Pemetaan Topografi dan Rancangan Perataan Lahan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (Subang, Jawa Barat).
PEMETAAN TOPOGRAFI DAN RANCANGAN PERATAAN
LAHAN DI BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI
(SUBANG, JAWA BARAT)
ACHMAD FACHRIE AFIFIE
TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemetaan Topografi
dan Rancangan Perataan Lahan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (Subang,
Jawa Barat) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015
Achmad Fachrie Afifie
NIM F44110061
ABSTRAK
ACHMAD FACHRIE AFIFIE. Pemetaan Topografi dan Rancangan Perataan
Lahan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (Subang, Jawa Barat). Dibimbing
oleh BUDI INDRA SETIAWAN.
Cara irigasi paling sederhana adalah mengalirkan air dari sumber yang lebih
tinggi daripada lahan sehingga pada perancangan sistem irigasi dibutuhkan adanya
pemetaan topografi. Penelitian ini bertujuan untuk membuat peta topografi di BB
Padi, merancang perataan lahan, dan menganalisis pola alirannya. Hasil penelitian
ini dapat dijadikan informasi dan acuan untuk perencanaan dan perancangan
infrastruktur irigasi di BB Padi. Pemetaan dilakukan menggunakan theodolite dan
data yang didapat diolah menggunakan Microsoft Excel. Data pengukuran dibuat
menjadi peta topografi menggunakan program Surfer dan ArcMap. Elevasi
tertinggi dari hasil pengukuran menggunakan theodolite adalah 15.611 mdpl,
sedangkan elevasi terendahnya adalah 9.224 mdpl. Luas wilayah lahan sawah BB
Padi terukur dengan AutoCAD adalah 323.764 ha sedangkan menggunakan
ArcMap luasnya 331.345 ha. Pada rancangan perataan lahan, volume lapisan olah
yang diambil sebesar 1268183.2 m3 sedangkan volume lapisan fondasi dari proses
cutting and banking adalah +964128 m3. Pola aliran air pada kondisi awal secara
umum mengarah ke bagian utara dan selatan lahan, tetapi pada beberapa bagian
tidak beraturan. Pola aliran yang dibuat dari rancangan perataan lahan lebih
beraturan mengarah ke utara dan selatan lahan.
Kata kunci: aliran air, irigasi, kontur, perataan lahan, topografi
ABSTRACT
ACHMAD FACHRIE AFIFIE. Topographic Mapping and Design of Land
Leveling in Indonesian Center of Rice Research (Subang, West Java) Supervised
by BUDI INDRA SETIAWAN.
The simplest way of irrigation is put the water source higher than the field
so that the design of irrigation system required the topographic mapping. The
aims of this study is to make the topographic map of ICRR, land leveling
designing, and analyzing the flow scheme. The results could be used as
information and reference for planning and design of irrigation infrastructure in
ICRR. Theodolite is used for mapping and the data obtained is processed with
Microsoft Excel. The topographic map was made using Surfer and ArcMap. The
highest elevation results is 15.611 meters above sea level, while the lowest
elevation is 9.224 meters above sea level. The total area of ICRR measured with
AutoCAD is 323.764 ha while using ArcMap the area is 331.345 ha. In the land
leveling design, the volume of plow layer were taken by 1268183.2 m3 whereas
the volume of the foundation layer from the process of cutting and banking is +
964128 m3. The flow scheme in ICRR generally leads to the north and south of
the field, but in some parts is irregular. The flow scheme created from the land
leveling design is more regular and runs to the north and south of the field.
Keywords: contour, irrigation, land leveling, topographic, water flow
PEMETAAN TOPOGRAFI DAN RANCANGAN PERATAAN
LAHAN DI BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI
(SUBANG, JAWA BARAT)
ACHMAD FACHRIE AFIFIE
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Pemetaan Topografi dan Rancangan Perataan Lahan di Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi (Subang, Jawa Barat)
Nama
: Achmad Fachrie Afifie
NIM
: F44110061
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Nora Herdiana Pandjaitan,
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Pemetaan Topografi dan
Rancangan Perataan Lahan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (Subang,
Jawa Barat) ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan
tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Ir Budi Indra Setiawan, M.Agr selaku pembimbing akademik
yang memberikan arahan dan bimbingan selama ini,
2. Dr. Ir. Chusnul Arif, S.TP, M.Si dan Ir Machmud Arifin Raimadoya, M.Sc
atas kesediaannya sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan,
3. Semua pihak yang terlibat dan membantu serta mendukung berjalannya
penelitian (Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan dan Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi Subang),
4. Bapak Rosidin, Ibu Yuli Sumarti, serta adik-adik Salsabila Luluan dan
Nala Arham Rozana yang selalu mendukung dan mendoakan penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini,
5. Dhanu Prakoso, Fikri Surya Andika, Mochamad Rizky Ramadhan,
Muhammad Ridwan, dan Ahmad Sidik sebagai rekan sebimbingan atas
kerjasama dan masukkannya yang membantu selama ini,
6. Rekan-rekan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan 48
(SIL48) atas semangat dan dukungan yang diberikan.
Masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu kritik
dan saran diharapkan sebagai masukan yang sangat berharga untuk perbaikan
selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini dapat berguna dan memberikan bermanfaat
bagi yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2015
Achmad Fachrie Afifie
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Prosedur Penelitian
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemetaan Lahan Balai Besar Tanaman Padi
5
5
Analisis Pola Aliran
10
Rancangan Perataan Lahan
11
SIMPULAN DAN SARAN
16
Simpulan
16
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17
RIWAYAT HIDUP
42
DAFTAR TABEL
1. Hasil perhitungan luas lahan BB Padi
2. Hasil perhitungan Cut Fill lapisan olah
3. Hasil perhitungan Cut Fill perataan lapisan fondasi
9
13
15
DAFTAR GAMBAR
1. Batas wilayah BB Padi
2. Pembuatan grid menggunakan metode natural neighbor
3. Peta topografi hasil interpolasi perangkat lunak Surfer 10
4. Interpolasi dengan metode IDW
5. Peta topografi hasil interpolasi perangkat lunak ArcMap 10.1
6. Pembagian zona di lahan BB Padi
7. Pola aliran air pada kondisi awal
8. Stripping and returning method
9. Peta topografi lapisan fondasi lahan
10. Hasil rancangan perataan lapisan fondasi
11. Pekerjaan cutting and banking foundation
12. Pola aliran air pada rancangan perataan
5
6
6
7
7
8
10
11
12
13
14
15
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
Peta topografi Balai Besar Penenelitian Tanaman Padi
Peta rancangan perataan lahan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Hasil pengukuran lahan BB Padi
Diagram alir penelitian
18
19
20
41
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Irigasi, menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 20 Tahun
2006 tentang Irigasi, adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air
irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan,
irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Sedangkan
sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.
Irigasi dibutuhkan saat kebutuhan air pada lahan lebih besar daripada jumlah
air yang tersedia pada lahan, yang bersumber diantaranya dari air tanah dan air
hujan. Jika air tanah dan air hujan tidak mencukupi kebutuhan air di lahan, maka
dibutuhkan upaya untuk mengairi lahan dari sumber air lain.
Cara yang paling sederhana dalam mengalirkan air irigasi adalah dengan
memanfaatkan gravitasi bumi, yaitu dengan mengalirkan air dari sumber yang
letaknya lebih tinggi, atau menempatkan daerah irigasi lebih rendah dari sumber
air, sehingga penggunaan pompa untuk mengalirkan air ke tempat yang lebih
tinggi dapat dihindari. Informasi keadaan ketinggian suatu wilayah terdapat pada
peta topografi. Peta topografi adalah peta yang memiliki informasi tentang
ketinggian permukaan tanah pada suatu tempat terhadap permukaan laut, yang
digambarkan dengan garis-garis kontur (Rostianingsih 2004). Peta topografi yang
menggambarkan kontur daerah irigasi diperlukan untuk menganalisis pola aliran
yang terjadi pada daerah tersebut sehingga dapat digunakan untuk merencanakan
sistem jaringan irigasi beserta infrastrukturnya.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) merupakan balai yang
termasuk dalam lingkup Badan Litbang Departemen Pertanian yang berlokasi di
Sukamandi, kecamatan Ciasem, Subang, Jawa Barat. Sebagai unit pelaksana
teknis Badan Litbang Departemen Pertanian, kegiatannya berfokus pada
peningkatan adopsi teknologi perpadian pada tingkat petani hingga skala luas
untuk dapat meningkatkan produktivitas padi secara efektif. Pada skala balai
penelitian, dibutuhkan infrastruktur lahan dan jaringan irigasi yang sesuai agar
hasil penelitian yang diperoleh dapat optimal dan produktivitasnya maksimal.
Salah satu unsur penting untuk meningkatkan produktivitas padi adalah
adanya sistem dan jaringan irigasi yang efisien dan modern. Agar tercapainya
efisiensi sistem dan jaringan irigasi yang tinggi, maka sebelum perencanaan dan
perancangan diperlukan beberapa data diantaranya peta kondisi topografi dan pola
aliran air pada daerah irigasi tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan adanya kegiatan
pemetaan wilayah irigasi tersebut serta analisis pola alirannya. Hasil yang
diperoleh kemudian dapat digunakan sebagai acuan untuk perencanaan dan
perancangan infrastruktur irigasi yang modern dan efisien.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang dapat diambil berdasarkan latar belakang yang ada
sehingga menjadi objek penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana kondisi topografi lahan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
saat ini?
2
2. Bagaimana pola aliran yang terdapat di lahan Balai Besar Tanaman Padi
sesuai dengan kondisi topografi lahannya?
3. Bagaimana rancangan topografi yang sesuai untuk perencanaan dan
perancangan infrastruktur irigasi?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Membuat peta kondisi topografi lahan pada daerah irigasi di Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi, Subang.
2. Menganalisis pola aliran yang terdapat pada daerah irigasi di Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi, Subang.
3. Membuat rancangan topografi lahan untuk perencanaan infrastruktur
sistem dan jaringan irigasi.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Memberikan informasi mengenai luas dan topografi pada lahan Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi dalam bentuk peta.
2. Memperkirakan pola aliran air yang terbentuk dari kondisi topografi lahan
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
3. Sebagai acuan bagi perencanaan dan perancangan infrastruktur irigasi.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Pemetaan topografi dilakukan pada lahan sawah milik Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi.
2. Analisis pola aliran berdasarkan pada kondisi topografi lahan.
3. Perencanaan rancangan topografi dilakukan menggunakan perangkat lunak
ArcGis Desktop 10.1.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama rentang waktu empat bulan, pada bulan
Februari hingga bulan Mei tahun 2015. Lokasi penelitian bertempat di lahan Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Sukamandi, Subang, Jawa Barat.
Pengolahan dan analisis data dilakukan di lingkungan kampus Institut Pertanian
Bogor, Dramaga, Bogor, Jawa Barat.
Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya peta kerja
yang diunduh dari Google Earth serta peta wilayah BB Padi yang didapat dari
bagian Tata Usaha BB Padi.
3
Pada pengambilan data di lapangan, alat yang digunakan pada penelitian
ini antara lain adalah seperangkat alat ukur penyipat datar berupa theodolite
TOPCON AG-20BP beserta tripod dan target rod atau mistar ukur, kompas, alat
tulis, pita ukur (tape meter), Global Positioning System (GPS) merk Garmin,
kalkulator, dan patok. Sedangkan untuk pengolahan data pengukuran
menggunakan alat berupa seperangkat laptop Samsung NP275E4V-X01ID dengan
spesifikasi Windows 7 Ultimate 64-bit, AMD E2-2000 1.8 GHz processor, 4096
MB memory, AMD Radeon HD 7340 graphics dan mouse. Kemudian perangkat
lunak yang digunakan diantaranya Microsoft Excel 2010 untuk memasukan dan
menghitung data hasil pengukuran yang kemudian diolah menggunakan perangkat
lunak Surfer 10, ArcGIS Desktop 10.1, dan AutoCAD 2014.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian secara umum terdiri dari dua tahap, yaitu pengukuran
untuk mendapatkan data primer di lapangan yang kemudian diolah dan dianalisis
untuk pembuatan peta topografi kondisi existing lahan dan rancangannya serta
dapat diketahui pola aliran berdasarkan kondisi topografinya.
Pengukuran dilakukan untuk memperoleh data kondisi lapangan berupa data
elevasi. Tahapan yang dilakukakan pertama adalah membuat pembagian rencana
wilayah kerja dari peta kerja yang dibuat sebelumnya. Setiap peta kerja dibagi atas
beberapa wilayah dan ditentukan titik-titik yang akan diukur menggunakan alat
ukur pada setiap wilayahnya. Metode yang dipakai untuk membuat peta topografi
pada penelitian ini adalah metode controlling point. Proses pengukuran dimulai
dengan alat ditempatkan pada titik yang dapat menjangkau beberapa titik
pengukuran yang telah ditentukan sebelumnya. Karena terbatasnya jangkauan alat
pada jarak yang lebih dari 200 meter maka dalam proses pengukuran, titik set-up
alat akan berpindah-pindah lokasinya.
Nilai yang dibaca dan dicatat dari pengukuran menggunakan theodolite pada
setiap titik adalah minimal dua dari benang atas, tengah, atau bawah yang dapat
jelas dibaca, sudut vertikal, serta sudut horizontal yang mengacu ke arah utara.
Data-data yang diperoleh dari setiap titik itu dapat menunjukan jarak dan lokasi
serta elevasi suatu titik mengacu dari lokasi tempat set-up alat dimana titik
tersebut dibaca. Setiap titik pengukuran juga dicatat koordinatnya menggunakan
alat Global Positioning System (GPS).
Data lain yang diambil di lapangan adalah kedalaman lapisan olah pada
sawah. Alat yang digunakan pada pengukuran kedalaman lapisan tanah adalah
sebuah patok yang digunakan dengan cara ditancapkan hingga patok menyentuh
lapisan dasar dari sawah untuk kemudian dicatat kedalamannya. Pada setiap titik,
dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali pengukuran. Alat lain yang digunakan
adalah GPS untuk mencatat koordinat titik pengukuran kedalaman lapisan olah
yang dilakukan.
Pengolahan Data Pengukuran
Setelah data diperoleh, kemudian data dimasukkan ke Microsoft Excel untuk
dihitung jarak dan elevasi setiap titiknya. Untuk menghitung jarak suatu titik,
persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut.
�� � =
−
×
(1)
4
Nilai jarak yang telah dihitung kemudian digunakan untuk mendapatkan
koordinat x dan y dengan menggunakan sudut horizontal yang dibaca di theodolite.
Dengan menggunakan suatu titik sebagai acuan (benchmark), posisi tiap titik
dapat diketahui koordinatnya dan dipetakan. Koordinat x dan y lain yang
digunakan adalah koordinat lintang dan bujur yang diperoleh dengan
menggunakan GPS di setiap titik pengukuran.
Elevasi (altitude) merupakan posisi vertikal (ketinggian) suatu objek dari
suatu titik tertentu atau datum. Biasanya datum yang digunakan adalah permukaan
air laut, sehingga elevasi sering dinyatakan sebagai ketinggian diatas permukaan
laut (dpl). Elevasi pada setiap titik adalah data yang digunakan untuk pembuatan
peta topografi. Dari nilai elevasi yang terdapat pada setiap titik, kemudian
dilakukan interpolasi sehingga menghasilkan garis-garis kontur dan membentuk
peta topografi. Untuk menentukan nilai elevasi (z) dari data pengukuran
menggunakan persamaan berikut.
�
��
� �=
� �=� − �
�
(2)
� �+�
� � ��
×
�
�
(3)
TA merupakan tinggi alat dari permukaan tanah hingga lensa dan BT
merupakan nilai benang tengah yang dibaca oleh theodolite. Elevasi yang
dijadikan acuan (benchmark) pada suatu titik tertentu ditentukan menggukan alat
GPS yang dapat menunjukan ketinggian suatu titik terhadap permukaan laut.
Persamaan sebelumnya dapat digunakan jika sudut vertikal teropong
theodolite diatur pada sudut 0°. Sedangkan bila membaca suatu titik dengan
menaikan atau menurunkan teropong yang menjadikan adanya sudut vertikal
sebesar θ, persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut.
�� � =
�
� �= ⁄
−
−
×
�
�+� − �
(4)
(5)
Keterangan:
BA : nilai benang atas yang terbaca pada theodolite
BB : nilai benang bawah yang terbaca pada theodolite
BT : nilai benang tengah yang terbaca pada theodolite
TA : tinggi alat dari permukaan tanah hingga lensa theodolite
θ
: sudut vertikal lensa theodolite
Pembuatan Peta Topografi
Setelah mendapatkan data koordinat dan elevasi setiap titik pengukuran dari
hasil pengolahan data primer, maka selanjutnya adalah pembuatan peta topografi.
Peta yang dibuat dari data primer tersebut adalah peta kondisi topografi existing
pada lahan BB Padi saat dilakukan pengukuran. Dari data kedalaman lapisan olah,
kemudian dibuat peta lapisan tanah dasar yang kemudian diratakan sehingga
menghasilkan peta topografi rancangan.
Dari peta topografi yang dibuat, kemudian dibuat juga pola aliran yang
terjadi dari kondisi topografi pada lahan. Peta topografi dan pola aliran yang telah
dibuat kemudian dapat dijadikan acuan untuk proses perencanaan dan
perancangan infrastruktur irigasi berikutnya. Proses pembuatan peta topografi dan
pola aliran dibuat menggunakan bantuan program Surfer 10 dan program ArcMap
10.1.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemetaan Lahan Balai Besar Tanaman Padi
Dalam usaha untuk merancang dan memperbaiki infrastruktur irigasi di BB
Padi, salah satu hal penting yang harus diketahui adalah data existing lahan yang
ada di BB Padi, yang meliputi luasan area serta kondisi topografi wilayah daerah
irigasinya. Kondisi topografi penting untuk diketahui untuk merancang
infrastruktur irigasi karena dari kondisi topografi dapat dianalisis pola alirannya,
sehingga dapat dijadikan acuan untuk perencanaan dalam penempatan
infrastruktur irigasi seperti saluran irigasi, saluran drainase, maupun bangunan
lain seperti box bagi.
Gambar 1 Batas wilayah BB Padi
Pemetaan lahan BB Padi merupakan langkah awal pada penelitian mengenai
perencanaan dan perancangan infrastuktur irigasi. Pemetaan topografi dilakukan
menggunakan alat ukur theodolite dengan metode controlling point. Data
pengukuran yang didapat diolah menggunakan bantuan program Microsoft Excel.
Hasil perhitungan pada Microsoft Excel adalah berupa data koordinat x, y, dan
elevasi z pada setiap titik yang pengukuran akan diolah dan dibuat peta
topografinya dengan menggunakan perangkat lunak Surfer 10 dan ArcMap 10.1.
Data elevasi lahan sawah tertinggi yang dihitung adalah 15.611 mdpl dan elevasi
terendah adalah 9.224 mdpl.
Data yang diperoleh dari perhitungan di Microsoft Excel berupa koordinat
dan elevasi setiap titik menjadi data yang akan diinput ke dalam lembar kerja pada
6
perangkat lunak Surfer 10. Data pada lembar kerja tersebut disimpan dalam
format .bln untuk kemudian akan dijadikan grid dengan metode interpolasi
tertentu. Metode yang dipilih adalah natural neighbor.
Gambar 2 Pembuatan grid menggunakan metode natural neighbor
Metode natural neighbor atau dikenal juga dengan interpolasi Sibson
bersifat lokal, yaitu hanya menggunakan sampel yang berada di sekitar titik yang
ingin diinterpolasi, dan hasil yang diperoleh akan mirip dengan ketinggian titik
sampel yang digunakan sebagai input proses interpolasi (Pasaribu dan Haryani
2012).
Hasil yang diperoleh dari interpolasi metode Natural Neighbor dengan
interval kontur 0.2 meter pada Surfer 10 dapat dilihat pada gambar 3. Elevasi
tertinggi yang dihasilkan dari proses interpolasi ini adalah 15.4044 mdpl
sedangkan elevasi terendahnya adalah 9.7842 mdpl.
Gambar 3 Peta topografi hasil interpolasi perangkat lunak Surfer 10
Selain menggunakan perangkat lunak Surfer 10, pembuatan peta topografi
juga dapat menggunakan salah satu perangkat lunak dari ArcGIS yaitu ArcMap
10.1. Peta topografi yang dihasilkan juga terdiri dari titik-titik yang telah
diketahui posisi x, y, dan elevasi z nya. Hasil yang didapatkan merupakan
7
interpolasi yang dilakukan perangkat lunak. Perbedaannya dengan Surfer 10
adalah metode yang dipilih untuk digunakan pada interpolasi di ArcMap 10.1
adalah metode Inverse Distance Weighted (IDW).
Gambar 4 Interpolasi dengan metode IDW
Metode Inverse Distance Weighted (IDW) merupakan metode deterministik
yang sederhana dengan mempertimbangkan titik disekitarnya. Asumsi dari
metode ini adalah nilai interpolasi akan lebih mirip pada data sampel yang dekat
daripada yang lebih jauh (Pramono 2008).
Hasil yang diperoleh dari interpolasi metode IDW dengan interval kontur
0.2 meter pada ArcMap 10.1 dapat dilihat pada Gambar 5. Terlihat pula perbedaan
warna dari merah yang menunjukan elevasi tertinggi sebesar 15.5676 mdpl
menuju warna biru yang merupakan elevasi terendah sebesar 9.4228 mdpl.
Gambar 5 Peta topografi hasil interpolasi perangkat lunak ArcMap 10.1
8
Hasil pemetaan topografi yang didapatkan dari dua metode pada dua
perangkat lunak yang berbeda relatif sama, yaitu lahan yang relatif datar serta
terjadi perubahan yang cukup signifikan pada daerah tertentu. Pada kondisi di
lapangan, semakin ke barat kondisi elevasi lahan memang cukup jauh lebih
rendah daripada sebelah timur. Wilayah yang memiliki elevasi lahan berbeda
tersebut dibatasi oleh jalan dan saluran irigasi.
Berdasarkan kondisi topografi pada lahan, maka untuk proses berikutnya
perhitungan lahan dibagi menjadi tiga zona secara umum, yaitu Zona 1, Zona 2,
dan Zona 3. Pada bagian pertengahan wilayah Zona 2 dan Zona 3 terdapat jalan
usaha tani dan saluran irigasi utama sehingga dua zona tersebut dibagi menjadi
Zona 2A dan Zona 2B serta Zona 3A dan Zona 3B. Pembagian zona bertujuan
agar dalam perhitungan, bagian yang termasuk dalam perhitungan hanya lahan
pada setiap zona. Sedangkan bagian lain seperti jalan usaha tani dan saluran
irigasi utama yang bila dijumlahkan rata-rata lebarnya hingga mencapai 15 m dan
memiliki jarak mencapai 2 km tidak dihitung sebagai lahan oleh program.
Pembagian zona pada BB Padi dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Pembagian zona di lahan BB Padi
Selain untuk membuat peta topografi, data hasil pengukuran di lapangan
juga diolah untuk mendapatkan luas area lahan BB Padi. Pada perhitungan luas
lahan BB Padi, program AutoCAD digunakan untuk menghitung berdasarkan titiktitik pengukuran yang telah diolah. Program ArcMap juga digunakan untuk
9
menghitung luas berdasarkan peta kerja yang didapatkan. Hasil perhitungan luas
lahan BB Padi dapat dilihat pada Tabel 1.
Zona
1
2A
2B
3A
3B
Total
Tabel 1 Hasil perhitungan luas lahan BB Padi
Luas (ha)
Data BB
Blok
Padi
AutoCAD
ArcMap
ArcMap
(2001)
43.2464
43.4404
L
43
41.8704
42.3770
M
42
148.1873
30.1324
30.2293
N
30
26.7016
27.8174
O+P
23
141.9508 143.8641
138
Subtotal
4.4966
5.1545
G1
4.4
8.2769
8.6922
H1
8.2
10.7875
11.0244
I1
10.51 48.1655
10.7568
11.0809
J1
10.55
10.7049
10.7834
K1
10.27
45.0227
46.7354
43.93
Subtotal
20.9078
21.4070
G2 + H2
20.75
12.1513
12.4918
I2
12
60.1929
11.7666
12.0824
J2
13
12.0388
12.4494
K2
12
56.8644
58.4306
57.75
Subtotal
0.8194
0.9674
B1
0.8
11.0185
11.1696
C1
10.8
9.8008
10.1212
D1
9.75 41.4587
8.5255
8.6544
E1
8.53
8.5021
8.8282
F1
8.6
38.6664
39.7408
38.48
Subtotal
11.0774
11.7274
A2 + C2
10.48
1.0016
1.0896
B2
1.1
8.4878
8.6948
D2
8.5 44.1190
9.0738
9.3961
E2
9
11.6190
11.6663
F2
11.75
Subtotal
41.2596
42.5742
40.83
323.7639 331.3452
318.99 342.1233
Hasil pengukuran yang telah dilakukan lebih besar daripada data luas yang
dimiliki oleh BB Padi. Hal ini bisa disebabkan karena adanya perubahan
pemanfaatan lahan yang pada tahun 2001 belum berupa sawah, sedangkan
sekarang menjadi lahan sawah. Terdapat juga perbedaan hasil luas dari aplikasi
yang digunakan, yaitu 323.76 ha dengan menggunakan AutoCAD dan perhitungan
menggunakan ArcMap menghasilkan luas sebesar 331.34 ha untuk perhitungan
per blok. Perhitungan per zona yang dilakukan di ArcMap menghasilkan luas
sebesar 342.12 ha, yang menjadi hasil terbesar.
10
Perbedaan disebabkan titik yang digunakan sebagai batas blok pada
perhitungan dengan AutoCAD adalah titik hasil pengukuran, sehingga hasil
perhitungannya dapat dikatakan yang paling mendekati besaran luas lahan yang
sebenarnya. Sedangkan hasil pada perhitungan menggunakan ArcMap titik batas
tiap blok merupakan hasil digitasi dari koordinat GPS yang ditampilkan pada peta
dasar wilayah keseluruhan, sehingga bagian lahan yang bukan sawah, seperti
saluran atau jalan, ada yang terhitung sebagai luas blok. Adapun perhitungan yang
dilakukan per zona menjadi paling besar karena luasan setiap zona yang dihitung
merupakan batas terluar dari setiap zona. Lahan yang bukan sawah pada setiap
zona, seperti jalan, tegalan, juga saluran, ikut terhitung sebagai lahan sehingga
luas yang dihasilkan lebih besar daripada perhitungan per blok.
Analisis Pola Aliran
Pola aliran menunjukan kecenderungan arah aliran air akan mengalir
kemana berdasarkan kondisi topografi pada suatu lahan. Prinsip secara umum
adalah air akan mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih
rendah. Sehingga dari peta topografi yang telah diperoleh dapat dibuat
kemungkinan arah pola aliran air yang terjadi menggunakan perangkat lunak
Surfer 10 dan ArcMap 10.1. Pola aliran air yang terbentuk pada kondisi topografi
awal dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Pola aliran air pada kondisi awal
Berdasarkan Gambar 7, pola aliran yang terjadi pada lahan terlihat tidak
terlalu seragam. Hal ini disebabkan oleh kondisi topografi lahan yang elevasinya
11
kurang merata beraturan, ada bagian yang lebih tinggi di tepi atau bagian yang
lebih rendah di tengah lahan. Ketidakteraturan perataan lahan dapat menyebabkan
kedalaman genangan air pada petak sawah berlebih atau kurang, sehingga dapat
menyebabkan perbedaan hasil panen pada tiap petak sawah, terutama pada petak
yang berukuran besar. Oleh karena itu butuh dilakukan perataan lahan yang akurat
agar diperoleh produksi lahan yang maksimum (Anbumozhi et al. 1998).
Secara umum, aliran air mengarah ke drainase utama di utara dan selatan
lahan. Tetapi di beberapa bagian terdapat ketidakteraturan arah aliran air karena
kondisi topografi lahan, sehingga hal ini dijadikan acuan untuk tahapan berikutnya
yaitu rancangan perataan lahan.
Rancangan Perataan Lahan
Lahan sawah yang terdapat di BB Padi masih termasuk sawah tradisional
dengan karakteristik diantaranya bentuk dan ukuran setiap petak berbeda-beda,
ukuran petak relatif kecil, tata letak petak-ke-petak (plot-to-plot), jaringan irigasi,
drainase dan jalan usaha tani terbatas. Kondisi tersebut menyebabkan
produktivitas lahan, produktivitas air, dan produktivitas tenaga/alat/mesin relatif
rendah, sehingga diperlukan usaha untuk meningkatkan ketiga produktivitas
tersebut yang dikenal dengan istilah konsolidasi lahan atau land consolidation
(Sapei 2015).
Konsolidasi lahan sawah terdiri atas penataan lahan (land readjusment),
pembuatan saluran, perbaikan drainase, pembuatan jalan usaha tani, serta
perbaikan lapisan olah dan lapisan tanah bawah. Bagian awal dari pekerjaan
penataan lahan adalah perataan lahan atau land leveling. Proses pekerjaan
perataan lahan terdiri dari pengupasan lapisan olah lahan, penggalian dan
penimbunan lapisan fondasi, perataan lapisan fondasi, pengembalian lapisan olah,
pembuatan bendung atau tegalan, dan perataan lapisan olah (Koga 1992).
Pada tahap awal dari pekerjaan perataan lahan (land leveling), yaitu
pengupasan lapisan olah, salah satu metode pekerjaan lapisan permukaan adalah
metode pengupasan dan pengembalian atau stripping dan returning method.
Gambar 8 Stripping and returning method
Pekerjaan pengupasan lapisan olah dibutuhkan sebelum dilakukan perataan
lahan. Hal ini disebabkan karena jika dilakukan perataan tanah langsung pada
lapisan olah, dapat mengakibatkan gangguan pada tanah yang mengubah sifat
biogeokimia permukaan tanah (Brye 2006). Selain itu, variabilitas spasial dan
distribusi dari sifat-sifat fisik, biologi (Brye et al. 2003) dan kimia (Brye et al.
12
2004) lapisan tanah dan hubungan diantaranya tidak terkarakteristik dengan baik
pada agroekosistem tanah.
Selain dari yang disebutkan sebelumnya, kondisi topografi lahan yang
didapat saat pengukuran bisa jadi akan berubah setiap musim tanamnya,
tergantung dari hasil pengolahan lapisan olah yang dilakukan oleh para petani,
sehingga tidak bisa menjadi acuan untuk perataan lahan. Kedalaman lapisan olah
yang bervariasi pada setiap lahan juga dapat menyebabkan adanya lahan sawah
yang lapisan olahnya bertambah semakin dalam, sementara ada lahan yang lapisan
olahnya berkurang dari batas minimal jika langsung dilakukan perataan.
Berdasarkan metode tersebut maka dibutuhkan data kedalaman lapisan olah
pada sawah. Data tersebut didapatkan dengan mengukur kedalaman lapisan olah
menggunakan patok pada titik-titik yang juga telah dilakukan pengukuran elevasi
lahan sawah. Hasil pengukuran kedalaman lapisan olah disesuaikan dengan data
elevasi lahan, sehingga akan menghasilkan elevasi baru di titik pengukuran, yaitu
elevasi lapisan fondasi. Dari perhitungan tersebut, maka dapat dibuat peta lapisan
fondasi menggunakan ArcMap seperti yang terlihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Peta topografi lapisan fondasi lahan
Volume lapisan olah yang diambil pada langkah ini dihitung menggunakan
Cut Fill pada ArcMap. Perhitungan yang dilakukan dibagi berdasarkan zona,
dengan menggunakan peta topografi BB Padi sebagai data sebelum dan peta
lapisan fondasi sebagai data sesudah, sehingga diketahui volume lapisan olah
yang didapat dari langkah pengupasan lapisan olah ini. Hasil perhitungan volume
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
13
Tabel 2 Hasil perhitungan Cut Fill lapisan olah
Luas
Kedalaman
Zona
Volume (m3)
(ha)
(m)
+ 600412.8 148.1873
0.405
1
+ 171589.3 48.1655
0.356
2A
+ 231927 60.1929
0.385
2B
+ 162366.3 41.4587
0.392
3A
+ 101887.8 44.1190
0.231
3B
+ 1268183.2 342.1233
0.371
Total
Berdasarkan tabel diatas, rata-rata kedalaman lapisan olah yang diambil
pada setiap zona berkisar antara 23.1 hingga 40.5 cm, atau jika dihitung total
seluruhnya, dari 342.12 ha total lahan per zona lapisan olah yang diambil
mencapai 1268183.2 m3 atau rata-rata kedalaman 37.1 cm. Jumlah lapisan olah
yang dihasilkan ini akan dikembalikan lagi setelah dilakukan perataan lapisan
fondasi. Dari volume yang tersedia dan dengan luas lahan yang tetap, ketersediaan
lapisan olah melebihi dari kebutuhan yang akan digunakan pada lahan, yaitu
berkisar antara 15-20 cm (Koga 1992).
Proses berikutnya adalah perataan lapisan fondasi atau foundation leveling.
Salah satu hal dasar untuk mencapai efisiensi lahan adalah leveling dari lahan.
Metode yang paling umum untuk evaluasi perataan pada pekerjaan konsolidasi
lahan sawah menggunakan ”range”, yaitu perbedaan elevasi antara titik tertinggi
dan titik terendah pada lahan (Oshari 2003). Hasil dari rancangan perataan lapisan
fondasi akan membuat topografi lapisan fondasi seperti pada Gambar 10.
Gambar 10 Hasil rancangan perataan lapisan fondasi
14
Dari hasil interpolasi setiap zona akan menghasilkan nilai elevasi tertinggi
dan terendah. Pemilihan titik elevasi tertinggi pada rancangan perataan lapisan
fondasi berdasarkan elevasi rata-rata pada setiap zonanya. Berdasarkan pola aliran
yang terjadi pada kondisi topografi awal, air mengarah ke saluran drainase di
bagian utara dan selatan keluar dari lahan BB Padi. Oleh karena itu, rancangan
letak elevasi tertinggi yang juga akan menentukan letak saluran irigasi utama
dibuat di bagian tengah wilayah BB Padi, dan elevasi terendahnya diletakkan di
utara dan selatan lahan, yang juga menentukan letak saluran drainase utama.
Jarak rata-rata dari bagian tengah ke bagian utara dan selatan pada BB Padi
adalah sekitar 500 meter, sehingga rancangan elevasi terendah adalah 1 meter
lebih rendah dari elevasi tertinggi, atau memiliki slope sekitar 0.2%. Nilai yang
diambil mengacu pada pekerjaan konsolidasi lahan di Iran, yaitu membuat
perataan lahan dengan slope yang konstan sekitar 0-0.2%, yang dapat dibuat
dengan memindahkan tanah, baik gali atau timbun (Sharifi et al. 2013)
Pekerjaan untuk menghasilkan perataan lapisan fondasi adalah menggali dan
menimbun lapisan fondasi, atau cutting and banking foundation. Adanya
perbedaan level antara lapisan fondasi awal dengan rancangan perataan lapisan
fondasi membuat pekerjaan tersebut dilaksanakan. Menggunakan peta lapisan
fondasi awal sebagai data sebelum dan peta rancangan perataan lapisan fondasi
sebagai data sesudah, dengan Cut Fill pada ArcMap maka akan menghasilkan peta
bagian mana yang dilakukan proses cut dan bagian mana yang dilakukan proses
fill seperti pada Gambar 11.
Gambar 11 Pekerjaan cutting and banking foundation
15
Berdasarkan Gambar 11, area berwarna merah adalah area yang harus
ditimbun (fill), sedangkan area yang berwarna biru adalah area yang harus digali
(cut). Volume lapisan fondasi yang dibutuhkan untuk proses fill atau banking dan
volume yang dihasilkan dari proses cut didapat dari perhitungan di ArcMap. Hasil
perhitungan volume pada pekerjaan ini dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3 Hasil perhitungan Cut Fill perataan lapisan fondasi
Luas
Zona
Volume (m3)
(ha)
1
- 106471 148.1873
2A
+ 299149.6 48.1655
2B
+ 284959.3 60.1929
3A
+ 225807.5 41.4587
3B
+ 260682.4 44.1190
Total
+ 964128 342.1233
Berdasarkan Gambar 11 dan Tabel 3, pekerjaan perataan fondasi pada zona
1 yang elevasinya relatif lebih rendah tentu membutuhkan tanah untuk menimbun.
Zona 1 membutuhkan tanah timbunan sebesar 106471 m3. Tanah tersebut dapat
diperoleh dari hasil galian di zona 2 dan zona 3 yang rata-rata menghasilkan tanah
lebih dari 250000 m3 pada setiap subzonanya. Sehingga total tanah yang
dihasilkan dari proses gali dan timbun pada pekerjaan perataan lapisan fondasi di
BB Padi adalah 964128 m3. Karena perhitungan dilakukan per zona makan jalan
cabang yang memisahkan antar blok pada masing-masing zona ikut terhitung oleh
program, padahal elevasi calan cabang dan saluran disebelahnya tidak diukur.
Sehingga kelebihan tanah ini dapat digunakan untuk dijadikan jalan cabang di
setiap zonanya.
Gambar 12 Pola aliran air pada rancangan perataan
16
Berdasarkan rancangan topografi tersebut, dapat dilihat kondisi pola aliran
yang akan terbentuk, seperti pada Gambar 12. Pada Gambar 12 terlihat pola aliran
pada rancangan perataan lebih terarah dibandingkan pola aliran pada kondisi
topografi awal. Dari hasil tersebut, dapat dijadikan acuan untuk perancangan
saluran irigasi dan drainase pada proses konsolidasi dan perencanaan infrastruktur
irigasi selanjutnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil simpulan
sebagai berikut.
1. Peta kondisi topografi lahan pada daerah irigasi di Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi, Subang telah dibuat menggunakan program Surfer 10 dan
ArcMap 10.1. Elevasi yang didapat dari hasil perhitungan titik-titik
pemetaan yang dilakukan menggunakan theodolite yaitu paling tinggi
15.611 mdpl sedangkan paling rendah 9.224 mdpl. Luas wilayah lahan
sawah BB Padi yang telah diukur lebih besar dari data yang dimiliki BB
Padi. Perhitungan per blok menggunakan AutoCAD menghasilkan luas
sebesar 323.764 ha sedangkan perhitungan per blok menggunakan ArcMap
menghasilkan luas 331.345 ha.
2. Pola aliran air yang terdapat pada kondisi awal daerah irigasi di Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi, Subang secara umum mengarah ke bagian
utara dan selatan lahan, tetapi pada beberapa bagian tidak beraturan. Pola
aliran yang telah dibuat dari rancangan perataan lahan lebih beraturan.
3. Rancangan topografi lahan untuk perencanaan infrastruktur sistem dan
jaringan irigasi telah dibuat, yaitu pada pekerjaan pengupasan lapisan olah
dan perataan lapisan fondasi. Volume lapisan olah yang diambil sebesar
1268183.2 m3 atau dengan rata-rata kedalaman 37.1 cm pada seluas lahan
cukup untuk pengembalian lapisan olah sebesar 15-10 cm. Sedangkan
volume tanah yang dihasilkan dari proses cutting and banking pada
pekerjaan perataan lapisan fondasi adalah + 964128 m3.
Saran
Saran yang disusun untuk perbaikan penelitian yang akan datang
diantaranya sebagai berikut.
1. Pemetaan topografi untuk lahan datar yang luas perlu digunakan alat ukur
yang lebih akurat, seperti alat ukur digital, sehingga dapat mengurangi
error yang terjadi.
2. Titik pengukuran perlu diperbanyak agar meningkatkan akurasi data.
3. Perlu dilakukan pengukuran elevasi pada dasar saluran untuk analisis pola
aliran yang lebih akurat.
4. Pemahaman dan keterampilan menggunakan perangkat lunak untuk
pemetaan seperti Surfer dan ArcGIS perlu ditingkatkan agar dapat
mengolah dan menyajikan peta dengan baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anbumozhi V, Yamaji E, Tabuchi T. 1998. Rice Crop Growth and Yield as
Influenced by Changes in Ponding Water Depth, Water Regime, and
Fertigation Level. Agricultural Water Management. 37(3): 241-253
Brye, Kristofor R. 2006. Soil Biochemical Properties as Affected by Land
Leveling in a Clayey Aquert. Soil Science Society of America Journal.
70(4): 1129-1139
Brye KR, Slaton NA, Savin MC, Norman RJ, Miller DM. 2003. Short-Term
Effects of Land Leveling on Soil Physical Properties and Microbial Biomass.
Soil Science Society of America Journal. 67(5): 1405-1417
Brye KR, Slaton NA, Mozzafari M, Savin MC, Norman RJ, Miller DM. 2004.
Short-Term Effects of Land Leveling on Soil Chemical Properties and Their
Relationships with Microbial Biomass. Soil Science Society of America
Journal. 68(3): 924-934
Koga, Kiyoshi. 1992. Introduction to Paddy Field Engineering. Bangkok: Asian
Institute of Technology.
Oshari, Hiroshi. 2003. A New Method for Assessing Land Leveling to Produce
High Quality Consolidated Paddy Fields. Paddy and Water Environment.
1(1): 35-41
Pasaribu JM, Haryani NS. 2012. Perbandingan Teknik Interpolasi DEM SRTM
dengan Metode Inverse Distance Weighted (IDW), Natural Neighbor, dan
Spline. Jurnal Penginderaan Jauh. 9(2): 126-139.
Pramono, Gatot H. 2008. Akurasi Metode IDW dan Kriging untuk Interpolasi
Sebaran Sedimen Tersuspensi di Maros, Sulawesi Selatan. Forum Geografi.
22(1): 145-158.
Pemerintah Republik Indonesia. 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi. Jakarta: Sekretariat Negara.
Rostianingsih, Silvia. 2004. Pemodelan Peta Topografi ke Objek Tiga Dimensi.
Jurnal Informatika. 5(1): 14-21.
Sapei, Asep. 2015. Pengantar Rekayasa Sawah. Bogor: IPB Pr.
Sharifi A, Gorji M, Asadi H, Pourbabaee, AA. 2013. Land Leveling and Changes
in Soil Properties in Paddy Fields of Guilan province, Iran. Paddy and Water
Environment. 12(1): 139-145
18
Lampiran 1 Peta topografi Balai Besar Penenelitian Tanaman Padi
Lampiran 2 Peta rancangan perataan lahan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
19
20
Lampiran 3 Hasil pengukuran lahan BB Padi
No
Set Up
Tujuan
1
1
BM
2
1_1
ST1
3
1_1
4
TA (m)
Jarak
(m)
Sudut
Horizontal
Sudut
Vertikal
Koordinat
GPS
BA
BT
BB
12.1
10.21
8.31
37.9
329.183
0
0
0
15.000
107.653
-6.3508
-
-
-
37.9
149.183
0
19.416
-32.549
14.351
107.6532
-6.3511
A2_1(1)
28.25
21.5
14.75
135
81.306
0
152.865
-12.142
13.871
107.6544
-6.3509
1_1
A1_1(1)
26.35
20.1
13.85
125
45.072
0
107.916
55.728
14.011
107.6539
-6.3503
5
1_1
A3_1(1)
23.85
20.63
17.4
64.5
57.383
0
73.744
2.218
13.958
107.6536
-6.3508
6
1_1
A5b_1(1)
21
19.65
18.3
27
317.039
0
1.015
-12.79
14.056
107.6529
-6.351
7
1_1
A7_1(1)
22
20.25
18.5
35
289.033
0
-13.671
-21.135
13.996
107.6528
-6.3511
8
1_1
A8_1(1)
23.2
19.95
16.7
65
250.128
0
-41.714
-54.644
14.026
107.6526
-6.3514
9
1_1
A10_1(1)
27.2
20.6
14
132
249.122
0
-103.917
-79.591
13.961
107.652
-6.3516
10
1_1
A9_1(1)
28.18
20.74
13.3
148.8
217.422
0
-71.007
-150.723
13.947
107.6523
-6.3523
11
1_1
A6_1(1)
23.08
20.53
17.98
51
173.739
0
24.978
-83.245
13.968
107.6532
-6.3516
12
1_1
A4_1(1)
22.8
20.2
17.6
52
146.672
0
47.986
-75.997
14.001
107.6534
-6.3515
13
1_2
ST2_1(2)
18.5
9.5
0.5
184.6
201.922
0
-49.504
-203.801
15.119
107.6525
-6.3527
14
1_2
A12_1(2)
26.1
23.68
21.25
48.5
327.789
0
-75.357
-162.765
14.301
107.6524
-6.3523
15
1_2
A12'_1(2)
27.68
24.37
21.05
66.3
3.222
0
-45.777
-137.606
14.232
107.6526
-6.3521
16
1_2
A11_1(2)
38.05
29.45
20.85
172
33.356
0
45.067
-60.134
13.724
107.6535
-6.3516
17
1_2
A14_1(2)
32.42
25.44
18.45
139.7
127.067
0
61.967
-288.004
14.125
107.6535
-6.3536
18
1_2
A16_1(2)
32.6
25.4
18.2
144
127.444
0
64.824
-291.352
14.129
107.6535
-6.3536
19
1_2
A17_1(2)
33.17
25.96
18.75
144.2
138.189
0
46.631
-311.28
14.073
107.6533
-6.3538
20
1_2
A15_1(2)
33.51
26.38
19.25
142.6
138.089
0
45.749
-309.921
14.031
107.6533
-6.3537
21
1_2
A13_1(2)
41.4
30.9
20.4
210
130.578
0
109.996
-340.402
13.579
107.6533
-6.3534
1.67
1.55
X
Y
Z
X
Y
No
Set Up
Tujuan
22
1_3
ST3_1(3)
23
1_3
24
Jarak
(m)
Sudut
Horizontal
Sudut
Vertikal
Koordinat
GPS
TA (m)
BA
BT
BB
1.58
29.3
19.2
9.1
202
141.05
0
77.482
-360.895
14.749
107.6536
-6.3542
A18_1(3)
21.1
13.93
6.75
143.49
134.894
40'
179.131
-462.171
14.953
107.6543
-6.3553
1_3
A19_1(3)
27.36
20.69
14.02
133.4
110.706
0
202.265
-408.061
14.260
107.6546
-6.3548
25
1_3
A21_1(3)
32.25
21.25
10.25
220
66.572
20'
279.342
-273.426
14.216
107.6556
-6.3537
26
1_3
A20_1(3)
36.2
23.05
9.9
263
81.717
20'
337.734
-323.006
14.039
107.6559
-6.3543
27
1_4
ST4_1(4)
46.8
25.1
3.4
434
68.844
0
482.232
-204.264
13.819
107.6556
-6.3538
28
1_4
A22_1(4)
14.9
12.05
9.2
57
358.8
0
481.038
-147.277
14.154
107.6556
-6.3533
29
1_4
A23_1(4)
15
12.84
10.68
43.2
43.806
0
512.135
-173.087
14.075
107.6559
-6.3535
30
1_4
A24_1(4)
17.85
12.6
7.35
105
59.417
0
572.625
-150.841
14.099
107.6564
-6.3533
31
1_5
ST5_1(5)
20.45
16.2
11.95
85
69.667
0
561.935
-174.728
13.739
107.6563
-6.3535
32
1_5
A25_1(5)
14.76
9.64
4.52
102.4
91.65
0
664.293
-177.677
14.299
107.6572
-6.3534
33
1_6
ST6_1(6)
19.65
15.65
11.65
80
73.644
0
638.698
-152.2
13.698
107.6569
-6.3533
34
1_6
A26_1(6)
16.42
12.74
9.05
73.7
336.406
0
609.199
-84.662
13.956
107.6568
-6.3527
35
1_6
A27_1(6)
16.22
12.84
9.45
67.7
336.572
0
611.781
-90.081
13.946
107.657
-6.3526
36
1_6
A28_1(6)
17.5
13.35
9.2
83
21.65
0
669.319
-75.056
13.895
107.6573
-6.3526
37
1_7
A31_1(7)
11.22
8.43
5.64
55.8
114.472
0
746.698
-91.235
13.790
107.658
-6.3528
38
1_7
A33_1(7)
16.54
9.75
2.96
135.8
75.278
0
827.252
-33.608
13.658
107.6588
-6.3523
39
1_7
A34_1(7)
22.82
17.85
12.88
99.4
49.489
0
771.482
-3.55
12.848
107.6582
-6.352
40
1_8
ST8_1(8)
29.18
19.72
10.26
189.2
49.956
0
840.752
53.608
12.661
107.6582
-6.352
41
1_8
A30_1(8)
21.68
19.29
16.9
47.8
45.467
0
874.826
87.132
12.302
107.6578
-6.3523
42
1_8
A29_1(8)
19.39
17.64
15.88
35.1
4.033
0
843.221
88.621
12.468
107.6576
-6.3523
43
1_8
A(1)35_1(8)
23.85
18.17
12.48
113.7
358.75
0
838.271
167.281
12.415
107.6582
-6.351
44
1_8
A(2)35_1(8)
31.6
25.9
20.2
114
358.75
20'
838.265
167.579
11.648
107.6582
-6.351
1.54
1.524
1.532
1.57
X
Y
Z
X
Y
21
22
BB
Jarak
(m)
A(1)36_1(8)
22.61
16.55
10.49
121.2
341.333
0
801.96
168.433
12.576
107.6579
-6.3509
1_8
A(2)36_1(8)
22.7
16.6
10.5
122
341.333
0
801.704
169.191
12.571
107.6579
-6.3509
47
1_8
A38_1(8)
25.22
17.15
9.08
161.4
347.55
0
805.956
211.213
12.516
107.6579
-6.3506
48
1_9
ST9_1(9)
35.7
25.6
15.5
202
342.628
20'
780.44
246.391
11.671
107.6576
-6.3501
49
1_9
A40_1(9)
22.38
17.53
12.67
97.1
312.628
0
708.997
312.15
11.463
107.657
-6.3495
50
1_9
A41_1(9)
28
18.28
8.56
194.4
318.356
0
651.26
391.663
11.387
107.6565
-6.3487
51
1_9
A42_1(9)
38.5
27.5
16.5
220
312.306
20'
617.738
394.467
10.478
107.6563
-6.3487
52
1_10
ST10_1(10)
33.45
22.1
10.75
227
314.383
20'
618.211
405.165
11.005
107.6563
-6.3487
BM
32.96
22.48
12
209.6
144.361
20'
0
0
15.000
0
0
-
-
-
209.6
324.361
0
-122.127
170.34
15.538
107.6563
-6.3487
Tujuan
45
1_8
46
53
TA (m)
1.544
1.71
Sudut
Vertikal
GPS
BT
Set Up
Sudut
Horizontal
Koordinat
BA
No
X
Y
Z
X
Y
54
2_1
ST1_2(1)
55
2_1
A75_2(1)
39.4
29.48
19.56
198.4
131.144
20'
27.277
39.803
14.312
107.6532
-6.3504
56
2_1
A75"_2(1)
39.28
29.15
19.02
202.6
126.678
20'
40.357
49.326
14.345
107.6533
-6.3503
57
2_1
A74_2(1)
24.22
17.62
11.02
132
146.733
0
-49.72
59.971
15.486
107.6525
-6.3503
58
2_1
A32_2(1)
26.5
22.23
17.95
85.5
58.611
0
-49.139
214.872
15.026
107.652
-6.3484
59
2_1
A73_2(1)
24.25
21.23
18.2
60.5
64.022
0
-67.739
196.841
15.126
107.6523
-6.349
60
2_1
A30_2(1)
23.2
19.25
15.3
79
356.961
0
-126.315
249.229
15.323
107.6516
-6.3475
61
2_1
A24_2(1)
28.4
21.3
14.2
142
352.25
0
-141.275
311.043
15.118
107.6514
-6.3476
62
2_1
A31_2(1)
30.2
22.1
14
162
337.833
0
-183.249
320.367
15.038
107.6511
-6.3478
63
2_1
A21_2(1)
30.3
21.6
12.9
174
337.2
0
-189.554
330.744
15.088
107.6511
-6.3479
64
2_1
A35_2(1)
27.85
18.95
10.05
178
331.017
0
-208.377
326.048
15.353
107.651
-6.3479
65
2_1
A20_2(1)
31.1
22.15
13.2
179
327.594
0
-218.054
321.466
15.033
107.6509
-6.348
66
2_1
A37_2(1)
31.8
22.85
13.9
179
326.628
0
-220.59
319.826
14.963
107.6508
-6.348
67
2_1
A16_2(1)
32.05
21.3
10.55
215
300
0
-308.322
277.84
15.118
107.65
-6.3484
BB
Jarak
(m)
A40_2(1)
25.44
19.78
14.12
113.2
242.45
0
-222.491
117.983
15.270
107.6509
-6.3499
2_1
A68_2(1)
25.15
19.35
13.55
116
239.572
0
-222.15
111.592
15.313
107.6515
-6.3499
70
2_1
A65_2(1)
26.7
19.25
11.8
149
239.989
0
-251.15
95.815
15.323
107.6507
-6.3501
71
2_1
A61_2(1)
27.8
19.1
10.4
174
240.033
0
-272.866
83.428
15.338
107.6505
-6.3502
72
2_1
A41_2(1)
28
19.2
10.4
176
240.756
0
-275.694
84.358
15.328
107.6505
-6.3502
73
2_1
A44_2(1)
32.6
19.2
5.8
268
241.528
0
-357.712
42.576
15.328
107.6502
-6.3504
74
2_2
ST2_2(2)
31
22.75
14.5
165
241.028
0
-266.478
90.417
14.973
107.6501
-6.3504
75
2_2
A48_2(2)
21.37
21.18
20.98
3.9
290
0
-270.142
91.75
14.536
107.65
-6.3505
76
2_2
A46_2(2)
30.1
23.55
17
131
304.522
0
-374.409
164.658
14.298
107.6491
-6.3498
77
2_2
A51_2(2)
28.88
22.89
16.9
119.8
283.783
0
-382.828
118.959
14.364
107.649
-6.3502
78
2_2
A54b_2(2)
24.65
19.35
14.05
106
184.872
0
-275.481
-15.2
14.718
107.6416
-6.3514
79
2_2
A55_2(2)
31.6
20.45
9.3
223
172.05
0
-235.635
-130.44
14.608
107.6503
-6.3525
80
2_2
A64_2(2)
34
22.6
11.2
228
118.417
0
-65.949
-18.084
14.393
107.6518
-6.3501
81
2_2
A38_2(2)
32.73
24.04
15.35
173.8
13.928
0
-224.644
259.107
14.249
107.6504
-6.3492
82
2_3
ST3_2(3)
34.5
19.4
4.3
302
324.589
0
-441.468
336.551
14.713
107.6486
-6.3483
83
2_3
A1_2(3)
28.68
23.92
19.15
95.3
214.8
0
-495.857
258.296
13.902
107.648
-6.3489
84
2_3
A4_2(3)
27
21.05
15.1
119
191.939
0
-466.086
220.125
14.188
107.6482
-6.3493
85
2_3
A7_2(3)
25.15
20.93
16.7
84.5
182.45
0
-445.08
252.128
14.201
107.6484
-6.349
86
2_3
A13_2(3)
29
22.5
16
130
86.444
0
-311.718
344.613
14.043
107.6498
-6.3484
87
2_3
A10_2(3)
28.8
23.6
18.4
104
44.644
0
-368.387
410.545
13.933
107.6493
-6.3477
88
2_4
ST4_2(4)
34.65
23.1
11.55
231
38.35
0
-298.141
517.71
13.983
107.65
-6.3469
89
2_4
A14_2(4)
24.2
19.6
15
92
221.2
0
-358.741
448.487
13.643
107.6494
-6.3474
90
2_4
A16_2(4)
24.5
19.13
13.75
107.5
202.028
0
-338.46
418.057
13.691
107.6496
-6.3477
68
2_1
69
Tujuan
TA (m)
1.68
1.58
1.62
Sudut
Vertikal
GPS
BT
Set Up
Sudut
Horizontal
Koordinat
BA
No
X
Y
Z
X
Y
23
24
No
Set Up
91
2_4
92
Tujuan
TA (m)
Jarak
(m)
Sudut
Horizontal
Sudut
Vertikal
Koordinat
GPS
BA
BT
BB
A19_2(4)
22.85
19.35
15.85
70
194.944
0
-316.193
450.077
13.668
107.6498
-6.3474
2_4
A23_2(4)
24.3
20.9
17.5
68
113.833
0
-235.94
490.232
13.513
107.6506
-6.3471
93
2_4
A28_2(4)
35.95
25.6
15.25
207
79.572
0
-94.56
555.176
13.043
107.6517
-6.3465
94
2_4
A26_2(4)
32.8
23.4
14
188
45.078
0
-165.025
650.465
13.263
107.6512
-6.3457
95
2_5
ST5_2(5)
29
14.3
-0.4
294
229.278
0
-520.958
325.906
14.863
107.6466
-6.3502
96
2_5
A2_2(5)
22.3
21.77
21.24
10.6
182.406
0
-521.403
315.316
14.222
LAHAN DI BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI
(SUBANG, JAWA BARAT)
ACHMAD FACHRIE AFIFIE
TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemetaan Topografi
dan Rancangan Perataan Lahan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (Subang,
Jawa Barat) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015
Achmad Fachrie Afifie
NIM F44110061
ABSTRAK
ACHMAD FACHRIE AFIFIE. Pemetaan Topografi dan Rancangan Perataan
Lahan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (Subang, Jawa Barat). Dibimbing
oleh BUDI INDRA SETIAWAN.
Cara irigasi paling sederhana adalah mengalirkan air dari sumber yang lebih
tinggi daripada lahan sehingga pada perancangan sistem irigasi dibutuhkan adanya
pemetaan topografi. Penelitian ini bertujuan untuk membuat peta topografi di BB
Padi, merancang perataan lahan, dan menganalisis pola alirannya. Hasil penelitian
ini dapat dijadikan informasi dan acuan untuk perencanaan dan perancangan
infrastruktur irigasi di BB Padi. Pemetaan dilakukan menggunakan theodolite dan
data yang didapat diolah menggunakan Microsoft Excel. Data pengukuran dibuat
menjadi peta topografi menggunakan program Surfer dan ArcMap. Elevasi
tertinggi dari hasil pengukuran menggunakan theodolite adalah 15.611 mdpl,
sedangkan elevasi terendahnya adalah 9.224 mdpl. Luas wilayah lahan sawah BB
Padi terukur dengan AutoCAD adalah 323.764 ha sedangkan menggunakan
ArcMap luasnya 331.345 ha. Pada rancangan perataan lahan, volume lapisan olah
yang diambil sebesar 1268183.2 m3 sedangkan volume lapisan fondasi dari proses
cutting and banking adalah +964128 m3. Pola aliran air pada kondisi awal secara
umum mengarah ke bagian utara dan selatan lahan, tetapi pada beberapa bagian
tidak beraturan. Pola aliran yang dibuat dari rancangan perataan lahan lebih
beraturan mengarah ke utara dan selatan lahan.
Kata kunci: aliran air, irigasi, kontur, perataan lahan, topografi
ABSTRACT
ACHMAD FACHRIE AFIFIE. Topographic Mapping and Design of Land
Leveling in Indonesian Center of Rice Research (Subang, West Java) Supervised
by BUDI INDRA SETIAWAN.
The simplest way of irrigation is put the water source higher than the field
so that the design of irrigation system required the topographic mapping. The
aims of this study is to make the topographic map of ICRR, land leveling
designing, and analyzing the flow scheme. The results could be used as
information and reference for planning and design of irrigation infrastructure in
ICRR. Theodolite is used for mapping and the data obtained is processed with
Microsoft Excel. The topographic map was made using Surfer and ArcMap. The
highest elevation results is 15.611 meters above sea level, while the lowest
elevation is 9.224 meters above sea level. The total area of ICRR measured with
AutoCAD is 323.764 ha while using ArcMap the area is 331.345 ha. In the land
leveling design, the volume of plow layer were taken by 1268183.2 m3 whereas
the volume of the foundation layer from the process of cutting and banking is +
964128 m3. The flow scheme in ICRR generally leads to the north and south of
the field, but in some parts is irregular. The flow scheme created from the land
leveling design is more regular and runs to the north and south of the field.
Keywords: contour, irrigation, land leveling, topographic, water flow
PEMETAAN TOPOGRAFI DAN RANCANGAN PERATAAN
LAHAN DI BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI
(SUBANG, JAWA BARAT)
ACHMAD FACHRIE AFIFIE
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Pemetaan Topografi dan Rancangan Perataan Lahan di Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi (Subang, Jawa Barat)
Nama
: Achmad Fachrie Afifie
NIM
: F44110061
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Nora Herdiana Pandjaitan,
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Pemetaan Topografi dan
Rancangan Perataan Lahan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (Subang,
Jawa Barat) ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan
tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Ir Budi Indra Setiawan, M.Agr selaku pembimbing akademik
yang memberikan arahan dan bimbingan selama ini,
2. Dr. Ir. Chusnul Arif, S.TP, M.Si dan Ir Machmud Arifin Raimadoya, M.Sc
atas kesediaannya sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan,
3. Semua pihak yang terlibat dan membantu serta mendukung berjalannya
penelitian (Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan dan Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi Subang),
4. Bapak Rosidin, Ibu Yuli Sumarti, serta adik-adik Salsabila Luluan dan
Nala Arham Rozana yang selalu mendukung dan mendoakan penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini,
5. Dhanu Prakoso, Fikri Surya Andika, Mochamad Rizky Ramadhan,
Muhammad Ridwan, dan Ahmad Sidik sebagai rekan sebimbingan atas
kerjasama dan masukkannya yang membantu selama ini,
6. Rekan-rekan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan 48
(SIL48) atas semangat dan dukungan yang diberikan.
Masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu kritik
dan saran diharapkan sebagai masukan yang sangat berharga untuk perbaikan
selanjutnya. Semoga karya ilmiah ini dapat berguna dan memberikan bermanfaat
bagi yang membutuhkan.
Bogor, Juli 2015
Achmad Fachrie Afifie
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Prosedur Penelitian
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemetaan Lahan Balai Besar Tanaman Padi
5
5
Analisis Pola Aliran
10
Rancangan Perataan Lahan
11
SIMPULAN DAN SARAN
16
Simpulan
16
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17
RIWAYAT HIDUP
42
DAFTAR TABEL
1. Hasil perhitungan luas lahan BB Padi
2. Hasil perhitungan Cut Fill lapisan olah
3. Hasil perhitungan Cut Fill perataan lapisan fondasi
9
13
15
DAFTAR GAMBAR
1. Batas wilayah BB Padi
2. Pembuatan grid menggunakan metode natural neighbor
3. Peta topografi hasil interpolasi perangkat lunak Surfer 10
4. Interpolasi dengan metode IDW
5. Peta topografi hasil interpolasi perangkat lunak ArcMap 10.1
6. Pembagian zona di lahan BB Padi
7. Pola aliran air pada kondisi awal
8. Stripping and returning method
9. Peta topografi lapisan fondasi lahan
10. Hasil rancangan perataan lapisan fondasi
11. Pekerjaan cutting and banking foundation
12. Pola aliran air pada rancangan perataan
5
6
6
7
7
8
10
11
12
13
14
15
DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
Peta topografi Balai Besar Penenelitian Tanaman Padi
Peta rancangan perataan lahan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Hasil pengukuran lahan BB Padi
Diagram alir penelitian
18
19
20
41
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Irigasi, menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 20 Tahun
2006 tentang Irigasi, adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air
irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan,
irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Sedangkan
sistem irigasi meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi,
kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.
Irigasi dibutuhkan saat kebutuhan air pada lahan lebih besar daripada jumlah
air yang tersedia pada lahan, yang bersumber diantaranya dari air tanah dan air
hujan. Jika air tanah dan air hujan tidak mencukupi kebutuhan air di lahan, maka
dibutuhkan upaya untuk mengairi lahan dari sumber air lain.
Cara yang paling sederhana dalam mengalirkan air irigasi adalah dengan
memanfaatkan gravitasi bumi, yaitu dengan mengalirkan air dari sumber yang
letaknya lebih tinggi, atau menempatkan daerah irigasi lebih rendah dari sumber
air, sehingga penggunaan pompa untuk mengalirkan air ke tempat yang lebih
tinggi dapat dihindari. Informasi keadaan ketinggian suatu wilayah terdapat pada
peta topografi. Peta topografi adalah peta yang memiliki informasi tentang
ketinggian permukaan tanah pada suatu tempat terhadap permukaan laut, yang
digambarkan dengan garis-garis kontur (Rostianingsih 2004). Peta topografi yang
menggambarkan kontur daerah irigasi diperlukan untuk menganalisis pola aliran
yang terjadi pada daerah tersebut sehingga dapat digunakan untuk merencanakan
sistem jaringan irigasi beserta infrastrukturnya.
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) merupakan balai yang
termasuk dalam lingkup Badan Litbang Departemen Pertanian yang berlokasi di
Sukamandi, kecamatan Ciasem, Subang, Jawa Barat. Sebagai unit pelaksana
teknis Badan Litbang Departemen Pertanian, kegiatannya berfokus pada
peningkatan adopsi teknologi perpadian pada tingkat petani hingga skala luas
untuk dapat meningkatkan produktivitas padi secara efektif. Pada skala balai
penelitian, dibutuhkan infrastruktur lahan dan jaringan irigasi yang sesuai agar
hasil penelitian yang diperoleh dapat optimal dan produktivitasnya maksimal.
Salah satu unsur penting untuk meningkatkan produktivitas padi adalah
adanya sistem dan jaringan irigasi yang efisien dan modern. Agar tercapainya
efisiensi sistem dan jaringan irigasi yang tinggi, maka sebelum perencanaan dan
perancangan diperlukan beberapa data diantaranya peta kondisi topografi dan pola
aliran air pada daerah irigasi tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan adanya kegiatan
pemetaan wilayah irigasi tersebut serta analisis pola alirannya. Hasil yang
diperoleh kemudian dapat digunakan sebagai acuan untuk perencanaan dan
perancangan infrastruktur irigasi yang modern dan efisien.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang dapat diambil berdasarkan latar belakang yang ada
sehingga menjadi objek penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana kondisi topografi lahan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
saat ini?
2
2. Bagaimana pola aliran yang terdapat di lahan Balai Besar Tanaman Padi
sesuai dengan kondisi topografi lahannya?
3. Bagaimana rancangan topografi yang sesuai untuk perencanaan dan
perancangan infrastruktur irigasi?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Membuat peta kondisi topografi lahan pada daerah irigasi di Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi, Subang.
2. Menganalisis pola aliran yang terdapat pada daerah irigasi di Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi, Subang.
3. Membuat rancangan topografi lahan untuk perencanaan infrastruktur
sistem dan jaringan irigasi.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Memberikan informasi mengenai luas dan topografi pada lahan Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi dalam bentuk peta.
2. Memperkirakan pola aliran air yang terbentuk dari kondisi topografi lahan
Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
3. Sebagai acuan bagi perencanaan dan perancangan infrastruktur irigasi.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Pemetaan topografi dilakukan pada lahan sawah milik Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi.
2. Analisis pola aliran berdasarkan pada kondisi topografi lahan.
3. Perencanaan rancangan topografi dilakukan menggunakan perangkat lunak
ArcGis Desktop 10.1.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama rentang waktu empat bulan, pada bulan
Februari hingga bulan Mei tahun 2015. Lokasi penelitian bertempat di lahan Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Sukamandi, Subang, Jawa Barat.
Pengolahan dan analisis data dilakukan di lingkungan kampus Institut Pertanian
Bogor, Dramaga, Bogor, Jawa Barat.
Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya peta kerja
yang diunduh dari Google Earth serta peta wilayah BB Padi yang didapat dari
bagian Tata Usaha BB Padi.
3
Pada pengambilan data di lapangan, alat yang digunakan pada penelitian
ini antara lain adalah seperangkat alat ukur penyipat datar berupa theodolite
TOPCON AG-20BP beserta tripod dan target rod atau mistar ukur, kompas, alat
tulis, pita ukur (tape meter), Global Positioning System (GPS) merk Garmin,
kalkulator, dan patok. Sedangkan untuk pengolahan data pengukuran
menggunakan alat berupa seperangkat laptop Samsung NP275E4V-X01ID dengan
spesifikasi Windows 7 Ultimate 64-bit, AMD E2-2000 1.8 GHz processor, 4096
MB memory, AMD Radeon HD 7340 graphics dan mouse. Kemudian perangkat
lunak yang digunakan diantaranya Microsoft Excel 2010 untuk memasukan dan
menghitung data hasil pengukuran yang kemudian diolah menggunakan perangkat
lunak Surfer 10, ArcGIS Desktop 10.1, dan AutoCAD 2014.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian secara umum terdiri dari dua tahap, yaitu pengukuran
untuk mendapatkan data primer di lapangan yang kemudian diolah dan dianalisis
untuk pembuatan peta topografi kondisi existing lahan dan rancangannya serta
dapat diketahui pola aliran berdasarkan kondisi topografinya.
Pengukuran dilakukan untuk memperoleh data kondisi lapangan berupa data
elevasi. Tahapan yang dilakukakan pertama adalah membuat pembagian rencana
wilayah kerja dari peta kerja yang dibuat sebelumnya. Setiap peta kerja dibagi atas
beberapa wilayah dan ditentukan titik-titik yang akan diukur menggunakan alat
ukur pada setiap wilayahnya. Metode yang dipakai untuk membuat peta topografi
pada penelitian ini adalah metode controlling point. Proses pengukuran dimulai
dengan alat ditempatkan pada titik yang dapat menjangkau beberapa titik
pengukuran yang telah ditentukan sebelumnya. Karena terbatasnya jangkauan alat
pada jarak yang lebih dari 200 meter maka dalam proses pengukuran, titik set-up
alat akan berpindah-pindah lokasinya.
Nilai yang dibaca dan dicatat dari pengukuran menggunakan theodolite pada
setiap titik adalah minimal dua dari benang atas, tengah, atau bawah yang dapat
jelas dibaca, sudut vertikal, serta sudut horizontal yang mengacu ke arah utara.
Data-data yang diperoleh dari setiap titik itu dapat menunjukan jarak dan lokasi
serta elevasi suatu titik mengacu dari lokasi tempat set-up alat dimana titik
tersebut dibaca. Setiap titik pengukuran juga dicatat koordinatnya menggunakan
alat Global Positioning System (GPS).
Data lain yang diambil di lapangan adalah kedalaman lapisan olah pada
sawah. Alat yang digunakan pada pengukuran kedalaman lapisan tanah adalah
sebuah patok yang digunakan dengan cara ditancapkan hingga patok menyentuh
lapisan dasar dari sawah untuk kemudian dicatat kedalamannya. Pada setiap titik,
dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali pengukuran. Alat lain yang digunakan
adalah GPS untuk mencatat koordinat titik pengukuran kedalaman lapisan olah
yang dilakukan.
Pengolahan Data Pengukuran
Setelah data diperoleh, kemudian data dimasukkan ke Microsoft Excel untuk
dihitung jarak dan elevasi setiap titiknya. Untuk menghitung jarak suatu titik,
persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut.
�� � =
−
×
(1)
4
Nilai jarak yang telah dihitung kemudian digunakan untuk mendapatkan
koordinat x dan y dengan menggunakan sudut horizontal yang dibaca di theodolite.
Dengan menggunakan suatu titik sebagai acuan (benchmark), posisi tiap titik
dapat diketahui koordinatnya dan dipetakan. Koordinat x dan y lain yang
digunakan adalah koordinat lintang dan bujur yang diperoleh dengan
menggunakan GPS di setiap titik pengukuran.
Elevasi (altitude) merupakan posisi vertikal (ketinggian) suatu objek dari
suatu titik tertentu atau datum. Biasanya datum yang digunakan adalah permukaan
air laut, sehingga elevasi sering dinyatakan sebagai ketinggian diatas permukaan
laut (dpl). Elevasi pada setiap titik adalah data yang digunakan untuk pembuatan
peta topografi. Dari nilai elevasi yang terdapat pada setiap titik, kemudian
dilakukan interpolasi sehingga menghasilkan garis-garis kontur dan membentuk
peta topografi. Untuk menentukan nilai elevasi (z) dari data pengukuran
menggunakan persamaan berikut.
�
��
� �=
� �=� − �
�
(2)
� �+�
� � ��
×
�
�
(3)
TA merupakan tinggi alat dari permukaan tanah hingga lensa dan BT
merupakan nilai benang tengah yang dibaca oleh theodolite. Elevasi yang
dijadikan acuan (benchmark) pada suatu titik tertentu ditentukan menggukan alat
GPS yang dapat menunjukan ketinggian suatu titik terhadap permukaan laut.
Persamaan sebelumnya dapat digunakan jika sudut vertikal teropong
theodolite diatur pada sudut 0°. Sedangkan bila membaca suatu titik dengan
menaikan atau menurunkan teropong yang menjadikan adanya sudut vertikal
sebesar θ, persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut.
�� � =
�
� �= ⁄
−
−
×
�
�+� − �
(4)
(5)
Keterangan:
BA : nilai benang atas yang terbaca pada theodolite
BB : nilai benang bawah yang terbaca pada theodolite
BT : nilai benang tengah yang terbaca pada theodolite
TA : tinggi alat dari permukaan tanah hingga lensa theodolite
θ
: sudut vertikal lensa theodolite
Pembuatan Peta Topografi
Setelah mendapatkan data koordinat dan elevasi setiap titik pengukuran dari
hasil pengolahan data primer, maka selanjutnya adalah pembuatan peta topografi.
Peta yang dibuat dari data primer tersebut adalah peta kondisi topografi existing
pada lahan BB Padi saat dilakukan pengukuran. Dari data kedalaman lapisan olah,
kemudian dibuat peta lapisan tanah dasar yang kemudian diratakan sehingga
menghasilkan peta topografi rancangan.
Dari peta topografi yang dibuat, kemudian dibuat juga pola aliran yang
terjadi dari kondisi topografi pada lahan. Peta topografi dan pola aliran yang telah
dibuat kemudian dapat dijadikan acuan untuk proses perencanaan dan
perancangan infrastruktur irigasi berikutnya. Proses pembuatan peta topografi dan
pola aliran dibuat menggunakan bantuan program Surfer 10 dan program ArcMap
10.1.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemetaan Lahan Balai Besar Tanaman Padi
Dalam usaha untuk merancang dan memperbaiki infrastruktur irigasi di BB
Padi, salah satu hal penting yang harus diketahui adalah data existing lahan yang
ada di BB Padi, yang meliputi luasan area serta kondisi topografi wilayah daerah
irigasinya. Kondisi topografi penting untuk diketahui untuk merancang
infrastruktur irigasi karena dari kondisi topografi dapat dianalisis pola alirannya,
sehingga dapat dijadikan acuan untuk perencanaan dalam penempatan
infrastruktur irigasi seperti saluran irigasi, saluran drainase, maupun bangunan
lain seperti box bagi.
Gambar 1 Batas wilayah BB Padi
Pemetaan lahan BB Padi merupakan langkah awal pada penelitian mengenai
perencanaan dan perancangan infrastuktur irigasi. Pemetaan topografi dilakukan
menggunakan alat ukur theodolite dengan metode controlling point. Data
pengukuran yang didapat diolah menggunakan bantuan program Microsoft Excel.
Hasil perhitungan pada Microsoft Excel adalah berupa data koordinat x, y, dan
elevasi z pada setiap titik yang pengukuran akan diolah dan dibuat peta
topografinya dengan menggunakan perangkat lunak Surfer 10 dan ArcMap 10.1.
Data elevasi lahan sawah tertinggi yang dihitung adalah 15.611 mdpl dan elevasi
terendah adalah 9.224 mdpl.
Data yang diperoleh dari perhitungan di Microsoft Excel berupa koordinat
dan elevasi setiap titik menjadi data yang akan diinput ke dalam lembar kerja pada
6
perangkat lunak Surfer 10. Data pada lembar kerja tersebut disimpan dalam
format .bln untuk kemudian akan dijadikan grid dengan metode interpolasi
tertentu. Metode yang dipilih adalah natural neighbor.
Gambar 2 Pembuatan grid menggunakan metode natural neighbor
Metode natural neighbor atau dikenal juga dengan interpolasi Sibson
bersifat lokal, yaitu hanya menggunakan sampel yang berada di sekitar titik yang
ingin diinterpolasi, dan hasil yang diperoleh akan mirip dengan ketinggian titik
sampel yang digunakan sebagai input proses interpolasi (Pasaribu dan Haryani
2012).
Hasil yang diperoleh dari interpolasi metode Natural Neighbor dengan
interval kontur 0.2 meter pada Surfer 10 dapat dilihat pada gambar 3. Elevasi
tertinggi yang dihasilkan dari proses interpolasi ini adalah 15.4044 mdpl
sedangkan elevasi terendahnya adalah 9.7842 mdpl.
Gambar 3 Peta topografi hasil interpolasi perangkat lunak Surfer 10
Selain menggunakan perangkat lunak Surfer 10, pembuatan peta topografi
juga dapat menggunakan salah satu perangkat lunak dari ArcGIS yaitu ArcMap
10.1. Peta topografi yang dihasilkan juga terdiri dari titik-titik yang telah
diketahui posisi x, y, dan elevasi z nya. Hasil yang didapatkan merupakan
7
interpolasi yang dilakukan perangkat lunak. Perbedaannya dengan Surfer 10
adalah metode yang dipilih untuk digunakan pada interpolasi di ArcMap 10.1
adalah metode Inverse Distance Weighted (IDW).
Gambar 4 Interpolasi dengan metode IDW
Metode Inverse Distance Weighted (IDW) merupakan metode deterministik
yang sederhana dengan mempertimbangkan titik disekitarnya. Asumsi dari
metode ini adalah nilai interpolasi akan lebih mirip pada data sampel yang dekat
daripada yang lebih jauh (Pramono 2008).
Hasil yang diperoleh dari interpolasi metode IDW dengan interval kontur
0.2 meter pada ArcMap 10.1 dapat dilihat pada Gambar 5. Terlihat pula perbedaan
warna dari merah yang menunjukan elevasi tertinggi sebesar 15.5676 mdpl
menuju warna biru yang merupakan elevasi terendah sebesar 9.4228 mdpl.
Gambar 5 Peta topografi hasil interpolasi perangkat lunak ArcMap 10.1
8
Hasil pemetaan topografi yang didapatkan dari dua metode pada dua
perangkat lunak yang berbeda relatif sama, yaitu lahan yang relatif datar serta
terjadi perubahan yang cukup signifikan pada daerah tertentu. Pada kondisi di
lapangan, semakin ke barat kondisi elevasi lahan memang cukup jauh lebih
rendah daripada sebelah timur. Wilayah yang memiliki elevasi lahan berbeda
tersebut dibatasi oleh jalan dan saluran irigasi.
Berdasarkan kondisi topografi pada lahan, maka untuk proses berikutnya
perhitungan lahan dibagi menjadi tiga zona secara umum, yaitu Zona 1, Zona 2,
dan Zona 3. Pada bagian pertengahan wilayah Zona 2 dan Zona 3 terdapat jalan
usaha tani dan saluran irigasi utama sehingga dua zona tersebut dibagi menjadi
Zona 2A dan Zona 2B serta Zona 3A dan Zona 3B. Pembagian zona bertujuan
agar dalam perhitungan, bagian yang termasuk dalam perhitungan hanya lahan
pada setiap zona. Sedangkan bagian lain seperti jalan usaha tani dan saluran
irigasi utama yang bila dijumlahkan rata-rata lebarnya hingga mencapai 15 m dan
memiliki jarak mencapai 2 km tidak dihitung sebagai lahan oleh program.
Pembagian zona pada BB Padi dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Pembagian zona di lahan BB Padi
Selain untuk membuat peta topografi, data hasil pengukuran di lapangan
juga diolah untuk mendapatkan luas area lahan BB Padi. Pada perhitungan luas
lahan BB Padi, program AutoCAD digunakan untuk menghitung berdasarkan titiktitik pengukuran yang telah diolah. Program ArcMap juga digunakan untuk
9
menghitung luas berdasarkan peta kerja yang didapatkan. Hasil perhitungan luas
lahan BB Padi dapat dilihat pada Tabel 1.
Zona
1
2A
2B
3A
3B
Total
Tabel 1 Hasil perhitungan luas lahan BB Padi
Luas (ha)
Data BB
Blok
Padi
AutoCAD
ArcMap
ArcMap
(2001)
43.2464
43.4404
L
43
41.8704
42.3770
M
42
148.1873
30.1324
30.2293
N
30
26.7016
27.8174
O+P
23
141.9508 143.8641
138
Subtotal
4.4966
5.1545
G1
4.4
8.2769
8.6922
H1
8.2
10.7875
11.0244
I1
10.51 48.1655
10.7568
11.0809
J1
10.55
10.7049
10.7834
K1
10.27
45.0227
46.7354
43.93
Subtotal
20.9078
21.4070
G2 + H2
20.75
12.1513
12.4918
I2
12
60.1929
11.7666
12.0824
J2
13
12.0388
12.4494
K2
12
56.8644
58.4306
57.75
Subtotal
0.8194
0.9674
B1
0.8
11.0185
11.1696
C1
10.8
9.8008
10.1212
D1
9.75 41.4587
8.5255
8.6544
E1
8.53
8.5021
8.8282
F1
8.6
38.6664
39.7408
38.48
Subtotal
11.0774
11.7274
A2 + C2
10.48
1.0016
1.0896
B2
1.1
8.4878
8.6948
D2
8.5 44.1190
9.0738
9.3961
E2
9
11.6190
11.6663
F2
11.75
Subtotal
41.2596
42.5742
40.83
323.7639 331.3452
318.99 342.1233
Hasil pengukuran yang telah dilakukan lebih besar daripada data luas yang
dimiliki oleh BB Padi. Hal ini bisa disebabkan karena adanya perubahan
pemanfaatan lahan yang pada tahun 2001 belum berupa sawah, sedangkan
sekarang menjadi lahan sawah. Terdapat juga perbedaan hasil luas dari aplikasi
yang digunakan, yaitu 323.76 ha dengan menggunakan AutoCAD dan perhitungan
menggunakan ArcMap menghasilkan luas sebesar 331.34 ha untuk perhitungan
per blok. Perhitungan per zona yang dilakukan di ArcMap menghasilkan luas
sebesar 342.12 ha, yang menjadi hasil terbesar.
10
Perbedaan disebabkan titik yang digunakan sebagai batas blok pada
perhitungan dengan AutoCAD adalah titik hasil pengukuran, sehingga hasil
perhitungannya dapat dikatakan yang paling mendekati besaran luas lahan yang
sebenarnya. Sedangkan hasil pada perhitungan menggunakan ArcMap titik batas
tiap blok merupakan hasil digitasi dari koordinat GPS yang ditampilkan pada peta
dasar wilayah keseluruhan, sehingga bagian lahan yang bukan sawah, seperti
saluran atau jalan, ada yang terhitung sebagai luas blok. Adapun perhitungan yang
dilakukan per zona menjadi paling besar karena luasan setiap zona yang dihitung
merupakan batas terluar dari setiap zona. Lahan yang bukan sawah pada setiap
zona, seperti jalan, tegalan, juga saluran, ikut terhitung sebagai lahan sehingga
luas yang dihasilkan lebih besar daripada perhitungan per blok.
Analisis Pola Aliran
Pola aliran menunjukan kecenderungan arah aliran air akan mengalir
kemana berdasarkan kondisi topografi pada suatu lahan. Prinsip secara umum
adalah air akan mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih
rendah. Sehingga dari peta topografi yang telah diperoleh dapat dibuat
kemungkinan arah pola aliran air yang terjadi menggunakan perangkat lunak
Surfer 10 dan ArcMap 10.1. Pola aliran air yang terbentuk pada kondisi topografi
awal dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Pola aliran air pada kondisi awal
Berdasarkan Gambar 7, pola aliran yang terjadi pada lahan terlihat tidak
terlalu seragam. Hal ini disebabkan oleh kondisi topografi lahan yang elevasinya
11
kurang merata beraturan, ada bagian yang lebih tinggi di tepi atau bagian yang
lebih rendah di tengah lahan. Ketidakteraturan perataan lahan dapat menyebabkan
kedalaman genangan air pada petak sawah berlebih atau kurang, sehingga dapat
menyebabkan perbedaan hasil panen pada tiap petak sawah, terutama pada petak
yang berukuran besar. Oleh karena itu butuh dilakukan perataan lahan yang akurat
agar diperoleh produksi lahan yang maksimum (Anbumozhi et al. 1998).
Secara umum, aliran air mengarah ke drainase utama di utara dan selatan
lahan. Tetapi di beberapa bagian terdapat ketidakteraturan arah aliran air karena
kondisi topografi lahan, sehingga hal ini dijadikan acuan untuk tahapan berikutnya
yaitu rancangan perataan lahan.
Rancangan Perataan Lahan
Lahan sawah yang terdapat di BB Padi masih termasuk sawah tradisional
dengan karakteristik diantaranya bentuk dan ukuran setiap petak berbeda-beda,
ukuran petak relatif kecil, tata letak petak-ke-petak (plot-to-plot), jaringan irigasi,
drainase dan jalan usaha tani terbatas. Kondisi tersebut menyebabkan
produktivitas lahan, produktivitas air, dan produktivitas tenaga/alat/mesin relatif
rendah, sehingga diperlukan usaha untuk meningkatkan ketiga produktivitas
tersebut yang dikenal dengan istilah konsolidasi lahan atau land consolidation
(Sapei 2015).
Konsolidasi lahan sawah terdiri atas penataan lahan (land readjusment),
pembuatan saluran, perbaikan drainase, pembuatan jalan usaha tani, serta
perbaikan lapisan olah dan lapisan tanah bawah. Bagian awal dari pekerjaan
penataan lahan adalah perataan lahan atau land leveling. Proses pekerjaan
perataan lahan terdiri dari pengupasan lapisan olah lahan, penggalian dan
penimbunan lapisan fondasi, perataan lapisan fondasi, pengembalian lapisan olah,
pembuatan bendung atau tegalan, dan perataan lapisan olah (Koga 1992).
Pada tahap awal dari pekerjaan perataan lahan (land leveling), yaitu
pengupasan lapisan olah, salah satu metode pekerjaan lapisan permukaan adalah
metode pengupasan dan pengembalian atau stripping dan returning method.
Gambar 8 Stripping and returning method
Pekerjaan pengupasan lapisan olah dibutuhkan sebelum dilakukan perataan
lahan. Hal ini disebabkan karena jika dilakukan perataan tanah langsung pada
lapisan olah, dapat mengakibatkan gangguan pada tanah yang mengubah sifat
biogeokimia permukaan tanah (Brye 2006). Selain itu, variabilitas spasial dan
distribusi dari sifat-sifat fisik, biologi (Brye et al. 2003) dan kimia (Brye et al.
12
2004) lapisan tanah dan hubungan diantaranya tidak terkarakteristik dengan baik
pada agroekosistem tanah.
Selain dari yang disebutkan sebelumnya, kondisi topografi lahan yang
didapat saat pengukuran bisa jadi akan berubah setiap musim tanamnya,
tergantung dari hasil pengolahan lapisan olah yang dilakukan oleh para petani,
sehingga tidak bisa menjadi acuan untuk perataan lahan. Kedalaman lapisan olah
yang bervariasi pada setiap lahan juga dapat menyebabkan adanya lahan sawah
yang lapisan olahnya bertambah semakin dalam, sementara ada lahan yang lapisan
olahnya berkurang dari batas minimal jika langsung dilakukan perataan.
Berdasarkan metode tersebut maka dibutuhkan data kedalaman lapisan olah
pada sawah. Data tersebut didapatkan dengan mengukur kedalaman lapisan olah
menggunakan patok pada titik-titik yang juga telah dilakukan pengukuran elevasi
lahan sawah. Hasil pengukuran kedalaman lapisan olah disesuaikan dengan data
elevasi lahan, sehingga akan menghasilkan elevasi baru di titik pengukuran, yaitu
elevasi lapisan fondasi. Dari perhitungan tersebut, maka dapat dibuat peta lapisan
fondasi menggunakan ArcMap seperti yang terlihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Peta topografi lapisan fondasi lahan
Volume lapisan olah yang diambil pada langkah ini dihitung menggunakan
Cut Fill pada ArcMap. Perhitungan yang dilakukan dibagi berdasarkan zona,
dengan menggunakan peta topografi BB Padi sebagai data sebelum dan peta
lapisan fondasi sebagai data sesudah, sehingga diketahui volume lapisan olah
yang didapat dari langkah pengupasan lapisan olah ini. Hasil perhitungan volume
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
13
Tabel 2 Hasil perhitungan Cut Fill lapisan olah
Luas
Kedalaman
Zona
Volume (m3)
(ha)
(m)
+ 600412.8 148.1873
0.405
1
+ 171589.3 48.1655
0.356
2A
+ 231927 60.1929
0.385
2B
+ 162366.3 41.4587
0.392
3A
+ 101887.8 44.1190
0.231
3B
+ 1268183.2 342.1233
0.371
Total
Berdasarkan tabel diatas, rata-rata kedalaman lapisan olah yang diambil
pada setiap zona berkisar antara 23.1 hingga 40.5 cm, atau jika dihitung total
seluruhnya, dari 342.12 ha total lahan per zona lapisan olah yang diambil
mencapai 1268183.2 m3 atau rata-rata kedalaman 37.1 cm. Jumlah lapisan olah
yang dihasilkan ini akan dikembalikan lagi setelah dilakukan perataan lapisan
fondasi. Dari volume yang tersedia dan dengan luas lahan yang tetap, ketersediaan
lapisan olah melebihi dari kebutuhan yang akan digunakan pada lahan, yaitu
berkisar antara 15-20 cm (Koga 1992).
Proses berikutnya adalah perataan lapisan fondasi atau foundation leveling.
Salah satu hal dasar untuk mencapai efisiensi lahan adalah leveling dari lahan.
Metode yang paling umum untuk evaluasi perataan pada pekerjaan konsolidasi
lahan sawah menggunakan ”range”, yaitu perbedaan elevasi antara titik tertinggi
dan titik terendah pada lahan (Oshari 2003). Hasil dari rancangan perataan lapisan
fondasi akan membuat topografi lapisan fondasi seperti pada Gambar 10.
Gambar 10 Hasil rancangan perataan lapisan fondasi
14
Dari hasil interpolasi setiap zona akan menghasilkan nilai elevasi tertinggi
dan terendah. Pemilihan titik elevasi tertinggi pada rancangan perataan lapisan
fondasi berdasarkan elevasi rata-rata pada setiap zonanya. Berdasarkan pola aliran
yang terjadi pada kondisi topografi awal, air mengarah ke saluran drainase di
bagian utara dan selatan keluar dari lahan BB Padi. Oleh karena itu, rancangan
letak elevasi tertinggi yang juga akan menentukan letak saluran irigasi utama
dibuat di bagian tengah wilayah BB Padi, dan elevasi terendahnya diletakkan di
utara dan selatan lahan, yang juga menentukan letak saluran drainase utama.
Jarak rata-rata dari bagian tengah ke bagian utara dan selatan pada BB Padi
adalah sekitar 500 meter, sehingga rancangan elevasi terendah adalah 1 meter
lebih rendah dari elevasi tertinggi, atau memiliki slope sekitar 0.2%. Nilai yang
diambil mengacu pada pekerjaan konsolidasi lahan di Iran, yaitu membuat
perataan lahan dengan slope yang konstan sekitar 0-0.2%, yang dapat dibuat
dengan memindahkan tanah, baik gali atau timbun (Sharifi et al. 2013)
Pekerjaan untuk menghasilkan perataan lapisan fondasi adalah menggali dan
menimbun lapisan fondasi, atau cutting and banking foundation. Adanya
perbedaan level antara lapisan fondasi awal dengan rancangan perataan lapisan
fondasi membuat pekerjaan tersebut dilaksanakan. Menggunakan peta lapisan
fondasi awal sebagai data sebelum dan peta rancangan perataan lapisan fondasi
sebagai data sesudah, dengan Cut Fill pada ArcMap maka akan menghasilkan peta
bagian mana yang dilakukan proses cut dan bagian mana yang dilakukan proses
fill seperti pada Gambar 11.
Gambar 11 Pekerjaan cutting and banking foundation
15
Berdasarkan Gambar 11, area berwarna merah adalah area yang harus
ditimbun (fill), sedangkan area yang berwarna biru adalah area yang harus digali
(cut). Volume lapisan fondasi yang dibutuhkan untuk proses fill atau banking dan
volume yang dihasilkan dari proses cut didapat dari perhitungan di ArcMap. Hasil
perhitungan volume pada pekerjaan ini dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3 Hasil perhitungan Cut Fill perataan lapisan fondasi
Luas
Zona
Volume (m3)
(ha)
1
- 106471 148.1873
2A
+ 299149.6 48.1655
2B
+ 284959.3 60.1929
3A
+ 225807.5 41.4587
3B
+ 260682.4 44.1190
Total
+ 964128 342.1233
Berdasarkan Gambar 11 dan Tabel 3, pekerjaan perataan fondasi pada zona
1 yang elevasinya relatif lebih rendah tentu membutuhkan tanah untuk menimbun.
Zona 1 membutuhkan tanah timbunan sebesar 106471 m3. Tanah tersebut dapat
diperoleh dari hasil galian di zona 2 dan zona 3 yang rata-rata menghasilkan tanah
lebih dari 250000 m3 pada setiap subzonanya. Sehingga total tanah yang
dihasilkan dari proses gali dan timbun pada pekerjaan perataan lapisan fondasi di
BB Padi adalah 964128 m3. Karena perhitungan dilakukan per zona makan jalan
cabang yang memisahkan antar blok pada masing-masing zona ikut terhitung oleh
program, padahal elevasi calan cabang dan saluran disebelahnya tidak diukur.
Sehingga kelebihan tanah ini dapat digunakan untuk dijadikan jalan cabang di
setiap zonanya.
Gambar 12 Pola aliran air pada rancangan perataan
16
Berdasarkan rancangan topografi tersebut, dapat dilihat kondisi pola aliran
yang akan terbentuk, seperti pada Gambar 12. Pada Gambar 12 terlihat pola aliran
pada rancangan perataan lebih terarah dibandingkan pola aliran pada kondisi
topografi awal. Dari hasil tersebut, dapat dijadikan acuan untuk perancangan
saluran irigasi dan drainase pada proses konsolidasi dan perencanaan infrastruktur
irigasi selanjutnya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil simpulan
sebagai berikut.
1. Peta kondisi topografi lahan pada daerah irigasi di Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi, Subang telah dibuat menggunakan program Surfer 10 dan
ArcMap 10.1. Elevasi yang didapat dari hasil perhitungan titik-titik
pemetaan yang dilakukan menggunakan theodolite yaitu paling tinggi
15.611 mdpl sedangkan paling rendah 9.224 mdpl. Luas wilayah lahan
sawah BB Padi yang telah diukur lebih besar dari data yang dimiliki BB
Padi. Perhitungan per blok menggunakan AutoCAD menghasilkan luas
sebesar 323.764 ha sedangkan perhitungan per blok menggunakan ArcMap
menghasilkan luas 331.345 ha.
2. Pola aliran air yang terdapat pada kondisi awal daerah irigasi di Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi, Subang secara umum mengarah ke bagian
utara dan selatan lahan, tetapi pada beberapa bagian tidak beraturan. Pola
aliran yang telah dibuat dari rancangan perataan lahan lebih beraturan.
3. Rancangan topografi lahan untuk perencanaan infrastruktur sistem dan
jaringan irigasi telah dibuat, yaitu pada pekerjaan pengupasan lapisan olah
dan perataan lapisan fondasi. Volume lapisan olah yang diambil sebesar
1268183.2 m3 atau dengan rata-rata kedalaman 37.1 cm pada seluas lahan
cukup untuk pengembalian lapisan olah sebesar 15-10 cm. Sedangkan
volume tanah yang dihasilkan dari proses cutting and banking pada
pekerjaan perataan lapisan fondasi adalah + 964128 m3.
Saran
Saran yang disusun untuk perbaikan penelitian yang akan datang
diantaranya sebagai berikut.
1. Pemetaan topografi untuk lahan datar yang luas perlu digunakan alat ukur
yang lebih akurat, seperti alat ukur digital, sehingga dapat mengurangi
error yang terjadi.
2. Titik pengukuran perlu diperbanyak agar meningkatkan akurasi data.
3. Perlu dilakukan pengukuran elevasi pada dasar saluran untuk analisis pola
aliran yang lebih akurat.
4. Pemahaman dan keterampilan menggunakan perangkat lunak untuk
pemetaan seperti Surfer dan ArcGIS perlu ditingkatkan agar dapat
mengolah dan menyajikan peta dengan baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anbumozhi V, Yamaji E, Tabuchi T. 1998. Rice Crop Growth and Yield as
Influenced by Changes in Ponding Water Depth, Water Regime, and
Fertigation Level. Agricultural Water Management. 37(3): 241-253
Brye, Kristofor R. 2006. Soil Biochemical Properties as Affected by Land
Leveling in a Clayey Aquert. Soil Science Society of America Journal.
70(4): 1129-1139
Brye KR, Slaton NA, Savin MC, Norman RJ, Miller DM. 2003. Short-Term
Effects of Land Leveling on Soil Physical Properties and Microbial Biomass.
Soil Science Society of America Journal. 67(5): 1405-1417
Brye KR, Slaton NA, Mozzafari M, Savin MC, Norman RJ, Miller DM. 2004.
Short-Term Effects of Land Leveling on Soil Chemical Properties and Their
Relationships with Microbial Biomass. Soil Science Society of America
Journal. 68(3): 924-934
Koga, Kiyoshi. 1992. Introduction to Paddy Field Engineering. Bangkok: Asian
Institute of Technology.
Oshari, Hiroshi. 2003. A New Method for Assessing Land Leveling to Produce
High Quality Consolidated Paddy Fields. Paddy and Water Environment.
1(1): 35-41
Pasaribu JM, Haryani NS. 2012. Perbandingan Teknik Interpolasi DEM SRTM
dengan Metode Inverse Distance Weighted (IDW), Natural Neighbor, dan
Spline. Jurnal Penginderaan Jauh. 9(2): 126-139.
Pramono, Gatot H. 2008. Akurasi Metode IDW dan Kriging untuk Interpolasi
Sebaran Sedimen Tersuspensi di Maros, Sulawesi Selatan. Forum Geografi.
22(1): 145-158.
Pemerintah Republik Indonesia. 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi. Jakarta: Sekretariat Negara.
Rostianingsih, Silvia. 2004. Pemodelan Peta Topografi ke Objek Tiga Dimensi.
Jurnal Informatika. 5(1): 14-21.
Sapei, Asep. 2015. Pengantar Rekayasa Sawah. Bogor: IPB Pr.
Sharifi A, Gorji M, Asadi H, Pourbabaee, AA. 2013. Land Leveling and Changes
in Soil Properties in Paddy Fields of Guilan province, Iran. Paddy and Water
Environment. 12(1): 139-145
18
Lampiran 1 Peta topografi Balai Besar Penenelitian Tanaman Padi
Lampiran 2 Peta rancangan perataan lahan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
19
20
Lampiran 3 Hasil pengukuran lahan BB Padi
No
Set Up
Tujuan
1
1
BM
2
1_1
ST1
3
1_1
4
TA (m)
Jarak
(m)
Sudut
Horizontal
Sudut
Vertikal
Koordinat
GPS
BA
BT
BB
12.1
10.21
8.31
37.9
329.183
0
0
0
15.000
107.653
-6.3508
-
-
-
37.9
149.183
0
19.416
-32.549
14.351
107.6532
-6.3511
A2_1(1)
28.25
21.5
14.75
135
81.306
0
152.865
-12.142
13.871
107.6544
-6.3509
1_1
A1_1(1)
26.35
20.1
13.85
125
45.072
0
107.916
55.728
14.011
107.6539
-6.3503
5
1_1
A3_1(1)
23.85
20.63
17.4
64.5
57.383
0
73.744
2.218
13.958
107.6536
-6.3508
6
1_1
A5b_1(1)
21
19.65
18.3
27
317.039
0
1.015
-12.79
14.056
107.6529
-6.351
7
1_1
A7_1(1)
22
20.25
18.5
35
289.033
0
-13.671
-21.135
13.996
107.6528
-6.3511
8
1_1
A8_1(1)
23.2
19.95
16.7
65
250.128
0
-41.714
-54.644
14.026
107.6526
-6.3514
9
1_1
A10_1(1)
27.2
20.6
14
132
249.122
0
-103.917
-79.591
13.961
107.652
-6.3516
10
1_1
A9_1(1)
28.18
20.74
13.3
148.8
217.422
0
-71.007
-150.723
13.947
107.6523
-6.3523
11
1_1
A6_1(1)
23.08
20.53
17.98
51
173.739
0
24.978
-83.245
13.968
107.6532
-6.3516
12
1_1
A4_1(1)
22.8
20.2
17.6
52
146.672
0
47.986
-75.997
14.001
107.6534
-6.3515
13
1_2
ST2_1(2)
18.5
9.5
0.5
184.6
201.922
0
-49.504
-203.801
15.119
107.6525
-6.3527
14
1_2
A12_1(2)
26.1
23.68
21.25
48.5
327.789
0
-75.357
-162.765
14.301
107.6524
-6.3523
15
1_2
A12'_1(2)
27.68
24.37
21.05
66.3
3.222
0
-45.777
-137.606
14.232
107.6526
-6.3521
16
1_2
A11_1(2)
38.05
29.45
20.85
172
33.356
0
45.067
-60.134
13.724
107.6535
-6.3516
17
1_2
A14_1(2)
32.42
25.44
18.45
139.7
127.067
0
61.967
-288.004
14.125
107.6535
-6.3536
18
1_2
A16_1(2)
32.6
25.4
18.2
144
127.444
0
64.824
-291.352
14.129
107.6535
-6.3536
19
1_2
A17_1(2)
33.17
25.96
18.75
144.2
138.189
0
46.631
-311.28
14.073
107.6533
-6.3538
20
1_2
A15_1(2)
33.51
26.38
19.25
142.6
138.089
0
45.749
-309.921
14.031
107.6533
-6.3537
21
1_2
A13_1(2)
41.4
30.9
20.4
210
130.578
0
109.996
-340.402
13.579
107.6533
-6.3534
1.67
1.55
X
Y
Z
X
Y
No
Set Up
Tujuan
22
1_3
ST3_1(3)
23
1_3
24
Jarak
(m)
Sudut
Horizontal
Sudut
Vertikal
Koordinat
GPS
TA (m)
BA
BT
BB
1.58
29.3
19.2
9.1
202
141.05
0
77.482
-360.895
14.749
107.6536
-6.3542
A18_1(3)
21.1
13.93
6.75
143.49
134.894
40'
179.131
-462.171
14.953
107.6543
-6.3553
1_3
A19_1(3)
27.36
20.69
14.02
133.4
110.706
0
202.265
-408.061
14.260
107.6546
-6.3548
25
1_3
A21_1(3)
32.25
21.25
10.25
220
66.572
20'
279.342
-273.426
14.216
107.6556
-6.3537
26
1_3
A20_1(3)
36.2
23.05
9.9
263
81.717
20'
337.734
-323.006
14.039
107.6559
-6.3543
27
1_4
ST4_1(4)
46.8
25.1
3.4
434
68.844
0
482.232
-204.264
13.819
107.6556
-6.3538
28
1_4
A22_1(4)
14.9
12.05
9.2
57
358.8
0
481.038
-147.277
14.154
107.6556
-6.3533
29
1_4
A23_1(4)
15
12.84
10.68
43.2
43.806
0
512.135
-173.087
14.075
107.6559
-6.3535
30
1_4
A24_1(4)
17.85
12.6
7.35
105
59.417
0
572.625
-150.841
14.099
107.6564
-6.3533
31
1_5
ST5_1(5)
20.45
16.2
11.95
85
69.667
0
561.935
-174.728
13.739
107.6563
-6.3535
32
1_5
A25_1(5)
14.76
9.64
4.52
102.4
91.65
0
664.293
-177.677
14.299
107.6572
-6.3534
33
1_6
ST6_1(6)
19.65
15.65
11.65
80
73.644
0
638.698
-152.2
13.698
107.6569
-6.3533
34
1_6
A26_1(6)
16.42
12.74
9.05
73.7
336.406
0
609.199
-84.662
13.956
107.6568
-6.3527
35
1_6
A27_1(6)
16.22
12.84
9.45
67.7
336.572
0
611.781
-90.081
13.946
107.657
-6.3526
36
1_6
A28_1(6)
17.5
13.35
9.2
83
21.65
0
669.319
-75.056
13.895
107.6573
-6.3526
37
1_7
A31_1(7)
11.22
8.43
5.64
55.8
114.472
0
746.698
-91.235
13.790
107.658
-6.3528
38
1_7
A33_1(7)
16.54
9.75
2.96
135.8
75.278
0
827.252
-33.608
13.658
107.6588
-6.3523
39
1_7
A34_1(7)
22.82
17.85
12.88
99.4
49.489
0
771.482
-3.55
12.848
107.6582
-6.352
40
1_8
ST8_1(8)
29.18
19.72
10.26
189.2
49.956
0
840.752
53.608
12.661
107.6582
-6.352
41
1_8
A30_1(8)
21.68
19.29
16.9
47.8
45.467
0
874.826
87.132
12.302
107.6578
-6.3523
42
1_8
A29_1(8)
19.39
17.64
15.88
35.1
4.033
0
843.221
88.621
12.468
107.6576
-6.3523
43
1_8
A(1)35_1(8)
23.85
18.17
12.48
113.7
358.75
0
838.271
167.281
12.415
107.6582
-6.351
44
1_8
A(2)35_1(8)
31.6
25.9
20.2
114
358.75
20'
838.265
167.579
11.648
107.6582
-6.351
1.54
1.524
1.532
1.57
X
Y
Z
X
Y
21
22
BB
Jarak
(m)
A(1)36_1(8)
22.61
16.55
10.49
121.2
341.333
0
801.96
168.433
12.576
107.6579
-6.3509
1_8
A(2)36_1(8)
22.7
16.6
10.5
122
341.333
0
801.704
169.191
12.571
107.6579
-6.3509
47
1_8
A38_1(8)
25.22
17.15
9.08
161.4
347.55
0
805.956
211.213
12.516
107.6579
-6.3506
48
1_9
ST9_1(9)
35.7
25.6
15.5
202
342.628
20'
780.44
246.391
11.671
107.6576
-6.3501
49
1_9
A40_1(9)
22.38
17.53
12.67
97.1
312.628
0
708.997
312.15
11.463
107.657
-6.3495
50
1_9
A41_1(9)
28
18.28
8.56
194.4
318.356
0
651.26
391.663
11.387
107.6565
-6.3487
51
1_9
A42_1(9)
38.5
27.5
16.5
220
312.306
20'
617.738
394.467
10.478
107.6563
-6.3487
52
1_10
ST10_1(10)
33.45
22.1
10.75
227
314.383
20'
618.211
405.165
11.005
107.6563
-6.3487
BM
32.96
22.48
12
209.6
144.361
20'
0
0
15.000
0
0
-
-
-
209.6
324.361
0
-122.127
170.34
15.538
107.6563
-6.3487
Tujuan
45
1_8
46
53
TA (m)
1.544
1.71
Sudut
Vertikal
GPS
BT
Set Up
Sudut
Horizontal
Koordinat
BA
No
X
Y
Z
X
Y
54
2_1
ST1_2(1)
55
2_1
A75_2(1)
39.4
29.48
19.56
198.4
131.144
20'
27.277
39.803
14.312
107.6532
-6.3504
56
2_1
A75"_2(1)
39.28
29.15
19.02
202.6
126.678
20'
40.357
49.326
14.345
107.6533
-6.3503
57
2_1
A74_2(1)
24.22
17.62
11.02
132
146.733
0
-49.72
59.971
15.486
107.6525
-6.3503
58
2_1
A32_2(1)
26.5
22.23
17.95
85.5
58.611
0
-49.139
214.872
15.026
107.652
-6.3484
59
2_1
A73_2(1)
24.25
21.23
18.2
60.5
64.022
0
-67.739
196.841
15.126
107.6523
-6.349
60
2_1
A30_2(1)
23.2
19.25
15.3
79
356.961
0
-126.315
249.229
15.323
107.6516
-6.3475
61
2_1
A24_2(1)
28.4
21.3
14.2
142
352.25
0
-141.275
311.043
15.118
107.6514
-6.3476
62
2_1
A31_2(1)
30.2
22.1
14
162
337.833
0
-183.249
320.367
15.038
107.6511
-6.3478
63
2_1
A21_2(1)
30.3
21.6
12.9
174
337.2
0
-189.554
330.744
15.088
107.6511
-6.3479
64
2_1
A35_2(1)
27.85
18.95
10.05
178
331.017
0
-208.377
326.048
15.353
107.651
-6.3479
65
2_1
A20_2(1)
31.1
22.15
13.2
179
327.594
0
-218.054
321.466
15.033
107.6509
-6.348
66
2_1
A37_2(1)
31.8
22.85
13.9
179
326.628
0
-220.59
319.826
14.963
107.6508
-6.348
67
2_1
A16_2(1)
32.05
21.3
10.55
215
300
0
-308.322
277.84
15.118
107.65
-6.3484
BB
Jarak
(m)
A40_2(1)
25.44
19.78
14.12
113.2
242.45
0
-222.491
117.983
15.270
107.6509
-6.3499
2_1
A68_2(1)
25.15
19.35
13.55
116
239.572
0
-222.15
111.592
15.313
107.6515
-6.3499
70
2_1
A65_2(1)
26.7
19.25
11.8
149
239.989
0
-251.15
95.815
15.323
107.6507
-6.3501
71
2_1
A61_2(1)
27.8
19.1
10.4
174
240.033
0
-272.866
83.428
15.338
107.6505
-6.3502
72
2_1
A41_2(1)
28
19.2
10.4
176
240.756
0
-275.694
84.358
15.328
107.6505
-6.3502
73
2_1
A44_2(1)
32.6
19.2
5.8
268
241.528
0
-357.712
42.576
15.328
107.6502
-6.3504
74
2_2
ST2_2(2)
31
22.75
14.5
165
241.028
0
-266.478
90.417
14.973
107.6501
-6.3504
75
2_2
A48_2(2)
21.37
21.18
20.98
3.9
290
0
-270.142
91.75
14.536
107.65
-6.3505
76
2_2
A46_2(2)
30.1
23.55
17
131
304.522
0
-374.409
164.658
14.298
107.6491
-6.3498
77
2_2
A51_2(2)
28.88
22.89
16.9
119.8
283.783
0
-382.828
118.959
14.364
107.649
-6.3502
78
2_2
A54b_2(2)
24.65
19.35
14.05
106
184.872
0
-275.481
-15.2
14.718
107.6416
-6.3514
79
2_2
A55_2(2)
31.6
20.45
9.3
223
172.05
0
-235.635
-130.44
14.608
107.6503
-6.3525
80
2_2
A64_2(2)
34
22.6
11.2
228
118.417
0
-65.949
-18.084
14.393
107.6518
-6.3501
81
2_2
A38_2(2)
32.73
24.04
15.35
173.8
13.928
0
-224.644
259.107
14.249
107.6504
-6.3492
82
2_3
ST3_2(3)
34.5
19.4
4.3
302
324.589
0
-441.468
336.551
14.713
107.6486
-6.3483
83
2_3
A1_2(3)
28.68
23.92
19.15
95.3
214.8
0
-495.857
258.296
13.902
107.648
-6.3489
84
2_3
A4_2(3)
27
21.05
15.1
119
191.939
0
-466.086
220.125
14.188
107.6482
-6.3493
85
2_3
A7_2(3)
25.15
20.93
16.7
84.5
182.45
0
-445.08
252.128
14.201
107.6484
-6.349
86
2_3
A13_2(3)
29
22.5
16
130
86.444
0
-311.718
344.613
14.043
107.6498
-6.3484
87
2_3
A10_2(3)
28.8
23.6
18.4
104
44.644
0
-368.387
410.545
13.933
107.6493
-6.3477
88
2_4
ST4_2(4)
34.65
23.1
11.55
231
38.35
0
-298.141
517.71
13.983
107.65
-6.3469
89
2_4
A14_2(4)
24.2
19.6
15
92
221.2
0
-358.741
448.487
13.643
107.6494
-6.3474
90
2_4
A16_2(4)
24.5
19.13
13.75
107.5
202.028
0
-338.46
418.057
13.691
107.6496
-6.3477
68
2_1
69
Tujuan
TA (m)
1.68
1.58
1.62
Sudut
Vertikal
GPS
BT
Set Up
Sudut
Horizontal
Koordinat
BA
No
X
Y
Z
X
Y
23
24
No
Set Up
91
2_4
92
Tujuan
TA (m)
Jarak
(m)
Sudut
Horizontal
Sudut
Vertikal
Koordinat
GPS
BA
BT
BB
A19_2(4)
22.85
19.35
15.85
70
194.944
0
-316.193
450.077
13.668
107.6498
-6.3474
2_4
A23_2(4)
24.3
20.9
17.5
68
113.833
0
-235.94
490.232
13.513
107.6506
-6.3471
93
2_4
A28_2(4)
35.95
25.6
15.25
207
79.572
0
-94.56
555.176
13.043
107.6517
-6.3465
94
2_4
A26_2(4)
32.8
23.4
14
188
45.078
0
-165.025
650.465
13.263
107.6512
-6.3457
95
2_5
ST5_2(5)
29
14.3
-0.4
294
229.278
0
-520.958
325.906
14.863
107.6466
-6.3502
96
2_5
A2_2(5)
22.3
21.77
21.24
10.6
182.406
0
-521.403
315.316
14.222