Kata Kunci : Lendir, Daun Gedi Merah, Emulsi PENDAHULUAN - Utilization of Gedi Merah Leaf (Abelmoschus manihot L. Medik) Mucilage Native from North Sulawesi as Emulsifier in Emulsion Preparations
PENGGUNAAN LENDIR DARI DAUN GEDI MERAH
(Abelmoschus manihot L. Medik) ASAL SULAWESI UTARA
SEBAGAI EMULGATOR PADA SEDIAAN EMULSI
Utilization of Gedi Merah Leaf (Abelmoschus manihot L. Medik)
Mucilage Native from North Sulawesi as Emulsifier
in Emulsion Preparations
Rilyn Novita Maramis*, Donald Emilio Kalonio, Elvie Rifke Rindengan
Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado
e-mail koresponden : rilynmaramis@gmail.com
ABSTRACT
Gedi Merah (Abelmoschsus manihot L. Medik) is a "native plant" of North Sulawesi, and used as one
of the main ingredients of Manado local food, Manado Porridge or known by the term "Tinutuan"
to increase viscosity. Increased viscosity is associated with gum content (mucilage or slime)
consisting of polysaccharides in the gedi merah leaves. Polysaccharides can be dispersed in water
and swelling, therefore mucilage can be used as emulsifiers. The fish oil emulsion is made using
mucilage emulsifier from the gedi merah leaves resulting from liquid extraction as well as the
water phase. Mucilage from gedi merah leaves can be used as emulsifiers in emulsion preparations.
Keywords : Mucilage, Gedi Merah Leaf, Emulsion
ABSTRAK
Gedi merah (Abelmoschsus manihot L. Medik) adalah “native plant” dari Sulawesi Utara, dan dimanfaatk an sebagai bahan baku makanan lokal Bubur Manado “Tinutuan” untuk meningkatkan kekentalan atau viskositas. Peningkatan viskositas ini dihubungkan dengan kandungan dihubungkan dengan kandungan gom (musilago atau lendir) yang terdiri dari polisakarida dalam daun gedi merah. Polisakarida dapat terdispersi dalam air dan mengembang atau swelling, oleh karena itu musilago dapat dimanfaatkan sebagai emulgator. Emulsi minyak ikan dibuat menggunakan emulgator lendir dari daun gedi merah hasil ekstraksi cair sekaligus sebagai fase air. Lendir dari daun gedi merah dapat digunakan sebagai emulgator pada sediaan emulsi.
Kata Kunci : Lendir, Daun Gedi Merah, Emulsi PENDAHULUAN
istilah “Tinutuan” untuk memberi rasa khusus dan meningkatkan kekentalan atau Tanaman gedi merah (Abelmoschsus viskositas (Fattah dkk. 2014; Mandey et al.
manihot
L. Medik) adalah “native plant” dari 2013). Peningkatan viskositas ini
Sulawesi Utara. Secara tradisional dikenal dihubungkan dengan kandungan gom sebagai tanaman sayuran. Pemanfaatannya
(musilago atau lendir) yang terdiri dari oleh masyarakat Sulawesi Utara sebagai polisakharida dalam daun gedi merah salah satu bahan utama makanan lokal (Wang et al. 2012; Mandey et al. 2013). Bubur Manado atau yang dikenal dengan
Wang et al. (2012) melaporkan bahwa gedi
PENGGUNAAN LENDIR DARI DAUN GEDI MERAH (Abelmoschus manihot L. Medik) ASAL SULAWESI UTARA SEBAGAI
EMULGATOR PADA SEDIAAN EMULSIUtilization of Gedi Merah Leaf (Abelmoschus manihot L. Medik) Mucilage Native from North Sulawesi as Emulsifier in
Emulsion Preparations
merah mengandung polisakarida yang tersusun atas galaktosa, glukosa dan manosa.
Musilago atau lendir adalah hidrokoloid dari tanaman yang terdiri atas polisakarida (Deogade et al. 2012). Polisakarida dapat terdispersi dalam air dan membengkak atau swelling. Kemampuan musilago untuk membengkak, dikarakterisasikan dengan terjebaknya sejumlah besar air antara rantai polisakarida dan cabang-cabangnya. Oleh karena itu musilago dapat dimanfaatkan sebagai emulgator, pengental, pembentuk gel dan texture modifiers (Noorlaila et al. 2015).
METODE PENELITIAN
Pemanfaatan lendir atau musilago dari daun gedi merah sebagai emulgator belum pernah dikaji. Beberapa peneliti sebelumnya telah meneliti penggunaan lendir dari tanaman dengan genus yang sama yaitu tanaman okra (Abelmoschus
esculentus L). Lendir okra telah dimanfaatkan sebagai emulgator (Lim dkk.
2015; Noorlaila et al. 2015) dan sebagai binder dan matrix dalam formula tablet (Tavakoli et al. 2008; Patel et al. 2012; Rajendra & Bushetti 2012). Adanya polisakarida yang terkandung dalam daun gedi merah diduga dapat dimanfaatkan sebagai emulgator.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah lendir dari daun gedi merah dapat digunakan sebagai emulgator pada sediaan emulsi.
Emulsi adalah salah satu bentuk sediaan cair yang umum digunakan. Emulsi didefinisikan sebagai sebagai suatu sediaan cairan yang terdiri dari dua fase yang tidak saling bercampur, digambarkan sebagai minyak dan air, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase yang lain (Ansel 1989; Anwar 2012). Emulsi tidak stabil secara termodinamika dan dapat kembali terpisah menjadi minyak dan air. Untuk menstabilkan emulsi tersebut perlu penambahan komponen ketiga yaitu emulgator (Anwar 2012).
Ekstraksi Lendir dari Daun Gedi Merah.
Ekstraksi lendir dari daun gedi merah menggunakan metode ekstraksi cair yang diuraikan dalam Malviya (2011) dan Lim dkk. (2015) dengan modifikasi. Daun Gedi Merah yang telah dibersihkan dan dipotong-potong direndam dalam air suling
70 O C selama 4 jam (Thermo Scientific Digital
Hotplate). Lendir yang terekstraksi
dipisahkan dari padatan dengan penyaringan dan diukur viskositasnya dengan viskometer Brookfield® (60 rpm, spindel nomor 3). Konsentrasi daun Gedi Merah untuk proses ekstraksi adalah 10%, 20% dan 30% (b/v).
Formula dan Pembuatan Emulsi. Sediaan
emulsi tipe minyak dalam air (m/a) dibuat menggunakan minyak ikan sebagai fase minyak dan lendir daun gedi merah hasil ekstraksi sebagai emulgator sekaligus fase air. Sebagai pembanding digunakan emulgator nabati berbasis polisakarida yang umum digunakan yaitu Gom Arab. Konsentrasi minyak yang digunakan adalah 25% (Lim dkk. 2015) dan Gom Arab sebagai emulgator adalah 10% (Anwar 2012). Rancangan formula emulsi dapat dilihat pada tabel 1.
Daun gedi merah dikumpulkan dari Kelurahan Tinoor I, Kecamatan Tomohon Utara, Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara. Bahan yang digunakan adalah minyak ikan (teknis), gom arab (teknis), air suling (teknis), kertas indikator pH universal (Merck), dan Methylene blue (Merck). Rilyn Novita Maramis*, Donald Emilio Kalonio, Elvie Rifke Rindengan
Tabel 1. Rancangan Formula Emulsi Minyak Ikan dengan Variasi Konsentrasi Lendir Daun Gedi * Merah dan Gom Arab Sebagai Emulgator
Formula dan Konsentrasi (%b/b) Bahan
I II
III
IV V Minyak Ikan
25
25
25
25
25 Gom Arab - - - -
10
75 65 - - - Air Suling 75 - - - - Lendir Daun Gedi Merah 10% Lendir Daun Gedi Merah 20% - - -
75 -
- Lendir Daun Gedi Merah 30%
75 Total 100 100 100 100 100
Ket: * dalam 100 g hasil akhir sediaan emulsi Emulsi minyak ikan dibuat dengan Brookfield® (60 rpm, spindel nomor 3) metode gom basah, dimana emulgator (Marzuki dkk. 2011). didispersikan dalam air suling sampai membentuk musilago. Kemudian fase HASIL DAN PEMBAHASAN minyak ditambahkan perlahan-lahan sambil
Ekstraksi Lendir dari Daun Gedi Merah
diaduk menggunakan mixer dengan Lendir yang digunakan sebagai kecepatan tertinggi selama 10 menit. emulgator diperoleh dengan merendam daun gedi merah (konsentrasi 10%; 20%
Evaluasi Stabilitas Fisik Sediaan Emulsi.
dan 30%) selama 4 jam dalam air suling Sediaan emulsi dievaluasi stabilitasnya O suhu 70
C. Hasil pengukuran viskositas dengan kondisi penyimpanan dipercepat (tabel 2) menunjukan peningkatan menggunakan metode freez-thaw. Metode viskositas dengan bertambahnya ini menggunakan siklus suhu berselang- O O konsentrasi daun gedi merah. Hal ini sejalan seling 5 C dan 35 C selama 12 jam sebanyak dengan penelitian Khaturiyah et al. (2015) 10 siklus. Sebelum dan setelah freez-thaw yang menyatakan bahwa gom dan
test, sediaan emulsi dievaluasi stabilitasnya
polisakarida bila dicampurkan ke dalam air meliputi organoleptis (bentuk, warna dan akan meningkatkan viskositas air. bau), evaluasi tipe emulsi (dispersi zat warna), penentuan pH (kertas indikator pH), volume kriming (25 ml sediaan emulsi dalam gelas ukur) dan pengukuran viskositas menggunakan viskometer
Tabel 2. Hasil pengukuran kekentalan gom arab (10%) dan lendir daun gedi merah dengan variasi konsentrasi
Bahan Kekentalan (mPa’s) Gom Arab 10%
58 Lendir Daun Gedi Merah 10%
36 Lendir Daun Gedi Merah 20%
72 Lendir Daun Gedi Merah 30% 446
Pembuatan Emulsi gedi merah (gambar 1A) dan pengamatan
Sediaan emulsi minyak ikan tipe tetesan emulsi (globul menggunakan m/a dengan menggunakan emulgator gom mikroskop cahaya (1B). arab dan lendir hasil ekstraksi dari daun
PENGGUNAAN LENDIR DARI DAUN GEDI MERAH (Abelmoschus manihot L. Medik) ASAL SULAWESI UTARA SEBAGAI
EMULGATOR PADA SEDIAAN EMULSIUtilization of Gedi Merah Leaf (Abelmoschus manihot L. Medik) Mucilage Native from North Sulawesi as Emulsifier in
Emulsion Preparations
Gambar 1. A Hasil pembuatan sediaan emulsi minyak ikan dan B pengamatan tetesan emulsi (perbesaran
10x10 (I = formula I; II = formula II; III = formula III; IV = formula IV; V = formula V
Evaluasi Stabilitas Fisik Sediaan Emulsi.
Evaluasi organoleptis meliputi bentuk, warna dan bau dari sediaan emulsi sebelum dan setelah kondisi penyimpanan dipercepat (tabel 3). Diamati bahwa sediaan emulsi yang dibuat dengan emulgator gom arab (formula II), lendir gedi merah 20% (formula IV), dan 30% (formula V) tidak menunjukan perubahan fisik bentuk, warna dan bau. Pada formula I, terjadi pemisahan antara fase minyak dan fase air, hal ini dikarenakan pada formula I tidak menggunakan emulgator untuk menstabilkan emulsi. Formula II dengan gom arab sebagai emulgator terjadi pemisahan tapi dapat terdispersi kembali dengan pengocokan sederhana. Terjadi pemisahan pada formula
III yang menggunakan lendir gedi merah 10% sebagai emulgator. Sedangkan pada formula
III dan IV terjadi pemisahan setelah kondisi penyimpanan dipercepat tapi dengan Rilyn Novita Maramis*, Donald Emilio Kalonio, Elvie Rifke Rindengan
pengocokan dapat kembali terdispersi namun strukturnya tidak homogen.
Prinsip evaluasi tipe emulsi dengan metode dispersi zat warna adalah emulsi dapat diwarnai dengan zat warna yang larut pada fase luar. Pewarna yang digunakan adalah metilen biru yang larut air dan emulsi yang dihasilkan adalah emulsi dengan air sebagai fase luar (tipe m/a). Diamati bahwa pada formula II, III, IV, dan V sebelum dan setelah penyimpanan dipercepat dan ditetesi dengan metilen blue, emulsi tetap berwarna biru. Artinya, setelah kondisi penyimpanan dipercepat tidak terjadi inversi atau perubahan tipe emulsi dari tipe m/a menjadi a/m. Untuk formula I yang diwarnai adalah bagian air karena minyak telah memisah dengan fase air (tabel 3).
Nilai pH sebelum dan setelah kondisi penyimpanan tidak jauh berbeda, pada formula I, formula III dan formula IV mengalami penurunan nilai pH sebesar 1 (tabel 3). Pada minyak alamiah dapat terjadi ketengikan akibat oksidasi, depolimerasi pengemulsi makromolekul karena hidrolisis atau degradasi akibat mikroba (Agus 2012) yang dapat merubah pH. Nilai pH formula II dan V tidak mengalami perubahan nilai sebelum dan setelah penyimpanan dipercepat, hal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Viskositas sediaan emulsi formula II,
IV dan V setelah kondsi penyimpanan dipercepat lebih rendah dibandingkan dengan sebelum penyimpanan (tabel 3). Salah satu kelemahan gom dan polisakarida adalah viskositas larutannya cenderung menurun selama proses penyimpanan (Khaturiyah et al. 2015). Pada formula I dan
III diamati adanya pembentukan koalesensi yang cenderung meningkatkan viskositas formula tersebut.
Kriming merupakan bentuk ketidakstabilan emulsi dimana terjadi pemisahan emulsi menjadi beberapa lapisan fase yang berbeda. Kriming menghasilkan sediaan emulsi yang penampakannya kurang baik dan beresiko pada homogenitas sediaan. Formula II dan V, kriming yang terbentuk stabil selama penyimpanan kondisi dipercepat. Formula IV stabil mulai pada hari ke-2 kondisi penyimpanan dipercepat (gambar 2).
Suatu emulsi dikatakan stabil jika karakteristik fase terdispersi sama seperti awal dan terdistribusi homogen pada fase pendispersi selama usia penggunaannya. Tidak ada kontaminasi mikroba atau perubahan fase emulsi serta menunjukan penampilan yang baik dari sisi bau dan warna. Dapat terjadi gejala ketidakstabilan kimia pada emulsi (akibat oksidasi, depolimerisasi akibat hidrolisis atau degradasi mikroba) yang dapat diatasi dengan penambahan antioksidan atau pengawet. Dapat pula terjadi ketidakstabilan fisik (crack), karena pada dasarnya emulsi adalah dua cairan yang terpisah dan didispersikan satu ke dalam yang lain oleh emulgator dan bahan tambahan lain. Perlu juga diperhatikan interaksi antara obat-bahan tambahan atau bahan tambahan-bahan tambahan dalam suatu formula emulsi. Pada prinsipnya, destabilisasi emulsi adalah proses yang saling terkait, dipengaruhi atau mempengaruhi satu dengan yang lainnya (Agus 2012)
PENGGUNAAN LENDIR DARI DAUN GEDI MERAH (Abelmoschus manihot L. Medik) ASAL SULAWESI UTARA SEBAGAI
EMULGATOR PADA SEDIAAN EMULSIUtilization of Gedi Merah Leaf (Abelmoschus manihot L. Medik) Mucilage Native from North Sulawesi as Emulsifier in
7
42
18
22
24
16 26 122 Setelah
46
16
7 Viskositas (mPa’s) Sebelum
6
5
5
4
7 Setelah
6
Emulsion Preparations
5
5
Tipe emulsi Sebelum -- m/a m/a m/a m/a Setelah -- m/a m/a m/a m/a pH Sebelum
Cairan, fase minyak dan air menunjukan pemisahan dan dengan pengocokan sederhana dapat kembali namum menunjukan struktur yang tidak homogen, coklat tua, bau khas minyak ikan
Cairan, fase minyak dan air menunjukan pemisahan, dan dengan pengocokan sederhana dapat kembali namum menunjukan struktur yang tidak homogen kuning muda, bau khas minyak ikan Cairan, fase minyak dan air menunjukan pemisahan dan dengan pengocokan sederhana dapat kembali namum menunjukan struktur yang tidak homogen, coklat muda, bau khas minyak ikan
Cairan, fase
minyak dan
airmenunjukan
pemisahan
dan dengan
pengocokan
sederhana
tetapmenunjukan
pemisahan,
putih susu,
bau khas
minyak ikan
Cairan coklat muda, bau khas minyak ikan Cairan coklat tua bau khas minyak ikan Setelah Cairan, fase minyak dan air terpisah, bening, bau khas minyak ikan
Sebelum Cairan, fase minyak dan air terpisah, bening, bau khas minyak ikan
Cairan putih
susu, bau
khasminyak ikan
Cairan kuning muda, bau khas minyak ikanIV V Organoleptis (bentuk, warna dan bau)
III
I II
Karakteristik Fisik Kondisi Penyimpanan Dipercepat Formula
Tabel 3. Karakteristik fisik hasil evaluasi stabilitas sediaan emulsi minyak ikan sebelum dan setelah kondisi penyimpanan dipercepat
58 Rilyn Novita Maramis*, Donald Emilio Kalonio, Elvie Rifke Rindengan
Gambar 2. Rasio volume kriming terhadap volume total (25 ml) pada hari 1-10 kondisi penyimpanan
dipercepat.
- –
KESIMPULAN Jurnal MIPA Unsrat Online, 3(2), pp.120
124.
Lendir dari daun gedi merah dapat Khaturiyah, R., Nayyar, T., Sabharwal, S., digunakan sebagai emulgator dalam sediaan
Jain, U.K., Taneja R., 2015. Recent emulsi minyak ikan. Approach and Pharmaceutical Applications of Natural Polysaccharides: A Review. International Journal of
UCAPAN TERIMA KASIH
Pharmaceutical Sciences and Research,
Penelitian ini terselenggara atas 6(12), pp.4904 –4919. bantuan dana Riset Pembinaan Tenaga Lim, V., Kardono, L.B.S. & Kam, N., 2015.
Kesehatan (RISBINAKES) dari DIPA Studi Karakteristik dan Stabilitas Pengemulsi Dari Bubuk Lendir Okra
Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado (Abelmoschus esculentus). Jurnal Tahun 2016.
- – Aplikasi Teknologi Pangan, 4(3), pp.100 107.
DAFTAR PUSTAKA
Malviya, R., 2011. Extraction Agus, G., 2012. Sediaan Farmasi Likuida- Characterization and Evaluation of
Semisolida, Bandung: Penerbit ITB. Selected Mucilage as Pharmaceutical
Ansel, H.., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Excipient. Polimery w medycynie, 41(3),
Farmasi, Jakarta: Penerbit Universitas pp.39 –44.
Indonesia (UI-Press). Mandey, J.S., Soetanto H., Sjofjan O., Tulung Anwar, E., 2012. Eksipien Dalam Sediaan
B., 2013. The Effects of Native Gedi
Farmasi Karakterisasi dan Aplikasi, Leaves (Abelmoschus manihot L. Medik)
Jakarta: Dian Rakyat. of Northern Sulawesi-Indonesia as a Deogade, U.M., Deshmukh, V.N. & Sakarkar, Source of Feedstuff on the Performance of Broilers. International Journal of
D.M., 2012. Natural Gums and Mucilage’s in NDDS: Applications and Recent Biosciences, 3(10), pp.82
- –91. Approaches. International Journal of Marzuki, A., Pakki, E. & Zulfikar, F., 2011.
PharmTech Research, 4(2), pp.799 Ekstraksi dan Penggunaan Gelatin Dari –814.
Fattah, Y.R., Kamu V.S., Runtuwene M.R.J., Limbah Tulang Ikan Bandeng (Chanos Kumaunang M., Momuat L., 2014. chanos Forskal) Sebagai Emulgator Identifikasi Barcode Tumbuhan Gedi Dalam Sediaan Emulsi. Majalah Farmasi Merah (Abelmoschus manihot L . medik) dan Farmakologi, 15(2), pp.63 –68. dan Gedi Hijau (Abelmoschus Noorlaila, A., Siti A., Asmeda R., Norizzah, moschatus) Berdasarkan Gen matK. A.R., 2015. Emulsifying Properties of
PENGGUNAAN LENDIR DARI DAUN GEDI MERAH (Abelmoschus manihot L. Medik) ASAL SULAWESI UTARA SEBAGAI
EMULGATOR PADA SEDIAAN EMULSIUtilization of Gedi Merah Leaf (Abelmoschus manihot L. Medik) Mucilage Native from North Sulawesi as Emulsifier in
Emulsion Preparations
Extracted Okra (Abelmoschus esculentus and Evaluation of Okra Gum as a Tablet L.) Mucilage of Different Maturity Index Binder. Jundishapur Journal of Natural and Its Application in Coconut Milk Pharmaceutical Products, 3(1), pp.33
- –38. Emulsion. International Food Research Wang, X., Wang Y., Wu, M., Zhang, X., 2012.
Journal, 22(2), pp.782 Determination of Molecular Weights and –787.
Patel, V.I., Patel H.A., Jani M., Shah A., Kumar Monosaccharide Compositions in S., Patel J.A., 2012. Formulation and Abelmoschus manihot Polysaccharides.
Evaluation of Okra Fruit Mucilage as a Russian Journal of Physical Chemistry A, Binder in Paracetamol and Ibuprofen 86(9), pp.1469 –1472. Tablet. International Journal for
- – Pharmaceutical Research Scholars, 1(1
4), pp.156 –161. Rajendra, A. & Bushetti, S.S., 2012.
Formulation and Evaluation of Matrix Tablets Based on Polyelectrolyte Complex Between Okra Mucilage and Chitosan. International Research Journal
of Pharmacy, 3(2), pp.279 –286.
Tavakoli, N., Ghassemi, D.N., Teimori, R., Hamishekar, H., 2008. Characterization