Rancang Bangun Cyber Extension Budidaya dan Agribisnis Belimbing Dewa (Averrhoa carambola L.)

RANCANG BANGUN CYBER EXTENSION BUDIDAYA DAN
AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Averrhoa carambola L.)

IMAM FEBRIAN ISMAIL

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rancang Bangun Cyber
Extension Budidaya dan Agribisnis Belimbing Dewa (Averrhoa Carambola L.)
adalah benar karya saya dengan arahan dari Prof Dr Ir Bambang Pramudya, MEng
dan Dr Ir Mohamad Solahudin, MSi dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Imam Febrian Ismail
NIM F14100099

ABSTRAK
IMAM FEBRIAN ISMAIL. Rancang Bangun Cyber Extension Budidaya dan
Agribisnis Belimbing Dewa (Averrhoa carambola L.). Dibimbing oleh
BAMBANG PRAMUDYA dan MOHAMAD SOLAHUDDIN.
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan rancang bangun cyber extension
untuk komuditas belimbing. Metode ini meliputi identifikasi masalah, sumber
pengetahuan pencarian, akuisisi pengetahuan, representasi pengetahuan dan
rancang bangun sistem cyber extension. Sistem ini dibangun dengan
menggunakan beberapa tahapan yang meliputi tahapan analisis, desain dan
implementasi. Hasil dari penelitian sistem cyber extension budidaya dan agribisnis
belimbing ini terdiri dari modul konsultasi seperti infomasi jenis varietas
belimbing, pengendalian hama dan penyakit, pengetahuan budidaya, analisis
usaha tani, kondisi iklim dan informasi harga belimbing. Prototipe sistem telah
diimplementasikan dengan menggunakan PHP dan MySQL, kinerja sistem telah
berjalan dengan baik. Pengujian kinerja sistem dilakukan pada petani belimbing di

Kota Depok.
Kata kunci: belimbing, cyber extension

ABSTRACT
IMAM FEBRIAN ISMAIL. Design of Cyber Extension for Cultivcation and
Agribusiness of Dewa Starfruit (Averrhoa carambola L.). Supervised by
BAMBANG PRAMUDYA and MOHAMAD SOLAHUDDIN.
The purpose of this study is to develop a cyber extension for starfruit
commodities. This method includes the identification of the problem, searching
source of knowledge, knowledge acquisition, knowledge representation and
design cyber system extension. The system was built using several stages which
includes the stages of analysis, design and implementation. The results of this
research by cyber extension system agribusiness for starfruit cultivation consist of,
consultation modules for information starfruit varieties, for controlling pest and
disease, cultivation knowlegdes, economical analysis for farming, climatic
conditions and starfruit information price. The prototype system has been
implemented using PHP and MySQL and running properly in web base. The
system performed test is located on starfruit farmers in Depok.
Key words: starfruit, cyber extension


RANCANG BANGUN CYBER EXTENSION BUDIDAYA DAN
AGRIBISNIS BELIMBING DEWA (Averrhoa carambola L.)

IMAM FEBRIAN ISMAIL

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian berjudul

“Rancang Bangun Cyber Extension Budidaya dan Agribisnis Belimbing Dewa
(Averrhoa carambola L.)” dilaksanakan sejak bulan Januari sampai Desember
2014. Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis
ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof Dr Ir Bambang Pramudya, MEng selaku dosen pembimbing utama
tugas akhir yang selalu memberi arahan dan masukan.
2. Dr Ir Mohamad Solahudin, MSi selaku dosen pembimbing kedua tugas
akhir yang juga selalu memberi arahan dan masukan.
3. Dr Liyantono STP, MAgr dan Supriyanto STP, MKom yang sudah banyak
memberikan masukan untuk penelitian ini dalam diskusi rutin Lab TBI.
4. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan moril dan
spiritual demi kebaikan penulis.
5. Erlin, Dian, Rosma, Fachri, Aulya, dan Andre yang senantiasa menemani,
memberi dukungan dan menjadi tempat berbagi.
6. Amri, Bili dan Verari selaku teman satu bimbingan yang senantiasa
bekerjasama dan saling mendukung dan memberi semangat untuk
menyelesaikan penelitian ini.
7. Teman diskusi Lab TBI 47, Danang, Tio, Aidil, Fajardo, Made, Alvin, atas
saran, kritik dan arahan mengenai pembangunan basis data dan web.
8. Semua teman-teman TMB 47 yang selalu memberikan doa dan semangat

untuk penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan
kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidangnya.

Bogor, Mei 2015

Imam Febrian Ismail

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xi


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

3


METODE

6

Tempat dan Waktu

6

Alat dan Bahan

6

Metode Penelitian

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

8


SIMPULAN DAN SARAN

34

DAFTAR PUSTAKA

34

DAFTAR TABEL
1 Jenis varietas belimbing di Indonesia
2 Biaya investasi selama 3 tahun
3 Biaya pegeluaran alat

16
23
23

DAFTAR GAMBAR
1

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36

Belimbing dewa
Tahapan pendekatan sistem (Eriyanto 1999)
Tahapan penelitian
Tahapan budidaya

Skema diagnosa dan pengendalian penyakit
Contoh daun belimbing yang terserang penyakit bercak daun
Diagram pohon keputusan pengendalian penyakit
Skema pengendalian hama
Contoh serangan hama
Proses pemetikan dan indeks kematangan belimbing
Proses pembersihan dan sortasi
Pengguna cyber extension
Desain basis data relasional sistem
Desain antarmuka sistem
Rancangan use case diagram pada sistem
Halaman utama sistem
Tampilan awal halaman analisis usaha tani
Tampilan setelah dimasukan data
Tampilan hasil analisis usaha tani
Dialog sistem teknologi budidaya
Tampilan halaman budidaya
Tampilan awal informasi varietas
Tampilan hasil informasi jenis
Halaman awal pengendalian hama
Halaman penjelasan pengendalian hama
Halaman awal diagnosa penyakit
Dialog sistem diagnosa penyakit
Halaman hasil sistem pengendalian penyakit
Penanganan pasca panen
Contoh tampilan halaman penanganan pasca panen
Prakiraan cuaca
Kontak petani pengepul
Kontak petani pengepul
Halaman utama forum
Halaman membuat topik baru
Halaman membalas topik

3
4
7
11
12
12
13
13
14
14
15
16
17
17
18
19
20
21
22
24
24
25
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Belimbing dewa (Averrhoa carambola L) merupakan komoditas
agroindustri yang sedang dikembangkan oleh Pemerintah Kota Depok. Kegiatan
pengembangan agroindustri belimbing dewa ini telah berjalan sejak tahun 2006 di
Kota Depok, kemudian pada tahun 2009 belimbing dewa dicanangkan menjadi
ikon resmi Kota Depok. Kegiatan pengembangan dilakukan dengan didirikannya
pusat pemasaran buah dan olahan belimbing dewa dan ditetapkannya Kelurahan
Pasir Putih, di Kecamatan Sawangan, Kota Depok sebagai kawasan Primatani
Agrowisata Belimbing. Namun, hingga saat ini belum ada pusat informasi yang
mudah untuk diakses oleh masyarakat umum serta pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap pengembangan agroindustri belimbing dewa tersebut.
Internet merupakan sarana teknologi terpopuler dan banyak digunakan oleh
masyarakat Indonesia untuk mengakses informasi secara cepat dan praktis. Salah
satu peran teknologi di bidang pertanian adalah media informasi yang diberikan
petani menjadi lebih bervariasi dan juga lebih menarik. Dengan adanya teknologi
informasi di bidang pertanian maka kegiatan penyuluhan pertanianpun menjadi
lebih beragam. Seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya petani dan
pelaku pertanian serta kemajuan tekonologi informasi dan komunikasi serta
pertimbangan efektivitas dan efisiensi penyebarluasan informasi, salah satu solusi
yang ditawarkan dalam rangka mengatasi persoalan transfer teknologi dan
pengetahuan pertanian adalah pemanfaatan teknologi informasi untuk penyuluhan
pertanian yang dikenal dengan sebutan cyber extension yang merupakan
penggunaan jaringan online, computer dan digital interactive multimedia untuk
memfasilitasi diseminasi teknologi pertanian dan komunikasi antar pengguna
sistem.
Penyuluhan adalah salah satu faktor penentu di bidang pertanian,
penyuluhan pertanian pada umumnya merupakan pendidikan non formal atau
proses penyampaian informasi tentang pertanian, yang didapatkan melalui
pendidikan formal atau pengalaman langsung kepada komunitas petani. Peranan
dan fungsi penyuluhan pertanian dewasa ini memerlukan berbagai penyesuaian
selaras dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam perkembangan teknologi.
Cyber extension mampu meningkatkan aksesibilitas petani terhadap
informasi pasar dan teknologi pertanian. Manfaat cyber extension yang dirasakan
langsung oleh petani adalah dapat dimanfaatkan untuk sarana komunikasi, akses
informasi, dan promosi hasil usaha tani (Mulyandari et al. 2010a). Cyber
extension juga merupakan sistem yang mampu menjadi pendorong mekanisme
pengelolaan, penyebaran, pendokumentasian, pencarian kembali, sinergisasi
inovasi pertanian yang dibutuhkan para pelaku pembangunan pertanian sehingga
dapat mendukung pengembangan inovasi yang berkelanjutan (Mulyandari 2005).
Sedangkan sarana teknologi informasi yang biasa dan paling banyak digunakan
oleh petani untuk memanfaatkan cyber extension mendukung kegiatan usaha tani
adalah telepon genggam. Sementara komputer yang terkoneksi ke jaringan
internet merupakan sarana teknologi informasi yang masih belum banyak
dimanfaatkan oleh petani. Hal ini disebabkan di antaranya oleh sifat komputer

2
yang terkoneksi ke jaringan internet yang masih dianggap sebagai sarana
teknologi informasi yang penggunaannya membutuhkan tingkat pengetahuan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan sarana teknologi informasi dan komunikasi
lainnya. Bahan alternatif solusi untuk petani adalah dengan penggunaan fitur SMS
(short message service) dari telepon seluler.
Pengembangan sistem kerja cyber extension merupakan salah satu
mekanisme pengembangan jaringan komunikasi inovasi pertanian yang
terprogram secara efektif. Cyber extension perlu diimplementasikan untuk
mempertemukan lembaga penelitian, pengembangan, dan pengkajian dengan
diseminator inovasi (penyuluh), pendidik, petani, dan kelompok stakeholders
lainnya yang masing-masing memiliki kebutuhan dengan jenis dan bentuk
informasi yang berbeda sehingga dapat berperan secara sinergis dan saling
melengkapi (Mulyandari et al. 2010b). Dengan demikian diharapkan dengan
operasionalnya cyber extension dapat mendukung program revitalisasi penyuluhan
khususnya dalam melaksanakan “pengembangan kerjasama dan jejaring kerja
penyuluhan pertanian dengan instansi terkait”.
Penelitian terdahulu yang terkait diantaranya adalah Rancang Bangun
Sistem Informasi Agroindustri Belimbing Dewa Pemerintahan Daerah Kota
Depok (Kautsar 2011). Sistem ini diperuntukan bagi masyarakat umum untuk
memberikan informasi terpadu terkait pengembangan agroindustri belimbing
dewa yang dibangun sebagai sistem infomasi berbasis web hanya dengan 5 paket
informasi. Kelima informasi itu adalah informasi budidaya, informasi pemasaran,
informasi industri, informasi rekayasa proses dan informasi ilmiah. Maka dari itu,
informasi yang dapat diterima petani masih kurang karena terbatasnya informasi
yang diberikan. Oleh karena itu, Rancang Bangun Cyber Extension Budidaya dan
Agribisnis Belimbing Dewa dilakukan dengan penambahan sistem informasi
seperti analisis usaha tani, jenis varietas belimbing, informasi cuaca, informasi
hama dan penyakit yang semua sistem tersebut berbasis web. Selain itu cyber
extension ini dirancang secara user-friendly agar pengguna sistem mudah
menggunakannya. Penelitian yang terkait lainnya adalah Sistem Konsultasi
Online Agribisnis Cabai (Capsicum annuum L.) (Supriyanto 2011), Analisis
Usaha tani dan Faktor-Faktor Produksi Belimbing Dewa Kota Depok (Ahmad
2011), Keanekaragaman Varietas Belimbing Manis (Averrhoa Carambola L.) di
Kebun Plasma Nuftah Tumbuhan dan Hewan Depok (Priadi 2011).
Berdasarkan tujuan pemenuhan kebutuhan tersebut maka sistem cyber
extension untuk budidaya dan agribisnis belimbing dewa perlu dibangun, dengan
memanfaatkan infrastruktur di dinas pertanian setempat untuk menjadi media
konsultasi, penyuluhan dan diseminasi ilmu pengetahuan teknologi untuk petani.
Perumusan Masalah
Pengembangan teknologi informasi di Kota Depok sangat dibutuhkan oleh
para petani untuk mempermudah akses informasi pertanian terbaru, komunikasi
dengan ahli di bidang budidaya belimbing dewa dan promosi hasil budidaya
belimbing dewa dalam bentuk aplikasi terpadu online. Aplikasi tersebut dikemas
dalam suatu sistem cyber extension.

3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yaitu melakukan rancang bangun cyber extension
untuk komoditas belimbing dewa, melakukan rancang bangun sistem input data
terkini yang dapat dijangkau secara luas oleh pengguna tanpa batasan ruang dan
waktu.

TINJAUAN PUSTAKA
Belimbing Dewa
Belimbing dewa merupakan salah satu varian dari belimbing manis
(Averrhoa carambola L.). Averrhoa carambola termasuk ke dalam keluarga
Oxalidacea (Gambar 1). Sebagain besar anggota keluarga Oxalidacea merupakan
tanaman herbal. Berdasarkan taksonomi tumbuhan tanaman belimbing manis
secara lengkap diklarifikasikan sebagai berikut (Sunarjono 2004):
1. Kerajaan
: Plantae
2. Divisi
: Magnoliophyta
3. Kelas
: Magnoliopsida
4. Ordo
: Oxalidales
5. Keluarga
: Oxalidacea
6. Genus
: Averrhoa
7. Spesies
: A.carambola

Gambar 1 Belimbing dewa (Crop C 2013)
Di dalam The Columbia Encylclopedia dijelaskan bahwa Averrhoa
carambola adalah buah gemuk berwarna jingga yang memiliki banyak kandungan
asam oksalat yang menyebabkan rasa masam, getah pohon ini biasa digunakan
untuk menghilangkan pewarna pada pakaian atau bahan lain.
Pendekatan Sistem
Marimin (2004) menjelaskan bahwa pendekatan sistem adalah suatu
pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik
tolak analisis. Pada dasarnya pendekatan sistem adalah penerapan dari sistem
ilmiah dalam manajemen. Pendekatan sistem dapat memberi landasan untuk

4
pengertian yang lebih luas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
sistem dan memberikan dasar untuk memahami penyebab ganda dari suatu
masalah dalam kerangka sistem.
Pendekatan sistem diperlukan karena semakin lama semakin dirasakan
interdependensi dari berbagai bagian dalam mencapai tujuan sistem. Masalahmasalah yang dihadapi pada saat ini tidak lagi sederhana dan dapat menggunakan
peralatan yang menyangkut satu disiplin saja, tetapi memerlukan peralatan yang
lebih komprehensif, yang dapat mengindentifikasi dan memahami berbagai aspek
dari suatu permasalahan dan dapat mengarahkan pemecahan secara menyeluruh
(Marimin 2005).
Pendekatan sistem dapat dilakukan dengan menggunakan komputer atau
tanpa menggunakan komputer. Akan tetapi, adanya komputer memudahkan
penggunaan model dan teknik simulasi dalam sistem. Penggunaan komputer
dalam pendekatan sistem terutama sangat diperlukan jika menghadapi masalah
yang cukup luas dan kompleks dimana banyak sekali peubah, data dan interaksiinteraksi yang mempengaruhi (Gambar 2).

Gambar 2 Tahapan pendekatan sistem (Eriyanto 1999)

5
McLeod (2007), menjelaskan bahwa para pengembang sistem perlu
melakukan beberapa tahapan dengan urutan tertentu jika proyek ingin berhasil
dengan baik. Tahap-tahapnya adalah:
1. Perencanaan
2. Analisis
3. Desain
4. Implementasi
5. Penggunaan
Menurut Marimin et al. (2006), pengembangan sistem dilakukan dengan
menggunakan metode Sytem Development Life Cycle (SDLC) atau dapat juga
dilakukan dengan pendekatan prototyping. SDLC merupakan sebuah metodologi
dalam pembangunan atau pengembangan sistem. SDLC memberikan kerangka
kerja yang konsisten terhadap tujuan yang diinginkan dalam pembangunan dan
pengembangan sistem.
Cyber Extension dan Diseminasi Teknologi Pertanian
Cyber extension menurut Mulyandari (2010) adalah mekanisme pertukaran
informasi pertanian melalui area cyber, suatu ruang imajiner-maya dibalik
interkoneksi jaringan komputer melalui peralatan komunikasi. Cyber extension
merupakan penggunaan jaringan online, komputer, dan digital interactive
multimedia untuk memfasilitasi diseminasi teknologi pertanian. Model ini sangat
strategis karena mampu meningkatkan akses informasi bagi petani, petugas
penyuluh, baik di lembaga penelitian maupun di universitas serta para manajer
penyuluhan.
Cyber extension juga merupakan salah satu mekanisme komunikasi inovasi
pertanian yang dapat difungsikan untuk mempertemukan lembaga penelitian,
pengembangan, dan pengkajian dengan diseminator inovasi (penyuluh), pendidik,
petani dan kelompok stakeholder lainnya yang masing-masing memiliki
kebutuhan dengan jenis dan bentuk informasi yang berbeda sehingga dapat
berperan secara sinergis dan saling melengkapi (Mulyandari et al. 2010b).
Berdasarkan hasil penelitian Tjitroptranoto (2005) mengungkapkan bahwa
kegiatan diseminasi yang biasa dilakukan dengan memberikan pengetahuan dan
keterampilan untuk menerapkan teknologi baru, misalnya melalui ceramah,
pameran dan percontohan, yang bisa dilakukan melalui alat bantu berupa film atau
video yang menggambarkan bagaimana menerapkan teknologi baru, sehingga
dalam mendiseminasikan teknologi pertanian diperlukan media komunikasi dalam
penyebarannya. Selain itu, kegiatan diseminasi ini serupa dengan kegiatan
penyuluhan pertanian yang selama ini dilakukan oleh penyuluh pertanian. Melalui
pendekatan ini, dapat diharapkan bahwa sikap terhadap teknologi baru yang
diperkenalkan akan tumbuh secara positif. Meskipun demikian perlu dipahami
bahwa tumbuhnya sikap tidak dapat terjadi dalam waktu cepat, waktu yang relatif
lama disertai dengan upaya pertumbuhan berulang-ulang akan menghasilkan sikap
yang positif terhadap teknologi yang diperkenalkan, yang kemudian akan diikuti
dengan kemantapan dalam adopsi teknologinya.
Lebih lanjut, Tjitroptranoto (2005) menyatakan bahwa diseminasi teknologi
pertanian yang baik akan menghasilkan umpan balik terhadap teknologi dan
penumbuhan kebutuhan lebih lanjut tentang teknologi pertanian. Selain untuk

6
keperluan diseminasi, pendekatan tersebut di atas juga bermanfaat untuk
memperoleh umpan balik dan identifikasi masalah dan kebutuhan petani akan
teknologi pertanian.
Permasalahan yang umum terjadi dalam proses adopsi inovasi pertanian
menurut (Mulyandari et al. 2010a) adalah lambatnya adopsi teknologi oleh petani.
Hal tersebut disebabkan diantaranya oleh: (a) sulitnya informasi sampai ke petani
karena infrastrukturnya terbatas; (b) petani tidak memahami informasi yang
diterimanya; (c) petani sulit menerapkan inovasi karena keterbatasan sumberdaya
yang tersedia; (d) petani belum melihat manfaat dan dampak positif dari inovasi
yang diintroduksi; (e) sifat petani yang cenderung tidak mau ambil risiko dalam
menerapkan inovasi; dan (f) tidak mudah mengubah perilaku petani yang
berkaitan dengan kebiasaan dalam melaksanakan usaha taninya.
Sistem Kerja Cyber Extension
Mekanisme cyber agricultural extension sudah mulai diterapkan di banyak
negara dalam tahun-tahun ini sebagai suatu mekanisme penyaluran informasi yang
dapat diupayakan untuk mencukupi keterbatasan petani di pedesaan terhadap
informasi yang dibutuhkannya. Sebuah sistem cyber extension memfokuskan pada
keseluruhan pengembangan usaha tani termasuk produksi, manajemen, pemasaran,
dan kegiatan pembangunan pedesaan lainnya. Dengan demikian, konsep cyber
extension adalah model komunikasi dan penjelasan apa saja yang dapat berkaitan
dengan model ini, sebagai komunikasi cyber (cyber communication) telah
dirasakan kebutuhannya dapat menjelaskan kerangka kerja untuk kajian tentang
komunikasi internet. Model komunikasi cyber extension mengumpulkan atau
memusatkan informasi yang diterima oleh petani dari berbagai sumber yang
berbeda maupun yang sama dan disederhanakan dalam bahasa lokal disertai
dengan teks dan ilustrasi audio visual yang dapat disajikan atau diperlihatkan
kepada seluruh masyarakat desa khususnya petani semacam papan pengumuman
(bulletin board) pada kios atau pusat informasi pertanian. Keuntungan yang
potensial dari komunikasi cyber extension adalah ketersediaan yang secara terus
menerus, kekayaan, informasi (informasi nyaris tanpa batas), jangkauan wilayah
internasional secara instan, pendekatan yang berorientasi kepada penerima,
bersifat pribadi (individual), dan menghemat biaya, waktu, dan tenaga (Adekoya
2007).

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kota Depok, dengan melibatkan Dinas Pertanian
dan Perikanan Kota Depok dan kegiatan wawancara dengan petani belimbing
dewa di Kota Depok, selain itu penelitian dilaksakan di Laboratorium Teknik
Bioinformatika Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Lama penelitian
terhitung dari bulan Januari sampai Desember 2014.

7
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yakni seperangkat komputer
personal, piranti lunak DBMS (DataBase Management System) yakni MySQL,
piranti lunak untuk analisis dan perhitungan yakni Ms. Excel 2010, piranti lunak
untuk pembangunan aplikasi berbasis web yaitu antara lain Dreamweaver,
XAMPP, bahasa pemrograman PHP dan Web Browser.
Bahan
Bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini data-data sekunder
bersumber dari pustaka berupa buku, tulisan populer, jurnal ilmiah, literatur, dan
hasil studi lapangan pada petani penghasil belimbing dewa di Depok.
Metode Penelitian
Adapun metodologi untuk pengembangan sistem cyber extension adalah
dengan menggunakan tahapan pendekatan sistem menurut Eriyanto (1999) yang
dimodifikasi sebagaimana terlihat pada Gambar 3.
Start
Identifikasi masalah
- Informasi Belimbing
- Penggunaan Program
- Basis Data

Studi Pustaka
Wawancara

Studi Lapangan
- Data Belimbing
- Proses
- Pengakses Informasi

Analisis Sistem
- User Interface
- Basis Data
- Program

Perancangan Sistem

Pengujian

No

Yes
Diseminasi
Laporan
Stop
Gambar 3 Tahapan penelitian

8
Tahap identifikasi masalah meliputi tahap pemilihan masalah dan
identifikasi tujuan yang telah diungkapkan pada tujuan dan perumusan masalah.
Informasi didapat langsung dari petani belimbing di Kota Depok.
Tahap studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis data
sekunder yang berasal dari instansi-instansi yang terkait dengan pengembangan
agroindustri belimbing dewa di Kota Depok, selain itu juga dengan mempelajari data
dan informasi yang terdapat pada sumber rujukan dan literatur yang berhubungan
dengan komoditas belimbing dewa serta pengembangan sistem informasi.
Tahap studi lapang dilakukan dengan mengunjungi lokasi budidaya belimbing
dewa di Kota Depok untuk melakukan wawancara guna mengetahui kebutuhan sistem
serta arah pengembangan sistem yang dilakukan. Wawancara dilakukan kepada
pejabat terkait di lingkungan Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok khususnya
sub bidang tanaman pangan dan holtikurtura, pengurus PKPBDD, serta petani
belimbing dewa Kota Depok.
Tahap analisis sistem ini akan dilakukan analisa terhadap data-data apa saja
yang akan dibutuhkan guna menunjang penelitian ini dan kemudian akan dilakukan
analisa terhadap proses yang berjalan serta keluaran informasi yang dibutuhkan.
Tahap perancangan sistem pada tahap ini akan dirancang sebuah sistem dengan
menggunakan pemodelan visual web guna mendapatkan gambaran sistem yang baru
serta dilanjutkan dengan pembuatan database.
Tahap pengujian berguna untuk pengujian sistem yang telah dibuat agar
mendapatkan kesalahan-kesalahan pada sistem sehingga sistem tersebut dapat
diperbaiki guna terciptanya sistem yang maksimal.
Tahap diseminasi sistem ini dilakukan dalam rangka melakukan perkenalan
sistem, meminta masukan dari petani dan menyusun rencana tindak lanjut
pengembangan sistem. Pada kegiatan diseminasi dihadiri oleh petani belimbing
langsung yang melakukan budidaya belimbing dewa di Kota Depok.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi Masalah
Tuntutan kebutuhan dan memperoleh informasi pertanian dapat berpengaruh
positif terhadap keberdayaan petani. Artinya tuntutan kebutuhan informasi
berpengaruh terhadap upaya untuk meningkatkan kemampuan mengembangkan
usaha tani, khususnya perbaikan dalam hal merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi dan mengatasi masalah agribisnis (Tamba 2007).
Pada saat ini petani membutuhkan akses terhadap berbagai infomasi
pertanian dalam rangka meningkatkan hasil produk lainnya. Infomasi
peningkatkan produksi dan mutu mencakup teknologi usaha tani. Teknologi usaha
tani yang berarti bagaimana cara melakukan pekerjaan usaha tani, didalamnya
termasuk cara-cara bagaimana petani menyebar benih, pupuk, pestisida,
memelihara tanaman hingga memanen hasil tanaman. Informasi-informasi
tersebut dibutuhkan dan harus dapat diakses oleh petani agar petani menjadi
berdaya (Tamba 2007).
Dalam penyampaian informasi pertanian, penyuluh pertanian memiliki
peranan yang sangat penting karena penyuluh pertanian sangat dekat dengan
petani. Petani dapat berkonsultasi langsung dengan penyuluh pertanian untuk

9
mendapatkan informasi-informasi terkait kegiatan budidaya dan agribisnis
belimbing. Namun kenyataan di lapangan masih terdapat beberapa kendala yang
menyebabkan kurang efektifnya kegiatan penyuluhan. Faktor internal yaitu faktorfaktor yang terjadi karena kesalahan penyuluh pertanian seperti umur, pendidikan,
pengalaman bekerja sebagai penyuluh, keinovatifan, komunikasi yang kurang,
intensitas pemanfaatan multimedia penyuluhan, wawasan yang minim, intensitas
interaksi dengan sumber informasi hingga sikap profesionalisme penyuluh.
Sedangkan faktor eksternal adalah ketersediaan kelembagaan penyuluhan, sarana
komunikas yang terjangkau serta dukungan lembaga pelayanan penyuluh.
Analisis Kebutuhan Pengetahuan
Tujuan dari kegiatan analisis kebutuhan pengetahuan adalah untuk
mengiidentifikasi pengetahuan yang dibutuhkan oleh petani belimbing. Kegiatan
ini dilakukan dengan metode peninjauan dan pengamatan langsung. Pengamatan
dilakukan di kebun belimbing dewa yang ada di Kota Depok. Kegiatan agribisnis
merupakan kegiatan pertanian yang bertujuan untuk mendapatkan hasil. Adapun
kegiatan agribisnis belimbing tidak lepas dari kegiatan-kegiatan berikut :
1. Analisis usaha tani
2. Informasi cuaca
3. Informasi varietas unggul
4. Pengendalian hama dan penyakit
5. Pemanfaatan teknologi budidaya
6. Penanganan pasca panen
7. Informasi harga pasar
Pelaksanaan kegiatan budidaya pertanian merupakan cara penting sebagai
usaha mengoptimalisasi hasil pertanian. Untuk itu, diperlukan pengetahuan dan
informasi agar pelaku agribisnis dalam hal ini petani dapat mengadopsi dan
meningkatkan produksi pertaniannya dengan baik.
Akuisisi Pengetahuan
Teknik yang digunakan dalam akuisisi pengetahuan adalah dengan
melakukan diskusi informal untuk mendiskusikan tentang kegiatan agribisnis.
Selain menggali pengetahuan dari petani pada tahapan ini juga dilakukan
observasi lapangan mengenai kegiatan pertanian belimbing dalam rangka
menggali permasalahan lapangan. Salah satu permasalahan yang dihadapi petani
belimbing adalah serangan hama dan penyakit. Selanjutnya pengetahuan yang
diperoleh didokumentasikan untuk menjawab keluhan-keluhan petani di lapangan.
Tahap selanjutnya, pengetahuan ditransformasikan menjadi pengetahuan eksplisit
agar dapat digunakan dalam membagun sistem cyber extension. Pengetahuanpengetahuan yang besumber dari buku, laporan dan hasil penelitian terdahulu
selanjutnya ditransformasi menjadi pengetahuan yang dapat menunjang kegiatan
agribisnis di lapangan.

10
Representasi Pengetahuan
Pengetahuan yang diperoleh dari proses akuisisi kemudian direpresentasikan
untuk membentuk basis pengetahuan. Metode representasi pengetahuan yang
digunakan dalam cyber extension ini disesuaikan dengan masing-masing
pengetahuan yang diperoleh. Pengetahuan disusun menjadi rule-rule yang
digunakan dalam pengambilan keputusan. Berikut adalah penjelasan mengenai
teknik representasi pengetahuan dari masing-masing sistem yang dibangun dalam
penelitian ini :
Teknik Analisis Usaha Tani
Analisis usaha tani merupakan tahapan perhitungan secara teliti terhadap
kebutuhan ekonomi pada kegiatan agribisnis belimbing dewa. Pada penelitian ini
analisis usaha tani tidak mengakomodir adanya inflasi dan efek kenaikan harga
barang yang menyebabkan biaya produksi meningkat. Analisis usaha tani pada
sistem ini dihitung dengan asumsi sebagai berikut :
1. Analisis usaha tani dihitung untuk satu musim tanam
2. Luas lahan yang dimiliki
3. Estimasi harga jual belimbing
4. Parameter lainnya sebagai penunjang basis perhitungan
Komponen biaya produksi yang diperhitungkan dalam analisis usaha tani
adalah biaya persiapan lahan, biaya pembibitan, biaya penanaman, biaya
pemeliharaan, biaya pengendalian hama penyakit, biaya pemanenan dan biayabiaya lain yang terkait. Selanjutnya dilakukan analisis pendapatan, keuntungan,
nilai benefit cost ratio (B/C ratio), dan titik impas.
Cara perhitungan keuntungan dalam usaha tani adalah dengan
mengurangkan total pendapatan dengan total biaya produksi yang telah ditambah
dengan bunga 12% selama setahun, untuk perhitungan nilai benefit cost ratio (B/C
ratio) adalah dengan pembagian total pendapatan dengan total biaya produksi
sedangkan untuk titik impas/break event point dibagi menjadi dua perhitungan
yaitu untuk menghitung BEP harga dan BEP produksi, untuk perhitungan BEP
harga nilai total biaya produksi dibagi dengan produktivitas dalam hal ini adalah
jumlah bibit yang ditanam, hal ini dilakukan untuk menentukan harga tiap per
kilogramnya untuk mendapatkan titik impas sedangkan menghitung BEP produksi
total biaya produksi dibagi dengan estimasi harga jual belimbing, hal ini
dilakukan untuk mendapatkan nilai produksi guna mencapai titik impas.
Pengetahuan Teknologi Budidaya
Representasi pengetahuan teknologi budidaya adalah dengan membuat
hierarki pohon. Tahapan-tahapan budidaya akan dikelompokan sesuai kategorinya,
kemudian pengguna akan memilih penjelasan untuk mendapatkan informasi.
Gambar 4 merupakan kegiatan budidaya belimbing yang meliputi kegiatan
penyiapan bibit, penyiapan lahan, penanaman, pengendalian OPT, pembungkusan
buah, pemupukan hingga pemanenan.

11
Mulai

Perancangan Usaha

Persiapan Lahan

Pemilihan
Lokasi

Analisis
Kebutuhan

Kegiatan Budidaya

Penanaman

Pemupukan

Pengendalian
OPT

Panen dan Pasca Panen

Pemasaran

Selesai
Gambar 4 Tahapan budidaya
Pada setiap tahapan diperlukan pemeliharaan yang spesifik sehingga perlu
dilakukan manajemen yang baik. Mulai dari perencanaan produksi sampai dengan
panen dan pasca panen, selain itu perlu diperhatikan pula adanya potensi serangan
hama dan penyakit yang dapat merusak tanaman. Terdapat beberapa serangan
yang mungkin akan muncul pada setiap fase, sehingga perlu adanya
penanggulangan yang efektif dan efisien.
Diagnosa dan Pengendalian Penyakit
Diagnosa penyakit yang menyerang belimbing merupakan kegiatan dalam
budidaya pertanian yang membutuhkan pengetahuan yang baik. Berbagai gejala
yang menyerang dapat dikenali dengan ciri-ciri fisik tanaman. Ciri-ciri tersebut
dapat dilihat pada bagian akar, batang, daun dan buah. Penyebab penyakit dapat
berupa virus , bakteri dan jamur (Gambar 5). Pengendalian hama dan penyakit
dapat dilakukan baik secara mekanis dan kimia. Pemanfaatan bahan kimia tentu
akan meninggalkan residu pestisida yang digunakan pada saat pengendalian
penyakit. Sementara pengendalian secara mekanis tidak akan banyak membantu
saat serangan penyakit sudah meluas.

12

Kimiawi
Bakteri

Pengendalian
Mekasnis

Virus

Penyakit
Penyebab

Terserang

Cendawan

Tananaman
Belimbing

Akar

Bagian Tanaman

Batang

Daun

Buah dan
bunga

Gambar 5 Skema diagnosa dan pengendalian penyakit
Jenis penyakit yang sering menyerang tanaman belimbing adalah penyakit
bercak daun. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Cercospora averrhoae yang
dapat menimbulkan bercak-bercak klorofil pada daun. Bercak-bercak klorofil
berbentuk bulat dan kecil. Gejala yang timbul adalah ada bercak-bercak bulat dan
kecil-kecil pada anak daun putih keabuan, daun menguning dan daun rontok dan
hal ini dapat mengganggu pertumbuhan buah belimbing itu sendiri terlihat pada
Gambar 6.

Gambar 6 Contoh daun belimbing yang terserang penyakit bercak daun
Pada saat pengguna konsultasi dengan sistem, maka sistem akan
memberikan jawaban berdasarkan pengetahuan yang disimpan. Teknik
representasi pengetahuan yang digunakan adalah dengan menggunakan diagram
pohon. Diagram pohon ini menjadi dasar untuk menetukan basis aturan pada
sistem yang dibangun (Gambar 7).

13

Gejala penyakit
tanaman belimbing

Gejala terjadi pada
bagian daun

Bercak membulat dan kecil-kecil pada
anak daun, menguning dan daun rontok

Permukaan daun tertutup
warna hitam dan daun rontok

Bercak daun oleh cendawan
Cercospora Averrhoae

Bercak daun oleh
cendawan Capnodium Sp

Gambar 7 Diagram pohon keputusan pengendalian penyakit
Identifikasi dan Penanggulangan Hama
Langkah identifikasi hama adalah cara yang efektif untuk mengenal
berbagai macam jenis hama yang dapat merusak tanaman. Selanjutnya pelaku
agribisnis akan mengenal hama yang menyerang dan akan menentukan strategi
penanggulangan. Penanggulangan dapat dilakukan secara hayati, kimiawi dan
mekanik atau fisik (Gambar 8).
Kimiawi

Manual
Memilih

Pengendalian

Pestisida
Tanaman
Belimbing

Hama

Ulat

Jenis
Codot

Aphis
Jamur

Gambar 8 Skema pengendalian hama

14
Terdapat berbagai jenis hama yang dapat menyerang tanaman belimbing
diantaranya ulat daun, lalat buah, Aphis Sp, codot dan jamur upas (Gambar 9).
Pengguna sistem diberikan pengetahuan berupa gambar yang berisi ciri-ciri
penyakit yang menyerang dan gejala serta akibat yang ditimbulkan oleh hama,
Setelah itu pengguna akan mendapatkan penjelasan mengenai penanggulangan
untuk pengendalian hama yang mengganggu tanaman.

Gambar 9 Contoh serangan hama kutu daun (Crop C 2013)
Pengetahuan Penanganan Panen dan Pasca Panen
Pemetikan adalah proses yang dilakukan paling pertama saat proses panen
belimbing. Belimbing yang sudah memasuki umur panen sektar 60-90 hari dapat
dipetik tanpa menggunakan pisau ataupun gunting. Pemetikan hanya dilakukan
dengan cara diputar. Biasanya klasifikasi umur buah yang termasuk kedalam 60
hari itu untuk pemasaran di supermarket, kemudian untuk untuk yang 90 hari
biasa dijual kepada para penjual buah tradisional atau penjual jus. Cara
memetiknya, buah dipetik satu persatu dengan memotong tangkainya dengan
pisau tajam atau gunting pangkas yang bersih. Banyaknya jumlah belimbing yang
dipetik per hari sesuai dengan kondisi kebutuhan pasar, baik pasar tradisional,
pasar modern bahkan pesanan perseorangan.

Gambar 10 Indeks kematangan belimbing (Dinas Pertanian Depok 2010)
Setelah proses pemetikan, belimbing yang sudah dipetik diletakan di dalam
kotak atau biasa disebut dengan tray. Kemudian belimbing yang masih dibungkus
kertas atau plastik yang digunakan saat masih berada di pohonnya, dibuka dan
dibersihkan menggunakan kain lap hingga kotoran-kotoran yang berada di
permukaan belimbing tersebut hilang. Buah belimbing yang sudah dibersihkan,
dikelompokan menjadi beberapa kelompok pemutuan. Dalam sortasi belimbing di

15
Kota Depok masih menggunakan cara manual dalam pengelompokan. Pemutuan
atau grading terbagi menjadi grade A, grade B, dan yang terakhir adalah grade C
(Gambar 10). Dalam proses pembagian kelompok-kelompok pemutuan tersebut
hanya indikator berat saja yang menggunakan alat, untuk warna dan ukuran masih
menggunakan cara manual dengan menggunakan indera penglihatan dari para
petani belimbing tersebut dengan mengikuti indikator warna belimbing (Gambar
11). Menurut Dinas Pertanian Kota Depok yang mengacu pada standart oprasional
belimbing dewa organik dibagi dalam beberapa indikator pengukuran berat, grade
A memiliki syarat harus memiliki berat > 250 g, kemudian grade B memiliki
syarat harus memiliki berat 150 g < Grade B < 250 g, dan untuk grade C
memiliki syarat harus memiliki berat 1 maka
kegiatan bisnis menguntungkan, sebaliknya jika B/C ratio < 1 maka bisnis rugi
atau tidak menguntungkan.
BEP terdiri dari 2 jenis yaitu BEP harga dan BEP produksi. BEP harga
adalah harga minimal yang harus didapatkan oleh petani belimbing untuk
mendapatkan titik impas (balik modal). Sementara BEP produksi merupakan
gambaran basis produksi minimal yang didapatkan untuk mencapai titik impas.
Parameter tersebut menjadi dasar analisis layak atau tidaknya suatu usaha.

22

Gambar 19 Tampilan hasil analisis usaha tani
Berdasarkan hasil analisis pada Gambar 19 yang dilakukan oleh sistem maka
didapatkan total pendapatan adalah sebesar Rp 200 000 000 dengan keuntungan
Rp 121 720 000. B/C rasio dari hasil perhitungan adalah 2.55 yang artinya dengan
modal Rp 78 280 000 usaha agribisnis akan memperoleh hasil penjualan 2.55 kali
lipat nilai modal yang dikeluarkan. BEP Harga adalah sebesar Rp. 1 957 / kg dan
BEP Produksi 15 656 kg yang artinya jika dengan modal usaha Rp 78 280 000
dan harga cabai Rp 1 957 dan produksi 15 656 kg secara perhitungan usaha anda
telah mencapai titik impas.
Perhitungan pada sistem ini adalah perhitungan saat tanaman belimbing
sudah menjadi pohon yang siap berbuah, untuk mendapatkan perhitungan
pengeluaran yang rinci maka perhitungan pengeluaran usaha belimbing harus
dihitung saat tanaman belimbing dari bibit sampai pohon siap berbuah. Jangka
waktu tanaman belimbing dari bibit hingga pohon adalah 2.5-3 tahun dan dalam
jangka waktu tersebut pengeluaran belimbing akan terlihat pada halaman hasil
analisis usaha tani. Perhitungan pengeluaran biaya selama 3 tahun tersebut
mengikuti parameter yang telah dimasukkan dan terlihat pada Tabel 2 dan 3.

23
Tabel 2 Biaya investasi selama 3 tahun
Sarana Produksi Harga (Rp)
Bibit
Pupuk NPK
(kg/pohon)
Pupuk Kandang
(kg/pohon)
Pestisida
(liter/pohon
Tenaga Kerja
(upah)
Sewa Lahan

35 000
2 500

Jumlah
Bibit
400
400

Dosis
0
1.21

Jumlah
Pemakaian
0
18

Jumlah (Rp)
14 000 000
21 780 000

1 000

400

25

9

90 000 000

170 000

400

0.005

144

48 960 000

1 500 000

0

4

36

216 000 000

0

36

108 000 000
498 740 000

3 000 000
0
Jumlah Pengeluaran

Tabel 3 Biaya pegeluaran alat
Alat

Harga

Jumlah
Barang

Umur Teknis
(tahun)

Jumlah

Penyusustan

Cangkul

70 000

4

4

280 000

23 333

Parang
Garu
Gunting
Stek
Golok
Sprayer
Keranjang
Tangga

75 000
50 000
50 000

3
2
4

3
4
3

225 000
100 000
200 000

25 000
8 333
22 222

4
5
1
5

150 000
800 000
200 000
800 000
2 755 000

12 500
53 333
66 667
53 333
264 722
Rp 501 759 722

50 000
3
400 000
2
20 000
10
200 000
4
Jumlah Pengeluaran
Total Pengeluaran

Pengeluaran usaha tani dikelompokan menjadi 2 biaya yaitu biaya tunai dan
biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani selama
kegiatan usaha tani berlangsung dari pengolahan hingga dijual kepada tengkulak
atau dijual sendiri, sedangkan biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan
oleh petani dalam bentuk nilai tunai.
Halaman Teknologi Budidaya Sesuai SOP
Dalam rangka mendukung pengembangan agribisnis belimbing di Kota
Depok, maka dalam operasionalisasinya pemerintah Kota Depok juga serius
melaksanakan pengembangan program belimbing dewa. Belimbing dewa
diharapkan juga dapat menjadi salah satu komoditas buah unggulan Kota Depok,
bahkan telah dikukuhkan sebagai salah satu maskot Kota Depok. Saat ini sudah
cukup banyak petani belimbing di Depok yang ingin memproduksi belimbing
organik, sejalan dengan hal tersebut maka untuk memberikan informasi
disusunlah Standar Operasional Prosedur (SOP) Belimbing Dewa Organik –
Depok Organik (PONIK).

24
Pada halaman ini pengguna sistem dapat menemukan informasi seputar cara
berbudidaya belimbing sesuai SOP dengan cara memilih permasalahan yang akan
ditanyakan (Gambar 20), kemudian sistem akan memberikan jawaban sesuai
dengan pemilihan pertanyaan yang digunakan oleh pengguna sistem.

Gambar 20 Dialog sistem teknologi budidaya
Setelah pengguna memilih permasalahan maka sistem akan memberikan
rekomendasi terhadap permasalahan yang diajukan dalam hal ini informasi
mengenai budidaya belimbing dewa sesuai dengan SOP (Gambar 21). Hasil yang
dikeluarkan sistem diharapkan menjadi acuan petani dalam kegiatan budidaya.

Gambar 21 Tampilan halaman budidaya
Halaman Informasi Varietas Belimbing
Pada halaman ini pengguna sistem akan mendapatkan informasi mengenai
jenis varietas belimbing yang ada di Indonesia. Informasi yang didapat mulai dari
asal tanaman, ciri fisik tanaman dan informasi perbandingan antara jenis satu
dengan yang lainnya (Gambar 22).

25

Gambar 22 Tampilan awal informasi varietas
Setelah pengguna memilih halaman ini, pengguna sistem akan melihat 8
jenis varietas belimbing yang ada di Indonesia (Gambar 23). Pengguna dapat
memilih salah satu varietas untuk mendapatkan informasi mengenai belimbing
tersebut. Setelah pengguna memilih gambar belimbing maka sistem akan
memberikan hasil seputar informasi mengenai jenis varietas belimbing tersebut.

26

Gambar 23 Tampilan hasil informasi jenis
Halaman Pengendalian Hama
Halaman ini diimplementasikan dengan memberikan pilihan kepada
pengguna, hama apa yang menyerang di lahan dengan melihat ciri-ciri serangan
hama yang menyerang tanaman. Ciri-ciri fisik itu yang menjadi dasar diagnosa,
jenis hama apa yang menyerang tanaman tersebut (Gambar 24).
Untuk memudahkan pengguna sistem dalam melakukan konsultasi,
pengguna diberikan ilustrasi gambar hama yang kemungkinan menyerang. Untuk
melakukan konsultasi, pengguna sistem harus membuka halaman pengendalian
hama. Selanjutnya pengguna memilih gambar hama yang sekiranya menyerang
tanaman belimbing. Setelah itu sistem akan memberikan penjelasan mengenai
ciri-ciri serangan dan teknik penanggulangan hama tersebut.

27

Gambar 24 Halaman awal pengendalian hama
Setelah memilih hama, pengguna sistem akan mendapatkan penjelasan
tentang hama tersebut dan cara penanggulangnya. Rekomendasi yang dihasilkan
sistem bersifat umum (Gambar 25). Pengguna harus memilih jenis pestisida yang
digunakan dalam pengendalian hama. Pengguna diberikan kebebasan memilih
apakah akan menggunakan teknik kimiawi, biologi atau mekanis untuk
pengendalian hama tersebut.

Gambar 25 Halaman penjelasan pengendalian hama

28
Halaman Pengendalian Penyakit
Pada halaman pengendalian penyakit diimplementasikan dengan
memberikan pilihan kepada pengguna sistem. Gejala-gejala ditanyakan secara
bertahap mengikuti alur diagnosa. Proses ini dimulai dengan memilih serangan
yang terlihat di bagian tanaman dalam hal ini bagian akar, daun, batang dan buah.
Selanjutnya pengguna sistem akan ditanyakan lebih lanjut untuk mendapatkan
hasil yang diharapkan.

Gambar 26 Halaman awal diagnosa penyakit

Gambar 27 Dialog sistem diagnosa penyakit

29
Gambar 26 dan 27 merupakan proses repserentasi pengetahuan yang
disimpan pada basis pengetahuan pengendalian penyakit. Diagram pohon yang
menjadi basis pengetahuan dalam mengarahkan pengguna sistem ke jawaban yang
diinginkan. Pada Gambar 7 diagram pohon menggambarkan ciri-ciri penyakit
yang sedang dihadapi oleh petani.
Setelah pengguna sistem menyelesaikan pertanyaan dengan sitem maka
pengguna sitem akan mendapatkan hasil diagnosa dan rekomendasi pengendalian
penyakit yang sedang dialami oleh tanaman belimbing (Gambar 28).

Gambar 28 Halaman hasil sistem pengendalian penyakit
Halaman Pasca Panen
Pada halaman ini diimplementasikan dalam bentuk informasi mengenai
teknik-teknik atau metode dalam penanganan pasca panen buah belimbing.
Pengguna sistem akan memilih kategori pengetahuan yang dibutuhkan dalam
penanganan pasca panen belimbing (Gambar 29).

Gambar 29 Penanganan pasca panen
Pemilihan kategori pasca panen ini berisikan informasi terkait mengenai
pasca panen. Rekomendasi penanganan pasca panen dijelaskan secara jelas dan
mudah dimengerti oleh pengguna sistem yang terlihat pada Gambar 30.

30

Gambar 30 Contoh tampilan halaman penanganan pasca panen
Halaman Cuaca Haria