Evaluasi Keberhasilan Tanaman Revegetasi Lahan Pasca Tambang Batu Bara Pada Blok M1w Pt Jorong Barutama Greston, Kalimantan Selatan
EVALUASI KEBERHASILAN TANAMAN REVEGETASI
LAHAN PASCA TAMBANG BATU BARA PADA BLOK M1W
PT JORONG BARUTAMA GRESTON, KALIMANTAN
SELATAN
ADI SETIADI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Keberhasilan
Tanaman Revegetasi Lahan Pasca Tambang Batu Bara pada Blok M1W PT
Jorong Barutama Greston, Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Adi Setiadi
NIM E44110035
ABSTRAK
ADI SETIADI. Evaluasi Keberhasilan Tanaman Revegetasi Lahan Pasca
Tambang Batu Bara pada Blok M1W PT Jorong Barutama Greston, Kalimantan
Selatan. Dibimbing oleh Dr Ir Omo Rusdiana, MSc.
Pasca operasi penambangan perlu dilakukannya kegiatan reklamasi guna
memulihkan dan memperbaiki fungsi lahan ke kondisi yang lebih baik dan
produktif (P.60/Menhut-II/2009). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
status keberhasilan revegetasi dilihat dari daya tumbuh dan performa tanaman A.
mangium di Blok M1W PT Jorong Barutama Greston, memberikan rekomendasi
perbaikan lahan dan tanaman, dan mengidentifikasi penyebab ketidakberhasilan
revegetasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status keberhasilan revegetasi
pada Blok M1W belum dikatakan berhasil karena dilihat dari rata-rata persentase
tumbuh dan kesehatan tanaman masih di bawah 80% yaitu sebesar 59.38% dan
50.01%. Perbaikan yang dilakukan adalah melakukan pembenah tanah dan
penyulaman menggunakan tanaman yang tahan terhadap tanah masam dan
kandungan logam berat tinggi. Penyebab utama ketidakberhasilan revegetasi
dikarenakan kondisi tempat tumbuh yang kurang mendukung pertumbuhan
tanaman A. mangium dan kurangnya pemeliharaan tanaman. Hal tersebut menjadi
penyebab menurunnya keberhasilan tanaman revegetasi. Selain itu, Standar
Operasional Prosedur (SOP) kegiatan revegetasi perlu diperbaiki dengan
penambahan mengenai kegiatan pemeliharaan tanaman kaitannya dengan
pengendalian hama dan penyakit.
Kata kunci: A. mangium, evaluasi, lahan pasca tambang, revegetasi
ABSTRACT
ADI SETIADI. The Evaluation of the Success of Plant Revegetation in Post Coal
Mining Block M1W PT Jorong Barutama Greston, East Kalimantan. Under
Supervision of Dr Ir Omo Rusdiana, MSc.
Reclamation activities were to be held after mining operation for restoring
and improving the function of the land to be a better condition and productive
(P.60/Menhut-II/2009). This research aims to analyze the status of the success of
revegetation seen from the growing power and performance of plants of A.
mangium at PT Jorong Barutama Greston Block M1W, recommend improvements
to the land and plants, and identifies the cause of the failure of revegetation. The
results of this research were indicate that status of the success revegetation at
Block M1W have not been categorized as successful category. They were seen
from the average of growth percentage and health of plants that less than 80%.
Those value were 59.38% and 50.01%. The improvement that could be done were
land amandment and plant tatting by resistant plant. They plants have to be
resistant from acid land heavy metal high. The main causes of failure of
revegetation was due to the condition of site plants were less supportive of growth
of plants A. mangium and lack of maintenance plant. This was the cause of
decreasing the success of revegetation plants. Beside that, Standard Operational
Procedure (SOP) about revegetation activities need to repair increment
maintenance plant to be related of pest and disease control.
Keywords: A. mangium, evaluation, post coal mining, revegetation
EVALUASI KEBERHASILAN TANAMAN REVEGETASI
LAHAN PASCA TAMBANG BATU BARA PADA BLOK M1W
PT JORONG BARUTAMA GRESTON, KALIMANTAN
SELATAN
ADI SETIADI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah
evaluasi keberhasilan revegetasi, dengan judul Evaluasi Keberhasilan Tanaman
Revegetasi Lahan Pasca Tambang Batu Bara pada Blok M1W PT Jorong
Barutama Greston, Kalimantan Selatan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Omo Rusdiana, MSc
selaku pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan saran sehingga
penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada para staff PT JBG, khususnya tim Departemen
Rehabilitasi dan Reklamasi yang telah membantu selama berjalannya kegiatan
penelitian ini dan memberi pengalaman baru bagi penulis. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Adi Setiadi
v
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
2
METODE
5
Alat dan Bahan
5
Prosedur Penelitian
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Karakteristik Lahan
10
Persentase Tumbuh dan Pertumbuhan Tanaman
12
Kesehatan Tanaman
17
Rekomendasi Perbaikan Lahan dan Tanaman
20
Faktor Penyebab Ketidakberhasilan Revegetasi
22
SIMPULAN DAN SARAN
23
Simpulan
23
Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN
25
RIWAYAT HIDUP
49
vi
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
Karakteristik lahan pada setiap plot pengamatan di Blok M1W
Hasil analisis tanah pada Blok M1W tahun 2014
Jumlah tanaman pada setiap plot pengamatan di Blok M1W
Rata-rata pertumbuhan tanaman A. mangium umur 2 tahun
Hasil pengamatan gangguan tanaman A. mangium pada plot
pengamatan di Blok M1W
10
11
12
16
18
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Grafik curah hujan maksimum bulanan selama tahun 2004 – 2014
Grafik hari hujan rata-rata bulanan selama tahun 2004 – 2014
Skema plot petak ukur penilaian tanaman
Skema plot contoh di lapangan
Diagram persen tumbuh setiap plot pengamatan
Tanaman A. mangium yang menglamai kematian
Kondisi tempat tumbuh tanaman
Diagram rata-rata tinggi tanaman A. mangium
Diagram rata-rata diameter batang tanaman A. mangium
Diagram rata-rata diameter tajuk tanaman A. mangium
Diagram persentase kesehatan tanaman setiap plot pengamatan
Diagram persentase gangguan tanaman A. mangium
Gejala gangguan tanaman
4
4
6
6
13
13
14
15
15
15
17
18
20
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta plot contoh pengamatan pada Blok M1W
2 Hasil analisis statistik pertumbuhan tanaman A. mangium
3 Standar Operasional Prosedur (SOP) Kegiatan Revegetasi PT JBG
25
26
43
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi
penyelidikan umum, eksploitasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengelolaan dan pemurnian, pengangkutan, dan penjualan serta kegiatan pasca
tambang (Kemenhut 2011). Perusahaan tambang dalam melakukan kegiatan
pertambangan seringkali dilakukan dengan pembukaan wilayah untuk
mendapatkan bahan mineral yang berada di bawah permukaan bumi. Pembukaan
wilayah akan menyebabkan areal tersebut mengalami kerusakan dan
menimbulkan permasalahan lingkungan.
Permasalahan yang ditimbulkan pasca penambangan antara lain tanah
menjadi tidak subur, pH yang masam, dan unsur hara yang sedikit. Permasalahan
tersebut dapat diatasi dengan kegiatan reklamasi untuk memperbaiki dan
mengembalikan fungsi lahan ke kondisi yang lebih baik dan produktif. Kegiatan
reklamasi yang dilakukan meliputi penataan lahan, pengendalian erosi dan
sedimentasi, dan revegetasi (Kemenhut 2009). Lahan yang telah selesaikan
direklamasi selanjutnya siap untuk ditanami tumbuhan sebagai upaya dalam
mengembalikan fungsi lahan sebelumnya. Kegiatan revegetasi adalah usaha untuk
memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang rusak melalui kegiatan penanaman
dan pemeliharaan pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan (Kemenhut 2011).
Kegiatan revegetasi yang dilakukan perusahaan pertambangan di Indonesia
seringkali tidak berhasil, hal tersebut dikarenakan kondisi lahan yang sangat
marjinal, kurangnya ketersediaan top soil, adanya materi logam berat yang tersisa,
dan keberadaan air asam tambang.
PT Jorong Barutama Greston (PT JBG) merupakan salah satu perusahaan
pertambangan batu bara yang terletak di Desa Swarangan, Kecamatan Jorong,
Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Kegiatan penambangan yang
dilakukan oleh PT JBG merupakan penambangan terbuka (open pit mining). Cara
mendapatkan bahan tambang berupa batu bara adalah seluruh tanaman yang ada
dipermukaan tanah dibersihkan, tanah dan batuan penutup dipindahkan ke suatu
tempat sehingga mengakibatkan lahan terdegradasi, tidak produktif dan menjadi
marjinal. Pengelolaan yang tidak baik dapat berdampak buruk terhadap kualitas
udara dari debu yang dihasilkan, air permukaan, air tanah, pemanfaatan pasca
tambang, serta bentuk permukaan lahan berupa tumpukan overburden dari rona
awal (Putri 2012).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No.
P.60/Menhut-II/2009 tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan
Reklamasi Hutan dan Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral
Republik Indonesia No. 18 tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Lahan
perlu dilakukan kegiatan evaluasi. Kegiatan evaluasi ini dilakukan sekurangkurangnya 1 tahun sekali untuk mengetahui sudah sejauh mana tingkat
keberhasilan dari kegiatan reklamasi yang telah dilaksanakan oleh suatu
perusahaan pertambangan. Menurut Adinugroho (2010), pedoman penilaian
reklamasi hutan ini belum tentu dapat diterapkan pada semua jenis tambang.
2
Berbagai jenis tipe tambang memiliki proses eksploitasi yang berbeda-beda
sehingga tingkat kerusakannya juga berbeda. Hal ini akan bedampak pada
keberhasilan kegiatan reklamasi yang tentunya akan tidak adil jika penilaian yang
dilakukan terhadap semua tipe tambang digunakan penilaian dengan kriteria yang
sama.
Berdasarkan latar belakang tersebut dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk menganalisis status keberhasilan revegetasi yang telah dilakukan oleh PT
JBG. Selain itu, penelitian ini bertujuan memberikan rekomendasi perbaikan lahan
dan tanaman, dan mengidentifikasi penyebab ketidakberhasilan revegetasi.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana status keberhasilan revegetasi yang kaitannya dengan daya
hidup dan performa pertumbuhan tanaman revegetasi di Blok M1W?
2. Bagaimana rekomendasi perbaikan tanaman yang mengalami
ketidaknormalan pertumbuhan?
3. Apa saja faktor penyebab yang mengakibatkan ketidakberhasilan
revegetasi kaitannya dengan karakteristik lahan revegetasi pasca
penambangan?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis status keberhasilan revegetasi yang kaitannya dengan daya
hidup dan performa pertumbuhan tanaman revegetasi di Blok M1W.
2. Memberikan rekomendasi perbaikan tanaman yang mengalami
ketidaknormalan pertumbuhan.
3. Mengidentifikasi penyebab dari ketidakberhasilan revegetasi kaitannya
dengan karakteristik lahan revegetasi pasca penambangan.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak pengelola
sebagai bahan evaluasi terhadap kegiatan revegetasi yang telah dilakukan. Selain
itu, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menjalankan
revegetasi di masa mendatang.
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak dan Posisi Geografis
Secara administrasi PT JBG terletak di Desa Swarangan, Kecamatan
Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Perusahaan ini
berdekatan dengan beberapa desa di sekitar lokasi penambangan sehingga
masyarakat sekitar sebagian besar merupakan pekerja yang direkrut oleh pihak
perusahaan. Secara geografis lokasi penambangan PT JBG terletak pada
3
3045’07”LS – 4000’15”LS dan 114045’23”BT – 115005’53”BT. Area pelabuhan
terletak di Desa Swarangan, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut.
PT JBG melakukan kegiatan penambangan batu bara di Desa Swarangan
yang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Utara
: Kec. Jilatan
2. Timur
: Kec. Asam-asam
3. Selatan
: Laut Jawa dan Desa Swarangan
4. Barat
: Kec. Penyipalan
Adapun untuk mencapai wilayah penambangan batu bara PT JBG dapat
ditempuh dengan kendaraan bermotor :
1. Dari kota Banjarmasin ke arah tenggara menuju Pelaihari dengan jarak ±
60 km dengan waktu ± 1.5 jam dengan kendaraan bermotor.
2. Dari Pelaihari ke arah tenggara menuju lokasi wilayah PKP2B PT JBG
yang terletak di Kecamatan Jorong dengan jarak ± 39 km dengan waktu ±
1 jam.
3. Dari Pos penjagaan PT JBG menuju kantor induk sejauh 6 km dengan
kondisi jalan angkut yang tidak beraspal dan dapat ditempuh dengan
waktu ± 15 menit (AMDAL 2006).
Jenis Tanah dan Topografi
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan bahwa tanah pada areal kegiatan
tambang batu bara di PT JBG didominasi oleh sebaran tanah podsolik (ultisol)
(AMDAL 2006). Tanah podsolik merupakan tanah utama pada lahan kering di
Kalimantan Selatan yang tergolong tanah berusia lanjut. Tanah podsolik
merupakan tanah yang mempunyai horizon argilik bersifat masam dan kejenuhan
basa yang rendah. Unsur hara yang rendah dan unsur P terfiksasi tetapi kadar Al
umumnya tinggi.
Curah hujan yang tinggi pada bulan-bulan basah menyebabkan terjadinya
pencucian basa-basa dan liat (lessivage). Pencucian basa-basa menyebabkan tanah
bereaksi masam dan kadar Al menjadi tinggi. Pencucian liat menyebabkan
terbentuknya horizon albik di lapisan tanah atas dan horizon argilik di lapisan
bawah (Hardjowigeno 1993). Tanah aluvial (inceptisol) hanya terdapat di sekitar
sungai (sungai Asam-asam, sungai Katal-katal dan sungai Nahiya) dalam luasan
yang sempit. Selain itu, topografi kecamatan Jorong merupakan topografi
berbukit, ada di sekitar bukit Pria dengan elevasi 465 meter di atas permukaan laut
berdekatan dengan daerah Kintap dan kecamatan Batu Ampar.
Iklim dan Curah Hujan Daerah Penelitian
Lokasi wilayah PT JBG
4
S
dengan kondisi temperatur udara cukup panas yaitu rata-rata sekitar 28.05 C
(temperatur udara minimum 23.7 C) dan dengan kelembaban udara cukup tinggi
yaitu sekitar 83% (AMDAL 2006).
Sebagaimana di wilayah Indonesia lain, maka iklim di daerah penelitian
adalah tropis dan memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim
kemarau. Curah hujan maksimum untuk 10 tahun terakhir yaitu pada tahun 2004 –
2014 adalah pada bulan Agustus yaitu sebesar 956 mm. Curah hujan terendah
4
Curah Hujan (mm)
terjadi pada bulan September sebesar 6 mm (Gambar 1). Curah hujan rata-rata
bulanan selama tahun 2004 – 2014 adalah sebesar 129.18 mm.
Hari hujan rata-rata bulanan selama tahun 2004 – 2014 adalah 10 hari.
Jumlah hari hujan terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu sebanyak 25 hari.
Hari hujan terendah terjadi pada bulan September yaitu sebanyak 1 hari.
100
80
60
40
20
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Jul Agus Sept Okt Nov Des
Curah Hujan (mm)
Gambar 1 Grafik curah hujan maksimum bulanan tahun 2004 – 2014
100
80
60
40
20
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Gambar 2 Grafik hari hujan rata-rata bulanan selama tahun 2004 – 2014
Sarana dan Prasarana
Sarana penunjang yang ada di PT JBG adalah kantor penambangan,
perumahan karyawan, bengkel, gudang, tempat penyimpanan bahan bakar,
laboratorium, dan poliklinik. Prasarana yang ada di PT JBG meliputi jaringan
jalan tambang, pelabuhan laut khusus batu bara, dan jalan angkut batu bara
(hauling) dari lokasi tambang blok tengah hingga ke pelabuhan laut sepanjang
±18 km (AMDAL 2006).
Bangunan seperti rumah karyawan, kantin, perkantoran, dan fasilitas lainnya
terpusat di sekitar lokasi pelabuhan. Jalan produksi dibuat sekitar 40 km dari
tempat penambangan. Tempat penumpukan batu bara (stockpile) berada dekat
dengan pelabuhan. Kolam pengendapan (settling pond) merupakan tempat aliran
air limbah tambang yang mengandung lumpur dan batubara halus (diameter 0.5
mm). Kolam pengendapan ditaburkan kapur dan tawas agar mempercepat proses
pengendapan. Ukuran kolam 40 m x 20 m x 3 m. Ada 3 buah kolam pengendapan
dengan ukuran yang sama. Kolam pertama untuk pengendapan lumpur, kolam
kedua dan ketiga untuk menampung air dari dalam tambang sebelum dialirkan ke
badan air guna mecegah terjadinya peningkatan kekeruhan, padatan tersuspensi,
kemasaman, dan perubahan warna ke sungai Asam-Asam. Jumlah kolam
seluruhnya 14 unit yang berada di Blok Tengah, Blok Timur, dan Blok Barat.
Padatan yang sudah mengendap di dalam kolam dikeruk oleh excavator untuk
5
dikumpulkan di dekat tambang agar mengering dan setelah kering akan diangkut
oleh dump truck menuju lokasi penimbunan.
PT JBG menggunakan alat berat seperti bulldozer, excavator, wheel loader
maupun dump truck serta alat penunjang lainnya. Perbaikan dan perawatan alat
berada pada bengkel dengan 2 tugas, yaitu bengkel yang menangani alat-alat
listrik dan ada pula yang menangani alat-alat berat. Gudang yang ada di PT JBG
terletak di dekat pelabuhan dan memiliki ukuran 10 m x 30 m yang berisi sarana
penunjang operasi tambang, penyimpanan suku cadang serta barang-barang yang
diperlukan selama operasi penambangan berlangsung.
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan pertambangan batu bara PT
Jorong Barutama Greston, Kalimantan Selatan. Penelitian dilaksanakan selama 3
bulan pada tanggal 16 Februari – 30 Mei 2015.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis, kamera, kaliper,
walking stick, laptop, software ArcGIS version 9.3, Global Mapper 13, SPSS 16.0,
tally sheet, kalkulator, meteran, tali rafia, golok, GPS, dan kompas. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu peta reklamasi dan rehabilitasi dengan skala
1 : 10 000, dokumen AMDAL PT JBG, dokumen rencana dan realisasi reklamasi,
dan obyek penelitian ini adalah tananam A. mangium yang berumur 2 tahun pada
Blok M1W.
Prosedur Penelitian
Pembuatan Plot Contoh
Plot contoh pengamatan disajikan dalam bentuk peta yang dibuat dengan
menggunakan software ArcGIS version 9.3 dan Global Mapper 13 yang akan
digunakan sebagai peta acuan untuk menilai keberhasilan revegetasi pada semua
plot contoh yang diamati yaitu Blok M1W dengan luas 33.46 ha. Penilaian
tanaman hasil revegetasi dilakukan dengan metode Systematic Sampling with
Random Start serta menggunakan intensitas sampling sebesar 5% (Kemenhut
2009), sehingga jumlah plot contoh pada Blok M1W sebanyak 17 plot dengan
ukuran 40 m x 25 m (0.1 Ha). Adapun tahapan pembuatan plot contoh
pengamatan pada penelitian ini yaitu:
a. Menyiapkan peta hasil penanaman skala 1 : 10 000.
b. Menentukan petak ukur pertama secara acak pada peta tersebut.
c. Pembuatan garis transek melalui titik petak ukur pertama, yaitu garis vertikal
dan garis horizontal yang berpotongan pada titik petak ukur pertama tersebut.
Garis vertikal memotong tegak lurus larikan tanaman dan garis horizontal
sejajar larikan tanaman.
d. Pembuatan garis transek secara sistematik terhadap garis transek pertama
6
dengan jarak antar garis vertikal 1 cm dan jarak antar garis horizontal 1 cm di
peta.
e. Pembuatan petak ukur persegi panjang ukuran 4 mm x 2.5 mm di peta (di
lapangan 40 x 25 m) pada garis transek tersebut dengan titik potong garis
transek sebagai titik pusatnya, sehingga penyebaran letak petak ukur tersebut
dapat mewakili seluruh areal tanaman yang dinilai. Skema plot contoh di peta
dan di lapangan disajikan pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Keterangan:
= Batas areal penanaman
= Petak ukur pertama (ditentukan secara acak) ukuran 4
mm x 2.5 mm
= Petak ukur berikutnya ditentukan secara sistematis
Gambar 3 Skema plot contoh di peta
25 meter
40 meter
Keterangan:
*
= Tanaman pioner
= Jarak tanam 4 m x 4 m
Gambar 4 Skema plot contoh di lapangan
Pengambilan Data Tanaman
Pengambilan data dilakukan pada setiap plot contoh. Data yang diambil di
antaranya yaitu tinggi, diameter batang, diameter tajuk, dan kesehatan tanaman.
Pengukuran diameter tanaman dilakukan pada titik 15 cm dari pangkal batang
menggunakan kaliper manual, pengukuran diameter tajuk tanaman dilakukan
7
dengan mengukur tajuk terpanjang dan terlebar dengan menggunakan meteran,
sedangkan pengukuran tinggi dilakukan pada masing-masing tanaman dengan
menggunakan meteran dan walking stick. Pengamatan terhadap kondisi fisik
tanaman juga dilakukan untuk mengetahui status kesehatan tanaman revegetasi.
Kondisi fisik tanaman yang diamati terbagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu
tanaman sehat, kurang sehat, dan merana. Tanaman sehat adalah tanaman yang
tumbuh segar, batang relatif lurus, bertajuk lebat dengan tinggi sesuai standar dan
bebas dari hama dan penyakit. Tanaman kurang sehat adalah tanaman yang
tumbuh tidak normal atau terserang hama penyakit, daun berwarna kuning atau
berwarna tidak normal, dan batang bengkok. Tanaman merana adalah tanaman
yang tumbuh tidak normal atau terserang hama penyakit sehingga jika dipelihara
kecil kemungkinannya akan tumbuh dengan baik (Kemenhut 2009). Tanaman
yang mengalami stagnasi pertumbuhan mempunyai ciri, yaitu memiliki diameter
dan tinggi yang lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman sejenis yang
seumur di sekitarnya dan mempunyai warna daun yang kekuningan (Adinda
2012).
Metode Analisis Data
Pengolahan data dilakukan untuk mendapatkan nilai persentase tumbuh
dan persentase kesehatan tanaman yang menunjukkan daya tumbuh dan performa
tanaman. Data diameter batang, diameter tajuk, dan tinggi tanaman juga dilakukan
pengolahan untuk mendapatkan nilai rata-ratanya. Berikut uraian dari pengolahan
data yang dilakukan.
Persentase Tumbuh Tanaman
Persentase tumbuh tanaman merupakan hasil perbandingan antara jumlah
tanaman yang hidup dengan jumlah tanaman yang ditanam pada plot contoh yang
diamati. Nilai persentase tumbuh tanaman dihitung dengan persamaan:
T=
x 100%
Keterangan:
T
= persen tumbuh tanaman (%)
hi
= jumlah tanaman yang hidup pada plot ke-i
Ni
= jumlah tanaman yang ditanam pada plot ke-i
Adapun rata-rata persentase tumbuh tanaman dihitung dengan persamaan
sebagai berikut:
R=
Keterangan:
R
= rata-rata persentase tumbuh tanaman (%)
Ti
= jumlah persentase tumbuh tanaman pada plot ke-i
n
= jumlah seluruh plot
Persentase Kesehatan Tanaman
Persentase kesehatan tanaman merupakan hasil perbandingan antara
jumlah tanaman sehat dengan jumlah tanaman yang hidup pada plot yang diamati.
Nilai persentase kesehatan tanaman dihitung dengan persamaan:
8
K=
Keterangan:
K
= persentase kesehatan tanaman (%)
ri
= jumlah tanaman sehat padat plot ke-i
hi
= jumlah tanaman yang hidup pada plot ke-i
Adapun rata-rata persentase kesehatan tanaman dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
P=
Keterangan:
P
= rata-rata persentase kesehatan tanaman (%)
Ki
= jumlah persentase kesehatan tanaman pada plot ke-i
n
= jumlah seluruh plot
Diameter Batang dan Tinggi Tanaman
Pada masing-masing plot contoh dilakukan perhitungan rata-rata diameter
dan rata-rata tinggi tanaman. Persamaan untuk menghitung rata-rata tinggi dan
diameter tanaman yaitu sebagai berikut:
d=
t=
Keterangan:
d
= rata-rata diameter batang (cm)
t
= rata-rata tinggi (cm)
di
= diameter pohon ke-i
ti
= tinggi pohon ke-i
n
= jumlah pohon yang diukur
Diameter Tajuk
Pada masing-masing plot contoh dilakukan perhitungan diameter tajuk
dengan mengukur tajuk terpanjang dan terlebar pada setiap tanaman. Persamaan
untuk menghitung diameter tajuk tanaman yaitu sebagai berikut:
dt =
Keterangan:
dt
= diameter tajuk (cm)
tp
= tajuk terpanjang (cm)
tl
= tajuk terlebar (cm)
Adapun rata-rata diameter tajuk dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:
Rt =
Keterangan:
Rt
= rata-rata diameter tajuk (cm)
dti
= jumlah diameter tajuk pada pohon ke-i
n
= jumlah pohon yang diukur
9
Analisis Statistik
Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif dengan tujuan
untuk mengelompokkan atau mengklasifikan data menjadi sebuah informasi yang
berguna. Pengolahan data statistik pada penelitian ini menggunakan software
SPSS 16.0. Adapun tahapan analisis statistik data pada penelitian ini yaitu:
Jangkauan (Range)
Range adalah selisih bilangan terbesar dan terkecil dari suatu kumpulan
data. Rumus yang digunakan adalah:
R = Xmax - Xmin
Keterangan:
R
= jangkauan (range)
Xmax = nilai terbesar
Xmin = nilai terkecil
Jumlah Kelas
Jumlah kelas adalah pengelompokkan data pada interval tertentu yang
dibagi dalam kelas. Rumus yang digunakan adalah:
K = 3.3 log (n) + 1
Keterangan:
K
= jumlah kelas
n
= banyaknya data
Interval
Interval adalah selang atau selisih dari data yang dikelompokkan
berdasarkan kelas tertentu. Rumus yang digunakan adalah:
I=
Keterangan:
I
= interval
Xmax = nilai terbesar
Xmin = nilai terkecil
K
= jumlah kelas
Simpangan Baku (Standard Deviation)
Standard deviation adalah rata-rata jarak penyimpangan titik-titik data
diukur dari nilai nilai rata-rata data tersebut atau akar dari variance. Rumus yang
digunakan adalah:
Keterangan:
S
= simpangan baku
xi
= nilai data ke-i
= rata-rata data
X
s=√
(
X
)
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Lahan
Penelitian ini berada di areal revegetasi yaitu Blok M1W yang merupakan
areal bekas penambangan yang sudah ditutup kembali dengan tanah timbunan dan
sudah dilakukan kegiatan reklamasi dan revegetasi. Pengamatan dilakukan secara
visual dengan melihat kondisi secara langsung di setiap plot pengamatan untuk
mengetahui kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman A. mangium yang telah ditanam. Karakteristik lahan di
lokasi penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Karakteristik lahan pada setiap plot pengamatan di Blok M1W
Plot
ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Karakteristik lahan
Topografi cukup miring, terdapat gully erosion, tanah berpasir, tergenang, tertutupi
serasah dan rumput liar, ada penggembalaan ternak liar.
Topografi cukup miring, terdapat erosi alur, tanah berpasir, tanah keras, tanah
overburden muncul di permukaan tanah, ada penggembalaan ternak liar, ada saluran
drainase dan guludan.
Topografi relatif datar, ada genangan air, drainase kurang baik, ditumbuhi rumput liar,
tanah padat, ada penggembalaan ternak liar.
Topografi cukup miring, terdapat rumput liar, gully erosion, tanah padat, ada
penggembalaan ternak liar, ada saluran drainase.
Topografi datar, didominasi rumput liar, drainase kurang baik, tanah padat, ada
penggembalaan ternak liar.
Topografi miring, tanah padat, terdapat gully erosion, terdapat rumput liar atau gulma.
Topografi miring, tanah tertutupi serasah dan sebagian tertutup rumput liar atau gulma.
Tanah padat, berpasir, didominasi rumput liar, keterbukaan lahan tinggi, terdapat gully
erosion, genangan air, pernah dilakukan pengapuran.
Tanah overburden terbuka di permukaan tanah, ada genangan air, keterbukaan lahan
tinggi, gully erosion, banyak tanaman unsuccess, penggembalaan ternak liar, pernah
dilakukan sulaman dengan beberapa treatment pembenah tanah seperti penambahan
hydrogell, NPK, kompos, rockphospat, dilakukan pemangkasan cabang (pruning),
terdapat parit untuk saluran air.
Topografi miring, tanah tertutupi dengan serasah, tutupan tajuknya cukup rapat, banyak
anakan alam, jarak tanam sudah tidak teratur.
Topografi datar, terdapat gully erosion, tanah overburden terbuka di permukaan tanah,
didominasi rumput liar atau gulma.
Topografi cukup miring, didominasi rumput liar atau gulma, terdapat erosi alur,
sebagaian tertutupi serasah.
Topografi cukup miring, tanah tertutupi serasah dan tertutupi rumput liar, jarak tanam
sudah tidak teratur karena banyak anakan alam.
Topografi datar, didominasi rumput liar, lahan sangat terbuka, banyak terjadi kematian
tanaman, terdapat genangan air, tanah padat, ada penggembalaan ternak liar, pernah
dilakukan sulaman dengan beberapa treatment pembenah tanah seperti penambahan
hydrogell, NPK, kompos, rockphospat, dilakukan pemangkasan cabang (pruning) dan
penjarangan.
Topografi datar, tanah tertutupi serasah, tutupan tajuk cukup rapat, jarak tanam sangat
rapat karena banyak anakan alam.
Topografi cukup miring, terdapat gully erosion, tanah overburden terbuka di permukaan
tanah, tanah tertutup rumput liar, terdapat genangan, dan sebagian tanah berpasir.
Topografi cukup miring, didominasi rumput liar, banyak anakan alam, ada parit
pengendali erosi, ada penggembalaan ternak liar.
11
Hasil pengamatan di setiap plot pengamatan bahwa pada plot 9 dan 14
memiliki kondisi yang paling bermasalah di antara plot lainnya. Masalah yang ada
pada kedua plot tersebut seperti terdapat gully erosion, genangan air, tanah
overburden yang muncul di permukaan tanah, dan adanya penggembalaan ternak
liar. Hal ini akan menurukan kualitas dan kesuburan tanah pada plot tersebut yang
dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Megawati (2014) di lokasi yang
sama yaitu Blok M1W menyatakan bahwa pada Blok M1W terdapat beberapa
permasalahan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Hasil analisis tanah
yang telah dilakukan tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil analisis tanah pada Blok M1W tahun 2014*
Parameter analisis tanah
Lokasi
Normal
1
Kedalaman
pH
(H2O)
N
P 2O 5
%
ppm
Al
K
KTK
Pasir
me/100g
Tekstur
Liat
Debu
%
0 – 30
30 – 60
0 – 30
30 – 60
5.09
4.90
5.15
5.16
0.18
0.28
0.16
0.17
0.30
0.31
0.31
0.31
1.03
1.57
1.57
1.06
0.02
0.11
0.08
0.14
16.80
46.74
29.31
19.54
69.32
51.88
44.55
39.18
5.16
13.87
17.33
25.50
25.52
34.25
38.12
35.32
0 – 30
30 – 60
0 – 30
30 – 60
5.14
4.45
4.88
4.56
0.14
0.07
0.23
0.21
1.81
0.30
0.30
0.30
1.57
1.53
1.02
0.00
0.07
0.04
0.03
0.03
13.77
32.36
23.16
11.83
62.54
82.76
85.75
85.57
9.83
6.14
3.72
7.61
27.63
11.10
10.53
4.82
0 – 30
30 – 60
2
0 – 30
30 – 60
*Megawati (2014)
5.00
4.95
5.12
5.15
0.14
0.21
0.15
0.11
0.30
1.81
3.32
0.30
2.05
1.57
2.08
1.01
0.08
0.15
0.10
0.05
34.38
17.43
23.09
14.52
78.15
65.19
61.65
81.21
5.77
10.73
11.87
5.04
16.08
24.08
26.48
12.75
2
Sedang
1
2
Buruk
1
Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat tiga plot sampel tanah yang
dianalisis tanahnya yaitu plot kondisi pertumbuhan normal (keseluruhan tanaman
tumbuh dengan normal dan sehat), plot kondisi pertumbuhan sedang
(pertumbuhan tanaman di bawah rata-rata atau pertumbuhan tanaman kerdil), dan
plot kondisi pertumbuhan tanaman buruk (pertumbuhan tanaman jauh di bawah
rata-rata dan hampir keseluruhan tanaman mati). Permasalahan yang ada pada
Blok M1W plot sedang adalah permasalahan pada tekstur tanah yang didominasi
oleh pasir sebesar 62.54 – 85.75% serta dua sampel tanahnya yang memiliki nilai
KTK yang cukup rendah yaitu 11.83 me/100g dan 13.77 me/100g. Plot buruk
tekstur tanahnya didominasi oleh pasir sebesar 61.65 – 81.21%. Kondisi berpasir
tersebut disertai dengan kelarutan Al yang cukup tinggi sebesar 1.01 – 2.08
me/100g. Menurut Hardjowigeno (1995) tentang kriteria penilaian sifat kimia
tanah bahwa pH tanah pada Blok M1W tergolong masam yaitu berkisar antara
4.45 – 5.16. Kandungan Al yang cukup tinggi dan pH yang masam menjadi
permasalahan utama yang menyebabkan kondisi pertumbuhan A. mangium
menjadi buruk dan tidak normal. Kennedy (1992) dalam Munawar (2011) bahwa
keracunan Al merupakan faktor pembatas pertumbuhan tanaman pada tanah-tanah
masam. Kondisi pH tanah yang masam menyebabkan terjadinya kejenuhan Al di
12
atas 60%. Tingginya nilai Al menyebabkan terjadinya fiksasi fosfor (P) sehingga
Al bereaksi dengan unsur P membentuk senyawa Al-fosfat yang tidak dapat
diserap oleh tanaman. Setiadi (2012) menyatakan bahwa kandungan Al tanah di
atas 3 me/100g atau kejenuhan Al di atas 60% dapat meyebabkan akar keriting,
tanaman stagnan, dan bahkan mengalami kematian.
Persentase Tumbuh dan Pertumbuhan Tanaman
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa di lokasi penelitian
yaitu Blok M1W yang terbagi menjadi 17 plot pengamatan didominasi satu jenis
tanaman yaitu akasia (Acacia mangium). Tanaman ini ditanam pada tahun 2013
sehingga umur tanaman hingga saat ini masih berumur 2 tahun. Setiap plot
pengamatan memiliki jumlah tanaman yang berbeda disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah tanaman pada setiap plot pengamatan di Blok M1W
Plot
ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Jenis
Tanaman
Nama Ilmiah
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Rata-rata/Ha
Daya Hidup
Hidup
Mati
40
30
46
52
45
28
48
30
18
38
24
42
49
18
58
37
33
374
23
33
17
11
18
35
15
33
45
25
39
21
14
45
5
26
30
256
Performa Tanaman
Sehat Kurang Sehat Merana
Pohon
23
7
10
19
5
6
1
27
18
31
15
6
23
14
8
17
10
1
12
24
10
21
8
1
8
2
8
28
8
2
3
3
18
25
16
1
38
11
0
9
10
12
36
15
7
12
13
12
16
15
2
189
119
72
Setiap plot contoh pengamatan yang berukuran 0.1 ha maksimal terdapat
63 tanaman sehingga akan diketahui jumlah tanaman yang hidup dan jumlah
tanaman yang mati. Daya hidup tertinggi terdapat pada plot 15 sebesar 58 pohon
dan daya hidup terendah berada pada plot 9 dan 14 sebesar 18 pohon. Performa
tanaman tertinggi yang termasuk kategori sehat berada pada plot 13 sebesar 38
pohon, kategori kurang sehat berada pada plot 13 sebesar 38 pohon, dan kategori
merana berada pada plot 3 dan 11 sebesar 18 pohon. Performa tanaman terendah
yang termasuk kategori sehat berada pada plot 3 sebesar 1 pohon, kategori kurang
sehat berada pada plot 9 sebesar 2 pohon, kategori merana berada pada plot 13
karena tidak ditemukan pada plot yang diamati. Rata-rata tanaman yang hidup
pada plot pengamatan sebesar 374/ha dan rata-rata tanaman yang mati sebesar
256/ha. Rekapitulasi persen tumbuh pada setiap plot pengamatan disajikan pada
Gambar 5.
Persen Tumbuh (%)
13
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Plot keGambar 5 Diagram persen tumbuh setiap plot pengamatan
Nilai persen tumbuh diperoleh dengan membandingkan antara jumlah
tanaman hidup dengan jumlah tanaman yang ditanam pada plot contoh. Rata-rata
persen tumbuh pada plot pengamatan sebesar 59.38%, nilai rata-rata yang
diperoleh masih di bawah 80% sehingga dilihat dari rata-rata persen tumbuh
tanaman status keberhasilan revegetasi masih dikatakan belum berhasil karena
seharusnya nilai tersebut lebih dari 80% (Kemenhut 2009). Persen tumbuh
tertinggi ditunjukkan pada plot 15 sebesar 92.06% sedangkan terendah
ditunjukkan pada plot 14 dan plot 9 sebesar 28.57%. Rendahnya persen tumbuh
tanaman dapat dikatakan bahwa kemampuan adaptasi tanaman A. mangium
terhadap lokasi tempat tumbuh belum berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan
karena pada plot tersebut banyak tanaman yang mengalami kematian. Hasil
pengamatan di lapangan memperlihatkan bahwa terdapat banyak sisa ajir tanaman
dan tanaman A. mangium yang telah mati serta adanya gangguan dari
penggembalaan ternak liar yang membuat tanaman A. mangium rebah dan
akhirnya mati tersaji pada Gambar 6.
(a)
(b)
Gambar 6 Tanaman A. mangium yang mengalami kematian (a) sisa ajir dan
tanaman A. mangiun yang mati, (b) tanaman A. mangium yang rebah
Kematian tanaman A. mangium pada plot pengamatan disebabkan oleh
beberapa faktor yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Salah satu faktor
penyebab dari kematian A. mangium yang terlihat di lapangan yaitu karena adanya
aliran dan genangan air di luar saluran drainase yang telah dibuat. Aliran air ini
terbentuk pada kondisi tanah yang mengalami pemadatan (Putri 2012). Kondisi
tanah yang padat dapat mengganggu perkembangan akar akibat dari buruknya
14
sistem tata air dan aerasi. Penyerapan unsur hara pada tanah menjadi terganggu.
Fungsi akar sebagai alat absorpsi unsur hara terganggu yang mengakibatkan akar
tidak dapat berkembang dengan sempurna. Hal tersebut menyebabkan tanaman
tidak dapat berkembang dengan normal bahkan mengalami kematian.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa ketebalan top soil yang
tipis juga merupakan salah satu faktor penyebab kematian tanaman. Hal ini
tampak pada plot pengamatan bahwa tanah overburden yang muncul di
permukaan tanah yang paling atas yang disebabkan karena tipisnya lapisan tanah
top soil. Tanah overburden memiliki kandungan logam berat yang tinggi dan
miskin unsur hara. Penelitian yang dilakukan Megawati (2014) di lokasi yang
sama yaitu Blok M1W menyatakan bahwa kandungan logam berat tertinggi
adalah unsur Al sebesar 1.01 – 2.08 me/100g. Kandungan Al tinggi ini
menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan bahkan mengalami kematian karena
tanaman tidak dapat menyerap unsur hara di dalam tanah secara optimal. Kennedy
(1992) dalam Munawar (2011) menyatakan bahwa gejala keracunan tanaman oleh
Al dapat meyebabkan ujung akar membengkak, akar kerdil dan keropos, jumlah
rambut akar sedikit, serta serapan hara dan air terhambat. Kondisi ini menjadi
permasalahan utama yang menyebabkan buruknya kondisi pertumbuhan A.
mangium pada plot pengamatan. Hasil pengamatan di lapangan pada kondisi lahan
bermasalah yang terdapat pada plot pengamatan di Blok M1W disajikan pada
Gambar 7.
(a)
(b)
Gambar 7 Kondisi tempat tumbuh tanaman (a) aliran air di luar saluran drainase,
(b) lapisan tanah top soil yang tipis
Persen tumbuh tanaman menunjukkan nilai daya tumbuh tanaman, nilai
rata-rata persen tumbuh tanaman pada lokasi penelitian masih di bawah 80% yaitu
sebesar 59.38% sehingga di lokasi penelitian masih belum dikatakan berhasil.
Sebagaimana yang tercantum dalam Permenhut Nomor P.60 Tahun 2009 yang
menyatakan bahwa status keberhasilan revegetasi akan dikatakan berhasil apabila
nilai persen tumbuh tanaman lebih dari 80%. Hal ini tentunya akan merugikan
perusahaan terkait dengan kegiatan penanaman yang telah dilakukan dan harus
melakukan kegiatan penyulaman untuk meningkatkan persen tumbuh tanaman.
Pertumbuhan tanaman hasil revegetasi pada setiap plot pengamatan dapat
dilihat pada dimensi tanaman. Dimensi tanaman yang diamati pada penelitian ini
adalah tinggi, diameter batang, dan diameter tajuk. Rekapitulasi nilai rata-rata dan
simpangan baku pada setiap parameter tersaji pada Gambar 8, 9, dan 10.
Tinggi (cm)
15
135.77
115.57
700 175.22
600
156.07
92.82
119.80
84.95
110.14
500
400
103.51
71.81
129.22
127.34
95.26
90.32
101.42
67.53
70.97
300
200
100
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17
Plot ke-
Diameter (cm)
Gambar 8 Diagram rata-rata tinggi tanaman A. mangium
14
12
10
8
6
4
2
0
3.12
2.98
3.02
1.93
1.22 0.88
1
2
3
2.37
1.79 1.55
1.26
1.07 1.01
0.80
1.92
0.65 1.19
4
5
6
7
8
9
0.64
10 11 12 13 14 15 16 17
Plot ke-
Diameter Tajuk (cm)
Gambar 9 Diagram rata-rata diameter batang tanaman A. mangium
400
350
300
250
200
150
100
50
0
108.25
79.37 88.97
38.80
33.91 47.65
46.48
35.74
41.51
30.26
51.77
27.53 42.06 33.27
20.73
14.70 19.56
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17
Plot ke-
Gambar 10 Diagram rata-rata diameter tajuk tanaman A. mangium
Berdasarkan pengambilan data tinggi, diameter batang, dan diameter tajuk
pada masing-masing plot pengamatan diperoleh bahwa plot 10 dan 11 memiliki
rata-rata tinggi tanaman yang tertinggi, yaitu sebesar 513.67 cm dan plot 9
memiliki rata-rata tinggi tanaman terendah, yaitu 131.22 cm. Rata-rata diameter
batang tertinggi terdapat pada plot 1 sebesar 8.77 cm dan plot 8 memiliki rata-rata
diameter batang terendah sebesar 2.89 cm. Rata-rata diameter tajuk tertinggi dan
terendah masing-masing terdapat pada plot 1 dan plot 9 sebesar 269.21 cm dan
67.33 cm. Nilai rata-rata pertumbuhan tinggi dan diameter di atas masih di bawah
rata-rata pertumbuhan yang normal dengan umur tanaman sudah mencapai 2
tahun sehingga besarnya diameter tajuk pada tanaman A. mangium memiliki nilai
16
yang rendah. Menurut Krisnawati et al. (2007) pertumbuhan tinggi pada umur 2 –
3 tahun dapat mencapai 10 – 15 m dan pertumbuhan diameter dapat mencapai 15
cm. Hal ini menjelaskan bahwa pertumbuhan tanaman A. mangium di lokasi
penelitian mengalami gangguan dan menyebabkan kurang optimalnya
pertumbuhan tanaman pada areal tersebut. Adapun beberapa penelitian yang telah
dilakukan mengenai pertumbuhan tanaman A. mangium berumur 2 tahun disajikan
pada Tabel 4.
Tabel 4 Rata-rata pertumbuhan tanaman A. mangium umur 2 tahun
Tinggi (m)
11.6
9.4
10 – 15
8 – 10
Diameter (cm)
12.8
12.3
15.0
7.5 – 9.0
Lokasi
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Kalimantan Selatan
Jawa Tengah
Sumber
Hardiyanto et al. 2004
Hardiyanto et al. 2009
Krisnawati et al. 2007
Sunarti et al. 2014
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan
tanaman A. mangium menunjukkan perbedaan dari setiap lokasinya. Jika
dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman A. mangium di lokasi penelitian yang
berada di Kalimantan Selatan, menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman A.
mangium masih di bawah rata-rata pertumbuhan pada umur 2 tahun atau dapat
dikatakan pertumbuhannya buruk. Buruknya pertumbuhan tanaman pada areal
tersebut dikarena faktor lingkungan yang kurang mendukung pertumbuhan
tanaman, rendahnya unsur hara yang berada pada areal tersebut, dan kurangnya
pemeliharaan tanaman setelah penanaman. Pertumbuhan tanaman ini dapat
dikelompokkan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan yang sudah dicapai pada
tanaman tersebut. Pengelompokkan pertumbuhan tanaman ini diperoleh dari nilai
simpangan baku setiap plot pengamatan.
Simpangan baku merupakan nilai yang diukur tentang bagaimana nilainilai tersebut tersebar atau rata-rata jarak penyimpangan titik-titik data diukur dari
nilai rata- rata data tersebut. Adanya nilai simpangan baku maka dapat diketahui
sebaran data pada setiap plot pengamatan baik itu sebarang tinggi, diameter
batang, dan diameter tajuk. Ukuran pemusatan dan penyebaran data dari setiap
parameter pertumbuhan disajikan dalam bentuk histogram yang tersaji pada
Lampiran 2. Berdasarkan hasil statistik didapatkan bahwa sebaran data pada
tanaman A. mangium di semua plot pengamatan bahwa nilai tertinggi memiliki
tinggi 600 – 650 cm sebesar 11% terdapat di plot 10, diameter batang 11 – 12 cm
sebesar 12% terdapat di plot 1, dan diameter tajuk 300 – 350 cm sebesar 9%
terdapat di plot 1, sedangkan untuk nilai terendah dari seluruh plot pengamatan
yang memiliki tinggi 100 – 150 cm sebesar 14% terdapat di plot 8, diameter
batang 3 – 4 cm sebesar 25% terdapat di plot 16, diameter tajuk 100 – 150 cm
sebesar 12% terdapat di plot 5. Tinggi rendahnya pertumbuhan tanaman A.
mangium disebabkan faktor lingkungan yang kurang mendukung pertumbuhan
tanaman (Tabel 1), dan kondisi tanah yang mengandung logam berat cukup tinggi
yaitu unsur Al dan pH yang masam sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman
(Tabel 2). Kondisi pertumbuhan tanaman terendah membutuhkan upaya perbaikan
untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, sehingga keberhasilan revegetasi
dapat sesuai dengan yang harapkan.
17
Kesehatan Tanaman
Persen tumbuh menunjukkan seberapa besar tanaman yang dapat tumbuh
pada plot contoh, namun tidak semua tanaman yang tumbuh memiliki kondisi
yang sama. Terdapat beberapa tanaman yang dapat dikategorikan sehat, kurang
sehat, dan merana (Kemenhut 2009). Rekapitulasi persen kesehatan tanaman
disajikan pada Gambar 11.
100
Persen Kesehatan (%)
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Plot ke-
Gambar 11 Diagram persentase kesehatan tanaman setiap plot pengamatan
Tanaman sehat adalah tanaman yang tumbuh segar, batang relatif lurus,
bertajuk lebat dengan tinggi sesuai standar, dan bebas dari hama dan penyakit.
Tanaman kurang sehat adalah tanaman yang tumbuh tidak normal atau terserang
hama penyakit, daun berwarna kuning atau berwarna tidak normal, dan batang
bengkok. Tanaman merana adalah tanaman yang tumbuh tidak normal atau
terserang hama penyakit sehingga jika dipelihara kecil kemungkinannya akan
tumbuh dengan baik (Kemenhut 2009). Persentase kesehatan tanaman
menunjukkan seberapa besar tanaman dapat tumbuh dengan baik terhadap
gangguan dari hama penyakit dan dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
Berdasarkan hasil penelitian (Gambar 11), nilai persentase tertinggi
terdapat pada plot 13 sebesar 77.55% dan nilai persentase terendah terdapat pada
plot 3 dengan nilai sebesar 2.17%. Rata-rata persentase kesehatan tanaman pada
plot pengamatan sebesar 50.01% nilai rata-rata yang diperoleh masih di bawah
80% sehingga status keberhasilan revegetasi dilihat dari performa tanamannya
masih belum dikatakan berhasil. Sama halnya dengan nilai persen tumbuh
tanaman yang seharusnya persen kesehatan tanaman lebih dari 80% (Kemenhut
2009).
Berdasarkan pengamatan di lapangan rendahnya persentase kesehatan
tanaman disebabkan karena pemeliharaan setelah penanaman jarang dilakukan
bahkan sampai tidak ada pemeliharaan sama sekali serta persyaratan tempat
tumbuh untuk tanaman A. mangium belum tercukupi. Hal ini terbukti pada
tanaman A. mangium di lokasi penelitian yang mengalami gangguan tanaman.
Gangguan tersebut menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Gangguan tanaman di lokasi penelitian yang menimbulkan beberapa gejala
18
tanaman yang tampak pada bagian tanaman A. mangium. Gejala tanaman tersebut
seperti bercak hitam, daun menguning, rontok daun, dan percabangan mati. Gejala
tersebut diduga disebakan oleh kekurangan suatu unsur hara yang dapat menjadi
petunjuk kasar dari fungsi unsur hara yang bersangkutan (Lakitan 2007). Hal ini
berkaitan dengan respon tanaman terhadap tempat tumbuhnya yang ditunjukkan
pada bagian tanaman seperti daun, batang, dan akar tidak tumbuh dengan normal.
Gangguan tanaman pada setiap plot pengamatan mengakibatkan
pertumbuhan dan kesehatan tanaman A. mangium sehingga tanaman tidak dapat
tumbuh dan berkembang dengan optimal. Gejala atau tanda yang ditimbulkan dari
gangguan tanaman A. mangium tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil pengamatan gangguan tanaman A. mangium pada plot pengamatan
di Blok M1W
No
1
Gangguan Tanaman
Mati cabang (MC)
2
3
Daun seperti terbakar (DT)
Benjolan pada daun (BD)
4
5
Daun menguning (DM)
Rontok daun (RD)
6
7
Bercak hitam (BH)
Stagnasi/Kerdil (SK)
8
9
Hama pemakan daun (HD)
Daun keriting (DK)
Gejala/Tanda
Percabangan tanaman mati dengan ditandai dengan
gugurnya daun pada ranting pohon
Daun berubah berwarna hitam seperti terbakar
Permukaan daun tampak melengkung dan membentuk
benjolan
Daun berubah berwarna kuning seperti gejala nekrosis
Daun dimakan hama sampai habis dan menyisakan
ranting
Terdapat tepung hitam yang melekat pada daun
Tinggi tanaman paling pendek dari tanaman lain pada
tanaman yang seumur
Daun dimakan hama dengan ditandai bolong pada daun
Daun menggulung tampak seperti melilit
Persentase (%)
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan ada 9 jenis gangguan tanaman yang
mengganggu kesehatan tanaman A. mangium di lokasi penelitian. Hal ini
berdampak negatif pada rendahnya kesehatan tanaman. Hasil perhitungan
persentase gangguan tanaman setiap plot pengamatan tersaji pada Gambar 12.
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Plot keDM
BH
MC
HD
SK
RD
DK
DT
BD
Gambar 12 Diagram persentase gangguan tanaman A. mangium
16
17
19
Berdasarkan Gambar 12 menunjukkan bahwa gangguan tanaman A.
mangium berupa serangan hama dan penyakit pada setiap plot pengamatan terlihat
cukup tinggi. Secara keseluruhan yang mengalami gangguan tanaman tertinggi
terdapat pada plot 12 dengan gejala tanaman berupa bercak hitam sebesar 47.37%.
Plot 11 memiliki persentase tertinggi yang menunjukkan gejala daun menguning
sebesar 43.48%. Menurut Adinda (2012) rendahnya nilai nitrogen (N)
menyebabkan klorosis atau daun menguning pada daun tua yang kemudian akan
mengakibatkan tanaman kering sehingga menyebabkan kematian. Hasil analisis
tanah dalam penelitian Megawati (2014) bahwa pada Blok M1W nilai N tergolong
sangat rendah berkisar antara 0.07 – 0.28%. Gejala bercak hitam tertinggi terdapat
pada plot 12 sebesar 47.37%. Gejala bercak hitam disebakan karena rendahnya
nilai kalium (K) pada tanah tersebut (Adinda 2012). Hasil analisis tanah pada
Blok M1W bahwa nilai K tergolong sangat rendah hanya berkisar antara 0.02 –
0.15 me/100g (Megawati 2014). Plot 8 memiliki kondisi tanaman kerdil atau
stagnasi tertinggi sebesar 18.52%. Menurut Setiadi (2012) bahwa kandungan Al
tanah di atas 3 me/100g atau kejenuhan Al di atas 60% dapat meyebabkan akar
keriting, tanaman stagnan, dan bahkan mengalami kematian. Tingginya nilai Al
menyebabkan terjadinya fiksasi nilai Fosfor (P) sehingga mengakibat tanaman
kekurangan unsur P. Hasil analisis tanah pada Blok M1W menunjukkan bahwa
nilai Al tergolong tinggi berkisar antara 1.01 – 2.08 me/100g dan nilai P tergolong
sangat rendah berkisar antara 0.3 – 3.32 ppm (Megawati 2014). Kekurangan unsur
hara di lokasi penelitian menjadi salah satu penyebab rendahnya persentase
kesesahatan tanaman.
Kurangnya pemeliharan tanaman dan tidak adanya pengendalian
pengendalian penyakit di lokasi penelitian menyebabkan timbulnya beberapa
hama dan penyakit sehingga persentase serangan hama dan penyakit pada setiap
plot pengamatan cukup tinggi. Plot 15 menunjukkan gejala mati cabang tertinggi
sebesar 45.16%, plot 15 terdapat 26.88% yang terserang hama pemakan daun,
gejala rontok daun tertinggi terdapat pada plot 3 sebesar 15.32%, kemudian plot
14 terdapat 21.21% yang terkena gejala daun keriting, plot 2 dengan gejala
tanaman tertinggi daun seperti terbakar seb
LAHAN PASCA TAMBANG BATU BARA PADA BLOK M1W
PT JORONG BARUTAMA GRESTON, KALIMANTAN
SELATAN
ADI SETIADI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Keberhasilan
Tanaman Revegetasi Lahan Pasca Tambang Batu Bara pada Blok M1W PT
Jorong Barutama Greston, Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Adi Setiadi
NIM E44110035
ABSTRAK
ADI SETIADI. Evaluasi Keberhasilan Tanaman Revegetasi Lahan Pasca
Tambang Batu Bara pada Blok M1W PT Jorong Barutama Greston, Kalimantan
Selatan. Dibimbing oleh Dr Ir Omo Rusdiana, MSc.
Pasca operasi penambangan perlu dilakukannya kegiatan reklamasi guna
memulihkan dan memperbaiki fungsi lahan ke kondisi yang lebih baik dan
produktif (P.60/Menhut-II/2009). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
status keberhasilan revegetasi dilihat dari daya tumbuh dan performa tanaman A.
mangium di Blok M1W PT Jorong Barutama Greston, memberikan rekomendasi
perbaikan lahan dan tanaman, dan mengidentifikasi penyebab ketidakberhasilan
revegetasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status keberhasilan revegetasi
pada Blok M1W belum dikatakan berhasil karena dilihat dari rata-rata persentase
tumbuh dan kesehatan tanaman masih di bawah 80% yaitu sebesar 59.38% dan
50.01%. Perbaikan yang dilakukan adalah melakukan pembenah tanah dan
penyulaman menggunakan tanaman yang tahan terhadap tanah masam dan
kandungan logam berat tinggi. Penyebab utama ketidakberhasilan revegetasi
dikarenakan kondisi tempat tumbuh yang kurang mendukung pertumbuhan
tanaman A. mangium dan kurangnya pemeliharaan tanaman. Hal tersebut menjadi
penyebab menurunnya keberhasilan tanaman revegetasi. Selain itu, Standar
Operasional Prosedur (SOP) kegiatan revegetasi perlu diperbaiki dengan
penambahan mengenai kegiatan pemeliharaan tanaman kaitannya dengan
pengendalian hama dan penyakit.
Kata kunci: A. mangium, evaluasi, lahan pasca tambang, revegetasi
ABSTRACT
ADI SETIADI. The Evaluation of the Success of Plant Revegetation in Post Coal
Mining Block M1W PT Jorong Barutama Greston, East Kalimantan. Under
Supervision of Dr Ir Omo Rusdiana, MSc.
Reclamation activities were to be held after mining operation for restoring
and improving the function of the land to be a better condition and productive
(P.60/Menhut-II/2009). This research aims to analyze the status of the success of
revegetation seen from the growing power and performance of plants of A.
mangium at PT Jorong Barutama Greston Block M1W, recommend improvements
to the land and plants, and identifies the cause of the failure of revegetation. The
results of this research were indicate that status of the success revegetation at
Block M1W have not been categorized as successful category. They were seen
from the average of growth percentage and health of plants that less than 80%.
Those value were 59.38% and 50.01%. The improvement that could be done were
land amandment and plant tatting by resistant plant. They plants have to be
resistant from acid land heavy metal high. The main causes of failure of
revegetation was due to the condition of site plants were less supportive of growth
of plants A. mangium and lack of maintenance plant. This was the cause of
decreasing the success of revegetation plants. Beside that, Standard Operational
Procedure (SOP) about revegetation activities need to repair increment
maintenance plant to be related of pest and disease control.
Keywords: A. mangium, evaluation, post coal mining, revegetation
EVALUASI KEBERHASILAN TANAMAN REVEGETASI
LAHAN PASCA TAMBANG BATU BARA PADA BLOK M1W
PT JORONG BARUTAMA GRESTON, KALIMANTAN
SELATAN
ADI SETIADI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015 ini ialah
evaluasi keberhasilan revegetasi, dengan judul Evaluasi Keberhasilan Tanaman
Revegetasi Lahan Pasca Tambang Batu Bara pada Blok M1W PT Jorong
Barutama Greston, Kalimantan Selatan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Omo Rusdiana, MSc
selaku pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan saran sehingga
penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada para staff PT JBG, khususnya tim Departemen
Rehabilitasi dan Reklamasi yang telah membantu selama berjalannya kegiatan
penelitian ini dan memberi pengalaman baru bagi penulis. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015
Adi Setiadi
v
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
2
METODE
5
Alat dan Bahan
5
Prosedur Penelitian
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Karakteristik Lahan
10
Persentase Tumbuh dan Pertumbuhan Tanaman
12
Kesehatan Tanaman
17
Rekomendasi Perbaikan Lahan dan Tanaman
20
Faktor Penyebab Ketidakberhasilan Revegetasi
22
SIMPULAN DAN SARAN
23
Simpulan
23
Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN
25
RIWAYAT HIDUP
49
vi
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
Karakteristik lahan pada setiap plot pengamatan di Blok M1W
Hasil analisis tanah pada Blok M1W tahun 2014
Jumlah tanaman pada setiap plot pengamatan di Blok M1W
Rata-rata pertumbuhan tanaman A. mangium umur 2 tahun
Hasil pengamatan gangguan tanaman A. mangium pada plot
pengamatan di Blok M1W
10
11
12
16
18
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Grafik curah hujan maksimum bulanan selama tahun 2004 – 2014
Grafik hari hujan rata-rata bulanan selama tahun 2004 – 2014
Skema plot petak ukur penilaian tanaman
Skema plot contoh di lapangan
Diagram persen tumbuh setiap plot pengamatan
Tanaman A. mangium yang menglamai kematian
Kondisi tempat tumbuh tanaman
Diagram rata-rata tinggi tanaman A. mangium
Diagram rata-rata diameter batang tanaman A. mangium
Diagram rata-rata diameter tajuk tanaman A. mangium
Diagram persentase kesehatan tanaman setiap plot pengamatan
Diagram persentase gangguan tanaman A. mangium
Gejala gangguan tanaman
4
4
6
6
13
13
14
15
15
15
17
18
20
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta plot contoh pengamatan pada Blok M1W
2 Hasil analisis statistik pertumbuhan tanaman A. mangium
3 Standar Operasional Prosedur (SOP) Kegiatan Revegetasi PT JBG
25
26
43
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batu bara yang meliputi
penyelidikan umum, eksploitasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengelolaan dan pemurnian, pengangkutan, dan penjualan serta kegiatan pasca
tambang (Kemenhut 2011). Perusahaan tambang dalam melakukan kegiatan
pertambangan seringkali dilakukan dengan pembukaan wilayah untuk
mendapatkan bahan mineral yang berada di bawah permukaan bumi. Pembukaan
wilayah akan menyebabkan areal tersebut mengalami kerusakan dan
menimbulkan permasalahan lingkungan.
Permasalahan yang ditimbulkan pasca penambangan antara lain tanah
menjadi tidak subur, pH yang masam, dan unsur hara yang sedikit. Permasalahan
tersebut dapat diatasi dengan kegiatan reklamasi untuk memperbaiki dan
mengembalikan fungsi lahan ke kondisi yang lebih baik dan produktif. Kegiatan
reklamasi yang dilakukan meliputi penataan lahan, pengendalian erosi dan
sedimentasi, dan revegetasi (Kemenhut 2009). Lahan yang telah selesaikan
direklamasi selanjutnya siap untuk ditanami tumbuhan sebagai upaya dalam
mengembalikan fungsi lahan sebelumnya. Kegiatan revegetasi adalah usaha untuk
memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang rusak melalui kegiatan penanaman
dan pemeliharaan pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan (Kemenhut 2011).
Kegiatan revegetasi yang dilakukan perusahaan pertambangan di Indonesia
seringkali tidak berhasil, hal tersebut dikarenakan kondisi lahan yang sangat
marjinal, kurangnya ketersediaan top soil, adanya materi logam berat yang tersisa,
dan keberadaan air asam tambang.
PT Jorong Barutama Greston (PT JBG) merupakan salah satu perusahaan
pertambangan batu bara yang terletak di Desa Swarangan, Kecamatan Jorong,
Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Kegiatan penambangan yang
dilakukan oleh PT JBG merupakan penambangan terbuka (open pit mining). Cara
mendapatkan bahan tambang berupa batu bara adalah seluruh tanaman yang ada
dipermukaan tanah dibersihkan, tanah dan batuan penutup dipindahkan ke suatu
tempat sehingga mengakibatkan lahan terdegradasi, tidak produktif dan menjadi
marjinal. Pengelolaan yang tidak baik dapat berdampak buruk terhadap kualitas
udara dari debu yang dihasilkan, air permukaan, air tanah, pemanfaatan pasca
tambang, serta bentuk permukaan lahan berupa tumpukan overburden dari rona
awal (Putri 2012).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No.
P.60/Menhut-II/2009 tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan
Reklamasi Hutan dan Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral
Republik Indonesia No. 18 tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Lahan
perlu dilakukan kegiatan evaluasi. Kegiatan evaluasi ini dilakukan sekurangkurangnya 1 tahun sekali untuk mengetahui sudah sejauh mana tingkat
keberhasilan dari kegiatan reklamasi yang telah dilaksanakan oleh suatu
perusahaan pertambangan. Menurut Adinugroho (2010), pedoman penilaian
reklamasi hutan ini belum tentu dapat diterapkan pada semua jenis tambang.
2
Berbagai jenis tipe tambang memiliki proses eksploitasi yang berbeda-beda
sehingga tingkat kerusakannya juga berbeda. Hal ini akan bedampak pada
keberhasilan kegiatan reklamasi yang tentunya akan tidak adil jika penilaian yang
dilakukan terhadap semua tipe tambang digunakan penilaian dengan kriteria yang
sama.
Berdasarkan latar belakang tersebut dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk menganalisis status keberhasilan revegetasi yang telah dilakukan oleh PT
JBG. Selain itu, penelitian ini bertujuan memberikan rekomendasi perbaikan lahan
dan tanaman, dan mengidentifikasi penyebab ketidakberhasilan revegetasi.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana status keberhasilan revegetasi yang kaitannya dengan daya
hidup dan performa pertumbuhan tanaman revegetasi di Blok M1W?
2. Bagaimana rekomendasi perbaikan tanaman yang mengalami
ketidaknormalan pertumbuhan?
3. Apa saja faktor penyebab yang mengakibatkan ketidakberhasilan
revegetasi kaitannya dengan karakteristik lahan revegetasi pasca
penambangan?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis status keberhasilan revegetasi yang kaitannya dengan daya
hidup dan performa pertumbuhan tanaman revegetasi di Blok M1W.
2. Memberikan rekomendasi perbaikan tanaman yang mengalami
ketidaknormalan pertumbuhan.
3. Mengidentifikasi penyebab dari ketidakberhasilan revegetasi kaitannya
dengan karakteristik lahan revegetasi pasca penambangan.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak pengelola
sebagai bahan evaluasi terhadap kegiatan revegetasi yang telah dilakukan. Selain
itu, penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menjalankan
revegetasi di masa mendatang.
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak dan Posisi Geografis
Secara administrasi PT JBG terletak di Desa Swarangan, Kecamatan
Jorong, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Perusahaan ini
berdekatan dengan beberapa desa di sekitar lokasi penambangan sehingga
masyarakat sekitar sebagian besar merupakan pekerja yang direkrut oleh pihak
perusahaan. Secara geografis lokasi penambangan PT JBG terletak pada
3
3045’07”LS – 4000’15”LS dan 114045’23”BT – 115005’53”BT. Area pelabuhan
terletak di Desa Swarangan, Kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut.
PT JBG melakukan kegiatan penambangan batu bara di Desa Swarangan
yang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
1. Utara
: Kec. Jilatan
2. Timur
: Kec. Asam-asam
3. Selatan
: Laut Jawa dan Desa Swarangan
4. Barat
: Kec. Penyipalan
Adapun untuk mencapai wilayah penambangan batu bara PT JBG dapat
ditempuh dengan kendaraan bermotor :
1. Dari kota Banjarmasin ke arah tenggara menuju Pelaihari dengan jarak ±
60 km dengan waktu ± 1.5 jam dengan kendaraan bermotor.
2. Dari Pelaihari ke arah tenggara menuju lokasi wilayah PKP2B PT JBG
yang terletak di Kecamatan Jorong dengan jarak ± 39 km dengan waktu ±
1 jam.
3. Dari Pos penjagaan PT JBG menuju kantor induk sejauh 6 km dengan
kondisi jalan angkut yang tidak beraspal dan dapat ditempuh dengan
waktu ± 15 menit (AMDAL 2006).
Jenis Tanah dan Topografi
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan bahwa tanah pada areal kegiatan
tambang batu bara di PT JBG didominasi oleh sebaran tanah podsolik (ultisol)
(AMDAL 2006). Tanah podsolik merupakan tanah utama pada lahan kering di
Kalimantan Selatan yang tergolong tanah berusia lanjut. Tanah podsolik
merupakan tanah yang mempunyai horizon argilik bersifat masam dan kejenuhan
basa yang rendah. Unsur hara yang rendah dan unsur P terfiksasi tetapi kadar Al
umumnya tinggi.
Curah hujan yang tinggi pada bulan-bulan basah menyebabkan terjadinya
pencucian basa-basa dan liat (lessivage). Pencucian basa-basa menyebabkan tanah
bereaksi masam dan kadar Al menjadi tinggi. Pencucian liat menyebabkan
terbentuknya horizon albik di lapisan tanah atas dan horizon argilik di lapisan
bawah (Hardjowigeno 1993). Tanah aluvial (inceptisol) hanya terdapat di sekitar
sungai (sungai Asam-asam, sungai Katal-katal dan sungai Nahiya) dalam luasan
yang sempit. Selain itu, topografi kecamatan Jorong merupakan topografi
berbukit, ada di sekitar bukit Pria dengan elevasi 465 meter di atas permukaan laut
berdekatan dengan daerah Kintap dan kecamatan Batu Ampar.
Iklim dan Curah Hujan Daerah Penelitian
Lokasi wilayah PT JBG
4
S
dengan kondisi temperatur udara cukup panas yaitu rata-rata sekitar 28.05 C
(temperatur udara minimum 23.7 C) dan dengan kelembaban udara cukup tinggi
yaitu sekitar 83% (AMDAL 2006).
Sebagaimana di wilayah Indonesia lain, maka iklim di daerah penelitian
adalah tropis dan memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim
kemarau. Curah hujan maksimum untuk 10 tahun terakhir yaitu pada tahun 2004 –
2014 adalah pada bulan Agustus yaitu sebesar 956 mm. Curah hujan terendah
4
Curah Hujan (mm)
terjadi pada bulan September sebesar 6 mm (Gambar 1). Curah hujan rata-rata
bulanan selama tahun 2004 – 2014 adalah sebesar 129.18 mm.
Hari hujan rata-rata bulanan selama tahun 2004 – 2014 adalah 10 hari.
Jumlah hari hujan terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu sebanyak 25 hari.
Hari hujan terendah terjadi pada bulan September yaitu sebanyak 1 hari.
100
80
60
40
20
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Jul Agus Sept Okt Nov Des
Curah Hujan (mm)
Gambar 1 Grafik curah hujan maksimum bulanan tahun 2004 – 2014
100
80
60
40
20
0
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Gambar 2 Grafik hari hujan rata-rata bulanan selama tahun 2004 – 2014
Sarana dan Prasarana
Sarana penunjang yang ada di PT JBG adalah kantor penambangan,
perumahan karyawan, bengkel, gudang, tempat penyimpanan bahan bakar,
laboratorium, dan poliklinik. Prasarana yang ada di PT JBG meliputi jaringan
jalan tambang, pelabuhan laut khusus batu bara, dan jalan angkut batu bara
(hauling) dari lokasi tambang blok tengah hingga ke pelabuhan laut sepanjang
±18 km (AMDAL 2006).
Bangunan seperti rumah karyawan, kantin, perkantoran, dan fasilitas lainnya
terpusat di sekitar lokasi pelabuhan. Jalan produksi dibuat sekitar 40 km dari
tempat penambangan. Tempat penumpukan batu bara (stockpile) berada dekat
dengan pelabuhan. Kolam pengendapan (settling pond) merupakan tempat aliran
air limbah tambang yang mengandung lumpur dan batubara halus (diameter 0.5
mm). Kolam pengendapan ditaburkan kapur dan tawas agar mempercepat proses
pengendapan. Ukuran kolam 40 m x 20 m x 3 m. Ada 3 buah kolam pengendapan
dengan ukuran yang sama. Kolam pertama untuk pengendapan lumpur, kolam
kedua dan ketiga untuk menampung air dari dalam tambang sebelum dialirkan ke
badan air guna mecegah terjadinya peningkatan kekeruhan, padatan tersuspensi,
kemasaman, dan perubahan warna ke sungai Asam-Asam. Jumlah kolam
seluruhnya 14 unit yang berada di Blok Tengah, Blok Timur, dan Blok Barat.
Padatan yang sudah mengendap di dalam kolam dikeruk oleh excavator untuk
5
dikumpulkan di dekat tambang agar mengering dan setelah kering akan diangkut
oleh dump truck menuju lokasi penimbunan.
PT JBG menggunakan alat berat seperti bulldozer, excavator, wheel loader
maupun dump truck serta alat penunjang lainnya. Perbaikan dan perawatan alat
berada pada bengkel dengan 2 tugas, yaitu bengkel yang menangani alat-alat
listrik dan ada pula yang menangani alat-alat berat. Gudang yang ada di PT JBG
terletak di dekat pelabuhan dan memiliki ukuran 10 m x 30 m yang berisi sarana
penunjang operasi tambang, penyimpanan suku cadang serta barang-barang yang
diperlukan selama operasi penambangan berlangsung.
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan pertambangan batu bara PT
Jorong Barutama Greston, Kalimantan Selatan. Penelitian dilaksanakan selama 3
bulan pada tanggal 16 Februari – 30 Mei 2015.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis, kamera, kaliper,
walking stick, laptop, software ArcGIS version 9.3, Global Mapper 13, SPSS 16.0,
tally sheet, kalkulator, meteran, tali rafia, golok, GPS, dan kompas. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu peta reklamasi dan rehabilitasi dengan skala
1 : 10 000, dokumen AMDAL PT JBG, dokumen rencana dan realisasi reklamasi,
dan obyek penelitian ini adalah tananam A. mangium yang berumur 2 tahun pada
Blok M1W.
Prosedur Penelitian
Pembuatan Plot Contoh
Plot contoh pengamatan disajikan dalam bentuk peta yang dibuat dengan
menggunakan software ArcGIS version 9.3 dan Global Mapper 13 yang akan
digunakan sebagai peta acuan untuk menilai keberhasilan revegetasi pada semua
plot contoh yang diamati yaitu Blok M1W dengan luas 33.46 ha. Penilaian
tanaman hasil revegetasi dilakukan dengan metode Systematic Sampling with
Random Start serta menggunakan intensitas sampling sebesar 5% (Kemenhut
2009), sehingga jumlah plot contoh pada Blok M1W sebanyak 17 plot dengan
ukuran 40 m x 25 m (0.1 Ha). Adapun tahapan pembuatan plot contoh
pengamatan pada penelitian ini yaitu:
a. Menyiapkan peta hasil penanaman skala 1 : 10 000.
b. Menentukan petak ukur pertama secara acak pada peta tersebut.
c. Pembuatan garis transek melalui titik petak ukur pertama, yaitu garis vertikal
dan garis horizontal yang berpotongan pada titik petak ukur pertama tersebut.
Garis vertikal memotong tegak lurus larikan tanaman dan garis horizontal
sejajar larikan tanaman.
d. Pembuatan garis transek secara sistematik terhadap garis transek pertama
6
dengan jarak antar garis vertikal 1 cm dan jarak antar garis horizontal 1 cm di
peta.
e. Pembuatan petak ukur persegi panjang ukuran 4 mm x 2.5 mm di peta (di
lapangan 40 x 25 m) pada garis transek tersebut dengan titik potong garis
transek sebagai titik pusatnya, sehingga penyebaran letak petak ukur tersebut
dapat mewakili seluruh areal tanaman yang dinilai. Skema plot contoh di peta
dan di lapangan disajikan pada Gambar 3 dan Gambar 4.
Keterangan:
= Batas areal penanaman
= Petak ukur pertama (ditentukan secara acak) ukuran 4
mm x 2.5 mm
= Petak ukur berikutnya ditentukan secara sistematis
Gambar 3 Skema plot contoh di peta
25 meter
40 meter
Keterangan:
*
= Tanaman pioner
= Jarak tanam 4 m x 4 m
Gambar 4 Skema plot contoh di lapangan
Pengambilan Data Tanaman
Pengambilan data dilakukan pada setiap plot contoh. Data yang diambil di
antaranya yaitu tinggi, diameter batang, diameter tajuk, dan kesehatan tanaman.
Pengukuran diameter tanaman dilakukan pada titik 15 cm dari pangkal batang
menggunakan kaliper manual, pengukuran diameter tajuk tanaman dilakukan
7
dengan mengukur tajuk terpanjang dan terlebar dengan menggunakan meteran,
sedangkan pengukuran tinggi dilakukan pada masing-masing tanaman dengan
menggunakan meteran dan walking stick. Pengamatan terhadap kondisi fisik
tanaman juga dilakukan untuk mengetahui status kesehatan tanaman revegetasi.
Kondisi fisik tanaman yang diamati terbagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu
tanaman sehat, kurang sehat, dan merana. Tanaman sehat adalah tanaman yang
tumbuh segar, batang relatif lurus, bertajuk lebat dengan tinggi sesuai standar dan
bebas dari hama dan penyakit. Tanaman kurang sehat adalah tanaman yang
tumbuh tidak normal atau terserang hama penyakit, daun berwarna kuning atau
berwarna tidak normal, dan batang bengkok. Tanaman merana adalah tanaman
yang tumbuh tidak normal atau terserang hama penyakit sehingga jika dipelihara
kecil kemungkinannya akan tumbuh dengan baik (Kemenhut 2009). Tanaman
yang mengalami stagnasi pertumbuhan mempunyai ciri, yaitu memiliki diameter
dan tinggi yang lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman sejenis yang
seumur di sekitarnya dan mempunyai warna daun yang kekuningan (Adinda
2012).
Metode Analisis Data
Pengolahan data dilakukan untuk mendapatkan nilai persentase tumbuh
dan persentase kesehatan tanaman yang menunjukkan daya tumbuh dan performa
tanaman. Data diameter batang, diameter tajuk, dan tinggi tanaman juga dilakukan
pengolahan untuk mendapatkan nilai rata-ratanya. Berikut uraian dari pengolahan
data yang dilakukan.
Persentase Tumbuh Tanaman
Persentase tumbuh tanaman merupakan hasil perbandingan antara jumlah
tanaman yang hidup dengan jumlah tanaman yang ditanam pada plot contoh yang
diamati. Nilai persentase tumbuh tanaman dihitung dengan persamaan:
T=
x 100%
Keterangan:
T
= persen tumbuh tanaman (%)
hi
= jumlah tanaman yang hidup pada plot ke-i
Ni
= jumlah tanaman yang ditanam pada plot ke-i
Adapun rata-rata persentase tumbuh tanaman dihitung dengan persamaan
sebagai berikut:
R=
Keterangan:
R
= rata-rata persentase tumbuh tanaman (%)
Ti
= jumlah persentase tumbuh tanaman pada plot ke-i
n
= jumlah seluruh plot
Persentase Kesehatan Tanaman
Persentase kesehatan tanaman merupakan hasil perbandingan antara
jumlah tanaman sehat dengan jumlah tanaman yang hidup pada plot yang diamati.
Nilai persentase kesehatan tanaman dihitung dengan persamaan:
8
K=
Keterangan:
K
= persentase kesehatan tanaman (%)
ri
= jumlah tanaman sehat padat plot ke-i
hi
= jumlah tanaman yang hidup pada plot ke-i
Adapun rata-rata persentase kesehatan tanaman dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
P=
Keterangan:
P
= rata-rata persentase kesehatan tanaman (%)
Ki
= jumlah persentase kesehatan tanaman pada plot ke-i
n
= jumlah seluruh plot
Diameter Batang dan Tinggi Tanaman
Pada masing-masing plot contoh dilakukan perhitungan rata-rata diameter
dan rata-rata tinggi tanaman. Persamaan untuk menghitung rata-rata tinggi dan
diameter tanaman yaitu sebagai berikut:
d=
t=
Keterangan:
d
= rata-rata diameter batang (cm)
t
= rata-rata tinggi (cm)
di
= diameter pohon ke-i
ti
= tinggi pohon ke-i
n
= jumlah pohon yang diukur
Diameter Tajuk
Pada masing-masing plot contoh dilakukan perhitungan diameter tajuk
dengan mengukur tajuk terpanjang dan terlebar pada setiap tanaman. Persamaan
untuk menghitung diameter tajuk tanaman yaitu sebagai berikut:
dt =
Keterangan:
dt
= diameter tajuk (cm)
tp
= tajuk terpanjang (cm)
tl
= tajuk terlebar (cm)
Adapun rata-rata diameter tajuk dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:
Rt =
Keterangan:
Rt
= rata-rata diameter tajuk (cm)
dti
= jumlah diameter tajuk pada pohon ke-i
n
= jumlah pohon yang diukur
9
Analisis Statistik
Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif dengan tujuan
untuk mengelompokkan atau mengklasifikan data menjadi sebuah informasi yang
berguna. Pengolahan data statistik pada penelitian ini menggunakan software
SPSS 16.0. Adapun tahapan analisis statistik data pada penelitian ini yaitu:
Jangkauan (Range)
Range adalah selisih bilangan terbesar dan terkecil dari suatu kumpulan
data. Rumus yang digunakan adalah:
R = Xmax - Xmin
Keterangan:
R
= jangkauan (range)
Xmax = nilai terbesar
Xmin = nilai terkecil
Jumlah Kelas
Jumlah kelas adalah pengelompokkan data pada interval tertentu yang
dibagi dalam kelas. Rumus yang digunakan adalah:
K = 3.3 log (n) + 1
Keterangan:
K
= jumlah kelas
n
= banyaknya data
Interval
Interval adalah selang atau selisih dari data yang dikelompokkan
berdasarkan kelas tertentu. Rumus yang digunakan adalah:
I=
Keterangan:
I
= interval
Xmax = nilai terbesar
Xmin = nilai terkecil
K
= jumlah kelas
Simpangan Baku (Standard Deviation)
Standard deviation adalah rata-rata jarak penyimpangan titik-titik data
diukur dari nilai nilai rata-rata data tersebut atau akar dari variance. Rumus yang
digunakan adalah:
Keterangan:
S
= simpangan baku
xi
= nilai data ke-i
= rata-rata data
X
s=√
(
X
)
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Lahan
Penelitian ini berada di areal revegetasi yaitu Blok M1W yang merupakan
areal bekas penambangan yang sudah ditutup kembali dengan tanah timbunan dan
sudah dilakukan kegiatan reklamasi dan revegetasi. Pengamatan dilakukan secara
visual dengan melihat kondisi secara langsung di setiap plot pengamatan untuk
mengetahui kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman A. mangium yang telah ditanam. Karakteristik lahan di
lokasi penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Karakteristik lahan pada setiap plot pengamatan di Blok M1W
Plot
ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Karakteristik lahan
Topografi cukup miring, terdapat gully erosion, tanah berpasir, tergenang, tertutupi
serasah dan rumput liar, ada penggembalaan ternak liar.
Topografi cukup miring, terdapat erosi alur, tanah berpasir, tanah keras, tanah
overburden muncul di permukaan tanah, ada penggembalaan ternak liar, ada saluran
drainase dan guludan.
Topografi relatif datar, ada genangan air, drainase kurang baik, ditumbuhi rumput liar,
tanah padat, ada penggembalaan ternak liar.
Topografi cukup miring, terdapat rumput liar, gully erosion, tanah padat, ada
penggembalaan ternak liar, ada saluran drainase.
Topografi datar, didominasi rumput liar, drainase kurang baik, tanah padat, ada
penggembalaan ternak liar.
Topografi miring, tanah padat, terdapat gully erosion, terdapat rumput liar atau gulma.
Topografi miring, tanah tertutupi serasah dan sebagian tertutup rumput liar atau gulma.
Tanah padat, berpasir, didominasi rumput liar, keterbukaan lahan tinggi, terdapat gully
erosion, genangan air, pernah dilakukan pengapuran.
Tanah overburden terbuka di permukaan tanah, ada genangan air, keterbukaan lahan
tinggi, gully erosion, banyak tanaman unsuccess, penggembalaan ternak liar, pernah
dilakukan sulaman dengan beberapa treatment pembenah tanah seperti penambahan
hydrogell, NPK, kompos, rockphospat, dilakukan pemangkasan cabang (pruning),
terdapat parit untuk saluran air.
Topografi miring, tanah tertutupi dengan serasah, tutupan tajuknya cukup rapat, banyak
anakan alam, jarak tanam sudah tidak teratur.
Topografi datar, terdapat gully erosion, tanah overburden terbuka di permukaan tanah,
didominasi rumput liar atau gulma.
Topografi cukup miring, didominasi rumput liar atau gulma, terdapat erosi alur,
sebagaian tertutupi serasah.
Topografi cukup miring, tanah tertutupi serasah dan tertutupi rumput liar, jarak tanam
sudah tidak teratur karena banyak anakan alam.
Topografi datar, didominasi rumput liar, lahan sangat terbuka, banyak terjadi kematian
tanaman, terdapat genangan air, tanah padat, ada penggembalaan ternak liar, pernah
dilakukan sulaman dengan beberapa treatment pembenah tanah seperti penambahan
hydrogell, NPK, kompos, rockphospat, dilakukan pemangkasan cabang (pruning) dan
penjarangan.
Topografi datar, tanah tertutupi serasah, tutupan tajuk cukup rapat, jarak tanam sangat
rapat karena banyak anakan alam.
Topografi cukup miring, terdapat gully erosion, tanah overburden terbuka di permukaan
tanah, tanah tertutup rumput liar, terdapat genangan, dan sebagian tanah berpasir.
Topografi cukup miring, didominasi rumput liar, banyak anakan alam, ada parit
pengendali erosi, ada penggembalaan ternak liar.
11
Hasil pengamatan di setiap plot pengamatan bahwa pada plot 9 dan 14
memiliki kondisi yang paling bermasalah di antara plot lainnya. Masalah yang ada
pada kedua plot tersebut seperti terdapat gully erosion, genangan air, tanah
overburden yang muncul di permukaan tanah, dan adanya penggembalaan ternak
liar. Hal ini akan menurukan kualitas dan kesuburan tanah pada plot tersebut yang
dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Megawati (2014) di lokasi yang
sama yaitu Blok M1W menyatakan bahwa pada Blok M1W terdapat beberapa
permasalahan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Hasil analisis tanah
yang telah dilakukan tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil analisis tanah pada Blok M1W tahun 2014*
Parameter analisis tanah
Lokasi
Normal
1
Kedalaman
pH
(H2O)
N
P 2O 5
%
ppm
Al
K
KTK
Pasir
me/100g
Tekstur
Liat
Debu
%
0 – 30
30 – 60
0 – 30
30 – 60
5.09
4.90
5.15
5.16
0.18
0.28
0.16
0.17
0.30
0.31
0.31
0.31
1.03
1.57
1.57
1.06
0.02
0.11
0.08
0.14
16.80
46.74
29.31
19.54
69.32
51.88
44.55
39.18
5.16
13.87
17.33
25.50
25.52
34.25
38.12
35.32
0 – 30
30 – 60
0 – 30
30 – 60
5.14
4.45
4.88
4.56
0.14
0.07
0.23
0.21
1.81
0.30
0.30
0.30
1.57
1.53
1.02
0.00
0.07
0.04
0.03
0.03
13.77
32.36
23.16
11.83
62.54
82.76
85.75
85.57
9.83
6.14
3.72
7.61
27.63
11.10
10.53
4.82
0 – 30
30 – 60
2
0 – 30
30 – 60
*Megawati (2014)
5.00
4.95
5.12
5.15
0.14
0.21
0.15
0.11
0.30
1.81
3.32
0.30
2.05
1.57
2.08
1.01
0.08
0.15
0.10
0.05
34.38
17.43
23.09
14.52
78.15
65.19
61.65
81.21
5.77
10.73
11.87
5.04
16.08
24.08
26.48
12.75
2
Sedang
1
2
Buruk
1
Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat tiga plot sampel tanah yang
dianalisis tanahnya yaitu plot kondisi pertumbuhan normal (keseluruhan tanaman
tumbuh dengan normal dan sehat), plot kondisi pertumbuhan sedang
(pertumbuhan tanaman di bawah rata-rata atau pertumbuhan tanaman kerdil), dan
plot kondisi pertumbuhan tanaman buruk (pertumbuhan tanaman jauh di bawah
rata-rata dan hampir keseluruhan tanaman mati). Permasalahan yang ada pada
Blok M1W plot sedang adalah permasalahan pada tekstur tanah yang didominasi
oleh pasir sebesar 62.54 – 85.75% serta dua sampel tanahnya yang memiliki nilai
KTK yang cukup rendah yaitu 11.83 me/100g dan 13.77 me/100g. Plot buruk
tekstur tanahnya didominasi oleh pasir sebesar 61.65 – 81.21%. Kondisi berpasir
tersebut disertai dengan kelarutan Al yang cukup tinggi sebesar 1.01 – 2.08
me/100g. Menurut Hardjowigeno (1995) tentang kriteria penilaian sifat kimia
tanah bahwa pH tanah pada Blok M1W tergolong masam yaitu berkisar antara
4.45 – 5.16. Kandungan Al yang cukup tinggi dan pH yang masam menjadi
permasalahan utama yang menyebabkan kondisi pertumbuhan A. mangium
menjadi buruk dan tidak normal. Kennedy (1992) dalam Munawar (2011) bahwa
keracunan Al merupakan faktor pembatas pertumbuhan tanaman pada tanah-tanah
masam. Kondisi pH tanah yang masam menyebabkan terjadinya kejenuhan Al di
12
atas 60%. Tingginya nilai Al menyebabkan terjadinya fiksasi fosfor (P) sehingga
Al bereaksi dengan unsur P membentuk senyawa Al-fosfat yang tidak dapat
diserap oleh tanaman. Setiadi (2012) menyatakan bahwa kandungan Al tanah di
atas 3 me/100g atau kejenuhan Al di atas 60% dapat meyebabkan akar keriting,
tanaman stagnan, dan bahkan mengalami kematian.
Persentase Tumbuh dan Pertumbuhan Tanaman
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa di lokasi penelitian
yaitu Blok M1W yang terbagi menjadi 17 plot pengamatan didominasi satu jenis
tanaman yaitu akasia (Acacia mangium). Tanaman ini ditanam pada tahun 2013
sehingga umur tanaman hingga saat ini masih berumur 2 tahun. Setiap plot
pengamatan memiliki jumlah tanaman yang berbeda disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah tanaman pada setiap plot pengamatan di Blok M1W
Plot
ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Jenis
Tanaman
Nama Ilmiah
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Akasia
Acacia mangium
Rata-rata/Ha
Daya Hidup
Hidup
Mati
40
30
46
52
45
28
48
30
18
38
24
42
49
18
58
37
33
374
23
33
17
11
18
35
15
33
45
25
39
21
14
45
5
26
30
256
Performa Tanaman
Sehat Kurang Sehat Merana
Pohon
23
7
10
19
5
6
1
27
18
31
15
6
23
14
8
17
10
1
12
24
10
21
8
1
8
2
8
28
8
2
3
3
18
25
16
1
38
11
0
9
10
12
36
15
7
12
13
12
16
15
2
189
119
72
Setiap plot contoh pengamatan yang berukuran 0.1 ha maksimal terdapat
63 tanaman sehingga akan diketahui jumlah tanaman yang hidup dan jumlah
tanaman yang mati. Daya hidup tertinggi terdapat pada plot 15 sebesar 58 pohon
dan daya hidup terendah berada pada plot 9 dan 14 sebesar 18 pohon. Performa
tanaman tertinggi yang termasuk kategori sehat berada pada plot 13 sebesar 38
pohon, kategori kurang sehat berada pada plot 13 sebesar 38 pohon, dan kategori
merana berada pada plot 3 dan 11 sebesar 18 pohon. Performa tanaman terendah
yang termasuk kategori sehat berada pada plot 3 sebesar 1 pohon, kategori kurang
sehat berada pada plot 9 sebesar 2 pohon, kategori merana berada pada plot 13
karena tidak ditemukan pada plot yang diamati. Rata-rata tanaman yang hidup
pada plot pengamatan sebesar 374/ha dan rata-rata tanaman yang mati sebesar
256/ha. Rekapitulasi persen tumbuh pada setiap plot pengamatan disajikan pada
Gambar 5.
Persen Tumbuh (%)
13
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Plot keGambar 5 Diagram persen tumbuh setiap plot pengamatan
Nilai persen tumbuh diperoleh dengan membandingkan antara jumlah
tanaman hidup dengan jumlah tanaman yang ditanam pada plot contoh. Rata-rata
persen tumbuh pada plot pengamatan sebesar 59.38%, nilai rata-rata yang
diperoleh masih di bawah 80% sehingga dilihat dari rata-rata persen tumbuh
tanaman status keberhasilan revegetasi masih dikatakan belum berhasil karena
seharusnya nilai tersebut lebih dari 80% (Kemenhut 2009). Persen tumbuh
tertinggi ditunjukkan pada plot 15 sebesar 92.06% sedangkan terendah
ditunjukkan pada plot 14 dan plot 9 sebesar 28.57%. Rendahnya persen tumbuh
tanaman dapat dikatakan bahwa kemampuan adaptasi tanaman A. mangium
terhadap lokasi tempat tumbuh belum berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan
karena pada plot tersebut banyak tanaman yang mengalami kematian. Hasil
pengamatan di lapangan memperlihatkan bahwa terdapat banyak sisa ajir tanaman
dan tanaman A. mangium yang telah mati serta adanya gangguan dari
penggembalaan ternak liar yang membuat tanaman A. mangium rebah dan
akhirnya mati tersaji pada Gambar 6.
(a)
(b)
Gambar 6 Tanaman A. mangium yang mengalami kematian (a) sisa ajir dan
tanaman A. mangiun yang mati, (b) tanaman A. mangium yang rebah
Kematian tanaman A. mangium pada plot pengamatan disebabkan oleh
beberapa faktor yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Salah satu faktor
penyebab dari kematian A. mangium yang terlihat di lapangan yaitu karena adanya
aliran dan genangan air di luar saluran drainase yang telah dibuat. Aliran air ini
terbentuk pada kondisi tanah yang mengalami pemadatan (Putri 2012). Kondisi
tanah yang padat dapat mengganggu perkembangan akar akibat dari buruknya
14
sistem tata air dan aerasi. Penyerapan unsur hara pada tanah menjadi terganggu.
Fungsi akar sebagai alat absorpsi unsur hara terganggu yang mengakibatkan akar
tidak dapat berkembang dengan sempurna. Hal tersebut menyebabkan tanaman
tidak dapat berkembang dengan normal bahkan mengalami kematian.
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa ketebalan top soil yang
tipis juga merupakan salah satu faktor penyebab kematian tanaman. Hal ini
tampak pada plot pengamatan bahwa tanah overburden yang muncul di
permukaan tanah yang paling atas yang disebabkan karena tipisnya lapisan tanah
top soil. Tanah overburden memiliki kandungan logam berat yang tinggi dan
miskin unsur hara. Penelitian yang dilakukan Megawati (2014) di lokasi yang
sama yaitu Blok M1W menyatakan bahwa kandungan logam berat tertinggi
adalah unsur Al sebesar 1.01 – 2.08 me/100g. Kandungan Al tinggi ini
menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan bahkan mengalami kematian karena
tanaman tidak dapat menyerap unsur hara di dalam tanah secara optimal. Kennedy
(1992) dalam Munawar (2011) menyatakan bahwa gejala keracunan tanaman oleh
Al dapat meyebabkan ujung akar membengkak, akar kerdil dan keropos, jumlah
rambut akar sedikit, serta serapan hara dan air terhambat. Kondisi ini menjadi
permasalahan utama yang menyebabkan buruknya kondisi pertumbuhan A.
mangium pada plot pengamatan. Hasil pengamatan di lapangan pada kondisi lahan
bermasalah yang terdapat pada plot pengamatan di Blok M1W disajikan pada
Gambar 7.
(a)
(b)
Gambar 7 Kondisi tempat tumbuh tanaman (a) aliran air di luar saluran drainase,
(b) lapisan tanah top soil yang tipis
Persen tumbuh tanaman menunjukkan nilai daya tumbuh tanaman, nilai
rata-rata persen tumbuh tanaman pada lokasi penelitian masih di bawah 80% yaitu
sebesar 59.38% sehingga di lokasi penelitian masih belum dikatakan berhasil.
Sebagaimana yang tercantum dalam Permenhut Nomor P.60 Tahun 2009 yang
menyatakan bahwa status keberhasilan revegetasi akan dikatakan berhasil apabila
nilai persen tumbuh tanaman lebih dari 80%. Hal ini tentunya akan merugikan
perusahaan terkait dengan kegiatan penanaman yang telah dilakukan dan harus
melakukan kegiatan penyulaman untuk meningkatkan persen tumbuh tanaman.
Pertumbuhan tanaman hasil revegetasi pada setiap plot pengamatan dapat
dilihat pada dimensi tanaman. Dimensi tanaman yang diamati pada penelitian ini
adalah tinggi, diameter batang, dan diameter tajuk. Rekapitulasi nilai rata-rata dan
simpangan baku pada setiap parameter tersaji pada Gambar 8, 9, dan 10.
Tinggi (cm)
15
135.77
115.57
700 175.22
600
156.07
92.82
119.80
84.95
110.14
500
400
103.51
71.81
129.22
127.34
95.26
90.32
101.42
67.53
70.97
300
200
100
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17
Plot ke-
Diameter (cm)
Gambar 8 Diagram rata-rata tinggi tanaman A. mangium
14
12
10
8
6
4
2
0
3.12
2.98
3.02
1.93
1.22 0.88
1
2
3
2.37
1.79 1.55
1.26
1.07 1.01
0.80
1.92
0.65 1.19
4
5
6
7
8
9
0.64
10 11 12 13 14 15 16 17
Plot ke-
Diameter Tajuk (cm)
Gambar 9 Diagram rata-rata diameter batang tanaman A. mangium
400
350
300
250
200
150
100
50
0
108.25
79.37 88.97
38.80
33.91 47.65
46.48
35.74
41.51
30.26
51.77
27.53 42.06 33.27
20.73
14.70 19.56
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17
Plot ke-
Gambar 10 Diagram rata-rata diameter tajuk tanaman A. mangium
Berdasarkan pengambilan data tinggi, diameter batang, dan diameter tajuk
pada masing-masing plot pengamatan diperoleh bahwa plot 10 dan 11 memiliki
rata-rata tinggi tanaman yang tertinggi, yaitu sebesar 513.67 cm dan plot 9
memiliki rata-rata tinggi tanaman terendah, yaitu 131.22 cm. Rata-rata diameter
batang tertinggi terdapat pada plot 1 sebesar 8.77 cm dan plot 8 memiliki rata-rata
diameter batang terendah sebesar 2.89 cm. Rata-rata diameter tajuk tertinggi dan
terendah masing-masing terdapat pada plot 1 dan plot 9 sebesar 269.21 cm dan
67.33 cm. Nilai rata-rata pertumbuhan tinggi dan diameter di atas masih di bawah
rata-rata pertumbuhan yang normal dengan umur tanaman sudah mencapai 2
tahun sehingga besarnya diameter tajuk pada tanaman A. mangium memiliki nilai
16
yang rendah. Menurut Krisnawati et al. (2007) pertumbuhan tinggi pada umur 2 –
3 tahun dapat mencapai 10 – 15 m dan pertumbuhan diameter dapat mencapai 15
cm. Hal ini menjelaskan bahwa pertumbuhan tanaman A. mangium di lokasi
penelitian mengalami gangguan dan menyebabkan kurang optimalnya
pertumbuhan tanaman pada areal tersebut. Adapun beberapa penelitian yang telah
dilakukan mengenai pertumbuhan tanaman A. mangium berumur 2 tahun disajikan
pada Tabel 4.
Tabel 4 Rata-rata pertumbuhan tanaman A. mangium umur 2 tahun
Tinggi (m)
11.6
9.4
10 – 15
8 – 10
Diameter (cm)
12.8
12.3
15.0
7.5 – 9.0
Lokasi
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Kalimantan Selatan
Jawa Tengah
Sumber
Hardiyanto et al. 2004
Hardiyanto et al. 2009
Krisnawati et al. 2007
Sunarti et al. 2014
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan
tanaman A. mangium menunjukkan perbedaan dari setiap lokasinya. Jika
dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman A. mangium di lokasi penelitian yang
berada di Kalimantan Selatan, menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman A.
mangium masih di bawah rata-rata pertumbuhan pada umur 2 tahun atau dapat
dikatakan pertumbuhannya buruk. Buruknya pertumbuhan tanaman pada areal
tersebut dikarena faktor lingkungan yang kurang mendukung pertumbuhan
tanaman, rendahnya unsur hara yang berada pada areal tersebut, dan kurangnya
pemeliharaan tanaman setelah penanaman. Pertumbuhan tanaman ini dapat
dikelompokkan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan yang sudah dicapai pada
tanaman tersebut. Pengelompokkan pertumbuhan tanaman ini diperoleh dari nilai
simpangan baku setiap plot pengamatan.
Simpangan baku merupakan nilai yang diukur tentang bagaimana nilainilai tersebut tersebar atau rata-rata jarak penyimpangan titik-titik data diukur dari
nilai rata- rata data tersebut. Adanya nilai simpangan baku maka dapat diketahui
sebaran data pada setiap plot pengamatan baik itu sebarang tinggi, diameter
batang, dan diameter tajuk. Ukuran pemusatan dan penyebaran data dari setiap
parameter pertumbuhan disajikan dalam bentuk histogram yang tersaji pada
Lampiran 2. Berdasarkan hasil statistik didapatkan bahwa sebaran data pada
tanaman A. mangium di semua plot pengamatan bahwa nilai tertinggi memiliki
tinggi 600 – 650 cm sebesar 11% terdapat di plot 10, diameter batang 11 – 12 cm
sebesar 12% terdapat di plot 1, dan diameter tajuk 300 – 350 cm sebesar 9%
terdapat di plot 1, sedangkan untuk nilai terendah dari seluruh plot pengamatan
yang memiliki tinggi 100 – 150 cm sebesar 14% terdapat di plot 8, diameter
batang 3 – 4 cm sebesar 25% terdapat di plot 16, diameter tajuk 100 – 150 cm
sebesar 12% terdapat di plot 5. Tinggi rendahnya pertumbuhan tanaman A.
mangium disebabkan faktor lingkungan yang kurang mendukung pertumbuhan
tanaman (Tabel 1), dan kondisi tanah yang mengandung logam berat cukup tinggi
yaitu unsur Al dan pH yang masam sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman
(Tabel 2). Kondisi pertumbuhan tanaman terendah membutuhkan upaya perbaikan
untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, sehingga keberhasilan revegetasi
dapat sesuai dengan yang harapkan.
17
Kesehatan Tanaman
Persen tumbuh menunjukkan seberapa besar tanaman yang dapat tumbuh
pada plot contoh, namun tidak semua tanaman yang tumbuh memiliki kondisi
yang sama. Terdapat beberapa tanaman yang dapat dikategorikan sehat, kurang
sehat, dan merana (Kemenhut 2009). Rekapitulasi persen kesehatan tanaman
disajikan pada Gambar 11.
100
Persen Kesehatan (%)
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Plot ke-
Gambar 11 Diagram persentase kesehatan tanaman setiap plot pengamatan
Tanaman sehat adalah tanaman yang tumbuh segar, batang relatif lurus,
bertajuk lebat dengan tinggi sesuai standar, dan bebas dari hama dan penyakit.
Tanaman kurang sehat adalah tanaman yang tumbuh tidak normal atau terserang
hama penyakit, daun berwarna kuning atau berwarna tidak normal, dan batang
bengkok. Tanaman merana adalah tanaman yang tumbuh tidak normal atau
terserang hama penyakit sehingga jika dipelihara kecil kemungkinannya akan
tumbuh dengan baik (Kemenhut 2009). Persentase kesehatan tanaman
menunjukkan seberapa besar tanaman dapat tumbuh dengan baik terhadap
gangguan dari hama penyakit dan dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
Berdasarkan hasil penelitian (Gambar 11), nilai persentase tertinggi
terdapat pada plot 13 sebesar 77.55% dan nilai persentase terendah terdapat pada
plot 3 dengan nilai sebesar 2.17%. Rata-rata persentase kesehatan tanaman pada
plot pengamatan sebesar 50.01% nilai rata-rata yang diperoleh masih di bawah
80% sehingga status keberhasilan revegetasi dilihat dari performa tanamannya
masih belum dikatakan berhasil. Sama halnya dengan nilai persen tumbuh
tanaman yang seharusnya persen kesehatan tanaman lebih dari 80% (Kemenhut
2009).
Berdasarkan pengamatan di lapangan rendahnya persentase kesehatan
tanaman disebabkan karena pemeliharaan setelah penanaman jarang dilakukan
bahkan sampai tidak ada pemeliharaan sama sekali serta persyaratan tempat
tumbuh untuk tanaman A. mangium belum tercukupi. Hal ini terbukti pada
tanaman A. mangium di lokasi penelitian yang mengalami gangguan tanaman.
Gangguan tersebut menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Gangguan tanaman di lokasi penelitian yang menimbulkan beberapa gejala
18
tanaman yang tampak pada bagian tanaman A. mangium. Gejala tanaman tersebut
seperti bercak hitam, daun menguning, rontok daun, dan percabangan mati. Gejala
tersebut diduga disebakan oleh kekurangan suatu unsur hara yang dapat menjadi
petunjuk kasar dari fungsi unsur hara yang bersangkutan (Lakitan 2007). Hal ini
berkaitan dengan respon tanaman terhadap tempat tumbuhnya yang ditunjukkan
pada bagian tanaman seperti daun, batang, dan akar tidak tumbuh dengan normal.
Gangguan tanaman pada setiap plot pengamatan mengakibatkan
pertumbuhan dan kesehatan tanaman A. mangium sehingga tanaman tidak dapat
tumbuh dan berkembang dengan optimal. Gejala atau tanda yang ditimbulkan dari
gangguan tanaman A. mangium tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil pengamatan gangguan tanaman A. mangium pada plot pengamatan
di Blok M1W
No
1
Gangguan Tanaman
Mati cabang (MC)
2
3
Daun seperti terbakar (DT)
Benjolan pada daun (BD)
4
5
Daun menguning (DM)
Rontok daun (RD)
6
7
Bercak hitam (BH)
Stagnasi/Kerdil (SK)
8
9
Hama pemakan daun (HD)
Daun keriting (DK)
Gejala/Tanda
Percabangan tanaman mati dengan ditandai dengan
gugurnya daun pada ranting pohon
Daun berubah berwarna hitam seperti terbakar
Permukaan daun tampak melengkung dan membentuk
benjolan
Daun berubah berwarna kuning seperti gejala nekrosis
Daun dimakan hama sampai habis dan menyisakan
ranting
Terdapat tepung hitam yang melekat pada daun
Tinggi tanaman paling pendek dari tanaman lain pada
tanaman yang seumur
Daun dimakan hama dengan ditandai bolong pada daun
Daun menggulung tampak seperti melilit
Persentase (%)
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan ada 9 jenis gangguan tanaman yang
mengganggu kesehatan tanaman A. mangium di lokasi penelitian. Hal ini
berdampak negatif pada rendahnya kesehatan tanaman. Hasil perhitungan
persentase gangguan tanaman setiap plot pengamatan tersaji pada Gambar 12.
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Plot keDM
BH
MC
HD
SK
RD
DK
DT
BD
Gambar 12 Diagram persentase gangguan tanaman A. mangium
16
17
19
Berdasarkan Gambar 12 menunjukkan bahwa gangguan tanaman A.
mangium berupa serangan hama dan penyakit pada setiap plot pengamatan terlihat
cukup tinggi. Secara keseluruhan yang mengalami gangguan tanaman tertinggi
terdapat pada plot 12 dengan gejala tanaman berupa bercak hitam sebesar 47.37%.
Plot 11 memiliki persentase tertinggi yang menunjukkan gejala daun menguning
sebesar 43.48%. Menurut Adinda (2012) rendahnya nilai nitrogen (N)
menyebabkan klorosis atau daun menguning pada daun tua yang kemudian akan
mengakibatkan tanaman kering sehingga menyebabkan kematian. Hasil analisis
tanah dalam penelitian Megawati (2014) bahwa pada Blok M1W nilai N tergolong
sangat rendah berkisar antara 0.07 – 0.28%. Gejala bercak hitam tertinggi terdapat
pada plot 12 sebesar 47.37%. Gejala bercak hitam disebakan karena rendahnya
nilai kalium (K) pada tanah tersebut (Adinda 2012). Hasil analisis tanah pada
Blok M1W bahwa nilai K tergolong sangat rendah hanya berkisar antara 0.02 –
0.15 me/100g (Megawati 2014). Plot 8 memiliki kondisi tanaman kerdil atau
stagnasi tertinggi sebesar 18.52%. Menurut Setiadi (2012) bahwa kandungan Al
tanah di atas 3 me/100g atau kejenuhan Al di atas 60% dapat meyebabkan akar
keriting, tanaman stagnan, dan bahkan mengalami kematian. Tingginya nilai Al
menyebabkan terjadinya fiksasi nilai Fosfor (P) sehingga mengakibat tanaman
kekurangan unsur P. Hasil analisis tanah pada Blok M1W menunjukkan bahwa
nilai Al tergolong tinggi berkisar antara 1.01 – 2.08 me/100g dan nilai P tergolong
sangat rendah berkisar antara 0.3 – 3.32 ppm (Megawati 2014). Kekurangan unsur
hara di lokasi penelitian menjadi salah satu penyebab rendahnya persentase
kesesahatan tanaman.
Kurangnya pemeliharan tanaman dan tidak adanya pengendalian
pengendalian penyakit di lokasi penelitian menyebabkan timbulnya beberapa
hama dan penyakit sehingga persentase serangan hama dan penyakit pada setiap
plot pengamatan cukup tinggi. Plot 15 menunjukkan gejala mati cabang tertinggi
sebesar 45.16%, plot 15 terdapat 26.88% yang terserang hama pemakan daun,
gejala rontok daun tertinggi terdapat pada plot 3 sebesar 15.32%, kemudian plot
14 terdapat 21.21% yang terkena gejala daun keriting, plot 2 dengan gejala
tanaman tertinggi daun seperti terbakar seb