Perencanaan pengembangan peternakan sapi potong di Distrik Kebar Papua Barat menggunakan peta arahan penggunaan lahan

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI
POTONG DI DISTRIK KEBAR PAPUA BARAT
MENGGUNAKAN PETA ARAHAN
PENGGUNAAN LAHAN

SKRIPSI
NURUS SA’ADAH

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

i

RINGKASAN
NURUS SA’ADAH. D24080386. 2013. Perencanaan Pengembangan Peternakan
Sapi Potong di Distrik Kebar Papua Barat Menggunakan Peta Arahan
Penggunaan Lahan. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Panca Dewi M. H. K. S., M. Si.

Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Sumiati, M.Sc
Distrik Kebar merupakan sebuah daerah yang terletak di Papua Barat. Distrik
Kebar memiliki Rencana Tata Ruang dan Wilayah untuk dijadikan sebuah kawasan
Agropolitan Pertanian Terpadu, dimana kawasan ini akan dijadikan suatu daerah
yang berbasis pertanian terpadu. Peta arahan penggunaan lahan Distrik Kebar sudah
memiliki peta arahan penggunaan lahan yang dibuat oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Pembuatan peta arahan penggunaan lahan ini
menggunakan citra landsat yang merupakan salah satu teknologi penginderaan jauh
yang memberikan informasi mengenai tutupan lahan dan memberikan kemudahan
dalam melakukan analisis perencanaan dan pengembangan suatu wilayah. Konsep
agropolitan pertanian terpadu pada Kawasan Kebar memanfaatkan program ini untuk
mengetahui gambaran potensi yang ada pada kawasan ini. Gambaran potensi ini
memudahkan untuk mengetahui komoditi-komoditi apa yang terdapat di setiap
daerah tersebut yang akan dioptimalkan penggunaannya untuk dijadikan bahan baku
pakan, yang akan meningkatkan populasi ternak pada kawasan tersebut.
Perencanaan pengembangan peternakan sapi potong dilakukan dengan
menggunakan peta arahan penggunaan lahan. Distrik kebar memiliki luas wilayah
sebesar 48.903 ha, yang terbagi menjadi empat cluster. Masing-masing cluster sudah
ditetapkan arahan penggunaan lahannya yaitu untuk ditanami jagung, kedelai, padi,
tanaman tahunan dan hutan konservasi.

Metode yang dipakai adalah dengan menghitung potensi produksi tanaman
dan menghitung potensi produksi limbah tanaman, serta menghitung potensi ternak
yang dapat dikembangkan di daerah Kebar. Penghitungna menggunakan program
microsoft excel. Potensi produksi di daerah Kebar adalah: jagung pipil sebanyak
16.428 ton/tahun, kedelai sebanyak 21.027 ton/tahun, silase jagung sebanyak 78.227
ton/tahun, jerami kedelai sebanyak 23.740 ton/tahun, dedak halus sebanyak 4.838
ton/tahun, padi sebanyak 30.987 ton/tahun, padang rumput sebanyak 6.406
ton/tahun, dan jerami padi sebanyak 23.040 ton/tahun. Setelah dilakukan
penghitungan, potensi produksi tanaman dan limbah tanaman ini dapat menampung
ternak sebanyak 72.987 Satuan Ternak (ST). Jumlah Cow Calf Operation (CCO)
yang dapat dikembangkan di daerah ini sebanyak 60.712 ST, Village Breeding
Center (VBC) sebanyak 3.683 ST, dan Village Farming Center (VFC) sebanyak
8.593 ST.
Kata Kunci: Pengembangan, Sapi potong

ii

ABSTRACT
Planning of Developing Livestock of Cattle in Districk Kebar West of Papua
Used Landset Map

S. Nurus, P. D. Manu Hara Karti, Sumiati.
Districk Kebar is an area in Papua Barat. Districk Kebar has land use map that can
used for made a plann to developed livestock. The land use map made by Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. The map used as reference.
The results of calculation showed that Districk Kebar can carrying 72.987 Animal
Unit (AU). Metode was used in this research was based on potential productions of
plants and potential carrying capacity of calf. Material of research used were landset
map and microsoft excel. In this place can be developed livestock. The result showed
that potential production of plants in Kebar can provided forage for CCO are 60.712
AU, VBC are 3.683 AU, and VFC are 8.593 AU.
Keyword: Cattle, Providing

iii

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI
POTONG DI DISTRIK KEBAR PAPUA BARAT
MENGGUNAKAN PETA ARAHAN
PENGGUNAAN LAHAN

NURUS SA’ADAH

D24080386

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
iv

v

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada 5 September1990 di Subang.
Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari
Bapak Samsul Hidayat dan Ibu Komariah.
Pendidikan formal Penulis dimulai sejak Taman

Kanak-Kanak (TK), diselesaikan di TK Musadaddyah pada
tahun 1996, dilanjutkan dengan pendidikan dasar pada SDN
Tarogong 2 yang diselesaikan pada tahun 2002, setelah lulus
Penulis melanjutkan ke SMPN 1 Garut dan lulus pada tahun
2005. Penulis kemudian melanjukan ke SMAN 2 Tarogong
yang diselesaikan pada tahun 2008.
Penulis diterima di IPB pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Setelah melewati Tingkat Persiapan
Berasama selama satu tahun, Penulis masuk di Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan Fakultas Peternakan pada tahun 2009 sebagai angkatan 45. Selama
menjalankan studinya di IPB, Penulis mengikuti aktif dalam keanggotaan Himpunan
Profesi HIMASITER dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2010. Penulis menjadi
pengurus bidang fieldtrip dan magang di HIMASITER, selain itu penulis juga
mengikuti Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FAPET IPB sebagai
bendahara umum dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2011, dan mengikuti
Ekstrakulikuler Teater Kandang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Penulis juga sering mengikuti acara-acara yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Peternakan sebagai panitia. Tahun 2011, Penulis pernah
mengikuti acara IPB Goes to Field dengan tema Pemulihan Lahan Pertanian Pasca
Erupsi Merapi.

Bogor, April 2013

D24080386

vi

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim.
Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang
memberikan rahmat serta karunia-Nya hingga saat ini penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini berjudul “Perencanaan Pengembangan Peternakan Sapi Potong di Distrik
Kebar Menggunakan Peta Arahan Penggunaan Lahan” dibawah bimbingan Dr. Ir.
Panca Dewi Manu Hara Karti, M. S., dan Dr. Ir. Sumiati, M.Sc. Skripsi ini
merupakan penelitian lanjut dari penelitian langsung yang dilaksanakan oleh tim
peneliti di Kawasan Bomberay, Papua Barat. Data-data pendukung didapatkan
melalui studi pustaka dari berbagai sumber.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
namun Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta untuk

kemajuan pembangunan peternakan di Kawasan Bomberay, Papua Barat dan
terutama untuk kemajuan pembangunan peternakan di Indonesia.

Bogor, April 2013

Penulis

vii

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ..........................................................................................

ii

ABSTRACT .............................................................................................

iii

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................


iv

LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................

v

RIWAYAT HIDUP.................................................................................... .

vi

KATA PENGANTAR................................................................ ................

vii

DAFTAR ISI............................................... ..............................................

viii

DAFTAR TABEL............ ........................................................................


x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. .

xii

PENDAHULUAN........................................................... ...........................

1

Latar Belakang.................................................................... ............
Perumusan Masalah.................................................................... ....
Tujuan ..........................................................................................

1
1
2

TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................


3

Pengembangan Peternakan Sapi Potong ........................................
Kebutuhan Pakan Sapi ..................................................................
Peta Arahan Penggunaan Lahan ...................................................
Hijauan Makanan Ternak ..............................................................
Padang Penggembalaan .................................................................
Pengembangan Pertanian ..............................................................
Padi ...................................................................................
Jagung ...............................................................................
Kedelai ..............................................................................
Tanaman Tahunan .........................................................................
Kakao ................................................................................
Kopi ..................................................................................

3
3
4
5

6
6
6
7
8
9
9
10

MATERI DAN METODE ........................................................................

12

Materi ...........................................................................................
Bahan ................................................................................
Alat ...................................................................................
Prosedur ........................................................................................

12
12
15
15

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................

17

Keadaan Umum Distrik Kebar ......................................................

17
viii

Arahan Penggunaan Lahan dan Potensi Produksi di Cluster 1
Distrik Kebar……………………………………………... ............
Potensi produksi hijauan dan kapasitas tampung ternak .............
Pengembangan Peternakan Sapi Potong di Cluster 1 Distrik Kebar
Arahan Penggunaan Lahan dan Potensi Produksi di Cluster 2
Distrik Kebar……………………………………………... ............
Potensi produksi hijauan dan kapasitas tampung ternak ......
Pengembangan Peternakan Sapi Potong di Cluster 2 Distrik Kebar
Arahan Penggunaan Lahan dan Potensi Produksi di Cluster 3
Distrik Kebar……………………………………………... ............
Potensi produksi hijauan dan kapasitas tampung ternak .....
Pengembangan Peternakan Sapi Potong di Cluster 3 Distrik Kebar
Arahan Penggunaan Lahan dan Potensi Produksi di Cluster 4
Distrik Kebar……………………………………………... ............
Potensi produksi hijauan dan kapasitas tampung ternak .....
Pengembangan Peternakan Sapi Potong di Cluster 4 Distrik Kebar
Pembahasan Umum……………………………………………. ....
Perencanaan Penyediaan Pakan .....................................................

18
19
22
24
25
28
29
31
33
35
36
38
40
45

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................

46

Kesimpulan ...................................................................................
Saran.............................................................................................

46
46

UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................

47

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................

48

ix

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Kebutuhan Pakan Sapi dalam Periode Berbeda .............................

4

2. Kandungan Nutrien Bahan Pakan Asal Limbah .............................

5

3. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Periode 1998-2007..

7

4. Luas Lahan, Produksi dan Produksi Total Jagung di Indonesia......

8

5. Kandungan Nutrien Limbah Kedelai .............................................

8

6. Komposisi Nutrien Kulit Coklat Dalam Bahan Kering ..................

10

7. Persentasi Distribusi Buah Kopi Dalam Bahan Kering ..................

10

8. Arahan Penggunaan Lahan Distrik Kebar Cluster 1 ......................

19

9. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung Ternak di
Distrik Kebar Cluster 1 .................................................................

21

10. Potensi Produksi Lahan Cluster 1 .................................................

22

11. Kapasitas Tampung Ternak CCO di Cluster 1 ...............................

23

12. Formulasi Ransum Penggemukan Sapi Potong ..............................

23

13. Kapasitas Tampung Ternak Berdasarkan Produksi Ransum di
Cluster 1 .......................................................................................

24

14. Arahan Penggunaan Lahan Distrik Kebar Cluster 2 ......................

25

15. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung Ternak di
Distrik Kebar Cluster 2 .................................................................

27

16. Potensi Produksi Lahan Cluster 2 .................................................

28

17. Kapasitas Tampung Ternak CCO di Cluster 2 ...............................

29

18. Kapasitas Tampung Ternak Berdasarkan Produksi Ransum di
Cluster 2 .......................................................................................

29

19. Arahan Penggunaan Lahan Distrik Kebar Cluster 3 ......................

30

20. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung Ternak di
Distrik Kebar Cluster 3 .................................................................

32
x

21. Potensi Produksi Lahan Cluster 3 .................................................

33

22. Kapasitas Tampung Ternak CCO di Cluster 3 ...............................

34

23. Kapasitas Tampung Ternak Berdasarkan Produksi Ransum di
Cluster 3 .......................................................................................

34

24. Arahan Penggunaan Lahan Distrik Kebar Cluster 4 ......................

35

25. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung Ternak di
Distrik Kebar Cluster 4 .................................................................

37

26. Potensi Produksi Lahan Cluster 4 .................................................

38

27. Kapasitas Tampung Ternak CCO di Cluster 4 ...............................

39

28. Kapasitas Tampung Ternak Berdasarkan Produksi Ransum di
Cluster 4 .......................................................................................

39

29. Potensi Produksi Lahan di Distrik Kebar Papua Barat ...................

41

30. Potensi Produksi Pakan Sapi Pembibitan Setiap Cluster ................

43

31. Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung Ternak CCO di Daerah
Kebar ............................................................................................

43

32. Total Kapasitas Tampung Ternak Berdasarkan Kapasitas
Produksi Ransum ..........................................................................

44

33. Potensi Pengembangan Ternak di Daerah Distrik Kebar................

44

xi

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Peta Arahan Penggunaan Lahan Daerah Distrik Kebar Papua Barat ...

12

2. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 1 .........................................

13

3. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 2 .........................................

13

4. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 3 .........................................

14

5. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 4 .........................................

14

6. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 1 .........................................

18

7. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 2 .........................................

25

8. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 3 .........................................

30

9. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 4 .........................................

35

10. Peta Arahan Penggunaan Lahan Kawasan Agropolitan Pertanian
Terpadu Kebar...................................................................................

40

xii

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Distrik Kebar merupakan sebuah daerah yang terdapat di Kabupaten
Tambrauw, Papua Barat. Menurut rencana tata ruang wilayah Distrik Kebar ini akan
dijadikan sebagai kawasan agropolitan pertanian terpadu, dimana di daerah ini akan
dikembangkan pertanian yang dipadukan dengan peternakan dan kehutanan. Distrik
Kebar telah memiliki peta arahan penggunaan lahan (peta landsat) untuk
pengembangan daerah. Peta arahan penggunaan lahan ini dibuat oleh Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Peta arahan penggunaan lahan
ini akan dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan penyediaan pakan ternak sapi
potong yang akan dikembangkan bersamaan dengan pengembangan pertanian untuk
mewujudkan konsep agropolitan pertanian tepadu di Daerah Kebar ini sendiri.
Kawasan Agropolitan merupakan sebuah kawasan yang berbasis pertanian.
Seiring dengan program pemerintah tentang swasembada daging 2014, maka
dipilih ternak sapi potong untuk dikembangkan di Distrik Kebar. Diharapkan dengan
adanya pengembangan peternakan sapi potong di Distrik Kebar ini akan menambah
populasi ternak di Indonesia. Pengembangan peternakan sapi potong di Distrik Kebar
ini memerlukan sebuah perencanaan penyediaan pakan karena pakan merupakan
aspek penting dalam suatu peternakan. Keberhasilan suatu peternakan bukan hanya
didukung oleh manajeman teknis tetapi juga oleh manajemen pakan sehingga
perencanaan penyediaan pakan sangat dibutuhkan untuk memelihara ketersedian
pakan yang berlanjut di segala musim.
Penggunaan peta landsat dalam perencanaan penyediaan pakan akan
mempermudah dalam menghitung potensi produksi pertanian beserta limbah
pertaniannya, juga lebih efektif untuk menghitung kapasitas tampung ternak sapi
potong yang akan dikembangkan di Distrik Kebar.
Perumusan Masalah
Daerah Distrik Kebar akan dijadikan suatu wilayah agropolitan pertanian
terpadu, dimana akan dikembangkan pertanian, peternakan dan kehutanan secara
1

terpadu. Pengembangan peternakan di Distrik Kebar ini belum mempunyai
perencanaan penyediaan pakan, sehingga dibuatlah perencanaan penyediaan pakan
dengan menghitung kapasitas tampung ternak di Distrik Kebar.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah perencanaan penyediaan
hijauan pakan di daerah kawasan agropolitan yang akan dibuat di wilayah Distrik
Kebar dengan menggunakan peta arahan penggunaan lahan sebagai acuan.
Perencanaan penyediaan hijauan pakan ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan pakan
pembibitan sapi potong yang akan dikembangkan di Distrik Kebar. Secara khusus
penelitian ini bertujuan untuk membuat perencanaan pengembangan peternakan sapi
potong di Distrik Kebar Papua Barat dengan menghitung potensi produksi tanaman
dan limbah tanaman serta menghitung kapasitas tampung ternak berdasarkan peta
arahan penggunaan lahan.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan Peternakan Sapi Potong
Menurut Parakkasi (1999), pengembangan peternakan sapi potong meliputi
beberapa program, diantaranya: program cow calf, program pembesaran anak atau
program stocker, program penggemukan, program khusus, program baby beef,
program pure breed, program pra-conditioning dan conditioning, dan gabungan
berbagai program yang ada. Program cow calf adalah program dasar yang bertujuan
untuk menghasilkan anak, dengan batasan saat anak sapi disapih. Program
penggemukan bertujuan untuk memperbaiki kualitas karkas dengan jalan mendeposit
lemak seperlunya.
Disamping pembagian program pemeliharaan, industri peternakan sapi
potong dapat dibagi berdasarkan sistem pemeliharaannya, yaitu: sistem ekstensif ,
sistem intensif dan sistem sedang. Dalam sistem ekstensif terlihat bahwa aktivitas
perkawinan, pembesaran, pertmbuhan dan penggemukan dilaksanaka di lapangan
penggembalaan. Pemeliharaan intensif biasanya diartikan sebagai pemeliharaan
dalam tempat yang terkurung dan makanan dibawa kepada hewan. Pemeliharaan
intensif sering disinonimkan dengan pemeliharaan ransum tinggi akan penguat.
Terakhir adalah sistem sedang atau sistem antara intensif dan ekstensif, yang sering
juga dikatakan sistem pertanian campuran. Program pemeliharaan sistem campuran
biasanya petani memelihara beberapa ekor ternak sapi atau kerbau dengan maksud
digemukan dengan bahan makanan yang ada di sekitar usaha pertaniannya
(Parakkasi, 1999). Ada tiga sistem pemberian pakan untuk ternak ruminansia besar,
diantaranya: sistem kelompok, sistem cut and carry, dan sistem digembalakan.
Kebutuhan Pakan Sapi
Kebutuhan nutrisi ternak sapi berbeda sesuai dengan tujuan pemeliharaannya.
Berikut disajikan kebutuhan nutrisi ternak sapi untuk periode pembibitan dan
penggemukan, yang dapat dilihat pada Tabel 1.

3

Tabel 1. Kebutuhan Pakan Sapi Dalam Periode Berbeda
Periode

Uraian Bahan
Pembibitan

Penggemukan

Kadar air (%)

12,0

12,0

Bahan kering (%)

88,0

88,0

Protein kasar (%)

10,8

12,7

Lemak kasar (%)

2,6

3,0

Serat kasar (%)

19,6

18,4

Kadar abu (%)

6,8

8,7

64,2

64,4

TDN (%)
Sumber: Wahyono (2004)

Peta Arahan Penggunaan Lahan
Dalam perencanaan dan pengembangan suatu wilayah, diperlukan data-data
penunjang antara lain peta tutupan lahan. Peta tutupan lahan adalah peta yang
memberikan informasi mengenai objek-objek yang tampak dipermukaan bumi
(Campbell, 1987). Citra digital merupakan representasi dua dimensi dari suatu objek
di dunia nyata. Foto udara atau peta foto (hardcopy) adalah salah satu bentuk dari
citra analog, sementara citra-citra satelit yang merupakan data digital hasil rekaman
sensor-sensor (radar, detector, radiometer, scanner). Peta merupakan catatan hasil
observasi dan pengukuran informasi keruangan keadaan muka bumi yang
digambarkan dalam peta dapat digunakan untuk berbagai keperluan, dan data dalam
peta hanya dapat diungkapkan kembali secara visual (Dulbahri, 1993).
Salah satu teknologi penginderaan jauh ialah dengan analisis citra satelit
Landsat. Citra landsat merupakan citra satelit untuk penginderaan sumberdaya bumi.
Thematik Mapper (TM) adalah suatu sensor optic penyiaman yang beroperasi pada
cahaya tampak dan inframerah bahkan spectral (Lo, 1995). Saripin (2003),
mengatakan bahwa citra landsat sangat membantu dalam identifikasi penggunaan
lahan di suatu daerah terutama untuk lahan perkebunan (perkebunan karet, tebu,
kakao). Demikian pula untuk penggunaan lahan lain yang mempunyai kenampakan
objek dan ciri-ciri yang spesifik seperti sawah dan waduk atau danau.
4

Hijauan Makanan Ternak
Makanan hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman
dalam bentuk daun-daunan, termasuk kedalamnya bangsa rumput (graminae),
kacang-kacangan (leguminosa) dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain. Menurut
Sofyan (2003), hijauan makanan ternak yang diperlukan untuk ternak ruminansia
sebagian besar berupa rumput-rumputan, sehingga rumput memegang peranan
penting dalam penyediaan pakan dan telah umum digunakan oleh peternak dalam
jumlah besar.
Sering dilakukan integrasi hijauan dengan tanaman pangan, perkebunan,
kehutanan, pagar hidup, lahan tidur, padang rumput, dan lahan kritis untuk
memelihara kontinuitas hijauan pakan (Nitis, 1995). Sistem integrasi tanaman-ternak
adalah suatu sistem pertanian yang dicirikan oleh keterkaitan yang sinergis antara
komponen tanaman dengan ternak sehingga hijauan tanaman dan residu hasil
tanaman merupakan salah satu sumber pakan utama dan sebaliknya ternak
menyediakan pupuk organik yang penting bagi pertumbuhan tanaman (Pasandaran,
2006).
Kandungan nutrien bahan pakan asal limbah pertanian dan perkebunan, dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan Nutrien Bahan Pakan Asal Limbah
Jenis bahan

BK (%)

PK (%)

LK (%)

SK (%)

TDN (%)

Jerami padi

31,867

5,211

1,166

26,779

51,496

Jerami kacang kedelai

30,389

14,097

3,542

20,966

61,592

Jerami kulit kedelai

61,933

7,998

5,071

38,672

58,129

Jerami jagung segar

21,685

9,660

2,209

26,300

60,237

Kulit kedelai

90,369

18,962

1,249

22,833

62,717

Kulit kopi

91,771

11,177

2,496

21,736

57,201

Kulit coklat

89,369

14,993

6,257

23,244

55,521

Sumber: Sumariyanto (2004)
Keterangan: BK = Bahan Kering; PK = Protein Kasar; LK = Lemak Kasar; SK = Serat Kasar; TDN =
Total Digestible Nutrient

5

Hijauan pakan

tidak

hanya didapat

dari

rumput

ataupun legum.

Pengembangan distrik Kebar sebagai kawasan agropolitan pertanian terpadu akan
memungkinkan adanya penggunaan limbah pertanian sebagai sumber hijauan pakan
ternak. Limbah perkebunan juga bisa dijadikan sumber hijauan pakan.
Padang Penggembalaan
Padang penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh
tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak yang dapat merenggutnya
menurut

kebutuhannya

dalam

waktu

singkat.

Beberapa

macam

padang

penggembalaan diantaranya: padang penggembalaan alam, padang penggembalaan
permanen yang sudah ditingkatkan, padang penggembalaan temporer dan padang
penggembalaan irigasi. Produksi rumput di padang penggembalaan sebanyak 12
ton/ha/tahun yang ditentukan oleh beberapa faktor seperti iklim, pengelolaan,
kesuburan tanah, pemeliharaan dan tekanan penggembalaan. Daya tampung padang
pengembalaan idealnya sebesar 2,5 UT/ha/tahun (Reksohadiprodjo, 1994).
Pengembangan Pertanian
Padi
Produksi padi di daerah yang beriklim dingin, seperti: Jepang, Korea,
Portugal, Spanyol, Perancis, Italia, dan lain-lainnya dapat menghasilkan beras
sebanyak 5-6 ton/ha. Dibandingkan dengan produksi tanaman padi negara-negara
yang tergolong beriklim panas termasuk Indonesia, di mana hasil pertanaman padi
secara menyeluruh dapat dikatakan jarang melebihi 3,5 ton/ha. Menurut Londong
(2009), produksi padi lokal sekitar 1,8-2,8 ton gabah kering per hektar dan 3,0-3,5
ton gabah kering per hektar untuk padi varietas unggul. Luasan panen, produktivitas
dan produksi padi dapat dilihat pada Tabel 3.

6

Tabel 3. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Periode 1998-2007
Tahun

Luas Panen

Produktivitas

Produksi Padi

Produksi Beras

(ha)

(ton/ha)

(ton)

(ton)

1998

11.730.325

4.197

50.866.387

32.045.824

2000

11.793.475

4.401

51.898.852

32.696.277

2005

11.839.060

4.574

54.151.097

34.075.735

2006

11.786.430

4.620

54.454.937

34.306.610

2007

12.165.607

4.689

57.048.558

35.940.591

Sumber: BPS (2007 diolah)
Keterangan: ARAM III
Konversi gabah ke beras adalah 63,2% (BPS, 2007).

Jagung
Ada beberapa hasil sampingan dari tanaman jagung selain jagung pipil, yaitu:
daun, tongkol, batang, dan kelobot yang dapat dijadikan untuk menggantikan hijauan
pakan ruminansia. Klobot dan tongkol jagung lebih disukai ternak ruminansia
daripada biji jagung (Parakkasi, 1995). Proporsi botani hasil samping tanaman
jagung berdasarkan berat kering terdiri dari 50% batang, 20% daun, 20% tongkol,
dan 10% klobot (McCutcheon dan Samples, 2002).
Daun jagung yang masih muda sudah banyak dimanfaatkan peternak sebagai
hijauan pakan ternak dan berpotensi sebagai pengganti sumber serat hijauan
khususnya pada saat ketersediaan rumput lapang berkurang (Putra, 2011).
Penggunaan tanaman jagung biasanya dijadikan bahan utama dalam pembuatan
silase. Silase jagung mengandung energi tingi dengan kandungan bahan kering yang
relatif sama dengan hijauan potongan (Bal et al., 2000). Menurut Darmawan (1993),
mengatakan bahwa potensi produksi jagung sebanyak 4,5 ton/ha. Produksi jagung
dapat dilihat pada Tabel 4.

7

Tabel 4. Luas Lahan, Produksi, Produksi Total Jagung di Indonesia
Tahun

Luas lahan (ha)

Produksi (ton)

Total produksi (ton)

1990

3.158.092

2.132

6.734.028

1991

2.909.100

2,150

6.255.906

1992

3.629.346

2.203

7.995.459

1993

2.939.534

2.198

6.459.737

1994

3.109.398

2.209

6.868.885

1995

3.651.838

2.258

8.245.902

Sumber: Sarono (2001)

Kedelai
Pertumbuhan produksi kedelai di Indonesia masih relatif tinggi yaitu sebesar
6,03% per tahun. Pertumbuhan ini terutama disebabkan oleh adanya peningkatan
areal panen yang cukup besar yaitu 5,23% per tahun, sedangkan produktivitas
bertumbuhnya hanya 1,30% per tahun.
Tabel 5. Kandungan Nutrien Limbah Kedelai
Jenis
limbah
Jerami
kedelai
Tangkai
kedelai
Kulit
kedelai
Kulit ari
kedelai
Ampas
kedelai
Biji
kedelai

DM %

CP

NDF

% of DM
ADF
Ca

GE (kcal/g.DM)

P

89,76

4,9

54,24

42,76

1,21

0,07

3,90

93,59

4,67

56,41

38,01

0,81

0,08

3,86

91,11

5,04

60,15

42,08

1,21

0,06

3,98

92,37

12,65

43,79

48,66

0,55

0,18

4,22

59,96

27,88

30,80

23,11

0,53

0,37

4,88

92,19

42,27

20,09

21,53

0,22

0,70

5,14

Sumber: Sruamsiri, 2008
Keterangan: DM = Dry Matter; CP = Crude Protein; NDF = Netral Detergen Fiber; ADF = Acid
Detergen Fiber; Ca = Calcium; P = Phosphor; GE = Gross Energy

8

Peluang untuk meningkatkan produktivitas nampaknya masih ada secara relative
produktivitas kedelai Indonesia baru mencapai 58,19% dari produktivitas kedelai
dunia, sedangkan pangsa produksi kedelai di Indonesia masih sangat kecil, yaitu
1,34%. Menurut Darman (2000), kedelai varietas berumur pendek atau genjah (70-80
hari) dapat memberikan hasil sebanyak 1,7-2,2 ton/ha, sedangkan varietas berumur
tengahan atau sedang (81-90 hari) dapat menghasilkan 2,2-2,9 ton/ha. Perkembangan
produksi kedelai di Indonesia dan kandungan nutrisinya dapat dilihat pada Tabel 5.
Wahlburg (2009) dalam penelitiannya mengatakan bahwa kandungan nutrisi
kulit ari kedelai dalam dry matter adalah: BK 91%, TDN 75%, PK 14%, Pati 14%.
Kedelai bisa dipanen 3-4 bulan setelah ditanam.
Tanaman Tahunan
Kakao
Tanaman kakao (Theobroma Cacao L.) merupakan tanaman perkebunan
berumur panjang, mulai berproduksi 3 – 4 tahun setelah tanam, tergantung dari
bahan tanaman unggul yang digunakan dan agro-ekosistem pengembangannya.
Potensi produksi tanaman kakao unggul seperti ICCRI 01 dan 02, KW 30, 48 dan
162 dapat mencapai 2.160 – 3.200 kg/ha/th dengan berat per biji kering berkisar
antara 1,10 – 1,36 g/biji. Kulit buah kakao merupakan limbah agroindustri yang
berasal dari tanaman kakao yang umumnya dikenal dengan tanaman coklat.
Komposisi buah kakao terdiri dari 74% kulit, 24% biji kakao dan 2% plasenta.
Setelah dilakukan analisis proksimat, kakao mengandung 22% protein dan 3 – 9%
lemak (Nasrullah dan Ela, 1993).
Banyak penelitian menggunakan kulit coklat untuk makanan ternak. Di
Brazil, ada penelitian yang menggunakan pod coklat segar untuk pakan sapi. Hasil
penelitian mengatakan bahwa pemberian pod soklat segar bisa mensubstitusi
penggunaan rumput gajah, hal ini tidak menimbulkan gangguan pencernaan dan
palatabel pada ternak. Pod coklat harus segera digunakan setelah panen karena ia
membusuk dalam waktu seminggu setelah panen. (Llamosas et al., 1985)
Komponen utama dari buah kakao adalah kulit buah, plasenta, dan biji. Kulit
buah merupakan komponen terbesar dari buah kakao, yaitu lebih besar dari 70%
9

berat buah masak. Persentase biji kakao di dalam buah hanya sekitar 27-29%,
sedangkan sisanya adalah plasenta yang merupakan pengikat dari 30 sampai 40 biji
(Widyotomo et al., 2007). Setiap penanaman kakao pada satu hektar lahan akan
menghasilkan limbah segar kulit buah sebesar 5,8 ton. Komposisi nutrien kulit coklat
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Komposisi Nutrisi Kulit Coklat Dalam Bahan Kering
Persentase Bahan Kering

Rata-rata (%)

Kisaran (%)

Protein Kasar

6,25

5,63 - 7,50

Serat Kasar

27,30

24,30 – 29,00

Abu

8,10

7,60 - 8,70

Natrium

0,01

0,01 - 0,03

Kalium

3,20

2,50 - 3,70

Calsium

0,44

0,33 - 0,70

Phosphor

0,09

0,04 - 0,12

Sumber: Ankrah (1974)

Kopi
Kopi baru menghasilkan buah pada umur empat tahun. Awal panen produksi
kopi masih sedikit, dan akan terus meningkat dari panen ke-2 sampai panen ke-14.
Satu pohon kopi dapat menghasilkan 1,5-2,5kg kopi pertahun. Panen dilakukan
ketika buah kopi sudah berwarna merah hingga merah tua. Panen umumnya
dilakukan pada bulan Maret hingga Agustus setiap dua minggu sekali (Panggabean,
2011). Distribusi bagian buah kopi dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Persentasi Distribusi Bagian Buah Kopi Dalam Bahan Kering
Jenis

Arabic

Bourbon

Campuran

Kulit

26,5

29,6

28,7

Kulit ari

10,0

11,2

11,9

Lendir

13,7

7,5

4,9

Biji Kopi

50,0

51,7

55,4

Sumber: Bressani (1972)

10

Pengolahan kopi secara basah akan menghasilkan limbah padat berupa kulit
buah pada proses pengupasan buah (pulping) dan kulit tanduk pada saat pengrebusan
(hulling). Limbah pada buah kopi (pulp) belum dimanfaatkan secara optimal. 1 ha
areal penanaman kopi akan memproduksi limbah segar sekitar 1,8 ton (Widyotomo
et al., 2007).

11

MATERI DAN METODE
Materi
Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah peta arahan penggunaan
lahan kawasan agropolitan pertanian terpadu daerah Kebar. Peta ini merupakan data
sekunder. Peta ini dibuat oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat. Distrik Kebar dibagi menjadi empat cluster. Gambar peta yang dipakai
dalam peneletian ini dapat dilihat pada Gambar 1 (Peta Arahan Penggunaan Lahan
Distrik Kebar Secara Keselurhan), Gambar 2 (Peta Arahan Penggunaan Lahan
Cluster 1), Gambar 3 (Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 2), Gambar 4 (Peta
Arahan Penggunaan Lahan Cluster 3), dan Gambar 5 (Peta Arahan Penggunaan
Lahan Cluster 4).

Gambar 1. Peta Arahan Penggunaan Lahan Daerah Distrik Kebar Papua Barat
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (2012)

12

Gambar 2. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 1
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (2012)

Gambar 3. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 2
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (2012)

13

Gambar 4. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 3
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (2012)

Gambar 5. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 4
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (2012)

14

Alat
Alat yang digunakan adalah seperangkat komputer, dan aplikasi microsoft
excel dan microsoft word.
Prosedur
Di Distrik Kebar akan dijadikan suatu wilayah agropolitan pertanian terpadu.
Pengembangan wilayah Distrik Kebar meliputi pengembangan pertanian dan
peternakan secara terpadu. Ternak yang akan dikembangkan di Distrik Kebar adalah
sapi potong. Peternakan meliputi program pembibitan (CCO/cow calf operation) dan
penggemukan (VBC/village breeding center dan VFC/village farming center).
Pengembangan peternakan ini membutuhkan perencanaan dalam penyediaan
pakannya dan juga penghitungan kapasitas tampung ternak, sehingga kebutuhan
pakan ternak akan terpenuhi.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
deskriptif. Peubah yang diamati adalah:
1. Potensi produksi tanaman dan limbah tanaman di Distrik Kebar dengan
menggunakan rumus di bawah ini:
Potensi produksi tanaman = asumsi produksi/ha x luas lahan tanam
2. Kapasitas tampung ternak Cow Calf Operation (CCO) dihitung berdasarkan
metode Nell dan Rollinson (1974). Kapasitas tampung ternak CCO yang
dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini:
KT = potensi produksi x 1000 kg : (6,29 x 365)
Keterangan:

KT (Kapasitas Tampung)

6,29 (kebutuhan pakan sapi dalam bahan kering)
3. Kapasitas tampung ternak berdasarkan produksi ransum dihitung berdasarkan
kebutuhan pakan harian ternak yang telah disesuaikan dengan bobot badan
ternak (kebutuhan pakan harian sapi diasumsikan 3% bobot badan). Ransum
yang dibuat memenuhi kebutuhan PK sebesar 12,7% dan TDN sebesar 64,4%
(Wahyono, 2004).

15

Kapasitas tampung ternak berdasarkan produksi ransum yang dihitung
dengan menggunakan rumus di bawah ini:
KT produksi ransum = produksi ransum x 1000 kg : (kebutuhan pakan
harian x 365)
4. Kapasitas tampung ternak Village Breeding Center (VBC) yang dihitung
dengan rumus di bawah ini:
KT VBC = 30% x KT produksi ransum
Keterangan: 30% merupakan asumsi
5. Kapasitas tampung ternak Village Farming Center (VFC) yang dihitung
dengan menggunakan rumus di bawah ini:
KT VFC = 70% x KT produksi ransum
Keterangan: 70% merupakan asumsi

16

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Distrik Kebar
Distrik Kebar merupakan sebuah wilayah yang berada di Kabupaten
Tambrauw, Papua Barat. Luas wilayah Distrik Kebar sebesar 48.903 ha. Distrik
Kebar akan dikembangkan menjadi sebuah kawasan agropolitan, dimana akan
dipadukan pengembangan aspek-aspek pertanian dengan pengembangan aspek-aspek
industri yang biasanya dikembangkan hanya di kota-kota besar.
Distrik Kebar memiliki rata-rata ketinggian 500 meter dari permukaan laut
(DPL). Distrik Kebar juga memiliki luas 1.620,6 Km2. Kampung Akmuri dan Anjai
merupakan wilayah terluas yaitu 17,66% dari seluruh total Distrik atau sebesar 286
Km2. Kampung terkecil adalah Jundarau dan Inambuari yaitu sebesar 107,3 km2 atau
hanya 6,62% dari total luas distrik. Sebagian besar daerah di Distrik Kebar adalah
daerah dataran. Terdapat 3 kampung yang dialiri oleh sungai (DAS).
Batas Wilayah Distrik Kebar
Sebelah Utara

: Distrik Amberbaken dan Mubrani

Sebelah Selatan

: Kabupaten Teluk Bintuni

Sebelah Timur

: Distrik Senopi

Sebelah Barat

: Distrik Testrega dan Mubrani (Kebar Dalam Angka 2010)

Distrik Kebar terdiri dari delapan kampung. Masih belum terdapat daerah
yang berstatus kelurahan. Distrik ini beribukota di Kampung Kebar Tengah/Anjai
dan masih belum memiliki sistem pemerintahan terkecil yaitu Rukun Tetangga (RT).
Distrik Kebar memiliki 584 rumah tangga yang tersebar di kampung-kampung.
Daerah yang paling banyak rumah tangganya adalah kampung Kebar Tengah/Anjai
yaitu 153 rumah tangga. Terbanyak kedua adalah kampung Nekori dengan 113
rumah tangga. Distrik Kebar didiami oleh 1.175 laki-laki dan 1.248 perempuan.
Dengan begitu jumlah penduduk seluruhnya adalah 2.423 jiwa. Distrik Kebar
masing-masing keluarganya beranggota rata-rata empat jiwa.
Distrik Kebar merupakan salah satu penghasil pangan bagi Kabupaten
Manokwari. Hal ini ditandai dengan menghasilkan jagung sebesar 12 ton dan luas
panen sebesar sembilan hektar. Ubi kayu sebagai produk utama kabupaten
17

Manokwari ternyata juga dihasilkan oleh Kebar. Dengan rata-rata setiap ha
menghasilkan 124,1 kwintal maka produksi ubi kayu pada tahun 2009 sebesar 211
ton dengan luas panen 17 ha.
Arahan Penggunaan Lahan dan Potensi Produksi
di Cluster 1 Distrik Kebar
Peta arahan penggunaan lahan di Cluster 1 Distrik Kebar dapat dilihat pada
Gambar 6.

Gambar 6. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 1
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (2012)

Arahan penggunaan lahan pada cluster 1 adalah: untuk menanam jagung
seluas 408 ha, untuk menanam jagung/kedelai seluas 597 ha, untuk menanam
jagung/kedelai/padi seluas 62 ha, untuk menanam tanaman tahunan seluas 270 ha,
untuk lahan konservasi seluas 6.152 ha, dan untuk lahan penggembalaan seluas 813
ha, sehingga total luas cluster 1 sebesar 8.301 ha. Lahan di cluster 1 sudah memiliki
fasilitas infrastruktur berupa jalan kolektor, jembatan kolektor, jalan lain, dan jalan
setapak. Arahan penggunaan lahan di cluster 1 dapat dilihat pada Tabel 8.
18

Tabel 8. Arahan Penggunaan Lahan Distrik Kebar Cluster 1
Simbol

Luas

Arahan Pengembangan Lahan

ha

%

JG

Jagung

408

4,92

JG/KD

Jagung / Kedelai

597

7,19

JG/KD/RP

Jagung / Kedelai / Pakan

62

0,74

LP

Pengembalaan

813

9,79

TT

Tanaman Tahunan

270

3,26

KK

Konservasi

6.152

74,11

Jumlah

8.301

100,00

Potensi produksi hijauan dan kapasitas tampung ternak
Berdasarkan arahan penggunaan lahan di cluster 1, lahan akan ditanami
jagung, kedelai, padang penggembalaan, tanaman tahunan dan wilayah yang
merupakan kawasan konservasi. Potensi produksi tanaman dan potensi produksi
limbah dapat dihitung dengan adanya peta arahan penggunaan lahan ini. Penanaman
tanaman dilakukan dengan sebuah rancangan perencanaan. Perencanaan ini
dilakukan dengan menimbang kesuburan lahan, lama panen selama satu periode
panen, dan banyaknya produksi yang diharapkan.
Penghitungan potensi produksi dan kapasitas tampung ternak di cluster 1
dapat dilihat pada Tabel 9, yang menjelaskan tentang perencanaan penanaman
beberapa jenis tanaman dan jumlah kapasitas tampung ternak.
Lahan yang bertanda JG dengan luas lahan 408 ha akan ditanamai jagung
yang dilakukan dua kali pemanenan setiap tahun, masing-masing untuk produksi
jagung pipil dilakukan satu kali pemanenan setiap tahun dan untuk produksi silase
jagung satu kali pemanenan setiap tahun. Produksi jagung diasumsikan sebanyak 2,1
ton/ha dan menghasilkan limbah tanaman jagung sebanyak 10 ton/ha. Setiap tahun
lahan ini dapat memproduksi jagung sebanyak 857 ton dan menghasilkan limbah
sebanyak 4.081 ton/tahun. Sedangkan produksi tanaman jagung khusus untuk
dijadikan silase jagung sebanyak 4.081 ton/tahun. Dilihat dari jumlah limbah
pertanian yang ada lahan ini dapat menampung ternak sebanyak 1.777 ST.
19

Lahan dengan tanda JG/KD dengan luas 597 ha akan ditanami jagung seluas
358 ha dan ditanami kedelai seluas 239 ha. Penanaman kedelai dilakukan dua kali
pemanenan dalam setahun. Penanaman kedelai diasumsikan akan menghasilkan 2,2
ton/ha dan menghasilkan limbah pertanian sebesar 2,5 ton/ha, sehingga produksi
total kedelai sebanyak 1.050 ton/tahun dan produksi limbahnya sebanyak 1.193
ton/tahun. Penanaman jagung yang hanya satu kali pemanenan di lahan ini akan
menghasilkan jagung sebanyak 752 ton/tahun dan limbah pertanian jagung sebanyak
3.580 ton/tahun. Kemudian penanaman selanjutnya dilakukan khusus untuk
memproduksi silase jagung, sehingga produksi silase jagung sebanyak 3.580
ton/tahun. Produksi limbah jagung di lahan ini dapat untuk menampung ternak
sebanyak 1.559 ST dan produksi limbah kedelainya dapat untuk menampung ternak
sebanyak 520 ST.
Lahan dengan tanda JG/KD/RP dengan luas 62 ha, seluruhnya akan ditanami
kedelai sebanyak dua kali pemanenan dalam setahun. Produksi total kedelai
sebanyak 273 ton/tahun dan limbah tanaman kedelai sebanyak 155 ton/tahun.
Produksi limbah kedelai di lahan ini dapat menampung ternak sebanyak 68 ST.
Lahan dengan tanda LP dengan luas 813 ha merupakan padang
penggembalaan. Padang penggembalaan memiliki kapasitas tampung ternak
sebanyak 1,17 ST/ha, sehingga total kapasitas tampung ternak pada lahan
penggembalaan sebanyak 951 ST. Kemudian lahan dengan tanda TT akan ditanami
tanaman tahunan berupa kopi dan kakao. Tanaman tahunan dan hutan konservasi
diasumsikan menghasilkan 2% setara dengan 15 ton BK dikalikan dengan luas lahan
yang ditanami tanaman tahunan atau tanaman konservasi. Dapat dilihat jumlah
limbah (hijauan yang dapat dipakai untuk pakan ternak pembibitan sapi potong) pada
lahan yang ditanami tanaman tahunan sebanyak 81 ton/tahun, sedangkan untuk lahan
yang merupakan hutan konservasi dapat menghasilkan limbah sebanyak 1.845
ton/tahun. Kapasitas tampung dari lahan yang ditanami tanaman tahunan sebanyak
35 ST, dan lahan yang merupakan hutan konservasi sebanyak 804 ST. Lahan di
cluster 1 yang luasnya sebesar 8.301 ha, dapat menampung ternak sebanyak 5.714
ST.

20

Tabel 9. Penghitungan Potensi Produksi dan Kapasitas Tampung Ternak di Distrik Kebar Cluster 1

Simbol
JG

Keterangan Simbol

Jagung(1kali)
silase jagung (1 kali)
JG/KD
Jagung / Kedelai
Jagung (1 kali)
silase jagung (1 kali)
Kedele (2)
JG/KD/RP Jagung / Kedelai / Pakan
Jagung
Kedele(2 kali)
Pakan
LP
Pengembalaan
TT
Tanaman Tahunan
KK
Konservasi

Produksi
Produksi/ha
Luas (ha)
Total (ton/tahun) Limbah/ha
(ton)
(ton)
408

Produksi
limbah
Total
KT/ha (ST)
Total (ton
KT(ST)
Bk/tahun)
4.081
1.777

2,1
10,0

857
4.081

10,0

597
358
358
239
62

2,1
10,0
2,2

752
3.580
1.050

10,0

3.580

1.559

2,5

1.193

520

62

2,2

273

2,5

155

68

813
270
6.152

1,17
81
1.845
Total KT

951
35
804
5.714

Potensi produksi lahan di cluster 1 dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Potensi Produksi Lahan Cluster 1
Komoditi

Produksi (ton/tahun)

Luas (ha)

Jagung pipil

1.609

766

Kedelai

1.323

301

Silase jagung

7.660

766

Padang rumput

2.183

813

Jerami jagung

7.660

766

Jerami kedelai

1.348

301

Produksi total jagung di Cluster 1 sebanyak 1.609 ton/tahun, kedelai
sebanyak 1.323 ton/tahun, silase jagung sebanyak 7.660 ton/tahun, padang rumput
sebanyak 2.183 ton/tahun, jerami jagung sebanyak 7.660 ton/tahun, dan jerami
kedelai sebanyak 1.348 ton/tahun.
Pengembangan Peternakan Sapi Potong
di Cluster 1 Distrik Kebar
Melihat potensi produksi lahan di cluster 1, disini akan dikembangkan
peternakan sapi potong. Pengembangan peternakan sapi potong ini mencakup
pembibitan dan penggemukan sapi potong. Penyediaan pakan dalam pengembangan
peternakan sapi potong ini didapat dari produksi tanaman, limbah tanaman pertanian,
padang penggembalaan dan silvopastura.
Pengembangan peternakan sapi potong ini dapat berupa Cow Calf Operation
(CCO), Village Breeding Center (VBC), dan Village Farming Center (VFC). CCO
atau pembibitan sapi potong ini bertujuan untuk menghasilkan pedet. VBC betujuan
untuk pengembangan pembibitan sapi potong dan untuk menghasilkan bibit ternak
unggul. VFC bertujuan untuk pengembangan penggemukan sapi potong di
peternakan rakyat.
Kebutuhan nutrien pakan komplit untuk keperluan penggemukan dan
pembibitan berbeda, terutama pada kandungan protein dan energi. Pakan pembibitan
mengandung protein kasar dan energilebih sedikit daripada pakan penggemukan.

22

Pakan yang digunakan untuk CCO berupa limbah pertanian, hasil ikutan
pertanian, rumput dari padang penggembalaan dan silvopastura. Limbah pertanian
yang dapat dipakai untuk pakan CCO berupa jerami jagung, jerami padi, dan jerami
kedelai, sedangkan hasil ikutan yang dapat dipakai untuk pakan CCO berupa dedak
padi.
Melihat potensi produksi tanaman di cluster 1, sumber pakan yang bisa
dipakai untuk pakan ternak CCO berasal dari padang rumput, jerami jagung, jerami
kedelai, dan hijauan yang berasal dari silvopastura (integrasi tanaman tahunan-ternak
dan integrasi kawasan konservasi-ternak). Total kapasitas tampung ternak CCO
sebanyak 5.714 ST. Kapasitas tampung ternak CCO di cluster 1 dapat dilihat pada
Tabel 11.
Tabel 11. Kapasitas Tampung Ternak CCO di Cluster 1
Sumber Pakan
Hijauan padang penggembalaan

KT (ST)
951

Jerami jagung

3.337

Jerami kedelai

587

Silvopastura

839
Total Kapasitas Tampung Ternak

5.714

Ransum komplit akan dibuat untuk pakan VBC dan VFC. Ransum
mengandung protein kasar sebesar 12,78% dan TDN sebesar 66,81%, hal ini dapat
dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Formulasi Ransum Penggemukan Sapi Potong
Bahan Pakan
Jagung
Dedak Padi
Kedelai
Silase Jagung
Total

PK
(%)
10,0
14,1
42,8
8,4

TDN
(%)
80
70
91
62

Penggunaan
(%)
5
9
11
75
100

PK Dalam
Ransum (%)
0,50
1,27
4,71
6,30
12,78

TDN Dalam
Ransum (%)
4,00
6,30
10,01
46,50
66,81

23

Pembuatan formulasi ransum ini bisa membantu dalam menghitung kapasitas
tampung ternak berdasarkan kapasitas produksi ransum. Hal ini dilakukan agar
jumlah ransum yang tersedia bisa memenuhi kebutuhan pakan ternak. Disamping itu
formulasi ransum ini dibuat agar pakan yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan
protein dan TDN ternak. Kapasitas tampung ternak berdasarkan potensi produksi
ransum disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Kapasitas Tampung Ternak Berdasarkan Produksi Ransum di Cluster 1
Formulasi

Produksi (ton)

Kapasitas Produksi Ransum (ton) KT (ST)

Jagung

1.609

298

Kedelai

1.323

655

536

536

7.660

4.467

Dedak halus
Silase jagung
Total Produksi Ransum

1.360

5.956

Setelah dihitung kapasitas tampung ternak berdasarkan kapasitas produksi
ransum di cluster 1 yaitu sebesar 1.360 ST. Ransum sebanyak 5.956 ton dapat
dipakai untuk memenuhi kebutuhan pakan harian 1.360 ST. Jumlah VBC yang dapat
dikembangkan di cluster 1 sebanyak 408 ST dan VFC sebanyak 952 ST.
Arahan Penggunaan Lahan dan Potensi Produksi
di Cluster 2 Distrik Kebar
Peta arahan penggunaan lahan di cluster 2 Distrik Kebar dapat dilihat pada
Gambar 7. Arahan penggunaan lahan pada cluster 2 akan ditanami padi sawah seluas
1.021 ha, jagung/ kedelai seluas 1.738 ha, jagung/kedelai/pakan seluas 164 ha,
tanaman tahunan seluas 442 ha, dipakai untuk konservasi seluas 6.853 ha dan untuk
ladang penggembalaan seluas 420 ha. Total luas lahan sebesar 10.640 ha. Fasilitas
infrastruktur yang sudah ada berupa jalan kolektor, jembatan jalan kolektor, jalan
lain dan jalan setapak

24

Gambar 7. Peta Arahan Penggunaan Lahan Cluster 2
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (2012)

Arahan penggunaan lahan di Distrik Kebar cluster 2 dapat dilihat pada Tabel
14.
Tabel 14. Arahan Penggunaan Lahan Distrik Kebar Cluster 2

Simbol

Arahan Pengembangan Lahan

Luas
ha

%

PD

Padi sawah

1.021

9,60

JG/KD

Jagung / Kedelai

1.738

16,34

JG/KD/RP

Jagung / Kedelai / Pakan

164

1,54

LP

Pengembalaan

420

3,95

TT

Tanaman Tahunan

442

4,15

KK

Konservasi

6.853

64,41

10.640

100,00

Jumlah
Potensi produksi hijauan dan kapasitas tampung ternak

Penghitungan potensi produksi dan kapasitas tampung ternak di cluster 2
dapat dilihat pada Tabel 15, yang menjelaskan tentang perencanaan penanaman
25

beberapa jenis tanaman dan jumlah kapasitas tampung ternak. Dapat dilihat bahwa
lahan akan digunakan untuk menanam padi sawah, jagung, kedelai, dan tanaman
tahunan, kemudian ada lahan yang merupakan hutan konservasi, dan padang
penggembalaan.
Lahan yang bertanda PD akan ditanami padi sawah sebanyak dua kali selama
setahun. Luas lahan ini sebesar 1.021 ha dengan total produksi sebanyak 7.149
ton/tahun. Produksi total limbah padi sawah sebanyak 5.106 ton/tahun. Produk
sampingan dari pengolahan padi yang berupa dedak halus jumlahnya cukup banyak
yaitu sebanyak

1.072 ton/tahun, dengan asumsi produksi dedak halus per ha

sebanyak 0,525 ton.
Lahan yang bertanda JG/KD/RP dengan luas lahan sebesar 164 ha akan
ditanami kedelai sluruhnya sebanyak dua kali, sehingga total produksi kedelai
sebnyak 722 ton/tahun dan produksi limbahnya sebnyak 820 ton/tahun. Setelah
dihitung, kapasitas tampung pada lahan ini sebanyak 357 ST. Lahan yang bertanda
LP merupakan padang penggembalaan seluas 420 ha. Padang penggembalaan ini
dapat menamp