Simulasi penyediaan pakan di kawasan bomberay provinsi papua barat menggunakan peta arahan penggunaan lahan
SIMULASI PENYEDIAAN PAKAN DI KAWASAN BOMBERAY
PROVINSI PAPUA BARAT MENGGUNAKAN PETA
ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN
SKRIPSI
RIZKY UTAMI DEWI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
i
RINGKASAN
RIZKY UTAMI DEWI. D24080358. 2013. SIMULASI PENYEDIAAN PAKAN DI
KAWASAN BOMBERAY PROVINSI PAPUA BARAT MENGGUNAKAN PETA
ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Panca Dewi M. H. K. S., M. Si.
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Suryahadi, DEA
Citra landsat merupakan salah satu teknologi penginderaan jauh yang
memberikan informasi mengenai tutupan lahan dan memberikan kemudahan dalam
melakukan analisis perencanaan dan pengembangan suatu wilayah. Konsep
agropolitan pertanian terpadu pada Kawasan Bomberay memanfaatkan program ini
untuk mengetahui gambaran potensi yang ada pada kawasan ini sehingga
memudahkan untuk mengetahui komoditi-komoditi apa yang terdapat di setiap
daerah tersebut yang dapat dioptimalkan penggunaannya untuk dijadikan bahan baku
pakan, yang akan meningkatkan populasi ternak pada kawasan tersebut.
Hasil peta arahan Bomberay menjadikan wilayah ini terbagi menjadi lima
Klaster yang dibagi berdasarkan top soil sebagai bahan acuan arahan
pengembangannya. Perencanaan ini mengoptimalkan penggunaan komoditi-komoditi
yang terdapat di kawasan Bomberay seperti jagung, limbah jagung, silase jagung,
padi, dedak padi, limbah padi, singkong, limbah singkong, onggok, umbi jalar,
limbah umbi jalar, bungkil inti sawit, lumpur sawit, serat sawit, kawasan konservasi
dan tanaman tahunan serta padang penggembalaan.
Berdasarkan pemanfaatan komoditi yang terdapat pada setiap wilayah
Klaster, pada Klaster 1 dapat menghasilkan cow calf operation (CCO) sebanyak
66.871,029 satuan ternak (ST), village breeding center (VBC) sebanyak 402,321 ST
dan village farming center (VFC) sebanyak 938,748 ST. Klaster 2 dapat
menghasilkan CCO sebanyak 32.278,03 ST, VBC sebanyak 557,745 ST dan VFC
sebanyak 1.301,405 ST. Klaster 3 dapat menghasilkan CCO sebanyak 17.844,896
ST, VBC sebanyak 246,726 ST dan VFC sebanyak 575,694 ST.
Klaster 4 dapat menghasilkan CCO sebanyak 50.830,94 ST, VBC sebanyak
1.685,041 ST dan VFC sebanyak 3.931,763 ST. Klaster 5 dapat menghasilkan CCO
sebanyak 8.615,923 ST, VBC sebanyak 1.986,038 ST dan VFC sebanyak 4.634,089
ST. Total CCO yang dihasilkan pada kawasan Bomberay berjumlah 176.440,819
ST, VBC sebanyak 4.877,871 ST dan VFC sebanyak 11.381,7 ST. Klaster 1
merupakan kawasan yang paling bagus untuk menghasilkan CCO, sedangkan klaster
5 merupakan kawasan yang paling bagus untuk menghasilkan VBC dan VFC.
Kata kunci: Perencanaan hijauan, citra landsat, sapi potong, limbah pertanian
ii
ABSTRACT
SIMULATION OF PROVIDING FORAGE IN BOMBERAY PROVINCE OF
WEST PAPUA USING LAND COVER MAP
R. U. Dewi, P. D. Manu Hara Karti, Suryahadi
Citra Landsat is one of the remote sensing technology that provides
information on land cover and provide convenience in analyzing the planning and
development of a region. The concept of integrated farming agropolitan Bomberay
Region utilize this program to describe the potential that exists in this area and
making it easier to know what commodities are in any area that can be optimized for
use used as raw material feed, which will increase the population of livestock in the
region.
The results of landing map Bomberay making the region is divided into five
clusters that are shared by top soil as reference direction of development.This
planning optimizes the use of commodities that contained in the Bomberay such as
corn, waste corn, silage corn, rice, rice bran, rice waste, cassava, cassava waste,
cassava, potato tubers, potato tuber waste, palm kernel cake, palm oil sludge, palm
fiber, conservation areas, perennial crops and pastures.
Based on the use of commodity contained in each region cluster, in Cluster 1
can be generated cow calf operation (CCO) 66.871,029 as livestock unit/animal unit
(a.u), village breeding center (VBC) 402,321 as livestock unit/animal unit (a.u) and
village farming center (VFC) as 938,748 units of livestock (a.u). Cluster 2 can be
generated CCO 32.278,03 as a.u, VBC 557,745 as a.u, VFC 1.301,405 as a.u. In
Cluster 3 can be generated CCO 17.844,896 as a.u, VBC 246,726 as a.u and VFC
575,694 as a.u. Cluster 4 produces CCO 50.830,94 as a.u, VBC 1.685,041 as a.u and
VFC 3.931,763 as a.u. In Cluster 5 produced 8.615,923 CCO as a.u, VBC 1.986,038
as a.u and VFC 4.634,089 as a.u. Total CCO generated in the Bomberay region
amounted to 176.440,819 a.u, VBC 4.877,871 a.u and VFC as much as 11.381,7 a.u.
Keywords: Planning forage, citra landsat, beef cattle, food waste
iii
SIMULASI PENYEDIAAN PAKAN DI KAWASAN BOMBERAY
PROVINSI PAPUA BARAT MENGGUNAKAN PETA
ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN
RIZKY UTAMI DEWI
D24080358
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
iv
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada 4 September 1990 di Jakarta.
Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak Sudirno dan Almh. Ibu Partini.
Pendidikan formal penulis dimulai sejak Taman KanakKanak (TK), diselesaikan di TK Nurul Huda pada tahun 1996,
dilanjutkan dengan pendidikan dasar pada SDN Cipinang
Melayu 05 Pagi yang diselesaikan pada tahun 2002, setelah lulus
penulis melanjutkan ke SMPN 109 Jakarta dan lulus pada tahun 2005. Penulis
kemudian melanjukan ke SMAN 71 Jakarta yang diselesaikan pada tahun 2008.
Penulis diterima di IPB pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Setelah melewati Tingkat Persiapan
Berasama selama satu tahun, Penulis masuk di Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan Fakultas Peternakan pada tahun 2009 sebagai angkatan 45. Selama
menjalankan studinya di IPB, Penulis mengikuti aktif dalam keanggotaan Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM-D) divisi Infokom pada tahun
2010-2011. Penulis juga mengikuti ekstrakurikuler Teater Kandang, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis juga aktif menulis proposal dalam
kompetisi PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) yang diselenggarakan oleh DIKTI
setiap tahunnya. PKM Penelitian yang berjudul “Pemberian Ransum Berkadar
Energi Tinggi pada Program “Flushing” untuk Meningkatkan Jumlah
Kelahiran pada Domba Lokal” dan “Efektivitas Penggunaan Limbah Kulit
Buah Naga (Hylocereus Undatus) dalam Ransum Sebagai Alternatif Suplemen
Alami untuk Meningkatkan Kualitas Telur Ayam Komersil”
telah berhasil
diterima dan didanai oleh DIKTI pada tahun 2010 dan 2011. Penulis juga sering
mengikuti acara-acara yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Peternakan sebagai panitia.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim.
Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang
memberikan rahmat serta karunia-Nya hingga saat ini penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini berjudul “Simulasi Penyediaan Pakan di Kawasan Bomberay Provinsi
Papua Barat menggunakan Peta Arahan Penggunaan Lahan” dibawah bimbingan Dr.
Ir. Panca Dewi Manu Hara Karti, M. S., dan Dr. Ir. Suryahadi, DEA. Skripsi ini
merupakan penelitian lanjut dari penelitian langsung yang dilaksanakan oleh tim
peneliti di Kawasan Bomberay, Papua Barat. Data-data pendukung didapatkan
melalui studi pustaka dari berbagai sumber.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
namun Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta untuk
kemajuan pembangunan peternakan di Kawasan Bomberay, Papua Barat dan
terutama untuk kemajuan pembangunan peternakan di Indonesia.
Bogor, 2013
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ...................................................................................................
ii
ABSTRACT ......................................................................................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN ...............................................................................
iv
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………….. ............
v
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... ..........
vi
KATA PENGANTAR ................................................................ ......................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............ .................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. .......... xiii
PENDAHULUAN ........................................................... ....................................
1
Latar Belakang .................................................................... .....................
Tujuan ...................................................................................................
1
2
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................
3
Gambaran Umum Daerah .......................................................................
Keadaan Geografis Kabupaten Fakfak ........................................
Citra Landsat ..........................................................................................
Usaha Pembibitan dan Penggemukan Sapi .............................................
Padi ……………………………………………………… .......................
Kelapa Sawit ..........................................................................................
Singkong ...............................................................................................
Ubi Jalar ................................................................................................
Padang Penggembalaan ..........................................................................
Tanaman Tahunan ..................................................................................
Jagung ...................................................................................................
3
3
6
6
7
8
10
11
11
12
13
MATERI DAN METODE ................................................................................. 15
Materi ....................................................................................................
Bahan ........................................................................................
Alat ............................................................................................
Prosedur .................................................................................................
Potensi Produksi Tanaman .........................................................
Potensi Produksi Limbah Tanaman ...........................................
Kapasitas Tampung (KT) ...........................................................
Kapasitas Produksi Ransum .......................................................
Kapasitas Ransum berdasarkan Produksi Ransum ......................
Jumlah Ternak VBC dan VFC ...................................................
15
15
18
18
18
19
19
19
20
20
viii
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 21
Klaster 1 ................................................................................................
Gambaran Umum Daerah ...........................................................
Potensi Produksi Lahan ..............................................................
Kapasitas Tampung Lahan .........................................................
Klaster 2 ………………………………………………………… ............
Gambaran Umum Daerah ...........................................................
Potensi Produksi Lahan ..............................................................
Kapasitas Tampung Lahan .........................................................
Klaster 3 ................................................................................................
Gambaran Umum Daerah ...........................................................
Potensi Produksi Lahan ..............................................................
Kapasitas Tampung Lahan .........................................................
Klaster 4 ................................................................................................
Gambaran Umum Daerah ...........................................................
Potensi Produksi Lahan ..............................................................
Kapasitas Tampung Lahan .........................................................
Klaster 5 ……………………………………………... ............................
Gambaran Umum Daerah ...........................................................
Potensi Produksi Lahan ..............................................................
Kapasitas Tampung Lahan .........................................................
Kawasan Bomberay ...............................................................................
Total Potensi Produksi Lahan .....................................................
Total Kapasitas Tampung Lahan ................................................
22
22
22
25
26
26
26
29
30
30
31
33
34
34
35
37
38
38
39
41
43
43
44
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 45
Kesimpulan ............................................................................................ 45
Saran ...................................................................................................... 45
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 47
ix
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Statistik Geografi dan Iklim Kabupaten Fakfak ....................................
4
2. Produktivitas Tanaman Pangan Kabupaten Fakfak ...............................
5
3. Kebutuhan Pakan Sapi dalam Periode Berbeda ....................................
7
4. Komposisi Kimia Jerami, Dedak,Katul dan Sekam dalam Persen
(Berdasarkan as fed) ............................................................................
7
5. Komposisi Kimia dari Beberapa Jenis Hasil Samping Industri
Kelapa Sawit (Persen Bahan Kering) ...................................................
8
6. Kandungan
Unsur-Unsur
Nutrien
pada
Singkong
(dalam as fed) ......................................................................................
10
7. Proporsi Limbah Tanaman Jagung, Kadar Protein Kasar dan Nilai
Kecernaan Bahan Keringnya ................................................................
14
8. Susunan Ransum Pakan Sapi (dalam Persen) .......................................
20
9. Luas Kawasan Bomberay berdasarkan Klaster .....................................
21
10. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 1 ..............................................................................................
22
11. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung Pada
Klaster 1 ..............................................................................................
23
12. Potensi Produksi Lahan pada Klaster 1 .................................................
24
13. Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi
Ransum pada Klaster 1 ........................................................................
25
14. Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 1 .................................
25
15. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 2 ..............................................................................................
26
16. Penghitungan Potensi Produksi Dan Kapasitas Tampung pada
Klaster 2 ..............................................................................................
27
17. Potensi Produksi Lahan pada Klaster 2 .................................................
28
18. Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi
Ransum pada Klaster 2 ........................................................................
29
19. Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 2 .................................
30
20. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 3 ..............................................................................................
30
21. Potensi Produksi Lahan pada Klaster 3 .................................................
31
22. Penghitungan Potensi Produksi Dan Kapasitas Tampung pada
Klaster 3 ..............................................................................................
32
x
23. Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi
Ransum pada Klaster 3 ........................................................................
33
24. Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 3 .................................
34
25. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 4 ..............................................................................................
34
26. Potensi Produksi Lahan pada Klaster 4 ................................................
35
27. Penghitungan Potensi Produksi Dan Kapasitas Tampung pada
Klaster 4 ..............................................................................................
36
28. Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi
Ransum pada Klaster 4 ........................................................................
37
29. Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 4 .................................
37
30. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 5 ..............................................................................................
38
31. Penghitungan Potensi Produksi Dan Kapasitas Tampung pada
Klaster 5 ..............................................................................................
39
32. Potensi Produksi Lahan pada Klaster 5 .................................................
40
33. Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi
Ransum pada Klaster 5 ........................................................................
41
34. Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 5 .................................
42
35. Total Potensi Produksi Kawasan Bomberay .........................................
43
36. Total Potensi Pengembangan Ternak Sapi di Kawasan
Bomberay ............................................................................................
43
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Peta Wilayah Kabupaten Bomberay .....................................................
3
2. Skema Penggunaan Hasil Pengolahan Tandan Kelapa Sawit ................
9
3. Peta Arahan Kawasan Bomberay .........................................................
15
4. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 1 ..............................................................................................
16
5. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 2 ..............................................................................................
16
6. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 3 ..............................................................................................
17
7. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 4 ..............................................................................................
17
8. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 5 ..............................................................................................
18
xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu masalah yang dihadapi Indonesia saat ini adalah kecenderungan
terjadinya peningkatan impor daging dan sapi bakalan yang disebabkan oleh
peningkatan permintaan di dalam negeri. Hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan populasi dan produksi daging adalah dengan usaha cow calf operation
(CCO) atau sering disebut dengan usaha pembibitan atau perkembangbiakan sapi
potong. Adapun usaha CCO biasanya ditunjukkan untuk menghasilkan sapi bakalan
atau sekedar untuk menambah populasi.
Kabupaten Fakfak memiliki potensi yang besar untuk pengembangan usaha
ternak sapi karena didukung oleh sumber daya alam (lahan dan pakan), sumber daya
manusia serta peluang pasar yang memadai. Ternak sapi mempunyai potensi pasar
yang cerah, selain memberikan tambahan pendapatan bagi petani dan peternak, usaha
ternak sapi juga merupakan sumber pendapatan daerah melalui perdagangan amtar
provinsi dan antar pulau. Populasi ternak sapi pada akhir tahun 2010 yaitu sebanyak
1.483 ekor dengan produksi daging 32.640 kg (Fakfak dalam Angka, 2011), namun
dalam pengembangan, peternakan rakyat tersebut tidak berjalan dengan mulus
karena terdapat permasalahan pada ketersediaan sumberdaya pakan seperti
ketersediaan rumput dan hijauan pakan ternak yang sangat fluktuatif di sepanjang
tahun. Rumput dan hijauan pakan sangat melimpah pada musim penghujan,
sedangkan dimusim kemarau akan kekurangan rumput dan hijauan pakan, selain itu
belum dimanfaatkannya jerami pertanian dan jerami perkebunan secara optimal
sebagai bahan pakan, padahal potensi jerami pertanian dan jerami perkebunan sangat
besar. Suatu strategi perencanaan dalam penyediaan dan pemanfaatan sumberdaya
pakan berdasarkan potensi yang ada di daerah tersebut perlu dibuat untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
Wilayah Bomberay merupakan salah satu distrik yang berada di Kabupaten
Fakfak, Papua Barat. Wilayah ini merupakan salah satu kawasan yang ditetapkan
sebagai Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu, sehingga sudah memiliki peta
arahan penggunaan lahan menggunakan pencitraan digital (citra landsat) yang
didapat dari Badan Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Peta
arahan penggunaan lahan ini akan dijadikan acuan dalam pembuatan perencanaan
1
penyediaan hijauan pakan untuk pengembangan peternakan sapi potong di daerah
Bomberay itu sendiri. Arahan pengembangan komoditas yang direkomendasikan atas
kesesuaian lahan meliputi tanaman perkebunan, tanaman tahunan, lahan konservasi,
padang penggembalaan serta tanaman pangan dan holtikultura.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan penyediaan hijauan pakan
dengan menggunakan peta arahan penggunaan lahan sebagai acuan untuk memenuhi
kebutuhan pakan pembibitan dan penggemukan sapi di Kawasan Agropolitan
Wilayah Bomberay, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat berdasarkan citra
landsat.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Daerah
Kabupaten Fakfak merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat,
Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di kota Fakfak. Secara astronomi,
Kabupaten Fakfak terletak pada 131°30’-138°40’ BT dan 2°25’-4°LS. Wilayah
Kabupaten Fakfak sebelah Utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Teluk
Bintuni, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Arafura dan Kabupaten Kaimana,
sebelah Barat berbatasan dengan Laut Seram dan Teluk Berau, sedangkan sebelah
Timur berbatasan dengan Kabupaten Kaimana.
Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Bomberay
Sumber: Fakfak dalam Angka (2011)
Kabupaten Fakfak berada pada wilayah kepala burung bagian bawah dan
memiliki luas sebesar 14.320 km2. Fakfak dibagi menjadi sembilan distrik yaitu
Bomberay, Fakfak Barat, Fakfak Timur, Fakfak, Kokas, Karas, Fakfak Tengah,
Kramongmongga dan Teluk Patipi. Distrik Karas merupakan wilayah paling luas
yaitu sebesar 2.491 km2, sedangkan wilayah Distrik Fakfak Tengah merupakan
wilayah paling kecil yaitu sebesar 705 km2.
Keadaan Geografis Kabupaten Fakfak
Wilayah Kabupaten Fakfak berada pada ketinggian lebih atau sama dengan
1.000 meter sebesar 250,06 ribu ha atau 12,17%. Jika dilihat dari tingkat kemiringan,
3
sebagian besar wilayah di Kabupaten Fakfak memiliki tingkat kemiringan lebih besar
dari 40° yaitu sebesar 2,30 juta ha atau sebesar 60,63%. Data statistik mengenai
geografi dan iklim wilayah Kabupaten Fakfak dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Statistik Geografi dan Iklim Kabupaten Fakfak
Uraian
Satuan
Km2
Luas
Tahun 2010
14,32
Suhu Minimum
°C
22,40-24,10
Suhu Maksimum
°C
29,00-31,60
Kecepatan Angin
Mls
9,00-25,00
Kelembaban
%
80,50-88,50
Hari Hujan
Hari
227,00
Curah Hujan
Mm
3.530,30
Tekanan Udara
Mbs
990,00-994,40
Penyinaran Matahari
%
99,00-193,20
Kampung di Pesisir
Kampung
67,00
Kampung Bukan Pesisir
Kampung
58,00
Kampung di Lembah DAS
Kampung
5,00
Kampung di Lereng
Kampung
33,00
Kampung di Dataran
Kampung
20,00
Sumber: Fakfak dalam Angka (2011)
Masalah kesulitan dan kurang efektifnya pendistribusian hasil produksi juga
menjadi alasan produksi tanaman pangan kurang melimpah disamping kondisi alam
yang kurang mendukung. Tanaman pangan yang diproduksi di Kabupaten Fakfak
antara lain padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah dan kacang kedelai. Data
produktivitas tanaman pangan pada wilayah Kabupaten Fakfak dapat dilihat pada
Tabel 2.
4
Tabel 2. Produktivitas Tanaman Pangan Kabupaten Fakfak
Uraian
2008
2009
Produksi ubi kayu (ton)
1486,00
45,00
1756,00
Produksi ubi jalar (ton)
1362,00
303,00
969,00
324,00
227,00
631,00
2,00
7,00
118,00
35,00
21,00
60,00
7,00
39,00
152,00
Luas panen ubi kayu (ha)
132,00
4,00
164,00
Luas panen ubi jalar (ha)
135,00
30,00
96,00
95,00
62,00
176,00
2,00
6,00
118,00
34,00
19,00
58,00
Luas panen jagung (ha)
4,00
23,00
91,00
Hasil ubi kayu (kw/ha)
112,58
111,78
107,05
Hasil ubi jalar (kw/ha)
100,92
101,04
100,94
Hasil padi (kw/ha)
34,11
36,63
35,84
Hasil kedelai (kw/ha)
10,40
11,58
10,03
Hasil kacang tanah (kw/ha)
10,35
10,91
10,34
Hasil jagung (kw/ha)
16,85
16,98
16,72
Produksi padi (ton)
Produksi kedelai (ton)
Produksi kacang tanah (ton)
Produksi jagung (ton)
Luas panen padi (ha)
Luas panen kedelai (ha)
Luas panen kacang tanah (ha)
2010
Sumber: Fakfak dalamAngka (2011)
Pembangunan sub sektor peternakan bertujuan untuk menyediakan pangan
hewani seperti daging, susu dan telur yang bernilai gizi tinggi. Kebijaksanaan
pemerintah di sub sektor peternakan diarahkan untuk membangun dan membina
usaha peternakan agar mampu meningkatkan produksi dengan mutu yang baik dan
harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat serta dapat memperbaiki
kesejahteraan peternak, menambah devisa dan memperluas kesempatan kerja.
Adapun ternak yang dibudidayakan di kabupaten Fakfak antara lain sapi, kuda,
kambing dan babi. Produksi daging sapi pada tahun 2010 ialah sebanyak 32.640 kg
dengan populasi ternak mencapai 1.483 ekor.
5
Citra Landsat
Dalam perencanaan dan pengembangan suatu wilayah, diperlukan data-data
penunjang antara lain peta tutupan lahan. Peta tutupan lahan adalah peta yang
memberikan informasi mengenai objek-objek yang tampak dipermukaan bumi.
Ketepatan informasi tutupan lahan akan memberikan kemudahan dalam melakukan
analisa perencanaan dan pengembangan suatu wilayah. Membuat peta tutupan lahan
dapat memanfaatkan teknologi penginderaan jauh, yaitu ilmu seni untuk memperoleh
informasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau
fenomena yang dikaji (Lillesar dan Ralph, 1990).
Salah satu teknologi penginderaan jauh ialah dengan analisis Citra Landsat
yang merupakan citra satelit untuk penginderaan sumberdaya bumi. Thematik
Mapper (TM) adalah suatu sensor optik penyiaman yang beroperasi pada cahaya
tampak dan inframerah bahkan spectral (Lo, 1995). Thematik Mapper dipasang pada
Landsat dengan tujuan untuk perbaikan resolusi spasial, pemisahan spectral,
kecermatan data radiometrik dan ketelitian geometrik.
Usaha Pembibitan dan Penggemukan Sapi
Sistem pemeliharaan ternak sapi secara umum dikategorikan menjadi dua,
yaitu pola breeding (pembibitan) dan pola penggemukan. Usaha CCO sering disebut
sebagai usaha pembibitan atau perkembangbiakan sapi potong. Kurang lebih
sebanyak 99% usaha ini dilakukan oleh peternak kecil dengan skala kepemilikan
kurang dari dua ekor/peternak. Usaha ini mampu meningkatkan harga sapi betina
lokal sehingga para jagal sulit bersaing dan tidak akan memotong sapi betina
produktif (SBP). Adapun usaha CCO biasanya ditunjukan untuk menghasilkan sapi
bakalan atau sekedar untuk menambah populasi (Fagi et al., 2009).
Usaha CCO membutuhkan SBP dalam jumlah banyak, apabila ditargetkan
untuk mencapai swasembada daging sapi. Kebutuhan bibit untuk suatu wilayah harus
ditetapkan berdasarkan daya dukung wilayah atau carrying capacity, bukan
berdasarkan jumlah peternak atau ketersediaan anggaran dalam proyek. Pola
pemeliharaan untuk tujuan penggemukan sistem pemeliharaannya umumnya
dilakukan secara intensif. VBC dan VFC merupakan contoh usaha penggemukan
yang dilakukan oleh peternak.
6
Kebutuhan nutrisi ternak sapi berbeda sesuai dengan tujuan pemeliharaannya.
Berikut disajikan kebutuhan nutrisi ternak sapi untuk periode pembibitan dan
penggemukan, yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kebutuhan Pakan Sapi dalam Periode Berbeda
Uraian Bahan
Periode
Pembibitan
Penggemukan
Kadar air (%)
12,0
12,0
Bahan kering (%)
88,0
88,0
Protein kasar (%)
10,8
12,7
Lemak kasar (%)
2,6
3,0
Serat kasar (%)
19,6
18,4
Kadar abu (%)
6,8
8,7
64,2
64,4
Total Digestable Nutrien (%)
Sumber: Wahyono (2004)
Padi
Sebagian besar dari lahan panen padi sawah di Indonesia seluas 12 juta
hektar, khususnya di Pulau Jawa ditanami padi secara intensif. Sementara itu,
andalan hijauan rumput yang berasal dari lahan subur semakin terbatas sehingga
sumber pakan berkualitas juga semakin sulit diperoleh. Hal tersebut memerlukan
upaya untuk meningkatkan kualitas jerami padi sebagai sumber pakan sapi yang
bermutu terus digiatkan.
Tabel 4.
Komposisi Kimia Jerami, Dedak, Katul dan Sekam dalam Persen
(Berdasarkan as fed)
Bahan
Abu
Lemak
Serat
Protein
Total Digestable
Kasar
Kasar
Nutrien (TDN)
%
Jerami padi
24,5
2,5
33,8
4,3
40,0
Dedak
11,7
14,1
11,6
13,8
39,0
Katul
9,0
12,4
6,0
14,0
85,0
Sekam
19,7
1,5
43,3
3,8
12,0
Sumber: Tilman et al. (1986)
7
Dedak padi diperoleh saat penggilingan gabah menjadi beras dengan proporsi
sekitar 10-15% dari bobot gabah. Dedak padi yang termasuk dalam kelas bermutu
baik mempunyai kandungan protein minimal 12% dengan kandungan lemak
maksimal 15%. (Fagi et al., 2009). Menurut data dari Departemen Pertanian (2012),
produksi padi di Indonesia saat ini ialah 15,4 ton/ha, dengan produksi bahan kering
2,5 ton/ha/tahun (Murni et al.¸2008). Asumsi produksi padi yang akan digunakan
untuk menghitung komoditi pada wilayah Bomberay ialah 3,5 ton/ha/tahun, jerami
padi sebesar 6,25 ton/ha/tahun, sedangkan dedak padi sebesar 0,525 ton/ha/tahun.
Tanaman padi menghasilkan padi sebagai produk utama, selain itu juga dihasilkan
limbah tanaman dalam bentuk jerami padi dan juga limbah pengolahan gabah, yaitu
dedak, katul, dan sekam padi. Jerami dan hasil ikutan tanaman padi ini dapat
dimanfaatkan antara lain untuk bahan pakan ternak atau sebagai bahan sumber energi
alternatif (Fagi et al., 2009).
Kelapa Sawit
Luas areal kelapa sawit pada tahun 2010 yaitu 5,1 ribu hektar yang
menghasilkan minyak sawit sebanyak 14,3 juta ton dan biji sawit sebanyak 3,2 juta
ton (Departemen Pertanian, 2010). Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur
3-4 tahun dan buahnya menjadi masak 5-6 bulan setelah penyerbukan. Hasil
pengolahan tandan buah sawit (TBS), ternyata bukan hanya hasil olahan utamanya
yang berupa minyak sawit dan minyak inti sawit saja yang digunakan, beberapa hasil
ikutan dan jeraminya masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan ternak, pupuk
sampai digunakan sebagai bahan bakar. Beberapa hasil ikutan yang dapat digunakan
sebagai bahan makanan ternak antara lain minyak sawit kasar, bungkil inti sawit,
serat perasan buah sawit dan lumpur minyak sawit.
Tabel 5. Komposisi Kimia dari Beberapa Jenis Hasil Samping Industri Kelapa Sawit
(Persen Bahan Kering)
Bahan
Bahan Kering
Protein Kasar
Serat Kasar
%
Pelepah sawit
86,2
5,8
48,6
Lumpur sawit
91,1
11,1
17,0
Bungkil inti sawit
91,8
15,3
15,0
Sumber: Idris et al. (1998)
8
Asumsi produksi bungkil kelapa sawit yang akan digunakan untuk
mengjhitung komoditi pada wilayah Bomberay ialah 0,248 ton/ha/tahun, serat sawit
sebesar 3,016 ton/ha/tahun, sedangkan lumpur sawit sebesar 3,124 ton/ha/tahun.
Hasil pemberian bungkil inti sawit pada ternak terlihat pada peningkatan kandungan
lemak susu, kekentalan keju dan mutu daging pada ternak sapi perah dan kerbau
dengan dicampur makanan lain yang disukai ternak. Skema penggunaan hasil
pengolahan tandan kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 2.
Pangan
Minyak
sawit (CPO)
Oleokim
Daging
Buah
Minyak goreng (olein),
margarin, lemak kue,
vanaspati, cocoa butter
substitute
Stearin, sabun, asam
lemak, gliserin,
detergen, pelumas,
plasticizer, kosmetika,
Sabut Sawit
Particle board, pulp kertas,
Sludge
Makanan ternak, sabun, pupuk
Minyak goreng
Minyak Inti
(PKO)
Pohon Kelapa
Sawit
Inti Sawit
Cangkang
Tandan
Kosong
Batang
Pohon
Oleokimia
Bungkil
Biji
Sawit
Salad oil
Makanan
ternak, pupuk
Arang, karbon aktif, bahan pengisi,
particle board, asap cair
Pulp kertas, particle board, pupuk, kompos,
energi
Bahan konstruksi, pulp, particle board, bahan
kimia, energi
Gambar 2. Skema Penggunaan Hasil Pengolahan Tandan Kelapa Sawit
Sumber: Tim penulis PS (1999)
9
Bungkil inti sawit merupakan hasil ikutan pada proses ekstrasi inti sawit. Zat
makanan yang terkandung di dalamnya cukup bervariasi, tetapi kandungan yang
tertinggi adalah protein (18-19%). Bungkil ini kurang disukai ternak karena
kandungan serat kasarnya cukup tinggi maka kurang cocok diberikan untuk ternak
monogastrik.
Serat perasan buah sawit merupakan jerami yang diperoleh dari buah dalam
proses pemerasan. Sebagai bahan campuran pakan ternak, jerami ini cenderung
cocok untuk diberikan pada ternak ruminansia karena kandungan serat kasarnya,
terutama lignin, tinggi. pada ternak ruminansia, bahan ini dapat diberikan 25-30%
dari seluruh pakan yang diberikan setiap hari. (Tim penulis PS, 1999).
Singkong
Ubi kayu atau singkong termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi
Spermatophyta,
sub-divisi
Angiospermae,
kelas
Dicotyledonae,
famili
Euphorbiaceae, genus Manihot, spesies Esculanta crantz dengan berbagai varietas.
Umbi yang terbentuk merupakan akar yang berubah bentuk dan fungsinya sebagai
tempat cadangan makanan (Westby, 2002).
Tanaman singkong mulai menghasilkan umbi pada umur 6 bulan
(Prihatman, 2000). Menurut Noordia (2005), ubi kayu memproduksi glukosida
sianogenik (linamarin), yang secara enzimatis dirusak selama perusakan sel
menghasilkan sianida. Terdapat beberapa metode-metode yang dapat digunakan
untuk mengurangi jumlah glukosiada sianogenik tersebut adalah dengan cara
penyucian, perendaman, pemasakan, dan pengeringan.
Tabel 6. Kandungan Unsur-Unsur Nutrien pada Singkong (dalam as fed)
25,3
25,1
12,7
11,4
Bahan
Ekstrak
Tanpa
Nitrogen
%
46,1
-
10,9
-
22,6
Umbib
30,8
2,3
1,4
Kulitb
29,6
4,9
1,3
Bahan
Daunb
Batanga
Bahan
Kering
Protein
Kasar
Lemak
Kasar
Serat
Kasar
Ca
P
1,10-1,14
0,25-0,30
47,9
0,31
0,34
3,4
88,9
0,31
0,07-0,46
16,6
68,5
0,02-0,30
0,13
Sumber: a) Devendra (1977); b) Ramli dan Rismawati (2007)
10
Onggok merupakan salah satu jerami padat dari hasil industri pengolahan
singkong menjadi tapioka. Onggok merupakan sumber energi dengan kandungan
karbohidrat sebanyak 97,29% (Halid, 1991). Onggok mengandung air cukup tinggi
dan dapat menjadi sumber pencemaran atau polusi udara atau lingkungan, terutama
di
wilayah
produksi
apabila
tidak
ditangani
dengan
baik
(Balai Penelitian Ternak, 2002).
Produksi daun singkong juga cukup besar yaitu 0,92 ton/ha/tahun bahan
kering, dan terdapat lebih dari 1,2 juta ton jerami dari tanaman singkong yang belum
dimanfaatkan secara optimal per tahunnya. Asumsi produksi singkong yang akan
digunakan untuk mengjhitung komoditi pada wilayah Bomberay ialah 6,559
ton/ha/tahun, jerami singkong sebesar 1 ton/ha/tahun, sedangkan onggok sebesar
2,702 ton/ha/tahun.
Ubi Jalar
Ubi jalar termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermathophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, famili Convolvulaceae, genus Ipomea,
spesies Ipomea batatas L. sin. batatas edulis Choisy. Tanaman ubi jalar termasuk
tumbuhan semusim (annual) yang memiliki susunan tubuh terdiri dari batang, ubi,
daun, bunga, buah dan biji. Batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, berbukubuku, dan tipe pertumbuhannya tegak atau merambat (menjalar). Warna batang
biasanya hijau tua sampai keungu-unguan (Rukmana, 1997).
Tanaman ubi jalar yang sudah berumur kurang lebih 3 minggu setelah tanam
biasanya sudah membentuk ubi. Bentuk ubi biasanya bulat sampai lonjong dengan
permukaan rata sampai tidak rata. Bentuk ubi yang ideal ialah lonjong agak panjang.
Kulit ubi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerah-merahan. Asumsi
produksi ubi jalar yang akan digunakan untuk menghitung komoditi pada wilayah
Bomberay ialah 4,32 ton/ha/tahun dan jerami umbi jalar sebesar 0,48 ton/ha/tahun.
Padang Penggembalaan
Padang penggembalaan merupakan sumber penyediaan hijauan yang lebih
ekonomis dan murah. Padang penggembalaan merupakan tanaman hijauan yang
secara langsung bisa dimakan oleh hewan. Padang penggembalaan tersebut bisa
terdiri dari rumput seluruhnya atau leguminosa saja atau campuran keduanya agar
menjadi padang penggembalaan yang baik dan ekonomis.
11
Sapi-sapi dara atau dewasa yang digemukkan ataupun sapi-sapi perah
biasanya merumput di padang penggembalaan selama musim penghujan, pada saat
tanaman tumbuh baik. Hanya kualitas pangan yang baiklah yang mampu
memperbaiki produk serta mutu terhadap sapi potong ataupun sapi perah dan
pekerja, sehingga sapi-sapi tersebut akan menghasilkan daging dan susu yang tinggi
serta tenaga kerja yang tangguh (Aak, 1983).
Tanaman Tahunan
Nyatoh merupakan tumbuhan asli yang tumbuh tersebar di seluruh Indonesia.
Jenis ini tumbuh pada tanah berawa dan sebagian pada tanah kering, dengan jenis
tanah liat atau tanah pasir, di daerah banyak hujan pada ketinggian 20-500 mdpl
(Martawijaya et al., 1981). Nyatoh (Palaquium sp.) termasuk ke dalam famili
Sapotacea. Pohon nyatoh berbuah setiap tahun pada bulan Desember sampai dengan
Maret.
Matoa (Pometia pinnata Forst.) merupakan salah satu tumbuhan tingkat
tinggi yang tumbuh endemic, terutama di daerah Papua (Indonesia) dan Negara
Papua New Guinea (PNG). Tanaman ini dapat tumbuh mencapai ketinggian sekitar
50 meter dengan diameter 2 meter. Tanaman matoa cukup mendominasi di kawasan
hutan Entrop, yang termasuk kawasan penyangga cagar alam pegunungan Cycloops,
Jayapura. Tanaman ini banyak diburu oleh masyarakat karena mempunyai banyak
fungsi. Selain kayunya yang berpotensi untuk bahan bangunan, daun dan buahnya
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Walau tidak mempunyai persyaratan khusus dalam pertumbuhannya,
tanaman matoa akan terhambat pertumbuhannya jika ditanam pada tanah-tanah
marginal padahal tanaman ini sangat cocok digunakan sebagai tanaman reboisasi
lahan marginal yang produktif, sehingga perlu dicari teknologi alternatif yang mudah
untuk dilakukan, relatif murah dan tidak mencemari ingkungan sebagai upaya untuk
meningkatkan produksi dalam sistem pertanian, perkebunan dan kehutanan pada
lahan-lahan marginal (Suharno dan Supeni, 2008).
Acacia villosa termasuk dalam famili Leguminose dengan subfamili
Mimosidae. Genus Acacia villosa memiliki banyak jenis, diantaranya A. villosa dan
A. angussitima. Sinonim dari Acacia villosa adalah Mimosa glauca, Acacia glauca,
dan Acaciella villosa. Tanaman ini digunakan untuk merehabilitasi tanah tererosi dan
12
hutan gundul serta dijadikan tanaman hias dan pupuk hijau, selain itu dapat juga
digunakan sebagai kayu bakar dan bahan dasar pembuat peralatan rumah tangga.
Acacia villosa mengandung protein yang tinggi yaitu 22-28%, sehingga sangat
potensial sebagai sumber protein ternak. Pemberian A. villosa dalam jumlah besar
terkendala karena mengandung senyawa asam amino nonprotein (AANP) dan tanin
yang bersifat toksik dan anti nutrisi (Wina dan Tangendjaja, 2000). A. villosa
memiliki kandungan senyawa antinutrisi yang meliputi senyawa fenol 6,6%, tannin
3,71%,
saponin
0,52%
dan
asam
amino
non-protein
(AANP)
2,88%
(Jukema dan Danimihardja, 1997).
Jagung
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan utama kedua setelah
padi; yang sangat berguna bagi kehidupan manusia dan ternak karena hampir
keseluruhan bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan. Jumlah kebutuhan jagung di
Indonesia meningkat dari tahun ke tahun dalam jumlah yang cukup tinggi karena
adanya permintaan dari industri pakan ternak (Departemen Pertanian, 2007). Jagung
merupakan sumber energi dan penyusun utama dalam campuran pakan untuk ayam
pedaging (50% dalam ransum), juga digunakan sebagai sumber energi dalam pakan
konsentrat untuk ternak non ruminansia lainnya seperti babi dan di negara Amerika
sebagai bahan pakan ruminansia (Cooke et al., 2008).
Ada beberapa macam jerami tanaman jagung dan produk samping industri
berbasis jagung. Menurut Tangendjaja dan Elizabeth (2007), di Indonesia dikenal
istilah lokal untuk beberapa limbah tanaman dan industri jagung, yaitu:
Tebon jagung, yaitu seluruh tanaman termasuk batang, daun, dan buah
jagung muda yang dicacah dan diberikan langsung kepada ternak. Cacahan jagung
juga dibuat silase.
Jerami jagung (brangkasan), yaitu bagian batang dan daun jagung yang
dibiarkan kering di ladang dan dipanen pada saat tongkol dipetik.
Kulit buah jagung, biasanya dibuang. Kulit jagung manis potensial untuk
dijadikan silase karena kadar gulanya cukup tinggi.
Tongkol jagung (janggel), yaitu bagian dari buah jagung setelah biji dipipil.
Penggunaan jerami tanaman jagung sebagai pakan dalam bentuk segar adalah
yang termudah dan termurah tetapi pada saat panen hasil jerami tanaman jagung ini
13
cukup melimpah maka sebaiknya disimpan untuk stok pakan pada saat musim
kemarau panjang atau saat kekurangan pakan hijauan. Sebagian jerami jagung
diproses atau disimpan dengan cara dibuat hay (menjadi jerami jagung kering) atau
diawetkan dalam bentuk silase sebagai pakan cadangan (Mccutcheon dan Samples,
2002). Asumsi produksi jagung yang akan digunakan untuk menghitung komoditi
pada wilayah Bomberay ialah 3,42 ton/ha/tahun, jerami jagung sebesar 7
ton/ha/tahun, sedangkan silase jagung sebesar 10 ton/ha/tahun.
Tabel 7.
Proporsi Jerami Tanaman Jagung, Kadar Protein Kasar dan Nilai
Kecernaan Bahan Keringnya
Jerami
Kadar air
(%)
Proporsi
Jerami
(% BK)
Protein
Kasar (%)
Batang
70 –75
50
3,7
Kecernaan
Bahan
Kering in
vitro (%)
51
Daun
20 –25
20
7,0
58
Tinggi
Tongkol
50 –55
20
2,8
60
Rendah
Kulit
45 –50
10
2,8
68
Tinggi
Palatabilitas
Rendah
Sumber: Mccutcheon dan Samples (2002); Wilson et al. (2004)
Jerami perkebunan jagung mengandung kadar protein dan karotenoid yang
rendah dan kadar serat yang tinggi. Bila jerami perkebunan ini diberikan kepada
ternak tanpa disuplementasi atau diberi perlakuan sebelumnya maka nutrisi jerami ini
tidak akan cukup untuk mempertahankan kondisi ternak. Hal tersebut dapat diatasi
dengan cara mencampurkan jerami jagung dengan leguminosa sebagai sumber
protein ketika akan diberikan ke ternak atau bila hendak dibuat silase
(Kaiser dan Piltz, 2002).
14
MATERI DAN METODE
Materi
Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah peta arahan penggunaan
lahan kawasan agropolitan pertanian terpadu daerah Bomberay. Peta ini didapat dari
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Cimanggu. Kawasan
Bomberay dibagi menjadi 5 klaster berdasarkan top soil. Peta yang dipakai dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 (peta arahan Kawasan Bomberay secara
keseluruhan), Gambar 4 (peta arahan Kawasan Bomberay klaster 1), Gambar 5 (peta
arahan Kawasan Bomberay klaster 2), Gambar 6 (peta arahan Kawasan Bomberay
klaster 3), Gambar 7 (peta arahan Kawasan Bomberay klaster 4) dan Gambar 8 (peta
arahan Kawasan Bomberay klaster 5).
Gambar 3. Peta Arahan Kawasan Bomberay secara Keseluruhan
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
15
Gambar 4. Peta Arahan Kawasan Bomberay Klaster 1
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
Gambar 5. Peta Arahan Kawasan Bomberay Klaster 2
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
16
Gambar 6. Peta Arahan Kawasan Bomberay Klaster 3
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
Gambar 7. Peta Arahan Kawasan Bomberay Klaster 4
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
17
Gambar 8. Peta Arahan Kawasan Bomberay Klaster 5
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
Alat
Alat yang digunakan adalah seperangkat komputer dan aplikasi microsoft
excel serta microsoft word.
Prosedur
Peta arahan penggunaan lahan dijadikan acuan untuk membuat suatu
perencanaan penyediaan hijauan pakan ternak. Perencanaan penyediaan hijauan
pakan dibuat berdasarkan tanaman apa saja yang akan ditanam di daerah tersebut.
Bahan baku pakan yang dipakai dalam perencanaan penyediaan hijauan pakan ini
bisa berasal dari produk utama tanaman ataupun jerami tanaman pertanian. Asumsi
produksi dan limbah tanaman didapat dengan cara studi literatur. Pengerjaan
perencanaan dilakukan menggunakan microsoft excel. Perhitungan dilakukan dengan
metode Nell and Rollinson sebagai berikut:
Potensi produksi tanaman
Berdasarkan peta arahan penggunaan lahan, dapat dihitung potensi produksi
tanaman yang akan ditanam dan dikembangkan di Kawasan Bomberay. Perhitungan
potensi produksi tanaman dilakukan menggunakan rumus:
18
Potensi produksi tanaman =
asumsi produksi
hektar
x luas lahan tanam
Potensi produksi limbah tanaman
Berdasarkan peta arahan penggunaan lahan, dapat dihitung potensi produksi
limbah tanaman yang akan dihasilkan di Kawasan Bomberay. Perhitungan potensi
produksi limbah tanaman dilakukan menggunakan rumus:
Potensi jerami tanaman =
asumsi produksi jerami
hektar
x luas lahan tanam
Kapasitas tampung (KT)
Setelah mendapatkan hasil perhitungan potensi produksi, dilakukan
penghitungan kapasitas tampung ternak CCO berdasarkan potensi produksi limbah
tanaman yang telah dihitung sebelumnya. Pakan yang digunakan dalam pembibitan
(CCO) berupa rumput di padang penggembalaan dan limbah tanaman jagung,
kedelai, padi sawah dan silvopastra. Penghitungan kapasitas tampung ternak CCO ini
dihitung untuk mengetahui jumlah ternak yang dapat ditampung di Kawasan
Bomberay dengan rumus:
potensi produksi limbah x 1000
Kapasitas Tampung (KT) =
KT untuk tanaman tahunan = 0,02 x luas hutan x 15 ton BK/ha/thn
KT untuk lahan konservasi = 0,02 x luas hutan x 15 ton BK/ha/thn
6,29 x 365
Kapasitas produksi ransum
Penyusunan ransum untuk pakan ternak penggemukan (VBC dan VFC)
menggunakan pakan complete feed yang disusun dari jagung, silase jagung, dedak
halus, serat sawit, lumpur sawit dan bungkil inti sawit. Susunan ransum yang
digunakan dapata dilihat pada Tabel 8. Ransum disusun menggunakan metode trial
and error. Ransum yang disusun mengandung Protein Kasar 11,45% dan Total
Digestable Nutrien 64,22%, kemudian jumlah ransum yang dibuat disesuaikan
jumlahnya dengan jumlah bahan pakan yang tersedia. Kapasitas produksi ransum
dapat dihitung dengan rumus:
dalam ransum
Kapasitas produksi ransum = % penggunaan komoditi
x potensi produksi komoditi x 1000
100
19
Table 8. Susunan Ransum Pakan Sapi (%)
Formulasi
Lumpur
Penggunaan
Protein
Kasar
Total
Protein
Digestable
Kasar
Nutrien
ransum
Total Digestable
Nutrien ransum
10,0
11,1
45,00
1,11
4,500
10,0
15,3
65,40
1,53
6,540
45,0
10,0
72,00
4,50
32,400
Serat sawit
5,0
5,8
29,80
0,29
1,490
Dedak padi
20,0
14,1
55,52
2,82
11,104
Jagung
10,0
12,0
81,90
1,20
8,190
11,45
64,224
sawit
Bungkil
inti sawit
Silase
jagung
Total
100,0
Kapasitas tampung (KT) berdasarkan produksi ransum
Jumlah ransum yang dibuat disesuaikan jumlahnya dengan jumlah bahan
pakan yang tersedia. Hal ini dilakukan dengan melihat bahan baku tersedia yang
paling sedikit sebagai patokan dalam pembuatan ransum dan dilakukan penghitungan
kapasitas tampung dengan rumus:
Kapasitas tampung =
jumlah kapasitas produksi ransum
kebutuhan pakan harian x365
Jumlah ternak VBC dan VFC
Hasil dari kapasitas tamping berdasarkan produksi ransum dapat dilakukan
penghitungan untuk mengetahui jumlah VBC dan VFC dengan rumus:
Jumlah ternak VBC = Totak kapasitas tampung berdasarkan ransum x 0,03
Jumlah ternak VFC = Totak kapasitas tampung berdasarkan ransum x 0,07
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
Citra digital (image atau scene) merupakan representasi dua dimensi dari
suatu objek di dunia nyata. Khusus pada bidang remote sensing (dan pengolahan
citra dijital), citra merupakan gambaran sebagian permukaan bumi sebagaimana
terlihat dari ruang angkasa (satelit) atau dari udara (pesawat terbang).
Hasil citra satelit yang diperoleh dari Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanah dan Agroklimat di Cimanggu mengelompokkan wilayah Bomberay menjadi
lima klaster yang dibagi berdasarkan top soil sebagai bahan acuan arahan
pengembangannya. Kawasan Bomberay ini mempunyai luas sebesar 193.992 ha dan
akan dijadikan sebagai kawasan agropolitan pertanian terpadu.
Secara garis besar, kawasan Bomberay ini akan ditanami beberapa tanaman
arahan untuk pengembangan komoditas pertanian. Sebagian besar kawasan ini cocok
untuk ditanami tanaman utama pala dengan tanaman alternatif kelapa sawit yang luas
keseluruhannya mencapai 57.433 ha.
Tabel 9. L
PROVINSI PAPUA BARAT MENGGUNAKAN PETA
ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN
SKRIPSI
RIZKY UTAMI DEWI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
i
RINGKASAN
RIZKY UTAMI DEWI. D24080358. 2013. SIMULASI PENYEDIAAN PAKAN DI
KAWASAN BOMBERAY PROVINSI PAPUA BARAT MENGGUNAKAN PETA
ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Panca Dewi M. H. K. S., M. Si.
Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Suryahadi, DEA
Citra landsat merupakan salah satu teknologi penginderaan jauh yang
memberikan informasi mengenai tutupan lahan dan memberikan kemudahan dalam
melakukan analisis perencanaan dan pengembangan suatu wilayah. Konsep
agropolitan pertanian terpadu pada Kawasan Bomberay memanfaatkan program ini
untuk mengetahui gambaran potensi yang ada pada kawasan ini sehingga
memudahkan untuk mengetahui komoditi-komoditi apa yang terdapat di setiap
daerah tersebut yang dapat dioptimalkan penggunaannya untuk dijadikan bahan baku
pakan, yang akan meningkatkan populasi ternak pada kawasan tersebut.
Hasil peta arahan Bomberay menjadikan wilayah ini terbagi menjadi lima
Klaster yang dibagi berdasarkan top soil sebagai bahan acuan arahan
pengembangannya. Perencanaan ini mengoptimalkan penggunaan komoditi-komoditi
yang terdapat di kawasan Bomberay seperti jagung, limbah jagung, silase jagung,
padi, dedak padi, limbah padi, singkong, limbah singkong, onggok, umbi jalar,
limbah umbi jalar, bungkil inti sawit, lumpur sawit, serat sawit, kawasan konservasi
dan tanaman tahunan serta padang penggembalaan.
Berdasarkan pemanfaatan komoditi yang terdapat pada setiap wilayah
Klaster, pada Klaster 1 dapat menghasilkan cow calf operation (CCO) sebanyak
66.871,029 satuan ternak (ST), village breeding center (VBC) sebanyak 402,321 ST
dan village farming center (VFC) sebanyak 938,748 ST. Klaster 2 dapat
menghasilkan CCO sebanyak 32.278,03 ST, VBC sebanyak 557,745 ST dan VFC
sebanyak 1.301,405 ST. Klaster 3 dapat menghasilkan CCO sebanyak 17.844,896
ST, VBC sebanyak 246,726 ST dan VFC sebanyak 575,694 ST.
Klaster 4 dapat menghasilkan CCO sebanyak 50.830,94 ST, VBC sebanyak
1.685,041 ST dan VFC sebanyak 3.931,763 ST. Klaster 5 dapat menghasilkan CCO
sebanyak 8.615,923 ST, VBC sebanyak 1.986,038 ST dan VFC sebanyak 4.634,089
ST. Total CCO yang dihasilkan pada kawasan Bomberay berjumlah 176.440,819
ST, VBC sebanyak 4.877,871 ST dan VFC sebanyak 11.381,7 ST. Klaster 1
merupakan kawasan yang paling bagus untuk menghasilkan CCO, sedangkan klaster
5 merupakan kawasan yang paling bagus untuk menghasilkan VBC dan VFC.
Kata kunci: Perencanaan hijauan, citra landsat, sapi potong, limbah pertanian
ii
ABSTRACT
SIMULATION OF PROVIDING FORAGE IN BOMBERAY PROVINCE OF
WEST PAPUA USING LAND COVER MAP
R. U. Dewi, P. D. Manu Hara Karti, Suryahadi
Citra Landsat is one of the remote sensing technology that provides
information on land cover and provide convenience in analyzing the planning and
development of a region. The concept of integrated farming agropolitan Bomberay
Region utilize this program to describe the potential that exists in this area and
making it easier to know what commodities are in any area that can be optimized for
use used as raw material feed, which will increase the population of livestock in the
region.
The results of landing map Bomberay making the region is divided into five
clusters that are shared by top soil as reference direction of development.This
planning optimizes the use of commodities that contained in the Bomberay such as
corn, waste corn, silage corn, rice, rice bran, rice waste, cassava, cassava waste,
cassava, potato tubers, potato tuber waste, palm kernel cake, palm oil sludge, palm
fiber, conservation areas, perennial crops and pastures.
Based on the use of commodity contained in each region cluster, in Cluster 1
can be generated cow calf operation (CCO) 66.871,029 as livestock unit/animal unit
(a.u), village breeding center (VBC) 402,321 as livestock unit/animal unit (a.u) and
village farming center (VFC) as 938,748 units of livestock (a.u). Cluster 2 can be
generated CCO 32.278,03 as a.u, VBC 557,745 as a.u, VFC 1.301,405 as a.u. In
Cluster 3 can be generated CCO 17.844,896 as a.u, VBC 246,726 as a.u and VFC
575,694 as a.u. Cluster 4 produces CCO 50.830,94 as a.u, VBC 1.685,041 as a.u and
VFC 3.931,763 as a.u. In Cluster 5 produced 8.615,923 CCO as a.u, VBC 1.986,038
as a.u and VFC 4.634,089 as a.u. Total CCO generated in the Bomberay region
amounted to 176.440,819 a.u, VBC 4.877,871 a.u and VFC as much as 11.381,7 a.u.
Keywords: Planning forage, citra landsat, beef cattle, food waste
iii
SIMULASI PENYEDIAAN PAKAN DI KAWASAN BOMBERAY
PROVINSI PAPUA BARAT MENGGUNAKAN PETA
ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN
RIZKY UTAMI DEWI
D24080358
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
iv
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada 4 September 1990 di Jakarta.
Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak Sudirno dan Almh. Ibu Partini.
Pendidikan formal penulis dimulai sejak Taman KanakKanak (TK), diselesaikan di TK Nurul Huda pada tahun 1996,
dilanjutkan dengan pendidikan dasar pada SDN Cipinang
Melayu 05 Pagi yang diselesaikan pada tahun 2002, setelah lulus
penulis melanjutkan ke SMPN 109 Jakarta dan lulus pada tahun 2005. Penulis
kemudian melanjukan ke SMAN 71 Jakarta yang diselesaikan pada tahun 2008.
Penulis diterima di IPB pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Setelah melewati Tingkat Persiapan
Berasama selama satu tahun, Penulis masuk di Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan Fakultas Peternakan pada tahun 2009 sebagai angkatan 45. Selama
menjalankan studinya di IPB, Penulis mengikuti aktif dalam keanggotaan Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan (BEM-D) divisi Infokom pada tahun
2010-2011. Penulis juga mengikuti ekstrakurikuler Teater Kandang, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis juga aktif menulis proposal dalam
kompetisi PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) yang diselenggarakan oleh DIKTI
setiap tahunnya. PKM Penelitian yang berjudul “Pemberian Ransum Berkadar
Energi Tinggi pada Program “Flushing” untuk Meningkatkan Jumlah
Kelahiran pada Domba Lokal” dan “Efektivitas Penggunaan Limbah Kulit
Buah Naga (Hylocereus Undatus) dalam Ransum Sebagai Alternatif Suplemen
Alami untuk Meningkatkan Kualitas Telur Ayam Komersil”
telah berhasil
diterima dan didanai oleh DIKTI pada tahun 2010 dan 2011. Penulis juga sering
mengikuti acara-acara yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Peternakan sebagai panitia.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim.
Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang
memberikan rahmat serta karunia-Nya hingga saat ini penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini berjudul “Simulasi Penyediaan Pakan di Kawasan Bomberay Provinsi
Papua Barat menggunakan Peta Arahan Penggunaan Lahan” dibawah bimbingan Dr.
Ir. Panca Dewi Manu Hara Karti, M. S., dan Dr. Ir. Suryahadi, DEA. Skripsi ini
merupakan penelitian lanjut dari penelitian langsung yang dilaksanakan oleh tim
peneliti di Kawasan Bomberay, Papua Barat. Data-data pendukung didapatkan
melalui studi pustaka dari berbagai sumber.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
namun Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta untuk
kemajuan pembangunan peternakan di Kawasan Bomberay, Papua Barat dan
terutama untuk kemajuan pembangunan peternakan di Indonesia.
Bogor, 2013
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ...................................................................................................
ii
ABSTRACT ......................................................................................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN ...............................................................................
iv
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………….. ............
v
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... ..........
vi
KATA PENGANTAR ................................................................ ......................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............ .................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. .......... xiii
PENDAHULUAN ........................................................... ....................................
1
Latar Belakang .................................................................... .....................
Tujuan ...................................................................................................
1
2
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................
3
Gambaran Umum Daerah .......................................................................
Keadaan Geografis Kabupaten Fakfak ........................................
Citra Landsat ..........................................................................................
Usaha Pembibitan dan Penggemukan Sapi .............................................
Padi ……………………………………………………… .......................
Kelapa Sawit ..........................................................................................
Singkong ...............................................................................................
Ubi Jalar ................................................................................................
Padang Penggembalaan ..........................................................................
Tanaman Tahunan ..................................................................................
Jagung ...................................................................................................
3
3
6
6
7
8
10
11
11
12
13
MATERI DAN METODE ................................................................................. 15
Materi ....................................................................................................
Bahan ........................................................................................
Alat ............................................................................................
Prosedur .................................................................................................
Potensi Produksi Tanaman .........................................................
Potensi Produksi Limbah Tanaman ...........................................
Kapasitas Tampung (KT) ...........................................................
Kapasitas Produksi Ransum .......................................................
Kapasitas Ransum berdasarkan Produksi Ransum ......................
Jumlah Ternak VBC dan VFC ...................................................
15
15
18
18
18
19
19
19
20
20
viii
HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 21
Klaster 1 ................................................................................................
Gambaran Umum Daerah ...........................................................
Potensi Produksi Lahan ..............................................................
Kapasitas Tampung Lahan .........................................................
Klaster 2 ………………………………………………………… ............
Gambaran Umum Daerah ...........................................................
Potensi Produksi Lahan ..............................................................
Kapasitas Tampung Lahan .........................................................
Klaster 3 ................................................................................................
Gambaran Umum Daerah ...........................................................
Potensi Produksi Lahan ..............................................................
Kapasitas Tampung Lahan .........................................................
Klaster 4 ................................................................................................
Gambaran Umum Daerah ...........................................................
Potensi Produksi Lahan ..............................................................
Kapasitas Tampung Lahan .........................................................
Klaster 5 ……………………………………………... ............................
Gambaran Umum Daerah ...........................................................
Potensi Produksi Lahan ..............................................................
Kapasitas Tampung Lahan .........................................................
Kawasan Bomberay ...............................................................................
Total Potensi Produksi Lahan .....................................................
Total Kapasitas Tampung Lahan ................................................
22
22
22
25
26
26
26
29
30
30
31
33
34
34
35
37
38
38
39
41
43
43
44
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 45
Kesimpulan ............................................................................................ 45
Saran ...................................................................................................... 45
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................. 46
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 47
ix
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Statistik Geografi dan Iklim Kabupaten Fakfak ....................................
4
2. Produktivitas Tanaman Pangan Kabupaten Fakfak ...............................
5
3. Kebutuhan Pakan Sapi dalam Periode Berbeda ....................................
7
4. Komposisi Kimia Jerami, Dedak,Katul dan Sekam dalam Persen
(Berdasarkan as fed) ............................................................................
7
5. Komposisi Kimia dari Beberapa Jenis Hasil Samping Industri
Kelapa Sawit (Persen Bahan Kering) ...................................................
8
6. Kandungan
Unsur-Unsur
Nutrien
pada
Singkong
(dalam as fed) ......................................................................................
10
7. Proporsi Limbah Tanaman Jagung, Kadar Protein Kasar dan Nilai
Kecernaan Bahan Keringnya ................................................................
14
8. Susunan Ransum Pakan Sapi (dalam Persen) .......................................
20
9. Luas Kawasan Bomberay berdasarkan Klaster .....................................
21
10. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 1 ..............................................................................................
22
11. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung Pada
Klaster 1 ..............................................................................................
23
12. Potensi Produksi Lahan pada Klaster 1 .................................................
24
13. Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi
Ransum pada Klaster 1 ........................................................................
25
14. Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 1 .................................
25
15. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 2 ..............................................................................................
26
16. Penghitungan Potensi Produksi Dan Kapasitas Tampung pada
Klaster 2 ..............................................................................................
27
17. Potensi Produksi Lahan pada Klaster 2 .................................................
28
18. Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi
Ransum pada Klaster 2 ........................................................................
29
19. Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 2 .................................
30
20. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 3 ..............................................................................................
30
21. Potensi Produksi Lahan pada Klaster 3 .................................................
31
22. Penghitungan Potensi Produksi Dan Kapasitas Tampung pada
Klaster 3 ..............................................................................................
32
x
23. Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi
Ransum pada Klaster 3 ........................................................................
33
24. Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 3 .................................
34
25. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 4 ..............................................................................................
34
26. Potensi Produksi Lahan pada Klaster 4 ................................................
35
27. Penghitungan Potensi Produksi Dan Kapasitas Tampung pada
Klaster 4 ..............................................................................................
36
28. Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi
Ransum pada Klaster 4 ........................................................................
37
29. Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 4 .................................
37
30. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 5 ..............................................................................................
38
31. Penghitungan Potensi Produksi Dan Kapasitas Tampung pada
Klaster 5 ..............................................................................................
39
32. Potensi Produksi Lahan pada Klaster 5 .................................................
40
33. Jumlah Kapasitas Tampung Berdasarkan Kapasitas Produksi
Ransum pada Klaster 5 ........................................................................
41
34. Jumlah Kapasitas Tampung CCO pada Klaster 5 .................................
42
35. Total Potensi Produksi Kawasan Bomberay .........................................
43
36. Total Potensi Pengembangan Ternak Sapi di Kawasan
Bomberay ............................................................................................
43
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Peta Wilayah Kabupaten Bomberay .....................................................
3
2. Skema Penggunaan Hasil Pengolahan Tandan Kelapa Sawit ................
9
3. Peta Arahan Kawasan Bomberay .........................................................
15
4. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 1 ..............................................................................................
16
5. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 2 ..............................................................................................
16
6. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 3 ..............................................................................................
17
7. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 4 ..............................................................................................
17
8. Peta Arahan Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu Bomberay
Klaster 5 ..............................................................................................
18
xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu masalah yang dihadapi Indonesia saat ini adalah kecenderungan
terjadinya peningkatan impor daging dan sapi bakalan yang disebabkan oleh
peningkatan permintaan di dalam negeri. Hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan populasi dan produksi daging adalah dengan usaha cow calf operation
(CCO) atau sering disebut dengan usaha pembibitan atau perkembangbiakan sapi
potong. Adapun usaha CCO biasanya ditunjukkan untuk menghasilkan sapi bakalan
atau sekedar untuk menambah populasi.
Kabupaten Fakfak memiliki potensi yang besar untuk pengembangan usaha
ternak sapi karena didukung oleh sumber daya alam (lahan dan pakan), sumber daya
manusia serta peluang pasar yang memadai. Ternak sapi mempunyai potensi pasar
yang cerah, selain memberikan tambahan pendapatan bagi petani dan peternak, usaha
ternak sapi juga merupakan sumber pendapatan daerah melalui perdagangan amtar
provinsi dan antar pulau. Populasi ternak sapi pada akhir tahun 2010 yaitu sebanyak
1.483 ekor dengan produksi daging 32.640 kg (Fakfak dalam Angka, 2011), namun
dalam pengembangan, peternakan rakyat tersebut tidak berjalan dengan mulus
karena terdapat permasalahan pada ketersediaan sumberdaya pakan seperti
ketersediaan rumput dan hijauan pakan ternak yang sangat fluktuatif di sepanjang
tahun. Rumput dan hijauan pakan sangat melimpah pada musim penghujan,
sedangkan dimusim kemarau akan kekurangan rumput dan hijauan pakan, selain itu
belum dimanfaatkannya jerami pertanian dan jerami perkebunan secara optimal
sebagai bahan pakan, padahal potensi jerami pertanian dan jerami perkebunan sangat
besar. Suatu strategi perencanaan dalam penyediaan dan pemanfaatan sumberdaya
pakan berdasarkan potensi yang ada di daerah tersebut perlu dibuat untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
Wilayah Bomberay merupakan salah satu distrik yang berada di Kabupaten
Fakfak, Papua Barat. Wilayah ini merupakan salah satu kawasan yang ditetapkan
sebagai Kawasan Agropolitan Pertanian Terpadu, sehingga sudah memiliki peta
arahan penggunaan lahan menggunakan pencitraan digital (citra landsat) yang
didapat dari Badan Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Peta
arahan penggunaan lahan ini akan dijadikan acuan dalam pembuatan perencanaan
1
penyediaan hijauan pakan untuk pengembangan peternakan sapi potong di daerah
Bomberay itu sendiri. Arahan pengembangan komoditas yang direkomendasikan atas
kesesuaian lahan meliputi tanaman perkebunan, tanaman tahunan, lahan konservasi,
padang penggembalaan serta tanaman pangan dan holtikultura.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan penyediaan hijauan pakan
dengan menggunakan peta arahan penggunaan lahan sebagai acuan untuk memenuhi
kebutuhan pakan pembibitan dan penggemukan sapi di Kawasan Agropolitan
Wilayah Bomberay, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat berdasarkan citra
landsat.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Daerah
Kabupaten Fakfak merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat,
Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di kota Fakfak. Secara astronomi,
Kabupaten Fakfak terletak pada 131°30’-138°40’ BT dan 2°25’-4°LS. Wilayah
Kabupaten Fakfak sebelah Utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Teluk
Bintuni, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Arafura dan Kabupaten Kaimana,
sebelah Barat berbatasan dengan Laut Seram dan Teluk Berau, sedangkan sebelah
Timur berbatasan dengan Kabupaten Kaimana.
Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Bomberay
Sumber: Fakfak dalam Angka (2011)
Kabupaten Fakfak berada pada wilayah kepala burung bagian bawah dan
memiliki luas sebesar 14.320 km2. Fakfak dibagi menjadi sembilan distrik yaitu
Bomberay, Fakfak Barat, Fakfak Timur, Fakfak, Kokas, Karas, Fakfak Tengah,
Kramongmongga dan Teluk Patipi. Distrik Karas merupakan wilayah paling luas
yaitu sebesar 2.491 km2, sedangkan wilayah Distrik Fakfak Tengah merupakan
wilayah paling kecil yaitu sebesar 705 km2.
Keadaan Geografis Kabupaten Fakfak
Wilayah Kabupaten Fakfak berada pada ketinggian lebih atau sama dengan
1.000 meter sebesar 250,06 ribu ha atau 12,17%. Jika dilihat dari tingkat kemiringan,
3
sebagian besar wilayah di Kabupaten Fakfak memiliki tingkat kemiringan lebih besar
dari 40° yaitu sebesar 2,30 juta ha atau sebesar 60,63%. Data statistik mengenai
geografi dan iklim wilayah Kabupaten Fakfak dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Statistik Geografi dan Iklim Kabupaten Fakfak
Uraian
Satuan
Km2
Luas
Tahun 2010
14,32
Suhu Minimum
°C
22,40-24,10
Suhu Maksimum
°C
29,00-31,60
Kecepatan Angin
Mls
9,00-25,00
Kelembaban
%
80,50-88,50
Hari Hujan
Hari
227,00
Curah Hujan
Mm
3.530,30
Tekanan Udara
Mbs
990,00-994,40
Penyinaran Matahari
%
99,00-193,20
Kampung di Pesisir
Kampung
67,00
Kampung Bukan Pesisir
Kampung
58,00
Kampung di Lembah DAS
Kampung
5,00
Kampung di Lereng
Kampung
33,00
Kampung di Dataran
Kampung
20,00
Sumber: Fakfak dalam Angka (2011)
Masalah kesulitan dan kurang efektifnya pendistribusian hasil produksi juga
menjadi alasan produksi tanaman pangan kurang melimpah disamping kondisi alam
yang kurang mendukung. Tanaman pangan yang diproduksi di Kabupaten Fakfak
antara lain padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu, kacang tanah dan kacang kedelai. Data
produktivitas tanaman pangan pada wilayah Kabupaten Fakfak dapat dilihat pada
Tabel 2.
4
Tabel 2. Produktivitas Tanaman Pangan Kabupaten Fakfak
Uraian
2008
2009
Produksi ubi kayu (ton)
1486,00
45,00
1756,00
Produksi ubi jalar (ton)
1362,00
303,00
969,00
324,00
227,00
631,00
2,00
7,00
118,00
35,00
21,00
60,00
7,00
39,00
152,00
Luas panen ubi kayu (ha)
132,00
4,00
164,00
Luas panen ubi jalar (ha)
135,00
30,00
96,00
95,00
62,00
176,00
2,00
6,00
118,00
34,00
19,00
58,00
Luas panen jagung (ha)
4,00
23,00
91,00
Hasil ubi kayu (kw/ha)
112,58
111,78
107,05
Hasil ubi jalar (kw/ha)
100,92
101,04
100,94
Hasil padi (kw/ha)
34,11
36,63
35,84
Hasil kedelai (kw/ha)
10,40
11,58
10,03
Hasil kacang tanah (kw/ha)
10,35
10,91
10,34
Hasil jagung (kw/ha)
16,85
16,98
16,72
Produksi padi (ton)
Produksi kedelai (ton)
Produksi kacang tanah (ton)
Produksi jagung (ton)
Luas panen padi (ha)
Luas panen kedelai (ha)
Luas panen kacang tanah (ha)
2010
Sumber: Fakfak dalamAngka (2011)
Pembangunan sub sektor peternakan bertujuan untuk menyediakan pangan
hewani seperti daging, susu dan telur yang bernilai gizi tinggi. Kebijaksanaan
pemerintah di sub sektor peternakan diarahkan untuk membangun dan membina
usaha peternakan agar mampu meningkatkan produksi dengan mutu yang baik dan
harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat serta dapat memperbaiki
kesejahteraan peternak, menambah devisa dan memperluas kesempatan kerja.
Adapun ternak yang dibudidayakan di kabupaten Fakfak antara lain sapi, kuda,
kambing dan babi. Produksi daging sapi pada tahun 2010 ialah sebanyak 32.640 kg
dengan populasi ternak mencapai 1.483 ekor.
5
Citra Landsat
Dalam perencanaan dan pengembangan suatu wilayah, diperlukan data-data
penunjang antara lain peta tutupan lahan. Peta tutupan lahan adalah peta yang
memberikan informasi mengenai objek-objek yang tampak dipermukaan bumi.
Ketepatan informasi tutupan lahan akan memberikan kemudahan dalam melakukan
analisa perencanaan dan pengembangan suatu wilayah. Membuat peta tutupan lahan
dapat memanfaatkan teknologi penginderaan jauh, yaitu ilmu seni untuk memperoleh
informasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah atau
fenomena yang dikaji (Lillesar dan Ralph, 1990).
Salah satu teknologi penginderaan jauh ialah dengan analisis Citra Landsat
yang merupakan citra satelit untuk penginderaan sumberdaya bumi. Thematik
Mapper (TM) adalah suatu sensor optik penyiaman yang beroperasi pada cahaya
tampak dan inframerah bahkan spectral (Lo, 1995). Thematik Mapper dipasang pada
Landsat dengan tujuan untuk perbaikan resolusi spasial, pemisahan spectral,
kecermatan data radiometrik dan ketelitian geometrik.
Usaha Pembibitan dan Penggemukan Sapi
Sistem pemeliharaan ternak sapi secara umum dikategorikan menjadi dua,
yaitu pola breeding (pembibitan) dan pola penggemukan. Usaha CCO sering disebut
sebagai usaha pembibitan atau perkembangbiakan sapi potong. Kurang lebih
sebanyak 99% usaha ini dilakukan oleh peternak kecil dengan skala kepemilikan
kurang dari dua ekor/peternak. Usaha ini mampu meningkatkan harga sapi betina
lokal sehingga para jagal sulit bersaing dan tidak akan memotong sapi betina
produktif (SBP). Adapun usaha CCO biasanya ditunjukan untuk menghasilkan sapi
bakalan atau sekedar untuk menambah populasi (Fagi et al., 2009).
Usaha CCO membutuhkan SBP dalam jumlah banyak, apabila ditargetkan
untuk mencapai swasembada daging sapi. Kebutuhan bibit untuk suatu wilayah harus
ditetapkan berdasarkan daya dukung wilayah atau carrying capacity, bukan
berdasarkan jumlah peternak atau ketersediaan anggaran dalam proyek. Pola
pemeliharaan untuk tujuan penggemukan sistem pemeliharaannya umumnya
dilakukan secara intensif. VBC dan VFC merupakan contoh usaha penggemukan
yang dilakukan oleh peternak.
6
Kebutuhan nutrisi ternak sapi berbeda sesuai dengan tujuan pemeliharaannya.
Berikut disajikan kebutuhan nutrisi ternak sapi untuk periode pembibitan dan
penggemukan, yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kebutuhan Pakan Sapi dalam Periode Berbeda
Uraian Bahan
Periode
Pembibitan
Penggemukan
Kadar air (%)
12,0
12,0
Bahan kering (%)
88,0
88,0
Protein kasar (%)
10,8
12,7
Lemak kasar (%)
2,6
3,0
Serat kasar (%)
19,6
18,4
Kadar abu (%)
6,8
8,7
64,2
64,4
Total Digestable Nutrien (%)
Sumber: Wahyono (2004)
Padi
Sebagian besar dari lahan panen padi sawah di Indonesia seluas 12 juta
hektar, khususnya di Pulau Jawa ditanami padi secara intensif. Sementara itu,
andalan hijauan rumput yang berasal dari lahan subur semakin terbatas sehingga
sumber pakan berkualitas juga semakin sulit diperoleh. Hal tersebut memerlukan
upaya untuk meningkatkan kualitas jerami padi sebagai sumber pakan sapi yang
bermutu terus digiatkan.
Tabel 4.
Komposisi Kimia Jerami, Dedak, Katul dan Sekam dalam Persen
(Berdasarkan as fed)
Bahan
Abu
Lemak
Serat
Protein
Total Digestable
Kasar
Kasar
Nutrien (TDN)
%
Jerami padi
24,5
2,5
33,8
4,3
40,0
Dedak
11,7
14,1
11,6
13,8
39,0
Katul
9,0
12,4
6,0
14,0
85,0
Sekam
19,7
1,5
43,3
3,8
12,0
Sumber: Tilman et al. (1986)
7
Dedak padi diperoleh saat penggilingan gabah menjadi beras dengan proporsi
sekitar 10-15% dari bobot gabah. Dedak padi yang termasuk dalam kelas bermutu
baik mempunyai kandungan protein minimal 12% dengan kandungan lemak
maksimal 15%. (Fagi et al., 2009). Menurut data dari Departemen Pertanian (2012),
produksi padi di Indonesia saat ini ialah 15,4 ton/ha, dengan produksi bahan kering
2,5 ton/ha/tahun (Murni et al.¸2008). Asumsi produksi padi yang akan digunakan
untuk menghitung komoditi pada wilayah Bomberay ialah 3,5 ton/ha/tahun, jerami
padi sebesar 6,25 ton/ha/tahun, sedangkan dedak padi sebesar 0,525 ton/ha/tahun.
Tanaman padi menghasilkan padi sebagai produk utama, selain itu juga dihasilkan
limbah tanaman dalam bentuk jerami padi dan juga limbah pengolahan gabah, yaitu
dedak, katul, dan sekam padi. Jerami dan hasil ikutan tanaman padi ini dapat
dimanfaatkan antara lain untuk bahan pakan ternak atau sebagai bahan sumber energi
alternatif (Fagi et al., 2009).
Kelapa Sawit
Luas areal kelapa sawit pada tahun 2010 yaitu 5,1 ribu hektar yang
menghasilkan minyak sawit sebanyak 14,3 juta ton dan biji sawit sebanyak 3,2 juta
ton (Departemen Pertanian, 2010). Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur
3-4 tahun dan buahnya menjadi masak 5-6 bulan setelah penyerbukan. Hasil
pengolahan tandan buah sawit (TBS), ternyata bukan hanya hasil olahan utamanya
yang berupa minyak sawit dan minyak inti sawit saja yang digunakan, beberapa hasil
ikutan dan jeraminya masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan ternak, pupuk
sampai digunakan sebagai bahan bakar. Beberapa hasil ikutan yang dapat digunakan
sebagai bahan makanan ternak antara lain minyak sawit kasar, bungkil inti sawit,
serat perasan buah sawit dan lumpur minyak sawit.
Tabel 5. Komposisi Kimia dari Beberapa Jenis Hasil Samping Industri Kelapa Sawit
(Persen Bahan Kering)
Bahan
Bahan Kering
Protein Kasar
Serat Kasar
%
Pelepah sawit
86,2
5,8
48,6
Lumpur sawit
91,1
11,1
17,0
Bungkil inti sawit
91,8
15,3
15,0
Sumber: Idris et al. (1998)
8
Asumsi produksi bungkil kelapa sawit yang akan digunakan untuk
mengjhitung komoditi pada wilayah Bomberay ialah 0,248 ton/ha/tahun, serat sawit
sebesar 3,016 ton/ha/tahun, sedangkan lumpur sawit sebesar 3,124 ton/ha/tahun.
Hasil pemberian bungkil inti sawit pada ternak terlihat pada peningkatan kandungan
lemak susu, kekentalan keju dan mutu daging pada ternak sapi perah dan kerbau
dengan dicampur makanan lain yang disukai ternak. Skema penggunaan hasil
pengolahan tandan kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 2.
Pangan
Minyak
sawit (CPO)
Oleokim
Daging
Buah
Minyak goreng (olein),
margarin, lemak kue,
vanaspati, cocoa butter
substitute
Stearin, sabun, asam
lemak, gliserin,
detergen, pelumas,
plasticizer, kosmetika,
Sabut Sawit
Particle board, pulp kertas,
Sludge
Makanan ternak, sabun, pupuk
Minyak goreng
Minyak Inti
(PKO)
Pohon Kelapa
Sawit
Inti Sawit
Cangkang
Tandan
Kosong
Batang
Pohon
Oleokimia
Bungkil
Biji
Sawit
Salad oil
Makanan
ternak, pupuk
Arang, karbon aktif, bahan pengisi,
particle board, asap cair
Pulp kertas, particle board, pupuk, kompos,
energi
Bahan konstruksi, pulp, particle board, bahan
kimia, energi
Gambar 2. Skema Penggunaan Hasil Pengolahan Tandan Kelapa Sawit
Sumber: Tim penulis PS (1999)
9
Bungkil inti sawit merupakan hasil ikutan pada proses ekstrasi inti sawit. Zat
makanan yang terkandung di dalamnya cukup bervariasi, tetapi kandungan yang
tertinggi adalah protein (18-19%). Bungkil ini kurang disukai ternak karena
kandungan serat kasarnya cukup tinggi maka kurang cocok diberikan untuk ternak
monogastrik.
Serat perasan buah sawit merupakan jerami yang diperoleh dari buah dalam
proses pemerasan. Sebagai bahan campuran pakan ternak, jerami ini cenderung
cocok untuk diberikan pada ternak ruminansia karena kandungan serat kasarnya,
terutama lignin, tinggi. pada ternak ruminansia, bahan ini dapat diberikan 25-30%
dari seluruh pakan yang diberikan setiap hari. (Tim penulis PS, 1999).
Singkong
Ubi kayu atau singkong termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi
Spermatophyta,
sub-divisi
Angiospermae,
kelas
Dicotyledonae,
famili
Euphorbiaceae, genus Manihot, spesies Esculanta crantz dengan berbagai varietas.
Umbi yang terbentuk merupakan akar yang berubah bentuk dan fungsinya sebagai
tempat cadangan makanan (Westby, 2002).
Tanaman singkong mulai menghasilkan umbi pada umur 6 bulan
(Prihatman, 2000). Menurut Noordia (2005), ubi kayu memproduksi glukosida
sianogenik (linamarin), yang secara enzimatis dirusak selama perusakan sel
menghasilkan sianida. Terdapat beberapa metode-metode yang dapat digunakan
untuk mengurangi jumlah glukosiada sianogenik tersebut adalah dengan cara
penyucian, perendaman, pemasakan, dan pengeringan.
Tabel 6. Kandungan Unsur-Unsur Nutrien pada Singkong (dalam as fed)
25,3
25,1
12,7
11,4
Bahan
Ekstrak
Tanpa
Nitrogen
%
46,1
-
10,9
-
22,6
Umbib
30,8
2,3
1,4
Kulitb
29,6
4,9
1,3
Bahan
Daunb
Batanga
Bahan
Kering
Protein
Kasar
Lemak
Kasar
Serat
Kasar
Ca
P
1,10-1,14
0,25-0,30
47,9
0,31
0,34
3,4
88,9
0,31
0,07-0,46
16,6
68,5
0,02-0,30
0,13
Sumber: a) Devendra (1977); b) Ramli dan Rismawati (2007)
10
Onggok merupakan salah satu jerami padat dari hasil industri pengolahan
singkong menjadi tapioka. Onggok merupakan sumber energi dengan kandungan
karbohidrat sebanyak 97,29% (Halid, 1991). Onggok mengandung air cukup tinggi
dan dapat menjadi sumber pencemaran atau polusi udara atau lingkungan, terutama
di
wilayah
produksi
apabila
tidak
ditangani
dengan
baik
(Balai Penelitian Ternak, 2002).
Produksi daun singkong juga cukup besar yaitu 0,92 ton/ha/tahun bahan
kering, dan terdapat lebih dari 1,2 juta ton jerami dari tanaman singkong yang belum
dimanfaatkan secara optimal per tahunnya. Asumsi produksi singkong yang akan
digunakan untuk mengjhitung komoditi pada wilayah Bomberay ialah 6,559
ton/ha/tahun, jerami singkong sebesar 1 ton/ha/tahun, sedangkan onggok sebesar
2,702 ton/ha/tahun.
Ubi Jalar
Ubi jalar termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermathophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, famili Convolvulaceae, genus Ipomea,
spesies Ipomea batatas L. sin. batatas edulis Choisy. Tanaman ubi jalar termasuk
tumbuhan semusim (annual) yang memiliki susunan tubuh terdiri dari batang, ubi,
daun, bunga, buah dan biji. Batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, berbukubuku, dan tipe pertumbuhannya tegak atau merambat (menjalar). Warna batang
biasanya hijau tua sampai keungu-unguan (Rukmana, 1997).
Tanaman ubi jalar yang sudah berumur kurang lebih 3 minggu setelah tanam
biasanya sudah membentuk ubi. Bentuk ubi biasanya bulat sampai lonjong dengan
permukaan rata sampai tidak rata. Bentuk ubi yang ideal ialah lonjong agak panjang.
Kulit ubi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerah-merahan. Asumsi
produksi ubi jalar yang akan digunakan untuk menghitung komoditi pada wilayah
Bomberay ialah 4,32 ton/ha/tahun dan jerami umbi jalar sebesar 0,48 ton/ha/tahun.
Padang Penggembalaan
Padang penggembalaan merupakan sumber penyediaan hijauan yang lebih
ekonomis dan murah. Padang penggembalaan merupakan tanaman hijauan yang
secara langsung bisa dimakan oleh hewan. Padang penggembalaan tersebut bisa
terdiri dari rumput seluruhnya atau leguminosa saja atau campuran keduanya agar
menjadi padang penggembalaan yang baik dan ekonomis.
11
Sapi-sapi dara atau dewasa yang digemukkan ataupun sapi-sapi perah
biasanya merumput di padang penggembalaan selama musim penghujan, pada saat
tanaman tumbuh baik. Hanya kualitas pangan yang baiklah yang mampu
memperbaiki produk serta mutu terhadap sapi potong ataupun sapi perah dan
pekerja, sehingga sapi-sapi tersebut akan menghasilkan daging dan susu yang tinggi
serta tenaga kerja yang tangguh (Aak, 1983).
Tanaman Tahunan
Nyatoh merupakan tumbuhan asli yang tumbuh tersebar di seluruh Indonesia.
Jenis ini tumbuh pada tanah berawa dan sebagian pada tanah kering, dengan jenis
tanah liat atau tanah pasir, di daerah banyak hujan pada ketinggian 20-500 mdpl
(Martawijaya et al., 1981). Nyatoh (Palaquium sp.) termasuk ke dalam famili
Sapotacea. Pohon nyatoh berbuah setiap tahun pada bulan Desember sampai dengan
Maret.
Matoa (Pometia pinnata Forst.) merupakan salah satu tumbuhan tingkat
tinggi yang tumbuh endemic, terutama di daerah Papua (Indonesia) dan Negara
Papua New Guinea (PNG). Tanaman ini dapat tumbuh mencapai ketinggian sekitar
50 meter dengan diameter 2 meter. Tanaman matoa cukup mendominasi di kawasan
hutan Entrop, yang termasuk kawasan penyangga cagar alam pegunungan Cycloops,
Jayapura. Tanaman ini banyak diburu oleh masyarakat karena mempunyai banyak
fungsi. Selain kayunya yang berpotensi untuk bahan bangunan, daun dan buahnya
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Walau tidak mempunyai persyaratan khusus dalam pertumbuhannya,
tanaman matoa akan terhambat pertumbuhannya jika ditanam pada tanah-tanah
marginal padahal tanaman ini sangat cocok digunakan sebagai tanaman reboisasi
lahan marginal yang produktif, sehingga perlu dicari teknologi alternatif yang mudah
untuk dilakukan, relatif murah dan tidak mencemari ingkungan sebagai upaya untuk
meningkatkan produksi dalam sistem pertanian, perkebunan dan kehutanan pada
lahan-lahan marginal (Suharno dan Supeni, 2008).
Acacia villosa termasuk dalam famili Leguminose dengan subfamili
Mimosidae. Genus Acacia villosa memiliki banyak jenis, diantaranya A. villosa dan
A. angussitima. Sinonim dari Acacia villosa adalah Mimosa glauca, Acacia glauca,
dan Acaciella villosa. Tanaman ini digunakan untuk merehabilitasi tanah tererosi dan
12
hutan gundul serta dijadikan tanaman hias dan pupuk hijau, selain itu dapat juga
digunakan sebagai kayu bakar dan bahan dasar pembuat peralatan rumah tangga.
Acacia villosa mengandung protein yang tinggi yaitu 22-28%, sehingga sangat
potensial sebagai sumber protein ternak. Pemberian A. villosa dalam jumlah besar
terkendala karena mengandung senyawa asam amino nonprotein (AANP) dan tanin
yang bersifat toksik dan anti nutrisi (Wina dan Tangendjaja, 2000). A. villosa
memiliki kandungan senyawa antinutrisi yang meliputi senyawa fenol 6,6%, tannin
3,71%,
saponin
0,52%
dan
asam
amino
non-protein
(AANP)
2,88%
(Jukema dan Danimihardja, 1997).
Jagung
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan utama kedua setelah
padi; yang sangat berguna bagi kehidupan manusia dan ternak karena hampir
keseluruhan bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan. Jumlah kebutuhan jagung di
Indonesia meningkat dari tahun ke tahun dalam jumlah yang cukup tinggi karena
adanya permintaan dari industri pakan ternak (Departemen Pertanian, 2007). Jagung
merupakan sumber energi dan penyusun utama dalam campuran pakan untuk ayam
pedaging (50% dalam ransum), juga digunakan sebagai sumber energi dalam pakan
konsentrat untuk ternak non ruminansia lainnya seperti babi dan di negara Amerika
sebagai bahan pakan ruminansia (Cooke et al., 2008).
Ada beberapa macam jerami tanaman jagung dan produk samping industri
berbasis jagung. Menurut Tangendjaja dan Elizabeth (2007), di Indonesia dikenal
istilah lokal untuk beberapa limbah tanaman dan industri jagung, yaitu:
Tebon jagung, yaitu seluruh tanaman termasuk batang, daun, dan buah
jagung muda yang dicacah dan diberikan langsung kepada ternak. Cacahan jagung
juga dibuat silase.
Jerami jagung (brangkasan), yaitu bagian batang dan daun jagung yang
dibiarkan kering di ladang dan dipanen pada saat tongkol dipetik.
Kulit buah jagung, biasanya dibuang. Kulit jagung manis potensial untuk
dijadikan silase karena kadar gulanya cukup tinggi.
Tongkol jagung (janggel), yaitu bagian dari buah jagung setelah biji dipipil.
Penggunaan jerami tanaman jagung sebagai pakan dalam bentuk segar adalah
yang termudah dan termurah tetapi pada saat panen hasil jerami tanaman jagung ini
13
cukup melimpah maka sebaiknya disimpan untuk stok pakan pada saat musim
kemarau panjang atau saat kekurangan pakan hijauan. Sebagian jerami jagung
diproses atau disimpan dengan cara dibuat hay (menjadi jerami jagung kering) atau
diawetkan dalam bentuk silase sebagai pakan cadangan (Mccutcheon dan Samples,
2002). Asumsi produksi jagung yang akan digunakan untuk menghitung komoditi
pada wilayah Bomberay ialah 3,42 ton/ha/tahun, jerami jagung sebesar 7
ton/ha/tahun, sedangkan silase jagung sebesar 10 ton/ha/tahun.
Tabel 7.
Proporsi Jerami Tanaman Jagung, Kadar Protein Kasar dan Nilai
Kecernaan Bahan Keringnya
Jerami
Kadar air
(%)
Proporsi
Jerami
(% BK)
Protein
Kasar (%)
Batang
70 –75
50
3,7
Kecernaan
Bahan
Kering in
vitro (%)
51
Daun
20 –25
20
7,0
58
Tinggi
Tongkol
50 –55
20
2,8
60
Rendah
Kulit
45 –50
10
2,8
68
Tinggi
Palatabilitas
Rendah
Sumber: Mccutcheon dan Samples (2002); Wilson et al. (2004)
Jerami perkebunan jagung mengandung kadar protein dan karotenoid yang
rendah dan kadar serat yang tinggi. Bila jerami perkebunan ini diberikan kepada
ternak tanpa disuplementasi atau diberi perlakuan sebelumnya maka nutrisi jerami ini
tidak akan cukup untuk mempertahankan kondisi ternak. Hal tersebut dapat diatasi
dengan cara mencampurkan jerami jagung dengan leguminosa sebagai sumber
protein ketika akan diberikan ke ternak atau bila hendak dibuat silase
(Kaiser dan Piltz, 2002).
14
MATERI DAN METODE
Materi
Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah peta arahan penggunaan
lahan kawasan agropolitan pertanian terpadu daerah Bomberay. Peta ini didapat dari
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Cimanggu. Kawasan
Bomberay dibagi menjadi 5 klaster berdasarkan top soil. Peta yang dipakai dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3 (peta arahan Kawasan Bomberay secara
keseluruhan), Gambar 4 (peta arahan Kawasan Bomberay klaster 1), Gambar 5 (peta
arahan Kawasan Bomberay klaster 2), Gambar 6 (peta arahan Kawasan Bomberay
klaster 3), Gambar 7 (peta arahan Kawasan Bomberay klaster 4) dan Gambar 8 (peta
arahan Kawasan Bomberay klaster 5).
Gambar 3. Peta Arahan Kawasan Bomberay secara Keseluruhan
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
15
Gambar 4. Peta Arahan Kawasan Bomberay Klaster 1
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
Gambar 5. Peta Arahan Kawasan Bomberay Klaster 2
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
16
Gambar 6. Peta Arahan Kawasan Bomberay Klaster 3
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
Gambar 7. Peta Arahan Kawasan Bomberay Klaster 4
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
17
Gambar 8. Peta Arahan Kawasan Bomberay Klaster 5
Sumber: Puslitbang Tanah dan Agroklimat (2012)
Alat
Alat yang digunakan adalah seperangkat komputer dan aplikasi microsoft
excel serta microsoft word.
Prosedur
Peta arahan penggunaan lahan dijadikan acuan untuk membuat suatu
perencanaan penyediaan hijauan pakan ternak. Perencanaan penyediaan hijauan
pakan dibuat berdasarkan tanaman apa saja yang akan ditanam di daerah tersebut.
Bahan baku pakan yang dipakai dalam perencanaan penyediaan hijauan pakan ini
bisa berasal dari produk utama tanaman ataupun jerami tanaman pertanian. Asumsi
produksi dan limbah tanaman didapat dengan cara studi literatur. Pengerjaan
perencanaan dilakukan menggunakan microsoft excel. Perhitungan dilakukan dengan
metode Nell and Rollinson sebagai berikut:
Potensi produksi tanaman
Berdasarkan peta arahan penggunaan lahan, dapat dihitung potensi produksi
tanaman yang akan ditanam dan dikembangkan di Kawasan Bomberay. Perhitungan
potensi produksi tanaman dilakukan menggunakan rumus:
18
Potensi produksi tanaman =
asumsi produksi
hektar
x luas lahan tanam
Potensi produksi limbah tanaman
Berdasarkan peta arahan penggunaan lahan, dapat dihitung potensi produksi
limbah tanaman yang akan dihasilkan di Kawasan Bomberay. Perhitungan potensi
produksi limbah tanaman dilakukan menggunakan rumus:
Potensi jerami tanaman =
asumsi produksi jerami
hektar
x luas lahan tanam
Kapasitas tampung (KT)
Setelah mendapatkan hasil perhitungan potensi produksi, dilakukan
penghitungan kapasitas tampung ternak CCO berdasarkan potensi produksi limbah
tanaman yang telah dihitung sebelumnya. Pakan yang digunakan dalam pembibitan
(CCO) berupa rumput di padang penggembalaan dan limbah tanaman jagung,
kedelai, padi sawah dan silvopastra. Penghitungan kapasitas tampung ternak CCO ini
dihitung untuk mengetahui jumlah ternak yang dapat ditampung di Kawasan
Bomberay dengan rumus:
potensi produksi limbah x 1000
Kapasitas Tampung (KT) =
KT untuk tanaman tahunan = 0,02 x luas hutan x 15 ton BK/ha/thn
KT untuk lahan konservasi = 0,02 x luas hutan x 15 ton BK/ha/thn
6,29 x 365
Kapasitas produksi ransum
Penyusunan ransum untuk pakan ternak penggemukan (VBC dan VFC)
menggunakan pakan complete feed yang disusun dari jagung, silase jagung, dedak
halus, serat sawit, lumpur sawit dan bungkil inti sawit. Susunan ransum yang
digunakan dapata dilihat pada Tabel 8. Ransum disusun menggunakan metode trial
and error. Ransum yang disusun mengandung Protein Kasar 11,45% dan Total
Digestable Nutrien 64,22%, kemudian jumlah ransum yang dibuat disesuaikan
jumlahnya dengan jumlah bahan pakan yang tersedia. Kapasitas produksi ransum
dapat dihitung dengan rumus:
dalam ransum
Kapasitas produksi ransum = % penggunaan komoditi
x potensi produksi komoditi x 1000
100
19
Table 8. Susunan Ransum Pakan Sapi (%)
Formulasi
Lumpur
Penggunaan
Protein
Kasar
Total
Protein
Digestable
Kasar
Nutrien
ransum
Total Digestable
Nutrien ransum
10,0
11,1
45,00
1,11
4,500
10,0
15,3
65,40
1,53
6,540
45,0
10,0
72,00
4,50
32,400
Serat sawit
5,0
5,8
29,80
0,29
1,490
Dedak padi
20,0
14,1
55,52
2,82
11,104
Jagung
10,0
12,0
81,90
1,20
8,190
11,45
64,224
sawit
Bungkil
inti sawit
Silase
jagung
Total
100,0
Kapasitas tampung (KT) berdasarkan produksi ransum
Jumlah ransum yang dibuat disesuaikan jumlahnya dengan jumlah bahan
pakan yang tersedia. Hal ini dilakukan dengan melihat bahan baku tersedia yang
paling sedikit sebagai patokan dalam pembuatan ransum dan dilakukan penghitungan
kapasitas tampung dengan rumus:
Kapasitas tampung =
jumlah kapasitas produksi ransum
kebutuhan pakan harian x365
Jumlah ternak VBC dan VFC
Hasil dari kapasitas tamping berdasarkan produksi ransum dapat dilakukan
penghitungan untuk mengetahui jumlah VBC dan VFC dengan rumus:
Jumlah ternak VBC = Totak kapasitas tampung berdasarkan ransum x 0,03
Jumlah ternak VFC = Totak kapasitas tampung berdasarkan ransum x 0,07
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
Citra digital (image atau scene) merupakan representasi dua dimensi dari
suatu objek di dunia nyata. Khusus pada bidang remote sensing (dan pengolahan
citra dijital), citra merupakan gambaran sebagian permukaan bumi sebagaimana
terlihat dari ruang angkasa (satelit) atau dari udara (pesawat terbang).
Hasil citra satelit yang diperoleh dari Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanah dan Agroklimat di Cimanggu mengelompokkan wilayah Bomberay menjadi
lima klaster yang dibagi berdasarkan top soil sebagai bahan acuan arahan
pengembangannya. Kawasan Bomberay ini mempunyai luas sebesar 193.992 ha dan
akan dijadikan sebagai kawasan agropolitan pertanian terpadu.
Secara garis besar, kawasan Bomberay ini akan ditanami beberapa tanaman
arahan untuk pengembangan komoditas pertanian. Sebagian besar kawasan ini cocok
untuk ditanami tanaman utama pala dengan tanaman alternatif kelapa sawit yang luas
keseluruhannya mencapai 57.433 ha.
Tabel 9. L