Analisis Cabang Usahatani dan Saluran Pemasaran Pisang Lampung (Kasus di Desa Rabak, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor)

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SALURAN PEMASARAN
PISANG LAMPUNG (Kasus Di Desa Rabak, Kecamatan Rumpin,
Kabupaten Bogor)

INTAN PERMATASARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Cabang
Usahatani dan Saluran Pemasaran Pisang Lampung (Kasus di Desa Rabak,
Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan
dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Intan Permatasari
NRP H34104064

ABSTRAK
INTAN PERMATASARI. Analisis Cabang Usahatani dan Saluran Pemasaran
Pisang Lampung (Kasus di Desa Rabak, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor).
Dibimbing oleh RATNA WINANDI.
Pisang merupakan komoditi dengan produksi tertinggi di Indonesia, Jawa
Barat, dan Kabupaten Bogor dimana salah satunya adalah Desa Rabak di
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor yang memiliki potensi produksi pisang
khususnya pisang lampung. Namun desa tersebut tidak melakukan
pembudidayaan tanaman pisang lampung dengan baik yang dapat meminimalisir
risiko untuk mendapatkan hasil yang maksimal sehingga dalam pemasarannya
dihadapkan pada daya tawar yang rendah kepada petani. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis cabang usahatani dan saluran pemasaran pisang lampung
dimana cabang usahatani dianalisis dengan menggunakan rasio R/C sehingga
dapat dilihat pendapatan dan keuntungan yang diterima oleh petani pisang

lampung, sedangkan saluran pemasaran dianalisis dengan rasio Li/Ci sehingga
dapat dilihat keuntungan dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh lembaga
pemasaran yang terlibat dalam pemasaran pisang lampung. Hasil rasio R/C pada
penelitian ini menunjukkan nilai 1,36 yang berarti bahwa setiap rupiah yang
dikeluarkan maka akan mendapat pendapatan 1,36, sedangkan rasio Li/Ci pada
penelitian ini belum merata terhadap setiap lembaga pemasaran yang terlibat
sehingga dinyatakan saluran pemasaran belum efisien.
Kata Kunci : pisang, cabang usahatani, saluran pemasaran
ABSTRACT
INTAN PERMATASARI. Lampung banana farming and marketing analysis
(Case of Rabak Village, Rumpin District Bogor Regency). Supervised by RATNA
WINANDI.
Bananas are a commodity with the highest production in West Java and
Bogor Regency of Indonesia. Rabak Village in the Rumpin District of the Bogor
Regency has the potential to produce bananas of especially the lampung variety.
But the village not doing cultivation well that can minimize the risk to get the
maximum results, and thus the farmers marketing their bananas are faced with
low bargaining power. This research analyzes current banana farming and
lampung banana marketing using the R/C ratio so it can determine income and
profit earned by lampung banana farmers, while the marketing channel is

analyzed with the Li/Ci ratio so it can determine the benefit of marketing
undertaken by the marketing institution involved in lampung banana marketing.
The result of the ratio R/C in this research shows a value of 1.36, meaning that
each rupiah spent will receive income of 1.36, while the Li/Ci ratio in this
research have not been equal to each marketing institution involved, so the
avowed the marketing channel is yet efficient.
Keywords : banana, branch of farming, marketing channel

ANALISIS CABANG USAHATANI DAN SALURAN PEMASARAN
PISANG LAMPUNG (Kasus Di Desa Rabak, Kecamatan Rumpin,
Kabupaten Bogor)

INTAN PERMATASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis


DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis C 1:- N MZセ@ _- セ@ -. - {ani dan Saluran Pemasaran Pisang
esa Rabak, Kecamatan Rumpin, Kabupaten
Lampung ( K c. Bogor)
Nama
: Intan Penn atasar.
NIM
: H341 0406.+

Disetujui oIeh

Dr If Ratna Winandi, MS
Pembimbing

Diketahui oIeh


Tanggal Lulus:

18 OCT 2013

Judul Skripsi : Analisis Cabang Usahatani dan Saluran Pemasaran Pisang
Lampung (Kasus di Desa Rabak, Kecamatan Rumpin, Kabupaten
Bogor)
Nama
: Intan Permatasari
NIM
: H34104064

Disetujui oleh

Dr Ir Ratna Winandi, MS
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2013 ini ialah cabang
usahatani dan pemasaran, dengan judul Analisis Cabang Usahatani dan Saluran
Pemasaran Pisang Lampung (Kasus di Desa Rabak, Kecamatan Rumpin,
Kabupaten Bogor).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Ratna Winandi, MS selaku
dosen pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan, Ibu Ir Juniar
Atmakusuma, MS dan Ibu Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji yang
telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada staf Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, staf Badan
Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan (BKP5K), staf Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(BP3K) Wilayah Leuwiliang, serta staf Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor,

yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala do’a dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2013
Intan Permatasari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pisang Lampung (Musa parasidiaca var Sapientum)

Budidaya Pisang Lampung
Penelitian Terdahulu
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangkan Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Metode Penentuan Responden
Data dan Instrumentasi
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan Data
GAMBARAN UMUM DESA RABAK
Karakteristik Wilayah
Karakteristik Responden Petani
Teknik Budidaya Pisang Lampung di Desa Rabak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Cabang Usahatani Pisang Lampung di Desa Rabak
Analisis Saluran Pemasaran Pisang Lampung di Desa Rabak
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vii
vii
1
1
4
6
7
7
7
7
9
16
18

18
18
24
26
26
27
27
27
27
32
32
34
37
39
39
45
53
53
53
54

57
72

DAFTAR TABEL
1 Perkembangan Volume Ekspor Komoditas Buah Pisang (Ton), 2007 –
2011
2 Total Produksi Terbesar Beberapa Buah-Buahan di Indonesia (Ton),
2009 – 2011
3 Produksi Buah Pisang Terbesar Beberapa Provinsi di Indonesia (Ton),
2009 – 2011
4 Total Produksi Terbesar Beberapa Buah-Buahan di Kabupaten Bogor
(Ton), 2009 – 2011
5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia di Desa Rabak Kecamatan
Rumpin Kabupaten Bogor Tahun 2013
6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Rabak
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Tahun 2013
7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Rabak
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Tahun 2013
8 Sebaran Respoden Petani Berdasarkan Status Usaha Bertani Pada
Cabang Usahatani Pisang Lampung di Desa Rabak pada Bulan Mei –
Juni Tahun 2013
9 Sebaran Respoden Petani Berdasarkan Usia Pada Cabang Usahatani
Pisang Lampung di Desa Rabak pada Bulan Mei – Juni Tahun 2013
10 Sebaran Respoden Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pada
Cabang Usahatani Pisang Lampung di Desa Rabak pada Bulan Mei –
Juni Tahun 2013
11 Sebaran Respoden Petani Berdasarkan Pengalaman Berusahatani Pada
Cabang Usahatani Pisang Lampung di Desa Rabak pada Bulan Mei –
Juni Tahun 2013
12 Sebaran Respoden Petani Berdasarkan Luas dan Status Pengusahaan
Pada Cabang Usahatani Pisang Lampung di Desa Rabak pada Bulan
Mei – Juni Tahun 2013
13 Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Untuk Luasan Rata-Rata 6.600 m2
Dengan 78 Rumpun pada Usahatani Pisang Lampung di Desa Rabak
pada Bulan Mei – Juni Tahun 2013
14 Total Biaya (Rp) Cabang Usahatani Pisang Lampung Responden Petani
di Desa Rabak pada Bulan Mei – Juni Tahun 2013
15 Analisis Cabang Usahatani Responden Petani Pisang Lampung Untuk
Rata-Rata Luasan Lahan 6.600 m2 Dengan 78 Rumpun pada Bulan Mei
– Juni 2013 di Desa Rabak
16 Fungsi-Fungsi Pemasaran yang Dilakukan Responden Pedagang di
Daerah Penelitian
17 Farmer’s Share pada Masing-Masing Saluran Pemasaran Pisang
Lampung di pada Bulan Mei – Juni 2013
18 Rincian Marjin Pemasaran (Rp/Sisir) Responden Pedagang Pisang
Lampung di Desa Rabak pada Bulan Mei – Juni Tahun 2013
19 Rasio Keuntungan Terhadap Biaya Lembaga Pemasaran Pisang
Lampung di Desa Rabak pada Bulan Mei – Juni 2013

2
3
4
4
33
34
34

35
35

36

37

37

41
44

45
48
49
50
52

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Pisang Lampung
Marjin Pemasaran
Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
Saluran Pemasaran Pisang Lampung Responden Petani di Desa Rabak
Pada Bulan Mei – Juni Tahun 2013

9
23
26
46

DAFTAR LAMPIRAN
1 Karakteristik Responden Petani Pisang Lampung pada Bulan Mei –
Juni 2013 di Desa Rabak
2 Karakteristik Responden Petani Pisang Lampung pada Bulan Mei –
Juni 2013 di Desa Rabak (lanjutan)
3 Penerimaan Cabang Usahatani Pisang Lampung Respoden Petani di
Desa Rabak pada Bulan Mei – Juni Tahun 2013
4 Penggunaan Peralatan Pertanian Responden Petani Pisang Lampung
pada Bulan Mei – Juni 2013 di Desa Rabak
5 Biaya Penyusutan Peralatan Pertanian Responden Petani Pisang
Lampung pada Bulan Mei – Juni 2013 di Desa Rabak
6 Kebutuhan Tenaga Kerja Responden Petani pada Kegiatan Budidaya
Cabang Usahatani Pisang Lampung di Desa Rabak pada Bulan Mei –
Juni Tahun 2013
7 Kebutuhan Tenaga Kerja Luar Keluarga Responden Petani pada
Kegiatan Budidaya Cabang Usahatani Pisang Lampung di Desa Rabak
pada Bulan Mei – Juni Tahun 2013
8 Kebutuhan Tenaga Kerja Dalam Keluarga Responden Petani pada
Kegiatan Budidaya Cabang Usahatani Pisang Lampung di Desa Rabak
pada Bulan Mei – Juni Tahun 2013
9 Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (Rp) Responden Petani Pisang
Lampung di Desa Rabak pada Bulan Mei – Juni Tahun 2013
10 Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (Rp) Responden Petani Pisang
Lampung di Desa Rabak pada Bulan Mei – Juni Tahun 2013 (lanjutan)
11 Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (Rp) Responden Petani Pisang
Lampung di Desa Rabak pada Bulan Mei – Juni Tahun 2013
12 Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (Rp) Responden Petani Pisang
Lampung di Desa Rabak pada Bulan Mei – Juni Tahun 2013 (lanjutan)
13 Total Biaya (Rp) Cabang Usahatani Pisang Lampung Responden Petani
pada Bulan Mei – Juni 2013 di Desa Rabak
14 Penerimaan (Rp), Biaya (Rp), Pendapatan (Rp), rasio R/C Responden
Petani Pisang Lampung di Desa Rabak pada Bulan Mei – Juni Tahun
2013
15 Karakteristik Responden Pedagang Pisang Lampung di Desa Rabak
pada Bulan Mei – Juni Tahun 2013

57
58
59
60
61

62

63

64
65
66
67
68
69

70
71

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup besar dalam
menggerakkan perekonomian nasional, yaitu sebagai penyerap tenaga kerja,
penyedia bahan baku, sebagai sumber devisa, berkontribusi terhadap pendapatan,
serta penyediaan pangan 1. Sektor pertanian juga berkontribusi terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) sebagai indikator pertumbuhan perekonomian Indonesia
yang terus mengalami peningkatan dari tahun 2006 hingga tahun 2012 dengan laju
pertumbuhan rata-rata 3,23 persen per tahun 2.
Sektor pertanian Indonesia mencakup subsektor-subsektor yang masingmasing memberikan kontribusi terhadap PDB. Subsektor-subsektor tersebut
terdiri atas subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan,
subsektor tanaman hortikultura, subsektor peternakan dan hasil-hasilnya,
subsektor kehutanan dan subsektor perikanan. Salah satu subsektor dari sektor
pertanian tersebut yang memegang peranan cukup penting dalam sumber
pendapatan petani, perdagangan, industri, penyerapan tenaga kerja serta dapat
memberikan sumbangan PDB Indonesia, yaitu subsektor tanaman hortikultura.
Subsektor tanaman hortikultura menjadi salah satu sumber perekonomian
pertanian Indonesia yang peranannya cukup penting dalam pembangunan
ekonomi nasional. Kontribusi subsektor tanaman hortikultura terhadap PDB terus
mengalami peningkatan dari tahun 2005 hingga tahun 2010 dengan laju
pertumbuhan rata-rata 6,36 persen per tahun 3.
Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman pertanian yang
mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan di Indonesia baik di
dataran rendah maupun di dataran tinggi karena Indonesia merupakan negara yang
memiliki iklim tropis yang cocok untuk tanaman hortikultura. Berdasarkan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 511/Kpts/PD.310/9/2006 Tentang Jenis
Komoditi Tanaman Binaan Direktorat Jenderal Tanaman Hortikultura 4, tanaman
hortikultura terdiri atas beberapa komoditas, yaitu komoditas buah-buahan,
komoditas sayuran, komoditas biofarmaka dan komoditas tanaman hias. Salah
satu komoditas dari tanaman hortikultura yang cukup potensial untuk
dikembangkan, yaitu komoditas buah-buahan.
Komoditas buah-buahan merupakan komoditas yang cukup potensial untuk
dikembangkan yang berarti bahwa dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan
dalam perekonomian nasional. Komoditas buah-buahan menjadi salah satu
sumber pertumbuhan pertanian yang mempunyai peranan cukup penting dalam
kontribusinya terhadap PDB. Kontribusi komoditas buah-buahan terhadap PDB
terus mengalami perkembangan dari tahun 2005 hingga tahun 2010 dengan laju
pertumbuhan rata-rata 7,05 persen per tahun 5.

1

http://www.deptan.go.id/renbangtan/konsep_pembangunan_pertanian.pdf [17 Juli 2013]
www.bps.go.id [30 Juni 2013]
3
www.go.id dan www.deptan.go.id [24 Juni 2012]
4
www.deptan.go.id [30 Juni 2013]
5
Loc.cit
2

2

Salah satu dari komoditas buah-buahan yang cukup potensial untuk
dikembangkan adalah pisang (Musa parasidiaca). Pisang adalah tanaman buah
berupa herba yang merupakan tumbuhan berbatang lunak, tidak berkayu, atau
hanya mengandung jaringan kayu yang sedikit. Pisang merupakan tanaman buah
yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia) yang kemudian
menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan, dan Tengah. Di Jawa Barat,
pisang disebut dengan Cau, sedangkan di Jawa Tengah dan Jawa Timur
dinamakan gedang 6.
Pisang merupakan salah satu komoditi tanaman buah Indonesia yang
prospektif untuk dikembangkan karena dapat tumbuh dari dataran rendah hingga
ketinggian 1.300 meter dari permukaan laut 7, serta mampu bersaing di pasar
internasional sebagai produk ekspor bersama dengan beberapa negara pengekspor
pisang lainnya, seperti Ekuador, Columbia, Costa Rica, serta Filipina. Volume
ekspor komoditas buah-buahan Indonesia menunjukkan bahwa volume ekspor
komoditi pisang terus mengalami perkembangan dari tahun 2007 hingga tahun
2011 dengan laju pertumbuhan rata-rata 3.124 persen per tahun. Hal ini dapat
dilihat pada tabel 1 yang menunjukkan perkembangan volume ekspor buah pisang
tahun 2007 hingga tahun 2011. Pasar eskpor pisang yang telah di tembus oleh
Indonesia, yaitu Arab Saudi, Singapura, Korea, Hongkong, Amerika Serikat,
Kanada, Afrika Selatan, Selandia Baru, Denmark, serta Jepang.
Tabel 1 Perkembangan Volume Ekspor Komoditas Buah Pisang (Ton), 2007 2011
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011

Volume Ekspor (ton)
2.378
1.970
701
14
1.735

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2012

Selain menjadi komoditi ekspor, buah pisang di dalam negeri sendiripun
merupakan buah yang cukup potensial untuk dikembangkan. Terbukti dari data
tahun 2010 menunjukkan bahwa konsumsi buah masyarakat Indonesia hanya 32
kg per kapita per tahun, sementara Food and Agriculture Organization (FAO)
memberi batas minimal 65,75 kg per kapita per tahun 8. Sedangkan untuk pisang
sendiri, berdasarkan data Susenas tahun 2010 menunjukkan bahwa konsumsi
pisang masyarakat Indonesia hanya 7,4 kg per kapita per tahun atau 11,26 persen
dari total konsumsi buah yang dianjurkan oleh FAO. Selain itu, produksi pisang
Indonesia pada tahun 2010 sebesar 5.755.073 ton menunjukkan bahwa konsumsi
6

http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/pisang.pdf [10 April 2013]
http://balitbu.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/hasil-penelitian-mainmenu-46/teknologimainmenu-78/64-teknologi-pisang/62-prospek-pengembangan-pisang-di-lahan-pasang-surut [ 17
Juli 2013]
8
Fitri
Rahmadianti.
Buah
Nusantara
Tak
Kalah
Dengan
Buah
Impor.
http://food.detik.com/read/2012/02/16/154910/1844369/294/buah-nusantara-tak-kalah-denganbuah-impor [23 Maret 2012]

7

3

pisang masyarakat Indonesia dapat meningkat seiring dengan ketersediaan
produksi pisang yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap
kebutuhan konsumsi buah-buahan, khususnya pisang dapat berkembang dengan
cukup baik seiring dengan kesadaran masyarakat yang semakin tinggi akan nilai
gizi dari buah-buahan.
Buah pisang memiliki kandungan gizi yang baik, antara lain menyediakan
energi yang cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan yang lain. Buah
pisang memiliki mineral yang kaya akan kalium, magnesium, besi, fosfor, dan
kalsium, juga mengandung vitamin B, B6, dan C, serta serotonin yang aktif
sebagai neutransmitter dalam kelancaran fungsi otak. Nilai energi buah pisang
rata-rata 136 kalori untuk setiap 100 gram. Kandungan karbohidrat pada buah
pisang memberikan energi lebih cepat daripada nasi dan biskuit. Karbohidrat pada
buah pisang merupakan karbohidrat komplek tingkat sedang dan tersedia secara
bertahap, sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu yang tidak terlalu
cepat 9.
Pisang merupakan komoditas tanaman hortikultura yang memiliki potensi
sangat besar untuk dikembangkan yang mencakup keanekaragaman varietas dan
kondisi tanah-agroklimat yang kondusif untuk kegiatan produksi tanaman pisang
sehingga komoditi pisang menghasilkan tingkat produksi yang paling tinggi
diantara buah-buahan lainnya di Indonesia 10. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2
yang menunjukkan Total Produksi Terbesar Beberapa Buah-Buahan di Indonesia
(Ton), 2009 – 2011. Produksi komoditi pisang di Indonesia terus mengalami
perkembangan dari tahun 2006 hingga tahun 2011 dengan laju pertumbuhan ratarata 2,89 persen per tahun 11.
Tabel 2 Total Produksi Terbesar Beberapa Buah-Buahan di Indonesia (Ton),
2009 – 2011
Komoditi
Pisang
Nanas
Mangga
Jeruk
Jumlah
Keterangan
Sumber

2009
6.373.533
1.558.196
2.243.440
2.131.768
12.306.937

Tahun
2010
5.755.073
1.406.445
1.287.287
2.028.904
10.477.709

2011*
5.899.640
2.169.431
2.129.608
1.807.808
12.006.487

: * Angka sementara
: Badan Pusat Statistik, 2012

Jawa Barat merupakan provinsi penghasil pisang dengan produksi terbesar
di Indonesia diantara beberapa daerah lainnya. Produksi pisang di Jawa Barat
terus mengalami perkembangan dari tahun 2009 hingga tahun 2011 dengan laju
pertumbuhan rata-rata 0,58 persen per tahun 12. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3
9

Sulusi Prabawati, dan kawan-kawan. Teknologi Pascapanen dan Teknik Pengolahan Buah
Pisang. http://www.scribd.com/doc/51687928/11/NILAI-GIzI-BUAH-PISANG [24 Juni 2012]
10
Nurlaili Irmawati. Pengaruh Globalisasi dan Upaya Pemerintah dalam Melindungi Petani Jeruk
Siam. http://mbem25.blogspot.com/2012/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html [1 Maret 2013]
11
www.bps.go.id [24 Juni 2012]
12
Loc.cit

4

yang menunjukkan Produksi Buah Pisang Terbesar Beberapa Provinsi di
Indonesia (Ton), 2009 – 2011.
Tabel 3 Produksi Buah Pisang Terbesar Beberapa Provinsi di Indonesia (Ton),
2009 – 2011
Provinsi
Jawa Barat
Jawa Timur
Jawa Tengah
Sumatera Utara
Lampung
Banten
Keterangan
Sumber

2009
1.415.694
1.020.773
965.389
335.790
681.875
194.835

Tahun
2010
1.090.777
921.964
854.383
403.391
677.781
243.887

2011*
1.360.126
1.188.724
750.775
429.629
427.727
248.272

: * Angka sementara
: Badan Pusat Statistik, 2011

Perumusan Masalah
Provinsi Jawa Barat memiliki beberapa daerah sentra produksi pisang, yaitu
Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten
Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang, dan Kabupaten Ciamis 13.
Sebagai salah satu sentra produksi pisang di Kabupaten Bogor, produksi pisang di
Kabupaten Bogor sendiri merupakan tingkat produksi paling tinggi diantara buahbuahan lainnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 yang menunjukkan Total
Produksi Terbesar Beberapa Buah-Buahan di Kabupaten Bogor, 2009 – 2011.
Produksi Pisang di Kabupaten Bogor terus mengalami perkembangan dari tahun
2009 hingga tahun 2011 dengan laju pertumbuhan rata-rata 7,36 persen per tahun
(Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2012).
Tabel 4 Total Produksi Terbesar Beberapa Buah-Buahan di Kabupaten Bogor
(Ton), 2009 – 2011
Komoditi
Pisang
Rambutan
Pepaya
Durian

2009
18.912,9
16.107,1
8.813,0
6.178,8

Tahun
2010
23.744,0
8.558,4
5.764,5
5.512,1

Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2012

13

www.deptan.go.id [24 Juni 2012]

2011
22.924,0
18.727,0
8.566,0
12.108,0

5

Daerah pertanian hortikultur seperti sayuran dan buah juga menyebar pada
hampir semua wilayah di Kabupaten Bogor 14, salah satunya adalah Kecamatan
Rumpin. Kecamatan Rumpin merupakan kecamatan yang mengunggulkan sektor
pertaniannya 15. Terbukti bahwa salah satu desa di kecamatan rumpin menjadi
salah satu dari enam finalis lomba desa tingkat kabupaten Bogor 16. Desa tersebut
adalah Desa Rabak. Desa Rabak merupakan desa yang memiliki potensi produksi
pisang yang cukup tinggi, yaitu sebesar 1,7 persen dari total produksi di
Kabupaten Bogor namun menurut petugas penyuluh lapang di Desa Rabak, Desa
Rabak belum pernah mendapatkan pengetahuan tentang teknologi peningkatan
nilai tambah produksi pisang itu sendiri sehingga akan dilakukan Primatani
(Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Teknologi Inovasi Pertanian)
oleh Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan
dan Kehutanan (BKP5K) pada bulan September 2013 mendatang untuk
memberikan nilai tambah terhadap produk pisang tersebut.
Desa Rabak memiliki satu Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani), yaitu
Barokah Tani yang terdiri dari lima Poktan (Kelompok Tani), yaitu Kelompok
Tani Bina Harapan I, Kelompok Tani Bina Harapan II, Kelompok Tani Sari
Makmur, Kelompok Tani Kuntum Mekar, dan Kelompok Tani Sugih Tani.
Kelompok Tani Sari Makmur merupakan kelompok tani yang memiliki usia
termuda dalam pembentukannya terhadap kelompok tani lain sehingga penelitian
di kelompok tani ini perlu dilakukan untuk melihat bagaimana potensi usahatani
yang ada pada Kelompok Tani Sari Makmur ini. Oleh karena itu, penelitian
dilakukan di Kelompok Tani Sari Makmur.
Berdasarkan data dari Kelompok Tani Sari Makmur, jenis pisang yang
paling banyak di produksi adalah pisang lampung dimana pisang lampung sendiri
merupakan salah satu jenis pisang buah yang memiliki nilai ekonomis tinggi
karena pisang lampung merupakan pisang yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia. Buah pisang lampung mengandung energi sebesar 99 kilokalori,
protein 1,3 gram, karbohidrat 25,6 gram, lemak 0,2 gram, kalsium 10 miligram,
fosfor 19 miligram, zat besi 1 miligram, vitamin A 618 IU, vitamin C 4
miligram 17.
Pisang lampung ini mirip pisang mas. Perbedaannya terletak pada ujung
buahnya. Pisang lampung ujung buahnya lancip sedangkan pisang mas ujung
buahnya tumpul. Setiap tandan terdiri dari 6 – 8 sisir dan setiap sisir terdiri dari 18
– 20 buah. Berat setiap sisir 940 gram, berat setiap buah 50 gram. Panjang buah 9
cm dan lingkar buah 10,5 cm Warna kulit buah kuning penuh dan warna daging
buah putih kemerahan. Rasa buahnya manis dan aromanya harum. Pisang
lampung disajikan sebagai hidangan segar. Sayangnya jenis pisang ini mudah
sekali rontok dari sisirnya 18.

14

http://www.bogorkab.go.id/potensi-daerah/pertanian/ [20 Juni 2013]
Aan dan Iwan. Desa Rabak Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor Salah Satu Finalis Lomba
Desa Tingkat Kabupaten Bogor. http://mediakota.com/?p=695 [20 Juni 2013]
16
Loc.cit
17
Emma.
Komposisi
Gizi
dan
Bahan
Makanan
Manusia.
http://emma65152.tripod.com/gizi/id3.html [20 Juni 2013]
18
Ajeng Syafitri. Pisang. http://www.ajengsyafitri.byethost14.com/pisang.html [20 Juni 2013]
15

6

Berdasarkan data dari Kelompok Tani Sari Makmur, status kepemilikan
lahan pisang lampung didaerah penelitian adalah petani penggarap dengan
menggarap lahan milik Perum Perhutani yang berada di sekitar pemukiman
petani. Lahan yang digarap oleh petani di daerah penelitian berkisar antara 0,4
hektar hingga 1 hektar. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2 yang
menunjukkan karakteristik responden petani di Desa Rabak. Pada umumnya
pengusahaan pisang lampung didaerah penelitian merupakan usaha sampingan
dari para petani. Penanaman pisang lampung sendiri di daerah penelitian pada
umumnya hanya memanfaatkan lahan untuk bercocok tanam sehingga pola
tanaman yang ditanam adalah pola tumpang sari dengan tanaman buah-buahan
lain seperti pepaya, durian, jambu biji, dan lain-lain. Selain itu, petani di Desa
Rabak tidak melakukan pembudidayaan tanaman pisang lampung dengan baik
yang dapat meminimalisir risiko untuk mendapatkan hasil yang maksimal, seperti
kurangnya melakukan pemupukan pada tanaman pisang lampung tersebut. Tidak
dijadikannya pisang sebagai tanaman utama dikarenakan harga jual pisang
ditingkat petani masih cukup rendah jika dibandingkan dengan harga ditingkat
konsumen akhir. Pada umumnya petani menjual pisang lampung yang diproduksi
kepada pedagang pengumpul (tengkulak). Lampiran 2 menunjukkan adanya gap
pemasaran dimana rendahnya harga yang diterima petani dikarenakan lemahnya
posisi tawar petani terhadap harga jual pisang lampung yang diproduksi sehingga
harga ditentukan oleh pedagang pengumpul dan petani hanya sebagai penerima
harga. Berdasarkan hal tersebut, analisis cabang usahatani dan saluran pemasaran
pisang lampung di Desa Rabak Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor perlu
dilakukan untuk dapat mengetahui usahatani yang dilakukan tersebut masih dapat
menguntungkan atau tidak dan untuk dapat mengetahui keefisienan kegiatan
pemasaran pisang lampung yang terjadi di Desa Rabak Kecamatan Rumpin
Kabupaten Bogor.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dapat dikemukakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana keuntungan cabang usahatani pisang lampung di Desa Rabak
Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor?
2) Bagaimana saluran pemasaran pisang lampung yang terjadi di Desa Rabak
Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor?

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Menganalisis cabang usahatani pisang lampung di Desa Rabak, Kecamatan
Rumpin, Kabupaten Bogor.
2) Menganalisis saluran pemasaran pisang lampung yang terjadi di Desa Rabak,
Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.

7

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1) Penulis
Meningkatkan kemampuan penulis dalam mengidentifikasi masalah,
menganalisis dan menemukan solusi sebagai perwujudan dari aplikasi ilmu
yang diperoleh.
2) Petani dan lembaga pemasaran pisang
Sebagai bahan informasi tentang cabang usahatani dan pemasaran yang
dilakukan.
3) Akademisi
Menjadi referensi terhadap penelitian cabang usahatani dan pemasaran pisang,
serta sebagai bahan penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada petani yang berusahatani pisang yang dijadikan
responden di Desa Rabak Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor dan lembaga
pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran pisang lampung di Desa Rabak
Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA
Pisang Lampung (Musa parasidiaca var sapientum)
Pisang merupakan tanaman hortikultura yang berasal dari Kawasan Asia
Tenggara yang kemudian menyebar ke Afrika, Amerika Selatan, dan Tengah.
Berdasarkan fungsinya, pisang terbagi menjadi empat jenis, yaitu pisang yang
dimakan buahnya tanpa dimasak, pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak,
pisang berbiji, serta pisang yang diambil seratnya. Bagian tanaman pisang yang
dapat dimakan adalah bunga pisang yang dapat digunakan sebagai bahan sayuran
dan buah pisang yang dapat digunakan sebagai bahan berbagai macam olahan
pangan. Klasifikasi botani dari tanaman pisang tersebut, yaitu 19:
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Keluarga
: Musaceae
Genus
: Musa
Spesies
: Musa spp.

19

Kantor Deputi Menegristek Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. http://www.ristek.go.id [23 Juni 2012]

8

Pisang dapat tumbuh di dataran rendah hangat bersuhu 21 – 32oC dan
beriklim lembab. Topografi yang dikehendaki tanaman pisang berupa lahan datar
dengan kemiringan 8o. Pertumbuhan optimal pisang dicapai di daerah bercurah
hujan lebih dari 2.000 mm yang merata sepanjang tahun. Keasaman tanah (pH)
yang dikehendaki pisang adalah 5,5 – 7,5 (Trubus, 2011).
Tanaman pisang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat luas untuk berbagai
macam keperluan hidup. Selain buahnya, bagian tanaman lain, mulai dari akar
hingga daunnya, banyak dimanfaatkan orang untuk berbagai macam keperluan,
yaitu (Cahyono, 2009):
1. Umbi batang atau yang lebih dikenal sebagai bonggol dapat dimanfaatkan
sebagai soda dalam pembuatan sabun serta sebagai pupuk tanaman. Bonggol
pisang yang masih muda dapat dimanfaatkan sebagai rebung yang dapat
dimasak dan dimakan sebagai sayur.
2. Air yang terdapat pada batang tanaman dapat digunakan sebagai obat penyakit
kencing yang panas dan sebagai obat penawar racun warangan. Batang
tanaman ini (pelepahnya) banyak digunakan sebagai pembungkus bibit
tanaman, serta sebagai tali pembungkus tembakau. Dalam bidang pertanian,
batang tanaman pisang dapat digunakan dalam pembuatan kompos, sedangkan
dalam bidang perikanan, dapat digunakan sebagai campuran media dalam
budidaya belut.
3. Daun pisang banyak dimanfaatkan sebagai pembungkus aneka makanan. Daun
tanaman yang telah tua dapat dimanfaatkan sebagai pakan hijauan ternak,
misalnya sapi, kambing, kerbau, kelinci, serta marmut. Daun pisang juga dapat
dijadikan sebagai kompos.
4. Bunga pisang atau yang lebih dikenal sebagai jantung pisang, memiliki
kandungan lemak, protein, karbohidrat, dan vitamin yang tinggi, sehingga
sangat baik digunakan sebagai bahan sayuran. Bunga pisang dapat diolah
menjadi berbagai macam makanan dan masakan, misalnya acar, manisan,
lalapan, serta sayur lodeh.
5. Selain sebagai buah segar, buah pisang dapat diolah menjadi tepung pisang
untuk makanan bayi, sari buah, sale pisang, roti pisang, keripik pisang, pisang
rebus, pisang goreng, kolak pisang, serta pisang bakar. Buah pisang berkhasiat
sebagai obat luka lambung, menurunkan kolesterol darah, mencegah kanker
usus, menjaga kesehatan jantung, membantu melancarkan pengiriman oksigen
ke otak, menyuburkan rambut, serta menghaluskan kulit.
Banyak jenis tanaman pisang di Indonesia yang telah dibudidayakan oleh
masyarakat. Jenis tanaman pisang yang ditanam sebagai tanaman penghias taman,
yaitu pisang kipas yang daunnya tumbuh menyerupai kipas serta pisang-pisangan
yang tumbuh kerdil dan berumpun serta memiliki bunga yang sangat menarik
dengan bentuk dan warna yang sangat beragam. Jenis pisang yang lain, yaitu
pisang serat atau yang lebih dikenal dengan pisang manila yang dimanfaatkan
untuk keperluan bahan tekstil dan buahnya tidak dapat dimakan. Jenis pisang yang
merupakan jenis pisang buah dan memiliki nilai ekonomi tinggi, yaitu pisang
ambon kuning, pisang ambon lumut, pisang ambon putih, pisang barangan, pisang
raja, pisang kepok, pisang tanduk, pisang badak, pisang nangka, pisang mas, serta
pisang susu. Berikut adalah gambar pisang lampung.

9

Gambar 1

Pisang Lampung

Budidaya Pisang Lampung
Budidaya yang diterapkan pada suatu usaha budidaya, sangat menentukan
keberhasilan usaha budidaya tersebut. Pembibitan, pengolahan tanah, penanaman,
pemberian pupuk, pengairan, penyiangan, pengendalian hama penyakit, dan lainlain merupakan unsur-unsur dalam budidaya yang harus sangat diperhatikan.
1. Pembibitan tanaman pisang
Bibit tanaman pisang pada umumnya diperbanyak secara vegetatif, yaitu
dengan menggunakan anakan yang tumbuh dari bonggol induknya. Selain itu,
bibit tanaman pisang juga dapat diperoleh dari bonggol tanaman pisang yang
dibelah-belah menjadi beberapa bagian sesuai dengan jumlah mata tunas yang
terdapat pada bonggol tersebut. Bibit yang diperoleh dari bonggol pisang yang

10

dibelah-belah itu dikenal dengan nama bibit bit, sedangkan bibit yang berupa
anakan disebut sucker.
Dari pembibitan dengan menggunakan bonggol dapat diperoleh bibit yang
seragam dan dalam waktu yang tidak lama dapat diperoleh bibit dalam jumlah
yang banyak. Selain itu, bibit yang berasal dari bonggol memiliki daya tahan
produksi yang lebih tinggi dengan masa berbuah yang lebih pendek dibandingkan
dengan bibit yang berasal dari anakan.
Bibit dengan menggunakan bonggol dapat dipanen pada umur 529 hari,
sedangkan bibit dengan menggunakan anakan dipanen antara 523 – 552 hari
tergantung pada anakan yang digunakan. Penggunaan bibit pada anakan pisang
yang sudah dewasa, akan memiliki umur panen yang lebih pendek dibandingkan
bibit dari anakan muda ataupun anakan sedang. Keuntungan lain adalah bibit dari
bonggol lebih produktif daripada bibit anakan.
Di samping dari anakan dan bonggol, pembibitan pisang juga dapat
dilakukan dengan teknik kultur jaringan.
2. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah dimaksudkan untuk memperbaiki sifat fisik tanah, dari
struktur tanah yang padat/pejal menjadi struktur tanah yang remah/gembur
sehingga akan terdapat imbangan yang baik antara udara dan air yang diperlukan
bagi pernapasan akar tanaman serta unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Selain
itu, struktur tanah yang remah akan memudahkan akar tanaman untuk tumbuh dan
berkembang, tata air menjadi baik karena air mudah merembes, udara dapat lebih
mudah masuk dan keluar hingga peredaran udara dalam tanah menjadi lebih baik.
Kondisi seperti ini akan mendukung jasad hidup tanah lebih aktif dalam proses
nitrifikasi dan penguraian bahan organis tanah. Di samping itu, proses pelepasan
unsur hara di dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman dapat lebih cepat.
Ketersediaan oksigen yang cukup dalam tanah dapat menghindarkan tanaman dari
keracunan, karena terjadi proses oksidasi gas-gas beracun dalam tanah seperti
asam sulfida yang sangat membahayakan kehidupan tanaman.
Pengolahan tanah bertujuan untuk menggemburkan tanah sehingga bibit
tanaman dengan mudah dapat menyerap unsur hara, air, udara, dan panas
sehingga kebutuhan untuk pertumbuhan dan berproduksi tercukupi. Di samping
itu, pengolahan tanah yang sempurna dapat memberantas dan menekan
pertumbuhan gulma, menghancurkan sisa-sisa tanaman menjadi humus, mengatur
permukaan tanah, dan mengatur kelembaban udara dalam tanah. Pengolahan tanah
untuk tanaman pisang dilakukan melalui beberapa tahap, yakni penggemburan,
pembuatan bedeng, pembuatan parit-parit untuk saluran irigasi, dan pembuatan
lubang tanam.
Penggemburan tanah dilakukan melalui tahap pembajakan atau
pencangkulan dan dibiarkan selama satu minggu. Kemudian, dibajak lagi dan
dibiarkan satu minggu lagi agar bongkahan-bongkahan tanah dapat terkena sinar
matahari sehingga bibit-bibit penyakit yang terdapat di dalam tanah akan mati. Di
samping itu, proses oksidasi gas-gas beracun di dalam tanah dapat berjalan
dengan baik.
Pemerataan tanah dilakukan dengan mencangkul tipis-tipis tanah tersebut
sekaligus menghaluskan struktur tanahnya hingga dihasilkan struktur tanah yang
remah. Bersamaan dengan perataan tanah, dilakukan pembuatan bedengan. Arah
bedengan membujur Timur-Barat agar sinar matahari dapat diterima secara merata

11

oleh semua tanaman. Bedengan dapat dibuat dengan lebar 2,80 m untuk jenis
pisang yang bertajuk lebar; 2,30 m untuk jenis pisang yang bertajuk sedang; dan
1,8 m untuk jenis pisang bertajuk sempit. Sementara, tinggi bedeng dapat dibuat ±
50 cm, dengan panjang disesuaikan keadaan lahan.
Tahap berikutnya adalah pembuatan parit-parit atau selokan. Parit harus
dibuat dengan tujuan agar pengairan dapat berjalan dengan lancar. Parit dibuat
dengan ukuran lebar ± 40 cm, kedalaman 50 cm dari permukaan bedeng, dan
panjang disesuaikan dengan kondisi lahan. Di samping itu, dibuat pula saluran
pembuangan air pada sekeliling petak-petak bedengan dengan ukuran lebar ± 60
cm dan kedalaman antara 60 – 70 cm. Pembuatan saluran pembuangan ini
bertujuan agar kelebihan air dapat dibuang dengan cepat dan lancar, terutama
pada musim hujan, sehingga air tidak menggenang areal tanaman pisang.
Bedengan dibuat sebagai tempat atau media pertumbuhan tanaman pisang.
Dengan tanah yang ditinggikan berbentuk bedeng-bedeng tersebut, diharapkan
sifat fisik tanah pada bagian atas (permukaan bedengan) tetap terpelihara, tidak
kehilangan air dan oksigen, sehingga imbangan antara oksigen dan air dalam
tanah tetap dapat dipertahankan.
Setelah bedeng dan parit-parit terbentuk, dilanjutkan dengan pembuatan
lubang tanam. Lubang tanam dibuat dengan cara dicangkul. Setengah dari tanah
galian bawah atas harus dipisahkan dari setengah bagian tanah galian bawah.
Tujuannya adalah agar lapisan tanah atas (top-soil) yang banyak mengandung
bahan-bahan organis tidak tercampur dengan lapisan tanah bawah (sub-soil) yang
tidak begitu banyak mengandung bahan organis. Pada saat penanaman, tanah
galian lapisan atas dan lapisan bawah dikembalikan seperti keadaan/urutan
semula.
Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm atau 80 cm x
80 cm x 50 cm tergantung pada tingkat kesuburan tanahnya. Pada tanah yang
subur, dapat dibuat lubang tanam dengan ukuran yang pertama, sedangkan untuk
tanah yang kurang subur dibuat lubang tanam dengan ukuran yang kedua. Lubang
tanam yang telah jadi dibiarkan terbuka selama 1 – 2 bulan agar gas-gas beracun
dapat menguap keluar dan bibit-bibit penyakit mati terkena sinar matahari.
Penutupan lubang tanam dilakukan bersamaan dengan saat penanaman.
Proses pengolahan tanah sampai siap tanam berlangsung cukup lama, yaitu
sekitar 2 – 3 bulan. Waktu penanaman yang baik adalah saat awal musim hujan,
kecuali pada lahan yang beririgasi teknis, dimana kebutuhan air dapat tercukupi
sepanjang tahun.
3. Penanaman
Waktu tanam yang baik bagi tanaman pisang adalah 2 – 3 bulan setelah
persiapan dan pengolahan tanah selesai dilakukan. Pada awal pertumbuhan
tanaman memerlukan air dalam jumlah yang cukup.
Jarak tanam harus diatur dengan baik, jangan terlalu rapat karena dapat
mnegurangi penerimaan sinar matahari oleh tanaman, sehingga akan mengganggu
proses fotosintesis. Di samping itu, bila penanaman terlalu rapat, maka tingkat
kelembaban menjadi tinggi dan akan terjadi pula persaingan antar-tanaman dalam
mendapatkan air dan unsur hara. Penanaman yang terlalu rapat akan menyebabkan
akar-akar dari satu pohon masuk ke dalam sistem perakaran pohon yang lain.
Akibatnya, hasil buah pisang per satuan luas akan menurun. Jarak tanam yang

12

tepat sangat ditentukan oleh jenis atau kultivar tanaman pisang yang akan
ditanam, yaitu 5 m x 5 m.
Selesai penanaman, langkah berikutnya adalah pemberian mulsa di
sekeliling tanaman. Pemberian mulsa bertujuan untuk mengurangi penguapan air
tanah, mengatur dan mempertahankan temperatur serta kelembaban tanah,
menjaga tanah dari pemadatan akibat curah hujan yang tinggi, meningkatkan
kadar humus, mempertahankan dan memperbaiki sifat fisik tanah, dan mencegah
tumbuhnya gulma di sekitar tanaman. Sebagai bahan mulsa dapat digunakan
jerami padi, ataupun sisa-sisa tanaman lain yang telah mati. Kebutuhan bibit
pisang untuk areal seluas 1 hektar adalah 305 – 687 bibit, dengan kerapatan tanam
5 m x 5 m.
4. Pemberian pupuk
Setiap tanaman, termasuk tanaman pisang, sangat memerlukan pupuk untuk
proses fisiologis dan morfologisnya. Selain itu, pemberian pupuk juga berfungsi
untuk: (1) konservasi atau pengaawetan tanah; (2) meningkatkan dan
mempertahankan kesuburan tanah; (3) mencegah terjadinya erosi; (4) menambah
kandungan zat-zat mineral dalam tanah; (5) meningkatkan populasi jasad renik
dalam tanah; (6) meningkatkan dan mempertahankan sifat fisik tanah agar tetap
gembur dan lembap, hingga sifat keasaman tanah tetap optimal; (7)
mengembalikan keseimbangan unsur hara dalam tanah terutama unsur N, P, K; (8)
mengganti dan menambah unsur-unsur hara tanah yang telah hilang.
Cara pemberian pupuk sangat tergantung pada kondisi lahan setempat. Di
samping itu, pemberian pupuk dilakukan dengan memperhatikan cara
penggunaannya serta dosisnya. Pemberian pupuk yang tidak tepat justru dapat
menyebabkan penurunan produksi. Pemberian pupuk, khususnya pupuk anorganik
(kimia) yang dilakukan secara tidak tepat akan berdampak negatif terhadap tanah
dan mikroorganisme dalam tanah.
Pemupukan dapat dikatakan berhasil apabila tanaman menunjukkan
pertumbuhan dan perkembangan tunas-tunas baru. Sebaliknya, pemupukan
dikatakan tidak berhasil apabila tanaman tidak menunjukkan pertumbuhan dan
perkembangan atau bahkan tanaman tumbuh merana.
Pupuk yang diperlukan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi terdiri atas
tiga unsur utama, yaitu nitrogen, fosfor, dan kalium. Ketiga unsur ini sangat
sedikit tersedia dalam tanah. Oleh karena itu, pemberian pupuk, khususnya N, P,
K, sangat diajurkan guna mencukupi kebutuhan tanaman.
Sementara, pupuk kandang diberikan sebagai pupuk dasar pada saat
penanaman, dengan dosis 8 – 15 kg per lubang tanam, tergantung ukuran lubang
tanamnya.
Pemupukan dengan pupuk anorganik dilakukan dengan cara ditaburkan
pada parit-parit yang dibuat melingkar di sekeliling tanaman yang berjarak 60 –
75 cm dari batang tanaman. Kemudian, parit ditimbun dengan tanah kembali.
Parit tersebut dibuat dengan kedalaman ± 30 cm. Pemberian pupuk kandang
sebagai pupuk dasar dapat dilakukan dengan cara dicampurkan dengan galian
tanah lapisan atas. Sementara, pemberian pupuk kandang sebagai pupuk susulan
dilakukan dengan cara yang sama seperti pemberian pupuk anorganik.

13

5. Pengairan
Sistem pengairan yang baik sangat berpengaruh terhadap peredaran udara
(aerasi) dalam tanah, jasad renik yang bermanfaat dalam tanah, pertumbuhan akar
tanaman, dan daya tahan tanaman itu sendiri. Pertumbuhan akar yang baik
memungkinkan tanaman dapat menyerap air dan unsur hara dengan lebih baik
sehingga tanaman dapat berproduksi dengan optimal. Oleh karena itu, sistem
pengairan haruslah baik. Air yang menggenang dapat menyebabkan pembusukan
akar pada tanaman pisang sekaligus mengundang berbagai macam bibit penyakit
seperti cendawan Fusarium oxysporum yang dapat menyebabkan penyakit
Panama.
Tanaman pisang yang kekurangan air akan mengalami hambatan dalam
pertumbuhannya. Kekurangan air pada masa pertumbuhan vegetatif dapat
mempengaruhi kecepatan perkembangan daun dan jumlah bunga menjadi sedikit,
sehingga produksi buah dalam satu tandan menjadi sedikit. Kekurangan air pada
masa pembungaan juga dapat menurunkan jumlah buah yang dihasilkan.
Sementara, kekurangan air yang terjadi selama periode pembentukan buah dapat
mempengaruhi ukuran dan kualitas buah, yakni tandan menjadi pendek dengan
buah yang kecil-kecil.
Jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pisang sangat ditentukan oleh
umur tanaman. Pada periode perkecambahan, awal periode pertumbuhan
vegetatif, pada saat pembungaan, dan pada periode pembentukan buah, tanaman
memerlukan suplai air yang memadai. Pemberian air yang teratur dan memadai
selama periode pertumbuhan, akan menghasilkan tanaman yang tumbuh subur,
batang tinggi, daun lebar tangkai bunga cepat muncul, dengan buah yang banyak.
Interval pemberian air juga mempunyai pengaruh besar terhadap buah yang
dihasilkan. Hasil yang besar dapat diperoleh dengan interval (selang waktu)
pemberian air (irigasi) yang pendek.
Penyerapan air oleh tanaman pisang pada umumnya 100% dapat diperoleh
dari lapisan tanah atas (top soil) dengan kedalaman 50 – 80 cm. Hal ini
disebabkan karena tanaman pisang memiliki perakaran yang dangkal dengan akar
yang jarang. Kedalaman perakaran pada umumnya kurang dari 75 cm. Apabila
kondisi evapotranspirasi maksimal mencapai 5 – 6 mm/hari, maka penguapan air
tanah yang tersedia diusahakan jangan melebihi 35%. Penguapan air tanah yang
melebihi 35% selama masa pertumbuhan sangat membahayakan kehidupan
tanaman. Dengan kondisi demikian, maka sangat dibutuhkan pengairan dengan
frekuensi yang tinggi.
Interval pemberian air pada tanaman pisang sangat tergantung pada laju
evapotranspirasi dan kemampuan tanah dalam menahan air yang tersedia di
sekitar perakaran tanaman. Pada kondisi penguapan air yang tinggi dan
kemampuan tanah dalam menahan air rendah, interval pemberian air dapat
dilakukan sekitar 3 hari. Sementara, pada kondisi penguapan air rendah dan
kemampuan tanah menahan air tinggi, maka interval pemberian air pengairan
dapat sekitar 15 hari.
6. Penyiangan dan pendangiran
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan rumput liar, gulma, ataupun
tanaman lain yang mengganggu pertumbuhan tanaman utama, dalam hal ini
tanaman pisang. Sementara, pendangiran bertujuan untuk memperbaiki struktur
tanah yang telah memadat, sehingga diperoleh kembali struktur tanah yang remah.

14

Penyiangan dan pendangiran dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan dan
harus dilakukan secara hati-hati. Sebab, tanaman pisang memiliki sistem
perakaran yang dangkal. Perakaran yang rusak pada saat penyiangan dan
pendangiran dapat memacu terjadinya infeksi yang akhirnya dapat menyebabkan
pembusukan akar. Kerusakan akar dapat menyebabkan proses penyerapan unsur
hara terganggu yang akhirnya mempengaruhi proses fisiologis tanaman sehingga
produksinya menurun.
Penyiangan dan pendangiran tanaman pisang dapat dilakukan seperlunya
saja, tergantung pada kondisi kebun. Dalam satu tahun, dapat dilakukan 3 – 4 kali
penyiangan dan pendangiran.
7. Pengendalian hama dan penyakit
Pada umumnya, hama dan penyakit yang menyerang tanaman pisang berasal
dari golongan insekta, nematoda, moluska, mamalia, bakteri, dan cendawan.
Untuk mencegah dan mengatasi terjadinya serangan hama dan penyakit tersebut,
kebun pisang perlu dikontrol secara berkala, cermat, dan teliti, agar bila ada hama
atau penyakit yang menyerang tanaman pisang tersebut, dapat diketahui sejak
dini.
Pemberantasan hama dan penyakit pada tanaman pisang dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu preventif dan kuratif. Pemberantasan secara preventif
merupakan usaha pencegahan tumbuhnya hama dan penyakit sebelum tanaman
terinfeksi. Tindakan preventif ini dapat dilakukan dengan pengolahan tanah secara
intensif, pengaturan jarak tanam secara tepat, penanaman tepat waktu, pengaturan
sistem pengairan teknis yang baik, penanaman jenis yang resisten, serta
penyiangan secara teratur. Sementara, pemberantasan secara kuratif adalah
pemberantasan atau pengobatan tanaman yang telah terinfeksi hama dan penyakit.
Metode pemberantasan hama dan penyakit yang paling efektif pada saat ini
adalah menggunakan pestisida, misalnya insektisida, fungisida, bakterisida,
nematida, dan lain-lain. Sementara, metode pemberantasan lain yang dapat
dilakukan adalah dengan cara biologis, yakni dengan menggunakan hewan lain
yang merupakan musuh alamiahnya. Di samping itu, dapat pula dilakukan secara
mekanis, yakni dengan langsung membunuh hewan yang menjadi hama atau
dengan memangkas bagian tanaman yang telah terinfeksi oleh cendawan dan
bakteri. Dapat pula dilakukan sanitasi, yaitu membersihkan sisa-sisa tanaman
setelah panen sehingga tidak menjadi inang atau tempat persembunyian hama dan
penyakit.
Berbagai macam obat-obatan yang dapat digunakan untuk memberantas
hama dan penyakit tanaman pisang adalah Diazenon, Thiodan, Dieldrin, Bayrusil,
Furadan, Hostathion, Cymbush, Dithane, Benlate, Brestan, dan lain-lain.
Penyemprotan tanaman dengan obat-obatan tersebut di atas dilakukan bila
pemberantasan secara mekanis sudah tidak mungkin lagi dilakukan.
8. Panen dan penanganan pascapanen
Panen dan penanganan pascapanen merupakan kegiatan yang sangat
berpengaruh terhadap kualitas buah selama dalam penyimpanan hingga sampai ke
tangan konsumen.
Pisang sudah mulai berproduksi dan bisa dipungut hasilnya pada umur 12 –
15 bulan setelah tanam atau 4 – 6 bulan setelah tanaman berbunga, tergantung
pada varietasnya. Beberapa jenis pisang ada yang memiliki umur panen pendek,
namun ada pula yang memiliki umur panen yang lebih panjang. Berbeda dengan

15

tanaman buah tahunan yang lain, tanaman pisang hanya berbuah satu kali dan
setelah berbuah, akan mati. Oleh karena, tanaman pisang yang sudah diambil
buahnya harus segera dibongkar dan diganti dengan tanaman pisang yang baru
atau dengan memelihara anakannya yang tumbuh.
Cara panen dan waktu panen (petik) buah pisang sangat menentukan
kualitas buah yang dihasilkan. Oleh karena itu, cara panen dan waktu panen harus
dilakukan dengan baik dan benar serta tepat waktu.
Buah pisang yang dipetik sebelum mencapai derajat kematangan yang tepat
sangat berpengaruh terhadap kualitas buah pisang, yakni: rasa kurang manis,
aroma kurang kuat, tekstur lembek, daging buah kurang padat berisi, dan
penampilan buah secara keseluruhan kurang menarik. Buah pisang dengan kondisi
demikian, tergolong dalam buah pisang berkualitas rendah sehingga harganya pun
rendah pula. Sebaliknya, buah pisang yang dipetik saat telah mencapai derajat
kematangan yang tepat, akan menghasilkan buah pisang yang berkualitas tinggi,
yakni: rasanya manis, aromanya kuat, penampilannya menarik, daging buah padat
berisi, dan berukuran besar. Kondisi buah pisang yang demikian, akan mempunyai
harga yang tinggi.
Pemetikan buah pisang yang terlambat juga berpengaruh terhadap kualitas
buah. Daya simpannya menjadi pendek, cepat mengalami kerusakan atau
pembusukan sebelum sampai di pasaran atau di tangan konsumen.
Untuk pemasaran jarak jauh seperti pemasaran antar-daerah, antar-pulau,
ataupun antar-negara (ekspor), hendaklah buah pisang dipetik pada stadium
ketuaan ¾ penuh, yakni dalam keadaan sudah tua namun masih mentah, umur
petik sekitar 80 hari sejak tanaman berbunga (mengeluarkan jan