Produksi Nanoemulsi Ekstrak Daun Gedi (Abelmoschus Manihot L. Medik) Dan Uji Potensinya Sebagai Hepatoprotektor

PRODUKSI NANOEMULSI EKSTRAK DAUN GEDI
(Abelmoschus manihot L. Medik) DAN UJI POTENSINYA
SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR

DODYK PRANOWO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Produksi Nanoemulsi
Ekstrak Daun Gedi (Abelmoschus manihot L. Medik) dan Uji Potensinya
Sebagai Hepatoprotektor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Dodyk Pranowo
NIM F- 361107221

RINGKASAN
DODYK PRANOWO. Produksi Nanoemulsi Ekstrak Daun Gedi (Abelmoschus
manihot L. Medik) dan Uji Potensinya Sebagai Hepatoprotektor. Dibimbing oleh
ERLIZA NOOR, LIESBETINI HARDITJAROKO dan AKHIRUDDIN
MADDU.
Tanaman Gedi (Abelmoschus manihot L. Medik) merupakan tanaman yang
termasuk dalam famili tanaman berbunga (malvacea) dan memiliki genus
abelmoschus, habitat alami tanaman gedi adalah daerah tropis hingga sub-tropis.
Hasil karakterisasi ekstrak etanol daun tanaman gedi menunjukkan bahwa daun
tanaman gedi memiliki senyawa flavonoid glikosida yang berpotensi sebagai
sumber antioksidan. Pada umumnya senyawa flavonoid yang dihasilkan dari
ekstrak tanaman memiliki ukuran partikel yang sangat besar, hal ini berdampak
pada rendahnya tingkat kelarutan dan bioaviabilitas dari senyawa tersebut. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan modifikasi terhadap penanganan
flavonoid glikosida yang terdapat dalam daun gedi sehingga ketika ditransformasi

ke dalam tubuh masih memiliki kemampuan sebagai sumber antioksidan dengan
bioaviabilitas yang tinggi, dan mampu berperan sebagai hepatoprotektor.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknologi produksi
nanoemulsi ekstrak etanol daun gedi yang terbaik sebagai hepatoprotektor yang
dilakukan dengan mendapatkan parameter-parameter standarisasi daun gedi
diantaranya adalah kadar senyawa yang larut dalam air, kadar senyawa yang larut
dalam etanol, kadar flavonoid total, kadar abu, kadar air, total bakteri dan total
kapang serta kadar logam timbal, kemudian mendapatkan kondisi proses ekstraksi
daun geni yang optimum terhadap rendemen ekstrak etanol dan aktivitas
antioksidan yang dihasilkan, hasil dari ekstraksi kemudian dilakukan pembuatan
nanoemulsi ekstrak etanol daun gedi dan selanjutnya di uji sebagai
hepatoprotector secara in vivo.
Berdasarkan pada hasil penelitian menunjukkan simplisia daun gedi telah
memenuhi standar MMI dengan kadar air 7,45 ± 0,28 %bk, kadar abu total
10,46 ± 0,33% bk, kadar abu tidak larut asam 0,96 ± 0,03 %bk, kadar sari larut air
12,80 ± 0,20 %bk, kadar sari larut etanol 17,44 ± 0,16 %bk. Ekstrak etanol daun
gedi juga telah memenuhi standar Perka BPOM No 12. Tahun 2014 tentang
persyaratan mutu sediaan obat, dimana ekstrak etanol yang dihasilkan memiliki
kadar air 5,60 ± 0,37 %b/b, kadar abu total 12, 82 ± 0,44 % b/b, kadar abu tidak
larut asam 0,24 ± 0,05 %b/b, bobot jenis ekstrak pada pengenceran 5% 0, 83 ±

0,01, bobot jenis ekstrak pada pengenceran 10% 0,85 ± 0,02, total cemaran bakteri
2,1 x 103 koloni g-1, total cemaran kapang 3,6 x 103 koloni g-1, dan kadar timbal
sebesar 4,67 ± 0,03 %.Konsentrasi pelarut yang paling baik untuk mengekstrak
flavonoid dari daun gedi adalah pelarut etanol dengan konsentrasi sebesar 96%
dengan flavonoid total yang didapat sebesar 37,29 ± 0,40 mg g-1 dengan aktivitas
antioksidan IC50 512,41 ± 3,44 µg ml-1.
Persamaan regresi berganda ekstraksi daun gedi yang dihasilkan adalah
Total Flavonoid = 55.138 -0.229X1+ 0.430X2 + 1.273X3 - 1.553X12 - 1.465X22 0.829X32. Berdasarkan persamaan tersebut kondisi proses yang optimal didapat
dengan waktu ekstraksi 4,83 jam,suhu ekstraksi 34,33oC dan kecepatan
pengadukan 322 rpm dengan total flavonoid yang dihasilkan sebesar 55,41 mg g-1.

Faktor yang paling berpengaruh pada proses ekstraksi ini adalah waktu ekstraksi >
kecepatan pengadukan > suhu ekstraksi. Aktivitas antioksidan ekstrak daun gedi
dinyatakan dalam IC50 sebesar 383,49 µg ml-1.
Dengan teknik homogenisasi dan evaporasi, nanoemulsi ekstrak daun gedi
terbaik diperoleh pada kecepatan homogenisasi sebesar 20.000 rpm (G-force
2.912 × g) selama 10 menit dengan ukuran partikel yang dihasilkan adalah 100 ±
4 nm, sedangkan nilai konduktivitas dan pH sebesar 259,55 ± 0,59 µS cm-1 dan
6,73 ± 0,00. Kadar total flavonoid pada kondisi proses terbaik lebih rendah
dibandingkan dengan ekstrak etanol daun gedi, namun memiliki aktivitas

antioksidan lebih tinggi (IC50 = 467,55 ± 0,36 µg ml-1). Stabilitas ukuran partikel
nanoemulsi ekstrak daun gedi selama 14 hari tidak berbeda nyata, namun untuk
parameter konduktivitas, pH, kadar flavonoid total dan aktivitas antioksidan
cenderung tidak stabil
Berdasarkan pada hasil evaluasi biokimia dan hispatologi, dosis yang paling
baik sebagai hepatoprotektor adalah larutan nanoemulsi ekstrak etanol daun gedi
sebesar 2 ml kg-1 berat badan memberikan nilai SGPT, SGOT, total bilirubin dan
total albumin masing-masing sebesar 60,87 ± 8,65 U ml-1, 76,16 ± 1,94 U ml-1,
67,3 ± 7,9 µg ml-1, 15,9 ± 1,0 mg ml-1
Secara keseluruhan, tanaman gedi memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai salah satu sumber antioksidan baru yang memiliki peluang sebagai
hepatoprotektor. Oleh karena itu, kedepan perlu dikembangkan lebih lanjut
aplikasi sediaan nanoemulsi sebagai bahan obat.
Kata kunci: Abelmoschus manihot L. Medik, ekstraksi,
nanoemulsi

hepatoprotektor,

SUMMARY
DODYK PRANOWO. Production of Nanoemulsion of Extract Abelmoschus

manihot L. Medik Leaves and Its Potential For A Hepatoprotector. Supervised by
ERLIZA NOOR, LIESBETINI HARDITJAROKO and AKHIRUDDIN
MADDU.
Abelmoschus manihot L. Medik, a plant belong to the family and genus of
malvacea and abelmoschus respectively and has the natural habitat in the area of
tropics to sub-tropics, is locally known as Gedi. Characterization on the ethanolic
extract of the Gedi leaves indicated that the leaves contain flavonoid glycosides, a
compound that have the potential as a source for antioxidants. However,
flavonoid products produced from plant extracts generally have a large particle
size which adversely affects its solubility and bioavailability. Therefore,
modifications on the particle size of the flavonoid glycosides which particularly
found in the Gedi leaves is required to maintain its antioxidant activity,
bioavailability and capability to acts as a hepatoprotector.
The aim of the present study was to obtain the optimum production process
of nanoemulsion of ethanolic extract of Gedi leaves as a hepatoprotector. The
methods included were as follows. First, characterization on the Gedi leaves
which measured the water-soluble compounds, ethanol-soluble compounds, total
flavonoid content, ash content, water content, total bacteria and fungi, and the
total heavy metal content. Next, optimization of the extraction processes was
investigated based on the yield of the ethanol extracts and the antioxidant

activites. Then, production of a nanoemulsion from the ethanol extract of the
leaves was conducted, followed by in-vivo tests to explore its capability as a
hepatoprotector.
Characterization on simplicia the Gedi leaves showed that it consist of 7.45
± 0.28 wt% water, 10.46 ± 0.33 wt% total ash, 0.96 ± 0.03 wt% acid insoluble
ash, 12.80 ± 0.20 wt% water soluble extract and 17.44 ± 0.16% ethanol soluble
extract, all of which met the standard of Materia Medika Indonesia (MMI).
Characterization on the ethanol extract of Gedi leaves also met the Indonesia
regulation cited from BPOM No. 12 2014 about drug preparations quality
requirements, containing 5.60 ± 0.37 wt% water , 12.82 ± 0.44 wt% total ash, 0.24
± 0.05 wt% acid insoluble ash , 5% 0, 83 ± 0.01 specific gravity of the dilution,
0.85 ± 0.02 specific gravity at 10% dilution, of 2.1 x 103 colonies g-1 total
bacterial contamination, 3.6 x 103 colonies g-1 total contamination of mold, and
4.67 ± 0,03% soluble lead. The better condition for the flavonoids extraction was
using 96% of ethanol, resulting in total of 37.29 ± 0.40 mg g-1 flavonoid with
antioxidant activity IC50 of 3.44 ± 512.41 µg ml-1 .
Using a maceration method, the optimum extraction time of the Geni leaves
was obtained at 4.83 hours and the temperature at 34.33 oC and stirring speed by
322 rpm , resulting a total flavonoid of 55.41 mg g-1. The significant factors of the
extraction process from the most important order were: extraction time> stirring

speed > extraction temperature, resulting in a maximum antioxidant activity IC50
of 383.49 µg ml-1 .
The homogenization speed of the nanoemulsion production were obtained at
20,000 rpm (G-force 2.912 × g) for 10 minute , producing 100 ± 4 nm of particle

size, The conductivity and pH values were 259.55 ± 0.59 µS cm-1 and 6.73
respectively. The total of flavonoids in the optimum condition was found smaller
than that of in the ethanol extract, but it had a higher antioxidant activity (IC 50 =
467.55 ± 0.36 µg ml-1). The particle sizes of the nanoemulsion was stable for 14
days. However, the other parameters, such as conductivity, pH, total flavonoid
content and antioxidant activity tends to be unstable.
The biochemistry and histopathology evaluation showed that of the
nanoemulsion was recommended , as hepatoprotector at 2 ml kg-1 body weight,
providing the value of SGPT, SGOT, total bilirubin and total albumin at60.87 ±
8.65 U ml-1, 76.16 ± 1.94 U ml-1, 67.3 ± 7.9 µg ml-1, 15.9 ± 1.0 mg ml-1
respectively.
Overall, the Gedi leaves has the potential to be developed as a source of new
antioxidant for hepatoprotective agent. Therefore, development in applications of
Gedi leaves nanoemulsion as a medicinal ingredient was recommended.


Keywords: Abelmoschus manihot L. Medik, hepatoprotective, nanoemulsion,
quercetin

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PRODUKSI NANOEMULSI EKSTRAK DAUN GEDI
(Abelmoschus manihot L. Medik) DAN UJI POTENSINYA
SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR

DODYK PRANOWO

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Teknologi Industri Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji pada Ujian Tertutup:
Dr. Indah Yuliasih, S.TP, M.Si
Dr. Sri Yuliani

Penguji pada Ujian Terbuka:
Dr. Sri Yuliani
Dr. Ir. Akhmad Endang Zainal Hasan, M.Si

Judul Tesis


Nama
NIM

: Produksi Nanoemulsi Ekstrak Daun Gedi (Abelmoschus
manihot L. Medik) dan Uji Potensinya Sebagai
Hepatoprotektor
: Dodyk Pranowo
: F-361107221

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Erliza Noor
Ketua

Dr. Ir. Liesbetini Harditjaroko, MS
Anggota

Dr Akhiruddin Maddu,S.Si. MSi
Anggota


Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Teknologi Industri Pertanian

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Machfud, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahuwataala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini bisa diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian ini adalah pengembangan proses, dengan judul “Produksi
Nanoemulsi Ekstrak Daun Gedi (Abelmoschus manihot L. Medik) dan Uji
Potensinya Sebagai Hepatoprotektor”
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. Erliza Noor sebagai
ketua komisi pembimbing; Dr. Ir. Liesbetini Haditjaroko, MS dan
Dr.
Akhiruddin Maddu S.Si, M.Si, sebagai anggota komisi pembimbing, Serta Dr.
Indah Yuliasih, S.TP, M.Si, Dr. Sri Yuliani, Dr. Akhmad Endang Zainal Hasan
sebagai Penguji luar dalam sidang tertutup dan sidang promosi atas arahan, saran
dan masukan terhadap penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi Depdiknas RI, atas bantuan
berupa beasiswa pendidikan BPDN.
Tidak lupa ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada istri tercinta
Ruri Siti Resmisari, S.Hut. M.Si, ananda Akhilla Meisya, ayah (almarhum) dan
ibu, kedua mertua dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Untuk bantuan yang diberikan kepada penulis dari banyak pihak dan perorangan
yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terutama kepada rekan-rekan
angkatan 2010 diucapkan terimakasih. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
bagi pengembangan biofarmaka di Indonesia.

Bogor, Agustus 2015
Dodyk Pranowo

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Manfaat Penelitian
Kebaruan

1
1
3
4
4
5
5

2 METODE
Bahan
Alat
Tahapan Penelitian

6
6
6
6

3 KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK DAUN GEDI
(Abelmoschus manihot L.Medik) SEBAGAI BAHAN SEDIAAN OBAT
Pendahuluan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan dan Saran

8
8
9
11
17

4 OPTIMASI PROSES EKSTRAKSI FLAVONOID DAUN GEDI
(Abelmoschus manihot L. Medik) MENGGUNAKAN METODE CENTRAL
COMPOSITE DESIGN (CCD) DAN UJI AKTIVITAS
ANTIOKSIDANNYA
18
Pendahuluan
18
Metode Penelitian
19
Hasil Dan Pembahasan
21
Analisis Respon Permukaaan
24
Optimasi dan Verifikasi
25
Aktivitas Antioksidan Daun Gedi
26
Simpulan
26
Saran
26
5 PRODUKSI NANOEMULSI EKSTRAK DAUN GEDI (Abelmoschus
manihot L. Medik) DENGAN TEKNIK KOMBINASI HOMOGENISASI
DAN EVAPORASI
Pendahuluan
Alat dan Bahan
Metode
Hasil Dan Pembahasan

27
27
28
28
31

Simpulan dan Saran

43

6 KAJIAN POTENSI NANOEMULSI EKSTRAK DAUN GEDI
(Abelmoschus manihot L. Medik) SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR
Pendahuluan
Alat dan Bahan
Metode
Hasil dan Pembahasan
Simpulan dan Saran

44
44
44
45
46
51

7 PEMBAHASAN UMUM

52

8 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

57
57
57

DAFTAR PUSTAKA

58

LAMPIRAN

70

DAFTAR TABEL
1. Parameter uji standarisasi simplisia daun gedi
2. Parameter spesifik ekstrak daun gedi
3. Parameter standarisasi non spesifik ekstrak etanol daun gedi pada
konsentrasi etanol 70% dan 96%.
4. Hasil uji fitokimia ekstrak etanol daun gedi pada konsentrasi pelarut
etanol 70% dan 96%
5. Hasil analisis uji flavonoid total dan aktivitas antioksidan ekstrak
etanol daun gedi pada konsentrasi pelarut 70% dan 96%.
6. Matrik faktor dan taraf dalam rancangan central composite design
ekstrak daun gedi
7. Hasil karakterisasi serbuk daun gedi
8. Matrik faktor dan taraf dalam optimasi dengan central composite
design dan hasil flavonoid total
9. Hasil analisis ANOVA ekstraksi flavonoid daun gedi
10. Hasil Uji lanjut Tukey ukuran partikel nanoemulsi ekstrak daun gedi
pada berbagai perlakuan
11. Hasil Uji lanjut Tukey konduktivitas nanoemulsi ekstrak daun gedi
pada berbagai perlakuan
12. Hasil Uji lanjut Tukey pH nanoemulsi ekstrak daun gedi pada
berbagai perlakuan
13. Perbandingan kadar flavonoid selama proses penyimpanan
14. Perbandingan aktivitas antioksidan selama proses penyimpanan
15. Pengaruh pemberian nanoemulsi ekstrak daun gedi dan parasetamol
pada parameter biokimia darah tikus

12
13
14
15
16
20
21
23
24
34
35
36
42
43
48

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka penelitian nanoemulsi ekstrak daun gedi
2. Tanaman gedi (Abelmoschus manihot L. Medik) (a) dan daun
tanaman gedi (b)
3. Hasil uji penapisan terhadap ekstrak etanol 96% daun Gedi (a)
flavonoid, (b) alkaloid, (c)tanin, (d) saponin
4. Respon permukaan tiga dimensi dan dua dimensi yang menunjukkan
perbedaan pengaruh pada beberapa variabel bebas
5. Diagram alir proses pembentukan nanoemulsi senyawa flavonoid
glikosida dari daun gedi (Silva et al. 2011) yang dimodifikasi
6. Rata-rata ukuran partikel nanoemulsi ekstrak etanol daun gedi pada
kombinasi
kecepatan homogenisasi (a) dan lama waktu
homogenisasi (b)
7. Hubungan antara ukuran partikel dengan konduktivitas nanoemulsi
ekstrak daun gedi
8. Rata-rata kadar flavonoid total nanoemulsi ekstrak daun gedi pada
kombinasi kecepatan homogenisasi dan lama waktu homogenisasi

7
11
15
25
29

33
36
37

9. Rata-rata Aktivitas antioksidan IC50 nanoemulsi ekstrak daun gedi
pada berbagai kandungan flavonoid total.
10. Rata-rata ukuran partikel nanoemulsi ekstrak daun gedi pada
berbagai kondisi perlakuan selama 14 hari
11. Rata-rata konduktivitas nanoemulsi ekstrak etanol daun gedi pada
berbagai kondisi perlakuan selama 14 hari
12. Rata-rata pH nanoemulsi ekstrak daun gedi pada berbagai kondisi
perlakuan selama 14 hari
13. Hasil spektrum ionisasi LC MS/MS nanoemulsi ekstrak daun gedi
14. Hispatologi hati tikus dari berbagai perlakuan, (I) kontrol positif
yang hanya diberikan asupan rangsum, (II) kontrol negatif, diberikan
parasetamol 500 mg kg-1 bb, (III) larutan ekstrak daun gedi 2 ml kg-1
bb, (IV) nanoemulsi ekstrak daun gedi 2 ml kg-1 bb, (V) nanoemulsi
ekstrak daun gedi 1 ml kg-1 bb
15. Ekstrak etanol simplisia daun gedi
16. Perbandingan penampakan ektrak etanol pada pengenceran 1:100 (a)
dengan produk nanoemulsi ekstrak etanol (b)

38
39
40
41
47

50
53
55

DAFTAR LAMPIRAN
1. Prosedur karakterisasi simplisia daun gedi
2. Prosedur analisis parameter spesifik dan non spesifik daun gedi
3. Persamaan kurva standar quercetin
4. Grafik persen inhibisi untuk menentukan IC50 quercetin
5. Hasil uji t parameter cemaran bakteri
6. Hasil uji t parameter cemaran kapang/jamur
7. Hasil uji t parameter cemaran logam
8. Hasil uji t parameter flavonoid total
9. Hasil uji t parameter aktivitas antioksidan
10. Prinsip kerja Particle Size Distribution CILAS 1090
11. Data ukuran partikel pada berbagai pelakuan
12. ANOVA ukuran partikel nanoemulsi ekstrak daun gedi
13. Uji lanjut Tukey ukuran partikel nanoemulsi ekstrak etanol
14. ANOVA konduktivitas nanoemulsi ekstrak daun gedi
15. Uji lanjut Tukey konduktivitas nanoemulsi ekstrak daun gedi
16. ANOVA pH nanoemulsi ekstrak daun gedi
17. Uji lanjut Tukey pH nanoemulsi ekstrak daun gedi
18. ANOVA flavonoid total nanoemulsi ekstrak daun gedi
19. Uji lanjut Tukey flavonoid total nanoemulsi ekstrak daun gedi
20. Analisis ANOVA ukuran partikel nanoemulsi ekstrak daun gedi
selama proses penyimpanan
21. ANOVA konduktivitas nanoemulsi ekstrak daun gedi selama proses
penyimpanan
22. UJi lanjut Tukey konduktivitas nanoemulsi ekstrak daun gedi selama
proses penyimpanan
23. ANOVA pH
nanoemulsi ekstrak daun gedi selama proses
penyimpanan

69
70
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
93
97
98

24. ANOVA Flavonoid nanoemulsi ekstrak daun gedi selama proses
penyimpanan
101
25. ANOVA aktivitas antioksidan nanoemulsi ekstrak daun gedi selama
proses penyimpanan
104
26. Hasil uji particle size distribution CILAS pada kondisi terbaik
107

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman gedi (Abelmoschus manihot L. Medik) merupakan tanaman yang
termasuk dalam famili tanaman berbunga (malvacea) dan termasuk genus
abelmoschus, habitat alami tanaman gedi adalah daerah tropis hingga sub-tropis
(Charrier 1984). Menurut Hamon dan Sloten (1995) tanaman gedi terkadang tidak
menghasilkan bunga, sehingga penanamannya dioptimalkan pada pemanfaatan
daun, beberapa yang telah memanfaatkan daun tanaman gedi diantaranya adalah
Papua Nugini, pulau Solomon dan Pulau Pasifik Utara (Keatinge 2009). Di
Tiongkok bunga tanaman ini telah banyak dikembangkan sebagai produk herbal
(Ai et al. 2013), diantaranya adalah untuk mempermudah proses kelahiran,
mengontrol fertilitas, menstimulasi penyusuan, dan merangsang aborsi (Bourdy
dan Walter 1992).
Tanaman gedi di Indonesia dikenal sebagai tanaman sayuran, menurut
Assagaf et al. (2013) tanaman gedi yang digunakan sebagai sayuran adalah
tanaman gedi berdaun hijau (Abelmoschus esculenta L. Medik), sedangkan
tanaman gedi yang berdaun merah (Abelmoschus manihot L.) secara tradisional
telah digunakan sebagai obat tradisional (Mamahit dan Soekamto 2010). Bahkan
di Papua daun tanaman gedi telah digunakan sebagai obat tradisional untuk
memperlancar air susu ibu (ASI) bagi ibu yang sedang menyusui (Plantamor
2006). Hal ini menunjukkan bahwa daun tanaman gedi memiliki senyawa
metabolit sekunder yang bermanfaat bagi tubuh manusia.
Karakterisasi ekstrak etanol daun tanaman gedi yang dilakukan oleh Pine et
al. (2011) menunjukkan bahwa daun tanaman gedi memiliki senyawa flavonoid
glikosida yang berpotensi sebagai sumber antioksidan. Ekstrak etanol daun gedi
yang berasal dari Palu memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai IC50
sebesar 575 µg ml-1. Menurut Lako et al (2007) daun gedi yang diekstrak dengan
cara dikukus memiliki kandungan total antioksidan sebesar 1 mg g-1 bahan,
quercetin sebesar 80 µg g-1 bahan dan -karotin sebesar 280 µg g-1 bahan. Hal ini
menunjukkan bahwa tanaman ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai
salah satu tanaman penghasil antioksidan yang tinggi. Namun dalam dosis yang
terlalu tinggi, ekstrak etanol daun gedi memiliki sifat toksik walaupun
toksisitasnya tergolong dalam toksisitas rendah (Assagaf et al. 2013).
Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenol terbesar pada tanaman dan
memiliki aktivitas antioksidan yang signifikan (Heim et al. 2002). Menurut
Harbone dan Williams (2000) bagian tanaman yang banyak mengandung
flavonoid adalah daun, biji, kulit tanaman dan bunga. Boumendjel et al. (2002)
menyatakan bahwa lebih dari 6.500 jenis flavonoid yang terdapat pada tanaman
telah diidentifikasi. Beberapa senyawa flavonoid yang berhasil diidentifikasi dari
tanaman gedi adalah hiperin, isoquersetin, mirisetin, hibifolin, quersetin 3-Orobinobiosida, stigmasterol, -sitosterol dan adenosine (Wang et al. 2004; Lai et
al. 2007; Xian et al. 2009; Jain dan Bari 2009; Lai et al. 2009).
Ektraksi flavonoid dari bahan alam, dapat dilakukan dengan berbagai cara,
salah satu diantaranya adalah dengan metode maserasi. Metode maserasi
merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk melakukan isolasi

2
senyawa flavonoid glikosida yang berasal dari daun (Vongsak et al. 2013; Chen et
al. 2012; Mamahit dan Soekamto 2010; Pine et al. 2011). Disamping itu, metode
ini merupakan metode yang paling sederhana dan tidak membutuhkan suhu
ekstraksi yang tinggi, sehingga senyawa flavonoid glikosida yang terdapat dalam
bahan tidak banyak mengalami kerusakan (Gupta et al. 2013). Kelemahan proses
metode maserasi adalah waktu proses yang sangat lama dan kebutuhan pelarut
yang tinggi, hal ini menyebabkan biaya proses menjadi mahal. Beberapa metode
perbaikan proses ekstraksi yang selama ini banyak diteliti adalah dengan
menggunakan gelombang ultrasonik, gelombang mikro dan teknik superkritis,
keuntungan dari penggunakan metode tersebut adalah waktu proses yang lebih
cepat (Gupta et al. 2013). Namun, hingga saat ini metode ektraksi tersebut masih
belum dapat digunakan dalam skala komersial karena penerapan dalam skala
industri yang masih mengalami kesulitan.
Flavonoid adalah kelompok terbesar dari fenolik dengan kapasitas
antioksidan yang kuat (Aberoumand dan Deokule 2008). Flavonoid termasuk
kelompok benzo- -piron dengan struktur umum difenilpropan (C6-C3-C6) terdiri
dari 2 (dua) cincin aromatis yang dihubungkan oleh 3 (tiga) atom karbon
membentuk heterosiklik teroksigenasi, ditandai dengan A, B, C (Filipiak
2001). Efektivitas flavonoid sebagai penangkap radikal dan pengkelat ion logam
ditentukan oleh adanya struktur (katekol) ortho dihidroksi pada cincin B, ikatan
rangkap pada C2-3 yang terkonjugasi dengan gugus fungsi C4 okso, gugus
OH pada C3 di cincin C, dan gugus OH pada C5 di cincin A (Tapas et al.
2008). Kombinasi gugus C3-OH dan C5-OH dengan C4-karbonil dan ikatan
rangkap C2-3 dapat meningkatkan aktivitas penangkap radikal bebas (Amic et al.
2003). Selain itu kemampuan senyawa flavonoid sebagai antioksidan juga
ditentukan oleh potensial reduksinya. Senyawa flavonoid yang mempunyai
aktivitas antioksidan semakin tinggi ditandai dengan potensial reduksinya makin
rendah (Rice-Evans et al. 1997).
Bioaviabilitas dari senyawa flavonoid cenderung rendah pada kondisi
ukuran partikel yang besar. Hal ini dinyatakan oleh Lante dan Friso (2013) bahwa
biovaliabilitas katekin sangat rendah pada ukuran partikel, jumlah dan ikatan
hydrogen yang besar. Oleh karena itu, untuk meningkatkan bioaviabilitas dari
daun gedi, dilakukan dengan modifikasi ekstrak etanol daun gedi dalam bentuk
nanoemulsi. Nanoemulsi merupakan salah satu delivery system yang optimal,
karena dapat diformulasikan dengan semua bahan alami, serta meningkatkan
bioaviabilitasnya karena meningkatnya kelarutan bahan (Sessa et al. 2013).
Berdasarkan pada tingkat konsumsi energinya, nanoemulsi dapat diproduksi
dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu metode high energy dan metode low
energy (Acosta 2009; Leong et al. 2009; Tadros et al. 2004). Menurut Tadros et al
(2004) pembentukan nanoemulsi dengan pendekatan high-energy dan metode
homogenaiser tekanan tinggi ternyata kurang efisien karena energi yang
dialokasikan untuk pembentukan nanoemulsi hanya 0,1% sedangkan 99,9%
dialihkan untuk memanaskan larutan. Kondisi ini akan berpengaruh pada saat
proses penggandaan skala, dimana kesalahan perhitungan energi akan
menyebabkan bias yang sangat signifikan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
dilakukan dengan dua pendekatan yaitu menggabungkan antara high energy dan
low energy. Ada beberapa parameter seperti pH, konduktivitas dan suhu
penyimpanan mempengaruhi sifat fisikokimia dari emulsi, yang pada akhirnya

3
mencerminkan stabilitas emulsi selama penyimpanan (Ananingsih et al, 2013;.
Heertje, 2013). Stabilitas emulsi diukur dengan pengamatan struktur mikro,
indeks kekentalan, ukuran partikel, analisis zeta potensial, nilai peroksida dan
penentuan fase pemisahan (Lante dan Friso, 2013; Zarena et al, 2012).
Gangguan fungsi hati merupakan ancaman kesehatan yang serius di
Indonesia. Penderita hepatitis B dan C diperkirakan sebanyak 25 juta orang di
Indonesia, sebanyak 50% di antaranya berkembang menjadi kronis dan 10%
lainnya berkembang menjadi kanker hati. Angka prevalensi tersebut akan terus
meningkat karena hepatitis dapat juga disebabkan oleh konsumsi alkohol yang
berlebihan, dan racun. Faktor lain yang mendukung pertambahan prevalensi
hepatitis adalah gejala hepatitis tidak spesifik, sehingga sulit terdeteksi sejak dini.
Sekitar 10 – 20 % prevalensi hepatitis dapat berkembang menjadi sirosis hati
(PPHI 2013).
Berdasarkan pada kondisi tersebut, maka asupan hepatoprotektor
(komponen yang dapat memproteksi hati) sangat diperlukan. Senyawa-senyawa
antioksidan dalam bahan pangan dapat difungsikan sebagai hepatoprotektor.
Beberapa penelitian yang menyatakan bahwa senyawa kimia dalam bahan pangan
dapat difungsikan sebagai hepatoprotektor adalah ekstrak bawang putih (Hidayati
et al. 2003), ekstrak rimpang bangle (Arafah et al. 2004), silymarin (Tedesco
2004), Sacogolotis gabonensis (Maduka 2005), dan ekstrak buah merah (Nugraha
et al. 2008). Beberapa jenis obat juga dapat bertindak sebagai hepatoprotektor, di
antaranya adalah kaptopril dan losarbn. Kemampuan tanaman dan obat-obatan
tersebut sebagai hepatoprotektor disebabkan oleh kemampuannya sebagai
antioksidan.
Tanaman gedi (Abelmoschus manihot L. Medik) merupakan salah satu
tanaman yang memiliki kandungan senyawa kimia yang berupa quercetin-3-orobinobiosid, hyperin, isoquercetin, gossipetin-8-o-glukuronid, dan myricetin
yang berfungsi sebagai antioksidan alami (Liu et al. 2006). Menurut Wu et al.
(2007) senyawa aktif yang paling dominan di bunga tanaman gedi adalah
golongan flavonoid glikosida, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa
senyawa bioaktif hyperin dapat berfungsi sebagai hepatoprotektor

Perumusan Masalah
Sifat dari senyawa flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun gedi
adalah mudah rusak terhadap pengaruh kondisi lingkungan, hal ini akan
menyebabkan rendahnya aktivitas antioksidan dari senyawa tersebut. Di samping
itu, senyawa flavonoid merupakan senyawa yang memiliki tingkat kelarutan
rendah pada air, sehingga senyawa ini akan sulit larut dalam tubuh jika dibuat
dalam bentuk padat seperti tablet dan kapsul yang berdampak pada rendahnya
bioavailabilitas dari senyawa aktifnya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan modifikasi terhadap
penanganan flavonoid glikosida yang terdapat dalam daun gedi sehingga ketika
ditransformasi ke dalam tubuh masih memiliki kemampuan sebagai sumber
antioksidan dengan bioaviabilitas yang tinggi, dan mampu berperan sebagai
hepatoprotektor. Permasalahan utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
perancangan proses produksi nanoemulsi ekstrak etanol yang berasal dari daun

4
gedi yang mampu memiliki masa aktif dan bioavailabilitas yang tinggi untuk
hepatoprotektor.
Untuk mendapatkan produk nanoemulsi ekstrak daun gedi, diperlukan
beberapa metode penanganan, sehingga produk tersebut memiliki aktivitas
antioksidan tinggi, beberapa metode tersebut diantaranya adalah metode ekstraksi
yang efektif dan teknik nanoenkapsulasi dalam bentuk nanoemulsi yang tepat
untuk senyawa flavonoid. Metode ekstraksi yang selama ini dilakukan untuk
menghasilkan senyawa flavonoid glikosida adalah dengan teknik maserasi
menggunakan etanol 96% dengan suhu kamar dan selama 3 × 24 jam (Pine et al.
2011) atau menggunakan etanol 80% (Wu et al. 2007). Kelemahan dari metode
tersebut adalah waktu proses yang lama, oleh karena itu dalam penelitian ini akan
dilakukan optimasi proses ekstraksi, sehingga efisiensi dan efektifitas proses
ektraksi menjadi lebih baik.
Berdasarkan pada uraian diatas maka beberapa permasalahan yang akan
diselesaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana teknologi proses ekstraksi yang optimal untuk mendapatkan
rendemen ekstrak etanol dan aktivitas antioksidan yang tinggi?
b. Bagaimana teknologi nanoemulsi dengan metode kombinasi solvent
displacement dan homogenisasi untuk mendapatkan nanoemulsi ekstrak
etanol daun gedi yang memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi?
c. Bagaimana potensi nanoemulsi ekstrak etanol daun gedi dalam bentuk emulsi
sebagai hepatoprotektor secara in vivo?

Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk merancang teknologi produksi
nanoemulsi ekstrak daun gedi yang terbaik sebagai hepatoprotektor, adapun
secara khusus tujuan penelitian ini adalah :
a. Mengeksplorasi karakteristik parameter-parameter standarisasi simplisa dan
ekstrak daun gedi sebagai bahan baku sediaan obat
b. Mengoptimasi proses ekstraksi flavonoid daun gedi yang memiliki rendemen
dan aktivitas antioksidan terbaik
c. Merancang teknologi produksi nanoemulsi ekstrak daun gedi yang memiliki
aktivitas antioksidan yang tinggi
d. Mengkaji potensi produk nanoemulsi ekstrak etanol daun gedi sebagai
hepatoprotektor secara in vivo

Ruang Lingkup Penelitian
a. Bagian tanaman gedi yang dipakai dalam penelitian ini adalah daun gedi.
b. Proses optimasi ekstraksi daun gedi dilakukan dengan tiga faktor yaitu faktor
suhu ekstraksi, kecepatan pengadukan dan lama waktu ekstraksi. Hasil proses
optimasi ektraksi yang dianalisis adalah rendemen esktraksi etanol dan
aktivitas antioksidannya
c. Proses produksi nanoemulsi dilakukan dengan homogenisasi dan solvent
displacement (evaporasi pelarut). Hasil produksi nanoemulsi yang diamati

5
adalah distribusi ukuran nanoemulsi selama masa penyimpanan dan aktivitas
antioksidannya selama masa penyimpanan
d. Mengkaji potensi nanoemulsi ekstrak daun gedi sebagai hepatoprotektor
secara in vivo.
Manfaat Penelitian
a. Memperkaya potensi bahan baku sebagai alternatif sediaan suplemen yang
berfungsi sebagai hepatoprotektor
b. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memproduksi
nanoemulsi yang bersumber dari tanaman gedi
c. Sebagai alternatif diversifikasi pengolahan daun gedi menjadi produk yang
memiliki nilai tambah.
Kebaruan
a. Produk nanoemulsi ekstrak daun gedi yang diproduksi dengan menggunakan
metode kombinasi antara homogenisasi dan evaporasi
b. Aplikasi nanoemulsi ekstrak daun gedi sebagai hepatoprotektor

6

2 METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun tanaman gedi
(Abelmoschus manihot L. Medik) yang telah berumur ± 3 bulan yang ditanam di
daerah Malang (07º 59’ LS 11βº γ6’ BT), daun gedi, etanol 70% dan 96% sebagai
pelarut, standar quersetin,aquades, aseton, etil asetat, etanol p.a , Asam asetat
glasial, medium PDA, NaOH, Al2C3, larutan 1,1-diphenyl-2-picryl-hydrate
(DPPH) 0,4 mM, lempeng KLT, NaNO2, AlCl2, Tween 80, , reagen kit SGPT,
SGOT, Total bilirubin, total albumin, Blood Analyser, paracetamol 500 mg, etanol
96%, parafin, pewarna hematoksilin-Eosin (HE).

Alat
Peralatan yang digunakan diantaranya adalah Homogenizer IKA UltraTurax Model T25 Digital Homogenizer, Particle Size Distribution CILAS 1090
Liquid, Rotary Evaporator IKA RV 10 Digital, Accela LC system (Thermo) LC
MS/MS (Thermo Fisher Scientific, Bremen, Germany), labu ukur, gelas piala,
thermometer, kondensor, magnetic stirrer, timbangan analitik GR 200 (AND),
vacuum evaporator tipe RV 10D (IKA), Hotplate/stirrer HP220, pompa vacuum
jenis CVC 3000 Vacuubrand, spektrofotometer UV/Vis Plus (Bio Rad), C861
multi-parameter analyser Consort United Kingdom

Tahapan Penelitian
Secara keseluruhan penelitian ini dilakukan dalam 4 tahap (Gambar 1)
meliputi : 1) Karakterisasi parameter standarisasi simplisia dan ekstrak daun gedi
(Abelmoschus manihot L. Medik) merupakan tahap awal penelitian dalam
mendeteksi senyawa aktif yang terdapat dalam daun gedi, 2) Optimasi proses
ekstraksi daun gedi (Abelmoschus manihot L.Medik) yang menghasilkan proses
ekstraksi yang optimal terhadap kandungan flavonoid total yang terdapat dalam
daun gedi, 3) Perancangan proses produksi nanoemulsi esktrak daun gedi, yang
tahap ini mendapatkan kondisi proses yang mampu menghasilkan nanoemulsi
ekstrak daun gedi sesuai dengan parameter yang telah ditentukan sebagai standar
produk nanoemulsi, 4) Kajian potensi nanoemulsi esktrak daun gedi
(Abelmoschus manihot L. Medik) sebagai hepatoprotektor.
Rangkaian keempat tahapan tersebut merupakan tahapan secara berurutan
dan saling berkaitan untuk memproduksi nanoemulsi ekstrak daun gedi yang
berfungsi sebagai hepatoprotektor. Dan telah menghasilkan 2 publikasi yaitu
jurnal internasional dalam International Journal of Sciences: Basic and Applied
Research dan publikasi nasional Buletin littro.

7

Tahapan

Metode

Output Publikasi

Karakterisasi
simplisia dan
ekstrak daun gedi

Parameter yang dianalisis
adalah :
 karakteristik simplisia
serbuk daun gedi
 parameter spesifik dan
non spesifik ekstrak
daun gedi
 Kadar total flavonoid
dan antioksidan ekstrak
daun gedi

Optimasi proses
ekstraksi daun gedi

Optimasi terhadap 3 faktor
yaitu :
 Suhu (30-40oc)
 Kecepatan pengadukan
(200-400 rpm)
 Waktu ekstraksi (3-6
jam)
Parameter yang dianalisis
adalah kadar flavonoid dan
aktivitas antioksidan
ekstrak daun gedi

Publikasi di Buletin Littro
dengan judul “Optimasi
proses ekstraksi flavonoid
daun gedi (Abelmoschus
manihot
L.
Medik)
menggunakan
metode
Central Composite Design
(CCD) dan uji aktivitas
antioksidannya

Produksi
Nanoemulsi
ekstrak daun gedi

Penentuan proses yang
terbaik terhadap 2 faktor
yaitu :
 Lama waktu (5 dan 10
menit)
 Kecepatan
homogenisasi (5.00020.000 rpm)
Parameter yang dianalisis
adalah ukuran partikel,
konduktivitas, pH,
flavonoid total dan aktivitas
antioksidan

Publikasi di International
Journal of Sciences: Basic
and
Applied
Research
(IJSBAR) (2015) Volume 24,
No 1, pp 210-221 dengan
judul The Ethanol Extract
Nanoemulsion Production of
Abelmoschus
manihot
L.Medik
by
the
Combination
of
Homogenization and Solvent
Displacement Technique

Uji Potensi
nanoemulsi
sebagai
hepatoprotektor

Pengujian potensi
nanoemulsi ekstrak etanol
daun gedi terhadap tikus
Wistar jantan, dengan 5
perlakuan yang berbeda.
Parameter yang dianalisis
adalah parameter biokimia
yang meliputi SGPT,
SGOT, total bilirubun dan
total albumin, serta
parameter hispatologi.

Gambar 1 Kerangka penelitian nanoemulsi ekstrak daun gedi

8

3 KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK DAUN
GEDI (Abelmoschus manihot L.Medik) SEBAGAI BAHAN
SEDIAAN OBAT
Pendahuluan
Kebutuhan obat di Indonesia diperkirakan akan berkembang pesat,
berdasarkan pada hasil analisis Departemen Kesehatan pertumbuhan industri
farmasi berkembang antara 10-14% per tahunnya (Permenkes Nomor 87 Tahun
2013). Hal ini akan mendorong diperlukannya sumber-sumber bahan sediaan obat
baik kimiawi maupun alami. Produk obat herbal berdasarkan pada data Badan
POM Republik Indonesia, jumlah obat herbal yang terdaftar hingga tahun 2015
adalah 8.921 produk (BPOM 2015). Hal ini menunjukkan bahwa produk obat
herbal sangat berpotensi untuk terus dikembangkan. Salah satu penyebab
meningkatnya penggunaan obat herbal adalah rendahnya potensi resiko yang
ditimbulkan (Patra et al. 2010), bahkan WHO telah merekomendasikan
penggunaan ekstrak tanaman obat sebagai obat herbal karena mudah didapatkan
dan harganya murah (Chaudhury dan Rafei 2002; Raina 2003).
Penggunaan tanaman obat sebagai obat herbal diperlukan standarisasi
produk, hal ini dilakukan untuk menjamin obat herbal tersebut layak untuk
dikonsumsi. Standardisasi ekstrak tumbuhan obat di Indonesia merupakan salah
satu tahapan penting dalam pengembangan obat herbal. Menurut Kepmenkes
No.261/MENKES/SK/IV/2009, ekstrak tumbuhan obat adalah sedian berupa
bahan kering, kental maupun cairan yang didapatkan dari simplisia. Ekstrak
tumbuhan obat ini dapat berupa bahan awal, bahan antara, atau bahan produk jadi.
Menurut Ekka et al. (2008) kandungan fitokimia yang terdapat didalam tanaman
obat adalah berbeda-beda, tergantung pada kondisi lingkungan dan varietas, oleh
karena itu standarisasi ekstrak tanaman obat menjadi penting untuk dilakukan.
Standarisasi ekstrak tanaman obat berdasarkan pada Kepmenkes
No.261/MENKES/SK/IV/2009, dilakukan dengan mendiskripsikan identitas
simplisia, mikroskopis, senyawa identitas, pola kromatografi, susut pengeringan,
abu total, sari larut air, sari larut etanol dan kandungan kimia simplisia.
Sedangkan menurut Nikam et al. (2012) standarisasi obat herbal hendaknya
dilakukan dengan dua hal yaitu penanda kromatografi dan penanda DNA. Hingga
saat ini, Farmakope tumbuhan Obat Indonesia belum memasukkan tanaman gedi
sebagai salah satu potensi tanaman obat. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini
adalah melakukan standarisasi dan karakterisasi terhadap simplisia dan ekstrak
etanol daun gedi (Abelmoschus manihot L. Medik) agar memiliki identitas
sebelum digunakan sebagai bahan sediaan obat herbal. Disamping itu tujuan lain
dari penelitian ini adalah untuk menentukan konsentrasi pelarut etanol yang
terbaik untuk menghasilkan kadar flavonoid total dan aktivitas antioksidan yang
tinggi dari simplisia daun gedi.

9
Metode
Bahan dan Alat
Bahan simplisia yang digunakan adalah daun tanaman gedi (Abelmoschus
manihot L. Medik) yang berasal dari Malang (07º 59’ LS 11βº γ6’ BT).
Sedangkan bahan untuk karakterisasi adalah etanol 70%, aquades, aseton, etil
asetat, etanol 96%, etanol ≥ 99,8%, Asam asetat glasial, medium PDA, NaOH,
Al2C3, larutan 1,1-diphenyl-2-picril hydrazil (DPPH) 0,4 mM, lempeng KLT,
NaNO2, AlCl2, standar quercetin.
Peralatan yang digunakan adalah labu Erlenmeyer, gelas piala, gelas ukur,
kondensor, magnetic stirrer, timbangan analitik GR 200 (AND), vacuum
evaporator tipe RV 10D (IKA), pompa vacuum jenis CVC 3000 Vacuubrand,
spektrofotometer UV/Vis Plus (Bio Rad).
Pembuatan Simplisia Daun Gedi
Daun gedi dipetik secara langsung dengan tangan. Daun yang telah
dikumpulkan disortasi basah atau dicuci dengan air mengalir, kemudian
dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan sinar matahari, hingga
daun gedi menunjukkan kering fisiologis, yaitu jika dipegang dapat dipatahkan
dengan tangan. Daun yang telah kering disortasi dan diserbukkan. Untuk
penyeragaman ukuran, dilakukan pengayakan hingga lolos 40 mesh. Setelah itu
dilakukan penyimpanan bahan simplisia serbuk daun gedi pada suhu 10oC.
Pembuatan Ekstrak
Serbuk daun gedi diekstraksi dengan menggunakan metode maserasi.
Sebanyak 800 g serbuk daun gedi dimaserasi dengan pelarut etanol 70% dan 96%
selama 3x24 jam pada wadah kaca yang berbeda dengan perbandingan bahan dan
pelarut adalah 1:5 b/v. Filtrat kemudian di evaporasi untuk mendapatkan ekstrak
kental etanol 70% dan 96%. Ekstrak daun gedi kemudian di simpan didalam
lemari pendingin pada suhu 10oC. Semua perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali
Penentuan Parameter Standarisasi Simplisia
Standarisasi simplisia meliputi: kadar air, kadar abu, kadar abu larut air,
kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol. metode
penetapan tersebut dilakukan sesuai prosedur yang telah ditetapkan dalam Materia
Medika Indonesia (MMI) (Depkes 2000) (Lampiran 1).
Penentuan Parameter Standarisasi Ekstrak Daun Gedi
Standarisasi ekstrak mencakup standarisasi non spesifik dan spesifik.
Standarisasi non spesifik meliputi: kadar air, kadar abu total, kadar abu larut air,
kadar abu larut etanol, bobot jenis ekstrak, total cemaran bakteri, total cemaran
kapang/jamur dan uji logam timbal, sementara standarisasi parameter spesifik
meliputi: organolaptik, kadar senyawa terlarut dalam air dan etanol, pola
kromatogram, kadar total flavanoid dan aktivitas antioksidan. Prosedur analisis
parameter disajikan dalam Lampiran 2. Semua uji parameter standarisasi
dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali ulangan untuk mengetahui akurasi data yang
dihasilkan

10

Penentuan Flavonoid Total Ekstrak Daun Gedi
Penentuan kadar flavonoid total menggunakan metode yang
dikembangkan oleh Wan et al. (2014) dengan sedikit modifikasi. 0,5 mL larutan
ekstrak daun gedi yang mengandung flavonoid, dicampur dengan 0,5 mL NaNO2
5% (b/b) dan dibiarkan selama 6 menit. Larutan kemudian ditambahkan 0,5 mL
AlCl3 10% (b/b), setelah 6 menit hasil dari larutan yang telah dicampur tersebut
ditambahkan 5 mL NaOH 1 mol l-1. Setelah 15 menit larutan di ukur
absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer UV/Vis dengan panjang
gelombang 510 nm. Kisaran kurva kalibrasi dengan menggunakan standar
quercetin adalah sebesar 5 - 50 mg dengan fungsi y= 0,0125x -0,01613
(R=0,9993) (Lampiran 3) dimana y adalah nilai dari absorbansi dan x adalah nilai
quercetin (mg ml-1). Penentuan nilai flavonoid akhir dilakukan berdasarkan
formula yang dikembangkan oleh Pan et al. (2012) yaitu :
(

)

Y merupakan konsentrasi Flavonoid contoh yang dihitung dengan
menggunakan persamaan kurva standard (mg ml-1), N adalah nilai pengenceran, V
merupakan volume hasil ekstraksi (ml) dan w adalah bobot simplisia daun gedi
(g)
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Gedi
Aktivitas antioksidan ekstrak daun gedi ditentukan dengan menggunakan
metode yang dikembangkan oleh Locatelli et al. (2004) dengan sedikit modifikasi.
Ekstrak daun gedi dibuat larutan dengan konsentrasi yang berbeda-beda berkisar
antara 200-800 µg ml-1 dengan pelarut metanol. Quercetin digunakan sebagai
pembanding dengan konsentrasi 2-8 µg ml-1 . Larutan DPPH yang akan digunakan,
dibuat dengan melarutkan DPPH dalam pelarut methanol dengan konsentrasi 1
mM. sebanyak 4,5 ml larutan uji atau pembanding direaksikan dengan 500 µl
larutan DPPH 1 mM dalam tabung reaksi. Campuran larutan di aduk dan
diinkubasi pada suhu 37oC dalam kondisi gelas selama 30 menit. Serapan
kemudian diukur pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 517 nm.
Aktivitas antioksidan dari setiap sampel dan quercetin dinyatakan dalam persen
inhibisi, dan dihitung dengan rumus :
A adalah absorban kontrol (larutan DPPH dalam etanol) dan B adalah
absorbans contoh (larutan DPPH dalam larutan ekstrak dan quercetin). Hubungan
antara setiap konsentrasi dan aktivitas penangkapan radikal bebas diplotkan, dan
dihitung nilai IC50. Nilai IC50 dinyatakan sebagai besarnya konsentrasi larutan
sampel (ekstrak maupun quercetin) (Lampiran 4) yang dibutuhkan untuk
mereduksi radikal bebas DPPH sebesar 50% (Molyneux 2004)

11
Hasil dan Pembahasan
Parameter Standarisasi Simplisia
Tanaman gedi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman gedi
yang berasal dari Malang Jawa Timur (7°54'-8°03'LS 112°34'-112°41'BT). Daun
tanaman gedi yang diambil merupakan daun yang telah berwarna hijau tua
(Gambar 1), hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya variasi sumber
bahan baku. Daun gedi yang telah dipetik kemudian dilakukan pengeringan
dengan menggunakan sinar matahari. Untuk menjaga kandungan flavonoid yang
terdapat didalam daun gedi, pengeringan dengan sinar matahari dilakukan mulai
pukul 8.00 hingga 10.00 WIB kemudian diangin-anginkan. Menurut Sutjipto et al.
(2009) metode pengeringan yang paling baik untuk menjaga kandungan flavonoid
dalam simplisia adalah dengan diangin-anginkan dan tidak terlalu lama kontak
dengan sinar matahari, hal ini dibuktikan dengan tingginya kandungan flavonoid
(0,88%) simplisia daun kumis kucing (Orthopison stamineus Benth) yang
diangin-anginkan dibandingkan dengan sinar matahari penuh (0,55%).

(a)

(b)

Gambar 2 Tanaman gedi (Abelmoschus manihot L. Medik) (a) dan daun tanaman
gedi (b)
Hasil analisis parameter standariasi simplisia daun gedi dapat dilihat pada
Tabel 1. Berdasarkan data terlihat bahwa kadar air simplisia daun gedi yang
dihasilkan adalah sebesar 7,45 ± 0,28 % bk, hal ini menunjukkan bahwa kadar air
simplisia serbuk daun gedi telah memenuhi standar MMI. Menurut Amponsah et
al. (2014) kadar air dalam simplisia merupakan senyawa yang bertanggungjawab
terhadap terjadinya dekomposisi komponen utama, baik yang disebabkan oleh
mikroba maupun perubahan struktur kimia. Kadar air yang tinggi pada simplisia
akan menyebabkan aktivasi enzim tertentu dan menyebabkan tumbuhnya mikroba
dalam simplisia tersebut (Arora et al. 2013).

12
Tabel 1 Parameter uji standarisasi simplisia daun gedi
Parameter Uji
Kadar air (% bk)
Kadar abu total (% bk)
Kadar abu tidak larut asam (% bk)
Kadar sari larut air (% bk)
Kadar sari larut etanol (% bk)

Nilai
7,45 ± 0,28
10,46 ± 0,33
0,96 ± 0,03
12,80 ± 0,20
17,44 ± 0,16

Standar MMI1)
≤ 10,00
≤ 10,00
≤ β,60
≥ 18,00
≥ 6,γ0

Keterangan : 1) Berdasarkan Kemenkes RI No 661/Menkes/SK/VII/2006
2) bk = bobot kering

Kadar abu total dan kadar abu total larut asam merupakan senyawa
anorganik yang tidak diinginkan dalam proses pengobatan (Gupta dan Rao 2012).
Standar yang ditetapkan dalam MMI adalah ≤ 10% untuk kadar abu total dan ≤
2,60 % untuk kadar abu tidak larut asam. Dalam penelitian ini simplisia daun gedi
memiliki nilai kadar abu total sebesar 10,46 ± 0,33 % bk, sedangkan kadar abu
tidak larut asam sebesar 0,96 ± 0,03 % bk. Hal ini menunjukkan bahwa kadar abu
simplisia daun gedi belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh MMI, namun
kadar abu tidak larut asam telah sesuai dengan standar MMI. Kadar abu yang
tinggi menunjukkan bahwa simplisia tersebut mengandung senyawa anorganik
yang tinggi, Mandey et al. (2014) menyatakan bahwa senyawa anorganik yang
terdapat dalam daun gedi di Sulawesi rata-rata sebesar 11-14%.
Kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol merupakan indikator yang
menunjukkan senyawa penting yang larut dalam pelarut polar maupun semi polar
(Thomas et al. 2008, Kumar et al. 2011). Simplisia daun gedi memiliki kadar sari
larut air sebesar 12,80 ± 0,20 % bk dan kadar sari larut etanol sebesar 17,44 ±
0,16 % bk. Hal ini menunjukkan bahwa simplisia serbuk daun gedi sebagai tidak
dapat digunakan bahan baku untuk sediaan jamu, yang disajikan dalam bentuk
infusia, karena kadar sari larut air ≤ 18% bk, namun simplisia daun gedi telah
memenuhi standar sebagai bahan sediaan ekstrak etanol karena memiliki kadar
sari larut etanol > 6,3 % bk. Berdasarkan pada data tersebut, produk esktrak etanol
daun gedi merupakan produk yang lebih sesuai untuk digunakan sebagai bahan
sediaan obat dan bentuk ekstrak etanol.
Parameter Standarisasi Spesifik Ekstrak Etanol Daun Gedi
Parameter spesifik merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam
standarisasi bahan obat-obatan yang berasal dari bahan simplisia nabati (Depkes
2000). Berdasarkan pada standar MMI parameter standarisasi spesifik diantaranya
adalah organoleptik, kadar senyawa terlarut dalam bahan baik air maupun etanol,
kadar senyawa terlarut dalam air dan etanol, pola kromatogram, penetapan kadar
total flavanoid dan penetapan aktivitas antioksidan. Hasil penelitian (Tabel 2)
menunjukkan bahwa uji organoleptik ekstrak daun gedi pada konsentrasi 70% dan
96% tidak mengalami perbedaan. Warna ekstrak etanol daun gedi hijau kehitaman,
berbau khas, memiliki rasa sepat dan berbentuk kental. Hal ini disebabkan karena
pelarut yang digunakan adalah sama yaitu etanol, sehingga bahan yang terekstrak
memiliki karakteristik organoleptik yang sama pula. Menurut Canals et al. (2005)
konsentrasi etanol dalam proses ekstraksi akan mempengaruhi kuantitas dari
bahan yang diekstrak, namun tidak berpengaruh terhadap
karakteristik
organoleptik bahan tersebut.

13
Tabel 2 Parameter spesifik ekstrak daun gedi
Parameter Spesifik
Organoleptik

Konsentrasi Etanol
70%
96%
Warna : Hijau kehitaman Warna : Hijau kehitaman
Bau
: Khas
Bau
: Khas
Rasa : Sepat
Rasa : Sepat
Bentuk : Kental
Bentuk : Kental

Kadar ekstrak daun
gedi terlarut dalam :
a. Air (% b/b)
7,46 ± 0,02
b. Etanol (% b/b)
21,12 ± 0,21

6,35 ± 0,65
30,65 ± 0,65

Analisis kadar senyawa terlarut dalam air dan etanol dilakukan untuk
mengetahui polaritas dari ekstrak etanol daun gedi. Berdasarkan pada hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 70% dan 96% memiliki
kecenderungan bersifat semi polar. Hal ini ditunjukkan dengan kelarutan dalam
air relatif kecil yaitu sebesar 7,46 ± 0,02 % b/b untuk pelarut etanol 70% dan 6,35
± 0,65 % b/b untuk pelarut etanol 96%. Tingkat kepolaran hasil ekstraksi dapat
digunakan untuk mengestimasi senyawa spesifik yang terdapat didalam ba

Dokumen yang terkait

Uji Lethal Concentration (Lc50)Ekstrak Etanol Daun Legundi (Vitex Trifolia L.)Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)

11 162 40

Formulasi Dan Uji Efek Anti-Aging Krim Ekstrak Kelopak Bunga Rosella {Hibiscus sabdariffa L.)

13 154 140

Uji Aktivitas Beberapa Konsentrasi Ekstrak Daun Dan Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Terhadap Ulat Tritip Plutella Xylostella L. (Lepidoptera : Plutellidae) Di Laboratorium

2 59 52

Uji Efek Ekstrak Daun Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack) Sebagai Penurun Kadar Kolesterol Darah Marmot Jantan (Cavia cobaya).

15 150 87

Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Gedi (Abelmoschus manihot (L.) Medik.) dengan Aplikasi Pupuk Organik dan Pupuk Anorganik

0 5 42

EFFECT OF GEDI (ABELMOSCHUS MANIHOT L.) LEAVES INFUSION 9%, 18%, AND 27% ON BLOOD HDL LEVEL IN HYPERLIPDEMIA-INDUCED RATS.

0 0 1

Ekstraksi Daun Gedi (Abelmoschus manihot L) Secara Sekuensial dan Aktivitas Antioksidannya | Teroreh | Agritech 9338 17320 1 PB

1 2 8

Aktivitas Gastroprotektif Ekstrak Etanol Daun Gedi Hijau (Abelmoschus manihot (L.) Medik) Terhadap Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus L.) Yang Diinduksi Dengan Aspirin | Susilawati | Natural Science: Journal of Science and Technology 7213 24003 1 PB

1 5 11

Kata Kunci : Lendir, Daun Gedi Merah, Emulsi PENDAHULUAN - Utilization of Gedi Merah Leaf (Abelmoschus manihot L. Medik) Mucilage Native from North Sulawesi as Emulsifier in Emulsion Preparations

1 1 8

Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Gedi Merah (Abelmoschus manihot L) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tikus (Rattus Novergicus) Yang Diinduksi Prednison dan Garam - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 108