1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Beberapa masalah yang membuat peningkatan mutu pendidikan tidak berjalan dengan baik, juga yang menjadi sebab mengapa otonomi sangat
penting: 1 Terlalu kuatnya dominasi pemerintah pusat dalam manajemen mikro, penyelenggaraan pendidikan nasional secara birokratik, sehingga
menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan terlalu tergantung pada peraturan, instruksi, juklak dengan jalur birokratik yang sangat panjang;
2 Penggunaan sumberdaya, masih banyaknya sumberdaya
resources
yang dimiliki sekolah belum dimanfaatkan secara optimal; 3 partisipasi masyarakat
masih rendah; 4 Sekolah tidak mampu mengikuti perubahan teknologi dan informasi yang begitu cepat di lingkungannya, mungkin keterbatasan dana dan
lain sebagainya Sidi, 2004:25. Kenyataan bahwa keunggulan suatu bangsa bertumpu pada keunggulan
sumber daya manusia SDM, yaitu generasi muda penerus bangsa yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang sangat cepat. Hal ini sudah lebih
dari cukup untuk para pakar dan praktisi pendidikan melakukan kajian sistematik untuk membenahi dan memperbaiki sistem pendidikan nasional.
Sistem pendidikan nasional diubah dan diperbaiki untuk memperbaiki mutu, seiring dengan berjalannya waktu dan tuntan zaman.
Murphy menyebutkan bahwa upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan tidak pernah berhenti, banyak agenda reformasi yang telah,
2
sedang, dan akan dilaksanakan. Reformasi pendidikan adalah restrukturisasi pendidikan, yakni memperbaiki pola hubungan sekolah dengan lingkungannya
dan dengan pemerintah, pola pengembangan perencanaan serta pola mengembangkan manajerialnya, pemberdayaan guru, dan restrukturisasi
model-model pembelajaran Majid, 2006:3. Menurut Sukamdinata, dkk 2009:7, mutu pendidikan atau mutu
sekolah seringkali tertuju pada mutu lulusan, tapi merupakan kemustahilan pendidikan atau sekolah menghasilkan lulusan bermutu, kalau tidak melalui
proses pendidikan yang bermutu pula. Sedikitnya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar mampu
berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia SDM, yaitu: 1 sarana gedung, 2 buku yang berkualitas, 3 guru dan tenaga
pendidikan yang profesional Mulyasa, 2006:3. Menurut Deming dan Joseph Juran, kegagalan mutu pendidikan adalah
akibat komitmen manajemen yang salah. Sebab-sebab umum kegagalan mutu dalam pendidikan, berupa desain kurikulum yang jelek, gedung yang tidak
terawat, sistem dan prosedur yang tidak sesuai, perencanaan kerja yang tidak jelas, dan kekurangan sumber informasi yang penting, serta pengembangan
staf yang kurang baik, sedangkan secara khusus kegagalan mutu karena tidak dipatuhinya prosedur dan aturan, kegagalan komunikasi atau mudah salah
paham, anggota staf belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan sikap yang diperlukan sebagai syarat-syarat guru dan manajer
sekolah, kurangnya motivasi serta masalah perlengkapan Sallis, 2006:71.
3
Untuk memberikan bobot yang relevan dengan perkembangan zaman, maka ditambahkan bahwa manusia Indonesia yang hendak dihasilkan oleh
pendidikan nasional semestinya berorientasi lokal agar tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat sekitarnya, berwawasan nasional agar secarasentripetal
tetap mengarah tercapainya misi nasional, serta berwawasan global agar dalam jangka panjang memiliki kemampuan untuk bersaing secara internasional
Jalal Supriadi, Eds, 2003:62. Berkaitan dengan itu, dikatakan bahwa pembelajaran ialah
membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran
merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid
Sagala, 2003:61. Menurut Syaipul 2006:61, pembelajaran adalah suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran. Adapun faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplin siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah Daryanto,
2010:44. Menurut Mikarsa 2007:73, ada dua istilah yang berkaitan erat dengan
pembelajaran, yaitu pendidikan dan pelatihan. Pendidikan lebih menitik
4
beratkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian, jadi mengandung pengertian yang lebih luas. Sedangkan pelatihan lebih
menekankan pada pembentukan keterampilan. Pendidikan dilaksanakan dalam lingkungan sekolah, sedangkan pelatihan umumnya dilaksanakan dalam
lingkungan industri. Namun demikian, pendidikan kepribadian saja kurang lengkap. Para siswa perlu juga memiliki keterampilan agar dapat bekerja,
berproduksi, dan menghasilkan berbagai hal yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhannya. Berkaitan dengan pembelajaran KKPI, ketrampilan komputer
dan pengelolan informasi adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pendidikan keterampilan komputer dan pengelolaan informasi dengan
mengkombinasikan unsur-unsur manusia, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi.
Menurut Daryanto 2010:47, alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu
mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan
pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, meka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah siswa yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar siswa dalam
jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media dalam
jumlah maupun kualitasnya. AECT mendefinisikan sumber belajar adalah berbagai atau semua sumber baik yang berupa data, orang dan wujud tertentu
5
yang dapat digunakan siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun secara terkombinasi, sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan
belajarnya. Menurut AECT Sumber belajar dibedakan menjadi enam jenis yaitu; pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan Daryanto, 2010:60.
KKPI adalah salah satu mata pelajaran adaptif yang diberikan kepada semua bidang keahlian di Sekolah Mengengah Kejuruan. Sebagai ilmu
terapan, sistem pembelajaran KKPI membutuhkan perlakuan berbeda dengan mata pelajaran yang lain. Sebagian besar materi pada mata pelajaran KKPI
adalah praktek, maka sangat diperlukan alat dan sumber belajar yang memadai dalam pembelajaran untuk mencapai ketuntasan dari setiap kompetensi yang
ada. Ini berarti bahwa pembelajaran KKPI membutuhkan pengelolaan materi yang bagus, lingkungan pembelajaran yang standar dan sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran. Menurut Ridho 2005:1, dunia pendidikan memerlukan inovasi untuk
kemajuan kualitas baik teori maupun praktis. Para siswa banyak mengeluh bahwa pendidikan saat ini kurang memberi kebebasan berpikir dan banyak
hafalan. Mata pelajaran banyak mengejar kurikulum, mengajarkan pengetahuan bukan keterampilan dan banyak mengajarkan logika tanpa
melibatkan emosi. Pernyataan tersebut mengharuskan guru untuk mengembangkan metode pembelajaran yang inovatif sehingga proses
pembelajaran tidak membosankan. Interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar terhadap efektivitas dan antusiasme belajar
pada peserta didik.
6
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai ciri eksponensial yaitu semakin lama semakin cepat, karena hasil dari suatu tahap
menjadi dasar dan alasan bagi tahap selanjutnya Riyana, 2010:1. Seiring dengan pendapat tersebut, Daryanto 2010:64, menjelaskan bahwa semula
guru adalah sumber belajar utama yang mempunyai tugas-tugas berat. Namun dengan lahirnya sumber belajar cetak membuat tugas guru menjadi ringan. Hal
ini dikarenakan materi belajar tertentu yang belum jelas waktu diterangkan, dapat dipelajari sendiri dari buku atau bahan cetak lainnya. Contoh sumber
belajar cetak adalah buku. Ditemukannya alat dan bahan
hardware dan software
pada abad 17, efeknya sangat besar terhadap sistem pendidikan secara keseluruhan. Sumber belajar jenis ini sekarang populer dengan istilah
media instruksional atau media pendidikan atau biasa disebut media saja. Contoh program televisi pendidikan, program radio pendidikan, film
pendidikan, slide pendidikan, komputer pendidikan, dan lain sebagainya. Menurut Riyana 2010:6, menyebutkan bahwa berkembangnya ilmu
dan teknologi, membawa perubahan pula pada
learning matterial
atau bahan belajar. Sebelum berkembangnya teknologi komputer bahan belajar yang
pokok digunakan dalam dunia pendidikan adalah semua yang bersifat
Printed Matterial
, seperti halnya buku.
larning matterial
dan
Learning Method.
Produk TI dewasa ini telah memberikan alternatif berupa bahan belajar yang dapat digunakan dan diakses oleh peserta didik yang tidak dalam bentuk kertas
namun berbentuk CD, DVD, Flashdisk, dll. Inti dari bahan tersebut adalah berupa programsoftware yang dapat dimanfaatkan apakah sekedar mengambil
7
data, membaca, download bahkan sampai berinteraksi antara program dengan mahasiswa dan guru atau dosen dengan memanfaatkan komputer sebagai
perangkat utama. Dalam terminologi teknologi pembelajaran konsep tersebut dikenal dengan istilah pembelajaran berbasis komputer atau CBI
Computer Based Instruction.
Dalam hal ini komputer tidak hanya dimaknai sebagai ilmu yang harus dipelajari mahasiswa
computer as science
namun komputer sebagai alat yang membantu untuk mempebelajari berbagai materi pelajaran
computer as tools
. Panjwani, Luna, Karl dan Toyama 2009:1, dalam penelitiannya yang
berjudul
Effects of integrating digital visual materials with textbook scans in the classroom
menyeutkan bahwa ”
Visual learning materials can be quite effective in enriching the classroom experience for students by enabling them
to observe situations and processes which are otherwise difficult to portray inside the classroom
”, yaitu pembelajaran dengan bahan visual cukup efektif dalam memperkaya pengalaman kelas bagi para siswa dengan memungkinkan
mereka untuk mengamati situasi dan proses yang dinyatakan sulit untuk menggambarkan di dalam kelas. Hasil penelitian mereka menyebutkan bahwa
versi buku pelajaran teks dalam bentuk digital bermanfaat dalam meningkatkan ingatan siswa terhadap materi visual yang dipakai selama
pengajaran di kelas. Pembelajaran KKPI memerlukan banyak sumber informasi. Sebagai
salah satu sumber informasi dalam pembelajaran, buku adalah komponen yang sangat penting di dalam keseluruhan sistem pembelajaran, serta dalam rangka
8
pencapaian tujuan pendidikan. Mahalnya buku dan dan sulitnya distribusi menjadi kendala dalam penggunaan buku.
Melihat venomena tersebut, timbul gagasan dari para guru KKPI se- Indonesia yang tergabung dalam tim VEDC Malang membuat keseragaman
materi bersama yang kemudian didistribusikan dalam bentuk buku elektronik e-book. Buku elektronik ini bersifat terbuka, boleh dicetak dan digandakan
tetapi tidak boleh diperjual belikan. Karena berbentuk buku elektronik, maka diperlukan sarana prasarana yang bisa dipakai untuk menggunakannya.
Disamping itu siswa juga dituntut untuk bisa berinteraksi secara menyuluruh terhadap sistem pembelajaran yang menggunakan buku elektronik.
SMK N 1 Pedan adalah salah satu sekolah menengah kejuruan di Kabupaten Klaten yang tidak lepas dari pelajaran KKPI. Namun hingga saat
ini belum diketahui secara pasti bagaimana sebenarnya pengelolaan pembelajaran KKPI dengan buku elektronik di SMK N 1 Pedan. Penelitian ini
berusaha untuk mengungkap kegiatan pengelolaan pembelajaran KKPI berbasis buku elektronik di SMK N 1 Pedan.
B. Fokus Penelitian