ANALISIS DATA METODE PENELITIAN

Rizha Fauzi, 2014 Hubungan kondisi fasilitas terhadap pemanfaatan fasilitas terminal Rawabango Kabupaten Cianjur Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu = frekuensi tiap kategori jawaban responden = jumlah keseluruhan responden 100= bilangan konstanta Untuk mengetahui kecenderungan jawaban responden digunakan angka indeks. Angka indeks ini untuk membandingkan suatu objek yang bersifat faktual. Tabel 3 1 Kriteria Penilaian Persentase No Persentase Kriteria 1. Tidak seorang pun 2. 1 – 24 Sebagian kecil 3. 25 – 49 Hampir setengahnya 4. 50 Setengahnya 5. 51 – 74 Sebagian besar 6. 75 – 99 Hamper seluruhnya 7. 100 Seluruhnya Sumber : Santoso, S 2001:229 2. Chi-Kuadrat Chi-Square Goodness of Fit Test Menurut Morissan 2012:307 Uji chi-kuadrat merupakan suatu metode statistik nonparametrik yang berarti data terdistribusi secara bebas. Hal ini berarti tidak diperlukan adanya asumsi mengenai bentuk dari populasi yang sesungguhnya dari mana sampel ditarik. Seluruh uji statistik parametric dilakukan dengan asumsi bahwa sampel diambil dari data dengan distribusi normal normal distribution dengan bentuk kurva normal. Metode chi-kuadrat digunakan dalam penelitian untuk mengetahui apakah pola frekuensi yang diamati telah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peneliti. Prosedur pengujian chi-kuadrat dapat digunakan jika sejumlah kondisi terpenuhi, yaitu : Rizha Fauzi, 2014 Hubungan kondisi fasilitas terhadap pemanfaatan fasilitas terminal Rawabango Kabupaten Cianjur Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Metode sampling yang digunakan adalah sampling acak sederhana simple random sampling; 2. Jumlah populasi setidaknya adalah 10 kali lebih besar daripada sampel; 3. Variabel yang diteliti bersifat kategoris; dan 4. Nilai yang diharapkan dari masing-masing level variabel sekurang-kurangnya 5. Selanjutnya pada metode analisis statistik chi-kuadrat ini prosedur penghitungannya terdiri dari lima tahap yaitu : 1. Merumuskan hipotesis Setiap uji hipotesis peneliti menyatakan satu hipotesis nol dan satu hipotesis altermatif. Hipotesis harus dinyatakan sedemikian rupa sehingga mereka bersifat eksklusif satu sama lain mutually exclusive. 2. Merumuskan suatu rencana analisis Suatu rencana analisis analysis plan berfungsi menjelaskan bagaimana menggunakan data sampel untuk menerima atau menolak hipotesis nol. Rencana analisis harus menjelaskan dua elemen yaitu level signifikansi dan metode pengujian. Dalam hal level signifikansi sering menggunakan level signifikansi misalnya 0,01, 0,05, atau 0,10, setiap nilai antara 0 dan 1 dapat digunakan. 3. Analisis sampel Dengan menggunakan data yang kita peroleh dari sampel maka selanjutnya kita harus menentukan derajat kebebasan degrees of freedom, frekuensi yang diharapkan, uji statistik dan nilai P dari uji statistik dengan memperhatikan beberapa hal yaitu derajat kebebasan df adalah sama dengan jumlah level k dari variabel kategoris dikurangi 1, jadi df = k – 1. Jumlah frekuensi yang diharapkan pada setiap Rizha Fauzi, 2014 Hubungan kondisi fasilitas terhadap pemanfaatan fasilitas terminal Rawabango Kabupaten Cianjur Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu level variabel kategoris adalah sama dengan ukuran sampel dikalikan dengan proporsi dari hipotesis nol. E i = frekuensi yang diharapkan untuk level ke-i dari suatu variabel kategoris. n = ukuran sampel total. p i = hipotesis dari jumlah observasi pada level i. 4. Uji statistik Uji statistik yang digunakan adalah variabel acak chi-kuadrat chi-square random variable yang memiliki simbol X 2 melalui rumus berikut : X 2 = chi-kuadrat O i = frekuensi yang diamati untuk level ke-i dari suatu variabel kategoris, E i = frekuensi yang diharapkan untuk level ke- i dari suatu variabel kategoris. Suatu nilai-P adalah probabilitas pengamatan suatu sampel statistik dengan tingkat paling tinggi ekstrem uji statistik. 5. Interpretasi hasil Jika temuan yang diperoleh dari sampel tidak memungkinkan, dengan mempertimbangkan hipotesis nol, peneliti menolak hipotesis nol. Hal ini dilakukan Rizha Fauzi, 2014 Hubungan kondisi fasilitas terhadap pemanfaatan fasilitas terminal Rawabango Kabupaten Cianjur Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dengan cara membandingkan nilai-P dengan tingkat signifikansi, dan menolak hipotesis nol ketika nilai-P kurang dari level signifikansi. Adapun tabel chi-kuadrat ini di atur dengan tingkat probabilitas dan derajat kebebasan. Sebagian dari tabel chi-kuadrat yang relevan dengan penelitian hipotesis kita tampilkan di sini untuk menunjukkan bagaimana tabel digunakan. Tabel 3.2 Tabel Kontingensi Chi-kuadrat Derajat Kebebasan Tingkat Probabilitas 10 0,10 5 0,05 1 0,01 0,1 0,001 1 2,706 3,841 6,635 10,827 2 4,605 5,991 9,210 13,815 3 6,251 7,815 11,345 16,266 4 7,779 9,488 13,277 18,467 Sumber : Morissan 2012:313 Kemudian Jika nilai chi-kuadrat yang telah dihitung sama atau lebih besar dengan nilai yang terdapat pada tabel, maka perbedaan dalam frekuensi yang diamati dinilai signifikan secara statistik pada level alfa yang telah ditentukan sebelumnya tetapi jika nilai chi-kuadrat lebih kecil maka hasilnya tidaklah signifikan. Rizha Fauzi, 2014 Hubungan kondisi fasilitas terhadap pemanfaatan fasilitas terminal Rawabango Kabupaten Cianjur Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bagian akhir skripsi ini, penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi yang didasarkan pada temuan hasil penelitian dan uraian pada bab-bab sebelumnya mengenai masalah yang diteliti, yaitu Hubungan Kondisi Fasilitas Terhadap Pemanfaatan Fasilitas Terminal Rawabango Kabupaten Cianjur.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan penelitian sebagai berikut: 1. Fasilitas terminal dibagi menjadi 3 macam fasilitas, diantaranya fasilitas utama, fasilitas penunjang, dan fasilitas khusus. a Ketersediaan fasilitas utama di Terminal Rawabango cukup baik hanya sedikit fasilitas yang tidak ada yakni hanya papan informasi namun secara keseluruhan ketersediaan fasilitas utama di Terminal Rawabango ini ada. Sebagian kondisi fasilitas utama dikategorikan bagus. b Ketersediaan fasilitas penunjang di Terminal Rawabango tidak cukup baik, banyak fasilitas yang ada namun kurang bagus dan ada juga yang tidak ada yakni ruang pengobatan, tempat penitipan barang, dan taman yang tidak ada, selanjutnya yang ada namun tidak layak untuk digunakan yakni telepon umum. Secara keseluruhan ketersediaan fasilitas penunjang di Terminal Rawabango ini kurang begitu baik. 2. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemanfaatan fasilitas Terminal Rawabango, diantaranya kedisiplinan, pengetahuan fasilitas, pengetahuan aturan, tingkat pelayanan terminal, dan ketersediaan trayek angkutan. Rizha Fauzi, 2014 Hubungan kondisi fasilitas terhadap pemanfaatan fasilitas terminal Rawabango Kabupaten Cianjur Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a Kedisiplinan yang dilihat dari pengguna terminal yang memasuki atau tidak memasuki areal terminal yakni di dominasi oleh pengguna terminal yang tidak pernah memasuki terminal. Sebagian besar pengguna terminal di terminal Rawabango tidak pernah memasuki areal terminal, itu menjelaskan bahwa tingkat kedisiplinan pengguna terminal di Kabupaten Cianjur kurang disiplin dalam memanfaatkan fasilitas terminal Rawabango tersebut. Hal ini tentu adanya hubungan antara kedisiplinan ini dengan pemanfaatan fasilitas terminal. b Pengetahuan fasilitas para pengguna terminal menjadi salah satu faktor pengaruh terhadap pemanfaatan fasilitas. Pengetahuan fasilitas ini cenderung bagi para pengguna terminal memanfaatkan fasilitas yang tersedia di dalam terminal, karena menurutnya fasilitas yang ada di dalam terminal itu ada untuk digunakan. Hal ini tentu adanya hubungan antara pengetahuan tentang fasilitas ini dengan pemanfaatan fasilitas terminal. c Pengetahuan tentang aturan para pengguna terminal bukan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan fasilitas. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pengguna terminal yang mengetahui tentang aturan bagi para pengguna terminal tidak memanfaatkan fasilitas terminal. Hal ini tentu tidak adanya hubungan antara pengetahuan tentang aturan ini dengan pemanfaatan fasilitas terminal. d Pelayanan para pengguna terminal bukan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan fasilitas. Kurangnya pelayanan pengguna terminal ini cenderung membuat para pengguna terminal tidak memanfaatkan fasilitas yang tersedia di dalam terminal. Kurangnya hubungan ini karena pengguna terminal merasa yang terpenting di dalam sebuah terminal tersebut adanya fasilitas trayek yang banyak dan memadai, lalu adanya fasilitas-fasilitas terminal untuk menunjang kenyamanan bagi para pengguna terminal. Hal ini tentu tidak adanya hubungan antara pelayanan dengan pemanfaatan fasilitas terminal.