Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Pepaya (Carica papaya L.) Genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9.
i
PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA (Carica papaya L.)
GENOTIPE IPB 3, IPB 4, DAN IPB 9
NANDYA IMANDA
A24070010
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
✁✂✄☎ru✆ ✝✁✂✞✟ ✠✁✡✞☎ ☛☎✂☎m ☛✁ r✆☎✡☎p ✁☞tum✌u✆☎✂ ✍✞✌✞✎
✁✏☎y☎ (✑aricpay
✒✓) ✔✁✂✕t✞ p✁ ✖ ✍ ✗✘ ✖ ✍ ✙✘ ✡☎✂ ✖ ✍ ✚
The
Eff✛
et
cro
wing
diaT
op
e
yfs
on Pla
ntingSeedlings
✜✢
y
Pap
y
(✣ aricap
✤✥✦ ✧★✩ 3✪ ✧★✩ ✫✪ ✬✭d✧★✩ 9 ✛enotpey s
✮✯✰✱y✯ ✲m✯✰✱✯ ✳ ✱✯✰ ✴✵tty ✶u✷✵t✸ ✹
✳ ✺✯✻✯s✸✼w✯ ✽✵p✯rt✵m✵✰ ✾✿ro✰om✸ ✱✯✰ ❀ort✸✷u❁❂ur✯❃ ❄✯✷u❁❂✯s ❅✵ rt✯✰✸✯✰ ✲❅❆
✹ ✶t✯❇ ❅✵✰✿✯❈✯r ✽✵p✯rt✵m✵✰ ✾✿ro✰ om✸ ✱✯✰ ❀ort✸✷u❁❂ur✯❃ ❄✯✷u❁❂✯s ❅✵rt✯✰✸✯✰❃ ✲❅❆
✩
✣
A STRA T
The research aims to study the influence of growing media types on seed germination and
seedlings growth of papaya IPB 3, IPB 4 and IPB 9 genotypes and know growing medium suitable for
growth of papaya seedlings is good and has a light weight to facilitate the transportation of seedlings.
The research was conducted in March until September 2011 in the greenhouse FATETA IPB, Leuwikopo
Bogor and The Experimental Garden of PKBT IPB, Tajur Bogor. The design used was Randomized
Complete Design Group two factors. The first factor is the growing media with 5 kinds with the same
ratio (2:1:1), namely M1 = soil: sand: manure, M2 = soil: sand: rice husk charcoal, M3 = soil: sand:
cocopeat, M4 = soil: manure: cocopeat, and M5 = soil: manure: rice husk charcoal. The experiment
consisted of 15 combinations with 3 replicates then there were 45 experimental units . The results
showed that papaya seeds germinate is the highest of the growing media mix of soil, manure, and rice
husk charcoal (M5) is 70% and IPB 3 genotype (G1) is 70.91%. The composition of media soil, manure,
and rice husk charcoal (M5) with a ratio of 2:1:1 is the best medium for papaya seedlings at 6 MST and
has a weight of seedlings per polybag is the lightest compared with other growing media to facilitate the
transportation of seedlings.
❉ ❊❊
go
rs
pays
ine
gdm
le
ind
gias
Keyw
d
rwe
ii
RINGKASAN
NANDYA IMANDA. P❋n●❍■❏❑ J❋ni▲ M❋▼i❍ T❍◆❍❖ P❋■❑❍▼❍◗ P❋■P❏❖❘❏❑❍n
Bi❘ iP P❋◗❍❙❍ (Carica papaya L.) G❋n❚P i◗❋ IPB 3, IPB 4, ▼❍◆ IPB 9.
(Di❘ i❖❘ in● ❚❯❋❑ KETTY SUKETI).
Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis media tanam
terhadap perkecambahan benih dan pertumbuhan bibit pepaya genotipe IPB 3,
IPB 4, dan IPB 9 serta mengetahui jenis media tanam yang sesuai untuk
pertumbuhan bibit pepaya yang baik dan memiliki bobot yang ringan sehingga
memudahkan dalam transportasi bibit. Percobaan dilakukan pada bulan Maret
sampai September 2011 di ❱❲❳❳❨❩❬❭❪❳ FATETA IPB, Leuwikopo Bogor dan
Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur Bogor.
Percobaan ini merupakan percobaan faktorial dengan dua faktor disusun
menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Faktor pertama
adalah media tanam dengan lima jenis media menggunakan perbandingan sama
(2:1:1) yaitu M1= tanah : pasir : pupuk kandang, M2= tanah : pasir : arang sekam,
M3= tanah : pasir : kokopit, M4= tanah : pupuk kandang : kokopit, dan
M5= tanah : pupuk kandang : arang sekam. Faktor kedua adalah genotipe pepaya
(G) dengan tiga jenis yaitu genotipe IPB 3 (G1), genotipe IPB 4 (G2) dan
genotipe IPB 9 (G3). Percobaan terdiri dari 15 kombinasi dengan tiga ulangan
sehingga terdapat 45 satuan percobaan dengan total tanaman sebanyak 450 bibit
pepaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya berkecambah benih pepaya
paling tinggi yaitu pada media tanam campuran tanah, pupuk kandang, dan arang
sekam (M5) sebesar 70% serta
pada genotipe IPB 3 (G1) sebesar 70.91%.
Komposisi campuran media tanam tanah, pupuk kandang, dan arang sekam (M5)
dengan perbandingan 2:1:1 merupakan media paling baik untuk bibit pepaya pada
6 MST serta memiliki bobot bibit per ❫❬❴❵❛❜❱ yang paling ringan dibandingkan
dengan media tanam lain sehingga memudahkan dalam transportasi bibit.
iii
PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA (Carica papaya L.)
GENOTIPE IPB 3, IPB 4, DAN IPB 9
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
NANDYA IMANDA
A24070010
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
iv
Judul
: PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA (Carica papaya L.)
GENOTIPE IPB 3, IPB 4, DAN IPB 9
Nama
: NANDYA IMANDA
NIM
: A24070010
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
D❝.I❝ . K❞❡❡❢ ❣❤ k❞❡i, M.Si.
NIP. 19610913 198601 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB
D❝ .I❝ . A✐❤❥ P❤❝❦i❡❧♠ ♥ .S♦.A✐❝ .
NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
v
♣qYAT HIDUP
RI
Penulis dilahirkan di Gresik, Jawa Timur pada tanggal 5 Agustus 1989.
Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Mochammad Iman Solichin dan Ibu
Mamik Laksmiwati.
Penulis menempuh pendidikan di TK Islam Bakti IV Gresik pada tahun
1995. Pada tahun 2001 penulis lulus dari SD Muhammadiyah GKB Gresik,
kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 3 Gresik.
Selanjutnya penulis lulus dari SMA Muhammadiyah 1 Gresik pada tahun 2007.
Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur Ujian Seleksi
Mahasiswa (USMI). Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Selama masa perkuliahan, penulis menjadi sekretaris umum organisasi
mahasiswa daerah HIMASURYA (Himpunan Mahasiswa Surabaya, Gresik,
Sidoarjo, dan Mojokerto) masa jabatan 2009-2010. Pada tahun 2010 penulis
mengikuti magang liburan di Kebun Percobaan PT Petrokimia Gresik. Penulis
menjadi panitia seminar dan bazar pertanian Farmer Field Day 2010 , serta
panitia seminar nasional Perhimpunan Hortikultura Indonesia 2011.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Skripsi
ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di IPB.
Penulis menyadari bahwa terwujudnya laporan skripsi ini tidak lepas dari
dukungan dan bantuan beberapa pihak. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1.
Dr. Ir. Ketty Suketi, M.Si. dan Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS. (almh)
sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan dan saran
dalam penelitian dan penulisan skripsi.
2.
Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS. dan Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS. sebagai
dosen penguji yang memberikan saran untuk perbaikan skripsi.
3.
Dr. Ir. Nurul Khumaida, M.Si. sebagai pembimbing akademik yang
memberikan motivasi pada tiap semester.
4.
Keluarga tercinta, bapak, ibu, kakak dan adik yang telah memberikan
perhatian, semangat dan curahan do a untuk kelancaran penelitian dan skripsi.
5.
Sahabat tercinta Wahyu Fikrinda, Ima Fajar Ayu, Erik Mulyana, Aria
Muslim, Hesti Paramita Sari, dan Ita Utami Aidid yang telah memberikan
semangat, bantuan dan do a dalam melaksanakan penelitian dan penyelesaian
skripsi.
6.
Teknisi kebun Pusat Kajian Buah Tropika Tajur Bogor (Pak Awang dan Pak
Ade), Vicky Octarina Chairunnissa, S. Andra Mastaufan, mbak Tiara
Yudilastari, kak Ahmad Rifqi Fauzi, terima kasih atas bantuan dan do anya.
7.
Seluruh pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan
penyelesaian skripsi. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik
untuk seluruh pihak yang terkait.
Akhirnya penulis berharap agar hasil penelitian ini bermanfaat bagi para
pembaca.
Bogor, Januari 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
PENDAHULUAN .............................................................................................
Latar Belakang ..........................................................................................
Tujuan .......................................................................................................
Hipotesis ...................................................................................................
1
1
2
2
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................
Botani Pepaya ...........................................................................................
Syarat Tumbuh Pepaya .............................................................................
Cara Perbanyakan Pepaya .........................................................................
Media Tanam ............................................................................................
3
3
3
4
5
BAHAN DAN METODE ..................................................................................
Waktu dan Tempat ....................................................................................
Bahan dan Alat .........................................................................................
Metode Penelitian ......................................................................................
Pelaksanaan Penelitian...............................................................................
9
9
9
9
10
HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................................
Perkecambahan Benih ..............................................................................
Pertumbuhan Bibit di rst✉✈✇①...................................................................
Pertumbuhan Bibit di Lapangan ...............................................................
13
13
15
23
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 29
Kesimpulan ................................................................................................ 29
Saran ......................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 30
LAMPIRAN ....................................................................................................... 33
viii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Persentase Daya Berkecambah Benih Pepaya pada Beberapa Jenis
Media Tanam dan Genotipe......................................................................... 13
2.
Nilai pH, kandungan nitrogen, fosfor, dan kalium pada Beberapa
Jenis Media Tanam ...................................................................................... 14
3.
Hasil Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Bibit Pepaya di ②③④⑤⑥⑦⑧ ........... 15
4.
Pertumbuhan Tinggi Tanaman Beberapa Genotipe Pepaya pada
Beberapa Jenis Media Tanam ...................................................................... 17
5.
Pertumbuhan Jumlah Daun Bibit Pepaya di ②③④⑤⑥⑦⑧ pada Beberapa
Jenis Media Tanam dan Genotipe............................................................... 18
6.
Interaksi Media Tanam dan Genotipe pada Pertumbuhan Jumlah
Daun Bibit Pepaya di ②③④⑤⑥⑦⑧ ..................................................................... 19
7.
Interaksi Media Tanam dan Genotipe pada Pertumbuhan Diameter
Batang Bibit Pepaya di ②③④⑤⑥⑦⑧ ................................................................. 21
8.
Bobot Bibit Pepaya per ②③④⑤⑥⑦⑧ pada Beberapa Jenis Media Tanam
dan Genotipe ................................................................................................ 22
9.
Hasil Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Tanaman Pepaya di Lapangan.. 24
10. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pepaya di Lapangan pada Beberapa
Jenis Media Tanam dan Genotipe................................................................ 24
11. Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Pepaya di Lapangan pada
Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe................................................ 25
12. Diameter Batang Tanaman Pepaya di Lapangan pada Beberapa
Jenis Media Tanam dan Genotipe................................................................ 25
13. Interaksi Media Tanam dan Genotipe pada Pertumbuhan Tinggi
Tanaman dan Jumlah Daun di Lapangan..................................................... 26
14. Kecepatan Bunga Pertama Muncul dan Tinggi Kedudukan Bunga
Pertama pada Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe di Lapangan .. 27
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Diameter Batang Bibit Pepaya di ⑨⑩❶❷❸❹❺ pada Beberapa
Jenis Media Tanam ..................................................................................... 20
2.
Diameter Batang Bibit Pepaya di ⑨⑩❶❷❸❹❺ pada Beberapa
Genotipe ...................................................................................................... 21
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Deskripsi Buah Pepaya IPB 3 ..................................................................... 34
2.
Deskripsi Buah Pepaya IPB 4 ...................................................................... 35
3.
Deskripsi Buah Pepaya IPB 9 ...................................................................... 36
4.
Data Iklim Darmaga Bogor.......................................................................... 37
5.
Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir :
Pupuk Kandang (M1) saat 6 MST ❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻ 38
6.
Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir :
Arang Sekam (M2) saat 6 MST ❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻ 38
7.
Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir :
Kokopit (M3) saat 6 MST ❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻ 39
8.
Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pupuk Kandang :
Kokopit (M4) saat 6 MST ❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻ 39
9.
Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pupuk Kandang :
Arang Sekam (M5) saat 6 MST ❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻ 40
10. Keragaan Bibit Pepaya pada Jenis Media Tanam yang Berbeda
saat 6 MST .................................................................................................. 40
11. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam
M1 di Lapangan ........................................................................................... 41
12. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam
M4 di Lapangan ........................................................................................... 42
13. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam
M5 di Lapangan ........................................................................................... 43
1
PENDAHULUAN
L❼❽❼❾ B❿l❼➀❼➁➂
Pepaya (➃➄➅➆➇➄ ➈➄➈➄➉➄ L.) merupakan salah satu komoditas buah tropika
utama yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki potensi produksi yang tinggi
baik buah segar, maupun olahan. Kesadaran masyarakat Indonesia akan pola
hidup sehat semakin meningkat, salah satunya dengan mengkonsumsi buahbuahan terutama pepaya. Buah pepaya mengandung zat gizi yang dapat
mencukupi kebutuhan gizi untuk kesehatan manusia. Pepaya mengandung
85-90% air, 10-13% gula, 0.6% protein, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2,
vitamin C dan kadar lemak yang rendah yaitu 0.1% (Sankat dan Maharaj, 1997).
Pepaya genotipe IPB 4 memiliki kandungan vitamin C dan karoten yang tinggi.
Genotipe IPB 4 memiliki kandungan vitamin C lebih besar dari IPB 2A dan
IPB 3A. Kandungan karoten pada genotipe IPB 4 lebih besar dari IPB 1, IPB 3A,
IPB 7, IPB 8, dan IPB 9 (Suketi ➊➋ ➄➌., 2010).
Pepaya hasil hibrida IPB merupakan pepaya unggul yang menghasilkan
kualitas buah lebih baik dibandingkan pepaya lokal Indonesia. Pepaya genotipe
IPB 3 dan IPB 4 memiliki bentuk buah yang lonjong dan ukuran buah yang kecil,
sedangkan pepaya genotipe IPB 9 memiliki bentuk buah silindris dan ukuran buah
sedang. Pepaya genotipe IPB 4 berbeda dengan genotipe lain yang memiliki kulit
buah yang berwarna kuning (Sujiprihati dan Suketi, 2009).
Data Badan Pusat Statistik (2010) menunjukkan bahwa produksi pepaya di
Indonesia masih berfluktuasi setiap tahunnya. Tahun 2004 sampai tahun 2009
produksi pepaya sebesar 732 611 ton, 548 657 ton, 643 451 ton, 621 524 ton,
717 899 ton, dan 772 844 ton. Fluktuasi produksi pepaya disebabkan oleh kondisi
curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun, adanya hama dan penyakit, serta
media tanam yang kurang tepat dalam pembibitan pepaya.
Pembibitan pepaya diharapkan menggunakan media tanam yang cocok
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman pepaya serta memiliki
media tanam yang ringan untuk memudahkan dalam transportasi bibit. Menurut
Soepardi (1983) media tanam sebagai media pertumbuhan yaitu untuk tempat
tumbuh kembangnya sistem perakaran, sumber atau penyedia air dan hara bagi
2
tanaman. Selama ini media tanam bibit pepaya yang sering digunakan oleh petani
yaitu campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1.
Media tanam menggunakan campuran arang sekam maupun kokopit merupakan
alternatif yang dapat digunakan untuk membantu pertumbuhan bibit pepaya.
Menurut Cayanti (2006) media tanam yang baik untuk kualitas cabai hias dalam
pot yaitu campuran tanah, pupuk kandang, dan kokopit yang memberikan respon
terbaik pada peubah tinggi tanaman dan mempunyai keragaan terbaik pada
10 MST. Dalam penelitian Agustina (2004) perlakuan terbaik yang mampu
meningkatkan pertumbuhan bibit durian adalah perlakuan dengan komposisi
media tanam arang sekam, tanah, dan pupuk kandang pada peubah tinggi
tanaman.
Adanya alternatif pencampuran media tanam baru untuk pembibitan
pepaya genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 diharapkan dapat menghasilkan
pertumbuhan bibit pepaya yang baik serta media tanam yang ringan sehingga
memudahkan dalam transportasi bibit.
T➍ j➍➎➏
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis media tanam
terhadap perkecambahan benih pepaya genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 serta
untuk mempelajari pengaruh jenis media tanam terhadap pertumbuhan bibit
pepaya genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9. Selain itu, untuk mengetahui jenis
media tanam yang memiliki pertumbuhan yang baik dan memiliki bobot yang
ringan sehingga memudahkan dalam transportasi bibit.
Hi➐➑➒➓➔→➔
1.
Terdapat jenis media tanam yang memberikan pengaruh terbaik terhadap
perkecambahan benih pepaya.
2.
Terdapat jenis media tanam yang memberikan pengaruh terbaik terhadap
pertumbuhan bibit pepaya.
3.
Terdapat jenis media tanam yang memiliki pertumbuhan yang baik dan
memiliki bobot yang ringan sehingga memudahkan dalam transportasi
bibit.
3
TINJAUAN PUSTAKA
B➣↔↕➙ i P➛➜↕➝↕
Pepaya (➞➟➠➡➢➟ ➤➟➤➟➥➟ L.) berasal dari Amerika tropis. Pusat penyebaran
tanaman berada di kawasan sekitar Meksiko bagian selatan dan Nikaragua. Pada
abad ke-17 tanaman ini menyebar ke berbagai negara tropis lainnya, termasuk
Indonesia dan pulau-pulau di Lautan Pasifik. Klasifikasi tanaman pepaya yaitu
Divisi Spermatophyta, Kelas Angiospermae, Subkelas Dicotyledonae, Ordo
Caricales, Famili Caricaceae, Genus ➞➟➠➡➢➟ dan Spesies ➞➟➠➡➢➟ ➤➟➤➟➥➟ L.
(Kalie, 1999).
Pepaya merupakan tanaman terna seperti pohon yang umumnya tidak
bercabang dengan ketinggian antara 2-10 m. Semua bagian tanaman mengandung
getah. Batang pepaya berbentuk silinder, berdiameter 10-30 cm dan berongga.
Daun tersusun secara spiral, berkelompok dekat dengan ujung batang. Tangkai
daun mencapai panjang 1 m dan berongga. Lembaran daun berbentuk bundar,
berdiameter 25-75 cm, bercuping 7-11, menjari mendalam, dan tidak berbulu.
Tanaman pepaya memiliki bunga jantan, betina, atau hermafrodit. Buah berbentuk
buah buni berdaging, berbentuk bulat telur lonjong sampai hampir bulat atau
berbentuk silinder. Kandungan buah pepaya per 100 g bagian yang dapat dimakan
adalah 86.6 g air, 0.5 g protein, 0.3 g lemak, 12.1 g karbohidrat, 0.7 g serat,
204 mg kalium, 34 mg kalsium, 11 mg fosfor, 1 mg besi, 450 mg vitamin A, dan
74 mg vitamin C. Kulit buahnya tipis, halus, jika matang berwarna kekuningkuningan atau jingga. Daging buahnya berwarna kekuning-kuningan sampai
jingga merah, rasanya manis, dengan aroma lembut dan sedap (Villegas, 1997).
Deskripsi buah pepaya IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 disajikan pada Lampiran 1-3.
S➝↕➦↕↔ T➧➨➩➧➫ P➛➜↕➝↕
Tanaman pepaya dapat ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi
pada ketinggian 700 m dpl, tetapi pertumbuhan yang optimal dapat diperoleh pada
ketinggian 200-500 m dpl (Sujiprihati dan Suketi, 2009). Suhu udara optimum
(21-33)oC dengan curah hujan yang tinggi dan merata sepanjang tahun (Nakasone
4
dan Paull, 1998). Curah hujan yang sesuai untuk tanaman pepaya antara
1 500-2 000 mm/tahun di daerah-daerah yang lembab dan memiliki curah hujan
yang tinggi (Kalie, 1999).
Menurut Nakasone dan Paull (1998) tanaman pepaya dapat tumbuh pada
bermacam-macam tipe tanah dengan drainase yang baik. Apabila drainase buruk,
maka dapat terjadi pembusukan pada akar. Derajat keasaman (pH) tanah yang
baik adalah 5.0-7.0 dengan rata-rata yang diinginkan antara 5.5-6.5. Tingkat pH
tanah di bawah 5.0 dapat meningkatkan kematian pada tanaman tersebut.
Cahaya matahari bagi pepaya merupakan suatu energi kehidupan.
Tanaman pepaya tergolong tanaman yang memerlukan cahaya penuh. Adanya
cahaya matahari menyebabkan tanaman pepaya dapat berfotosintesis dan
menghasilkan karbohidrat sebagai energi kehidupan. Cahaya matahari dalam
jumlah banyak akan lebih mempercepat tanaman berbunga dan berbuah, serta
mempercepat proses pemasakan buah dan mempengaruhi rasa buah menjadi lebih
manis karena kandungan gulanya meningkat. Tidak berbeda dengan cahaya
matahari, air juga merupakan unsur utama bagi pertumbuhan tanaman.
Pertumbuhan tanaman pepaya membutuhkan kelembaban yang tinggi. Tanaman
muda membutuhkan kelembaban lebih tinggi dibandingkan tanaman dewasa atau
tanaman tua (Kalie, 1999).
C➭➯➭ P➲➯➳➭➵➸➭➺➭➵ P➲➻➭➸➭
Perbanyakan tanaman pepaya dapat dilakukan dengan perbanyakan benih.
Benih diambil dari buah yang telah matang di pohon dan dipanen dari tanaman
yang dinilai unggul. Benih diambil dari bagian buah yang di tengah (1/3 bagian
tengah) karena bagian ini mengandung biji sempurna (Kalie, 1999). Benih pepaya
bersifat ortodok. Benih pepaya yang dikeringkan tanpa ➼➽➾➚➪➶➹➼➶➽ (lapisan luar
kulit benih) mempunyai viabilitas sama tinggi, baik dikeringkan hingga kadar air
11-12% maupun 6-7%. Bila proses pengeringan benih dilakukan dengan
mempertahankan ➼➽➾➚➪➶➹➼➶➽ maka benih akan mengalami dormansi dan
menghambat perkecambahan (Sari, 2005). Cara pengeringan benih pepaya dengan
5
sinar matahari berlangsung lebih cepat dan menghasilkan vigor bibit yang lebih
baik dibandingkan pengeringan dengan dikering anginkan (Sumartuti, 2004).
Menurut Kalie (1999) penanaman benih dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu penanaman benih langsung di lahan dan penanaman benih yang disemai
terlebih dahulu di persemaian yang disebut dengan pembibitan. Pemeliharaan
pada penanaman benih yang disemai terlebih dahulu (pembibitan di ➘➴➷➬➮➱✃) akan
mempermudah memilih tanaman seragam yang akan dipindah ke lapangan.
Menurut Sujiprihati dan Suketi (2009) pembibitan bertujuan untuk mendapatkan
bibit pepaya yang sehat, tumbuh secara optimal, dan mempunyai daya adaptasi
yang baik. Menurut Nakasone dan Paull (1998) bibit yang sudah berumur
1.5-2 bulan dari perkecambahan dapat dipindahkan ke lapangan. Menurut Sobir
(2009) pemindahan bibit ke lapangan dilakukan pada pagi atau sore hari yang
sehari sebelumnya telah disiram air hingga lembab.
M❐❒ i❮ T❮❰❮Ï
Media tanam merupakan sarana tumbuh yang sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Karakteristik media tanam yang baik
memiliki sifat fisik dan sifat kimia yang baik. Soepardi (1983) menyatakan bahwa
media pertumbuhan yaitu sebagai tempat tumbuh kembangnya sistem perakaran,
sumber atau penyedia air dan hara bagi tanaman. Menurut Flegman dan George
(1975) secara umum pemilihan media tanam yang baik ada empat kriteria, yaitu
(1) mempunyai kemampuan daya dukung mekanis untuk tanaman, (2) mempunyai
kemampuan menyimpan dan menyediakan air bagi tanaman, (3) tidak
menghalangi terjadinya pertukaran udara antara akar dengan atmosfer di atas
media, dan (4) tempat penyimpanan hara untuk tanaman. Menurut Hartmann dan
Kester (1990) media tumbuh yang ideal untuk tanaman secara umum adalah
memiliki struktur yang gembur, aerasi dan drainase baik, kelembaban cukup,
bebas organisme pengganggu, cukup hara mineral, dan bobotnya ringan.
6
TÐÑÐÒ
Tanah merupakan media tanam yang paling umum digunakan. Tanah
merupakan tubuh alam yang berasal dari hancuran batuan dan bahan organik
(Soepardi, 1983). Tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik
adalah tanah-tanah lapisan atas atau ÓÔÕ ÖÔר. Semakin bawah lapisan tanah, maka
kandungan bahan organik akan semakin berkurang. Tanah mengandung unsur
hara esensial makro yaitu C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S serta mengandung
unsur hara esensial mikro yaitu Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co. Unsur-unsur
hara ini diserap akar tanaman dari dalam tanah (Hardjowigeno, 2003). Tanah
merupakan sumber utama zat hara untuk tanaman dan tempat sejumlah perubahan
penting dalam siklus pangan. Tiga fungsi primer tanah dalam mendukung
kehidupan tanaman, yaitu (1) memberikan unsur-unsur mineral, sebagai medium
pertukaran maupun sebagai tempat persediaan, (2) memberikan air dan
melayaninya sebagai ÙÚÖÚÙÛÔ×Ù , dan (3) sebagai tempat berpegang dan bertumpu
untuk tegak (Harjadi, 1996).
PÐÜÝÞ
Hanum (2010) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa media tanam
campuran pasir dan kompos memberikan hasil akhir pertumbuhan paling baik
pada bibit tanaman asparagus. Setiarini (2010) menyatakan bahwa campuran
pasir, tanah, dan kompos merupakan media terbaik untuk pembibitan benih
semangka tanpa biji. Menurut Tjitrosomo ÚÓ ßØ. (1980) persentase kelembaban
pasir yaitu dengan kapasitas lapang sebesar 6%, layu permanen sebesar 3%, dan
penyimpanan air kapiler yang tersedia sebesar 3%. Pasir memiliki tekstur yang
ringan, memiliki aerasi yang baik untuk pertumbuhan akar. Soepardi (1983)
menyatakan bahwa pasir sebagai media membutuhkan irigasi dengan frekuensi
tetap untuk mencegah kekeringan. Penggunaan pasir yang dicampur bahan lain
membantu dalam aerasi yang baik untuk akar yang berdampak pada pertumbuhan
dan perkembangan tanaman yang baik. Pasir memiliki daya menahan air yang
rendah dan memiliki pori-pori yang besar sehingga memiliki drainase dan aerasi
yang baik.
7
Pàáàk Kâãäâãå æâái
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran ternak, baik
berupa kotoran padat yang bercampur sisa makanan maupun air kencing ternak.
Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman. Menurut Samekto (2006) pupuk kandang dapat
digolongkan ke dalam pupuk organik yang memiliki beberapa kelebihan, yaitu
memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan
kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman.
Pupuk kandang sapi mengandung 0.4% N, 0.2% P, 0.1% K, dan 85% air. Menurut
Buckman dan Brady (1975) pupuk kandang sapi juga mengandung 22 kg/ton N,
3 kg/ton P, 14 kg/ton K, dan 85% H2O. Disamping unsur N, P, K, pupuk kandang
juga mengandung Ca, Mg, S dan mungkin seluruh unsur mikro yang bermanfaat
untuk mempertahankan keseimbangan hara dari tanah.
Açâãå æèkâé
Menurut Harjadi (1996) penggunaan limbah pertanian seperti sisa jerami,
arang sekam, tongkol jagung, kulit biji kapas dapat digunakan untuk media tanam.
Wuryaningsih dan Darliah (1994) menyatakan bahwa arang sekam dapat
digunakan sebagai media karena memiliki sifat ringan (berat jenis = 0.2 kg/l),
kasar (banyak pori) sehingga sirkulasi udara tinggi, berwarna coklat kehitaman
sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif, serta dapat
mengurangi pengaruh penyakit khususnya bakteri. Wiryanta (2007) menyatakan
bahwa arang sekam merupakan kulit biji padi yang diperoleh dari proses
penggilingan bulir padi. Arang sekam cukup steril, karena proses pembuatan
arang sekam dilakukan dengan cara dibakar. Media arang sekam bersifat porous,
ringan, memiliki drainase baik dan mampu mengikat air pada bagian permukaan
saja.
Kêëêáiì
Menurut Palungkun (1992) serbuk serabut kelapa (kokopit) merupakan
hasil penghancuran sabut kelapa. Sabut kelapa adalah bagian mesokarp dari buah
kelapa, tebalnya 5 cm dan menempati 35% dari total buah kelapa yang telah
8
masak petik. Bagian yang berserabut ini merupakan kulit dari buah kelapa dan
dapat dijadikan sebagai bahan baku aneka industri dan juga dapat dimanfaatkan
sebagai media tanam karena mengandung unsur kalium dan fosfor. Menurut
Sarief (1985) serabut kelapa (kokopit) mampu menyimpan air hingga 6-8 kali
lipat sehingga menguntungkan. Serabut yang dibenarkan tidak mengalami
dekomposisi secara cepat sehingga dapat menyebabkan perkolasi air ke lapisan
bawah lebih baik dan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan akar.
Cayanti (2006) dalam penelitiannya memperoleh hasil bahwa media tanam yang
terbaik untuk kualitas cabai hias dalam pot yaitu campuran tanah, pupuk kandang,
dan kokopit.
9
BAHAN DAN METODE
íîïðñ òîó Tôõöîð
Percobaan dilaksanakan pada bulan Maret sampai September 2011 di
÷øùùúûüýþù FATETA IPB, Leuwikopo dan Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah
Tropika (PKBT) IPB, Tajur Bogor.
îÿîó òîn Alîð
B
Bahan yang digunakan adalah benih pepaya IPB 3, IPB 4, dan IPB 9
sebanyak 550 benih setiap genotipe. Benih pepaya diperoleh dari hasil seleksi
Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. Media tanam yang digunakan yaitu
tanah, pasir, pupuk kandang, arang sekam, dan kokopit. Alat-alat yang digunakan
antara lain
ø
✁✂
semai,
ü ÷
✄ ☎✂✆✁
ukuran 10 cm x 15 cm, timbangan,
wadah/mangkok, cangkul, kored, ember,
û ú þ ø ùø /gembor, meteran/penggaris,
✁ ✝ ✄ ✁✂
jangka sorong digital, label, dan alat tulis.
ôð òô Pônôliðiîó
M
✞
Percobaan ini merupakan percobaan faktorial dengan dua faktor disusun
menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Faktor pertama
adalah media tanam (M) dengan lima jenis media menggunakan perbandingan
sama yaitu M1= tanah : pasir : pupuk kandang (2:1:1), M2 = tanah : pasir : arang
sekam (2:1:1), M3 = tanah : pasir : kokopit (2:1:1), M4 = tanah : pupuk kandang :
kokopit (2:1:1), dan M5 = tanah : pupuk kandang : arang sekam (2:1:1). Faktor
kedua adalah genotipe pepaya (G) dengan tiga jenis yaitu genotipe IPB 3 (G1),
genotipe IPB 4 (G2) dan genotipe IPB 9 (G3).
Perbandingan media tanam berdasarkan volume (v/v/v). Percobaan terdiri
dari 15 kombinasi dengan tiga ulangan sehingga terdapat 45 satuan percobaan.
Setiap satuan percobaan terdiri dari 10 bibit pepaya, sehingga total tanaman yang
digunakan adalah 450 bibit pepaya. Pengamatan dilakukan pada lima contoh bibit
10
pepaya setiap perlakuan, sehingga total tanaman yang diamati adalah
225 bibit pepaya.
Model linier yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
Yijk =
+
i+
j+
k+
(
)ijk + Eijk
Keterangan :
Yijk
= nilai pengamatan media tanam i dan genotipe j serta ulangan ke-k
= rataan umum
i
= pengaruh media tanam i (M1,M2,M3,M4,M5)
j
= pengaruh genotipe j (G1,G2,G3)
k
= pengaruh ulangan ke-k (1,2,3)
( )ijk = pengaruh interaksi antara media tanam dan genotipe
Eijk
= galat percobaan
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F dan uji lanjut DMRT (✟✠✡☛☞✡
✌✠✍✎✏✑✍✒ ✓☞✡✔✒ ✕✒✖✎) pada taraf 5%.
P✗l✘✙✚✘✛✘✘✛ P✗n✗li✜i✘✛
Percobaan ini dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu persiapan media,
penanaman benih di
✎✢☞✣ semai, pemindahan bibit ke dalam ✑✤✍✣✥☞✔, persiapan
lahan, pemindahan bibit ke lapangan, pemeliharaan, dan pengamatan.
P✗✦✚✧✘★✘✛ ✩✗✪i✘. Media tanam yang digunakan dicampur sesuai dengan
perlakuan dengan perbandingan sama yaitu 2:1:1. Perbandingan volume media
tanam yaitu dengan menggunakan wadah atau mangkok. Media tanam yang sudah
dicampur digunakan untuk bahan media tanam di ✎✢☞✣ semai dan ✑✤✍✣✥☞✔.
✫✗ni✬ ✪i ✭ray ✚✗✩✘✧ . Media tanam untuk persemaian sesuai
dengan perlakuan percobaan. Media tanam dimasukkan ke dalam ✎✢☞✣ persemaian.
P✗ n✘✛✘✩✘✛
Sebelum benih disemai, benih direndam dalam air hangat (suhu sekitar 40oC)
selama 30 menit. Benih yang dikecambahkan sebanyak 110 benih setiap
kombinasi perlakuan, sehingga total benih sebanyak 1 650 benih pepaya. Benih
dikecambahkan di
✎✢☞✣
semai dengan dua benih per lubang selama 4 MSS
(Minggu Setelah Semai) atau satu bulan untuk menyeragamkan bibit pepaya yang
akan dipindahkan ke ✑✤✍✣✥☞✔.
11
P✮✯in✰✱✲✱✳ ✴i✴ i✵ k✮ ✰✱✶✱✯ p✷✸y✹✺✻. Pemindahan bibit semaian
dilakukan dengan mengangkut bibit beserta media tanamnya. Kriteria bibit yang
dipindahkan ke ✼✽✾✿❀❁❂ yaitu memiliki tinggi yang seragam (3-4 cm dari
permukaan media) dan memiliki jumlah daun sebanyak dua sampai tiga helai.
Penanaman dilakukan pada ✼✽✾✿❀❁❂ ukuran 10 cm x 15 cm selama 1.5 bulan.
P✮❃❄❅✱❆✱✳ l✱✲✱✳ . Menurut Kalie (1999) lahan penanaman dalam bentuk
bedengan. Panjang bedengan tergantung keadaan lahan, sedangkan lebarnya
sebesar 2 m dan tingginya sebesar 0.2 m. Jarak tanam yang digunakan yaitu
2.5 m x 2.5 m. Jarak antar bedengan sebesar 50 cm. Di atas bedengan dibuat
lubang tanam yang berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm. Menurut Sujiprihati dan
Suketi (2009) pemberian pupuk organik dilakukan dua minggu sebelum tanam
dengan dosis 15-25 ton/ha. Lubang tanam dibiarkan terbuka dan terpapar sinar
matahari selama dua minggu.
P✮✯in✰✱✲✱✳ ✴ i✴i✵ k✮ l✱❆✱✳❇✱✳ . Pemindahan bibit dilakukan dengan
mengangkut bibit beserta media tanamnya dengan kriteria bibit pepaya yang sehat
dan baik yaitu memiliki tinggi tanaman sekitar 9-11cm , jumlah daun sebanyak
8-9 helai, dan diameter batang sebesar 2-3 mm. Bibit yang dapat dipindahkan ke
lapangan yaitu pada media tanam M1, M4, dan M5 yang diambil dari tanaman
contoh sehingga total yang ditanam sebanyak 144 bibit pepaya. Penanaman di
lapangan dilakukan 1.5 bulan setelah tanam di ✼✽✾✿❀❁❂❈
P✮✯✮li✲✱❃✱✱✳ .
Pemeliharaan
yang
dilakukan
yaitu
pengairan,
pemupukan, sanitasi, serta pengendalian hama dan penyakit. Pengairan dilakukan
pada pagi dan sore hari. Pemupukan dilakukan pada saat awal penanaman di
lapangan dan setiap empat bulan menggunakan pupuk organik dengan dosis
20-30 kg/tanaman. Sanitasi yang dilakukan berupa pembumbunan, penyiangan
gulma, dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit.
P✮n❇✱✯✱✵✱✳
Pengamatan perkecambahan benih pepaya yaitu :
1. Waktu muncul kecambah (Hari Setelah Semai/HSS).
2. Daya berkecambah (%). Daya berkecambah diamati pada satu bulan
setelah semai yaitu 30 HSS.
12
Pengamatan bibit pepaya di ❉❊❋●❍■❏ yaitu :
1. Tinggi tanaman, diukur dari atas permukaan tanah sampai titik tumbuh (cm).
2. Jumlah daun, semua daun yang telah membuka sempurna (helai).
3.
Diameter batang, diukur pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah (mm).
4. Bobot bibit per ❉❊❋●❍■❏ (g).
5. Bibit siap salur.
Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun dilakukan mulai dari bibit
dipindahkan ke ❉❊❋●❍■❏ (1-6 MST). Diameter batang diamati pada 6 MST
menggunakan jangka sorong digital. Penimbangan bobot bibit per ❉❊❋●❍■❏
dilakukan pada 6 MST menggunakan timbangan.
Pengamatan tanaman pepaya di lapangan yaitu:
1. Tinggi tanaman, diukur dari atas permukaan tanah sampai titik tumbuh (cm).
2. Jumlah daun, semua daun yang telah membuka sempurna (helai).
3. Diameter batang, diukur pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah (mm).
4. Kecepatan bunga pertama muncul (MST).
5. Tinggi kedudukan bunga pertama (cm).
Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun dilakukan mulai dari bibit
dipindahkan ke lapangan (7-11 MST). Diameter batang diamati pada 11 MST
menggunakan jangka sorong digital. Kecepatan bunga pertama muncul dan tinggi
kedudukan bunga pertama diamati pada 17-20 MST yang mana semua tanaman
pepaya sudah berbunga.
13
HASIL DAN PEMBAHASAN
P❑▲k❑▼◆❖P◆◗◆❘ B❑ni◗
Penanaman benih pepaya dilakukan pada ❙❚❯❱ semai dengan campuran
media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama
muncul tidak seragam, dikarenakan setiap genotipe memiliki respon tumbuh yang
berbeda. Pada kelima perlakuan media tanam, genotipe IPB 3 (G1), IPB 4 (G2),
dan IPB 9 (G3) memiliki waktu muncul kecambah yaitu pada 11 HSS, 17 HSS,
dan 14 HSS. Genotipe IPB 3 (G1) memiliki pertumbuhan benih yang lebih cepat
sedangkan genotipe IPB 4 (G2) pertumbuhan benihnya lebih lama dibandingkan
genotipe lain. Hal ini diduga benih genotipe IPB 3 (G1) memiliki kemampuan
benih untuk tumbuh (vigor) tinggi dibandingkan dengan genotipe lainnya.
Menurut Widajati ❲❙ ❯❳. (2008) tolok ukur vigor kekuatan tumbuh benih adalah
kecepatan tumbuh benih dimana benih vigor tinggi memiliki pertumbuhan lebih
cepat dibandingkan benih dengan vigor rendah.
Tabel 1. Persentase Daya Berkecambah Benih Pepaya pada Beberapa Jenis Media
Tanam dan Genotipe
Perlakuan
M1
M2
M3
M4
M5
Rata-rata genotipe
Daya Berkecambah (%)
30 HSS
G1
G2
70.00
28.18
60.91
40.91
78.18
47.27
64.54
59.09
80.91
46.36
a**)
70.91
44.36c
G3
76.36
39.09
57.27
76.36
82.73
66.36b
Rata-rata media
58.18d*)
46.97e
60.91c
66.66b
70.00a
Keterangan : Uji lanjut DMRT taraf 5% *) rata-rata media dan **) rata-rata genotipe
M1 = Tanah : pasir : pupuk kandang
G1 = Genotipe IPB 3
M2 = Tanah : pasir : arang sekam
G2 = Genotipe IPB 4
M3 = Tanah : pasir : kokopit
G3 = Genotipe IPB 9
M4 = Tanah : pupuk kandang : kokopit
HSS= Hari Setelah Semai
M5 = Tanah : pupuk kandang : arang sekam
Perkecambahan benih dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan perkecambahan. Faktor genetik berasal dari benih itu sendiri dan
lingkungan perkecambahan berasal dari lingkungan sekitar media. Media
14
perkecambahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses
berkecambahnya benih (Widajati ❨❩ ❬❭., 2008). Media tanam mempengaruhi
persentase perkecambahan benih pada 30 HSS. Berdasarkan Tabel 1 daya
berkecambah benih pepaya paling tinggi yaitu pada media tanam M5 sebesar
70% dan pada genotipe IPB 3 (G1) sebesar 70.91%. Hal ini diduga kelembaban
media sesuai pada awal perkecambahan, penggunaan campuran media
menggunakan arang sekam sebagai media tumbuh memiliki drainase dan aerasi
yang baik. Menurut Nakasone dan Paull (1998) tanaman pepaya dapat tumbuh
pada bermacam-macam tipe tanah dengan drainase yang baik.
Kandungan unsur hara seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K)
dalam media tanam yang digunakan pada penelitian ini telah dianalisis di
Laboratorium Tanah, Balai Penelitian Tanah, Departemen Pertanian, Bogor.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, media tanam M5 memiliki kandungan
N tertinggi, media tanam M1 memiliki kandungan P tertinggi, dan media tanam
M4 memiliki kandungan K tertinggi. Kisaran pH yang cocok untuk pembibitan
pepaya yaitu media tanam M1, M4, dan M5. Nilai pH yang cukup rendah pada
media tanam M2 dan M3 tidak dapat mendukung pertumbuhan bibit pepaya
seperti disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai pH, kandungan nitrogen, fosfor, dan kalium pada Beberapa Jenis
Media Tanam
pH
Media
M1
M2
M3
M4
M5
H2O
KCl
6.5
5.7
5.4
6.1
6.2
6.1
4.9
4.6
5.6
5.7
Kjeldahl
N
(%)
0.33
0.05
0.17
0.31
0.37
Keterangan : M1 = tanah : pasir : pupuk kandang
M2 = tanah : pasir : arang sekam
M3 = tanah : pasir : kokopit
M4 = tanah : pupuk kandang : kokopit
M5 = tanah : pupuk kandang : arang sekam
Olsen
P2O5
(ppm)
221
27
38
213
153
Morgan
K2O
(ppm)
249
437
914
1441
794
15
P❪❫❴❵❛❜❵❝❞❡ Bi❜ i❴ ❢i ❣❤✐y❥❦❧
Pada penelitian ini awal pertumbuhan vegetatif yang diamati yaitu tinggi
tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Hasil analisis sidik ragam
pertumbuhan bibit di ♠♥♦♣qrs (Tabel 3) menunjukkan bahwa media tanam
mempengaruhi tinggi tanaman dan jumlah daun pada pengamatan selama
1.5 bulan yaitu 1-6 MST, diameter batang pada 6 MST, serta bobot bibit per
♠♥♦♣qrs pada 6 MST. Tinggi tanaman pada 1, 2, 3, 5, 6 MST dan jumlah daun
pada 1, 2, 3, 4, 6 MST berbeda pada setiap genotipe. Interaksi media tanam dan
genotipe mempengaruhi tinggi tanaman pada 1-6 MST, jumlah daun pada
2, 4, 6 MST, dan diameter batang pada 6 MST.
Tabel 3. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Bibit Pepaya di t♥♦♣qrs
Peubah
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Diameter Batang
Bobot Bibit
per t♥♦♣qrs
Keterangan :
*
**
tn
KK
MST
Waktu
(MST)
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
6
Media
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
6
**
Perlakuan
Genotipe Media*Genotipe
**
*
**
*
*
**
tn
**
**
**
**
**
**
tn
**
*
**
tn
**
**
tn
tn
**
*
**
**
tn
tn
KK
7.66
6.55
5.09
4.72
4.63
5.42
12.44
7.11
7.20
6.37
8.53
10.81
8.02
6.71
= Berpengaruh Nyata ( : 5%)
= Berpengaruh Sangat Nyata ( : 1%)
= Tidak Berpengaruh Nyata
= Koefisien Keragaman
= Minggu Setelah Tanam
Pertumbuhan dan perkembangan pada fase vegetatif merupakan awal
pembentukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang
produktif. Fase vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun dan
16
batang baru (Harjadi, 1996). Hama yang menyerang tanaman pepaya pada fase
vegetatif adalah kutu putih (✉✈✇✈①②①①③④
⑤✈✇⑥⑦⑧✈⑨③④) ditandai dengan daun
menjadi keriput. Pengendalian hama ini dengan membersihkan bagian kutu putih
dari tanaman, terutama pada bagian bawah daun.
Tin⑩⑩❶ T❷n❷❸❷❹
Pengamatan tinggi tanaman diukur dari atas permukaan media tanam di
❺②❻❼❽✈⑥ sampai titik tumbuh mulai dari pemindahan di ❺②❻❼❽✈⑥ sampai 1.5 bulan
pengamatan yaitu pada 1-6 MST. Faktor media tanam mempengaruhi
pertumbuhan tinggi tanaman. Perlakuan media tanam M4 dan M5 berbeda dengan
media tanam lainnya pada peubah tinggi tanaman. Media tanam campuran tanah,
pupuk kandang, dan arang sekam (M5) menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi
yaitu sebesar 11.69 cm pada 6 MST (Tabel 4). Tinggi tanaman genotipe IPB 3
(G1) dan IPB 4 (G2) berbeda dengan IPB 9 (G3) pada 6 MST. Genotipe IPB 4
(G2) menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi yaitu sebesar 8.85 cm. Dewi dan
Suketi (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perlakuan terbaik pada
media tanam campuran tanah, arang sekam, dan pupuk kandang dengan
perbandingan 2:1:1 memberikan pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun,
diameter batang, panjang tunas, dan volume akar yang lebih besar pada bibit
mangga.
Interaksi media tanam dan genotipe mempengaruhi tinggi tanaman pada
1-6 MST (Tabel 4). Pada perlakuan M5G3 mempunyai tinggi tanaman paling
tinggi pada saat 1-2 MST yaitu sebesar 5.42 cm dan 6.32 cm. Perlakuan M4G2
mempunyai tinggi tanaman paling tinggi pada saat 3-6 MST yaitu sebesar
8.18 cm, 10.40 cm, 11.82 cm, dan 13.17 cm. Pada 6 MST perlakuan M4G2
merupakan perlakuan terbaik karena mampu meningkatkan pertambahan tinggi
tanaman yaitu sebesar 13.17 cm yang berbeda dengan perlakuan lainnya seperti
disajikan pada Tabel 4.
17
Tabel 4. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Beberapa Genotipe Pepaya pada Beberapa
Jenis Media Tanam
Perlakuan
Media (M)
M1
M2
M3
M4
M5
Genotipe (G)
G1
G2
G3
Interaksi
(M*G)
M1G1
M1G2
M1G3
M2G1
M2G2
M2G3
M3G1
M3G2
M3G3
M4G1
M4G2
M4G3
M5G1
M5G2
M5G3
Keterangan :
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
4.01b
3.75bc
3.58c
4.62a
4.76a
4.93b
4.32c
3.92d
5.66a
5.88a
6.19b
4.95c
4.33d
7.45a
7.72a
7.28b
5.23c
4.62d
9.07a
9.26a
8.42b
5.48c
4.74d
10.32a
10.53a
9.73b
5.70c
4.12d
11.57a
11.69a
4.11a
3.82c
4.50a
4.85b
4.74b
5.23a
5.98b
6.09ab
6.31a
6.99a
7.25a
7.03a
7.99a
8.06a
7.64b
8.75a
8.85a
8.09b
4.15cde
3.39fg
4.48bc
3.82ef
3.34fg
4.10cde
3.16g
3.74efg
3.85def
4.76b
4.44bcd
4.66bc
4.67bc
4.18bcde
5.42a
4.90cd
4.45def
5.44bc
4.37def
3.89fg
4.70de
3.52g
4.06fg
4.18ef
5.64b
5.80ab
5.54b
5.84ab
5.48b
6.32a
6.12e
5.72ef
6.74d
5.03gh
4.58h
5.24fg
3.86i
4.52h
4.61h
7.06cd
8.18a
7.11cd
7.86ab
7.46bc
7.84ab
7.34fg
6.83g
7.66ef
5.39h
4.87hi
5.43h
4.18j
4.90hi
4.78i
8.66cd
10.40a
8.14de
9.38b
9.24bc
9.17bc
8.82d
7.95e
8.50de
5.72f
5.08fg
5.63f
4.40h
4.92gh
4.91gh
10.09c
11.82a
9.04d
10.94b
10.56bc
10.10c
10.68de
9.19g
9.31fg
6.00h
5.28hi
5.82h
3.26k
4.96i
4.15j
11.49cd
13.17a
10.06ef
12.302b
11.65bc
11.10cd
Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada uji DMRT 5%.
M1 = Tanah : pasir : pupuk kandang
G1 = Genotipe IPB 3
M2 = Tanah : pasir : arang sekam
G2 = Genotipe IPB 4
M3 = Tanah : pasir : kokopit
G3 = Genotipe IPB 9
M4 = Tanah : pupuk kandang : kokopit
M5 = Tanah : pupuk kandang : arang sekam
MST= Minggu Setelah Tanam
J❾❿l➀➁ D➀❾ n
Perlakuan media tanam mempengaruhi jumlah daun dari pengamatan
1-6 MST. Jumlah daun pada tiap genotipe berbeda dari pengamatan 1-6 MST
kecuali pada pengamatan 5 MST (Tabel 3). Hal ini diduga pada pengamatan 5
minggu setelah tanam di ➂➃➄➅➆➇➈ jumlah daun bibit pepaya mengalami
18
kerontokan akibat curah hujan yang lebih tinggi yaitu sebesar 361.7 mm
dibandingkan dengan curah hujan pada bulan sebelumnya seperti disajikan pada
Lampiran 4. Selain itu, hama kutu putih juga menyerang daun pada bibit pepaya
yang mengakibatkan jumlah daun menurun.
Tabel 5. Pertumbuhan Jumlah Daun Bibit Pepaya di ➉➊➋➌➍➎➏ pada Beberapa Jenis
Media Tanam dan Genotipe
Perlakuan
Media
M1
M2
M3
M4
M5
Genotipe
G1
G2
G3
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
3.06b
2.62c
1.91d
3.26ab
3.53a
4.66b
4.11c
2.15d
4.75b
5.04a
6.66b
5.13c
2.75d
7.00ab
7.22a
7.73b
5.42c
3.26d
7.71b
8.20a
9.20a
5.73b
3.26c
9.11a
9.57a
8.73a
5.86b
2.28c
8.20a
8.77a
3.22a
2.69b
2.72b
4.42a
4.02b
3.98b
6.12a
5.61b
5.53b
6.73a
6.52a
6.14b
7.26a
7.68a
7.18a
6.41b
7.34a
6.56b
Keterangan : Sama dengan Keterangan Tabel 4
Media tanam M5 tidak berbeda dengan media tanam M1 dan M4, tetapi
berbeda dengan media tanam M2 dan M3. Media tanam campuran tanah, pupuk
kandang, dan arang sekam (M5) menghasilkan jumlah daun paling banyak yaitu
sebesar 8.77 helai pada 6 MST seperti disajikan pada Tabel 5. Hasil penelitian
Riyanti (2009) menunjukkan bahwa campuran serabut kelapa, arang sekam, pakis,
dan humus daun bambu (1:1:1:1) memberikan hasil perkembangan tanaman yang
lebih baik daripada perlakuan media lainnya dalam peubah jumlah daun, jumlah
ruas, jumlah buku, jumlah akar terbanyak dan tinggi tanaman pada bibit sirih
merah. Pada 6 MST jumlah daun pada genotipe IPB 3 (G1) dan IPB 9 (G3)
berbeda dengan genotipe IPB 4 (G2). Genotipe IPB 4 (G2) menghasilkan jumlah
daun paling banyak yaitu sebesar 7.34 helai. Hal ini diduga adanya pengaruh dari
genotipe tanaman itu sendiri dan faktor lingkungan. Gardner
➐➑ ➎➋➒ (1991)
menjelaskan bahwa jumlah bakal daun yang terdapat pada embrio biji yang masak
merupakan karakteristik spesies. Jumlah daun dipengaruhi oleh genotipe dan
lingkungan.
19
Interaksi media tanam dan genotipe pada jumlah daun menunjukkan
bahwa perlakuan M5G1 memberikan jumlah daun paling banyak pada 2 MST dan
4 MST yaitu sebesar 5.60 helai dan 8.73 helai. Perlakuan M1G2 memberikan
jumlah daun paling banyak pada 6 MST yaitu sebesar 10.06 helai yang berbeda
dengan perlakuan lainnya seperti disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Interaksi Media Tanam dan Genotipe pada Pertumbuhan Jumlah Daun
Bibit Pepaya di ➓➔→➣↔↕➙
Perlakuan
Interaksi (M*G)
M1G1
M1G2
M1G3
M2G1
M2G2
M2G3
M3G1
M3G2
M3G3
M4G1
M4G2
M4G3
M5G1
M5G2
M5G3
2 MST
4 MST
6 MST
5.06b
4.26cd
4.66bc
4.26cd
4.06d
4.00d
2.06e
2.20e
2.20e
5.13ab
4.86b
4.26cd
5.60a
4.73bc
4.80bc
8.26abc
7.06e
7.86bcd
5.60f
5.26f
5.40f
3.46g
3.33g
3.00g
7.60cde
8.53ab
7.00e
8.73a
8.40ab
7.46de
7.40d
10.06a
8.73abcd
5.93e
5.86e
5.80e
2.33f
2.46f
2.06f
7.53cd
9.46ab
7.60cd
8.86abc
8.86abc
8.60bcd
Keterangan : Sama dengan Keterangan Tabel 4
Di➛➜➝➞➝➟ B➛➞➛➠➡
Media tanam, genotipe, dan interaksi media tanam terhadap genotipe
mempengaruhi pertumbuhan diameter batang. Gambar 1 menunjukkan bahwa
diameter batang paling besar yaitu pada media tanam M4 dan M5 sebesar 3.2 mm.
Media tanam M1 tidak berbeda dengan media tanam M4 dan M5 tetapi berbeda
dengan media tanam M2 dan M3 terhadap diam
PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA (Carica papaya L.)
GENOTIPE IPB 3, IPB 4, DAN IPB 9
NANDYA IMANDA
A24070010
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
✁✂✄☎ru✆ ✝✁✂✞✟ ✠✁✡✞☎ ☛☎✂☎m ☛✁ r✆☎✡☎p ✁☞tum✌u✆☎✂ ✍✞✌✞✎
✁✏☎y☎ (✑aricpay
✒✓) ✔✁✂✕t✞ p✁ ✖ ✍ ✗✘ ✖ ✍ ✙✘ ✡☎✂ ✖ ✍ ✚
The
Eff✛
et
cro
wing
diaT
op
e
yfs
on Pla
ntingSeedlings
✜✢
y
Pap
y
(✣ aricap
✤✥✦ ✧★✩ 3✪ ✧★✩ ✫✪ ✬✭d✧★✩ 9 ✛enotpey s
✮✯✰✱y✯ ✲m✯✰✱✯ ✳ ✱✯✰ ✴✵tty ✶u✷✵t✸ ✹
✳ ✺✯✻✯s✸✼w✯ ✽✵p✯rt✵m✵✰ ✾✿ro✰om✸ ✱✯✰ ❀ort✸✷u❁❂ur✯❃ ❄✯✷u❁❂✯s ❅✵ rt✯✰✸✯✰ ✲❅❆
✹ ✶t✯❇ ❅✵✰✿✯❈✯r ✽✵p✯rt✵m✵✰ ✾✿ro✰ om✸ ✱✯✰ ❀ort✸✷u❁❂ur✯❃ ❄✯✷u❁❂✯s ❅✵rt✯✰✸✯✰❃ ✲❅❆
✩
✣
A STRA T
The research aims to study the influence of growing media types on seed germination and
seedlings growth of papaya IPB 3, IPB 4 and IPB 9 genotypes and know growing medium suitable for
growth of papaya seedlings is good and has a light weight to facilitate the transportation of seedlings.
The research was conducted in March until September 2011 in the greenhouse FATETA IPB, Leuwikopo
Bogor and The Experimental Garden of PKBT IPB, Tajur Bogor. The design used was Randomized
Complete Design Group two factors. The first factor is the growing media with 5 kinds with the same
ratio (2:1:1), namely M1 = soil: sand: manure, M2 = soil: sand: rice husk charcoal, M3 = soil: sand:
cocopeat, M4 = soil: manure: cocopeat, and M5 = soil: manure: rice husk charcoal. The experiment
consisted of 15 combinations with 3 replicates then there were 45 experimental units . The results
showed that papaya seeds germinate is the highest of the growing media mix of soil, manure, and rice
husk charcoal (M5) is 70% and IPB 3 genotype (G1) is 70.91%. The composition of media soil, manure,
and rice husk charcoal (M5) with a ratio of 2:1:1 is the best medium for papaya seedlings at 6 MST and
has a weight of seedlings per polybag is the lightest compared with other growing media to facilitate the
transportation of seedlings.
❉ ❊❊
go
rs
pays
ine
gdm
le
ind
gias
Keyw
d
rwe
ii
RINGKASAN
NANDYA IMANDA. P❋n●❍■❏❑ J❋ni▲ M❋▼i❍ T❍◆❍❖ P❋■❑❍▼❍◗ P❋■P❏❖❘❏❑❍n
Bi❘ iP P❋◗❍❙❍ (Carica papaya L.) G❋n❚P i◗❋ IPB 3, IPB 4, ▼❍◆ IPB 9.
(Di❘ i❖❘ in● ❚❯❋❑ KETTY SUKETI).
Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis media tanam
terhadap perkecambahan benih dan pertumbuhan bibit pepaya genotipe IPB 3,
IPB 4, dan IPB 9 serta mengetahui jenis media tanam yang sesuai untuk
pertumbuhan bibit pepaya yang baik dan memiliki bobot yang ringan sehingga
memudahkan dalam transportasi bibit. Percobaan dilakukan pada bulan Maret
sampai September 2011 di ❱❲❳❳❨❩❬❭❪❳ FATETA IPB, Leuwikopo Bogor dan
Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur Bogor.
Percobaan ini merupakan percobaan faktorial dengan dua faktor disusun
menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Faktor pertama
adalah media tanam dengan lima jenis media menggunakan perbandingan sama
(2:1:1) yaitu M1= tanah : pasir : pupuk kandang, M2= tanah : pasir : arang sekam,
M3= tanah : pasir : kokopit, M4= tanah : pupuk kandang : kokopit, dan
M5= tanah : pupuk kandang : arang sekam. Faktor kedua adalah genotipe pepaya
(G) dengan tiga jenis yaitu genotipe IPB 3 (G1), genotipe IPB 4 (G2) dan
genotipe IPB 9 (G3). Percobaan terdiri dari 15 kombinasi dengan tiga ulangan
sehingga terdapat 45 satuan percobaan dengan total tanaman sebanyak 450 bibit
pepaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya berkecambah benih pepaya
paling tinggi yaitu pada media tanam campuran tanah, pupuk kandang, dan arang
sekam (M5) sebesar 70% serta
pada genotipe IPB 3 (G1) sebesar 70.91%.
Komposisi campuran media tanam tanah, pupuk kandang, dan arang sekam (M5)
dengan perbandingan 2:1:1 merupakan media paling baik untuk bibit pepaya pada
6 MST serta memiliki bobot bibit per ❫❬❴❵❛❜❱ yang paling ringan dibandingkan
dengan media tanam lain sehingga memudahkan dalam transportasi bibit.
iii
PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA (Carica papaya L.)
GENOTIPE IPB 3, IPB 4, DAN IPB 9
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
NANDYA IMANDA
A24070010
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
iv
Judul
: PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA (Carica papaya L.)
GENOTIPE IPB 3, IPB 4, DAN IPB 9
Nama
: NANDYA IMANDA
NIM
: A24070010
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
D❝.I❝ . K❞❡❡❢ ❣❤ k❞❡i, M.Si.
NIP. 19610913 198601 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB
D❝ .I❝ . A✐❤❥ P❤❝❦i❡❧♠ ♥ .S♦.A✐❝ .
NIP. 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :
v
♣qYAT HIDUP
RI
Penulis dilahirkan di Gresik, Jawa Timur pada tanggal 5 Agustus 1989.
Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Mochammad Iman Solichin dan Ibu
Mamik Laksmiwati.
Penulis menempuh pendidikan di TK Islam Bakti IV Gresik pada tahun
1995. Pada tahun 2001 penulis lulus dari SD Muhammadiyah GKB Gresik,
kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 3 Gresik.
Selanjutnya penulis lulus dari SMA Muhammadiyah 1 Gresik pada tahun 2007.
Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur Ujian Seleksi
Mahasiswa (USMI). Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Selama masa perkuliahan, penulis menjadi sekretaris umum organisasi
mahasiswa daerah HIMASURYA (Himpunan Mahasiswa Surabaya, Gresik,
Sidoarjo, dan Mojokerto) masa jabatan 2009-2010. Pada tahun 2010 penulis
mengikuti magang liburan di Kebun Percobaan PT Petrokimia Gresik. Penulis
menjadi panitia seminar dan bazar pertanian Farmer Field Day 2010 , serta
panitia seminar nasional Perhimpunan Hortikultura Indonesia 2011.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Skripsi
ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di IPB.
Penulis menyadari bahwa terwujudnya laporan skripsi ini tidak lepas dari
dukungan dan bantuan beberapa pihak. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1.
Dr. Ir. Ketty Suketi, M.Si. dan Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS. (almh)
sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan dan saran
dalam penelitian dan penulisan skripsi.
2.
Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS. dan Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS. sebagai
dosen penguji yang memberikan saran untuk perbaikan skripsi.
3.
Dr. Ir. Nurul Khumaida, M.Si. sebagai pembimbing akademik yang
memberikan motivasi pada tiap semester.
4.
Keluarga tercinta, bapak, ibu, kakak dan adik yang telah memberikan
perhatian, semangat dan curahan do a untuk kelancaran penelitian dan skripsi.
5.
Sahabat tercinta Wahyu Fikrinda, Ima Fajar Ayu, Erik Mulyana, Aria
Muslim, Hesti Paramita Sari, dan Ita Utami Aidid yang telah memberikan
semangat, bantuan dan do a dalam melaksanakan penelitian dan penyelesaian
skripsi.
6.
Teknisi kebun Pusat Kajian Buah Tropika Tajur Bogor (Pak Awang dan Pak
Ade), Vicky Octarina Chairunnissa, S. Andra Mastaufan, mbak Tiara
Yudilastari, kak Ahmad Rifqi Fauzi, terima kasih atas bantuan dan do anya.
7.
Seluruh pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan
penyelesaian skripsi. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik
untuk seluruh pihak yang terkait.
Akhirnya penulis berharap agar hasil penelitian ini bermanfaat bagi para
pembaca.
Bogor, Januari 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
PENDAHULUAN .............................................................................................
Latar Belakang ..........................................................................................
Tujuan .......................................................................................................
Hipotesis ...................................................................................................
1
1
2
2
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................
Botani Pepaya ...........................................................................................
Syarat Tumbuh Pepaya .............................................................................
Cara Perbanyakan Pepaya .........................................................................
Media Tanam ............................................................................................
3
3
3
4
5
BAHAN DAN METODE ..................................................................................
Waktu dan Tempat ....................................................................................
Bahan dan Alat .........................................................................................
Metode Penelitian ......................................................................................
Pelaksanaan Penelitian...............................................................................
9
9
9
9
10
HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................................
Perkecambahan Benih ..............................................................................
Pertumbuhan Bibit di rst✉✈✇①...................................................................
Pertumbuhan Bibit di Lapangan ...............................................................
13
13
15
23
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 29
Kesimpulan ................................................................................................ 29
Saran ......................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 30
LAMPIRAN ....................................................................................................... 33
viii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1.
Persentase Daya Berkecambah Benih Pepaya pada Beberapa Jenis
Media Tanam dan Genotipe......................................................................... 13
2.
Nilai pH, kandungan nitrogen, fosfor, dan kalium pada Beberapa
Jenis Media Tanam ...................................................................................... 14
3.
Hasil Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Bibit Pepaya di ②③④⑤⑥⑦⑧ ........... 15
4.
Pertumbuhan Tinggi Tanaman Beberapa Genotipe Pepaya pada
Beberapa Jenis Media Tanam ...................................................................... 17
5.
Pertumbuhan Jumlah Daun Bibit Pepaya di ②③④⑤⑥⑦⑧ pada Beberapa
Jenis Media Tanam dan Genotipe............................................................... 18
6.
Interaksi Media Tanam dan Genotipe pada Pertumbuhan Jumlah
Daun Bibit Pepaya di ②③④⑤⑥⑦⑧ ..................................................................... 19
7.
Interaksi Media Tanam dan Genotipe pada Pertumbuhan Diameter
Batang Bibit Pepaya di ②③④⑤⑥⑦⑧ ................................................................. 21
8.
Bobot Bibit Pepaya per ②③④⑤⑥⑦⑧ pada Beberapa Jenis Media Tanam
dan Genotipe ................................................................................................ 22
9.
Hasil Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Tanaman Pepaya di Lapangan.. 24
10. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pepaya di Lapangan pada Beberapa
Jenis Media Tanam dan Genotipe................................................................ 24
11. Pertumbuhan Jumlah Daun Tanaman Pepaya di Lapangan pada
Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe................................................ 25
12. Diameter Batang Tanaman Pepaya di Lapangan pada Beberapa
Jenis Media Tanam dan Genotipe................................................................ 25
13. Interaksi Media Tanam dan Genotipe pada Pertumbuhan Tinggi
Tanaman dan Jumlah Daun di Lapangan..................................................... 26
14. Kecepatan Bunga Pertama Muncul dan Tinggi Kedudukan Bunga
Pertama pada Beberapa Jenis Media Tanam dan Genotipe di Lapangan .. 27
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Diameter Batang Bibit Pepaya di ⑨⑩❶❷❸❹❺ pada Beberapa
Jenis Media Tanam ..................................................................................... 20
2.
Diameter Batang Bibit Pepaya di ⑨⑩❶❷❸❹❺ pada Beberapa
Genotipe ...................................................................................................... 21
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1.
Deskripsi Buah Pepaya IPB 3 ..................................................................... 34
2.
Deskripsi Buah Pepaya IPB 4 ...................................................................... 35
3.
Deskripsi Buah Pepaya IPB 9 ...................................................................... 36
4.
Data Iklim Darmaga Bogor.......................................................................... 37
5.
Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir :
Pupuk Kandang (M1) saat 6 MST ❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻ 38
6.
Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir :
Arang Sekam (M2) saat 6 MST ❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻ 38
7.
Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pasir :
Kokopit (M3) saat 6 MST ❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻ 39
8.
Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pupuk Kandang :
Kokopit (M4) saat 6 MST ❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻ 39
9.
Keragaan Bibit Pepaya pada Media Tanam Tanah : Pupuk Kandang :
Arang Sekam (M5) saat 6 MST ❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻❻ 40
10. Keragaan Bibit Pepaya pada Jenis Media Tanam yang Berbeda
saat 6 MST .................................................................................................. 40
11. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam
M1 di Lapangan ........................................................................................... 41
12. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam
M4 di Lapangan ........................................................................................... 42
13. Keragaan Tanaman Pepaya Beberapa Genotipe pada Media Tanam
M5 di Lapangan ........................................................................................... 43
1
PENDAHULUAN
L❼❽❼❾ B❿l❼➀❼➁➂
Pepaya (➃➄➅➆➇➄ ➈➄➈➄➉➄ L.) merupakan salah satu komoditas buah tropika
utama yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki potensi produksi yang tinggi
baik buah segar, maupun olahan. Kesadaran masyarakat Indonesia akan pola
hidup sehat semakin meningkat, salah satunya dengan mengkonsumsi buahbuahan terutama pepaya. Buah pepaya mengandung zat gizi yang dapat
mencukupi kebutuhan gizi untuk kesehatan manusia. Pepaya mengandung
85-90% air, 10-13% gula, 0.6% protein, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2,
vitamin C dan kadar lemak yang rendah yaitu 0.1% (Sankat dan Maharaj, 1997).
Pepaya genotipe IPB 4 memiliki kandungan vitamin C dan karoten yang tinggi.
Genotipe IPB 4 memiliki kandungan vitamin C lebih besar dari IPB 2A dan
IPB 3A. Kandungan karoten pada genotipe IPB 4 lebih besar dari IPB 1, IPB 3A,
IPB 7, IPB 8, dan IPB 9 (Suketi ➊➋ ➄➌., 2010).
Pepaya hasil hibrida IPB merupakan pepaya unggul yang menghasilkan
kualitas buah lebih baik dibandingkan pepaya lokal Indonesia. Pepaya genotipe
IPB 3 dan IPB 4 memiliki bentuk buah yang lonjong dan ukuran buah yang kecil,
sedangkan pepaya genotipe IPB 9 memiliki bentuk buah silindris dan ukuran buah
sedang. Pepaya genotipe IPB 4 berbeda dengan genotipe lain yang memiliki kulit
buah yang berwarna kuning (Sujiprihati dan Suketi, 2009).
Data Badan Pusat Statistik (2010) menunjukkan bahwa produksi pepaya di
Indonesia masih berfluktuasi setiap tahunnya. Tahun 2004 sampai tahun 2009
produksi pepaya sebesar 732 611 ton, 548 657 ton, 643 451 ton, 621 524 ton,
717 899 ton, dan 772 844 ton. Fluktuasi produksi pepaya disebabkan oleh kondisi
curah hujan yang tidak merata sepanjang tahun, adanya hama dan penyakit, serta
media tanam yang kurang tepat dalam pembibitan pepaya.
Pembibitan pepaya diharapkan menggunakan media tanam yang cocok
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman pepaya serta memiliki
media tanam yang ringan untuk memudahkan dalam transportasi bibit. Menurut
Soepardi (1983) media tanam sebagai media pertumbuhan yaitu untuk tempat
tumbuh kembangnya sistem perakaran, sumber atau penyedia air dan hara bagi
2
tanaman. Selama ini media tanam bibit pepaya yang sering digunakan oleh petani
yaitu campuran tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1.
Media tanam menggunakan campuran arang sekam maupun kokopit merupakan
alternatif yang dapat digunakan untuk membantu pertumbuhan bibit pepaya.
Menurut Cayanti (2006) media tanam yang baik untuk kualitas cabai hias dalam
pot yaitu campuran tanah, pupuk kandang, dan kokopit yang memberikan respon
terbaik pada peubah tinggi tanaman dan mempunyai keragaan terbaik pada
10 MST. Dalam penelitian Agustina (2004) perlakuan terbaik yang mampu
meningkatkan pertumbuhan bibit durian adalah perlakuan dengan komposisi
media tanam arang sekam, tanah, dan pupuk kandang pada peubah tinggi
tanaman.
Adanya alternatif pencampuran media tanam baru untuk pembibitan
pepaya genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 diharapkan dapat menghasilkan
pertumbuhan bibit pepaya yang baik serta media tanam yang ringan sehingga
memudahkan dalam transportasi bibit.
T➍ j➍➎➏
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis media tanam
terhadap perkecambahan benih pepaya genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 serta
untuk mempelajari pengaruh jenis media tanam terhadap pertumbuhan bibit
pepaya genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9. Selain itu, untuk mengetahui jenis
media tanam yang memiliki pertumbuhan yang baik dan memiliki bobot yang
ringan sehingga memudahkan dalam transportasi bibit.
Hi➐➑➒➓➔→➔
1.
Terdapat jenis media tanam yang memberikan pengaruh terbaik terhadap
perkecambahan benih pepaya.
2.
Terdapat jenis media tanam yang memberikan pengaruh terbaik terhadap
pertumbuhan bibit pepaya.
3.
Terdapat jenis media tanam yang memiliki pertumbuhan yang baik dan
memiliki bobot yang ringan sehingga memudahkan dalam transportasi
bibit.
3
TINJAUAN PUSTAKA
B➣↔↕➙ i P➛➜↕➝↕
Pepaya (➞➟➠➡➢➟ ➤➟➤➟➥➟ L.) berasal dari Amerika tropis. Pusat penyebaran
tanaman berada di kawasan sekitar Meksiko bagian selatan dan Nikaragua. Pada
abad ke-17 tanaman ini menyebar ke berbagai negara tropis lainnya, termasuk
Indonesia dan pulau-pulau di Lautan Pasifik. Klasifikasi tanaman pepaya yaitu
Divisi Spermatophyta, Kelas Angiospermae, Subkelas Dicotyledonae, Ordo
Caricales, Famili Caricaceae, Genus ➞➟➠➡➢➟ dan Spesies ➞➟➠➡➢➟ ➤➟➤➟➥➟ L.
(Kalie, 1999).
Pepaya merupakan tanaman terna seperti pohon yang umumnya tidak
bercabang dengan ketinggian antara 2-10 m. Semua bagian tanaman mengandung
getah. Batang pepaya berbentuk silinder, berdiameter 10-30 cm dan berongga.
Daun tersusun secara spiral, berkelompok dekat dengan ujung batang. Tangkai
daun mencapai panjang 1 m dan berongga. Lembaran daun berbentuk bundar,
berdiameter 25-75 cm, bercuping 7-11, menjari mendalam, dan tidak berbulu.
Tanaman pepaya memiliki bunga jantan, betina, atau hermafrodit. Buah berbentuk
buah buni berdaging, berbentuk bulat telur lonjong sampai hampir bulat atau
berbentuk silinder. Kandungan buah pepaya per 100 g bagian yang dapat dimakan
adalah 86.6 g air, 0.5 g protein, 0.3 g lemak, 12.1 g karbohidrat, 0.7 g serat,
204 mg kalium, 34 mg kalsium, 11 mg fosfor, 1 mg besi, 450 mg vitamin A, dan
74 mg vitamin C. Kulit buahnya tipis, halus, jika matang berwarna kekuningkuningan atau jingga. Daging buahnya berwarna kekuning-kuningan sampai
jingga merah, rasanya manis, dengan aroma lembut dan sedap (Villegas, 1997).
Deskripsi buah pepaya IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 disajikan pada Lampiran 1-3.
S➝↕➦↕↔ T➧➨➩➧➫ P➛➜↕➝↕
Tanaman pepaya dapat ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi
pada ketinggian 700 m dpl, tetapi pertumbuhan yang optimal dapat diperoleh pada
ketinggian 200-500 m dpl (Sujiprihati dan Suketi, 2009). Suhu udara optimum
(21-33)oC dengan curah hujan yang tinggi dan merata sepanjang tahun (Nakasone
4
dan Paull, 1998). Curah hujan yang sesuai untuk tanaman pepaya antara
1 500-2 000 mm/tahun di daerah-daerah yang lembab dan memiliki curah hujan
yang tinggi (Kalie, 1999).
Menurut Nakasone dan Paull (1998) tanaman pepaya dapat tumbuh pada
bermacam-macam tipe tanah dengan drainase yang baik. Apabila drainase buruk,
maka dapat terjadi pembusukan pada akar. Derajat keasaman (pH) tanah yang
baik adalah 5.0-7.0 dengan rata-rata yang diinginkan antara 5.5-6.5. Tingkat pH
tanah di bawah 5.0 dapat meningkatkan kematian pada tanaman tersebut.
Cahaya matahari bagi pepaya merupakan suatu energi kehidupan.
Tanaman pepaya tergolong tanaman yang memerlukan cahaya penuh. Adanya
cahaya matahari menyebabkan tanaman pepaya dapat berfotosintesis dan
menghasilkan karbohidrat sebagai energi kehidupan. Cahaya matahari dalam
jumlah banyak akan lebih mempercepat tanaman berbunga dan berbuah, serta
mempercepat proses pemasakan buah dan mempengaruhi rasa buah menjadi lebih
manis karena kandungan gulanya meningkat. Tidak berbeda dengan cahaya
matahari, air juga merupakan unsur utama bagi pertumbuhan tanaman.
Pertumbuhan tanaman pepaya membutuhkan kelembaban yang tinggi. Tanaman
muda membutuhkan kelembaban lebih tinggi dibandingkan tanaman dewasa atau
tanaman tua (Kalie, 1999).
C➭➯➭ P➲➯➳➭➵➸➭➺➭➵ P➲➻➭➸➭
Perbanyakan tanaman pepaya dapat dilakukan dengan perbanyakan benih.
Benih diambil dari buah yang telah matang di pohon dan dipanen dari tanaman
yang dinilai unggul. Benih diambil dari bagian buah yang di tengah (1/3 bagian
tengah) karena bagian ini mengandung biji sempurna (Kalie, 1999). Benih pepaya
bersifat ortodok. Benih pepaya yang dikeringkan tanpa ➼➽➾➚➪➶➹➼➶➽ (lapisan luar
kulit benih) mempunyai viabilitas sama tinggi, baik dikeringkan hingga kadar air
11-12% maupun 6-7%. Bila proses pengeringan benih dilakukan dengan
mempertahankan ➼➽➾➚➪➶➹➼➶➽ maka benih akan mengalami dormansi dan
menghambat perkecambahan (Sari, 2005). Cara pengeringan benih pepaya dengan
5
sinar matahari berlangsung lebih cepat dan menghasilkan vigor bibit yang lebih
baik dibandingkan pengeringan dengan dikering anginkan (Sumartuti, 2004).
Menurut Kalie (1999) penanaman benih dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu penanaman benih langsung di lahan dan penanaman benih yang disemai
terlebih dahulu di persemaian yang disebut dengan pembibitan. Pemeliharaan
pada penanaman benih yang disemai terlebih dahulu (pembibitan di ➘➴➷➬➮➱✃) akan
mempermudah memilih tanaman seragam yang akan dipindah ke lapangan.
Menurut Sujiprihati dan Suketi (2009) pembibitan bertujuan untuk mendapatkan
bibit pepaya yang sehat, tumbuh secara optimal, dan mempunyai daya adaptasi
yang baik. Menurut Nakasone dan Paull (1998) bibit yang sudah berumur
1.5-2 bulan dari perkecambahan dapat dipindahkan ke lapangan. Menurut Sobir
(2009) pemindahan bibit ke lapangan dilakukan pada pagi atau sore hari yang
sehari sebelumnya telah disiram air hingga lembab.
M❐❒ i❮ T❮❰❮Ï
Media tanam merupakan sarana tumbuh yang sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Karakteristik media tanam yang baik
memiliki sifat fisik dan sifat kimia yang baik. Soepardi (1983) menyatakan bahwa
media pertumbuhan yaitu sebagai tempat tumbuh kembangnya sistem perakaran,
sumber atau penyedia air dan hara bagi tanaman. Menurut Flegman dan George
(1975) secara umum pemilihan media tanam yang baik ada empat kriteria, yaitu
(1) mempunyai kemampuan daya dukung mekanis untuk tanaman, (2) mempunyai
kemampuan menyimpan dan menyediakan air bagi tanaman, (3) tidak
menghalangi terjadinya pertukaran udara antara akar dengan atmosfer di atas
media, dan (4) tempat penyimpanan hara untuk tanaman. Menurut Hartmann dan
Kester (1990) media tumbuh yang ideal untuk tanaman secara umum adalah
memiliki struktur yang gembur, aerasi dan drainase baik, kelembaban cukup,
bebas organisme pengganggu, cukup hara mineral, dan bobotnya ringan.
6
TÐÑÐÒ
Tanah merupakan media tanam yang paling umum digunakan. Tanah
merupakan tubuh alam yang berasal dari hancuran batuan dan bahan organik
(Soepardi, 1983). Tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik
adalah tanah-tanah lapisan atas atau ÓÔÕ ÖÔר. Semakin bawah lapisan tanah, maka
kandungan bahan organik akan semakin berkurang. Tanah mengandung unsur
hara esensial makro yaitu C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S serta mengandung
unsur hara esensial mikro yaitu Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co. Unsur-unsur
hara ini diserap akar tanaman dari dalam tanah (Hardjowigeno, 2003). Tanah
merupakan sumber utama zat hara untuk tanaman dan tempat sejumlah perubahan
penting dalam siklus pangan. Tiga fungsi primer tanah dalam mendukung
kehidupan tanaman, yaitu (1) memberikan unsur-unsur mineral, sebagai medium
pertukaran maupun sebagai tempat persediaan, (2) memberikan air dan
melayaninya sebagai ÙÚÖÚÙÛÔ×Ù , dan (3) sebagai tempat berpegang dan bertumpu
untuk tegak (Harjadi, 1996).
PÐÜÝÞ
Hanum (2010) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa media tanam
campuran pasir dan kompos memberikan hasil akhir pertumbuhan paling baik
pada bibit tanaman asparagus. Setiarini (2010) menyatakan bahwa campuran
pasir, tanah, dan kompos merupakan media terbaik untuk pembibitan benih
semangka tanpa biji. Menurut Tjitrosomo ÚÓ ßØ. (1980) persentase kelembaban
pasir yaitu dengan kapasitas lapang sebesar 6%, layu permanen sebesar 3%, dan
penyimpanan air kapiler yang tersedia sebesar 3%. Pasir memiliki tekstur yang
ringan, memiliki aerasi yang baik untuk pertumbuhan akar. Soepardi (1983)
menyatakan bahwa pasir sebagai media membutuhkan irigasi dengan frekuensi
tetap untuk mencegah kekeringan. Penggunaan pasir yang dicampur bahan lain
membantu dalam aerasi yang baik untuk akar yang berdampak pada pertumbuhan
dan perkembangan tanaman yang baik. Pasir memiliki daya menahan air yang
rendah dan memiliki pori-pori yang besar sehingga memiliki drainase dan aerasi
yang baik.
7
Pàáàk Kâãäâãå æâái
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran ternak, baik
berupa kotoran padat yang bercampur sisa makanan maupun air kencing ternak.
Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tanaman. Menurut Samekto (2006) pupuk kandang dapat
digolongkan ke dalam pupuk organik yang memiliki beberapa kelebihan, yaitu
memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan
kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman.
Pupuk kandang sapi mengandung 0.4% N, 0.2% P, 0.1% K, dan 85% air. Menurut
Buckman dan Brady (1975) pupuk kandang sapi juga mengandung 22 kg/ton N,
3 kg/ton P, 14 kg/ton K, dan 85% H2O. Disamping unsur N, P, K, pupuk kandang
juga mengandung Ca, Mg, S dan mungkin seluruh unsur mikro yang bermanfaat
untuk mempertahankan keseimbangan hara dari tanah.
Açâãå æèkâé
Menurut Harjadi (1996) penggunaan limbah pertanian seperti sisa jerami,
arang sekam, tongkol jagung, kulit biji kapas dapat digunakan untuk media tanam.
Wuryaningsih dan Darliah (1994) menyatakan bahwa arang sekam dapat
digunakan sebagai media karena memiliki sifat ringan (berat jenis = 0.2 kg/l),
kasar (banyak pori) sehingga sirkulasi udara tinggi, berwarna coklat kehitaman
sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif, serta dapat
mengurangi pengaruh penyakit khususnya bakteri. Wiryanta (2007) menyatakan
bahwa arang sekam merupakan kulit biji padi yang diperoleh dari proses
penggilingan bulir padi. Arang sekam cukup steril, karena proses pembuatan
arang sekam dilakukan dengan cara dibakar. Media arang sekam bersifat porous,
ringan, memiliki drainase baik dan mampu mengikat air pada bagian permukaan
saja.
Kêëêáiì
Menurut Palungkun (1992) serbuk serabut kelapa (kokopit) merupakan
hasil penghancuran sabut kelapa. Sabut kelapa adalah bagian mesokarp dari buah
kelapa, tebalnya 5 cm dan menempati 35% dari total buah kelapa yang telah
8
masak petik. Bagian yang berserabut ini merupakan kulit dari buah kelapa dan
dapat dijadikan sebagai bahan baku aneka industri dan juga dapat dimanfaatkan
sebagai media tanam karena mengandung unsur kalium dan fosfor. Menurut
Sarief (1985) serabut kelapa (kokopit) mampu menyimpan air hingga 6-8 kali
lipat sehingga menguntungkan. Serabut yang dibenarkan tidak mengalami
dekomposisi secara cepat sehingga dapat menyebabkan perkolasi air ke lapisan
bawah lebih baik dan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan akar.
Cayanti (2006) dalam penelitiannya memperoleh hasil bahwa media tanam yang
terbaik untuk kualitas cabai hias dalam pot yaitu campuran tanah, pupuk kandang,
dan kokopit.
9
BAHAN DAN METODE
íîïðñ òîó Tôõöîð
Percobaan dilaksanakan pada bulan Maret sampai September 2011 di
÷øùùúûüýþù FATETA IPB, Leuwikopo dan Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah
Tropika (PKBT) IPB, Tajur Bogor.
îÿîó òîn Alîð
B
Bahan yang digunakan adalah benih pepaya IPB 3, IPB 4, dan IPB 9
sebanyak 550 benih setiap genotipe. Benih pepaya diperoleh dari hasil seleksi
Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. Media tanam yang digunakan yaitu
tanah, pasir, pupuk kandang, arang sekam, dan kokopit. Alat-alat yang digunakan
antara lain
ø
✁✂
semai,
ü ÷
✄ ☎✂✆✁
ukuran 10 cm x 15 cm, timbangan,
wadah/mangkok, cangkul, kored, ember,
û ú þ ø ùø /gembor, meteran/penggaris,
✁ ✝ ✄ ✁✂
jangka sorong digital, label, dan alat tulis.
ôð òô Pônôliðiîó
M
✞
Percobaan ini merupakan percobaan faktorial dengan dua faktor disusun
menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Faktor pertama
adalah media tanam (M) dengan lima jenis media menggunakan perbandingan
sama yaitu M1= tanah : pasir : pupuk kandang (2:1:1), M2 = tanah : pasir : arang
sekam (2:1:1), M3 = tanah : pasir : kokopit (2:1:1), M4 = tanah : pupuk kandang :
kokopit (2:1:1), dan M5 = tanah : pupuk kandang : arang sekam (2:1:1). Faktor
kedua adalah genotipe pepaya (G) dengan tiga jenis yaitu genotipe IPB 3 (G1),
genotipe IPB 4 (G2) dan genotipe IPB 9 (G3).
Perbandingan media tanam berdasarkan volume (v/v/v). Percobaan terdiri
dari 15 kombinasi dengan tiga ulangan sehingga terdapat 45 satuan percobaan.
Setiap satuan percobaan terdiri dari 10 bibit pepaya, sehingga total tanaman yang
digunakan adalah 450 bibit pepaya. Pengamatan dilakukan pada lima contoh bibit
10
pepaya setiap perlakuan, sehingga total tanaman yang diamati adalah
225 bibit pepaya.
Model linier yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
Yijk =
+
i+
j+
k+
(
)ijk + Eijk
Keterangan :
Yijk
= nilai pengamatan media tanam i dan genotipe j serta ulangan ke-k
= rataan umum
i
= pengaruh media tanam i (M1,M2,M3,M4,M5)
j
= pengaruh genotipe j (G1,G2,G3)
k
= pengaruh ulangan ke-k (1,2,3)
( )ijk = pengaruh interaksi antara media tanam dan genotipe
Eijk
= galat percobaan
Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F dan uji lanjut DMRT (✟✠✡☛☞✡
✌✠✍✎✏✑✍✒ ✓☞✡✔✒ ✕✒✖✎) pada taraf 5%.
P✗l✘✙✚✘✛✘✘✛ P✗n✗li✜i✘✛
Percobaan ini dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu persiapan media,
penanaman benih di
✎✢☞✣ semai, pemindahan bibit ke dalam ✑✤✍✣✥☞✔, persiapan
lahan, pemindahan bibit ke lapangan, pemeliharaan, dan pengamatan.
P✗✦✚✧✘★✘✛ ✩✗✪i✘. Media tanam yang digunakan dicampur sesuai dengan
perlakuan dengan perbandingan sama yaitu 2:1:1. Perbandingan volume media
tanam yaitu dengan menggunakan wadah atau mangkok. Media tanam yang sudah
dicampur digunakan untuk bahan media tanam di ✎✢☞✣ semai dan ✑✤✍✣✥☞✔.
✫✗ni✬ ✪i ✭ray ✚✗✩✘✧ . Media tanam untuk persemaian sesuai
dengan perlakuan percobaan. Media tanam dimasukkan ke dalam ✎✢☞✣ persemaian.
P✗ n✘✛✘✩✘✛
Sebelum benih disemai, benih direndam dalam air hangat (suhu sekitar 40oC)
selama 30 menit. Benih yang dikecambahkan sebanyak 110 benih setiap
kombinasi perlakuan, sehingga total benih sebanyak 1 650 benih pepaya. Benih
dikecambahkan di
✎✢☞✣
semai dengan dua benih per lubang selama 4 MSS
(Minggu Setelah Semai) atau satu bulan untuk menyeragamkan bibit pepaya yang
akan dipindahkan ke ✑✤✍✣✥☞✔.
11
P✮✯in✰✱✲✱✳ ✴i✴ i✵ k✮ ✰✱✶✱✯ p✷✸y✹✺✻. Pemindahan bibit semaian
dilakukan dengan mengangkut bibit beserta media tanamnya. Kriteria bibit yang
dipindahkan ke ✼✽✾✿❀❁❂ yaitu memiliki tinggi yang seragam (3-4 cm dari
permukaan media) dan memiliki jumlah daun sebanyak dua sampai tiga helai.
Penanaman dilakukan pada ✼✽✾✿❀❁❂ ukuran 10 cm x 15 cm selama 1.5 bulan.
P✮❃❄❅✱❆✱✳ l✱✲✱✳ . Menurut Kalie (1999) lahan penanaman dalam bentuk
bedengan. Panjang bedengan tergantung keadaan lahan, sedangkan lebarnya
sebesar 2 m dan tingginya sebesar 0.2 m. Jarak tanam yang digunakan yaitu
2.5 m x 2.5 m. Jarak antar bedengan sebesar 50 cm. Di atas bedengan dibuat
lubang tanam yang berukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm. Menurut Sujiprihati dan
Suketi (2009) pemberian pupuk organik dilakukan dua minggu sebelum tanam
dengan dosis 15-25 ton/ha. Lubang tanam dibiarkan terbuka dan terpapar sinar
matahari selama dua minggu.
P✮✯in✰✱✲✱✳ ✴ i✴i✵ k✮ l✱❆✱✳❇✱✳ . Pemindahan bibit dilakukan dengan
mengangkut bibit beserta media tanamnya dengan kriteria bibit pepaya yang sehat
dan baik yaitu memiliki tinggi tanaman sekitar 9-11cm , jumlah daun sebanyak
8-9 helai, dan diameter batang sebesar 2-3 mm. Bibit yang dapat dipindahkan ke
lapangan yaitu pada media tanam M1, M4, dan M5 yang diambil dari tanaman
contoh sehingga total yang ditanam sebanyak 144 bibit pepaya. Penanaman di
lapangan dilakukan 1.5 bulan setelah tanam di ✼✽✾✿❀❁❂❈
P✮✯✮li✲✱❃✱✱✳ .
Pemeliharaan
yang
dilakukan
yaitu
pengairan,
pemupukan, sanitasi, serta pengendalian hama dan penyakit. Pengairan dilakukan
pada pagi dan sore hari. Pemupukan dilakukan pada saat awal penanaman di
lapangan dan setiap empat bulan menggunakan pupuk organik dengan dosis
20-30 kg/tanaman. Sanitasi yang dilakukan berupa pembumbunan, penyiangan
gulma, dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit.
P✮n❇✱✯✱✵✱✳
Pengamatan perkecambahan benih pepaya yaitu :
1. Waktu muncul kecambah (Hari Setelah Semai/HSS).
2. Daya berkecambah (%). Daya berkecambah diamati pada satu bulan
setelah semai yaitu 30 HSS.
12
Pengamatan bibit pepaya di ❉❊❋●❍■❏ yaitu :
1. Tinggi tanaman, diukur dari atas permukaan tanah sampai titik tumbuh (cm).
2. Jumlah daun, semua daun yang telah membuka sempurna (helai).
3.
Diameter batang, diukur pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah (mm).
4. Bobot bibit per ❉❊❋●❍■❏ (g).
5. Bibit siap salur.
Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun dilakukan mulai dari bibit
dipindahkan ke ❉❊❋●❍■❏ (1-6 MST). Diameter batang diamati pada 6 MST
menggunakan jangka sorong digital. Penimbangan bobot bibit per ❉❊❋●❍■❏
dilakukan pada 6 MST menggunakan timbangan.
Pengamatan tanaman pepaya di lapangan yaitu:
1. Tinggi tanaman, diukur dari atas permukaan tanah sampai titik tumbuh (cm).
2. Jumlah daun, semua daun yang telah membuka sempurna (helai).
3. Diameter batang, diukur pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah (mm).
4. Kecepatan bunga pertama muncul (MST).
5. Tinggi kedudukan bunga pertama (cm).
Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun dilakukan mulai dari bibit
dipindahkan ke lapangan (7-11 MST). Diameter batang diamati pada 11 MST
menggunakan jangka sorong digital. Kecepatan bunga pertama muncul dan tinggi
kedudukan bunga pertama diamati pada 17-20 MST yang mana semua tanaman
pepaya sudah berbunga.
13
HASIL DAN PEMBAHASAN
P❑▲k❑▼◆❖P◆◗◆❘ B❑ni◗
Penanaman benih pepaya dilakukan pada ❙❚❯❱ semai dengan campuran
media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama
muncul tidak seragam, dikarenakan setiap genotipe memiliki respon tumbuh yang
berbeda. Pada kelima perlakuan media tanam, genotipe IPB 3 (G1), IPB 4 (G2),
dan IPB 9 (G3) memiliki waktu muncul kecambah yaitu pada 11 HSS, 17 HSS,
dan 14 HSS. Genotipe IPB 3 (G1) memiliki pertumbuhan benih yang lebih cepat
sedangkan genotipe IPB 4 (G2) pertumbuhan benihnya lebih lama dibandingkan
genotipe lain. Hal ini diduga benih genotipe IPB 3 (G1) memiliki kemampuan
benih untuk tumbuh (vigor) tinggi dibandingkan dengan genotipe lainnya.
Menurut Widajati ❲❙ ❯❳. (2008) tolok ukur vigor kekuatan tumbuh benih adalah
kecepatan tumbuh benih dimana benih vigor tinggi memiliki pertumbuhan lebih
cepat dibandingkan benih dengan vigor rendah.
Tabel 1. Persentase Daya Berkecambah Benih Pepaya pada Beberapa Jenis Media
Tanam dan Genotipe
Perlakuan
M1
M2
M3
M4
M5
Rata-rata genotipe
Daya Berkecambah (%)
30 HSS
G1
G2
70.00
28.18
60.91
40.91
78.18
47.27
64.54
59.09
80.91
46.36
a**)
70.91
44.36c
G3
76.36
39.09
57.27
76.36
82.73
66.36b
Rata-rata media
58.18d*)
46.97e
60.91c
66.66b
70.00a
Keterangan : Uji lanjut DMRT taraf 5% *) rata-rata media dan **) rata-rata genotipe
M1 = Tanah : pasir : pupuk kandang
G1 = Genotipe IPB 3
M2 = Tanah : pasir : arang sekam
G2 = Genotipe IPB 4
M3 = Tanah : pasir : kokopit
G3 = Genotipe IPB 9
M4 = Tanah : pupuk kandang : kokopit
HSS= Hari Setelah Semai
M5 = Tanah : pupuk kandang : arang sekam
Perkecambahan benih dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan perkecambahan. Faktor genetik berasal dari benih itu sendiri dan
lingkungan perkecambahan berasal dari lingkungan sekitar media. Media
14
perkecambahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses
berkecambahnya benih (Widajati ❨❩ ❬❭., 2008). Media tanam mempengaruhi
persentase perkecambahan benih pada 30 HSS. Berdasarkan Tabel 1 daya
berkecambah benih pepaya paling tinggi yaitu pada media tanam M5 sebesar
70% dan pada genotipe IPB 3 (G1) sebesar 70.91%. Hal ini diduga kelembaban
media sesuai pada awal perkecambahan, penggunaan campuran media
menggunakan arang sekam sebagai media tumbuh memiliki drainase dan aerasi
yang baik. Menurut Nakasone dan Paull (1998) tanaman pepaya dapat tumbuh
pada bermacam-macam tipe tanah dengan drainase yang baik.
Kandungan unsur hara seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K)
dalam media tanam yang digunakan pada penelitian ini telah dianalisis di
Laboratorium Tanah, Balai Penelitian Tanah, Departemen Pertanian, Bogor.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, media tanam M5 memiliki kandungan
N tertinggi, media tanam M1 memiliki kandungan P tertinggi, dan media tanam
M4 memiliki kandungan K tertinggi. Kisaran pH yang cocok untuk pembibitan
pepaya yaitu media tanam M1, M4, dan M5. Nilai pH yang cukup rendah pada
media tanam M2 dan M3 tidak dapat mendukung pertumbuhan bibit pepaya
seperti disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai pH, kandungan nitrogen, fosfor, dan kalium pada Beberapa Jenis
Media Tanam
pH
Media
M1
M2
M3
M4
M5
H2O
KCl
6.5
5.7
5.4
6.1
6.2
6.1
4.9
4.6
5.6
5.7
Kjeldahl
N
(%)
0.33
0.05
0.17
0.31
0.37
Keterangan : M1 = tanah : pasir : pupuk kandang
M2 = tanah : pasir : arang sekam
M3 = tanah : pasir : kokopit
M4 = tanah : pupuk kandang : kokopit
M5 = tanah : pupuk kandang : arang sekam
Olsen
P2O5
(ppm)
221
27
38
213
153
Morgan
K2O
(ppm)
249
437
914
1441
794
15
P❪❫❴❵❛❜❵❝❞❡ Bi❜ i❴ ❢i ❣❤✐y❥❦❧
Pada penelitian ini awal pertumbuhan vegetatif yang diamati yaitu tinggi
tanaman, jumlah daun, dan diameter batang. Hasil analisis sidik ragam
pertumbuhan bibit di ♠♥♦♣qrs (Tabel 3) menunjukkan bahwa media tanam
mempengaruhi tinggi tanaman dan jumlah daun pada pengamatan selama
1.5 bulan yaitu 1-6 MST, diameter batang pada 6 MST, serta bobot bibit per
♠♥♦♣qrs pada 6 MST. Tinggi tanaman pada 1, 2, 3, 5, 6 MST dan jumlah daun
pada 1, 2, 3, 4, 6 MST berbeda pada setiap genotipe. Interaksi media tanam dan
genotipe mempengaruhi tinggi tanaman pada 1-6 MST, jumlah daun pada
2, 4, 6 MST, dan diameter batang pada 6 MST.
Tabel 3. Hasil Analisis Sidik Ragam Pertumbuhan Bibit Pepaya di t♥♦♣qrs
Peubah
Tinggi Tanaman
Jumlah Daun
Diameter Batang
Bobot Bibit
per t♥♦♣qrs
Keterangan :
*
**
tn
KK
MST
Waktu
(MST)
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
6
Media
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
**
6
**
Perlakuan
Genotipe Media*Genotipe
**
*
**
*
*
**
tn
**
**
**
**
**
**
tn
**
*
**
tn
**
**
tn
tn
**
*
**
**
tn
tn
KK
7.66
6.55
5.09
4.72
4.63
5.42
12.44
7.11
7.20
6.37
8.53
10.81
8.02
6.71
= Berpengaruh Nyata ( : 5%)
= Berpengaruh Sangat Nyata ( : 1%)
= Tidak Berpengaruh Nyata
= Koefisien Keragaman
= Minggu Setelah Tanam
Pertumbuhan dan perkembangan pada fase vegetatif merupakan awal
pembentukan tanaman untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang
produktif. Fase vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun dan
16
batang baru (Harjadi, 1996). Hama yang menyerang tanaman pepaya pada fase
vegetatif adalah kutu putih (✉✈✇✈①②①①③④
⑤✈✇⑥⑦⑧✈⑨③④) ditandai dengan daun
menjadi keriput. Pengendalian hama ini dengan membersihkan bagian kutu putih
dari tanaman, terutama pada bagian bawah daun.
Tin⑩⑩❶ T❷n❷❸❷❹
Pengamatan tinggi tanaman diukur dari atas permukaan media tanam di
❺②❻❼❽✈⑥ sampai titik tumbuh mulai dari pemindahan di ❺②❻❼❽✈⑥ sampai 1.5 bulan
pengamatan yaitu pada 1-6 MST. Faktor media tanam mempengaruhi
pertumbuhan tinggi tanaman. Perlakuan media tanam M4 dan M5 berbeda dengan
media tanam lainnya pada peubah tinggi tanaman. Media tanam campuran tanah,
pupuk kandang, dan arang sekam (M5) menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi
yaitu sebesar 11.69 cm pada 6 MST (Tabel 4). Tinggi tanaman genotipe IPB 3
(G1) dan IPB 4 (G2) berbeda dengan IPB 9 (G3) pada 6 MST. Genotipe IPB 4
(G2) menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi yaitu sebesar 8.85 cm. Dewi dan
Suketi (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perlakuan terbaik pada
media tanam campuran tanah, arang sekam, dan pupuk kandang dengan
perbandingan 2:1:1 memberikan pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun,
diameter batang, panjang tunas, dan volume akar yang lebih besar pada bibit
mangga.
Interaksi media tanam dan genotipe mempengaruhi tinggi tanaman pada
1-6 MST (Tabel 4). Pada perlakuan M5G3 mempunyai tinggi tanaman paling
tinggi pada saat 1-2 MST yaitu sebesar 5.42 cm dan 6.32 cm. Perlakuan M4G2
mempunyai tinggi tanaman paling tinggi pada saat 3-6 MST yaitu sebesar
8.18 cm, 10.40 cm, 11.82 cm, dan 13.17 cm. Pada 6 MST perlakuan M4G2
merupakan perlakuan terbaik karena mampu meningkatkan pertambahan tinggi
tanaman yaitu sebesar 13.17 cm yang berbeda dengan perlakuan lainnya seperti
disajikan pada Tabel 4.
17
Tabel 4. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Beberapa Genotipe Pepaya pada Beberapa
Jenis Media Tanam
Perlakuan
Media (M)
M1
M2
M3
M4
M5
Genotipe (G)
G1
G2
G3
Interaksi
(M*G)
M1G1
M1G2
M1G3
M2G1
M2G2
M2G3
M3G1
M3G2
M3G3
M4G1
M4G2
M4G3
M5G1
M5G2
M5G3
Keterangan :
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
4.01b
3.75bc
3.58c
4.62a
4.76a
4.93b
4.32c
3.92d
5.66a
5.88a
6.19b
4.95c
4.33d
7.45a
7.72a
7.28b
5.23c
4.62d
9.07a
9.26a
8.42b
5.48c
4.74d
10.32a
10.53a
9.73b
5.70c
4.12d
11.57a
11.69a
4.11a
3.82c
4.50a
4.85b
4.74b
5.23a
5.98b
6.09ab
6.31a
6.99a
7.25a
7.03a
7.99a
8.06a
7.64b
8.75a
8.85a
8.09b
4.15cde
3.39fg
4.48bc
3.82ef
3.34fg
4.10cde
3.16g
3.74efg
3.85def
4.76b
4.44bcd
4.66bc
4.67bc
4.18bcde
5.42a
4.90cd
4.45def
5.44bc
4.37def
3.89fg
4.70de
3.52g
4.06fg
4.18ef
5.64b
5.80ab
5.54b
5.84ab
5.48b
6.32a
6.12e
5.72ef
6.74d
5.03gh
4.58h
5.24fg
3.86i
4.52h
4.61h
7.06cd
8.18a
7.11cd
7.86ab
7.46bc
7.84ab
7.34fg
6.83g
7.66ef
5.39h
4.87hi
5.43h
4.18j
4.90hi
4.78i
8.66cd
10.40a
8.14de
9.38b
9.24bc
9.17bc
8.82d
7.95e
8.50de
5.72f
5.08fg
5.63f
4.40h
4.92gh
4.91gh
10.09c
11.82a
9.04d
10.94b
10.56bc
10.10c
10.68de
9.19g
9.31fg
6.00h
5.28hi
5.82h
3.26k
4.96i
4.15j
11.49cd
13.17a
10.06ef
12.302b
11.65bc
11.10cd
Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
pada uji DMRT 5%.
M1 = Tanah : pasir : pupuk kandang
G1 = Genotipe IPB 3
M2 = Tanah : pasir : arang sekam
G2 = Genotipe IPB 4
M3 = Tanah : pasir : kokopit
G3 = Genotipe IPB 9
M4 = Tanah : pupuk kandang : kokopit
M5 = Tanah : pupuk kandang : arang sekam
MST= Minggu Setelah Tanam
J❾❿l➀➁ D➀❾ n
Perlakuan media tanam mempengaruhi jumlah daun dari pengamatan
1-6 MST. Jumlah daun pada tiap genotipe berbeda dari pengamatan 1-6 MST
kecuali pada pengamatan 5 MST (Tabel 3). Hal ini diduga pada pengamatan 5
minggu setelah tanam di ➂➃➄➅➆➇➈ jumlah daun bibit pepaya mengalami
18
kerontokan akibat curah hujan yang lebih tinggi yaitu sebesar 361.7 mm
dibandingkan dengan curah hujan pada bulan sebelumnya seperti disajikan pada
Lampiran 4. Selain itu, hama kutu putih juga menyerang daun pada bibit pepaya
yang mengakibatkan jumlah daun menurun.
Tabel 5. Pertumbuhan Jumlah Daun Bibit Pepaya di ➉➊➋➌➍➎➏ pada Beberapa Jenis
Media Tanam dan Genotipe
Perlakuan
Media
M1
M2
M3
M4
M5
Genotipe
G1
G2
G3
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
3.06b
2.62c
1.91d
3.26ab
3.53a
4.66b
4.11c
2.15d
4.75b
5.04a
6.66b
5.13c
2.75d
7.00ab
7.22a
7.73b
5.42c
3.26d
7.71b
8.20a
9.20a
5.73b
3.26c
9.11a
9.57a
8.73a
5.86b
2.28c
8.20a
8.77a
3.22a
2.69b
2.72b
4.42a
4.02b
3.98b
6.12a
5.61b
5.53b
6.73a
6.52a
6.14b
7.26a
7.68a
7.18a
6.41b
7.34a
6.56b
Keterangan : Sama dengan Keterangan Tabel 4
Media tanam M5 tidak berbeda dengan media tanam M1 dan M4, tetapi
berbeda dengan media tanam M2 dan M3. Media tanam campuran tanah, pupuk
kandang, dan arang sekam (M5) menghasilkan jumlah daun paling banyak yaitu
sebesar 8.77 helai pada 6 MST seperti disajikan pada Tabel 5. Hasil penelitian
Riyanti (2009) menunjukkan bahwa campuran serabut kelapa, arang sekam, pakis,
dan humus daun bambu (1:1:1:1) memberikan hasil perkembangan tanaman yang
lebih baik daripada perlakuan media lainnya dalam peubah jumlah daun, jumlah
ruas, jumlah buku, jumlah akar terbanyak dan tinggi tanaman pada bibit sirih
merah. Pada 6 MST jumlah daun pada genotipe IPB 3 (G1) dan IPB 9 (G3)
berbeda dengan genotipe IPB 4 (G2). Genotipe IPB 4 (G2) menghasilkan jumlah
daun paling banyak yaitu sebesar 7.34 helai. Hal ini diduga adanya pengaruh dari
genotipe tanaman itu sendiri dan faktor lingkungan. Gardner
➐➑ ➎➋➒ (1991)
menjelaskan bahwa jumlah bakal daun yang terdapat pada embrio biji yang masak
merupakan karakteristik spesies. Jumlah daun dipengaruhi oleh genotipe dan
lingkungan.
19
Interaksi media tanam dan genotipe pada jumlah daun menunjukkan
bahwa perlakuan M5G1 memberikan jumlah daun paling banyak pada 2 MST dan
4 MST yaitu sebesar 5.60 helai dan 8.73 helai. Perlakuan M1G2 memberikan
jumlah daun paling banyak pada 6 MST yaitu sebesar 10.06 helai yang berbeda
dengan perlakuan lainnya seperti disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Interaksi Media Tanam dan Genotipe pada Pertumbuhan Jumlah Daun
Bibit Pepaya di ➓➔→➣↔↕➙
Perlakuan
Interaksi (M*G)
M1G1
M1G2
M1G3
M2G1
M2G2
M2G3
M3G1
M3G2
M3G3
M4G1
M4G2
M4G3
M5G1
M5G2
M5G3
2 MST
4 MST
6 MST
5.06b
4.26cd
4.66bc
4.26cd
4.06d
4.00d
2.06e
2.20e
2.20e
5.13ab
4.86b
4.26cd
5.60a
4.73bc
4.80bc
8.26abc
7.06e
7.86bcd
5.60f
5.26f
5.40f
3.46g
3.33g
3.00g
7.60cde
8.53ab
7.00e
8.73a
8.40ab
7.46de
7.40d
10.06a
8.73abcd
5.93e
5.86e
5.80e
2.33f
2.46f
2.06f
7.53cd
9.46ab
7.60cd
8.86abc
8.86abc
8.60bcd
Keterangan : Sama dengan Keterangan Tabel 4
Di➛➜➝➞➝➟ B➛➞➛➠➡
Media tanam, genotipe, dan interaksi media tanam terhadap genotipe
mempengaruhi pertumbuhan diameter batang. Gambar 1 menunjukkan bahwa
diameter batang paling besar yaitu pada media tanam M4 dan M5 sebesar 3.2 mm.
Media tanam M1 tidak berbeda dengan media tanam M4 dan M5 tetapi berbeda
dengan media tanam M2 dan M3 terhadap diam