Analisis Saluran Pemasaran Susu Sapi (Kasus: Desa Amplas, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

(1)

ANALISIS SALURAN PEMASARAN SUSU SAPI

(Kasus: Desa Amplas, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH:

LIZA MEUTHIA DE SHAH

040304003

SEP – AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

ANALISIS SALURAN PEMASARAN SUSU SAPI

(Kasus: Desa Amplas, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Derajat

Sarjana Pertanian

OLEH:

LIZA MEUTHIA DE SHAH

040304003/AGRIBISNIS

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERITAS SUMATERA UTARA


(3)

ANALISIS SALURAN PEMASARAN SUSU SAPI

(Kasus: Desa Amplas, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

Oleh:

LIZA MEUTHIA DE SHAH

040304003

INTISARI

Kualitas produk air susu sapi akan meningkatkan pendapatan perternak

dengan semakin efisiennya saluran pemasaran. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui saluran pemasaran susu sapi, fungsi pemasaran yang dilakukan,

biaya dan marjin pemasaran, price spread dan share margin tiap saluran

pemasaran dan efisiensinya. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive sesuai

data yang ada melalui teknik sensus sebanyak 7 orang dan teknik pengambilan

sample dengan metoda snowball sampling. Data dianalisis secara deskrptif

tabulasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 saluran pemasaran di

daerah penelitian. Fungsi pemasaran yang dilakukan pelaku pemasaran susu sapi

meliputi pembelian, penjualan, transportasi, penyimpanan, sortasi,dan

penanggulangan resiko. Saluran pemasaran paling efisien terdapat pada saluran

pemasaran 3, dimana peternak langsung memasarkan susu sapinya kepada

konsumen.


(4)

ANALISYS OF MILK COW MARKETING CHANNEL

(Case: Studies at Amplas Village, Sub-district of Percut Sei Tuan, Deli

Serdang District)

By:

LIZA MEUTHIA DE SHAH

040304003

ABSTRACT

Milk cow quality will increase farmer’s income by more efficient

marketing channel. The purpose of this study is to determine the marketing

channels, marketing functions are performed, costs and marketing margins, price

spread and share margin and efficiency of each channels. Determining the

location of the study purposively determined according to the data available via

sensus method sampling technique as much as 7 farmers and sampling technique

with a snowball sampling method. Descriptively analyzed data tabulation.

The result showed that there are 3 channels in the area of marketing

research. Marketing functions performed milk cow marketing principals include

the purchase, sale, transportation, storage, sorting and risk taking. The most

efficient marketing channel is channel 3, where the farmer sale thir products

straight to the consumen.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lhokseumawe pada tanggal 11 November 1986 dari

ayah H.M. Thusni Syah dan ibu Nurima Arsyad. Penulis merupakan putri ketiga

dari tiga bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 17 Medan dan pada tahun

yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur SPMB. Penulis

memilih program studi Agribisnis.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan

Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian dan bergabung dalam tim Basket Fakultas

Pertanian. Selain itu penulis juga aktif dalam kegiatan klub olahraga Softball di

bawah naungan Vanderfull Softball-Baseball Club.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di Kabupaten

Simalungun dari tanggal 24 Juni sampai 20 Juli 2008. Bulan Juli 2010 penulis

melakukan penelitian skripsi di Desa Amplas Kecamatan Percut Sei Tuan

Kabupaten Deli Serdang.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Saluran Pemasaran Susu Sapi, Kasus Desa Amplas, Kecamatan

Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.”

Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis

memengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada Ayahanda H.M.

Thusni Syah dan Ibunda Nurima Arsyad serta kedua abang saya Rangga

Hendrawan de Shah, S.Sos dan Achmad Graciano de Shah yang telah

memberikan bantuan, semangat dan kasih saying sehingga penulisan ini dapat

selesai sesuai dengan yang diharapkan.

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan dengan bantuan berbagi

pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimaksih sebesar-besarnya

kepada Bapak H.M. Mozart B. Darus, M.Sc selaku ketua komisi pembimbing,

Bapak Rulianda P. Wibowo, Sp, M.Ec selaku anggota komisi pembimbing, Bapak

Ir. Luhut Sihombing selaku Ketua Departemen Agribisnis. Seluruh staf pengajar

dan pegawai Departemen Agribisnis Achmad Choiron Fathoni, S.T, yang telah

dengan sabar mendampingi dan memberikan dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini. Rekan-rekan Mahasiswa SEP 2004, yang telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per

satu.


(7)

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka

dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca. Akhir kata, penulis berharap kiranya skripsi ini dapat

berguna bagi kita semua.

Medan, Desember 2010


(8)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK………. i

RIWAYAT HIDUP……….. ii

KATA PENGANTAR……….. iii

DAFTAR ISI……….. v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

Identifikasi Masalah... 5

Tujuan Penelitian... 5

Kegunaan Penelitian... 6

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 7

Tinjauan Pustaka... 7

Landasan Teori... 13

Kerangka Pemikiran... 18

Hipotesis Penelitian... 21

METODE PENELITIAN... 22

Metode Penentuan Daerah Penelitian... 22

Metode Pengambilan Sampel... 22

Metode Pengumpulan Data... 23

Metode Analisis Data... 23

Definisi dan Batasan Operasional... 25

Definisi... 25

Batasan Operasional... 27

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL... 28

Deskripsi Daerah Penelitian... 28

Letak dan Geografis... 28

Keadaan Penduduk... 29

Sarana dan Prasarana... 31

Karaktesitik Peternak Sampel... 32


(9)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 35

Saluran Pemasaran Susu Sapi... 35

Fungsi-fungsi Pemasaran... 37

Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran, Share Margin

dan Price Spread... 40

Efisiensi Pemasaran... 45

KESIMPULAN DAN SARAN... 47

Kesimpulan... 47

Saran... 48

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

No.

Hal.

1.

Populasi Ternak Sapi Perah (ekor) dan Produksi Susu (Liter) di

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007... 4

2.

Distribusi Penduduk Desa Amplas Menurut Kelompok Umur

Tahun 2008... 29

3.

Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Desa Amplas Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2008... 30

4. Banyaknya Penduduk Menurut Suku Bangsa Di Desa

Amplas Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2008... 31

5. Karaktersitik Peternak Sampel……….. 32

6. Fungsi-fungsi Pemasaran yang Dilakukan oleh

Produsen dan Lembaga Pemasaran... 33

7. . Biaya pemasaran dan profit margin pemasaran saluran 1……….. 41

8. Price Spread dan Share Margin Saluran Pemasaran I……… 42

9. Rataan Biaya Pemasaran dan Profit Margin

Pemasaran Saluran II per Total Pembelian per Hari……….……… 42

10.

Price Spread dan Share Margin Saluran Pemasaran II……….. 43

11.

Biaya Pemasaran pada Saluran Pemasaran III………..………... 43

12.

Price Spread dan Share Margin untuk saluran pemasaran III…………. 44

13.

Rekapitulasi share margin masing-masing saluran pemasaran……….. 44

14.

Nilai Ep pada setiap saluran pemasaran……….. 45


(11)

DAFTAR GAMBAR

No.

Hal.

1. Skema Kerangka Pemikiran……… 20

2. Skema Saluran Pemasaran Susu Sapi... 35


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Hal.

1.

Karakteristik peternak sampel di desa Amplas………..………. 51

2.

Data Populasi Ternak………..……… 51

3a. Karakteristik Pedagang Sampel………..……… 52

3b. Karakteristik Pedagang Susu Limun………..………… 52

4. Komponen Biaya Produksi per Peternak per Tahun……….…..…… 53

5a. Profit Saluran Pemasaran pada Saluran pemasaran I per Liter Susu... 54

5b. Profit Pemasaran Saluran pemasaran II per hari………...….…. 54

5c. Profit pedagang pada saluran pemasaran III………...… 55

6a. Biaya Penyusutan untuk Saluran Pemasaran I………...………… 56

6b. Biaya penyusutan untuk saluran II... 56


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang

peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Dalam kaitannya

dengan pembangunan pertanian dalam arti luas, usaha peningkatan produksi

peternakan juga termasuk di dalamnya (Mubyarto, 1997).

Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan sub-sektor peternakan di

Indonesia adalah upaya mencukupi kebutuhan protein hewani. Pada gilirannya

upaya ini akan berpengaruh terhadap peningkatan kecerdasan bangsa. Produksi

susu lebih diutamakan dari ternak sapi, dalam hal ini adalah sapi perah. Konsumsi

susu pun selalu meningkat sehingga untuk mencukupi permintaan masih perlu

impor (Undang, 1997).

Agribisnis sapi di Indonesia mempunyai prospek yang sangat besar, karena

permintaan produk daging, susu maupun kulit terus meningkat, seirama dengan

pertambahan penduduk dan perkembangan perekonomian nasional. Namun sangat

disayangkan karena dalam beberapa dasawarsa terakhir ini impor ketiga produk

tersebut cenderung terus meningkat, walaupun terjadi fluktuasi sebagai akibat

adanya perubahan global maupun dinamika nasional.

Usaha ternak sapi perah di Indonesia baru dimulai pada abad 17 bersamaan

dengan masuknya Belanda ke Indonesia. Pada waktu itu bangsa sapi tipe perah

yang didatangkan adalah Fries Holland (FH) dari negeri Belanda. Oleh karena itu,


(14)

tidaklah mengherankan kalau sampai saat ini populasi tipe sapi perah di Indonesia

terbesar adalah Fries Holland (FH) (AAK,1995).

Produksi susu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup berarti.

Pada awal Pelita V, produksi air susu telah mampu menekan jumlah impor susu

dari luar negeri sehingga imbangan antara produksi susu dalam negeri dengan

susu impor yang pada awal Pelita III sebesar 1:20 dapat ditekan menjadi 1:1,7

pada awal Pelita V. Namun sayangnya keberhasilan produksi susu dalam negeri

ini belum diikuti dengan keberhasilan meningkatkan kesejahteraan peternaknya.

Hal ini dikarenakan harga susu dalam negeri masih sangat rendah, terutama susu

segar yang harus dijual kepada koperasi untuk diteruskan penjualannya ke industri

pengolahan susu. Harga jual susu tersebut sangat terikat antar GKSI (Gabungan

Koperasi Susu Indonesia) dan IPS (Industri Pengolahan Susu), baik harga susu per

liternya maupun persyaratan kualitas susu yang dapat diterima dengan segala

peraturan yang telah disepakati bersama (Usman, 2006).

Upaya peningkatan produksi susu sapi sangat berkaitan erat dengan aspek-aspek

pemasaran, karena usaha ternak susu sapi pada umumnya adalah usaha tani

komersial yang sebagian besar hasil produksinya adalah untuk dijual ke pasar.

Menurut Abu Haerah (1979), produksi dan pemasaran mempunyai hubungan

ketergantungan yang sangat erat. Produksi yang meningkat tanpa didukung oleh

sistem pemasaran yang dapat menampung hasil dengan tingkat harga yang layak

tidak akan berlangsung lama, malah pada waktunya ia akan menurun karena

pertimbangan untung rugi usaha tani.


(15)

Sistem pemasaran yang kurang efisien ini akan mengakibatkan biaya pemasaran

relatif besar, dengan demikian akan mengakibatkan harga jual produk hasil

pertanian menjadi tinggi. Tingginya biaya pemasaran ini akan dibebankan kepada

produsen dengan menekan tingkat harga dan menaikkan harga di konsumen,

sehingga produsen dan konsumen dirugikan (Ginting, 2006).

Ternak sapi didapati di daerah-daerah yang padat penduduknya, daerah pertanian

yang kurang perairan dan daerah persawahan dekat pantai. Ternak sapi banyak

terdapat di Jawa, Madura, Bali, Lombok dan Sumatera. Sumatera Utara

merupakan salah satu daerah yang cocok untuk pengembangan ternak sapi perah.

Salah satu daerah yang berpotensi untuk perkembangan ternak sapi perah adalah

Kabupaten Deli Serdang, tepatnya di Kecamatan Percut Sei Tuan, dimana

Kecamatan Percut Sei Tuan merupakan salah satu sentra produksi sapi perah.


(16)

Tabel 1. Populasi Ternak Sapi Perah (ekor) dan Produksi Susu (Liter) di

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

No. Kecamatan Populasi Sapi Perah (ekor) Produksi susu (Liter)

1 Gunung Meriah - -

2 STM Hulu - -

3 Kutalimbaru 40 36.332

4 Sibolangit 24 19.283

5 Pancur Batu 71 61.205

6 Namo Rambe 80 66.343

7 Biru-biru - -

8 STM Hilir - -

9 Bangun Purba - -

10 Galang - -

11 Tanjong Morawa 94 82.139

12 Patumbak 81 68.442

13 Deli Tua 70 63.298

14 Sunggal 125 11.284

15 Hamparan Perak 281 254.713

16 Labuhan Deli - -

17 Percut Sei Tuan 374 332.558

18 Batang Kuis 84 73.697

19 Pantai Labu - -

20 Beringin - -

21 Lubuk Pakam - -

22 Pagar Merbau 14 11.583

TOTAL 1338 1.080.877

Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Deli Serdang, 2008

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa kecamatan Percut Sei Tuan adalah daerah sentra

produksi untuk ternak sapi perah di kabupeten Deli Serdang pada tahun 2007

dengan jumlah populasi ternak sebanyak 374 ekor. Dalam hal produksi susu untuk

daerah kecamatan Percut Sei Tuan mencapai 332.558 Liter atau 30,76 % dari

produksi susu di Kabupaten Deli Serdang.


(17)

1.2. Identifikasi Masalah

Beberapa permasalahan sehubungan dengan topik yang perlu diteliti adalah :

1)

Bagaimana saluran pemasaran susu sapi di daerah penelitian?

2)

Fungsi-fungsi pemasaran apa saja yang dilakukan oleh masing-masing

saluran pemasaran susu sapi di daerah penelitian?

3)

Bagaimana biaya pemasaran, margin pemasaran, price spread, dan share

margin pada masing-masing saluran pemasaran di daerah penelitian?

4)

Bagaimana tingkat efisiensi dan kelancaran pemasaran pada

masing-masing saluran pemasaran?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1)

Untuk mengetahui saluran pemasaran susu sapi di daerah penelitian.

2)

Untuk mengetahui fungsi-fungsi pemasaran apa saja yang dilakukan oleh

masing-masing saluran pemasaran susu sapi di daerah penelitian.

3)

Untuk mengetahui biaya pemasaran, margin pemasaran, price spread dan

share margin pada setiap saluran pemasaran.

4)

Untuk mengetahui tingkat efisiensi dan kelancaran pemasaran pada

masing-masing saluran pemasaran.


(18)

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1)

Sebagai bahan masukan bagi peternak sapi perah dan pemasar susu sapi

dalam mengembangkan usahanya.

2)

Sebagai bahan informasi dan studi bagi pihak-pihak yang terkait terhadap

pengembangan komoditi sapi perah dan pemasaran susu sapi, baik untuk

pertimbangan akademis maupun ekonomis.

3)

Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang

membutuhkan.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Sapi perah merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibandingkan

ternak perah lainnya. Sapi perah sangat efisien dalam mengubah makanan ternak

berupa konsentrat dan hijauan menjadi susu yang sangat bermanfaat bagi

kesehatan. Di negara-negara maju, sapi perah dipelihara dalam populasi yang

tertinggi, karena merupakan salah satu sumber kekuatan ekonomi bangsa. Sapi

perah menghasilkan susu dengan keseimbangan nutrisi sempurna yang tidak dapat

digantikan bahan makanan lain.

Dalam SK Dirjen Peternakan No. 17 Tahun 1983, dijelaskan definisi susu adalah

susu sapi yang meliputi susu segar, susu murni, susu pasteurisasi, dan susu

sterilisasi. Susu segar adalah susu murni yang tidak mengalami proses pemanasan.

Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat. Susu murni

diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, tanpa mengurangi atau menambah

sesuatu komponen atau bahan lain.

Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani yang sangat penting.

Air susu sebagai sumber gizi berupa protein hewani sangat besar manfaatnya bagi

bayi. Bagi mereka yang sedang dalam proses tumbuh, bagi orang dewasa dan

bahkan bagi yang berusia lanjut. Susu memiliki kandungan protein cukup tinggi


(20)

sehingga sangat menunjang pertumbuhan, kecerdasan dan daya tahan tubuh

(AAK, 1995).

Produk sapi perah berupa susu dan hasil olahan lainnya memiliki peran penting

bagi generasi muda, termasuk balitanya cukup vital, maka wajarlah kalau

kebutuhan konsumsi susu meningkat pesat. Peningkatan dan pertambahan

permintaan produk susu yang tidak diimbangi dengan penambahan populasi sapi,

tentu saja akan mengakibatkan kebutuhan akan susu tidak dapat terpenuhi. Untuk

memenuhi produk susu dengan penambahan populasi ternak sapi perah, prosesnya

tidaklah gampang. Maka masih perlu mendatangkan produksi susu sapi olahan

yang biasanya berupa susu bubuk dari luar negeri seperti Australia dan New

Zealand. Hal ini membuktikan bahwa pengembangan usaha ternak sapi perah

sebenarnya masih memiliki peluang yang cukup bagus bagi para petani peternak.

Dengan kata lain, prospek usaha ternak sapi perah masih sangat cerah

(AAK, 1995).

Secara biologis, susu merupakan sekresi fisiologis kelenjar ambing sebagai

makanan dan proteksi imunologis (immunological protection) bagi bayi mamalia.

Sejarah manusia mengonsumsi susu sapi telah dimulai sejak ribuan tahun sebelum

masehi, ketika manusia mulai mendomestikasi ternak penghasil susu untuk

dikonsumsi hasilnya. Daerah yang memiliki peradaban tinggi seperti

Mesopotamia, Mesir, India, dan Yunani diduga sebagai daerah asal manusia

pertama kali memelihara sapi perah.

Hal tersebut ditunjukkan dari berbagai bukti berupa sisa-sisa pahatan gambar sapi

dan adanya kepercayaan masyarakat setempat yang menganggap sapi sebagai


(21)

ternak suci. Pada saat itu pula susu telah diolah menjadi berbagai produk seperti

mentega dan keju. Ketersediaan susu di zaman modern ini merupakan hasil

perpaduan antara pengetahuan tentang susu yang telah berusia ribuan tahun

dengan aplikasi teknologi dan ilmu pengetahuan modern.

Penggunaan keju dan susu dari Timur Tengah lewat Turki mulai dikenal oleh

bangsa Eropa pada zaman Pertengahan. Kemudian, pada abad ke-15, para pelaut

mulai membawa sapi perah untuk dipelihara dan diternakkan di dataran Eropa

untuk konsumsi susu. Susu sapi sendiri baru dikenal oleh bangsa Indonesia lewat

penjajahan Hindia Belanda pada abad ke 18 Masehi.

Di Indonesia, bangsa sapi perah umumnya adalah bangsa sapi perah Frisian

Holstein. Sapi Friesian Holstein dikenal juga dengan nama Friesian Holland (FH).

Sapi FH menduduki populasi terbesar bahkan hampir di seluruh dunia, baik di

negara-negara sub-tropis ataupun negara tropis. Bangsa sapi ini mudah

beradaptasi dengan tempat yang baru. Di Indonesia populasi bangsa sapi FH ini

juga yang terbesar diantara sapi-sapi perah yang lain(AAK, 1995).

Di Indonesia, kecuali menggunakan sapi FH sebagi perah, banyak pula

diternakkan sapi Grati, yakni hasil persilangan antara FH dengan sapi Ongole.

Sapi ini berasal dari negeri Belanda. Dan mampu memproduksi susu 4.500-5000

liter per satu masa laktasi (AAK, 1995).

Susu sapi mengandung semua bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak

sapi yang dilahirkan. Susu juga sebagai bahan minuman manusia yang sempurna

karena di dalamnya mengandung zat gizi dalam perbandingan yang optimal,

mudah dicerna dan tidak ada sisa yang terbuang. Harga susu relatif lebih murah


(22)

daripada bahan makanan lainnya dengan nilai gizi yang sama. Air susu sebagai

salah satu sumber protein hewani sangat baik untuk kesehatan. Di samping itu, air

susu juga sangat baik untuk pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu untuk

mempertahankan sifat-sifat air susu yang baik perlu pencegahan terhadap kualitas

air susu (AAK, 1995).

Air susu sapi perah yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut , yaitu: (1)

bebas dari bakteri patogen, (2) bebas dari zat-zat yang berbahaya atau pun toksin

seperti insektisida, (3) tidak tercemar oleh debu, faeces dan kotoran lainnya, (4)

memiliki susunan yang tidak menyimpang dari ketentuan Codex Susu 1914.

Misalnya BJ air susu lebih tinggi dari 1028, kadar lemak lebih dari 2,7%, (5)

memiliki cita rasa yang normal yakni : khas rasa susu, manis, segar (AAK, 1995).

Susu sapi disebut juga darah putih bagi tubuh karena mengandung banyak vitamin

dan berbagai macam asam amino yang baik bagi kesehatan tubuh. Dalam segelas

susu terdapat antara lain:

1)

Potasium, yang menggerakkan dinding pembuluh darah agar tetap stabil,

menghindarkan Anda dari penyakit darah tinggi dan jantung.

2)

Zat besi, mempertahankan kulit tetap bersinar.

3)

Tyrosine, mendorong hormon kegembiraan dan membuat tidur lebih nyenyak.

4)

Kalsium, menguatkan tulang.

5)

Magnesium, menguatkan jantung dan sistem saraf sehingga tidak mudah lelah.


(23)

7)

Seng, menyembuhkan luka dengan cepat.

8)

Vitamin B2, meningkatkan ketajaman penglihatan.

Kemampuan peternak untuk memelihara sapi perah, tercermin dari skala usaha

yang dilakukan, dan besarnya pendapatan yang diperoleh tergantung dari

faktor-faktor yang mempengaruhi produksi air susu, seperti misalnya: bibit, pakan,

kesehatan dan produktivitas ternak (persentase laktasi, masa laktasi, masa kering

dan jarak antar kelahiran) (Soedono, 1985).

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan produktivitas air susu antara lain:

1)

Umur

Sapi yang dipelihara pada umur muda belum menunjukkan produksi yang cukup

tinggi. Periode laktase yang keempat dan kelima merupakan laktase yang

maksimal. Menurunnya produksi susu akan jelas terlihat setelah sapi mencapai

masa laktase kedelapan sampai kesepuluh sebab sudah menjadi tua.

2)

Kondisi sapi waktu beranak

Sapi betina yang selama masa kebuntingannya mengalami kekurangan makanan

berkualitas baik akan mengalami kondisi tubuh menjadi lemah saat melahirkan.

Keadaan ini akan mengakibatkan kemampuan produksinya terbatas dan mungkin

juga pendeknya masa laktasi.

3)

Banyaknya ransum yang diberikan pada ternak yang sedang laktasi

Kalau ransum tidak terpenuhi, akibatnya adalah turunnya produktivitas air susu

atau kemungkinan sapi itu akan cepat kering dan kurus.


(24)

4)

Besarnya hewan

Sapi yang besar dapat lebih banyak menghasilkan susu dibandingkan sapi yang

kecil, sungguh pun dari bangsa dan umur yang sama. Hal ini disebabkan karena

sapi yang besar, makan lebih banyak dan ambing yang besar memungkinkan

produksi yang tinggi.

5)

Birahi

Pada sapi yang sedang birahi, terjadi perubahan-perubahan fisiologis yang

mempengaruhi jumlah dan air susu yang dihasilkannya menurun.

6)

Hereditas

Sapi dengan bakat keturunan yang tinggi untuk berproduksi akan selalu

menurunkan sifat produksi yaitu kepada keturunannya walaupun sifat yang

diturunkannya itu hanya berkisar 10%-30%.

7)

Saat Kawin

Sapi harus dikawinkan setelah 60 hari melahirkan jika ia sedang birahi.

Hendaknya diusahakan induk sapi melahirkan sekali dalam setahun.

Keterlambatan perkawinan yang berlarut-larut tidak hanya mengakibatkan

turunnya laktase berikutnya tetapi juga turunnya jumlah kelahiran.

8)

Tukang Perah

Tukang perah yang tidak mahir, tidak tahu akan kebersihan, kasar terhadap sapi,

tidak memiliki rasa kasih sayang terhadap ternak akan memperoleh hasil perahan

yang rendah.


(25)

9)

Jadwal Pemerahan

Pengaturan jadwal pemerahan yang baik memberi kesempatan yang baik bagi

pembentukan air susu (Syarif, 1985).

2.2.

Landasan Teori

Sistem agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagi sub-sistem,

yaitu : (1). Pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan

pengembangan sumber daya manusia, (2). Budidaya dan usaha tani, (3).

Pengolahan hasil pertanian atau agroindustri, (4). Pemasaran hasil pertanian

(Rahim, 2007)

Peranan agribisnis dalam suatu negara agraris seperti Indonesia adalah besar

sekali. Hal ini disebabkan karena cakupan aspek agribisnis adalah meliputi kaitan

dari mulai proses produksi, pengolahan sampai pada pemasaran termasuk di

dalamnya (Soekartawi, 1999).

Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk

merencanakan, menentukan harga, promosi, dan mendistribusikan barang-barang

yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan

perusahaan (Djaslim, 1996).

Pemasaran sebagai kegiatan produksi mampu meningkatkan guna tempat, guna

bentuk dan guna waktu. Dalam menciptakan guna tempat, guna bentuk dan guna

waktu ini diperlukan biaya pemasaran. Biaya pemasaran ini diperlukan untuk

melakukan fungsi-fungsi pemasaran oleh lembaga-lembaga pemasaran yang

terlibat dalam proses pemasaran dari produsen sampai kepada konsumen akhir.


(26)

Pengukuran kinerja pemasaran ini memerlukan ukuran efisiensi pemasaran

(Sudiyono, 2004).

Sistem pemasaran merupakan cara memasarkan hasil. Untuk peternakan, sistem

ini bertujuan untuk memasarkan hasil peternakan. Sistem pemasaran dikenal

dengan sistem pemasaran tunggal, pemasaran berganda dan pemasaran bertahap.

Untuk saat ini para peternak sering menggunakan sistem pemasaran berganda.

Sistem pemasaran berganda ini memakai lebih dari satu cara untuk memasarkan

produknya. Tentu hal ini merupakan kebalikan dari sistem pemasaran tunggal.

Pada sistem ini bukan hanya kepada pengumpul saja suatu produk dipasarkan,

tetapi juga kepada distributor, pedagang besar, pabrik makanan, hotel, restoran

ataupun konsumen akhir. Tentu saja ini memerlukan lembaga, karena tidak

mungkin semua itu dilakukan secara bersamaan dengan kegiatan produksi

peternakan (Rasyaf, 1996).

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan

pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir

serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga

pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh

komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan

konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi

pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen

memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa margin pemasaran

(Sudiyono, 2004).


(27)

Lembaga-lembaga pemasaran ini dalam menyampaikan komoditi pertanian dari

produsen berhubungan satu sama lain membentuk jaringan pemasaran. Arus

pemasaran yang terbentuk dalam proses pemasaran ini beragam sekali, misalnya

produsen berhubungan langsung kepada konsumen akhir atau petani produsen

berhubungan terlebih dahulu dengan tengkulak, pedagang pengumpul atau

pedagang besar dan membentuk pola-pola pemasaran yang khusus. Pola-pola

pemasaran yang terbentuk selama pergerakan arus komoditi pertanian dari petani

produsen ke konsumen akhir ini disebut dengan sistem pemasaran.

Dalam proses tata niaga, terdapat fungsi pemasaran yang dilaksanakan oleh

produsen dan lembaga pemasaran, yaitu :

1)

Pembelian (buying), yaitu usaha memilih barang-barang yang dibeli untuk

dijual lagi atau untuk digunakan sendiri dengan harga, pelayanan dari penjual

dan kuantitas tertentu,

2)

Penjualan (selling), yaitu bertujuan menjual barang atau jasa yang diperlukan

sebagai sumber pendapatan untuk menutup semua ongkos guna memperoleh

laba,

3)

Pengambilan resiko (risk taking), yaitu menghindari dan mengurangi resiko

terhadap semua masalah dalam pemasaran,

4)

Pengumpulan, yaitu pengumpulan barang-barang yang sama dari beberapa

sumber atau beberapa barang dari sumber yang sama,

5)

Penyimpanan (storage), yaitu melakukan penyesuaian waktu antara

penawaran dengan permintaan terhadap barang,


(28)

6)

Pengangkutan (transportation), yaitu pemindahan barang dari tempat barang

dihasilkan ke tempat barang dikonsumsikan,

7)

Sortasi, yaitu menggolongkan, memeriksa, dan menentukan jenis barang yang

akan disalurkan,

8)

Perbelanjaan atau pembiayaan (financing), yaitu pengadaan dana dalam

melakukan transaksi pertukaran ataupun dalam pengeluaran ongkos-ongkos

pemasaran,

9)

Informasi pasar (market information), yaitu tingkat kepentingan pembeli atau

penjual terhadap barang yang akan disalurkan (Swastha,1979).

Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran

(pedagang) dalam menyalurkan hasil pertanian dari produsen ke konsumen.

Lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses bisa lebih dari satu. Bila si

produsen tersebut bertindak sebagai penjual produknya, maka biaya pemasaran

bisa dieliminasi. Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lainnya tergantung

pada hal berikut :

1)

Macam komoditas yang dipasarkan

Ada komoditas yang bobotnya besar, tetapi nilainya kecil sehingga membutuhkan

biaya tata niaga yang besar. sebaliknya ada komoditas yang kecil dan ringan tetapi

mempunyai nilai yang tinggi, dalam hal ini biaya tata niaga nya lebih rendah.


(29)

2)

Lokasi/daerah produsen

Bila lokasi produsen jauh dari pasar atau lokasi konsumen, maka biaya

transportasi menjadi lebih besar pula. Biasanya lokasi yang terpencil menjadi

salah satu penyebab rendahnya harga di tingkat produsen.

3)

Macam dan peranan lembaga tata niaga

Semakin banyak lembaga tata niaga yang terlibat, semakin panjang rantai tata

niaga dan semakin besar biaya tata niaga komoditi tersebut (Daniel, 2002)

Margin pemasaran adalah selisih antara harga yang dibayarkan oleh konsumen

dengan harga yang diterima oleh produsen. Margin ini akan diterima oleh

lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut. Makin

panjang pemasaran (semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat) maka

semakin besar margin pemasaran (Daniel, 2002).

Sedangkan rasio antara harga jual pada tingkat peternak dengan harga yang

dibayar oleh konsumen akhir disebut share margin.

Secara teknis dapat dikatakan bahwa semakin pendek rantai tata niaga suatu

barang hasil pertanian, maka:

1)

biaya tata niaga semakin rendah

2)

margin tata niaga juga semakin rendah

3)

harga yang harus dibayarkan konsumen semakin rendah


(30)

Efisiensi pemasaran diukur dengan menggunakan biaya pemasaran dibagi dengan

nilai produk yang dipasarkan. Pasar yang tidak efisien akan terjadi jika biaya

pemasaran semakin besar dengan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak

terlalu besar.

Sedangkan efisiensi pemasaran terjadi jika:

1)

Apabila biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat

lebih tinggi

2)

Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak

terlalu tinggi

3)

Adanya kompetisi pasar yang sehat (Soekartawi, 2002).

2.3.Kerangka Pemikiran

Kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun terus

meningkat pesat sesuai dengan bertambahnya jumlah penduduk dan tingkat

kebutuhan gizi masyarakat. Oleh karena itu, perlu peningkatan penyediaan sumber

gizi, antara lain protein hewani asal sapi perah berupa susu.

Dalam proses produksi usaha ternak sapi perah tidak lepas dari biaya produksi.

Biaya produksi tersebut diperoleh dengan menghitung keseluruhan biaya yang

dikeluarkan oleh peternak selama proses kegiatan produksi. Dari total produksi

yang dihasilkan peternak bila dikalikan dengan harga jual maka dapat diketahui

penerimaan yang diterima oleh peternak. Dan pendapatan bersih diperoleh dari

jumlah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi.


(31)

Suatu usaha dikatakan untung jika pendapatan lebih besar dari total pengeluaran.

Sebaliknya jika perolehan pendapatan lebih rendah daripada pengeluaran berarti

usaha tersebut mengalami kerugian dan tidak layak untuk dipertahankan.

Dalam memasarkan hasil produksi susunya sampai kepada konsumen akhir,

seringkali produk yang dipasarkan telah melalui beberapa lembaga pemasaran

yang ada. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan produsen dalam menjalankan

fungsi pemasaran. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa produsen

memasarkan produk susunya langsung kepada konsumen akhir.

Memasarkan susu dalam bentuk cair mempunyai resiko yang tinggi. Sejak diperah

saja susu sudah mengandung bakteri perusak. Ini pun akan diperparah bila

pemerahnya tidak mengetahui cara memeras susu yang baik. Waktu untuk

memasarkan susu yang terbatas itulah yang menyebabkan banyak peternakan sapi

perah mendirikan peternakannya di pinggir kota besar sekalipun daerah tersebut

tidak sejuk, sehingga pemilihan jalur distribusi amatlah penting.

Pemasaran sebagai suatu kegiatan produktif tentunya memerlukan biaya

pemasaran. Biaya pemasaran ini diperlukan untuk melakukan fungsi-fungsi

pemasaran oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses

pemasaran mulai dari produsen sampai kepada konsumen akhir. Pengukuran

kinerja pemasaran ini memerlukan ukuran efisiensi pemasaran.


(32)

Usaha Ternak Sapi Perah

Pemasaran Susu Sapi

Susu Sapi

Efisiensi Pemasaran

Share Margin

Margin Pemasaran

Biaya Pemasaran

Fungsi Pemasaran

Lembaga Pemasaran

Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 2 : Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :


(33)

2.4 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang telah dibuat, maka hipotesis yang sesuai

dengan kerangka pemikiran di atas maka saluran pemasaran susu sapi di daerah

penelitian tergolong cukup efisien.


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Desa Amplas, Kecamatan

Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang dengan alasan daerah ini merupakan

daerah sentra produksi susu sapi segar yang cukup berpotensi di Kabupaten Deli

Serdang.

3.2. Metode Penentuan Sampel

1)

Sampel Peternak

Di Desa Amplas Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang terdapat

populasi peternak sapi perah sebanyak 7 peternakan, pengambilan sampel

dilakukan dengan metode sensus, dimana semua peternak dijadikan sampel.

2)

Sampel Pedagang

Untuk pengambilan sampel pedagang pengecer ditentukan dengan metode

snowball sampling, yaitu dengan mengikuti alur saluran pemasaran susu sapi.

Snowball sampling adalah teknik penentuan sample yang mula-mula jumlahnya

kecil, kemudian sample ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan

sample. Begitu seterusnya sehingga jumlah sample semakin banyak. Ibarat bola

salju yang menggelinding, makin lama makin besar. Jumlah masing-masing

sampel untuk pedagang pengecer diambil 1-2 pedagang

.


(35)

3.3. Metode Pengumpulan Data

Adapun data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari data hasil wawancara langsung antara

peneliti dan responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang

telah disiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data

pelengkap yang diperoleh dari lembaga atau instansi serta dinas yang terkait

dengan penelitian ini serta literatur yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah (1) dan (2) dianalisis dengan menggunakan metode

analisis deskriptif berdasarkan survey di daerah penelitian dengan menganalisis:

a)

Jenis-jenis saluran pemasaran serta volume pemasaran pada masing-masing

saluran pemasaran yang terdapat di daerah penelitian.

b)

Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang perantara

Untuk identifikasi masalah (3) digunakan beberapa metode analisis yaitu,

untuk menganalisis biaya pemasaran, marjin pemasaran, price spread dan

share margin yang diterima oleh produsen dan masing-masing pedagang

perantara pada setiap saluran pemasaran digunakan rumus:

a) Untuk analisis biaya pemasaran dihitung dengan analisis tabulasi sederhana

dengan menghitung besarnya biaya pemasaran pada setiap saluran pemasaran


(36)

b) Untuk analisis margin pemasaran digunakan rumus:

mji = Pji – Pbi ...(1)

mji = bti +

µ

i ...(2)

µ

i = mji – bti ...(3)

Sehingga marjin pemasaran total

Mj =

Σ

Mji ... (4)

mji = Marjin pada pedagang perantara ke i

Pji = Harga penjualan pedagang perantara ke i

Pbi = Harga pembelian pedagang perantara ke i

bti = Biaya pemasaran pedagang perantara ke i

µ

i = Keuntungan pedagang perantara tingkat ke i

Mj = Marjin pemasaran total

i = 1,2,3,...,n

c) Untuk mengetahui besarnya marjin pemasaran juga digunakan analisis

preferensi konsumen dengan menggunakan daftar kuesioner.

d) Untuk mengitung share margin

%

100

x

Pk

Pp

Sm

=


(37)

Sm = Share Margin dihitung dalam persen (%)

Pp = harga yang diterima petani dan pedagang

Pk = harga yang diterima konsumen akhir

e) Price spread diperoleh dengan mengelompokkan biaya-biaya tata niaga

menurut komponen biaya yang sama

Untuk identifikasi masalah (4) dianalisis dengan menghitung tingkat efisiensi

pemasaran yang dihasilkan oleh masing-masing saluran pemasaran dengan

menggunakan rumus efisiensi pemasaran

%

100

Pr

odukYangDi

pasarkan

x

Nilai

aran

BiayaPemas

EP

=

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai pengertian

tentang istilah-istilah dalam usulan penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan

operational sebagai berikut:

3.5.1 Definisi

1)

Usaha Ternak Sapi Perah adalah usaha ternak yang dilakukan dengan

memelihara sapi perah yang menghasilkan susu segar sebagai hasil produksi

yang utama.

2)

Susu adalah suatu cairan yang diperoleh dari memerah ternak jenis ruminensia

yang mengandung protein, vitamin dan mineral yang cukup tinggi yang dapat


(38)

dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan minuman yang berguna bagi

kesehatan.

3)

Biaya produksi adalah total seluruh biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan

usaha ternak sapi perah.

4)

Penerimaan adalah nilai yang diperoleh dari perkalian total produksi dengan

harga jual.

5)

Pendapatan bersih adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya.

6)

Kelayakan usaha secara finansial adalah kelayakan yang hanya dinilai pada

bagian benefit dan biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha.

7)

Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk

merencanakan, menetukan harga, promosi, dan mendistribusikan

barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta

tujuan perusahaan

8)

Saluran Pemasaran adalah kumpulan lembaga-lembaga pemasaran yang

berperan dalam menyampaikan barang-barang dari produsen ke konsumen.

9)

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang nenyelenggarakan

pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen

akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya

10)

Fungsi Pemasaran adalah aktivitas, usaha atau jasa-jasa yang dilaksanakan

dalam proses penyebaran barang-barang atau jasa-jasa


(39)

11)

Biaya Pemasaran adalah ongkos yang dikeluarkan dalam kegiatan pengolahan

dan penyampaian barang dari produsen ke konsumen

12)

Efisiensi Pemasaran adalah suatu keadaan pembagian yang adil dari

keseluruhan harga yang dibayar konsumen terhadap semua pelaku pasar yang

terkait dalam pemasaran. Efisiensi pemasaran akan terjadi kalau biaya

pemasaran dapat ditekan seminimal mungkin dan perbedaan harga yang

dibayarkan oleh konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi.

13)

Share margin adalah persentase price spread terhadap harga beli konsumen

14)

Price spread adalah biaya pemasaran yang telah dikelompokkan menurut

komponen biaya yang sama

15)

Marjin Pemasaran adalah selisih antara harga yang dibayarkan konsumen

akhir terhadap harga jual produsen

3.5.2. Batasan Operasional

1)

Sampel adalah peternak sapi perah dan pedagang pengecer yang berperan

menyampaikan hasil produksi kepada konsumen akhir

2)

Waktu penelitian adalah tahun 2010

3)

Lokasi Penelitian adalah di Desa Amplas Kecamatan Percut Sei Tuan

Kabupaten Deli Serdang


(40)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN dan KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1.1 Luas Dan Kondisi Geografi

Desa Amplas mempunyai areal

±

1.982 Ha dengan batas-batasnya sebagai

berikut:

1)

Sebelah Utara

: Berbatasan dengan Bandar Klippa

2)

Sebelah Timur

: Berbatasan dengan Tanjung Morawa

3)

Sebelah Selatan

: Berbatasan dengan Tanjung Morawa dan Kodya

Medan

4)

Sebelah Barat

: Berbatasan dengan Medan Denai

Desa Amplas terletak pada dataran rendah dengan ketinggian 5 m di atas

permukaan laut. Suhu udara di desa Amplas berkisar antara 24

°

C - 32

°

C. Curah

hujan di desa Amplas rata-rata 1.700 – 1.900 mm/tahun. Desa Amplas dari pusat

pemerintahan kecamatan berjarak 0,3 Km dan dari ibukota kabupaten berjarak 33

Km, sedangkan dari pusat pemerintahan Sumatera Utara berjarak 10 km. Sebagian

besar areal desa Amplas merupakan lahan pertanian.


(41)

4.1.2 Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Amplas berjumlah 7.904 jiwa dengan Kepala Keluarga (KK)

sebanyak 1.554 yang tersebar di 5 dusun, 32 Rukun Tetangga (RT) dan 16 Rukun

Warga (RW). Jumlah dan distribusi penduduk menurut kelompok umur dapat

dilihat pada tabel 3.

Tabel 2. Distribusi Penduduk Desa Amplas Menurut Kelompok Umur Tahun

2008

No. Golongan Umur (tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 0 – 5 537 7,00%

2 6 – 10 634 8,20%

3 11 – 15 657 8,50%

4 16 – 20 671 8,80%

5 21 – 25 767 10,00%

6 26 – 30 863 11,20%

7 31 – 35 696 9,00%

8 36 – 40 662 8,70%

9 41 – 45 639 8,30%

10 46 – 50 535 8,90%

11 51 – 60 650 8,40%

12 > 60 338 6,00%

Jumlah 7.699 100,00%

Sumber: Monografi Desa Amplas, 2009

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Amplas masih tergolong usia

produktif (21 - 50 tahun) dengan 4.162 jiwa (54,05%). Golongan usia penduduk

yang terbanyak adalah penduduk yang berusia pada kisaran 26 – 30 tahun yaitu

sebanyak 863 jiwa (11,20%). Dan yang terendah adala penduduk yang berada

pada kisaran usia > 60 tahun, yaitu sebanyak 338 jiwa (6,00%).

Penduduk desa Amplas memiliki anekaragam mata pencaharian. Mata

pencaharian utama penduduk Desa Amplas adalah nelayan dan bertani. Selain

sebagai itu, penduduknya juga ada yang bekerja sebagai pegawai, pedagang,


(42)

karyawan dan lain-lain. Persentase mata pencaharian penduduk di Desa Amplas

Kecamatan Percut Sei Tuan dapat dilihat dalam tabel 4.

Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Amplas

Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2008

no Mata Pencaharian Jumlah Jiwa Persentase (%)

1 PNS 268 17,3 %

2 Karyawan Swasta 121 7,8 %

3 Pertanian 378 24,5 %

4 Perdagangan 124 8,0 %

5 nelayan 442 28,6 %

6 Buruh tani 133 8,6 %

7 Konstruksi 80 5,2%

Total 1.546 100 %

Sumber : Monografi desa Tahun, 2009

Dari tabel diketahui bahwa mata pencaharian penduduk Desa Amplas terbesar

sebagai nelayan sebanyak 442 jiwa (28,6%). Yang kedua adalah sebagi petani

sebanyak 378 jiwa (24,5%). Dan yang paling sedikit adalah sebagai pekerja

dibidang konstruksi, yaitu sebanyak 80 jiwa (5,2%).

Mayoritas penduduk Desa Amplas kecamatan Percut Sei Tuan merupakan suku

Jawa. Pada umumnya penduduk sudah saling mengenal satu sama lainnya.

Keakraban penduduk dapat dilihat dari adanya gotong royong acara adat yang

dilakukan, misalnya acara perkawinan yang dilakukan sesuai dengan adat istiadat.


(43)

Tabel 4. Banyaknya Penduduk Menurut Suku Bangsa Di Desa Amplas

Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2008

No. Suku Bangsa Jumlah Persentase (%)

1 Batak 3.109 40,4 %

2 India 33 0,4 %

3 Jawa 3.337 43,3 %

4 Lombok 5 0,1 %

5 Melayu 157 2,0 %

6 Nias 897 11,7 %

7 Minang 145 1,8 %

8 Papua 5 0,1 %

9 Sunda 5 0,1 %

10 Tionghoa 6 0,1 %

Jumlah 7.699 100 %

Sumber: Monografi Desa Amplas, 2009

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa penduduk yang berasal dari suku Jawa

adalah yang terbesar yaitu berjumlah sebanyak 3.337 jiwa (43.3%). Dan yang

paling sedikit adalah penduduk yang bersal dari suku Papua, Sunda dan Lombok,

yaiutu masing-masing berjumlah 5 jiwa (0.1%).

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Desa Amplas saat ini kurang baik. Hal ini dapat terlihat

jelas dengan kurang tersedianya sarana dan prasarana umum, seperti sarana

pendidikan, yaitu SLTP/sederajat dan SMU/sederajat yang tidak ada. Sarana dan

prasarana kesehatan yang kurang memadai serta sarana transportasi sudah cukup

baik. Desa amplas dapat dicapai dengan kendaraan roda dua dan empat sehingga

angkutan umum dapat keluar masuk setiap waktu. Sedangkan sarana sosial yang

tersedia antara lain mesjid, gereja, pasar desa, kantor kepala desa, dan puskesmas

desa.


(44)

4.2 Karakteristik Peternak Sampel

Peternak sapi perah adalah peternak yang memiliki mata pencaharian utama

beternak sapi perah. Umumnya selain beternak sapi perah, peternak di Desa

Amplas juga mengusahakan ternak lain seperti ternak kambing. Menurut data

yang diperoleh jumlah sampel peternak yang diteliti berjumlah 7 orang dan

kebanyakan peternak berasal dari suku India, dan usaha ternak yang mereka

lakukan merupakan usaha ternak yang turun temurun. Kebanyakan peternak juga

masih memiliki ikatan persaudaraan antara yang satu dengan yang lain.

Karakteristik peternak sampel dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 5. Karaktersitik Peternak Sampel

No Karakteristik Range Rataan

1 Umur (Tahun) 37 - 62 47.571

2 Pendidikan (tahun) 6 - 12 10.28

3 Pengalaman (tahun) 18-45 28,714

4 Jumlah Tanggungan (jiwa) 3 – 5 3.857

5 Jumlah Ternak (ekor) 33-60 45.286

Sumber:Data diolah dari lampiran 1-2

1)

Umur

Tabel 5 menunjukkan bahwa umur peternak sampel memiliki range antara 37-62

tahun dengan rataan sebesar 47,571 tahun. Data ini menjelaskan bahwa peternak

sampel masih berada dalam kisaran usia produktif, sehingga masih besar potensi

tenaga kerja yang dimiliki oleh peternak sampel dalam mengelola usaha

ternaknya.


(45)

2)

Tingkat Pendidikan

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usaha

ternak. Tingkat pendidikan formal peternak sampel mempunyai range 6-12

dengan rataan 10,28. Artinya, peternak sampel umumnya adalah lulusan Sekolah

Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Dengan demikian wawasan

pengetahuan serta cara berpikir dan bertindak petani sampel dalam usaha

ternaknya tergolong cukup baik.

3)

Pengalaman Berternak

Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan usahaternak

adalah lama beternak. Rataan lama beternak atau pengalamaan beternak adalah

28,714 tahun dengan range 19-40 tahun. Berdasarkan rataan tersebut pengalaman

beternak peternak sampel sudah cukup lama, sehingga dapat dikatakan memiliki

wawasan luas dan pengetahuan yang lebih baik.

4)

Jumlah tanggungan

Rataan jumlah tanggungan keluarga adalah 3,857 orang. Dengan range 3-5 orang.

Dari rataan tersebut menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga tidak terlalu

banyak sebagai tanggungan peternak sampel.

4.3. Karakteristik Lembaga Pemasaran

1)

Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli susu dari sapi peternak perah

dan menjualnya langsung kepada konsumen rumah tangga. Untuk pedagang


(46)

pengecer diperoleh dengan menanyakan kepada peternak. Dengan cara tersebut

dapat diikuti rantai pemasaran hingga sampai ke tingkat konsumen.

2)

Konsumen Pengecer

Konsumen pengecer yang dimaksud disini adalah pedagang penjual susu limun.

Penjual susu limun membeli susu sapi yang diantar oleh peternak lalu

mencampurnya dengan ramuan khusus lalu menjualnya kepada konsumen. Dalam

penelitian ini diambil sampel 1 orang pedagang penjual susu limun. Konsumen

pengecer ini juga diperoleh dengan menanyakan kepada peternak.


(47)

Konsumen Akhir

Konsumen Pengecer

Pedagang Pengecer

BAB V

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

5.1 Saluran Pemasaran Susu Sapi

Pada saluran pemasaran susu sapi di daerah penelitian tidak dijumpai adanya agen

dan pedagang pengumpul mengingat sifat susu yang mudah rusak 6 jam setelah

diperah, sehingga memerlukan saluran pemasaran yang lebih pendek mulai dari

peternak hingga ke konsumen akhir.

Untuk skema saluran pemasaran susu sapi dapat dilihat pada gambar berikut:

Peternak

Gambar 2. Skema Saluran Pemasaran Susu Sapi

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa terdapat 3 macam saluran pemasaran yang

berbeda, yaitu:

a)

Peternak

Pedagang Pengecer

Konsumen Rumah Tangga


(48)

c)

Peternak

Konsumen Rumah Tangga

Untuk lebih rinci, saluran pemasaran dapat dilihat pada bahasan berikut

1)

Saluran Satu (Peternak

Pedagang Pengecer

Konsumen Rumah Tangga)

Pada saluran pemasaran ini diambil sample dua orang pedagang pengecer.

Saluran pemasaran satu berawal dari pedagang pengecer membeli susu dari

peternak dengan harga Rp 6000/liter lalu menjualnya langsung kepada konsumen

dengan harga Rp 10000/liter. Volume penjualan yang disalurkan adalah sebesar

50 liter per harinya. Jumlah ini cenderung tetap dikarenakan para pedagang ini

telah memiliki sejumlah langganan tetap yang sama setiap harinya.

2) Saluran Dua (Peternak

Konsumen Antara

Konsumen Rumah Tangga)

Saluran pemasaran kedua yang membedakannya dengan saluran pertama dimana

peternak langsung menjual susu sapi ke konsumen antara yang kemudian

mengolah susu sapi tersebut menjadi minuman susu limun. Harga penjualan susu

limun sebesar Rp 8000/liter dengan volume penjualan sebesar 60 liter setiap

harinya. Sementara konsumen antara menjual susu sapi tersebut seharga Rp 6000

segelas. Yang mana bila dikonversikan 1 liter susu sapi murni dapat diolah

menjadi 4.5 gelas susu limun.

3) Saluran Tiga (Peternak

Konsumen Rumah Tangga)

Khusus untuk saluran 3, para peternak menjual langsung susu sapinya kepada

konsumen. Hal ini mereka lakukan untuk menambah keuntungan disebabkan oleh

harga jual susu yang mencapai Rp 10.000/liter. Rata-rata dalam satu hari volum


(49)

penjualan dapat mencapai 236 liter atau dengan kata lain, saluran pemasaran ini

merupakan saluran pemasaran yang paling banyak terjadi di desa Amplas.

Dalam setiap saluran pemasaran susu sapi tidak diketemukan adanya marketing

loss karena volume susu sapi yang dipasarkan adalah berdasarkan jumlah pesanan

langganan tetap.

5.2 Fungsi-fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran merupakan unsur penting dalam proses pemasaran susu sapi

dalam kelancaran arus barang dari produsen ke konsumen. Tetapi sebaliknya,

dapat pula membuat biaya pemasaran menjadi berfluktuasi. Setiap lembaga

pemasaran akan mengemban fungsi pemasaran. Oleh sebab itu seluruh lembaga

pemasaran harus bekerja secara professional agar beban biaya yang dipakai untuk

melaksanakan fungsi pemasaran dapat seefisien mungkin.

Dari hasil penelitian, diperoleh fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda yang

diperankan oleh setiap lembaga pemasaran yang berperan dalam proses

pemasaran susu sampai ke tingkat konsumen akhir di daerah penelitian ini.


(50)

Tabel 6 Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh produsen dan lembaga

pemasaran

No Fungsi Pemasaran Peternak Pedagang Pengecer Konsumen Pengecer

1 Pembelian - √ √

2 Penjualan √ √ √

3 Penanggulangan

resiko

√ √ √

4 Pengumpulan - √ √

5 Sortasi - - -

6 Penyimpanan - - -

7 Pengangkutan √ √ √

8 Permodalan √ √ √

9 Informasi Pasar √ √ √

Sumber: Analisis Data primer

Keterangan :

: melakukan fungsi pemasaran

: tidak melakukan fungsi pemasaran

Dari data pada table dapat diketahui bahwa setiap lembaga pemsaran memerankan

fungsi pemasaran yang hampir serupa. Tidak adanya fungsi penyimpanan dan

sortasi pada sistem pemasaran susu sapi berhubungan erat dengan teknologi yang

dimiliki oleh setiap lembaga pemasaran. Teknologi yang dimaksud disini adalah

teknologi yang dapat mencegah kerusakan susu setelah 6 jam diperah. Hal ini juga

berkaitan dengan belum tersedianya pabrik susu yang dapat mengolah susu

menjadi susu kalengan yang lebih tahan lama.

Fungsi-fungsi yang sama yang dilakukan oleh lembaga pemasaran pada setiap

saluran yaitu:

1)

Fungsi pertukaran : yaitu membeli dan menjual yang menciptakan kegunaan

milik


(51)

2)

Fungsi penyediaan secara fisik: yaitu pengangkutan dan pengumpulan yang

menciptakan kegunaan tempat

3)

Fungsi pelancar: yaitu permodalan, risk taking dan informasi pasar.

Sedangkan fungsi-fungsi pemasaran jika diurutkan berdasarkan saluran pemasaran

yang dilakukan yaitu antara lain:

1)

Saluran Satu (Peternak

Pedagang Pengecer

Konsumen Rumah Tangga)

Dalam saluran pemasaran susu sapi yang pertama, terdapat fungsi-fungsi

pemasaran yang dilakukan yaitu, antara lain peternak dalam perannya sebagai

penyedia produk melakukan fungsi pemasaran yaitu hanya penjualan,

permodalan. Fungsi penanggulangan resiko, penyimpanan tidak dilakukan karena

susu tidak sempat bermalam melainkan segera setelah susu diperas susu harus

langsung dipasarkan dikarenakan sifat susu yang rentan (mudah rusak). Fungsi

pengangkutan tidak dilakukan karena pedagang langsung menjemput susu

ditempat. Fungsi informasi pasar juga tidak dilakukan oleh peternak. Harga

pasaran susu sapi diketahui peternak dari pedagang pengecer yang datang tanpa

mengetahui harga yang berlaku di pasaran.

Pada saluran pemasaran susu sapi yang pertama ini, pedagang pengecer

melakukan fungsi pemasaran antara lain: pembelian, penjualan, pengambilan

resiko, pengumpulan, pengangkutan, permodalan, dan informasi pasar. Fungsi

penyimpanan dan sortasi tidak dilakukan karena susu adalah produk yang mudah

rusak dan semua produksi susu harian dari peternak langganan diambil oleh

pedagang pengecer tanpa melalui seleksi.


(52)

2) Saluran Dua (Peternak

Konsumen Antara

Konsumen Rumah Tangga)

Pada saluran pemasaran ini, peternak menjual susu sapinya ke konsumen

pengecer, yaitu konsumen yang melakukan tindakan pengolahan pada susu sapi

selanjutnya menjual kepada konsumen secara eceran. Fungsi pemasaran yang

dilakukan peternak dalam saluran pemasaran ini hampir sama dengan fungsi

pemasaran peternak pada saluran yang pertama, yaitu penjualan, permodalan dan

pengangkutan. Fungsi pengangkutan dilakukan karena peternak mengantarkan

susu sapinya kepada konsumen pengecer.

Sedangkan konsumen pengecer melakukan fungsi pemasaran yaitu diantaranya,

pembelian, penjualan, penanggulangan resiko, pengangkutan, permodalan, dan

informasi pasar.

3) Peternak

Konsumen Rumah Tangga

Pada saluran pemasaran ini peternak langsung menjual susu sapinya kepada

konsumen. Fungsi pemasaran yang dilakukan antara lain penjualan,

penanggulangan resiko, pengangkutan, permodalan dan informasi pasar.

5.3. Biaya Pemasaran, Marjin Pemasaran, Share Margin dan Price Spread

Untuk menganalisis efisiensi pemasaran susu sapi perlu dihitung biaya pemasaran

yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang berperan dalam proses

pemasaran.


(53)

1)

Saluran Pemasaran Satu

Tabel 7. Biaya pemasaran dan profit Margin pemasaran saluran 1

No Uraian Rp/Total Liter

1 Harga jual peternak 300.000

2 Harga beli pedagang pengecer Transportasi

Biaya Penyusutan Total Biaya pemasaran Profit Margin Margin Pemasaran 300.000 31.500 8.493 39.993 160.007 200.000

3 Harga Beli Konsumen per Liter 500.000

Sumber: Analisis Data Primer, lampiran 5ª

Dari table dapat dilihat besarnya biaya pemasaran yang dikeluarkan untuk jumlah

total susu (50 Liter) adalah sebesar Rp 39.993. Yang termasuk di dalam biaya

pemasaran adalah biaya transportasi (Bahan bakar kendaraan) dan biaya

penyusutan kendaraan. Tingginya profit margin yang diterima oleh pedagang

pengecer disebabkan karena para pedagang tersebut langsung datang ke desa

untuk mengumpulkan susu sapi dan terjadi kecenderungan pedaganglah yang

menentukan harga beli tersebut.

Terlihat bahwa profit margin yang diperoleh oleh pedagang pengecer cukup besar,

yaitu Rp 160.007. Tetapi sesungguhnya, hal ini dianggap sesuasi dikarenakan

untuk mengantar susu pesanan langganan dibutuhkan waktu yang tidak sedikit.

Kebanyakan para pedagang mengambil susu di siang hari dan baru selesai

mengantar keseluruhan pesanan pada malam hari. Jadi, nilai profit margin yang

tinggi dianggap sesuai dengan nilai jasa yang dikeluarkan.

Dari uraian diatas maka dapat dibuat price spread dan share margin untuk saluran

pemasaran I, yaitu:


(54)

Tabel 8. Price Spread dan Share Margin Saluran Pemasaran I

No Komponen Biaya Price Spread

(Rp/Total liter)

Share Margin (%)

1 Harga jual Peternak 300.000 60,0

2 Biaya pemasaran Pengangkutan Biaya Penyusutan Marketing loss 0% Total Biaya 31.500 8.493 0 39.993 6,3 1,7 0,0 8,0

3 Profit jasa pedagang 160.007 32,0

4 Harga beli konsumen 500.000 100,0

Sumber: Analisis Data Primer, lampiran 10a

Dari table dapat dilihat bahwa share margin tertinggi terdapat pada peternak

sebesar 60%, dari angka tersebut terlihat penerimaan peternak cukup besar

padahal peternak harus mengeluarkan biaya produksi. Price spread yang diterima

oleh pedagang pengecer cukup besar dengan profit yang mencapai Rp 160.007 /

50 liter susu dan share margin sebesar 32 %.

2)

Saluran Pemasaran Dua

Table 9. Rataan Biaya Pemasaran dan keuntungan marjinpemasaran saluran II per

total pembelian per hari

No Uraian Rp

1 Harga jual peternak 480.000

2 Harga beli konsumen pengecer Biaya pengolahan

Total biaya pemasaran Margin pemasaran

800.000

480.000 800.000 340.000

3 Harga beli konsumen akhir 1.620.000

Sumber: Analisis Data Primer

Dari tabel dapat diketahui bahwa biaya pemasaran yang dikeluarkan adalah

sebesar Rp 800.000, yang terdiri dari biaya pengolahan, biaya retribusi dan biaya

bahan bakar. Sedangkan profit yang didapat oleh pedagang susu limun per

harinya adalah sebesar Rp 340.000. biaya pengolahan terdiri atas biaya-biaya


(55)

untuk meracik ramuan khusus yang sudah turun temurun sehingga menyebabkan

susu ini memiliki rasa yang khas dan nilai jual tersendiri.

Dari uraian diatas maka dapat dibuat tabel price spread dan share margin sebagai

berikut:

Tabel 10. Price Spread dan Share Margin Saluran Pemasaran II

No Komponen Biaya Price Spread

(Rp/liter)

Share Margin (%)

1 Harga jual Peternak 480.000 29.63

2 Biaya pemasaran Biaya pengolahan Total Biaya 800.000 800.000 49.38 49.38

3 Profit jasa pedagang 340.000 20.98

4 Harga beli konsumen 1.620.000 100

Sumber: Analisis Data Primer

Dari table dapat diketahui bahwa share margin yang tertinggi terdapat pada biaya

pebolahan susu yaitu sebesar 49,38%. Dan yang terendah pada 20.18% yaitu pada

profit jasa pedagang.

3)

Saluran Pemasaran Tiga

Khusus untuk saluran 3, para peternak menjual langsung susu sapinya kepada

konsumen. Biaya untuk membeli susu sapi diganti menjadi biaya produksi.

Tabel 11. Biaya Pemasaran pada Saluran Pemasaran III

No Uraian Rp/Total Liter

1 Biaya Produksi Biaya pemasaran Biaya penyusutan Total Biaya pemasaran Total Biaya Profit margin Margin Pemasaran 110.688 17.020 1.074.957 127.688 1.202.665 1.157.335 1.285.043

2 Harga beli konsumen 2.360.000

Sumber: Analisis Data primer, lampiran 10c

Dari table dapat diketahui bahwa biaya yang digunakan untuk memproduksi

semua susu (236 liter) adalah sebesar Rp 1.074.957, dan biaya pemasaran untuk


(56)

semua susu (236 liter) adalah sebesar Rp 110.668. Profit margin untuk peternak

adalah sebesar Rp 1.157.335 dan margin pemasaran sebesar Rp 1.285.043. Price

spread dan share margin dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 12. Price Spread dan Share Margin untuk saluran pemasaran III

No Komponen Biaya Price Spread (Rp/total liter)

Share Margin (%)

1 Biaya produksi Biaya pemasaran Biaya Penyusutan Total Biaya 1.074.957 110.688 17.020 1.202.665 45,55 4,70 0.70 50,95

2 Profit Margin Peternak 1.157.335 49,05

3 Harga beli Konsumen 2.360.000 100,00

Sumber: Analisis Data Primer,2010

Dari table dapat diketahui bahwa share margin yang tertinggi terdapat pada profit

margin peternak yaitu sebesar 49,05%. Dan yang terendah pada 0,70 % yaitu pada

biaya penyusutan kendaraan.

Table 13. Rekapitulasi Share Margin pada masing-masing saluran pemasaran

No Uraian Saluran Pemasaran

I II III

1 Share Margin Peternak 60 49,05

2 Share Margin Pedagang Pengecer 32 -

3 Share Margin Pedagang Susu Limun - 49.38 -

Sumber: Analisis Data Primer,2010

Dari table 13, hasil rekapitulasi share margin yang diterima setiap middleman,

dapat dilihat bahwa pembagian profit yang adil pada setiap saluran. Dimana pada

saluran I share margin terbesar diperoleh oleh peternak sebesar 60 % sedangkan

share margin terendah diperoleh oleh pedagang pengecer sebesar 32%. pada

saluran II share margin terbesar diperoleh oleh pedagang susu limun sebesar

49.38% dan terendah diperoleh oleh peternak yaitu sebesar 29.63%. Pada saluran

III dimana peternak bertindak sekaligus sebagai pedagang atau dengan kata lain

peternak sebagai satu-satunya lembaga pemasaran yang berperan memperoleh

share margin sebesar 49,05%.


(57)

5.4. Efisiensi Pemasaran

Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi biaya pemasaran maka

semakin tidak efisien saluran pemasaran tersebut. Dan sistem pemasaran produk

dapat dikatakan efisien bila share margin petani/peternak lebih besar dari 50%.

Berdasarkan kriteria tersebut di atas, sistem pemasaran susu sapi di daerah

penelitian dapat dikatakan sudah efisien, hal ini dapat dilihat pada price spread

dan share margin masing-masing saluran pemasaran.

Namun demikian, kriteria tersebut belum dapat digunakan secara mutlak untuk

menentukan tingkat efisiensi pemasaran. Ada beberapa kriteria tambahan yang

harus digunakan untuk menentukan tingkat efisiensi pemasaran, salah satunya

dengan menentukan nilai Ep. Pada tabel berikut dapat dilihat tingkat efisiensi

setiap saluran pemasaran susu sapi di daerah penelitian.

Tabel 14. Nilai Ep pada setiap saluran pemasaran

Jenis Saluran Pemasaran Ep (%)

I 7,997

II 49.38

III 5,41

Sumber: Analisis data primer, 2010

Menurut Soekartawi, bahwa saluran pemasaran yang memiliki angka efisiensi

pemasaran semakin kecil maka semakin efisien pemasaran tersebut. Dari saluran

pemasaran susu sapi yangterdapat di Desa Amplas dapat diketahui bahwa saluran

pemasaran yang efisien adalah saluran pemasaran III. Dan saluran pemasaran I,

yaitu dimana saluran pemasaran III memiliki nilai efisiensi sebesar 5,41 % dan

saluran pemasaran I memilik nilai efisiensi sebesar 7,997%.


(58)

Dilihat secara umum saluran pemasaran II tidak efisien karena nilai efisiensi yang

tinggi yaitus sebesar 49.38%. besarnya biaya pemasaran pada saluran pemasaran

II ini disebabkan karena besarnya biaya yang diperlukan untuk mengolah susu

sapi segar menjadi susu sapi limun siap minum, yang menyebabkan fungsi

pemasaran yang dilakukan juga bertambah.

Efisiensi pemasaran dapat ditingkatkan dengan cara memperkecil biaya

pemasaran dan hal ini akan terjadi bila pelaku pasar dapat mengorganisir biaya

pemasaran dengan baik. Jika biaya pemasaran dapat ditekan tentunya keuntungan

yang didapat juga semakin besar sehingga tingkat efisiensi pemasaran akan

bertambah dan keuntungan juga dapat terbagi antar pelaku pasar.

Channel of marketing yang harus dilalui saluran pertama dan saluran kedua lebih

banyak dari saluran pemasaran yang ketiga yang menyebabkan bertambahnya

fungsi pemasaran yang harus dilakukan dan semakin besar biaya pemasaran yang

dibebankan oleh saluran ini. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan modal peternak

untuk menjual langsung susu sapinya kepada konsumen.


(59)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

1)

Terdapat 3 macam saluran pemasaran di daerah penelitian, yaitu:

Peternak

Pedagang Pengecer

Konsumen Rumah Tangga

Peternak

Konsumen Antara

Konsumen Rumah Tangga

Peternak

Konsumen Rumah Tangga

2)

Masing-masing saluran pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang

hampir serupa, yaitu :

Fungsi pertukaran : yaitu membeli dan menjual yang menciptakan kegunaan

milik

Fungsi penyediaan secara fisik: yaitu pengangkutan dan pengumpulan yang

menciptakan kegunaan tempat

Fungsi pelancar: yaitu permodalan, risk taking dan informasi pasar

3)

Besarnya biaya pemasaran tertinggi terdapat pada saluran 2 yaitu sebesar Rp

800.000 sedangkan terendah pada saluran I yaitu sebesar Rp 39.993. marjin

pemasaran tertinggi terdapat pada saluran pemasaran I yaitu sebesar Rp

1.285.043. sedangkan marjin pemasaran terendah terdapat pada saluran I yaitu

sebesar Rp 200.000.


(60)

4)

Saluran pemasaran susu sapi yang paling efisien dalah saluran pemasaran III,

dengan nilai EP sebesar 5,41 % dan merupakan saluran terpendek diantara

ketiga saluran pemasaran yang ada dimana peternak menjual langsung hasil

produksinya kepada para konsumen akhir.

6.2. Saran

Kepada Pemerintah dan Dinas Terkait

1)

Pemerintah diharapkan memfasilitasi dalam membentuk koperasi susu dalam

rangka mengefisienkan pemasaran

2)

kemudahan memberikan bantuan modal untuk peternak agar dapat

meningkatkan daya produksi ternak.

3)

Penyediaan varietas unggul, obat-obatan dan pakan ternak yang bermutu

tinggi dan harga yang dapat dijangkau oleh peternak.

Kepada Peternak

1)

Para peternak diharapkan dapat mencari pakan alternative tambahan yang

bermutu tinggi, mengingat pakan hijauan sudah mulai sulit diperoleh saat ini

2)

Penguasaan IPTEK kepada peternak sehingga dapat lebih meningkatkan daya

produksi dan ketahanan susu.


(61)

Kepada Peneliti

Dikarenakan komponen biaya pakan relative tinggi dalam struktur biaya produksi,

maka perlu diteliti mengenai pakan substitusi yang lebih murah.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1995. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Kanisius, Yogyakarta.

Bastian, B., dkk., 2007. Mari Membangun Usaha Mandiri…!!!Pedoman Praktis

Bagi UKM. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Beddu, A., 1995. Pengembangan Agribisnis dalam Menghadapi Pasar Global. PT.

Dharma Karsa Utama, Jakarta.

Budi, Usman., dkk., 2006. Buku Ajar Dasar Ternak Perah. Fakultas Pertanian,

USU, Medan.

Daniel, M., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian.Bumi Aksara, Jakarta.

Ginting, Paham,2006. Pemasaran Produk Pertanian. USU Press, Medan.

Gultom, H.L.T., 1996. Diktat Tata Niaga. Fakultas Pertanian, USU, Medan.

Mubyarto, 1997. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.

Nasution, H.F., 1994. Dasar-dasar dan Pengantar Ilmu Peternakan, Diktat Kuliah.

Fakultas Pertanian, USU, Medan.

Rahim, A., 2007. Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rasyaf, M., 1996. Memasarkan Hasil Peternakan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Saladin, Djaslim, 1996. Unsur-unsur Inti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran.

Mandar maju, Bandung.

Samuelson, 2001. Ilmu Mikro Ekonomi, Media Global Edukasi, Jakarta.

Soedono, 1985. Produksi Sapi Perah. Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas

pertanian, USU, Medan.

Soekartawi, 1995. Analisis Usaha Tani. UI-Press, Jakarta.

_________, 1999. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

_________, 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian

Teori dan Aplikasinya. Rajawali Press, Jakarta.


(63)

Suryabrata, Sumadi, BA.,Drs.,MA.,Ed.S.,Ph.D., 1998. Metodologi Penelitian.

Rajawali Press, Jakarta.

Swastha, B., 1979. Konsep dan Strategi Analisa Kuantitatif Saluran Pemasaran.

BPFE, UGM, Yogyakarta.

Syarif, M.Z., dan R.M. Sumoprastowo, 1985. Ternak Perah, Yasaguna,

Yogyakarta.

Undang, s., 1991. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Penebar Swadaya,

Jakarta.


(1)

Lampiran 3a. Karakteristik Pedagang Sampel

Lampiran 3b. Karakteristik Pedagang Susu Limun

No Umur Pendidikan

(tahun)

Pengalaman (tahun)

Sumber Pembelian

Volum Pembelian

Harga beli (Rp/L)

Volum Penjualan (gelas)

Harga Jual (Rp/gelas)

1 51 12 20 Peternak 60 8000 270 6000

Total 51 12 20 60 8000 270 6000

Rataan 51 12 20 60 8000 270 6000

*1 Liter susu sapi = 4.5 gelas.

No Umur

(tahun)

Pendidikan (tahun)

Pengalaman (tahun)

Sumber pembelian

Volum pembelian (L)

Harga beli (Rp)

Volum penjualan (L)

Harga Jual (Rp)

1 45 12 20 Peternak 20 6000 20 10000

2 50 9 30 Peternak 30 6000 30 10000

Total 95 21 50 50 12000 50 20000

rataan 47.5 10.5 25 25 6000 25 10000


(2)

Lampiran 4. Komponen Biaya Produksi per Peternak per Tahun

No Jml

Ter nak

Biaya Pakan total

biaya pakan

Biaya Tenaga

Kerja

Biaya Penyu sutan

biaya pencegahan penyakit total biaya penc peny

biaya pjk & pungli

Biaya listrik, air,bbm

biaya lain2

biaya Pemasaran

total

rumput Bungkil dedak Garam vaksin obat

cacing

vitamin

1 35 18000000 11880000 0 255000 30135000 24480000 15289833 175000 1339000 472000 1986000 2460000 1176000 978000 0 76504633 2 43 18000000 9900000 7500000 255000 35655000 21960000 9291833 210000 1765000 312000 2287000 2455000 1056000 789000 0 73493833 3 40 18000000 5400000 0 306000 23706000 26160000 15027833 480000 1000800 648000 2128800 2440000 1056000 1420000 8690500 76055133 4 60 18000000 5530000 0 612000 23530000 31800000 22037167 480000 1675000 156000 2311000 2470000 873000 1410000 7550000 91481167 5 39 18000000 13500000 0 520000 32020000 20160000 11871833 245000 1690000 620000 2555000 2445000 773000 878000 0 70702833 6 49 18000000 8250000 2000000 765000 29015000 26460000 21537750 390000 1872000 812000 3074000 2470000 2253000 1405000 9050000 95264750 7 43 18000000 17802000 0 310250 36112250 22320000 18706000 786000 1200000 927000 2913000 2460000 993000 1420000 9050000 92981750 total 317 126000000 72262000 9500000 3023250 21073250 173340000 113762249 2766000 10541800 3947000 17254800 17200000 8180000 7022000 34340500 577562099 mean 45.3 18000000 10323143 1357143 431893 30024750 24762857 16251750 395143 1505971 563857 2464971 2457143 1168571 1003143 4905786 83038971


(3)

Lampiran 5a. Profit Saluran Pemasaran pada Saluran pemasaran I per Liter Susu

Lembaga Pemasaran Vol.

penjualan

Harga Beli Biaya Pemasaran Total Biaya Harga Jual Harga yang

Diterima

Profit

Total transport Transport Marketing loss

Pedagang Pengecer 20 6000 13500 675 - 675 10000 9325 3325

Pedagang Pengecer 30 6000 18000 600 - 600 10000 9400 3400

Total 50 12000 31500 1275 - 1275 20000 18725 6725

Rataan 25 6000 15750 637.5 - 637.5 10000 9362.5 3362.5

Lampiran 5b. Profit Pemasaran Saluran pemasaran II per hari

No Lembaga pemasaran Volum

pembelian (gelas)

Harga Beli

Biaya Pengolahan harga jual

Harga yang diterima

profit

Total Pengolahan

Pengolahan

1 Konsumen antara 270 480000 800000 13333 1620000 800000 820000 Total

Rataan


(4)

Lampiran 5c. Profit pedagang pada saluran pemasaran III

No Lembaga

Pemasaran

Produksi / Hari Biaya Produksi (Rp/L)

Biaya Pemasaran (Rp)

Total Biaya Volum penjualan

Harga jual Profit

1 Peternak 44 5185 573 5758 44 10000 4242

2 Peternak 48 5828 524 6352 48 10000 3648

3 Peternak 71 4047 425 4472 71 10000 5528

4 Peternak 73 3832 413 4245 73 10000 5755

Total 236 18892 1935 20827 236 10000 19173


(5)

Lampiran 6a. Biaya Penyusutan untuk Saluran Pemasaran I

No Nilai Pembelian Jumlah

(unit)

umur ekonomis

nilai penyusutan

total

1 2 1 2 1 2 1 2

1 12000000 200000 1 2 10 8 1500000 50000 1550000 2 12000000 200000 1 2 10 8 1500000 50000 1550000 Total 24000000 400000 2 4 20 16 3000000 100000 3100000 Rataan 12000000 200000 1 2 10 8 1500000 50000 1550000

Keterangan

: 1. Kendaraan bermotor

2. Milk can

Lampiran 6b. Biaya penyusutan untuk saluran II

No Nilai Pembelian jumlah

(unit)

umur ekonomis

nilai penyusutan

total

1 2 1 2 1 2 1 2

1 12000000 200000 1 2 10 8 1500000 50000 1550000 2 12000000 200000 1 1 10 8 1500000 25000 1525000 3 12000000 200000 1 2 10 8 1500000 50000 1550000 Total 36000000 600000 3 5 30 24 4500000 125000 4625000 Rataan 12000000 200000 1 1.67 10 8 1500000 50000 1541606,7

Keterangan

: 1. Kendaraan bermotor

2. Milk can


(6)

Lampiran 6c. Biaya penyusutan untuk saluran III

No Nilai Pembelian jumlah

(unit)

umur ekonomis

nilai penyusutan total

1 2 1 2 1 2 1 2

1 12000000 250000 1 2 10 8 1500000 62500 1562500 2 12000000 200000 1 2 10 8 1500000 50000 1550000 3 12000000 200000 1 3 10 8 1500000 50000 1550000 4 12000000 200000 1 4 10 8 1500000 50000 1550000 Total 48000000 850000 4 11 40 32 6000000 262500 6212500 Rataan 12000000 212500 1 2.75 10 8 1500000 53125 1535125

Keterangan

: 1. Kendaraan bermotor

2. Milk can