Uji Efek Ekstrak Daun Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack) Sebagai Penurun Kadar Kolesterol Darah Marmot Jantan (Cavia cobaya).

(1)

UJI EFEK EKSTRAK DAUN KEMUNING (Murraya paniculata (L.) Jack) SEBAGAI PENURUN

KADAR KOLESTEROL DARAH MARMOT JANTAN (Cavia cobaya)

SKRIPSI

Oleh : MARINA PANE

NIM 071524043

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

BAHAN SKRIPSI

UJI EFEK EKSTRAK DAUN KEMUNING (Murraya paniculata (L.) Jack) SEBAGAI PENURUN

KADAR KOLESTEROL DARAH MARMOT JANTAN (Cavia cobaya)

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Oleh : MARINA PANE

NIM 071524043

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Pengesahan Skripsi

UJI EFEK EKSTRAK DAUN KEMUNING (Murraya paniculata (L.) Jack) SEBAGAI PENURUN

KADAR KOLESTEROL DARAH MARMOT JANTAN (Cavia cobaya)

Oleh: MARINA PANE

NIM 071524043

Dipertahankan Di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal : Desember 2010

Pembimbing I, Panitia Penguji

(Drs. Saiful Bahri, MS., Apt.) (Prof. Dr. Urip Harahap, Apt.) NIP 19520824 198303 1001 NIP 19530101 198303 1004

Pembimbing II, (Drs. Saiful Bahri, MS., Apt.) NIP 19520824 198303 1001

(Drs. Awaluddin Saragih, MSi, Apt.)

NIP 19500822 197412 1002 (Drs. Rasmadin Mukhtar, MS., Apt.) NIP 19490910 198003 1002

(Drs. Panal Sitorus, M.Si., Apt.) NIP 19531030 198003 1002

Dekan Fakultas Farmasi

(Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.)


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia Nya sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Terima kasih yang tulus dan tak terhingga penulis sampaikan kepada Ayahanda Maulana Pane dan Ibunda Murniaty, S yang tercinta serta kakanda Rahmadhani Pane dan Adinda Fadila Ahmad Pane atas segala doa, kasih sayang, dorongan moril dan materil kepada penulis selama masa perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Saiful Bahri, MS., Apt dan Bapak Drs. Awaluddin Saragih, MSi., Apt., yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab selama melakukan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas

Farmasi yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.

2. Ibu Dra. Fat Aminah, MSc., Apt., sebagai dosen wali yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.

3. Bapak Drs. Panal Sitorus, MSi., Apt., selaku Kepala Laboratorium Farmakognosi yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian.

4. Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., Bapak Drs. Rasmadin Muchtar MS., Apt., dan Bapak Drs. Panal Sitorus, MSi., Apt., selaku dosen penguji yang


(5)

telah memberi masukan dan saran kepada penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.

6. Teman-teman mahasiswa/i Farmasi Ekstensi 07, Indah, Bang Diding, Baginda, Sri, Dewi, Winda, Surya, puji, Bang Bagus, Bang Dadang, Kak Nita, Kak Mery, dan Khomaidi Hambali Siambaton yang selalu memberikan bantuan, semangat dan perhatian selama ini sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Kiranya Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, Desember 2010

Penulis,


(6)

UJI EFEK EKSTRAK DAUN KEMUNING (Murraya pniculata (L.) Jack) SEBAGAI PENURUN

KADAR KOLESTEROL DARAH MARMOT JANTAN (Cavia cobaya)

ABSTRAK

Kadar kolesterol tinggi merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab aterosklerosis. Pengobatan untuk penderita kolesterol tinggi dengan obat-obatan kimia harganya relatif mahal dan memiliki efek samping sehingga masyarakat sudah menggunakan obat tradisional untuk menurunkan kadar kolesterol yang tinggi. Salah satunya adalah daun kemuning.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kemuning terhadap kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia dengan cara memberikan makanan induksi berupa kuning telur (dosis 1% bb) serta lemak kambing 15 g/100 g jumlah pakan yang diberikan selama 14 hari.

Pada penelitian dilakukan karakterisasi simplisia, ekstraksi serbuk simplisia dan uji efek penurun kadar kolesterol ekstrak daun kemuning (Murraya

paniculata (L.) Jack, suku Rutaceae) terhadap marmot yang dibuat

hiperkolesterolemia. Ekstrak daun kemuning diberikan secara oral dengan dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, 400 mg/kg BB. Simvastatin dosis 0,80 mg/kg BB sebagai pembanding positif, dan suspensi Na-CMC 0,5% sebagai pembanding negatif.

Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun kemuning diperoleh kadar air 5,65%, kadar abu total 5,92%, kadar abu tidak larut dalam asam 1,39%, kadar sari larut dalam air 27,07%, kadar sari larut dalam etanol 17,78%. Ekstraksi dilakukan secara perkolasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%.

Dari hasil pengujian statistik diperoleh bahwa pada pemberian ekstrak daun kemuning dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB memberikan penurunan kadar kolesterol yang tidak berbeda secara nyata dengan pemberian suspensi simvastatin 0,80 mg/kg BB.


(7)

THE EFFICACY TEST OF KEMUNING LEAF (Murraya paniculata (L.) Jack) EXTRACT

IN LOWERING THE BLOOD CHOLESTEROL LEVEL OF MALE GUINEA PIG (Cavia Cobaya)

ABSTRACT

Hypercholesterolemia is one of the main risk factor that causing atherosclerosis. The treatment for high cholesterol patients using chemical drugs is rather expensive nowadays and has various adverse effect, causing people to begin using traditional drugs to decrease high cholesterol level. One of these traditional drugs is kemuning leaf.

The objective of this research is to assess the effect of treatment with kemuning leaf extract against hypercholesterolemia-induced guinea pigs blood cholesterol level. The hypercholesterolemia was induced by giving inducing diets containing 15g goat fat/100 g of food and yolk (dose 1% BW), given for fourteen days.

In the research, simplex characterization, simplex powder extraction and the assessment of cholesterol decreasing effect of kemuning leaf (Murraya paniculata (L.) Jack, family Rutaceae) extract to hypercholesterolemia induced guinea pig were done. The kemuning leaf extract was given orally with the dosage of 100 mg/kg BW, 200 mg/kg BW, 400 mg/kg BW. Simvastatin with dosage of 0,80 mg/kg BW was used as positive control and Na-CMC suspension 0,5% was used as negative control.

The result of the simplex characterization showed water content of 9,13%, total ash content of 4,54%, acid insoluble ash content of 1,66 %, water soluble extract content of 17,17%, and ethanol soluble extract content of 11,71%. The extraction was done with percolation method using ethanol 96% as solvent.

From the result of the statistical test, it was found that in the administration of kemuning leaf extract with dosage of 100 mg/kg BW, 200 mg/kg BW, 400 mg/kg BW,all showed cholesterol lowering effect insignificantly different with the administration of simvastatin suspension dose 0,80 mg/kg BW.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ………. i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Kerangka Konsep Penelitian ... 3

1.3 Perumusan Masalah ... 3

1.4 Hipotesis ... 4

1.5 Tujuan Penelitian ... 4

1.6 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian Tumbuhan Kemuning ... 5

2.1.1 Sistematika Tumbuhan ... 5

2.1.2 Nama Lain ... 6

2.1.3 Morfologi Tumbuhan ... 6


(9)

2.1.5 Kandungan Kimia ... 7

2.2 Simplisia dan Ekstraksi ... 7

2.3 Metode Ekstraksi ... 8

2.4 Kolesterol ... 8

2.4.1 Jenis Kolesterol ... 11

2.4.2 Kolesterol dan Hubungannya Pada Beberapa Penyakit.. 14

2.5 Hiperlipidemia ... 16

2.6 Obat – obat Penurun Kolesterol ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Alat dan Bahan ... 20

3.1.1 Alat ... 20

3.1.2 Bahan ... 20

3.2 Penyiapan Sampel ... 21

3.2.1 Pengambilan Sampel ... 21

3.2.2 Identifikasi Sampel... 21

3.2.3 Pengolahan Sampel ... 21

3.3 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia ... 22

3.3.1 Pemeriksaan Makroskopik ... 22

3.3.2 Pemeriksaan Mikroskopik ... 22

3.3.3 Penetapan Kadar Air ... 22

3.3.4 Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air ... 23

3.3.5 Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Etanol ... 23

3.3.6 Penetapan Kadar Abu Total ... 24


(10)

3.4 Pembuatan Ekstrak Daun Kemuning ... 24

3.5 Penyiapan Hewan Percobaan ... 25

3.6 Percobaan Efek Penurun Kadar Kolesterol ... 25

3.6.1 Penyiapan Bahan ... 25

3.6.1.1 Pembuatan Suspensi CMC-Na 0,5% (b/v) ... 25

3.6.1.2 Pembuatan Suspensi Ekstrak Daun Kemuning ... ... 26

3.6.1.3 Pembuatan Suspensi Simvastatin ... 26

3.6.2 Penyiapan Hewan Uji yang Hiperkolesterolemia... 26

3.6.3 Pengujian Efek Penurun Kadar Kolesterol …..…... 27

3.6.3.1 Pemberian Suspensi Kontrol, Suspensi EDK dan Suspensi Simvastatin Pada Marmot Yang Hiperkolesterolemia ... 27

3.6.3.2 Pengambilan Darah ... 27

3.6.3.3 Penetapan Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot. . 28

3.7 Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

5.1 Kesimpulan ... 36

5.2 Saran .. ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Identifikasi Tumbuhan ………... 40

2. Gambar Tumbuhan Kemuning dan Simplisia Daun Kemuning …… 41

3. Bagan Penelitian Daun Kemuning ………. 42

4. Mikroskopik Serbuk Simplisia Daun Kemuning ………... 43

5. Perhitungan Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia ……… 44

6. Hasil Penetapan Kadar Abu Serbuk Simplisia ……… 49

7. Bagan Alur Penyiapan Hewan Uji Hiperkolesterolemia ………. 50

8. Bagan Alur Pengujian Efek Penurun Kolesterol ... 51

9. Bagan Alur Pengambilan Darah Marmut ……… 52

10. Bagan alur pengukuran kadar kolesterol darah marmot ... 53

11. Contoh perhitungan dosis ... 54

12. Alat Pengukur Kadar Kolesterol Microlab 300 (E-Merk) …………. 56

13. Data Pengukuran Kadar Kolesterol Darah Marmot ………... 57

14. Hasil Perhitungan Deskriptif Kadar Kolesterol dengan SPSS ……... 58

15. Hasil Perhitungan ANOVA Kadar Kolesterol dengan SPSS ………. 59

16. Hasil Uji Duncan ... 60

17. Spesifikasi Alat Microlab 300 (E-Merk) ... 62

18. Pengoperasian Alat Microlab 300 (E-Merk) ... 65

19. Reagensia Kolesterol ... 67

20. Surat Keterangan Pemakaian Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara ... 68


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1. Diagram Kerangka Konsep Penelitian ... 3

2.1. Struktur Kolesterol ... 11

3.2. Tumbuhan Kemuning ... 41

3.3. Simplisia Daun Kemuning ... 41

3.4. Bagan Penelitian Daun Kemuning ... 42

3.5. Mikroskopik Serbuk Simplisia Daun Kemuning ... 43

3.6. Bagan Alur Penyiapan Hewan Uji Hiperkolesterolemia ... 50

3.7. Bagan Alur Pengujian Efek Penurun Kolesterol ... 51

3.8. Bagan Alur Pengambilan Darah Marmot ... 52

3.9. Bagan Alur Pengukuran Kadar Kolesterol Darah Marmot ... 53

3.1. Alat Mikrolab 300 ( E. Merck) ... 56

4.1. Grafik kadar kolesterol darah marmot (mg/dl) vs Waktu (Hari) pada berbagai perlakuan... 31


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.3. Konversi Perhitungan Dosis Antar Jenis Hewan ... 54

3.4. Hasil Perhitungan Deskriptif Kadar Kolesterol dengan SPSS ... 58

3.5. Hasil Perhitungan ANOVA Kadar Kolesterol dengan SPSS ... 59

3.6. Hasil Uji Duncan ... 60

4.1. Hasil Karakteristik Serbuk Simplisia ... 30

4.2. Rata – rata Kolesterol Darah Marmot Setelah Pemberian Obat Pada Hari ke-19 dan ke-23 ... 33


(14)

UJI EFEK EKSTRAK DAUN KEMUNING (Murraya pniculata (L.) Jack) SEBAGAI PENURUN

KADAR KOLESTEROL DARAH MARMOT JANTAN (Cavia cobaya)

ABSTRAK

Kadar kolesterol tinggi merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab aterosklerosis. Pengobatan untuk penderita kolesterol tinggi dengan obat-obatan kimia harganya relatif mahal dan memiliki efek samping sehingga masyarakat sudah menggunakan obat tradisional untuk menurunkan kadar kolesterol yang tinggi. Salah satunya adalah daun kemuning.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kemuning terhadap kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia dengan cara memberikan makanan induksi berupa kuning telur (dosis 1% bb) serta lemak kambing 15 g/100 g jumlah pakan yang diberikan selama 14 hari.

Pada penelitian dilakukan karakterisasi simplisia, ekstraksi serbuk simplisia dan uji efek penurun kadar kolesterol ekstrak daun kemuning (Murraya

paniculata (L.) Jack, suku Rutaceae) terhadap marmot yang dibuat

hiperkolesterolemia. Ekstrak daun kemuning diberikan secara oral dengan dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, 400 mg/kg BB. Simvastatin dosis 0,80 mg/kg BB sebagai pembanding positif, dan suspensi Na-CMC 0,5% sebagai pembanding negatif.

Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun kemuning diperoleh kadar air 5,65%, kadar abu total 5,92%, kadar abu tidak larut dalam asam 1,39%, kadar sari larut dalam air 27,07%, kadar sari larut dalam etanol 17,78%. Ekstraksi dilakukan secara perkolasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%.

Dari hasil pengujian statistik diperoleh bahwa pada pemberian ekstrak daun kemuning dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB memberikan penurunan kadar kolesterol yang tidak berbeda secara nyata dengan pemberian suspensi simvastatin 0,80 mg/kg BB.


(15)

THE EFFICACY TEST OF KEMUNING LEAF (Murraya paniculata (L.) Jack) EXTRACT

IN LOWERING THE BLOOD CHOLESTEROL LEVEL OF MALE GUINEA PIG (Cavia Cobaya)

ABSTRACT

Hypercholesterolemia is one of the main risk factor that causing atherosclerosis. The treatment for high cholesterol patients using chemical drugs is rather expensive nowadays and has various adverse effect, causing people to begin using traditional drugs to decrease high cholesterol level. One of these traditional drugs is kemuning leaf.

The objective of this research is to assess the effect of treatment with kemuning leaf extract against hypercholesterolemia-induced guinea pigs blood cholesterol level. The hypercholesterolemia was induced by giving inducing diets containing 15g goat fat/100 g of food and yolk (dose 1% BW), given for fourteen days.

In the research, simplex characterization, simplex powder extraction and the assessment of cholesterol decreasing effect of kemuning leaf (Murraya paniculata (L.) Jack, family Rutaceae) extract to hypercholesterolemia induced guinea pig were done. The kemuning leaf extract was given orally with the dosage of 100 mg/kg BW, 200 mg/kg BW, 400 mg/kg BW. Simvastatin with dosage of 0,80 mg/kg BW was used as positive control and Na-CMC suspension 0,5% was used as negative control.

The result of the simplex characterization showed water content of 9,13%, total ash content of 4,54%, acid insoluble ash content of 1,66 %, water soluble extract content of 17,17%, and ethanol soluble extract content of 11,71%. The extraction was done with percolation method using ethanol 96% as solvent.

From the result of the statistical test, it was found that in the administration of kemuning leaf extract with dosage of 100 mg/kg BW, 200 mg/kg BW, 400 mg/kg BW,all showed cholesterol lowering effect insignificantly different with the administration of simvastatin suspension dose 0,80 mg/kg BW.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kolesterol merupakan prekursor semua senyawa steroid lainnya di dalam tubuh, misal kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D. Kolesterol disintetis di dalam tubuh dari asetil-KoA membentuk mevalonat melalui sebuah jalur yang kompleks (Murray, 2002).

Kolesterol penting bagi metabolisme tubuh. Kebutuhan tubuh akan kolesterol dapat diperoleh dari sintetis yang dilakukan hati maupun dari asupan makanan. Tubuh membutuhkan kolesterol, kolesterol secara terus-menerus dibentuk atau disintesis di dalam hati. Sekitar 70% kolesterol dalam darah merupakan hasil sintesis dalam hati, sedangkan sisanya 30 % merupakan sumbangan dari konsumsi produk hewani seperti jeroan, otak, kuning telur, daging, hasil perikanan seperti; kerang, kepiting, siput, udang, dan lain-lain (Netzer, 1994).

Aterosklerosis terjadi karena kadar kolesterol dalam darah meningkat dan menumpuk pada dinding arteri atau pembuluh darah. Penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah, yang disebut plak, membuat dinding pembuluh darah menjadi sempit, keras dan kaku sehingga tidak ada lagi sisa ruangan untuk aliran darah, tekanan darah naik dan berakibat pada serangan jantung dan pendarahan otak. Banyak obat sintetik yang beredar tetapi kurang terjangkau oleh masyarakat umum karena harga yang relatif mahal dan cenderung menimbulkan efek samping obat yang merugikan.


(17)

Indonesia adalah negara yang kaya dengan bahan alam terutama tumbuhan yang berpotensi besar untuk dimanfaatkan dan dikembangkan secara maksimal. Perubahan sikap kembali ke alam (back to nature) sekarang ini justru membuat pemanfaatan tanaman obat semakin meningkat (AgroMedia, 2008).

Dari sekian banyak tumbuhan yang berkhasiat sebagai penurun kolesterol, tumbuhan kemuning merupakan salah satu tumbuhan yang juga berkhasiat sebagai penurun kolesterol. Selain itu tumbuhan kemuning juga berkhasiat sebagai pemati rasa (anastesia), penenang (sedatif), antiradang, antirematik, antitiroid, penghilang bengkak, pelangsing tubuh, pelancar peredaran darah, dan penghalus kulit. Secara tradisional pemanfaatan daun kemuning sebagai penurun kolesterol adalah cuci 20 gram daun kemuning segar hingga bersih, lalu rebus dalam 3 gelas air hingga tersisa 1 gelas air. Minum ramuan ini 3 kali sehari (Harmanto, 2005).

Daun kemuning mengandung cadinena, metil-antranilat, bisabolena, β -kariopilena, geraniol, carane-3, eugenol, citronelol, metil-salisilat, s-guaiazulena, osthol, paniculatin, tanin, dan coumurrayin (Iskandar, 2005). Menurut Materia Medika Indonesia, daun kemuning mengandung minyak atsiri, damar, tanin, glikosida murrayin (Ditjen POM, 1977).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis melakukan penelitian uji efek ekstrak daun kemuning sebagai penurun kadar kolesterol darah pada marmot yang dibuat hiperkolesterolemia dengan simvastatin sebagai pembanding positif.


(18)

1.2 Kerangka konsep penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan kerangka konsep seperti ditunjukkan berikut ini:

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Gambar 1.1. Diagram kerangka konsep penelitian

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah penelitian adalah: a. apakah ekstrak daun kemuning memiliki aktivitas sebagai penurun kadar

kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia. Serbuk Simplisia Daun Kemuning Karakterisasi Simplisia - Makroskopik - Mikroskopik - PK Air - PK Abu - PK Abu tidak larut asam - PK Sari larut dalam air - PK Sari larut dalam etanol

Marmot dan penginduksi kuning telur ayam

Kenaikan Kadar Kolesterol mg/dl Ekstrak Daun Kemuning Simvastatin Penurunan Kadar Kolesterol mg/dl Kadar Kolestreol mg/dl


(19)

b. apakah ada perbedaan antara efek penurun kadar kolesterol dari ekstrak daun kemuning dibandingkan simvastatin.

1.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka dibuat hipotesis sebagai berikut:

a. ekstrak daun kemuning memiliki aktivitas sebagai penurun kadar kolesterol darah marmot yang hiperkolesterolemia.

b. pemberian ekstrak daun kemuning memberikan efek penurunan kolesterol dibandingkan dengan simvastatin.

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kemuning terhadap kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia.

b. untuk membandingkan efek ekstrak daun kemuning sebagai penurun kadar kolesterol dengan obat simvastatin.

1.6 Manfaat Penelitian

1. sebagai sumber informasi ilmiah mengenai khasiat ekstrak daun kemuning sebagai penurun kadar kolesterol.

2. menambah inventaris tumbuhan obat Indonesia yang berkhasiat penurun kadar kolesterol yang didukung oleh penelitian ilmiah.

3. mendapatkan dosis yang tepat dari ekstrak daun kemuning yang memberikan efek menurunkan kadar kolesterol optimal.


(20)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan Kemuning

Secara geografis, tumbuhan kemuning berasal dari daratan India, Asia Selatan (Iskandar, 2005). Kemuning bersosok perdu dengan tinggi mencapai 8 meter. Selain tumbuh liar di semak belukar, kemuning juga ditanam orang sebagai tanaman hias. Tempat tumbuhnya dari dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian 400 meter di atas permukaan laut .

Daun tumbuhan ini dapat digunakan sebagai penurun kadar kolesterol dalam darah dengan kandungan kimia berupa tannin, flavanoid, steroid, dan alkaloid (Harmanto, 2005).

2.1.1 Sistematika Tumbuhan

Sistematika tumbuhan kemuning adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae ( plants )

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Sapindales

Famili : Rutaceae

Genus : Murraya


(21)

2.1.2 Nama lain

Tumbuhan kemuning mempunyai nama lain adalah sebagai berikut 1. Nama ilmiah : Murraya paniculata (L) Jack.

2. Nama daerah

Jawa : kamuning (Sunda), kemuning (Jawa Tengah), kamoneng (Madura)

Sumatera : kemuning (Melayu), kemunieng (Minangkabau) Bali : kemuning

Nusa Tenggara : kemuni (Bima), kemuning (Sumba), Sukik (Roti)

Sulawesi : kamuning (Menado, Makasar), kamoni (Bare), palopo (Bugis) Maluku : eschi (Wetar), fanasa (Aru), kamoni (Ambon, Ulias), kamone (Buru)

3. Nama Asing : Jiu Li Xiang, Yueh Chu (C), Orange Jasmine (I), Ekangi, Bibzar Koonti, Thanethha, May-Kay, Honey Bush, Cosmetic Box.

(Dalimartha, 1999)

2.1.3 Morfologi Tumbuhan

Kemuning termasuk tanaman semak atau pohon kecil. Pohon kemuning bercabang dan beranting banyak. Tinggi tanaman sekitar 3-8 m. Batang kemuning keras, beralur, dan tidak berduri. Daunnya majemuk bersirip ganjil dengan jumlah anak daun antara 3-9 helai dan letaknya berseling. Helaian daun bertangkai berbentuk telur, sungsang, ujung pangkal runcing, serta tepi rata atau sedikit bergerigi. Panjang daun sekitar 2-7 cm dan lebar antara 1-3 cm. Permukaan daun licin, mengkilap, dan berwarna hijau. Bunga kemuning majemuk dan berbentuk tandan yang terdiri dari 1-8 bunga. Warnanya putih dan berbau harum. Bunga –


(22)

bunga kemuning keluar dari ketiak daun atau ujung ranting. Buah kemuning berbentuk bulat telur atau bulat memanjang dengan panjang 8-12 mm. Bila masih muda, buah berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah mengkilap. Di dalam buah terdapat dua buah biji (Iskandar, 2005).

2.1.4 Sifat dan Khasiat Tumbuhan

Kemuning bersifat pedas, pahit, dan hangat. Selain berkhasiat sebagai penurun kolesterol, kemuning juga berkhasiat sebagai pemati rasa (anastesia), penenang (sedatif), antiradang, antirematik, antitiroid, penghilang bengkak, pelangsing tubuh, pelancar peredaran darah, dan penghalus kulit (Iskandar, 2005). Daun kemuning berkhasiat sebagai antitiroida (Ditjen POM, 1977).

2.1.5 Kandungan Kimia

Daun kemuning mengandung cadinena, metil-antranilat, bisabolena,

β-kariopilena, geraniol, carane-3, eugenol, citronelol, metil-salisilat, s-guaiazulena, osthol, paniculatin, tanin, dan coumurrayin (Iskandar, 2005). Daun

kemuning mengandung minyak atsiri, damar, tanin, glikosida murrayin (Ditjen POM, 1977).

2.2 Simplisia dan Ekstraksi

Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM, 2000).

Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau


(23)

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan (Ditjen POM, 2000).

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.

2.3 Metode Ekstraksi

Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu, dengan cara dingin dan cara panas.

1. Cara dingin dapat dilakukan dengan cara: a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahapan maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5 kali jumlah bahan.

2. Cara panas dapat dilakukan dengan cara: a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur pada titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan


(24)

dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga proses ekstraksi sempurna.

b. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru dan pada umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. c. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 400 - 500C.

d. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 96-98oC selama waktu 15-20 menit di penangas air, dapat berupa bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih.

e. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥ 30 menit) dan temperatur sampai titik didih air (Ditjen POM, 2000).

2.4 Kolesterol

Salah satu unsur yang ada dalam makanan kita sehari-hari adalah lemak. Lemak merupakan zat yang kaya energi, berfungsi sebagai sumber energi utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh melalui makanan atau dibentuk dalam tubuh, terutama di hati dan dapat disimpan di dalam sel-sel lemak atau jaringan adipose untuk dipakai di kemudian hari. Sel-sel lemak juga melindungi tubuh dari dingin dan membantu melindungi tubuh dengan berbagai cara. Lemak


(25)

merupakan komponen penting dari selaput sel, selulubung sel saraf yang membungkus sel-sel saraf serta empedu. Selain lemak, ada juga golongan lemak lainnya yang sebenarnya tidak berkaitan dengan asam lemak tetapi masih digolongkan sebagai lemak karena mempunyai sifat-sifat yang serupa dengan lemak yang sebenarnya. Zat yang sama ini dikenal dengan istilah lipomimetic compoud, yaitu komponen yang menyerupai lemak. Contohnya kolesterol. Kolesterol adalah zat alamiah dengan sifat fisik seperti lemak tapi memiliki rumus seperti steroida (Tjay, 2002).

Kolesterol terdapat di dalam jaringan dan lipoprotein plasma, yang bisa dalam bentuk kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak rantai panjang sebagai ester kolesteril. Unsur ini disintesis di banyak jaringan dari asetil-KoA dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh di dalam empedu sebagai garam kolesterol atau empedu. Kolesterol merupakan prekursor semua senyawa steroid lainnya di dalam tubuh, misal kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D (Murray, 2003).

Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap sebagai berikut: 1. Mevalonat, yang merupakan senyawa enam-karbon, disintesis dari

asetil-KoA.

2. Unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat dengan menghilangkan CO2. 3. Enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk skualen. 4. Skualen mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk,

yaitu lanosterol.

5. Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah melalui beberapa tahap lebih lanjut, termasuk menghilangkan tiga gugus metil (Murray, 2003).


(26)

Rumus struktur kolesterol dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1. Struktur kolesterol.

Kolesterol merupakan zat yang berguna untuk menjalankan fungsi tubuh. Kolesterol berasal dari lemak yang menghasilkan 9 kalori. Sementara itu, karbohidrat dari tepung dan gula hanya menghasilkan 4 kalori. Lemak yang termakan terdiri atas lemak jenuh dan lemak tak jenuh yang masing – masing dibutuhkan tubuh. Selain berguna untuk proses metabolisme, kolesterol berguna membungkus jaringan saraf (myelin), melapisi selaput sel, dan pelarut vitamin. Pada anak – anak kolesterol dibutuhkan untuk mengembangkan jaringan otaknya. Kolesterol hanya diperoleh dari makanan yang terdapat pada hewan, seperti otak, jeroan, daging, dan kulit ayam (Wiryowidagdo, 2007).

2.4.1 Jenis Kolesterol

Lipid plasma yang utama yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipiddan asam lemak bebas tidak larut dalam cairan plasma. Agar lipid plasma dapat diangkut dalam sirkulasi, maka susunan molekul lipid tersebut perlu dimodifikasi, yaitu dalam bentuk lipoprotein yang bersifat larut dalam air. Lipoprotein ini bertugas mengangkut lipid dari tempat sintetisnya menuju tempat penggunaannya (Suyatna, 1995). Lipoprotein dbagi menjadi 5 bagian yakni kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL), intermediate density lipoprotein (IDL), low density lipoprotein ( LDL), dan high density lipoprotein (HDL). Dari kelimanya, yang penting untuk diketahui adalah LDL dan HDL.


(27)

1. Low density lipoprotein (LDL) merupakan lipoprotein yang mengangkut kolesterol terbesar untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh dan pembuluh nadi. LDL sering disebut kolesterol jahat karena efeknya yang

arterogenik (mudah melekat pada dinding pmbuluh darah), sehingga dapat menyebabkan penumpukan lemak dan penyempitan pembuluh darah (arterosclerosis). Kadar LDL di dalam darah sangat tergantung dari lemak yang masuk Semakin tinggi/banyak lemak yang masuk, semakin menumpuk pula LDL. Hal ini disebabkan LDL merupakan lemak jenuh yang tidak mudah larut.

2. High density lipoprotein (HDL) merupakan lipoprotein yang mengandung Apo A, yang memiliki efek anti-arterogenik, sehingga disebut kolesterol baik. Fungsi utamanya adalah membawa kolesterol bebas dari dalam endotel dan mengirimkannya ke pembuluh darah (Wiryowidagdo, 2007) Kolesterol di dalam tubuh dapat bersifat endogen dan eksogen. Sifat endogen terjadi bila kolesterol disintesis oleh hati dan eksogen bila kolesterol berasal dari makanan yang dimakan. Mekanisme penyerapan lemak di dalam tubuh adalah sebagai berikut: lemak yang diperoleh melalui makanan setelah sampai di usus dua belas jari akan dicernakan. Cairan empedu yang berasal dari kantung empedu dan enzim pemecah lemak yaitu lipase yang dikeluarkan oleh pankreas akan memecah lemak menjadi gliserol dan asam lemak. Asam lemak dan gliserol itu setelah melalui dinding usus disintesis kembali menjadi trigliserida masuk ke dalam aliran darah melalui vili-vili getah bening dan akhirnya sampai ke hati, bersamaan dengan trigliserida diangkut pula kolesterol dan fosfolipid yaitu senyawa lemak dan fosfor. Dalam perjalanan menuju hati


(28)

kolesterol dan trigliserida dari makanan bergabung dan membentuk ikatan protein menjadi partikel lipoprotein yang besar yang disebut kilomikron. Di dalam hati, lipida ini bersama- sama dengan lipida yang disintesis dalam hati sendiri dirubah menjadi bentuk lain dari lipoprotein yaitu VLDL. VLDL ini bersama aliran darah dibawa ke seluruh tubuh dan selama dalam perjalanan tersebut VLDL melepaskan trigliserida dari ikatannya untuk keperluan energi atau untuk disimpan dalam jaringan tubuh sebagai cadangan lemak (Moehyi, 1995).

HDL dan LDL mempunyai fungsi yang bertolak belakang, HDL merupakan partikel lipoprotein yang sangat kecil dan dibuat di dalam hati, mengandung Apo A yang memiliki efek anti aterogenik sehingga disebut kolesterol baik. Fungsi utama HDL mengambil kolesterol dari jaringan perifer sehingga mencegah penimbunan lemak dan aterosklerosis, dengan demikian penimbunan kolesterol di perifer berkurang. HDL dianggap sebagai pembersih kolesterol dari dinding arteri terol yang sudah diangkut tersebut masuk ke hati, diproses menjadi asam empedu dan dikeluarkan usus untuk mengaktifksn absorpsi lemak. Pembentukan HDL merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk menjaga keseimbangan lemak dalam tubuh (Wiryowidagdo, 2007).

LDL merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbesar untuk mengedarkan kolesterol ke seluruh tubuh yang diperlukan untuk pembentukan sel tubuh. Sel-sel jaringan tubuh mempunyai alat penerima kolesterol yang disebut kolesterol reseptor. LDL disebut kolesterol jahat karena efeknya yang aterogenik

yaitu mudah melekat pda dinding pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan penumpukan lemak dan terjadi penyempitan pembuluh darah seehingga dapat menimbulkan penumpukan lemak dan terjadi penyempitan pembuluh darah .


(29)

Kadar LDL dalam darah sangat tergantung dari lemak yang masuk dan kemampuan kolesterol reseptor untuk mengikat kolesterol. Fungsi LDL membawa kolesterol ke jaringan perifer. Meningkatnya LDL akan menyebabkan kolesterol menumpuk dalam jaringan, sel-sel, dan organ tubuh. Walaupun demikian, kemampuan kolesterol reseptor untuk menyerap kolesterol ada batasnya. Kolesterol yang tidak bisa diserap oleh kolesterol reseptor akan tetap tinggal pada pembuluh darah dan membentuk plak. Jika keadaan ini terjadi terus-menerus pembuluh darah tersebut akan tersumbat. Sumbatan ini bisa fatal jika terjadi pada pembuluh darah penting seperti di otak dan jantung (Suyatna, 1995).

2.4.2 Kolesterol dan Hubungannya Pada Beberapa Penyakit

Beberapa penyakit yang berhubungan dengan kolesterol adalah sebagai berikut:

a. Penyakit jantung. Penyakit jantung terutama disebabkan oleh penebalan dan pengerasan dinding pembuluh darah yang dikenal dengan aterosklerosis.

Aterosklerosis terjadi akibat proses jangka panjang yang berawal dari penimbunan lemak di dinding pembuluh darah . Penimbunan ini terjadi terus menerus dan secara alami tanpa menimbulkan gejala hingga terjadi penyempitan yang cukup nyata. Penyempitan ini dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah total sehingga menyebabkan kerusakan atau kematian jaringan dari organ yang terhenti aliran darahnya (Mursito, 2002). b. Hipertensi. Hipertensi terjadi sebagai akibat pengaruh tingginya tekanan darah

arteri yang menetap yang dapat merusak pembuluh-pembuluh dan arteri pada jantung, otak ginjal, dan mata. Seluruh sistem peredaran darah dipengaruhi sejak hipertensi menjadi lebih parah karena darah mengalir dari jantung ke


(30)

organ-organ penting. Pengaruh hipertensi terhadap pembuluh-pembuluh darah sebagai berikut: peningkatan tekanan darah arteri dapat berubah dan merusak dinding sebelah dalam arteri. Dinding arteri menjadi lebih tebal sementara ruang untuk transportasi darah menjadi kecil. Lemak yang terbentuk, disebut juga plak, menghasilkan kerusakan pada dinding arteri dan menyumbat aliran darah sepanjang arteri sehingga tekanan darah menjadi lebih tinggi. Bekuan-bekuan darah lebih mudah terbentuk dan menjadi lebih berbahaya bila tidak dikeluarkan (Moehyi, 1995).

c. Angina pectoris. Selama dalam peredaran darah ada kecendrungan kolesterol menempel pada dinding pembuluh darah sehingga mempersempit pembuluh tersebut. Proses ini terjadi karena sifat dari LDL yang sangat aterogenik. Kondisi demikian akan membuat aliran darah menjadi tidak lancar dan lemak terlarut dalam darah semakin tidak mencukupi proses metabolisme sehingga mengganggu keseimbangan kebutuhan dan persediaan oksigen (aerobic). Bila yang terjadi merupakan metabolisme anaerobik, maka akan terjadi penumpukan asam laktat sehingga seseorang akan merasa nyeri di balik tulang dada. Peristiwa ini disebut anginapectoris (Mursito, 2002).

d. Obesitas. Obesitas atau kegemukan adalah penumpukan lemak tubuh yang berlebihan. Penumpukan lemak pada orang gemuk jelas terlihat di bagian perut, pinggul, atau paha. Kegemukan cenderung menyebabkan kadar kolesterol, VLDL, dan LDL tinggi (Budiana, 2007).


(31)

2.5 Hiperlipidemia

Hiperlipidemia (lebih tepat hiperlipoproteinemia) adalah keadaan dimana kadar lipoprotein darah meningkat. Dapat dibedakan dua jenis, yakni :

- hiperkolesterolemia dengan peningkatan kadar LDL dan kolesterol total. - hipertrigliseridemia dengan peningkatan kadar TG (Tjay, 2002).

Klasifikasi hiperlipoproteinemia yang dikenal adalah klasifikasi Frederickson yang membagi hiperlipoproteinemia atas dasar fenotip plasma, mengidentifikasi jenis lipoprotein yang meningkat dengan gejala klinik serta bermanfaat dalam menentukan pengobatan tanpa memandang etiologi penyakit (Suyatna, 1995).

Tipe I Hiperkilomikronemia familial. Hiperkilomikronemia masif pada waktu puasa walapun jumlah lemak dalam diet normal, menyebabkan peningkatan triasilgliserol serum yang sangat tinggi. Pengobatan dengan diet rendah lemak. Tidak ada obat yang efektif untuk hiperlipidemia tipe I.

Tipe IIA Hiperkolesterolemia familial. Peningkatan LDL dengan kadar VLDL normal karena penghambatan dalam degradasi LDL, sehingga terdapat peningkatan kolesterol serum tetapi triasilgliserol normal. Pengobatan dengan diet rendah kolesterol dan rendah lemak jenuh. Heterozigot : kolesteramin atau kolestipol dan /atau lovastatin atau mevastatin. Homozigot : seperti di atas ditambah niasin.

Tipe IIB Hiperlipidemia kombinasi familial. Sama dengan IIA kecuali VLDL juga meningkat menyebabkan triasilgliserol dan kolesterol meningkat. Disebabkan produksi VLDL oleh hati berlebihan. Pengobatan sama seperti IIA kecuali heterozigot juga menerima niasin.


(32)

Tipe III Disbetalipoproteinemia familial. Konsentrasi IDL serum meningkat menyebabkan peningkatan kadar triasilgliserol dan kolesterol disebabkan overproduksi atau IDL kurang digunakan. Pengobatan dengan menurunkan berat badan (jika perlu), pembatasan diet kolesterol dan alkohol, terapi obat dengan niasin dan klofibrat atau lovastatin.

Tipe IV Hipertrigliseridemia familial. Kadar VLDL meningkat dan kadar IDL normal atau berkurang, mengakibatkan kolesterol normal atau meningkat dan peningkatan kadar trisasilgliserol yang beredar disebabkan overproduksi dan/atau berkurangnya pengeluaran VLDL triasilgliserol dalam serum. Pengobatan sama seperti tipe III.

Tipe V Hipertrigliseridemia kombinasi familial. Kadar VLDL, kilomikron meningkat dan LDL normal atau berkurang menyebabkan kadar kolesterol meningkat dan triasilgliserol sangat meningkat disebabkan peningkatan produksi atau penurunan sekresi VLDL dan kilomikron yang biasanya suatu kelainan genetik. Paling sering terjadi pada orang dewasa yang gemuk. Pengobatan dengan penurunan berat badan (jika perlu) sangat penting. Diet harus mengandung protein, rendah lemak dan karbohidrat yang terkontrol serta tidak boleh mengkonsumsi alkohol, terapi obat dengan niasin, klofibrat dan/atau gemfibrozil atau lovastatin (Mycek, 2001).


(33)

2.6 Obat-Obat Penurun Kolesterol

Tujuan pengobatan hiperkolesterolemia adalah menguasakan agar kadar kolesterol dalam darah mencapai kadar yang aman. Pengobatan hiperkolesterolemia meliputi:

a. Pengobatan non farmakologi, yaitu pengobatan tanpa menggunakan obat-obatan oleh dokter.

b. Pengobatan farmakologi, yaitu pengobatan dengan memakai obat-obatan Penurunan kadar kolesterol dalam darah dengan pengobatan non farmakologi dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Menghentikan kebiasaan merokok. Nikotin pada tembakau rokok dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit sehingga terjadi kenaikan tekanan darah dan berpotensi menybabkan aterosklerosis.

b. Olah raga. Bila badan tidak banyak berolah raga maka kadar kolesterol naik, kadar HDL rendah, dan menimbulkan kelebihan berat badan.. Usahakan untuk berolah raga setiap hari.

c. Membatasi makanan yang merupakan sumber kolesterol.

d. Menjaga berat badan. Kelebihan berat badan akan memberikan tekanan ekstra pada jantung dan mendatangkan resiko penyakit-penyakit lain seperti diabetes, kolesterol tinggi, atau hipertensi.

e. Mengkonsumsi makanan berserat. Serat sayuran, buah dan buncis dapat mencegah penyerapan kolesterol sehingga menurunkan kadar kolesterol darah dalam tubuh.


(34)

Bila sudah melakukan perubahan pola makan dan berolah raga, LDL tetap tinggi dan HDL-nya rendah maka pengobatan farmakologi diperlukan. Jenis- jenis obat yang tersedia antara lain:

a. Resin. Contohnya kolestiramin dan kolestipol, berkhasiat menurunkan LDL dan kolesterol total berdasarkan pengikatan asam empedu dalam usus halus menjadi kompleks yang dikeluarkan melalui tinja. Kolesterol tanpa asam empedu tidak diserap lagi. Kadar asam empedu dalam plasma menurun dan hati distimulasi untuk meningkatkan sintesa asam empedu dari kolesterol (Tjay, 2002).

b. Statin. Obat jenis ini antara lain fluvastatin, lovastatin, simvastatin, pravastatin, dan atorvastatin. Setelah obat ini di minum, statin langsung bekerja di hati, menghambat bahan yang dibutuhkan hati untuk memproduksi kolesterol. Statin dapat menurunkan kadar kolesterol LDL, hingga kebatas normal. Statin juga dapat membantu tubuh menyerap kembali kolesterol dari plak, dengan demikian secara perlahan-lahan membuka pembuluh darah (Hagen, 2002). Statin berkhasiat menurunkan kolesterol, LDL, VLDL, dan trigliserida sedangkan HDL dinaikkan sedikit. Disamping blokade sintesis kolesterol, statin juga meningkatkan jumlah reseptor LDL (Tjay, 2002). Statin jelas menginduksi suatu peningkatan reseptor LDL dengan afinitas tinggi. Efek tersebut meningkatkan baik kecepatan katabolisme fraksional LDL maupun ekstraksi prekursor LDL oleh hati, sehingga mengurangi simpanan LDL plasma (Katzung, 2002).


(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian ini adalah metode eksperimental berdasarkan rancangan acak lengkap. Penelitian ini meliputi penyiapan sampel, pemeriksaan karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak, penyiapan hewan percobaan dan pengujian efek penurun kadar kolesterol pada hewan percobaan. Data hasil penelitian dianalisis secara ANAVA (analisis variansi) dan dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 16.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Swing Type Centrifuge (Model CD-50 SR Tomy Seiko), Microlab 300 (Merck), mikropipet (Clinicon), neraca kasar, neraca listrik (Chyo JP2-600), lemari pengering, seperangkat alat destilasi untuk penetapan kadar air, perkolator, rotary evaporator,

freeze dryer (Edward), oral sonde, blender (National), mikroskop (Olympus), spuit, rak tabung reaksi, mortir, stamfer, kertas saring, alumunium foil, alat-alat gelas laboratorium, kaca objek dan kaca penutup.

3.1.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun kemuning, pakan GETZ-3 (PT. Panca Patriot Prima), simvastatin bahan baku (Unit Riset & Pengembangan PT. Kimia Farma), Natrium Karboksi Metil Selulosa (Na-CMC),


(36)

kuning telur ayam (Pasar Sore Padang Bulan), etanol 96% , regensia kolesterol CHOD-PAP, toluen, kloralhidrat, dan air suling.

3.2 Penyiapan Sampel 3.2.1 Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan adalah daun kemuning yang sudah tua, kondisinya utuh atau tidak cacat. Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel diambil dari Desa si Gara-gara, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Gambar tumbuhan daun kemuning dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 41.

3.2.2 Identifikasi Sampel

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian Biologi, Bogor. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada lampiran 1, halaman 40.

3.2.3 Pengolahan Sampel

Daun kemuning dibersihkan dari kotoran dengan cara dicuci dengan air bersih sampai bersih, kemudian ditiriskan lalu ditimbang berat seluruhnya sebagai berat basah yaitu 3,80 kg. Kemudian dikeringkan dalam lemari pengering pada temperatur ± 40oC hingga kering ditandai dengan mudah hancur jika sampel diremas. Setelah kering sampel ditimbang sebagai berat kering yaitu 892 gram, kemudian diserbuk menggunakan blender. Serbuk simplisia sebelum dipakai disimpan di tempat kering. Bagan penelitian dapat dilihat pada lampiran 3, halaman 42.


(37)

3.3 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia

Pemeriksaan karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam ( Ditjen POM, 1995).

3.3.1 Pemeriksaan Makroskopik

Pemeriksaan makroskopik terhadap simplisia meliputi pemeriksaan bentuk, bau, rasa dan warna. Hasil gambar simplisia daun kemuning dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 41.

3.3.2 Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik terhadap serbuk simplisia dilakukan dengan cara meneteskan larutan kloralhidrat diatas kaca objek, kemudian diatasnya ditaburkan serbuk simplisia, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat di bawah mikroskop. Hasil pemeriksaan mikroskopik dapat dilihat pada lampiran 4, halaman 43.

3.3.3 Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (destilasi toluen). Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung penerima 5 ml berskala 0,05 ml, tabung penyambung, pemanas.

Cara Kerja :

Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu alas bulat. Kemudian didestilasi selama 2 jam, setelah itu didinginkan selama 30 menit dan dibaca volume air dengan ketelitian 0,05 ml (volume I).


(38)

Kedalam labu alas bulat tersebut kemudian dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang dengan seksama. Setelah toluen mulai mendidih, destilasi dengan kecepatan 2 tetes tiap detik hingga sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi ditingkatkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bilas bagian dalam pendingin dengan toluena. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian labu penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar dan bersihkan tetesan air yang mungkin masih terdapat pada dinding tabung penerima. Setelah air dan toluena memisah sempurna, baca volume air (volume II). Hitung kadar air dalam persen (WHO, 1992). Perhitungan kadar air dapat dilihat pada lampiran 5, halaman 44.

3.3.4 Penetapan Kadar Sari Yang Larut Dalam Air

Sebanyak 5 g serbuk, dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml air kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter) menggunakan labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Disaring, diuapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara (Ditjen POM, 1995). Perhitungan kadar sari larut dalam air dapat dilihat pada lampiran 5, halaman 45.

3.3.5 Penetapan Kadar Sari Yang Larut Dalam Etanol

Sebanyak 5 g serbuk, dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml etanol (96%), menggunakan labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Disaring cepat dengan menghindarkan penguapan etanol, diuapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam


(39)

cawan dangkal berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 96% dihitung terhadap bahan yang dikeringkan diudara (Ditjen POM, 1995). Perhitungan kadar sari larut dalam etanol dapat dilihat pada lampiran 5, halaman 46.

3.3.6 Penetapan Kadar Abu Total

Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pemijaran dillakukan pada suhu 5000C selama 2 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. (Ditjen POM, 1995). Perhitungan kadar abu total dapat dilihat pada lampiran 5, halaman 47.

3.3.7 Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut Dalam Asam

Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring dipijarkan sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. (Ditjen POM, 1995). Perhitungan kadar abu tidak larut dalam asam dapat dilihat pada lampiran 5, halaman 48.

3.4 Pembuatan Ekstrak Daun Kemuning

Sebanyak 300 g serbuk simplisia daun kemuning dimasukkan ke dalam bejana tertutup dan dibasahi dengan cairan penyari etanol 96 %, dimaserasi sekurang – kurangnya selama 3 jam. Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator, kemudian cairan penyari dituangkan sampai semua simplisia terendam dan terdapat selapis cairan penyari diatasnya, perkolator ditutup dengan


(40)

dengan alumunium foil dan dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran perkolator dibuka dan dibiarkan tetesan ekstrak mengalir dengan kecepatan 1 ml per menit, cairan penyari ditambahkan berulang – ulang sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simpisia, sampai cairan yang keluar tidak berwarna lagi, yang keluar terakhir bila diuapkan tidak meninggalkan sisa. Perkolat yang diperoleh dipekatkan dengan alat penguap vakum putar pada temperatur tidak lebih dari 50o C hingga diperoleh ekstrak kental. Kemudian dikeringkan dengan

freeze dryer selama lebih kurang 24 jam dan diperoleh ekstrak kental sebanyak 90,4 g.

3.5 Penyiapan Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah marmot jantan dengan berat 400-650 gram berumur 3 bulan yang dikondisikan selama 2 minggu dalam kandang yang baik untuk meyesuaikan lingkungannya..

3.6 Percobaan Efek Penurun Kadar Kolesterol

Percobaan efek penurun kadar kolesterol terdiri dari beberapa tahap yaitu penyiapan bahan, penyiapan hewan uji yang hiperkolesterolemia dan pengujian efek penurun kadar kolesterol.

3.6.1 Penyiapan Bahan

Penyiapan bahan-bahan meliputi kontrol (Na-CMC), bahan uji (Ekstrak Daun Kemuning, obat pembanding (Simvastatin).

3.6.1.1 Pembuatan Suspensi CMC-Na 0,5% (b/v)

Sebanyak 500 mg CMC-Na ditaburkan ke dalam lumpang berisi air suling panas sebanyak 10 ml, ditutup dan dibiarkan selama 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan, digerus lalu diencerkan dengan air suling hingga 100 ml.


(41)

3.6.1.2 Pembuatan Suspensi Ekstrak Daun Kemuning

Dosis ekstrak daun kemuning ditentukan berdasarkan orientasi pada hewan percobaan, yaitu dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, 400 mg/kg BB dan 800 mg/kg BB. Hasil orientasi dipilih variasi dosis sebanyak tiga dosis. Dosis I 100 mg/kg BB marmot, dosis II 200 mg/kg BB marmot dan dosis III 400 mg/kg BB marmot.

Cara kerja :

Ekstrak daun kemuning masing-masing sebanyak 100 mg, 200 mg dan 400 mg dimasukkan ke dalam lumpang yang berisi sedikit Suspensi Na-CMC 0,5% digerus homogen lalu dicukupkan dengan suspensi Na-CMC 0,5% hingga 10 ml.

3.6.1.3 Pembuatan Suspensi Simvastatin

Sebanyak 50 mg simvastatin digerus dalam lumpang, lalu ditambahkan Suspensi Na-CMC 0,5% sedikit demi sedikit sambil terus digerus hingga homogen, lalu dicukupkan dengan suspensi Na-CMC 0,5% hingga 625ml.

3.6.2 Penyiapan Hewan Uji Yang Hiperkolesterolemia

Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah marmot yang sehat dan dewasa sebanyak 30 ekor yang terlebih dahulu dikarantina selama 2 minggu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kemudian diukur kadar kolesterol awalnya lalu sengaja dibuat hiperkolesterolemia dengan cara memberikan makanan induksi berupa kuning telur (dosis 1% bb) diberikan selama 14 hari berturut – turut secara oral serta diberi pakan biasa yang dicampur dengan lemak kambing 15 g/100 g jumlah pakan (Kelompok Kerja Ilmiah. 1993; Fernandez dan


(42)

McNamara, 1993). Diukur kadar kolesterolnya. Bagan alur pengerjaannya dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 50.

3.6.3 Pengujian Efek Penurun Kadar Kolesterol

Pengujian efek penurun kadar kolesterol menggunakan dosis ekstrak daun kemuning 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, 400 mg/kg BB dengan pembanding suspensi simvastatin dosis 0,80 mg/kg BB marmot dan kontrol suspensi Na-CMC 0,5%.

3.6.3.1 Pemberian Suspensi Kontrol, Suspensi EDK dan Suspensi Simvastatin Pada Marmot Yang Hiperkolesterolemia.

Marmot dibagi menjadi 5 kelompok dimana kelompok pertama diberikan suspensi sebagai Na-CMC 0,5% control (-). Kelompok kedua diberikan suspensi Simvastatin sebagai control (+). Kelompok ketiga diberikan suspensi ekstrak daun kemuning dosis 100 mg/kg BB/hari. Kelompok keempat diberikan suspensi ekstrak daun kemuning dosis 200 mg/kg BB/hari. Kelompok kelima diberikan suspensi ekstrak daun kemuning dosis 400 mg/kg BB/hari. Lalu setiap kelompok marmot ditentukan kolesterol darahnya pada hari ke – 19 dan ke – 23. Bagan alur pengerjaannya dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 51.

3.6.3.2 Pengambilan Darah

Bulu-bulu di telinga marmot dicukur. Kemudian telinga marmot dibersihkan. Pengambilan darah dari vena di tepi telinga dengan cara vena ditusuk dengan jarum spuit, kemudian telinga dipijat sehingga darah yang keluar ditampung lebih kurang 0,5 ml dalam tabung serum. Darah kemudian disentrifugasi selama 10 menit dengan 3000 rpm. Lapisan serum diambil, yaitu lapisan yang berupa cairan (bukan padatan). Bagan Alur Pengambilan Darah Marmut dapat dilihat pada Lampiran 9, halaman 52.


(43)

3.6.3.3 Penetapan Kadar Kolesterol Serum Darah Marmot

Serum dipipet sebanyak 10 µl kemudian dimasukkan kedalam tabung yang berisi reagensia kolesterol sebanyak 1000µl, lalu di inkubasi pada suhu 37oC selama 10 menit. Kemudian diukur kadar kolesterolnya menggunakan alat

microlab 300 (Merck). Hasil yang tercantum pada data dicatat. Bagan alur pengukuran kadar kolesterol dapat dilihat pada Lampiran 10, halaman 53.

3.7 Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan metode Anava (analisis variansi). Analisis statistik ini menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16. Data hasil pengukuran kadar kolesterol pada marmot setelah berbagai perlakuan dapat dilihat pada lampiran 13, halaman 57, hasil perhitungan deskriptif kadar kolesterol dapat dilihat pada lampiran 14, halaman 58, hasil perhitungan Anava dapat dilihat pada lampiran 15, halaman 59 dan hasil uji Duncan dapat dilihat pada lampiran 16, halaman 60.


(44)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil identifikasi bahan uji di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian Biologi, Bogor, menunjukkan identitas sampel tumbuhan adalah (Murraya paniculata (L.) Jack) suku Rutaceae. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada lampiran I dan gambar tumbuhan kemuning pada lampiran 2.

Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia daun kemuning menunjukkan bahwa helai daun berbentuk corong, ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun rata, pertulangan daun menyirip, berwarna kuning kehijauan, bau khas aromatik bila diremas, dan rasa agak pahit. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia daun kemuning menunjukkan adanya: rambut penutup, jaringan epidermis, jaringan palisade, jaringan bunga karang, celah stomata (tipe anomositik), berkas pembuluh, kristal kalsium oksalat bentuk prisma, dan adanya kelenjar minyak atsiri.

Hasil pemeriksaan karakterisasi simplisia daun kemuning diperoleh kadar air 5,65 %, kadar abu total 5,92%, kadar abu yang tidak larut dalam asam 1,39%, kadar sari larut dalam air 27,07%, kadar sari larut dalam etanol 17,78%. Persyaratan umum pada Materia Medika Indonesia (MMI) adalah kadar air tidak lebih dari 10%, kadar abu total tidak lebih dari 15%, kadar abu tidak larut dalam asam tidak lebih dari 1,6%, kadar sari larut dalam air tidak kurang dari 25,5%, dan kadar sari larut dalam etanol tidak kurang dari 12%, yang dapat dilihat pada tabel 4.1.


(45)

Tabel 4.1. Hasil Karakteristik Serbuk Simplisia

No Parameter Hasil

(%)

Persyaratan MMI

1. Kadar air 5,65% ≤10

2. Kadar abu total 5,92% ≤15

3. Kadar abu tidak larut dalam asam 1,39% ≤1,6 4. Kadar sari larut dalam air 27,07% ≥25,5 5. Kadar sari larut dalam etanol 17,78% ≥12

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil karakteristik serbuk simplisia yang diteliti sesuai dengan persyaratan Materia Medika Indonesia (MMI).

Hasil penyarian 892 g serbuk simplisia daun kemuning dengan pelarut etanol 96% diperoleh ekstrak kental yang kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator dan kemudian dikeringkan dengan menggunakan

freeze dryer diperoleh 90,4 g ekstrak (rendemen 10,13%).

Penelitian ini menggunakan marmot jantan sebagai hewan percobaan yang dibuat hiperkolesterolemia dengan harapan tercapai kenaikan kadar kolesterol dalam darah dengan penginduksi kuning telur ayam yang diberikan oral dan pemberian pakan yang dicampur dengan lemak kambing 15g/100g jumlah pakan selama dua minggu.

Pengambilan darah dari vena di tepi telinga dengan cara vena ditusuk dengan jarum spuit, kemudian telinga dipijat sehingga darah yang keluar ditampung dalam tabung serum dan diukur melalui alat Spektrofotometer Microlab 300. Metode ini dipilih karma pelaksanaannya sederhana, cepat dan tepat. Spektrofotometer diperlukan untuk membaca serapan larutan serum dan blanko pada panjang gelombang 546 nm. Pengukuran kadar kolesterol darah marmot dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah, Medan.


(46)

Pembanding positif pada penelitian ini dipakai obat simvastatin 10 mg, pemilihan obat ini karena harganya murah. Efek simvastatin sudah nyata selama dua minggu dan maksimal sesudah satu bulan (Tjay, 2002).

Pengujian efek penurun kadar kolesterol darah dari daun kemuning diawali dengan melakukan orientasi dosis ekstrak. Dosis orientasi adalah 100 mg/kgbb, 200 mg/kgbb, 400 mg/kgbb, 800 mg/kgbb. Dosis yang dipilih adalah dosis yang memberikan penurunan kadar kolesterol dalam darah. Dari ketiga dosis yang diuji maka dipilih suspensi ekstrak dengan dosis 100 mg/kgbb, 200 mg/kgbb, dan 400 mg/kgbb sebagai larutan uji pada percobaan.

Hasil pengkondisian marmot yang dibuat hiperkolesterolemia selama 14 hari dapat dilihat pada gambar 4.1. yang menunjukkan adanya peningkatan kadar kolesterol darah normal menjadi hiperkolesterolemia.

0 20 40 60 80 100 120

0 5 10 15 20 25

Waktu (hari) K a da r k ol e s te rol (mg/ d l) Na-CM C Simvastatin EDK 100 mg/ kgBB EDK 200 mg/ kgBB EDK 400 mg/ kgBB

Gambar 4.1. Grafik kadar kolesterol darah marmot (mg/dl) vs Waktu (hari) pada berbagai perlakuan

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa rata – rata kadar kolesterol darah marmot hiperkolesterolemia menunjukkan kadar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kadar kolesterol normal. Hasil ini menunjukkan bahwa pada


(47)

pemberian makanan induksi berupa kuning telur (dosis 1% bb) dan lemak kambing 15 g/100g jumlah pakan diberikan selama 14 hari berturut – turut dapat meningkatkan kadar kolesterol darah marmot.

Dari grafik dapat dilihat bahwa suspensi simvastatin dan EDK memberikan efek penurunan kadar kolesterol bila dibandingkan dengan kontrol. Dari grafik terlihat bahwa suspensi simvastatin memberikan efek penurunan kadar kolesterol yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan EDK dosis 100 mg/kgbb. Sebaliknya memberikan efek penurunan kadar kolesterol yang lebih rendah jika dibandingkan dengan EDK dosis 200 mg/kgbb dan EDK dosis 400 mg/kgbb. Peningkatan dosis yang terjadi pada EDK dosis 400 mg/kgbb memberikan efek yang tidak begitu berbeda dengan EDK dosis 200 mg/kgbb. Hanya sedikit perbedaan efek yang diberikan oleh EDK dosis 400 mg/kgbb. Oleh karena itu EDK dosis 200 mg/kgbbmerupakan dosis yang paling efektif dalam menurunkan kadar kolesterol darah.

Kadar kolesterolemia dapat dilihat dari adanya kadar lemak yang terukur yaitu kadar kolesterol. Hasil ini dinyatakan sebagai kondisi hiperkolesterolemia. Bila dibandingkan dengan kadar sebelum perlakuan hiperkolesterolemia, kadar kolesterol setelah perlakuan dengan pemberian kuning telur ayam memperlihatkan kadar kolesterol yang cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa marmot tersebut telah hiperkolesterolemia (Sitepoe, 1992).

Hiperkolesterolemia menyebabkan peningkatan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) dan metabolisme lemak atau kolesterol menjadi tidak seimbang akibat pasokan kolesterol atau lemak yang tinggi melalui makanan (Moehyi, 1995). Kuning telur mengandung 220-250 mg kolesterol sehingga pemberian


(48)

pakan yang mengandung kuning telur sebanyak 2,02 gram sudah dapat menaikkan kadar kolesterol (Lidya, 1998). Asam lemak jenuh yang banyak terdapat pada lemak hewani (seperti lemak kambing) yang dikonsumsi dapat diubah di dalam hati menjadi kolesterol sehingga menyebabkan kenaikan kadar kolesterol. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah dapat bersifat sinergis apabila bahan pangan yang mengandung kolesterol dikonsumsi bersama dengan lemak jenuh (Sitepoe, 1992).

Hasil pengujian efek ekstrak daun kemuning sebagai penurun kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia dengan penginduksi kuning telur dan pakan yang dicampur dengan lemak kambing diperoleh penurunan kadar kolesterol yang diukur pada hari ke – 19 dan hari ke – 23 dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Rata – rata kolesterol darah marmot setelah pemberian obat pada hari ke – 19 dan ke – 23.

Kadar kolesterol (mg/dl) + SD Setelah pemberian obat pada

hari ke – 19

Setelah pemberian obat pada hari ke – 23

A 102,33 + 38,124 99,50 + 35,753

B 71,83 + 12,766 45,83 + 12,432

C 64,17 + 15,842 46,67 + 11,165

D 69,33 + 17,580 50,83 + 20,469

E 50,67 + 11,501 53,73 + 31,220

Keterangan : SD : Standar Deviasi

A : untuk perlakuan pemberian suspensi Na-CMC 0,5% (dosis 1% bb) selama 7 hari

B : untuk perlakuan pemberian suspensi simvastatin (dosis 0,80 mg/kgbb/hari) selama 7 hari.

C : untuk perlakuan pemberian Ekstrak Daun Kemuning (dosis 100 mg/kgbb/hari) selama 7 hari.

D : untuk perlakuan pemberian Ekstrak Daun Kemuning (dosis 200 mg/kgbb/hari) selama 7 hari.


(49)

E : untuk perlakuan pemberian Ekstrak Daun Kemuning (dosis 400 mg/kgbb/hari) selama 7 hari.

Gambar 4.2. Grafik penurunan kadar kolesterol darah marmot

Berdasarkan gambar 4.2 diatas dapat dilihat bahwa suspensi simvastatin dan EDK memberikan efek penurunan kadar kolesterol bila dibandingkan dengan kontrol. Dari grafik terlihat bahwa suspensi simvastatin memberikan efek penurunan kadar kolesterol yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan EDK dosis 100 mg/kgbb. Sebaliknya memberikan efek penurunan kadar kolesterol yang lebih rendah jika dibandingkan dengan EDK dosis 200 mg/kgbb dan EDK dosis 400 mg/kgbb. EDK dosis 200 mg/kgbb memberikan efek yang lebih efektif dalam menurunkan kolesterol darah dibandingkan dengan EDK dosis 400 mg/kgbb. Peningkatan dosis tidak sesuai dengan peningkatan efek yang terjadi dimana pada EDK dosis 400 mg/kgbb memberikan efek yang tidak begitu berbeda dengan EDK dosis 200 mg/kgbb. Hanya sedikit perbedaan efek yang diberikan oleh EDK dosis 400 mg/kgbb. Oleh karena itu EDK dosis 200 mg/kgbb merupakan dosis yang paling efektif dalam menurunkan kadar kolesterol darah.

A= CMC-Na B= Simvastatin C= EDK 100 mg/kgbb D= EDK 200 mg/kgbb E= EDK 400 mg/kgbb


(50)

Dari hasil uji ANAVA (lampiran 15, halaman 59) pada t-15 menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antar kelompok uji (p > 0,05), Sedangkan pada t-0, t-19 dan t-23 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antar kelompok uji (p < 0,05). Untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antar perlakuan, dilakukan uji beda rata-rata Duncan.

Dari hasil uji beda rata-rata Duncan pada t-19 (lampiran 16, halaman 60) diperoleh kelompok simvastatin pada subset 1. Ini menunjukkan bahwa pada pemberian suspensi simvastatin dengan dosis 0,80 mg/kgbb/hari tidak menurunkan kadar kolesterol yang signifikan dibandingkan terhadap kelompok EDK dosis 100 mg/kgbb, dosis 200 mg/kgbb dan dosis 400 mg/kgbb serta pemberian Na-CMC (kontrol) selama 4 hari. Sedangkan pemberian EDK dosis 100 mg/kgbb, dosis 200 mg/kgbb dan dosis 400 mg/kgbb dibandingkan dengan pemberian Na-CMC selama 4 hari menunjukkan perbedaan, berarti EDK tersebut menurunkan kadar kolesterol secara nyata secara statistik.

Dari hasil beda rata-rata Duncan pada t-23 (lampiran 16, halaman 60) diperoleh bahwa pada pemberian EDK dosis 100 mg/kgbb, dosis 200 mg/kgbb, dosis 400 mg/kg bb dan pemberian simvastatin dibandingkan dengan pemberian Na-CMC selama 7 hari menunjukkan perbedaan, berarti EDK dan simvastatin tersebut mempunyai aktivitas menurunkan kadar kolesterol secara nyata. Sedangkan pemberian ekstrak daun kemuning dosis 100 mg/kgbb, dosis 200 mg/kgbb dan dosis 400 mg/kgbb selama 7 hari menunjukkan penurunan kadar kolesterol tidak berbeda nyata secara stastistik dengan pemberian suspensi simvastatin.


(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Pemberian ekstrak daun kemuning menyebabkan penurunan kadar kolesterol darah marmot yang dibuat hiperkolesterolemia dengan induksi kuning telur 1% bb secara oral dan pemberian pakan yang dicampur dengan lemak kambing 15g/100g jumlah pakan.

b. Dari hasil pengujian statistik diperoleh bahwa pemberian ekstrak daun kemuning dosis 100 mg/kgbb, 200 mg/kgbb dan 400 mg/kgbb memberikan penurunan kadar kolesterol yang tidak berbeda secara nyata dengan pemberian suspensi simvastatin 0,80 mg/kgbb.

5.2 Saran

a. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti pengaruh ekstrak daun kemuning terhadap kadar HDL, LDL dan TG darah marmot.

b. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti toksisitas dari ekstrak daun kemuning.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

AgroMedia. (2008). 273 Ramuan Tradisional Untuk mengatasi Aneka Penyakit. Jakarta: Agromedia Pustaka. Halaman 1-13.

Dalimartha, S. (1999). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. Cetakan Pertama. Jakarta: Trubus Agriwidya. Halaman 73-74, 76.

Depkes RI. (1984). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 9, 31, 902.

Depkes RI. (2000). Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan RI dan Kesejahteraan Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Halaman 163-164.

Ditjen POM. (1977). Materia Medika Indonesia. Jilid I. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 58 – 62.

Ditjen POM. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Halaman 321-325.

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 3-5, 10-11.

Harmanto, Ning. (2005). Mengusir Kolesterol Bersama Mahkota Dewa. Cetakan pertama. Jakarta: Agromedia Pustaka. Halaman 5-13, 34-35.

Iskandar, D. (2005). Kemuning Jati Belanda: Budidaya dan Pemanfaatan untuk Obat. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Swadaya. Halaman 10-19.


(53)

Katzung, B. G. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah dan Editor: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Erlangga. Edisi VIII. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Halaman 433.

Kelompok Kerja Ilmiah. (1993). Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik. Jakarta: Penerbit Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica.

Lidya, J. J., Kivisto, K. T., Neuvonen, P. J. (1998). Clinical Pharmacology Theraphy. Diakses tanggal 21 juni 2009.

Moehyi, S. (1995). Pengaturan Mkanan dan Diet untuk Penyembuhan Penyakit.

Cetakan kelima. Jakarta: PT. Gramedia. Halaman 85.

Mursito, B. (2003). Ramuan Tradisional Untuk Pelangsing Tubuh. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Halaman 82-83.

Murray, R.K., dkk. (2003). Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 270.

Mycek, M.J., Haevery, R.A., and Champe, P.C. (2001). Farmakologi: Ulasan Bergambar. Penerjemah: Agoes, A. Edisi II. Jakarta: Penerbit Widya Medika. Halaman 209.

Sitepoe, M. (1993). Kolesterol Fobia keterkaitannya Dengan Penyakit Jantung. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Halaman 10-11, 17, 42, 59, 107 – 108.

Suyatna, F.D., Tony H. (1995). Farmakologi Dan Terapi. Editor. Sulistia G., Rianto S., Frans D. dan Purwantyastuti. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 374-375.


(54)

Tjay, T.H., Rahardja, K. (2002). Obat-obat Penting : Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Halaman 540-541.

Wiryowidagdo, S. (2002). Tanaman Obatr untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi, dan Kolesterol. Cetakan ketiga. Jakarta: Penerbit PT. Agromedia Pustaka. Halaman 35 – 38


(55)

(56)

Lampiran 2

Gambar 3.1. Tumbuhan kemuning


(57)

Lampiran 3

Gambar 3.3. Bagan Penelitian Uji Efek Ekstrak Daun Kemuning sebagai penurun kadar kolesterol darah marmot.

Daun Kemuning

Dicuci dari pengotor sampai bersih

Ditiriskan dan ditimbang

Daun Kemuning

Dikeringkan dilemari pengering

Simplisia

1.Makroskopik 2.Mikroskopik 3.Penetapan Kadar Air

4.Penetapan Kadar Sari yang larut Air

5.Penetapan Kadar Sari yang larut Etanol

6.Penetapan Kadar Abu total 7.Penetapan Kadar Abu yang

tidak larut Asam

Pembuatan Ekstrak Dihaluskan

Karakterisasi Simplisia

Diperkolasi dengan etanol 96%

Perkolat

Diuapkan dengan alat penguap vakum putar

Dikeringkan dengan freez dryer

Ekstrak kental Serbuk simplisia

Uji aktivitas penurunan kadar kolesterol darah


(58)

Lampiran 4

Gambar 3.4.. Mikroskopik dari serbuk daun kemuning Perbesaran 10 x 40

Keterangan : 1 = rambut penutup 2 = kutikula

3 = jaringan epidermis 4 = jaringan palisade 5 = jaringan bunga karang 6 = celah stomata

7 = berkas pembuluh

8 = kristal Ca-oksalat bentuk prisma 9 = kelenjar minyak atsiri


(59)

Lampiran 5. Perhitungan Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia a. Perhitungan hasil penetapan kadar air

1. Sampel I

Berat sampel = 5,003 g Volume air = 0,30 ml Kadar air = 0,30 x 100 % 5,003

= 5,99 % 2. Sampel II

Berat sampel = 5,003 g Volume air = 0,30 ml

Kadar air = 0,30 x 100 % 5,003

= 5,99 % 3. Sampel III

Berat sampel = 5,090 g Volume air = 0,25 ml

Kadar air = 0,25 x 100 % 5,004

= 4,99 %

Kadar air rata-rata = 5,99 + 5,99+ 4,99 3 = 5,65 %

Kadar air = Volume air ( ml ) x 100 % Berat sampel ( g )


(60)

b. Perhitungan hasil penetapan kadar sari larut dalam air

1. Sampel I

Berat sampel = 5,003 g Berat sari = 0,273 g

Kadar sari larut dalam air = 0,273 x 100 x 100 % 5,003 20

= 27,28% 2. Sampel II

Berat sampel = 5,004 g Berat sari = 0,262 g

Kadar sari larut dalam air = 0,262 x 100 x 100 % 5,004 20

= 26,17 % 3. Sampel III

Berat sampel = 5,006 g Berat sari = 0,278 g

Kadar sari larut dalam air = 0,278 x 100 x 100 % 5,006 20

= 27,76 %

Kadar sari larut dalam air rata-rata = 27,28 % + 26,17 % + 27,76 % 3

= 27,07 %

Kadar sari larut dalam air = Berat Sari x 100 x 100 % Berat sampel 20


(61)

c. Perhitungan hasil penetapan kadar sari larut dalam etanol

1. Kadar sari larut dalam etanol I Berat sampel = 5,003 g Berat sari = 0,188 g

Kadar sari larut dalam etanol = 0,188 x 100 x 100 % 5,003 20

= 18,78 % 2. Kadar sari larut dalam etanol II

Berat sampel = 5,004 g Berat sari = 0,164g

Kadar sari larut dalam etanol = 0,164 x 100 x 100 % 5,004 20

= 16,38 % 3. Kadar sari larut dalam etanol III

Berat sampel = 5,001 g Berat sari = 0,182 g

Kadar sari larut dalam etanol = 0,182 x 100 x 100 % 5,001 20

= 18,19 %

Kadar sari larut dalam etanol rata-rata = 18,78 % + 16,38 % + 18,19 % 3

= 17,78 %

Kadar sari larut dalam etanol = Berat Sari x 100 x 100 % Berat sampel 20


(62)

d. Perhitungan hasil penetapan kadar abu total

1. Sampel I

Berat sampel = 2,0005 g Berat abu = 0,1188 g

Kadar abu total = 0,1188 x 100 % 2,0005

= 5,94 % 2. Sampel II

Berat sampel = 2,0004g Berat abu = 0,1191 g

Kadar abu total = 0,1191 x 100 % 2,0004

= 5,96 % 3. Sampel III

Berat sampel = 2,0005 g Berat abu = 0,1175 g

Kadar abu total = 0,1175 x 100 % 2,0005

= 5,87 %

Kadar abu total rata-rata = 5,94 % + 5,96 % + 5,87 % 3

= 5,92 % Kadar abu total = Berat Abu x 100 %


(63)

e. Perhitungan hasil penetapan kadar abu tidak larut dalam asam

1. Sampel I

Berat sampel = 2,0005g Berat abu = 0,0270g

Kadar abu tidak larut dalam asam = 0,0270 x 100 % 2,0005

= 1,35 %

2. Sampel II

Berat sampel = 2,0004 g Berat abu = 0,0291g

Kadar abu tidak larut dalam asam = 0,0291 x 100 % 2,0004

= 1,45 % 3. Sampel III

Berat sampel = 2,0005 g Berat abu = 0,0273g

Kadar abu tidak larut dalam asam = 0,0273 x 100 % 2,0005

= 1,36 %

Kadar abu tidak larut dalam asam rata-rata = 1,35 % + 1,45 % + 1,36 % 3

= 1,39 %

Kadar abu tidak larut dalam asam = Berat Abu x 100 % Berat sampel


(64)

(65)

Lampiran 7

Gambar 3.5. Bagan Alur Penyiapan Hewan Uji Hiperkolesterolemia Marmot

Marmot Hiperkolesterolemia

Diberi pakan yang dicampur dengan lemak kambing 15g/100g jumlah makanan selama 14 hari

Diukur kadar kolesterolnya

Diberi induksi kuning telur 1% berat badan secara oral


(66)

Lampiran 8

Gambar 3.6. Bagan Alur Pengujian Efek Penurun Kolesterol Marmot

Kadar kolesterol normal

Dikondisikan selama 2 minggu

Kadar

Hiperkolesterolemia

Kadar kolesterol

1. Diukur kadar kolesterol 2. Diberikan perlakuan hiper kolesterolemia selama 14 hari

Diukur kadar kolesterol

3. Diberikan perlakuan dengan dan tanpa pemberian suspensi EDK dan pemberian suspensi simvastatin selama 7 hari mulai dari hari ke 15

Diukur kadar kolesterol pada hari ke-19 dan ke-23


(67)

Lampiran 9

Gambar 3.7. Bagan Alur Pengambilan Darah Marmut Marmot

Dipuasakan selama 10 – 14 jam di cukur bulu telinganya

Telinga yang bersih

Ditusuk dengan jarum spuit pada vena tepi telinga marmot hingga berdarah

Darah Marmot

Ditampung dalam tabung yang bersih

Darah siap diukur


(68)

Lampiran 10

Gambar 3.8. Bagan alur pengukuran kadar kolesterol darah marmot Darah Marmot

Disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 1000 rpm

Terbentuk 2 lapisan

Serum Padatan

Dipipet sebanyak 10 μl

Dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi larutan reagensia kolesterol 1000 μl

Diinkubasi pada suhu 370C Dihomogenkan

Diukur pada alat microlab 300 dengan panjang gelombang 546 nm

Dibiarkan selama 10 menit

Dicatat hasilnya


(69)

Lampiran 11. Contoh perhitungan dosis

Tabel 3.3 Konversi perhitungan dosis antar jenis hewan Mencit 20 g Tikus 200 g Marmot 400 g Kelinci 1,5 kg Kera 4 kg Anjing 12 kg Manusia 70 kg Mencit 20 g

1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,3 387,9

Tikus 200 g

0,14 1,0 1,74 3,0 9,2 17,8 56,0

Marmot 400 g

0,008 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5

Kelinci 1,5 kg

0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2

Kera 4 kg

0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1 Anjing

12 kg

0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1

Manusia 70 kg

0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0

Contoh perhitungan Dosis suspensi simvastatin 0.01% Dosis manusia(berat 70 kg) = 10 mg

Dosis marmot (berat 400 g) = 0,031 x 10 mg = 0,31 mg

= 1000/400 x 0,31mg = 0,775 mg/ kg BB = 0,80 mg/kg BB Suspensi simvastatin sebanyak 0,8 mg/kg BB dibuat dalam sediaan 10 ml, dengan penimbangan minimal 50 mg maka dibuat dalam sediaan 50 mg x 10 ml= 625 ml 0,80 mg/kg BB

Dosis untuk Marmot (Berat 415 g) = 415 g x 0,8 mg/1000 g = 0,332 mg

Sediaan yang dibuat = 50 mg/ 625 ml = 0,08 mg/ml Jadi volume suspensi simvastin yang diberikan: 0,332 mg = 4,15 ml


(70)

(Sambungan)

Contoh perhitungan dosis untuk marmot dengan berat badan 400 g dengan dosis ekstrak daun kemuning 100 mg/Kg BB

Dosis ekstrak 100 mg/kg BB dibuat dalam botol yang telah dikalibrasi 10 ml, maka di dalam 10 ml mengandung ekstrak daun kemuning 100 mg untuk 1 kg berat badan.

Dosis = 10 ml/kg BB

Jumlah obat yang diberikan (ml) = 400 g x 10 ml/kg BB = 4 ml 1000g


(71)

Lampiran 12


(72)

Lampiran 13. Data Pengukuran kadar kolesterol darah Marmot Setelah Berbagai Perlakuan

Kelompo k Kadar kolesterol Berat hewan Norm al Hiperkolesterol emia Pemberian obat Hari ke 19 Hari ke 23 A

48 69 64 64 400

48 155 154 148 450

39 79 80 80 470

47 92 94 92 450

45 74 74 73 430

30 146 146 140 490

Rata-rata 42,83 102,5 102 99,5

B

47 103 74 51 420

26 88 83 58 400

36 63 54 27 470

32 138 83 57 460

31 70 58 35 490

39 99 79 47 400

Rata-rata 35,2 93,5 71,8 45,8

C

31 64 39 35 510

40 99 80 56 530

12 66 60 33 500

25 92 78 52 530

21 77 73 60 540

31 76 55 44 500

Rata-rata 26,7 79 64,2 46,7

D

17 70 63 22 560

28 87 44 33 570

22 109 83 66 570

25 136 87 65 590

33 102 56 46 600

25 142 83 73 600

Rata-rata 25 107,7 69,8 50,83

E

36 99 45 32 610

28 89 45 30 610

27 77 50 20 600

25 60 39 16 550

34 136 34 39 590

15 72 24 18 570


(73)

Lampiran 14

Tabel 3.4. Hasil Perhitungan Deskriptif Kadar Kolesterol dengan SPSS Descriptives

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

t0 Na-CMC 6 42.83 7.139 2.915 35.34 50.33 30 48

Simvastatin 6 35.17 7.305 2.982 27.50 42.83 26 47

EDK 100 6 26.67 9.647 3.938 16.54 36.79 12 40

EDK 200 6 25.00 5.404 2.206 19.33 30.67 17 33

EDK 400 6 27.50 7.450 3.041 19.68 35.32 15 36

Total 30 31.43 9.740 1.778 27.80 35.07 12 48

t15 Na-CMC 6 102.50 38.067 15.541 62.55 142.45 69 155

Simvastatin 6 93.50 26.883 10.975 65.29 121.71 63 138

EDK 100 6 79.00 13.971 5.704 64.34 93.66 64 99

EDK 200 6 107.67 27.790 11.345 78.50 136.83 70 142

EDK 400 6 88.83 26.769 10.928 60.74 116.93 60 136

Total 30 94.30 27.757 5.068 83.94 104.66 60 155

t19 Na-CMC 6 102.33 38.124 15.564 62.32 142.34 66 154

Simvastatin 6 71.83 12.766 5.212 58.44 85.23 54 83

EDK 100 6 64.17 15.842 6.467 47.54 80.79 39 80

EDK 200 6 69.33 17.580 7.177 50.88 87.78 44 87

EDK 400 6 50.67 11.501 4.695 38.60 62.74 39 72

Total 30 71.67 26.394 4.819 61.81 81.52 39 154

t23 Na-CMC 6 99.50 35.753 14.596 61.98 137.02 64 148

Simvastatin 6 45.83 12.432 5.076 32.79 58.88 27 58

EDK 100 6 46.67 11.165 4.558 34.95 58.38 33 60

EDK 200 6 50.83 20.469 8.356 29.35 72.31 22 73

EDK 400 6 25.83 9.174 3.745 16.21 35.46 16 39


(74)

Lampiran 15

Tabel 3.5. Hasil perhitungan ANOVA kadar kolesterol dengan SPSS

ANOVA Sum of

Squares df Mean Square F Sig. t0 Between

Groups 1340.867 4 335.217 5.941 .002

Within Groups 1410.500 25 56.420

Total 2751.367 29

t15 Between

Groups 3063.133 4 765.783 .993 .430

Within Groups 19279.167 25 771.167

Total 22342.300 29

t19 Between

Groups 8659.000 4 2164.750 4.688 .006

Within Groups 11543.667 25 461.747

Total 20202.667 29

t23 Between

Groups 17962.533 4 4490.633 10.896 .000

Within Groups 10303.333 25 412.133

Total 28265.867 29

Tabel 5. Test of Homogeneity of Variances Levene

Statistic df1 df2 Sig.

t0 .533 4 25 .713

t15 1.652 4 25 .193

t19 6.319 4 25 .001


(75)

Lampiran 16

Tabel 3.6. Hasil Uji Duncan Post Hoc Test

Homogeneus Subsets

t-0 t0 Duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

EDK 200 6 25.00

EDK 100 6 26.67 26.67

EDK 400 6 27.50 27.50

Simvastatin 6 35.17 35.17

Na-CMC 6 42.83

Sig. .592 .074 .089

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. t-15 t15 Duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05 1

EDK 100 6 79.00

EDK 400 6 88.83

Simvastatin 6 93.50

Na-CMC 6 102.50

EDK 200 6 107.67

Sig. .121

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


(76)

t-19 t19 Duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

EDK 400 6 50.67

EDK 100 6 64.17

EDK 200 6 69.33

Simvastatin 6 71.83

Na-CMC 6 102.33

Sig. .130 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

t-23 t23 Duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

EDK 400 6 25.83

Simvastatin 6 45.83

EDK 100 6 46.67

EDK 200 6 50.83

Na-CMC 6 99.50

Sig. .060 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


(1)

80


(2)

Lampiran 20. Surat Keterangan Pemakaian Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara


(3)

82

Lampiran 20. Surat Keterangan Pemakaian Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara


(4)

(5)

84

Lampiran 20. Surat Keterangan Pemakaian Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara


(6)