Pengukuran Sinar Inframerah LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1. Pengukuran

Pada kenyataanya pengukuran sering dilakukan oleh manusia, dikarenakan untuk mendapatkan perbandingan ataupun tolak ukur terhadap suatu keadaan. Secara harafiah pengukuran yaitu kegiatan atau proses membandingkan sesuatu besaran- besaran dasar panjang, massa, waktu dan sebagainya dan relevan yang dipakai untuk tujuan mendifinisikan atau memberikan gambaran yang jelas tentang suatu objek besaran yang diukur. Salah satu contohnya yaitu mengukur ketinggian muka air di sungai sehingga didapat suatu definisi tertentu dari keadaan yang diukur yaitu tinggi atau rendah pada permukaan air sungai tersebut. Dilihat dari tinjauan tujuan pengukuran, setidaknya dapat memenuhi tiga aspek diantaranya yaitu : 1. ketelitian presision ketelitian alat menyatakan derajat kepastian hasil pengukuran. Suatu alat ukur dikatakan memiliki tingkat ketelitian yang tinggi jika dilakukan pengukuran beberapa kali, dimana nilai yang didapat mendekati sama atau konstan terhadap besaran acuan. 2. Ketepatan Akurasi Akurasi adalah kesesuaian antara hasil pengukuran dengan nilai yang sebenarnya standar. Dengan kata lain suatu alat ukur harus memiliki kehandalan terhadap ketepatan nilai hasil pengukuran. Universitas Sumatera Utara 3. Sensitivitas kepekaan Kepekaan suatu alat ukur adalah ukuran minimal yang masih terseteksi oleh alat tersebut yang ditentukan berdasarkan respon terjadinya perbedaan suatu besaran yang terdeteksi atau terbaca persatuan besaran sebenarnya.

2.2. Sinar Inframerah

Spektrum sinar matahari terdiri dari cahaya tampak dan tidak tampak yang dibawa oleh materi gelombang elektromagnetik dari cahaya matahari. Sinar infra merah merupakan sianar tidak tampak antara 700 nm dan 1 mm dikarenakan panjang gelombang lebih besar dari cahaya tampak, sehingga tidak terlihat oleh mata. Namun demikian, radiasi panas yang ditimbulkan infra merah masih terasa atau masih dapat terdeteksi. Infra merah dapat dibedakan menjadi tiga,yaitu: NIR, MIR dan FIR. Gambar 2.1 Spektrum sinar Infra merah dapat dibedakan menjadi tiga daerah yakni: 1. Near Infra Merah 0.75 - 1.5 µm Near IR atau NIR, yaitu infra merah dengan panjang gelombang pendek =0.75- 1.5µm, banyak digunakan untuk pencitraan pandangan malam seperti pada nightscoop dan spektroskopi dalam astronomi. Universitas Sumatera Utara 2. Mid Infra Merah 1.50 - 10 µm Mid IR atau MIR, yaitu infra merah dengan panjang gelombang menengah =1.50-10µm, banyak digunakan pada teropong bintang pada Observatorium. 3. Far Infra Merah 10 - 100 µm Far IR atau FIR, yaitu infra merah dengan gelombang panjang =10-100µm digunakan pada alat-alat kesehatan, yang kemudian dikembangkan lagi pada bidang-bidang lainnya, seperti keamanan di bandara berupa pengecekkan senjata biasa, senjata kimia, senjata biologi serta senjata lainnya serta dapat dimanfaatkan sebagai media pengirim dan penerima data dalam jalur komunikasi wireless.

2.3 Gelombang Ultrasonic

Dokumen yang terkait

Rancang Bangun Sistem Scada (Supervisory Control And Data Acquisition) Pada Instalasi Pengolahan Air Sungai Cihideung Institut Pertanian Bogor

0 5 44

Implementation Of SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) For FMS 200.

0 3 24

SCADA-Supervisory Control and Data Acquisition Based On Electrical Load Controller.

0 5 24

Supervisory Control And Data Acquisition (Scada) For Distribution Automation System (DAS).

0 3 24

RANCANG BANGUN SISTEM SUPERVISORY CONTROL AND DATA ACQUISITION (SCADA) UNTUK PENGONTROL LEVEL AIR MENGGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 9

Implementasi Komunikasi Data Berbasis ZigBee pada SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition) PLTMh

0 2 5

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SCADA (SUPERVISORY CONTROL AND DATA ACQUISITION) PADA SISTEM BOILER DRUM MENGGUNAKAN PLC OMRON DESIGN AND IMPLEMENTATION OF SCADA (SUPERVISORY CONTROL AND DATA ACQUISITION) ON BOILER DRUM SYSTEM USING OMRON PLC

0 1 6

Rancang Bangun Sistem Pendeteksi Banjir Pada Daerah Aliran Sungai dengan Menggunakan SCADA (Supervisory Control And Acquisition) Berbasis Mikrokontroler AT89S51

0 0 25

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran - Rancang Bangun Sistem Pendeteksi Banjir Pada Daerah Aliran Sungai dengan Menggunakan SCADA (Supervisory Control And Acquisition) Berbasis Mikrokontroler AT89S51

0 3 27

RANCANG BANGUN SISTEM PENDETEKSI BANJIR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana

0 1 16