Muspardi, 2014 INTEGRASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN SURAU DALAM TRANSFORMASI KEWARGANEGARAAN UNTUK
MENGEMBANGKAN KARAKTER SISWA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai beberapa sub bab, yaitu latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi tesis. Berikut penjelasan mengenai sub bab yang menyusun bab pendahuluan tersebut.
A. Latar Belakang Penelitian
Surau sebagai salah satu institusi pendidikan Islam di Sumatera Barat kendatipun dianggap sebagai institusi pendidikan yang bersifat tradisional dan
sudah sering dibicarakan serta masih hangat dan penting untuk dibicarakan. Dalam hemat saya, paling tidak ada tiga alasan yang melatar belakangi topik ini
menarik untuk dikaji ulang. Pertama, telah di-mafhumi, keberadaan surau dalam masyarakat Minangkabau sebagai tempat penanaman nilai-nilai keagamaan,
moral, etika, dan belajar baca tulis Al- Qur’an serta tempat pelaksanaan ibadah.
Dihubungkan dengan perubahan dan perkembangan zaman dengan segala dampak negatifnya tehadap generasi muda sekarang. Ketika muncul permasalahan tentang
memudarnya sikap, pemahaman dan pengamalan ajaran agama serta banyaknya generasi muda, yang tidak bisa baca tulis Al-
Qur’an, terutama di Minangkabau, maka ada anggapan, bahwa mereka telah meninggalkan pendidikan surau;
walaupun ada pula suatu apriori dan rasa sinis bahwa sistem pendidikan surau tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman. Andil besar surau bagi generasi
masa lalu menjadi perbandingan untuk menilai keadaan generasi masa kini. Oleh karena itu, keinginan untuk menghidupkan kembali nilai-nilai pendidikan surau
dalam sistem pendidikan di Minangkabau semakin diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai agama, moral, etika, disamping dibutuhkan pemikiran yang konstruktif
dan inovatif dalam penataan kelembagaan. Kedua, disamping sebagai lembaga keagamaan dan pendidikan, surau juga
memiliki peran dan fungsi sosiokultural. Keluarga, kaum atau suku yang membangun surau, memanfaatkannya untuk tempat berkumpul, tempat tidur bagi
Muspardi, 2014 INTEGRASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN SURAU DALAM TRANSFORMASI KEWARGANEGARAAN UNTUK
MENGEMBANGKAN KARAKTER SISWA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
generasi muda, tempat musyawarah, belajar silat dan sebagainya. Disini akan ditemukan keterkaitan kejiwaan komunitas yang memanfaatkan surau dengan
ragam peran yang ditampilkannya, sehingga proses dan interaksi sosial yang terjadi akan mengarah pada pembentukan watak dan kepribadian berdasarkan nilai
dan norma adat Minangkabau. Kedua fungsi keagamaan dan sosiokultural ini bersinergi dalam kehidupan masyarakat.
Ketiga, ketika munculnya perbincangan tentang kelangkaan ulama dan pemikir besar Sumatera Barat yang mempunyai gagasan dan pemikiran tingkat
nasional. Pro dan kontra dari tokoh-tokoh Sumatera Barat mencuat kepermukaan, untuk menanggapi perbincangan hangat ini. Muchtar Naim, misalnya,
menguraikan dengan penuh simpatik akar-akar persoalan berdasarkan tinjauan historis-sosiologis pendidikan, Menurut Mochtar Naim, sistem pendidikan di
Indonesia, salah satunya, lebih berorientasi pada mengejar pangkat dan kedudukan untuk memenuhi kehidupan duniawi ketimbang isi dan penguasaan
materi yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan itu sendiri. Sistem pendidikan sekuleristik seperti ini pada dasarnya diperkenalkan oleh pemerintahan kolonial
Belanda di abad ke-19. Adapun sistem pendidikan surau lebih berorientasi pada substansi isi dan penguasaan materi pendidikan yang sarat nilai. Tentu, faktor ini
tidaklah selalu dapat dijadikan alasan kenapa surau mulai dan harus dikaji kembali, karena dengan sifat kesederhanaan dan ketradisionalannya menuntut
gandengan tangan kemodernan untuk “memproduksi” ulama dan pemikir besar, semisal Muhammad Jamil Jambek, Abdullaah Ahmad, Taher Jalaluddin, Abdul
Karim Amrullah, K.H Agus Salim, Mohammad Hatta, Mohammad Natsir, Hamka dan lain-lain Nizar, S. et al, 2013: 2.
Seiring dengan spirit ketiga hal di atas, diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, sangat berpengaruh
terhadap sistem ketatanegaraan Indonesia. Hal ini terjadi karena Undang-undang ini menganut azas desentralisasi dengan otonomi yang luas, nyata dan bertanggug
jawab. Maksudnya, bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk mengurus dan mengatur rumah
tangga daerahnya sendiri dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang
Muspardi, 2014 INTEGRASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN SURAU DALAM TRANSFORMASI KEWARGANEGARAAN UNTUK
MENGEMBANGKAN KARAKTER SISWA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
ada di daerah tersebut. Dengan terbukanya peluang melalui otonomi daerah ini, maka masyarakat Minangkabau bersama-sama pemerintah daerah Sumatera Barat
serta DPRD menggagas untuk kembali ke bentuk pemerintahan nagari sebagai struktur pemerintahan terendah sebagai ganti dari struktur pemerintahan desa
yang tidak berhasil memberdayakan masyarakat adat Minangkabau. Hal ini baru bisa di wujudkan setelah dibuatnya Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat
Nomor 9 Tahun 2000 tentang Ketentuan Pokok Pemerintahan Nagari, yang di sahkan pada tanggal 16 Desember 2000.
Berlakunya Peraturan Daerah Sumatera Barat Nomor 9 tahun 2000 memberi ruang untuk menghidupkan nilai-nilai budaya yang selama ini
terpinggirkan lantaran penerapan sistem pemerintahan desa pada masa orde baru, dan setelah melalui persiapan yang cukup panjang, akhirnya sistem pemerintahan
desa dapat diubah kembali menjadi sistem nagari. Sejalan dengan program kembalinya ke sistem pemerintahan nagari dari pemerintahan desa, pemerintah
daerah Sumatera Barat juga mencanangkan program kembali ke surau agar nilai- nilai agama dan adat bisa dilestarikan. Berkaitan dengan hal itu cendikiawan
Minangkabau Salmadanis dan Samad 2003:198 mengungkapkan bahwa: Kembali ke surau semestinya dipahami bukan mengembalikan fungsi
surau sama persis seperti zaman penjajahan dahulu, akan tetapi menjadikan surau sebagai pusat pembinaan umat dan menjadi salah
satu tangga dari jenjang bermasyarakat di nagari yang harus teguh melaksanakan prinsip musyawarah, yang pada dasarnya adalah
pondasi mendasar dan utama dari adat basandi
syara’, syara’ basandi kitabullah.
Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa kembali ke surau yang dicanangkan oleh pemerintahan daerah Sumatera Barat seharusnya dapat
menghidupkan kembali nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan surau untuk diimplementasikan sesuai dengan realitas kehidupan saat ini. Di surau anak-anak
Minang diajarkan berbagai pendidikan mulai dari pendidikan agama, pendidikan budaya, beladiri, berkomunikasi dan lainnya Elfindri, dkk, 2010:229.
Berdasarkan pendapat tersebut terdapat ciri khas nilai-nilai pendidikan surau ialah pandai mangaji, pandai mangecek dan pandai basilek, maksudnya taat
beragama, pintar berkomunikasi dan terampil dalam ilmu beladiri.
Muspardi, 2014 INTEGRASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN SURAU DALAM TRANSFORMASI KEWARGANEGARAAN UNTUK
MENGEMBANGKAN KARAKTER SISWA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan tiga ciri khas dari nilai-nilai pendidikan Surau di atas, saya melihat bahwa Perguruan Islam Ar-Risalah memiliki kesamaan dengan pola
pendidikan surau. Hal ini tampak dari beberapa hal berikut, diantaranya : 1 Murid menginap di surausekolah, 2 Mendalami ajaran Islam dan ada pelajaran budaya
Minang, 3 Berlatih keterampilan berkomunikasi dan 4 Belajar bela diri, serta 5 menghasilkan insan berprestasi. Berbekal semangat untuk mencari solusi terhadap
permasalahan karakter bangsa kita, maka perlu meneliti sekolah atau lembaga pendidikan yang melakukan upaya pengintegrasian pendidikan karakter berbasis
budaya bangsa. Membangun karakter bangsa dengan mengembangkan karakter siswa
melalui pendidikan karakter di sekolah semakin penting ditengah berbagai fenomena melemahnya karakter bangsa saat ini. Bila kita simak berita di media
massa dan televisi serta melihat langsung dalam kehidupan masyarakat saat ini, sangat mudah kita temui seorang anak yang berani membantah bahkan melawan
pada orang tuanya, tawuran antar pelajar, mencontek dalam ujian, suatu keluarga tidak peduli pada tetangganya, rakyat tidak lagi mau mengikuti para
pemimpinnya, demikian juga pemimpin kurang mampu menangkap aspirasi rakyatnya dan berbagai fenomena lainnya.
Berdasarkan fenomena di atas dapat kita garis bawahi bahwa telah terjadi degradasi moral dan melemahnya karakter dari bangsa Indonesia yang disebabkan
berbagai faktor. Untuk mengatasi permasalahan yang kompleks ini, semua komponen bangsa harus ikut bahu-membahu dan bersatu-padu, memberikan
sumbangsih pemikiran berupa ide, gagasan, dan berbagai hasil penelitian untuk menghasilkan konsep yang komprehensif sebagai upaya untuk pemecahan
masalah tersebut, sehingga negara yang adil, makmur dan sejahtera bisa segera di wujudkan.
Pada tahun 2010, Balai Penelitian dan Pengenbangan Kementrian Pendidikan Nasional merespons pentingnya wacana permasalahan moral dalam
dunia pendidikan dengan grand tema , “Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa ”. Budaya yang dimaksud memiliki pengertian sebagai seluruh
sistem berfikir, nilai, moral, norma, keyakinan beliief manusia yang dihasilkan
Muspardi, 2014 INTEGRASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN SURAU DALAM TRANSFORMASI KEWARGANEGARAAN UNTUK
MENGEMBANGKAN KARAKTER SISWA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
masyarakat. Sedangkan karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan virtues yang
diyakininya dan digunakannya sebagai landasan untuk cara pandang, bersikap dan bertindak Kemendiknas, 2010 : 3.
Ada beberapa bentuk pengintegrasian pendidikan karakter dalam proses pendidikan yaitu pengintegrasian dalam pembelajaran di kelas, pengembangan
budaya sekolah, kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler, serta kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat Pusat Kurikulum, 2011:13. Suryabrata
2000 mengungkapkan bahwa corak kehidupan seseorang ditentukan oleh nilai kebudayaan mana yang dominan.
Bagi masyarakat di kota Padang, budaya yang dominan ialah budaya Minangkabau. Dengan begitu, bagi orang Minang bagaimana mereka mendidik
karakter anak tentunya akan disesuaikan dengan budaya Minangkabau yang berlandaskan kepada ajaran Islam. Sebagaimana Yunus St, Majolelo 1981:1
menyatakan bahwa masyarakat Minang memiliki falsafah Adat basandi syara’,
syara’ basandi kitabullah yang bermakna bahwa Adat dan syara’ agama di Minangkabau, selalu bantu-membantu; adat menjalankan peraturan-peraturan
yang sudah digariskan oleh syara’. Hal ini diperkuat dengan pepatah Minang yang
mengungkapkan Syara’ mangato, Adat mamakai yang artinya : Apa yang di
perintahkan oleh agama maka itulah yang harus dijalankan oleh adat. Hal ini sejalan dengan panduan pendidikan karakter yang disusun oleh
Pusat Kurikulum dan Buku 2011: 13 menyatakan bahwa : Bahan pendidikan karakter yang dibuat dari pusat, sebagian masih
bersifat umum dan belum mencirikan kekhasan daerah tertentu. Oleh karena itu diperlukan penyesuaian dan penambahan baik indikator
maupun nilai itu sendiri berdasarkan kekhasan daerah. Selain itu juga perlu disusun strategi dan
bentuk-bentuk dukungan untuk menggandakan dan menyebarkan bahan-bahan yang dimaksud bukan
hanya dikalangan persekolahan tapi juga di lingkungan masyarakat luas.
Dipilihnya salah satu kota di Sumatera Barat yaitu kota Padang sebagai tempat penelitian dikarenakan Kota Padang telah berupaya mengintegrasikan
nilai-nilai pendidikan Surau yang bersumber pada ajaran Islam dalam kebijakan
Muspardi, 2014 INTEGRASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN SURAU DALAM TRANSFORMASI KEWARGANEGARAAN UNTUK
MENGEMBANGKAN KARAKTER SISWA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
pendidikannya. Dalam beberapa kebijakan pemerintah kota Padang menggalakan berbagai program untuk menghidupkan kembali nilai-nilai pendidikan surau,
diantaranya melalui program pesantren Ramadhan yang diwajibkan bagi murid SDSederajat kelas IV sampai kelas XII SMASederajat, program wirid remaja
dan didikan shubuh. Bukan hanya siswa melainkan guru juga harus terlibat menjadi pengawas sekaligus pembimbing di MushollahMasjid yang terletak di
lingkungan tempat tinggalnya masing-masing. Dari pengamatan saya masih belum terintegrasinya antara pendidikan sekolah dengan pendidikan di surau dan
di masyarakat dengan baik. Ada hal menarik di tengah upaya yang dilakukan pemerintah dalam
pelaksanaan pendidikan karakter, dimana di kota Padang terdapat sebuah Perguruan Islam Ar-Risalah yang terdiri dari SMP dan MA Boarding School yang
terletak di Air Dingin RT 01 RW IX Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Walaupun baru berdiri tahun 2003 atau sekitar 11 tahun
yang lalu, sekolah ini sangat diminati oleh siswa dan orang tua, karena sangat konsen sekali melakukan pembinaan karakter dan banyak juga para siswanya
berprestasi dari berbagai bidang. Alumni perguruan ini telah banyak menorehkan prestasi dan melanjutkan studinya di perguruan tinggi favorit di dalam dan luar
negeri. Sekolah ini juga telah meluluskan siswa yang memiliki moral yang baik serta hafidz Al-Qur
’an yang telah ikut membina masyarakat dan lingkungan mahasiswa di tempat mereka tinggal dan kuliah.
Berdasarkan observasi awal, peneliti melihat program pendidikan karakter yang dilaksanakan di Perguruan Islam Ar-Risalah Padang telah diupayakan
terintegrasi dalam pembelajaran, muatan lokal dan budaya sekolah. Seluruh aspek pendidikan dan lingkungan sekolah dari awal sampai akhir ditata sesuai amanat
pendidikan budaya dan karakter bangsa demi terwujudnya generasi penuh berkah. Integrasi nilai-nilai pendidikan surau yang diterapkan di SMP Perguruan
Islam Ar-Risalah bisa dipandang sebagai salah satu bentuk upaya penerapan
kearifan lokal Minangkabau terhadap falsafah adat yang berbunyi adat basandi
syara’, syara’ basandi kitabullah. Falsafah tersebut mengandung makna bahwa adat sebagai aturan yang dibuat dan dilestarikan oleh manusia Minangkabau
Muspardi, 2014 INTEGRASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN SURAU DALAM TRANSFORMASI KEWARGANEGARAAN UNTUK
MENGEMBANGKAN KARAKTER SISWA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
bersumber dari syara’ atau agama Islam yang sumber hukumnya dari Al-Qur’an sebagai wahyu dari Allah SWT . Dari ungkapan ini dapat diketahui bahwa
masyarakat Minangkabau adalah masyarakat Islam. Hal ini juga berdampak pada pendidikan di Minangkabau yang tidak dapat terpisahkan dengan Islam. Jika kita
menilik pada konteks pendidikan yang memiliki peranan penting dalam mentransformasikan nilai-nilai kebajikan yang diyakini oleh suatu generasi ke
generasi berikutnya, maka lembaga pendidikan merupakan sarana yang strategis dan efektif bagi proses terjadinya transformasi kewarganegaraan dalam suatu
komunitas sosial. Pendidikan yang memasukkan nilai-nilai pendidikan surau sebagai bagian
dari budaya lokal di dalamnya merupakan aplikasi konsep pendidikan sebagai proses sosio-kultural, yang menyatakan pendidikan dan kebudayaan tidak dapat
dipisahkan. Oleh karena itu, pengintegrasian nilai-nilai pendidikan surau sudah seharusnya menjadi salah satu solusi untuk mengatasi berbagai tantangan yang
dihadapi dunia pendidikan saat ini. Keberhasilan pengintegrasian budaya sebagai solusi permasalahan pendidikan telah dibuktikan oleh negara maju seperti Jepang
yang terkenal dengan kizunanya yaitu mendidik dengan hati dan bersahabat, sehingga tercipta hubungan emosional yang kuat antara guru dan siswa. Hal itu
menunjukkan kemodernan bila dipadukan dengan sebuah kearifan budaya menjadi suatu hal yang bernilai luar biasa.
Prestasi, manajemen sekolah serta karakter siswa di SMP Perguruan Islam Ar-Risalah Padang yang telah diuraikan di atas, menarik untuk ditelusuri lebih
jauh dan mendalam serta perlu dipelajari cara-cara sekolah tersebut mengelolah pengintagrasian nilai-nilai pendidikan surau yang kuat dengan nilai-nilai Islam
untuk diintegrasikan dalam proses pembelajaran dan seluruh kegiatan sekolah tanpa mengurangi prestasi belajar siswa sehingga mampu membentuk sebuah
pribadi yang jujur, cerdas, peduli dan tangguh dalam kondisi masyarakat kita sekarang yang cenderung bersifat hedonis, individualis dan materialistis.
Muspardi, 2014 INTEGRASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN SURAU DALAM TRANSFORMASI KEWARGANEGARAAN UNTUK
MENGEMBANGKAN KARAKTER SISWA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wenny Liztia tahun 2011 tentang
Internalisasi Nilai –Nilai dalam Proses Pembelajaran PKN di Perguruan Islam Ar-
Risalah Kota Padang Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang : Hasil penelitian di temukan bahwa upaya internalisasi nilai
– nilai dalam proses pembelajaran PKN tidak berjalan sendiri, namun
didukung oleh program dan mata pelajaran lain, untuk perencanaan yang dibuat guru seperti silabus dan RPP memiliki muatan nilai yang
secara tidak langsung dapat dimaknai dari kompetensi dasar dan indikator yang ada. Sedangkan dalam proses pembelajaran upaya
menginternalisasikan dilakukan melalui pendekatan cerita. Proses internalisasi tersebut dapat dibuktikan melalui lima pentahapan, yaitu
tahap pemberian pengetahuan tentang nilai, tahap memahami nilai, tahap meneriman nilai, tahap bersikap dan tahap mengamalkan nilai-
nilai. Untuk proses penilain pembelajaran dipengaruhi dari nilai sikap dan aktivitas selama diasrama.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk
menganalisis Integrasi Nilai-nilai Pendidikan Surau Dalam Transformasi Kewarganegaraan Untuk Mengembangkan Karakter Siswa.
B. Identifikasi Permasalahan Penelitian