91
6.90 + 2.91
5.74 + 2.91
P2
13 + 2.38
10.52 + 2.38
8.84 + 2.38
7.93 + 2.38
6.98 + 2.38
P3
13 + 2.65
11.14 + 2.65
9.42 + 2.65
7.62 + 2.65
6.39 + 2.65
Keterangan: Data menunjukkan nilai rata-rata dan angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT)
Lampiran 8 Analisis keragaman parameter diukur dalam penelitian
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah L. rubellus tahap I minggu 0
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Galat
Jumlah
Kuadrat
17.733
265.200
Derajat
Bebas
2
12
Total
59692.000
15
Kuadrat
tengah
8.867
22.100
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
.401
3.89
.678
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah L. rubellus tahap I minggu 1
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
38.800
2
19.400
.799
3.89
.472
Galat
291.200
12
24.267
Total
52545.000
15
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah L. rubellus tahap I minggu 2
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Galat
Jumlah
Kuadrat
52.933
230.400
Derajat
Bebas
2
12
Total
47885.000
15
Kuadrat
tengah
26.467
19.200
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
1.378
3.89
.289
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah L. rubellus tahap I minggu 3
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
32.133
345.600
41774.000
2
12
15
16.067
28.800
.558
3.89
.587
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah L. rubellus tahap I minggu 4
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
29.200
192.400
33923.000
2
12
15
14.600
16.033
.911
3.89
.428
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah L. rubellus tahap II minggu 0
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
66.533
93.200
24804.000
2
12
15
33.267
7.767
4.283
3.89
.039
Lampiran 8 (Lanjutan)
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah L. rubellus tahap II minggu 1
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
21.733
101.200
25011.000
2
12
15
10.867
8.433
1.289
3.89
.311
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah L. rubellus tahap II minggu 2
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
28.933
234.400
25070.000
2
12
15
14.467
19.533
.741
3.89
.497
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah L. rubellus tahap II minggu 3
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
54.933
354.000
2
12
27.467
29.500
.931
3.89
.421
Total
24730.000
15
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah L. rubellus tahap II minggu 4
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
64.933
500.800
24009.000
2
12
15
32.467
41.733
.778
3.89
.481
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap bobot L. rubellus tahap I minggu 1
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
1.829
6.323
2097.697
2
12
15
.915
.527
1.735
3.89
.218
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap bobot L. rubellus tahap I minggu 2
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
.322
5.594
2
12
.161
.466
.345
3.89
.715
1822.236
15
Lampiran 8 (Lanjutan)
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap bobot L. rubellus tahap I minggu 3
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
.600
3.426
1545.104
2
12
15
.300
.286
1.050
3.89
.380
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap bobot L. rubellus tahap I minggu 4
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
.334
2.113
2
12
.167
.176
.950
3.89
.414
Total
1249.881
15
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap bobot L. rubellus tahap II minggu 1
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
1.041
4.988
1748.293
2
12
15
.521
.416
1.252
3.89
.321
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap bobot L. rubellus tahap II minggu 2
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
1.777
2
.889
.877
3.89
.441
12.158
12
1.013
Total
1216.368
15
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap bobot L. rubellus tahap II minggu 3
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
2.873
12.797
856.423
2
12
15
1.436
1.066
1.347
3.89
.297
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap bobot L. rubellus tahap II minggu 4
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
3.847
10.753
623.382
2
12
15
1.924
.896
2.147
3.89
.160
falcataria (L.) Nielsen) DAN KOTORAN SAPI DALAM
VERMIKOMPOSTING OLEH CACING MERAH (Lumbricus
rubellus Hoffmeister)
MUHAMAD IRFAN
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
ABSTRAK
MUHAMAD IRFAN. Komposisi Serasah Daun Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)
dan Kotoran Sapi dalam Vermikomposting oleh Cacing Merah (Lumbricus rubellus Hoffmeister).
Dibimbing oleh MUHADIONO dan TRI HERU WIDARTO.
Sampah merupakan salah satu masalah yang sampai saat ini belum dapat teratasi dengan
baik. Penggunaan cacing tanah dalam mendekomposisi sampah organik (vermikomposting) dapat
menjadi alternatif dalam mengatasi masalah sampah tersebut. Tujuan penelitian ini ialah untuk
mengetahui komposisi terbaik antara serasah daun sengon dan kotoran sapi dalam pembuatan
vermikompos oleh cacing tanah Lumbricus rubellus. Komposisi serasah dan kotoran sapi yang
digunakan yaitu 30:70 (P1), 50:50 (P2), dan 70:30 (P3). Parameter yang diukur ialah jumlah
cacing, bobot cacing, dan kandungan unsur hara hasil vermikomposting. Hasil penghitungan
jumlah dan penimbangan bobot cacing menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak
berpengaruh nyata. Berdasarkan kandungan unsur hara dan karakteristik kompos yang dihasilkan,
P1 merupakan komposisi terbaik dibandingkan komposisi lainnya. Meskipun kandungan C pada
P2 lebih rendah dibanding P1, tetapi kandungan N, P, K, Na, Ca, dan Mg tertinggi ditemukan pada
P1.
Kata kunci : Vermikompos, Lumbricus rubellus, serasah daun sengon, kotoran sapi
ABSTRACT
MUHAMAD IRFAN. Composition of Sengon Leaf Litter (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)
and Cow Dung in Vermicomposting by Red Worm (Lumbricus rubellus Hoffmeister). Supervised
by MUHADIONO and TRI HERU WIDARTO.
Trash is a serious problem that has yet to be resolved properly. The use of earthworms in the
decomposition of organic waste can be an alternative solution for overcoming the problem. The
purpose of this study is to determine the best composition between sengon leaves litter and cow
dung in producing vermicompost by Lumbricus rubellus. We used the composition of the litter and
the cow-dung 30:70 (P1), the composition 50:50 (P2), and composition 70:30 (P3). The
parameters measured are the number of worms, worm weights, and mineral and carbon content of
the produced vermicompost. The results showed that the number and the weight of worms did not
affect significantly. Based on the mineral content and the characteristics of the compost, P1 is the
best composition. Although the content of C in P2 is lower than P1, but the content of N, P, K, Na,
Ca and Mg are the highest among other treatments.
Key words : Vermicompost, Lumbricus rubellus, sengon leaf litter, cow dung
3
KOMPOSISI SERASAH DAUN SENGON (Paraserianthes
falcataria (L.) Nielsen) DAN KOTORAN SAPI DALAM
VERMIKOMPOSTING OLEH CACING MERAH (Lumbricus
rubellus Hoffmeister)
MUHAMAD IRFAN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul
Nama
NIM
: Komposisi Serasah Daun Sengon (Paraserianthes falcataria (L.)
Nielsen) dan Kotoran Sapi dalam Vermikomposting oleh Cacing
Merah (Lumbricus rubellus Hoffmeister)
: Muhamad Irfan
: G34070100
Menyetujui,
Pembimbing II
Pembimbing I
Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc.
NIP 19620513 198703 1 002
Dr. Ir. Muhadiono, M.Sc.
NIP 19510801 197703 1 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.S.
NIP 19641002 198903 1 002
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya
sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih untuk skripsi ini ialah Komposisi
Serasah Daun Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) dan Kotoran Sapi dalam
Vermikomposting oleh Cacing Merah (Lumbricus rubellus Hoffmeister). Penelitian ini
dilaksanakan dari bulan Maret 2011 hingga Juni 2012 di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku
Hewan, Departemen Biologi, FMIPA Institut Pertanian Bogor.
Keberhasilan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan saran dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Muhadiono, M.Sc. dan Bapak
Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc. atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan selama penelitian dan
penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga saya ucapkan kepada Ibu Dr. Nisa Rachmania M., M.Si.
selaku dosen penguji dan wakil komisi pendidikan atas diskusi dan saran yang telah diberikan.
Demikian juga dengan Pak Adi, Ibu Ani, Ibu Tini untuk segala bantuannya. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Gita Kusuma Rahayu, Hendi Mardika, Fahmi, Suharyo, dan
teman-teman Biologi 44 yang telah banyak memberi bantuan, saran dan semangat. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Mama, Kakak, serta seluruh anggota keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Desember 2012
Muhamad Irfan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16 Juni 1989 dari ayah Marzuki dan ibu
Muamah. Penulis merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara. Tahun 2007 penulis lulus dari
SMA Negeri 34 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih Program Studi Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi anggota UKM Uni Konservasi Fauna,
pantia EXPO UKF tahun 2010, panitia acara T n B going to Bandung, panitia acara LCTB dan
Pesta Sains tahun 2010, Panitia acara Grand Biodiversity tahun 2010 dan juga pernah menjadi
asisten praktikum Fisiologi Tumbuhan tahun 2012.
Penulis melakukan studi lapangan di Kawasan Wana Wisata Cangkuang Sukabumi dengan
judul makalah “Isolasi Mikoriza Anggrek di Wana Wisata Cangkuang-Gunung Salak, Sukabumi,
Jawa Barat”. Penulis juga melakukan Praktik Lapangan di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta
pada bulan Juli-Agustus tahun 2010, dengan judul makalah “Pengelolaan Ex-situ Rusa Totol (Axis
axis) dan Rusa Bawean (A. kuhlii) di Taman Margasatwa Ragunan”.
10
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................
viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .....................................................................................................................
1
Tujuan Penelitian .................................................................................................................
1
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat ...............................................................................................................
1
Bahan dan Alat ....................................................................................................................
1
Rancangan Percobaan .........................................................................................................
1
Pemeliharaan dan Budidaya ................................................................................................
1
Pelaksanaan Penelitian dan Pengolahan Data ......................................................................
2
Analisis Unsur Hara Vermikompos .....................................................................................
2
Analisis Data ........................................................................................................................
2
HASIL ......................................................................................................................................
2
PEMBAHASAN ......................................................................................................................
4
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan .............................................................................................................................
6
Saran ...................................................................................................................................
6
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................
6
LAMPIRAN .............................................................................................................................
8
11
DAFTAR TABEL
Halaman
1
Hasil analisis unsur hara ...............................................................................................
2
Karakteristik media (vermikompos) berdasarkan pengamatan visual pada minggu
pertama dan terakhir .....................................................................................................
4
4
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
Rataan jumlah L. rubellus muda ..................................................................................
3
2
Rataan jumlah L. Rubellus dewasa ..............................................................................
3
3
Rataan bobot L. rubellus muda ...................................................................................
3
4
Rataan bobot L. rubellus dewasa .................................................................................
3
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1
Komposisi media yang digunakan ................................................................................
2
Cacing L. rubellus dan metode budidaya dengan sistem bin menggunakan (a) pakan
jerami dan (b) pakan daun pisang .................................................................................
3
9
10
Kondisi awal (minggu 0) (A) dan akhir (minggu 4) (B) media hidup L. rubellus
dengan perlakuan (a) P1, (b) P2, (c) P3. .......................................................................
11
4
Data meteorologi daerah Dramaga, Bogor dari bulan April hingga Juli 2012 ..............
12
5
Data hasil analisis unsur hara komposisi pelakuan P1, P2 dan P3 ...............................
13
6
Rataan jumlah L. rubellus (ekor) tahap I dan tahap II...................................................
14
7
Rataan bobot L. rubellus (g) tahap I dan tahap II..........................................................
15
8
Analisis keragaman parameter diukur dalam penelitian ...............................................
16
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Serasah daun merupakan sumber utama
dalam proses pengembalian hara ke dalam
tanah. Serasah mengandung unsur hara
seperti N, P, K dan Ca yang tidak jauh
berbeda dengan daun segar (Mirmanto 2000).
Serasah daun belum dimanfaatkan dengan
optimal oleh masyarakat. Penggunaan serasah
dalam pembuatan pupuk dapat menjadi salah
satu alternatif untuk pemanfaatan serasah.
Penggunaan cacing tanah sebagai
pereduksi sampah organik seperti sampah
pasar, serasah daun, kotoran hewan dan juga
jerami sudah banyak dilakukan oleh
masyarakat. Peranan cacing tanah sangat
penting dalam proses dekomposisi bahan
organik tanah. Bersama-sama mikrob tanah,
cacing tanah ikut berperan dalam siklus
biogeokimia (Anwar 2009). Cacing tanah
juga berperan dalam menurunkan rasio C/N
bahan organik dan mengubah nitrogen tidak
tersedia menjadi nitrogen tersedia setelah
dikeluarkan dalam bentuk kotoran (kascing).
Pemanfaatan cacing tanah dan sampah
organik seperti serasah dapat menghasilkan
suatu produk pupuk yaitu vermikompos.
Penelitian tentang vermikompos telah
banyak dilakukan di luar negeri seperti
Australia dan India. Vermikomposting
merupakan metode yang cukup murah dalam
penanganan sampah organik menggunakan
cacing tanah sebagai dekomposer sampah
organik tersebut (Roberts et al. 2007). Selain
itu, banyak kelebihan vermikompos jika
dibandingkan dengan pupuk-pupuk yang lain
seperti mengandung nutrisi dan hormon
pertumbuhan yang tinggi untuk tanaman,
bebas patogen dan bebas dari racun kimiawi
(Sinha 2009),
Penelitian ini menggunakan cacing tanah
jenis L. rubellus. Cacing tanah khususnya L.
rubellus dapat dimanfaatkan sebagai pengurai
sampah organik. Kemampuan cacing L.
rubellus untuk mengurai sampah organik
lebih cepat dibanding mikrob. Hasil
penguraian sampah oleh cacing L. rubellus
memiliki tekstur yang halus (baik) dan
kandungan rata-rata nitrogennya sebesar 2,9
%, yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
organik (Muhtadi et al. 2007). Penelitian ini
menggunakan sampah organik yaitu serasah
daun sengon (P. falcataria (L.) Nielsen).
Alasan digunakannya daun sengon (P.
falcataria (L.) Nielsen) karena pohon sengon
merupakan jenis legum, karena itu
kandungan nitrogen pada daun sengon lebih
tinggi dibandingkan daun dari tumbuhan jenis
lain dan seharusnya dapat membantu proses
vermikomposting menjadi lebih baik.
Menurut Nagavallemma et al. (2004), daun
pohon
jenis
legum
cocok
untuk
vermikomposting.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui
komposisi terbaik antara serasah daun sengon
(P. falcataria (L.) Nielsen) dan kotoran sapi
dalam pembuatan vermikompos.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Januari 2012 hingga Juli 2012 di
Laboratorium Fungsi Hayati dan Perilaku
Hewan Departemen Biologi, FMIPA Institut
Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini ialah tanah latosol yang diambil dari
sekitar Laboratorium Fungsi Hayati dan
Perilaku Hewan Departemen Biologi, FMIPA
IPB pada kedalaman 100 cm , serasah daun
sengon yang telah dikeringkan, kotoran sapi
yang telah dikeringanginkan selama 15 hari
dan cacing L. rubellus. Peralatan yang
digunakan dalam penelitian ini ialah
timbangan untuk mengukur bobot tanah dan
cacing tanah, termometer tanah dan
higrometer.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan
ialah Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Percobaan dilakukan dengan 3 perlakuan dan
5 ulangan serta dilakukan dalam dua tahap.
Perlakuan tersebut ialah
P1 : daun sengon (30%) + kotoran sapi (70%)
P2 : daun sengon (50%) + kotoran sapi (50%)
P3 : daun sengon (70%) + kotoran sapi (30%)
Pemeliharaan dan Budidaya
Cacing yang digunakan dalam penelitian
ini ialah cacing jenis L. rubellus yang didapat
dari bapak Adul, peternak cacing di Fakultas
Peternakan IPB, dari Sandi, peternak Cacing
di Bogor dan dari bapak Rahmat, peternak
cacing di daerah Taman Mini, Jakarta.
Cacing dibudidayakan terlebih dahulu hingga
umur 1 bulan. Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan cacing yang sudah berklitelum.
Budidaya ini menggunakan wadah plastik
2
dengan media kotoran sapi. Pada media
ditambahkan tanah latosol yang diambil dari
kedalaman 100 cm, rumput jerami yang
diambil dari daerah Cikabayan, ampas tahu,
daun pisang, dan sayuran. Sebelum
digunakan, kotoran sapi terlebih dahulu
dikeringanginkan selama 15 hari agar gas
beracun seperti belerang dan metan yang
terdapat pada kotoran sapi menguap.
Pelaksanaan Penelitian dan Pengumpulan
Data
Proses pelaksanaan penelitian meliputi
persiapan wadah percobaan, persiapan
kotoran sapi, tanah, serasah dan cacing tanah.
Wadah yang digunakan berupa wadah plastik
(bin) berukuran 35 cm x 31 cm x 12.5 cm
sebanyak 15 buah. Seluruh wadah percobaan
diberi lubang pada bagian dasarnya sebanyak
9 buah dan ditutup dengan strimin plastik.
Media yang digunakan ialah campuran
kotoran sapi, tanah dan serasah dengan
komposisi yang telah ditentukan (Lampiran
l).
Serasah diletakkan di bagian paling atas
media agar dapat berfungsi juga sebagai
bedding. Masing-masing campuran media
tersebut ditimbang menggunakan timbangan
digital AE ADAM QBW-1500 berskala 1500
g. Campuran antara tanah dan kotoran sapi
diaduk agar homogen, lalu diinokulasikan
cacing L. rubellus dengan bobot 13 g yang
ditimbang menggunakan timbangan digital
ADAM PGW-4531 berskala 0.001 g. Serasah
daun sengon ditambahkan dan kemudian
diberi air secukupnya agar lembab. Setiap
minggu bobot serta jumlah cacing tanah
dihitung dengan metode hand-sorting. Media
disemprot air tiap hari untuk menjaga
kelembaban media yang berkisar antara 6070%. Kondisi tekstur media diamati. Apabila
ditemukan media terlalu padat maka
dilakukan
pengadukan,
agar
aerasi
berlangsung dengan baik.
Tahap pertama ialah menginokulasikan
cacing L. rubellus dengan bobot 13 g. Cacing
yang diinokulasikan ialah cacing belum
dewasa, hal ini dapat dilihat dari ukuran serta
tidak adanya klitelum pada tubuh cacing.
Tahap ini dilakukan selama 1 bulan dari awal
bulan Januari hingga akhir Januari 2012.
Tahap kedua dilakukan dari pertengahan
bulan Mei hingga pertengahan bulan Juni
2012. Pada tahap kedua diinokulasikan
cacing dengan bobot 13 g juga tetapi dengan
jumlah cacing lebih sedikit (Lampiran 6 dan
7). Hal ini dikarenakan cacing yang
diinokulasikan ialah cacing dewasa yang
sudah berklitelum.
Analisis Unsur Hara Vermikompos
Vermikompos
yang
dihasilkan
kemudian diukur di laboratorium kandungan
haranya. Tiap perlakuan diambil sampelnya
dan kemudian dilihat kandungan hara yang
paling tinggi. Dari hasil uji kandungan hara
tersebut dapat diketahui komposisi yang
terbaik antara serasah dan kompos. Uji ini
dilakukan di Balai Penelitian Tanah Bogor
(Lampiran 5).
Analisis Data
Data hasil pengamatan dianalisis
menggunakan sidik ragam Rancangan Acak
Lengkap dengan 3 perlakuan dan 5 ulangan,
Untuk mengetahui pengaruh nyata perlakuan,
digunakan uji F pada α = 5% dengan program
SPSS versi 14. Uji perbandingan ganda
Duncan (DMRT) dengan selang kepercayaan
95% dilakukan bila terdapat perlakuan yang
berbeda nyata dalam analisis ragam
perlakuan.
HASIL
Pemeliharaan dan Budidaya
Pemeliharaan dan budidaya cacing
menggunakan sayur-sayuran yang busuk
tidak cocok karena media hidup cacing jadi
banyak
mengandung
air.
Sedangkan
pemeliharaan menggunakan jerami dan daun
pisang dengan pakan ampas tahu baik untuk
tumbuh kembang cacing. Bobot serta jumlah
cacing meningkat dan dihasilkan banyak
cacing yang sudah berklitelum.
Jumlah Cacing
Rataan jumlah cacing pada tahap I
penelitian, mengalami penurunan dari
minggu awal hingga minggu ke-4 pada
semua perlakuan.
Rataan jumlah cacing pada minggu ke 1
tahap II penelitian ini mengalami penurunan
pada P1, sedang pada P2 meningkat dan pada
P3 jumlah cacing tidak berubah. Pada minggu
ke 2 tahap II, rataan jumlah cacing
mengalami penurunan pada P2 da P3, sedang
P1 tidak berubah. Rataan jumlah cacing pada
minggu ke 3 tahap II, mengalami penurunan
pada P1 dan P3, sedangkan pada P2
mengalami peningkatan. Pada mingu ke-4
tahap II, rataan jumlah cacing pada P1 dan P3
menurun
3
80
a aa
a
aa
Σ Individu
60
aa a
aaa
aaa
40
20
0
2
3
1
Waktu (minggu)
P1 P2 P3
4
Gambar 1 Rataan jumlah L. rubellus muda.
b
a ab
a a
a
aa
a
aa
a
aa
a
Σ Individu
40
30
20
10
0
0
1
2
3
waktu (minggu)
P1 P2 P3
4
Gambar 2 Rataan jumlah L. rubellus dewasa.
Bobot Cacing
Rataan bobot cacing pada tahap I dan II,
mengalami penurunan dari minggu awal
hingga minggu ke-4 pada semua perlakuan.
Rataan bobot cacing tidak berbeda nyata dari
mingggu awal hingga minggu ke-4 pada
tahap I dan II.
a aa
a a
a
aaa
aa a
a aa
Bobot (g)
16
14
12
10
8
6
4
2
0
a aa
0
0
50
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0
1
2
3
waktu (minggu)
P1 P2 P3
4
Gambar 3 Rataan bobot L. rubellus muda.
a aa
a aa
aaa
Bobot (g)
sedang P2 tidak berubah. Pada minggu awal
tahap II, rataan jumlah cacing terlihat berbeda
nyata dengan P = 0.039.
1
2
3
Waktu (minggu)
P1 P2 P3
a aa
4
Gambar 4 Rataan bobot L. rubellus dewasa.
Karakteristik Media
Tekstur dan warna dari media yang
digunakan berubah (Tabel 2). Perubahan
terlihat jelas pada perlakuan 1, yaitu berubah
dari tekstur yang kasar menjadi halus dan dari
warna
kecoklatan
berubah
menjadi
kehitaman. Sedangkan pada P2 dan P3,
perubahan terlihat pada warna daun sengon
yang semakin hitam akan tetapi belum
didekomposisi oleh L. rubellus. Tekstur dari
kedua komposisi tersebut masih kasar karena
belum
banyak
daun
sengon
yang
terdekomposisi.
Analisis Unsus Hara
Hasil uji unsur hara (Tabel 1)
vermikomposting menunjukkan kandungan C
tertinggi pada P3 dengan 18.04%, sedangkan
P1 dan P2 memiliki kandungan C sebesar
15.92 dan 15.88%. Kandungan N total
tertinggi pada P1 dan P2 yaitu 1.10%,
sedangkan pada P3 yaitu 1.03%. rasio C/N
tertinggi pada P3 yaitu 18, sedang P1 dan P2
mengandung rasio C/N 14. Kandungan
Fosfor (P) tertinggi pada P1 dengan 0.10%,
P2 dan P3 dengan 0.7 dan 0.55. Kandungan
Kalium (K) tertinggi pada P1 dan P3 yaitu
0.03%, sedangkan pada P2 yaitu 0.02%.
kandungan natrium pada P1, P2 dan P3 yaitu
003, 0.02 dan 0.01%. kandungan kalsium
pada P1, P2 dan P3 yaitu 0.19, 0.14, dan
0.12.% kandungan magnesium P1, P2 dan P3
yaitu 0.09, 0.06 dan 0.06%. kapasitas tukar
kation pada P1, P2 dan P3 yaitu 38.50, 34.69
dan 33.67. Perlakuan yang memiliki pH
mendekati normal yaitu P1 dengan 5.7,
sedangkan pada P2 dan P3 yaitu 5.1 dan 4.6.
Kadar air yang paling sedikit ada pada P1
dengan 19.08%, sedangkan P2 dan P3 yaitu
24 dan 25.19%.
4
Tabel 1 Hasil analisis unsur hara
Parameter
pH H2O (1:5)
Kadar air (%)
C-organik (%)
Organik (%)
NH4 (%)
NO3 (%)
Total (%)
N
C/N
P2O5 (%)
K2O (%)
Na (%)
Ca (%)
Mg (%)
Total HNO3 + HClO4
KTK
P1
5.7
19.08
15.92
Perlakuan
P2
5.1
24.00
15.88
P3
4.6
25.19
18.04
0.89
0.14
0.07
1.10
14
0.10
0.03
0.03
0.19
0.09
38.50
0.82
0.11
0.17
1.10
14
0.07
0.02
0.02
0.14
0.06
34.69
0.80
0.10
0.13
1.03
18
0.05
0.03
0.01
0.12
0.06
33.67
Tabel 2 Karakteristik media (vermikompos) berdasarkan pengamatan visual pada minggu pertama
dan terakhir
Kondisi
visual
Tekstur
warna
P1
awal
akhir
awal
kasar
kecoklatan
halus
hitam
kasar
kecoklatan
PEMBAHASAN
Rataan jumlah cacing pada tahap I
mengalami penurunan pada semua perlakuan.
Pada P1, rataan jumlah cacing menurun
31.26%. Sedang pada P2, rataan jumlah
cacing menurun 27.99%. Pada P3, rataan
jumlah cacing menurun 30.27%. Hal ini
disebakan cacing yang digunakan ialah
cacing yang digunakan belum dewasa dan
belum berada pada masa reproduktif.
Menurut Afriyansyah (2010), cacing yang
cocok
digunakan
dalam
proses
vermikomposting ialah cacing yang sudah
dalam tahap reproduktif dengan kata lain
cacing tersebut sudah memiliki klitelum.
Pada tahap II, rataan jumlah cacing lebih
bervariatif. Pada P1 dan P3, rataan jumlah
cacing mengalami penurunan dari minggu
awal hingga minggu akhir yaitu sebesar
17.70% dan 14.64% . Sedangkan pada P2,
rataan jumlah cacing meningkat dari minggu
awal hingga minggu ketiga yaitu sebesar
15.82%. Sedangkan pada minggu ke 4 tidak
terjadi perubahan. Hal ini dikarenakan L.
rubellus yang diinokulasikan ke media ialah
cacing yang sudah berklitelum (sudah
Perlakuan
P2
akhir
P3
awal
akhir
kasar
kasar
Kasar
Agak
kecoklatan
Agak
kehitaman
kehitaman
dewasa), oleh karena itu produktivitas cacing
meningkat.
Pada tahap I dan II penelitian ini, rataan
jumlah cacing bervariasi pada tiap
minggunya, jadi sulit untuk menentukan
perlakuan yang memberikan pengaruh
terhadap jumlah individu cacing tanah.
Menurut
penelitian
Ilyas
(2009),
pertumbuhan cacing tanah tergantung pada
jenis dan kualitas makanannya. Cacing tanah
lebih suka mengonsumsi kotoran sapi terlebih
dahulu dibandingkan bahan organik lain.
Cacing tanah mengonsumsi pakannya dengan
lambat jika tidak tersedia bahan pemikatnya
seperti kotoran sapi (Sinha et al. 2002).
Menurut penelitian Achmad et al. (2010),
biomassa L. rubellus meningkat pada proses
vermikomposting yang dilakukan selama 21
hari.
Hasil uji statistik menunjukkan terdapat
perbedaan nyata pada minggu awal tahap
kedua maka dari itu dilanjutkan dengan uji
Duncan (DMRT) dengan selang kepercayaan
95%. Berdasarkan data tersebut, P2
merupakan perlakuan yang terbaik di antara
perlakuan lain, akan tetapi pada minggu
berikutnya, data pada ketiga perlakuan tidak
menunjukkan
perbedaan
yang
nyata
(Lampiran 8). Seharusnya minggu berikutnya
5
juga menunjukkan perbedaan yang semakin
nyata jika pada minggu awal sudah
menunjukkan perbedaan yang nyata.
Hal ini disebabkan karena faktor
lingkungan seperti temperatur, kelembaban,
panjang hari dan curah hujan lingkungan
sekitar yang mempengaruhi tingkah laku
cacing
sehingga
cacing
tidak
bisa
berkembang dengan semestinya. Kondisi
yang cocok untuk pembiakan cacing yang
optimal ialah pada temperatur 15-20oC,
kelembaban 50-80%, pH berkisar antara 3.77.0 (Brata 2009). Data meteorologi yang
didapat dari BMKG dari bulan April hingga
Juli (Lampiran 3) menunjukkan bahwa
kelembaban berkisar
antara
79-86%,
temperatur berkisar antara 25.8-26.20C,
panjang hari berkisar antara 253-272 cal/cm2.
Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa
kondisi selama bulan April hingga Juli 2012
cukup kering dan berpengaruh negatif pada
pertumbuhan
cacing
dalam
media.
Pengadukan dan penyemprotan air terhadap
media sudah dilakukan setiap hari, namun hal
tersebut belum cukup efektif karena kondisi
lingkungan yang cukup panas dan kering.
Penambahan bahan organik lain seperti
ampas tahu juga perlu dilakukan untuk
meningkatkan biomassa dari cacing dan
memberikan kelembaban pada media hidup
cacing.
Rataan bobot cacing menurun tiap
minggunya pada tahap I maupun II. Hal ini
karena pemberian kotoran sapi yang
dilakukan di awal saja. Seharusnya
pemberian kotoran sapi dilakukan bertahap.
Menurut Ilyas (2009), biomassa cacing tanah
berkurang karena jumlah kotoran sapi juga
berkurang, sedangkan sampah daun tidak
menyebabkan
peningkatan
biomassa.
Menurut Afriyansyah (2010), keberadaan
kotoran sapi dalam media hidup cacing
dijadikan sebagai starter ataupun penambah
nafsu makan cacing terhadap bahan organik
lainnya. Penambahan kotoran sapi secara
bertahap ke dalam media hidup cacing perlu
dilakukan,
agar
dapat
meningkatkan
perkembangan dan reproduksi dari cacing..
Perlakuan 1, dengan kotoran sapi lebih
banyak dibandingkan dengan daun sengon
merupakan komposisi yang ideal untuk
vermikomposting karena dekomposisi daun
sengon telah berhasil dilakukan oleh cacing
L. rubellus. Hal ini ditandai dengan
berkurangnya daun sengon yang terdapat
dalam media. Menurut Muhtadi et al. (2007),
L. rubellus dapat dimanfaatkan sebagai
pengurai limbah atau sampah organik. Akan
tetapi, tidak semua daun sengon yang
terdapat di dalam media dapat didekomposisi
oleh L. rubellus. Pohon sengon termasuk
dalam jenis legum. Seharusnya daun sengon
yang mengandung nitrogen yang cukup tinggi
karena termasuk jenis legum dapat membantu
proses vermikomposting menjadi lebih baik.
Menurut Nagavallemma et al. (2004), daun
segar dari pohon jenis legum cocok untuk
vermikomposting. Hal ini terlihat dari jumlah
cacing yang naik 3 kali lipat pada proses
vermikomposting
selama
90
hari.
Berkurangnya bobot cacing dari awal
diinokulasikan hingga minggu ke-4 karena
faktor yang tidak berbeda dengan faktor yang
memengaruhi jumlah cacing.
Tekstur dan warna dari media yang
digunakan pada P1 berubah dari tekstur yang
kasar menjadi halus karena daun sengon telah
banyak di dekomposisi oleh L. rubellus,
sedangkan pada P2 dan P3, teksturnya tidak
banyak berubah karena belum banyak daun
sengon yang terdekomposisi. Warna tekstur
pada semua perlakuan berubah, pada P1
warna berubah dari kecoklatan menjadi
hitam, sedangkan P2 dan P3, warna media
berubah dari kecoklatan menjadi kehitaman.
Menurut Karthikeyan et al. (2007), ciri
vermikompos yang baik ialah berwarna
kehitaman, tidak berbau dan tekstur halus.
Kematangan vermikompos dikatakan tercapai
bila warnanya telah menjadi coklat
kehitaman. Perubahan warna pada semua
perlakuan menuju warna coklat kehitaman
berhubungan dengan perubahan bentuk
media yang lebih halus dan remah
(Afriyansyah 2010). Kematangan kompos
dapat
diindikasikan
dengan
semakin
menurunnya rasio C/N (Afriyansyah 2010).
Rasio C/N merupakan salah satu indikator
yang paling sering digunakan untuk
mengetahui kematangan vermikompos (Loh
et al. 2005).
Hasil uji unsur hara kompos (Tabel 1)
menunjukkan kandungan C terendah pada P2
yaitu 15.88. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan bahwa proses vermikomposting
menyebakan penurunan C organik pada
sistem
dekomposisi
sampah
dan
mempercepat proses degradasi sampah (Loh
et al. 2005). Perlakuan yang memiliki
kandungan pH terbaik ialah P1 dengan 5.7.
Kandungan N total tertinggi pada P1 dan P2
yaitu 1.10%. Rasio C/N terbaik pada P1 dan
P2 yaitu 14. Kandungan fosfor (P) tertinggi
pada P1 dengan 0.10%. Kandungan kalium
(K) tertinggi pada P1 dan P3 yaitu 0.03%.
kandungan natrium tertinggi pada P1 yaitu
6
0.03%. kandungan kalsium tertinggi pada P1
yaitu 0.19%. Kandungan magnesium
tertinggi pada P1 yaitu 0.09%. kapasitas tukar
kation dan kandungan air terbaik pada P1
yaitu 38.50
dan 19.08%. Menurut
Afriyansyah (2010) Kandungan N, P dan K
pada vermikompos mengalami peningkatan
selama proses vermikomposting. Berdasarkan
hasil penelitian Afriyansyah (2010) Rasio
C/N
hasil
vermikomposting
dengan
menggunakan L. rubellus ialah 8.9 + 3.97,
sedangkan kandungan P dan K ialah 813.35 +
507.24 dan 1686.75 + 2444.77.
Perlakuan terbaik berdasarkan uji unsur
hara ialah P1. Meskipun kandungan C yang
terbaik pada P2, tetapi kandungan N, P, K,
Na,Ca dan Mg pada P1 tertinggi diantara
perlakuan
lain.
Berdasarkan
tingkat
kematangan kompos, P1 dan P2 ialah yang
paling matang. Hal ini dapat diketahui dari
rasio C/N yang nilainya 14, lebih rendah dari
P3 yang mempunyai rasio C/N 18, tekstur
kasar, agak kehitaman menunjukkan C lebih
tinggi dan belum terdekomposisi sempurna
pada 70% daun sengon dan 30% kotoran
sapi. Pada kondisi ini jumlah N tersedia lebih
sedikit dan kompos belum matang.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Komposisi terbaik daun sengon dan
kotoran sapi dalam proses vermikomposting
ialah 30 : 70. Vermikomposting dalam
penelitian ini belum berhasil dilakukan
dengan baik sehingga tidak terbentuk
vermikompos yang sempurna.
Saran
Perlu ada penelitian lanjutan dari
penelitian
ini
untuk
menghasilkan
vermikompos seperti yang diharapkan,
karena komposisi terbaik sudah diketahui.
Hanya saja perlu bahan organik serta
penanganan yang lebih tepat dalam proses
vermikomposting yaitu penambahan kotoran
sapi secara bertahap sebagai pemicu (starter)
untuk perkembangan cacing. Morfologi
cacing, panjang cacing dan produktivitas
cacing perlu diukur dalam penelitian
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad KTB, Hidayati YA, Abdullah N,
Sutendy A. 2010. The effect Of
Lumbricus rubellus seedling density on
earthworm biomass and quantity as
well as quality of kascing in
vermicomposting cattle feces And
bagasse Mix. Lucrări Ştiinţifice 53:158163.
Anwar EK. 2009. Efektivitas cacing tanah
Pheretima hupiens, Eudrellus sp, dan
Lumbricus sp. dalam
proses
dekomposisi bahan organik. J Tanah
Trop 14:149-158.
Afriyansyah B. 2010. Vernikomposting oleh
cacing tanah (Eisinia fetida dan
Lumbricus rubelus) pada empat jenis
bedding [tesis]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Brata B. 2009. Cacing Tanah : Faktor
Mempengaruhi
Pertumbuhan
dan
Perkembangbiakan. Bogor : IPB Press.
Ilyas M. 2009. Vermicomposting sampah
daun sonokeling (Dalbergia latifolia)
menggunakan tiga spesies
cacing
tanah (Pheretima sp., Eisenia fetida, dan
Lumbricus rubellus) [tesis]. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Karthikeyan
V,
Sathyamoorthy
KL,
Murugesan R. 2007. Vermicomposting of
market waste in Salem, Tamilnadu,
India. Proceedings of the International
Conference on Sustainable Solid Waste
Management; Chennai, 5-7 September
2007. hlm 276-281.
Loh TC, Lee YC, Liang JB, Tan D. 2005.
Vernicomposting of cattle and goat
manres by Eisinia fetida
and
their
growth and reproduction performance.
Biores Technol 96:111-114.
Mimanto E. 2000. Status hara daun dan
serasah hutan gambut di Taman
Nasional Tanjung Puting, Kalimantan
Tengah. J Biol Indones 2:267- 275.
Muhtadi et al. 2007. Pemanfaatan cacing
Lumbricus rubellus dalam pengolahan
sampah organik di tempat pembuangan
akhir (TPA). MIPA 17:33-38.
Nagavallemma
KP
et
al.
2004.
Vermicomposting: recycling wastes into
valuable organic fertilizer. International
Crops Research Institute for the SemiArid Tropics. Andhr Pradesh ; Asian
Development Bank hlm 1-15.
7
Roberts P et al. 2007. Responses of common
pot grown flower species to commercial
plant growth media substituted
with
vermicomposts. Compost
Sci
Util
15:159-166.
Sinha RK et al. 2002.Vermiculture and waste
management: study of action of
earthworm Eisinia fetida, Eudrillus
euginae and Perionyx excavatus on
biodegradation of some commnity wastes
in India and Australia. Enviromentalist
22:261-268.
Sinha RK et al. 2009. Earthworms
vermicompost: a powerful crop nutrient
over the conventional compost
&
protective soil conditioner against the
destructive chemical fertilizers for
food safety and security. J Agric Environ
sci 5:01-55.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Komposisi media yang digunakan
Bahan
Tanah
Daun Sengon
Kotoran Sapi
Lumbricus rubellus
30 :70
100
60
140
13
Komposisi (daun sengon : kotoran sapi) (gram)
50 : 50
70 : 30
100
100
100
140
100
60
13
13
Lampiran 2 Cacing Lumbricus rubellus dan metode budidaya cacing dengan sistem bin
menggunakan (a) pakan jerami dan (b) pakan daun pisang
Klitelum
Klitelum
(a)
(b)
Lampiran 3 Kondisi awal (minggu 0) (A) dan akhir (minggu 4) (B) media hidup L. rubellus
dengan perlakuan (a) P1, (b) P2 dan (c) P3
A
(a)
(b)
(c)
B
(a)
(b)
(c)
Lampiran 4 Data meteorologi daerah Dramaga, Bogor dari bulan April hingga Juli 2012
(mm)
Lampiran 5 Data hasil analisis unsur hara komposisi pelakuan P1, P2 dan P3
Lampiran 6 Rataan Jumlah L. rubellus (ekor) tahap I dan tahap II
Tahap I
minggu
2
Jumlah
0
Jumlah
1
Jumlah
P1
63.8 + 5.72
60.6 + 5.72
58.6 + 5.72
54.6 + 5.72
49 + 5.72
P2
61.4 + 5.89
56.8 + 5.89
54 + 5.89
51.6 + 5.89
45.6 + 5.89
P3
63.6 + 6.36
59.6 + 6.36
56.4 + 6.36
51.4 + 6.36
47.6 + 6.36
Perlakuan
3
Jumlah
4
Jumlah
Tahap II.
minggu
Perlakuan
0
Jumlah
1
Jumlah
2
Jumlah
3
4
P1
43.4b + 0.94
42.4 + 0.94
42.4 + 0.94
42 + 0.94
40.8 + 0.94
P2
38.4a + 1.2
39.6 + 1.2
40.6 + 1.2
41.2 + 1.2
41.2 + 1.2
P3
40ab + 1.51
40 + 1.51
39 + 1.51
37.6 + 1.51
36.6 + 1.51
Jumlah
Jumlah
Keterangan: Data menunjukkan nilai rata-rata dan angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT)
Lampiran 7 Rataan bobot L. rubellus (g) tahap I dan tahap II
Tahap I
minggu
Perlakuan
0
Bobot
1
Bobot
2
Bobot
3
Bobot
4
Bobot
P1
13 + 1.62
11.92 + 1.62
10.92 + 1.62
9.9 + 1.62
8.89 + 1.62
P2
13 + 1.38
11.33 + 1.38
10.88 + 1.38
10.34 + 1.38
9.25 + 1.38
P3
13 + 1.53
12.16 + 1.53
11.21 + 1.53
10.11 + 1.53
9.2 + 1.53
Tahap II.
minggu
Perlakuan
0
Bobot
1
Bobot
2
Bobot
3
Bobot
4
Bobot
P1
13 + 2.91
10.67 + 2.91
8.6 + 2.91
6.90 + 2.91
5.74 + 2.91
P2
13 + 2.38
10.52 + 2.38
8.84 + 2.38
7.93 + 2.38
6.98 + 2.38
P3
13 + 2.65
11.14 + 2.65
9.42 + 2.65
7.62 + 2.65
6.39 + 2.65
Keterangan: Data menunjukkan nilai rata-rata dan angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT)
Lampiran 8 Analisis keragaman parameter diukur dalam penelitian
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah L. rubellus tahap I minggu 0
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Galat
Jumlah
Kuadrat
17.733
265.200
Derajat
Bebas
2
12
Total
59692.000
15
Kuadrat
tengah
8.867
22.100
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
.401
3.89
.678
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah L. rubellus tahap I minggu 1
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
38.800
2
19.400
.799
3.89
.472
Galat
291.200
12
24.267
Total
52545.000
15
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah L. rubellus tahap I minggu 2
Sumber
Keragaman
Perlakuan
Galat
Jumlah
Kuadrat
52.933
230.400
Derajat
Bebas
2
12
Total
47885.000
15
Kuadrat
tengah
26.467
19.200
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
1.378
3.89
.289
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah L. rubellus tahap I minggu 3
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
32.133
345.600
41774.000
2
12
15
16.067
28.800
.558
3.89
.587
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah L. rubellus tahap I minggu 4
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
29.200
192.400
33923.000
2
12
15
14.600
16.033
.911
3.89
.428
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah L. rubellus tahap II minggu 0
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
66.533
93.200
24804.000
2
12
15
33.267
7.767
4.283
3.89
.039
Lampiran 8 (Lanjutan)
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah L. rubellus tahap II minggu 1
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
21.733
101.200
25011.000
2
12
15
10.867
8.433
1.289
3.89
.311
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah L. rubellus tahap II minggu 2
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
28.933
234.400
25070.000
2
12
15
14.467
19.533
.741
3.89
.497
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah L. rubellus tahap II minggu 3
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
54.933
354.000
2
12
27.467
29.500
.931
3.89
.421
Total
24730.000
15
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap jumlah L. rubellus tahap II minggu 4
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
64.933
500.800
24009.000
2
12
15
32.467
41.733
.778
3.89
.481
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap bobot L. rubellus tahap I minggu 1
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
1.829
6.323
2097.697
2
12
15
.915
.527
1.735
3.89
.218
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap bobot L. rubellus tahap I minggu 2
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
.322
5.594
2
12
.161
.466
.345
3.89
.715
1822.236
15
Lampiran 8 (Lanjutan)
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap bobot L. rubellus tahap I minggu 3
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
.600
3.426
1545.104
2
12
15
.300
.286
1.050
3.89
.380
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap bobot L. rubellus tahap I minggu 4
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
.334
2.113
2
12
.167
.176
.950
3.89
.414
Total
1249.881
15
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap bobot L. rubellus tahap II minggu 1
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
1.041
4.988
1748.293
2
12
15
.521
.416
1.252
3.89
.321
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap bobot L. rubellus tahap II minggu 2
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
1.777
2
.889
.877
3.89
.441
12.158
12
1.013
Total
1216.368
15
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap bobot L. rubellus tahap II minggu 3
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
2.873
12.797
856.423
2
12
15
1.436
1.066
1.347
3.89
.297
Hasil analisis keragaman perlakuan terhadap bobot L. rubellus tahap II minggu 4
Sumber
Keragaman
Jumlah
Kuadrat
Derajat
Bebas
Kuadrat
tengah
F hitung
F Tabel
Pr (> F)
Perlakuan
Galat
Total
3.847
10.753
623.382
2
12
15
1.924
.896
2.147
3.89
.160